• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2016"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

No. 24/05/36/ Th.X, 2 Mei 2016

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

BULAN

APRIL

2016

A.

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

NILAI

TUKAR

PETANI

(NTP)

APRIL

2016

SEBESAR

103,42

ATAU TURUN

1,25

PERSEN

NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesa an. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga -harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten  NTP Banten April 2016 sebesar 103,42 atau turun 1,25 persen dibanding NTP bulan sebelumnya.

Penurunan NTP dikarenakan terjadi penurunan pada Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang turun sebesar 1,44 persen meskipun Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami penurunan sebesar 0,18 persen.

 Pada April 2016 terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,16 persen terutama disebabkan oleh turunnya indeks kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 2,00 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Banten April 2016 sebesar 109,46 atau turun 1,21 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

 Pada Bulan April 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 17 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,65 yang diikuti oleh Provinsi Maluku Utara sebesar 105,34 dan Provinsi Gorontalo sebesar 104,82. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 94,05.

(2)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) yang turun sebesar 1, 44 persen meskipuna Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) juga mengalami penurunan sebesar 0,18 persen.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan April 2016 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan Maret 2016 April 2016

(1) (2) (3) (4)

Gabungan / Banten

a. Indeks yang diterima (It) 127,68 125,84 -1,44

b. Indeks yang d dibayar (Ib) 121,90 121,68 -0,18

c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 124,24 124,04 -0,16

d. Indeks BPPBM 115,23 114,97 -0,22

e. Nilai Tukar Petani (NTP) 104,74 103,42 -1,25

Penurunan NTP April 2016 terutama disebabkan oleh turunnya NTP pada subsektor tanaman pangan yang turun sebesar 3,49 persen . Ketiga subsektor lainnya mengalami kenaikan indeks, namun tidak cukup bisa mengimbangi penurunan yang terjadi pada subsektor tanaman pangan, dan satu subsektor lagi tidak mengalami perubahan. Ketiga subsektor yang mengalami kenaikan antara lain: subsektor hortikultura nai k 0,74 persen; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik 0,91 persen; Subsektor Peternakan naik sebesar 0,12 persen. Hanya subsektor perikanan tidak mengalami perubahan.

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (I

t

)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada April 2016, It Banten mengalami penurunan sebesar 1,44 persen dibanding It Maret, yaitu turun dari 127,68 menjadi 125,84. Penurunan It pada April 2016 disebabkan turunnya It pada Subsektor tanaman pangan yang cukup besar yakni sebesar 3,59 persen, Subsektor Peternakan juga turun 0,21 persen, dan subsektor perikanan yang turun 0,13 persen. Sementara It dua subsektor lainnya mengalami kenaikan yakni It Subsektor Hortikultura naik sebesar 0,47 persen dan It Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 0,75 persen.

Grafik 2

Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Maret - April 2016 -2.40 1.92 -1.32 -0.53 0.67 -1.09 -3.59 0.47 0.75 -0.21 -0.13 -1.44 -4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00

T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

(3)

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada April 2016 indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,18 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami penurunan sebesar 0,16 persen yakni dari 124,24 menjadi 124,04 dan Indeks BPPBM juga mengalami kenaikan sebesar 0,22 persen atau naik dari 115,23 menjadi 114,97. Penurunan indeks BPPBM ini disebabkan turunnya indeks pada kelompok transportasi sebesar 2,84 persen. Padahal ketiga kelompok lainnya mengalami kenaikan yakni kelompok bibit naik sebesar 0,33 persen, kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan naik 0,09 persen, kelompok penambahan barang modal naik 0,24 persen. Kelompok biaya sewa dan pengeluaran lain dan kelompok upah buruh tidak mengalami perubahan.

Grafik 3

Perubahan Indeks Harga Yang Di bayar Petani Bulan April 2016

3.

Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)

Pada bulan April 2016 NTP-P mengalami penurunan indeks sebesar 3,49 persen atau turun dari 108,15 menjadi 104,39. Hal ini karena Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 3,59 persen, meskipun Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) juga mengalami penurunan sebesar 0,11 persen. Penurunan It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena turunnya indeks pada subkelompok padi sebesar 3,78 persen. Penurunan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh turunnya harga gabah sebesar 3,78 persen. Sementara indeks pada subkelompok palawija tidak mengalami perubahan. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) yang mengalami penurunan sebesar 0,11 persen karena pengaruh turunnya indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,15 persen, meski indeks BPPBM naik sebesar 0,08 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada tiga kelompok yakni kelompok bibit naik sebesar 0,57 persen, kelompok pupuk dan obat-obatan naik sebesar 0,32 persen, serta kelompok penambahan barang modal yang naik sebesar 0,54 persen,

-0.11 -0.27 -0.16 -0.33 -0.13 -0.18 -0.15 -0.15 -0.12 -0.31 0.19 -0.16 0.08 -0.63 -0.36 -0.36 -0.65 -0.22 -0.70 -0.60 -0.50 -0.40 -0.30 -0.20 -0.10 0.00 0.10 0.20 0.30

T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

(4)

Tabel 2

Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya Januari 2016 – April 2016 (2012=100)

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok

Bulan

Februari 2016 Maret 2016 April 2016

Persentase perubahan April 2016 thd

Maret 2016

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 136,86 133,44 128,65 -3,59

- Padi 137,33 133,72 128,67 -3,78

- Palawija 128,08 128,37 128,37 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 122,50 123,38 123,25 -0,11

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 123,55 124,58 124,40 -0,15

- Indeks BPPBM 117,29 117,45 117,55 0,08

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 111,72 108,15 104,39 -3,49 2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 123,05 125,41 126,00 0,47

- Sayur-sayuran 121,46 123,14 123,23 0,07

- Buah-buahan 124,34 127,15 128,12 0,77

- Tanaman Obat 113,70 115,79 114,40 -1,20

b. Indeks Dibayar Petani 120,21 120,99 120,67 -0,27

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 122,85 123,78 123,59 -0,15

- Indeks BPPBM 112,95 113,32 112,61 -0,63

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 102,36 103,65 104,42 0,74 3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 124,92 123,27 124,20 0,75

- Tanaman Perkebunan Rakyat 124,92 123,27 124,20 0,75

b. Indeks Dibayar Petani 121,70 122,50 122,31 -0,16

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 123,28 124,19 124,04 -0,12

- Indeks BPPBM 114,08 114,39 113,98 -0,36

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 102,65 100,63 101,54 0,91 4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 120,21 119,58 119,32 -0,21

- Termak Besar 128,20 127,60 127,40 -0,16

- Ternak Kecil 124,79 124,98 124,14 -0,68

- Unggas 114,41 113,52 113,63 0,10

- Hasil Ternak 118,36 117,50 116,83 -0,57

b. Indeks Dibayar Petani 117,95 118,41 118,02 -0,33

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 123,06 123,98 123,59 -0,31

- Indeks BPPBM 112,52 112,51 112,10 -0,36

c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 101,92 100,98 101,10 0,12 5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 127,79 128,66 128,49 -0,13

- Penangkapan 143,89 145,16 144,55 -0,42

- Budidaya 115,26 115,80 115,98 0,16

b. Indeks Dibayar Petani 119,54 120,41 120,26 -0,13

- Indeks Konsumsi Rumahtangga 122,71 124,03 124,26 0,19

- Indeks BPPBM 114,55 114,74 113,99 -0,65

(5)

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan April 2016 mengalami kenaikan sebesar 0,74 persen dari 103,65 menjadi 104,42. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami penurunan sebesar 0,27 persen. Kenaikan It pada subsektor hortikultura disebabkan oleh naiknya indeks pada dua kelompok yakni; indeks pada kelompok sayur-sayuran naik sebesar 0,07 persen dan kelompok buah-buahan yang naik 0,77 persen. Indeks pada kelompok tanaman obat malah mengalami penurunan sebesar 1,20 persen, sehingga sedikit menghambat laju kenaikan indeks yang diterima petani. Kenaikan indeks pada kelompok sayur-sayuran disebabkan oleh naiknya harga petai, jengkol, tomat, cabai rawit, bayam dan kangkung; kelompok buah-buahan disebabkan oleh naiknya harga rambutan, pisang, jambu air, sawo dan penurunan indeks pada kelompok tanaman obat disebabkan oleh turunnya harga jahe. Di sisi lain penurunan indeks pada Ib dipengaruhi turunnya IKRT sebesar 0,15 persen dan Indeks BPPBM sebesar 0,63 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)

Pada Bulan April 2016 NTP-R sebesar 101,54 atau mengalami kenaikan sebesar 0,91 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani justru mengalami penurunan sebesar 0,16 persen. Kenaikan It terjadi karena naiknya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,75 persen yakni dari 123,27 menjadi 124,20 yang dipengaruhi oleh naiknya harga beberapa tanaman perkebunan rakyat, di antaranya harga kelapa sebesar 3,95 persen dan kopi sebesar 6,27 persen. Di sisi lain penurunan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi turunnya IKRT sebesar 0,16 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,36 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada bulan April 2016 NTP-T mengalami kenaikan sebesar 0,12 persen yang disebabkan karena laju penurunan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,21 persen lebih lambat dari laju penurunan pada indeks harga yang dibayar petani yang turun sebesar 0,33 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada tiga kelompok peternakan, yakni kelompok ternak besar turun 0,16 persen, kelompok ternak kecil turun 0,68 persen dan hasil ternak turun 0,57 persen. Sementara kelompok unggas mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen, Penurunan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh turunnya harga kerbau; pada ternak kecil dipengaruhi oleh turunnya harga kambing dan domba; pada hasil ternak dipengaruhi oleh turunnya harga telur ayam ras dan telur ayam buras . Kenaikan indeks kelompok unggas dipengaruhi naiknya harga itik dan ayam buras. Penurunan indeks pada Ib yang sebesar 0,33 persen dipengaruhi oleh turunnya IKRT sebesar 0,31 persen dan turunnya indeks pada BPPBM sebesar 0,36 persen.

(6)

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP pada bulan April 2016 tidak mengalami perubahan indeks yakni masih sebesar 106,84 hal ini karena penurunan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,13 persen sama dengan penurunan indeks harga yang dibayar petani yang sebesar 0,13 persen. Penurunan yang terjadi pada It karena turunnya indeks pada kelompok penangkapan sebesar 0,42 persen meski kelompok budidaya mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen. Kenaikan indeks pada kelompok budidaya masih belum bis a mengimbangi penurunan indeks pada kelompok penangkapan. Penurunan Ib sebesar 0,13 persen disebabkan indeks BPPBM yang mengalami penurunan sebesar 0,65 persen meski indeks KRT mengalami kenaikan sebesar 0,19 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada April 2016, NTN turun sebesar 0,15 persen dari 120,35 menjadi 120,17. Hal ini terjadi karena laju penurunan It yang sebesar 0,42 persen lebih cepat dibanding laju penurunan Ib yang sebesar 0,27 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: ikan pari, selar, tongkol, tebang, dan lainnya. Sedangkan pada Ib terjadi kenaikan indeks yang disebabkan oleh naiknya indeks kelompok KRT yakni sebesar 1,07 persen, meski diperlambat dengan turunnya indeks BPPBM sebesar 0,05 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada April 2016, NTPi naik sebesar 0,17 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen, sementara Ib mengalami penurunan meski hanya 0,01 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga ikan pada kelompok budidaya air tawar yakni sebesar 0,29 persen yakni harga ikan lele. Sementara itu, penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan turunnya indeks pada BPPBM sebesar 0,35 persen.

4.

Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan April 2016 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi deflasi di perdesaan sebesar 0,16 persen. Pemicu deflasi tertinggi adalah deflasi pada kelompok transportasi dan komunikasi, diikuti deflasi pada kelompok perumahan 0,11 persen dan kelompok bahan makanan deflasi sebesar 0,04 persen. Meskipun begitu masih terjadi inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau seb esar 0,14 persen; kelompok sandang inflasi sebesar 0,25 persen dan kelompok kesehatan terjadi inflasi sebesar 0,01 persen; serta k elompok pendidikan,rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 0,05 persen.

(7)

Tabel 3

IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten

Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan April 2016 (2012=100)

KELOMPOK IKRT IKRT Maret IKRT April 2016 Inflasi Perdesaan (persen)

UMUM 124,24 124,04 -0,16

1. Bahan Makanan 127,71 127,66 -0,04

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 122,66 122,83 0,14

3. Perumahan 126,28 126,14 -0,11

4. Sandang 117,24 117,52 0,25

5. Kesehatan 118,93 118,94 0,01

6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 116,64 116,70 0,05

7. Transportasi & Komunikasi 122,82 120,36 -2,00

5.

Perbandingan antar Provinsi di Indonesia

Pada Bulan April 2016 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 17 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,65 yang diikuti oleh Provinsi Maluku Utara sebesar 105,34 dan Provinsi Gorontalo sebesar 104,82. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Bengkulu sebesar 94,05. NTP nasional sebesar 101,22 yang mengalami penurunan sebesar 0,10 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,32.

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia April 2016 (2012=100)

Provinsi NTP Rangking Provinsi NTP Rangking

Sulawesi Barat 106,65 1 Sulawesi Tengah 99,48 18

Maluku Utara 105,34 2 Riau 99,41 19

Gorontalo 104,82 3 Jawa Tengah 98,99 20

Bali 104,81 4 Sumatera Barat 98,76 21

Jawa Barat 104,67 5 Kepulauan Riau 98,66 22

Sulawesi Selatan 104,01 6 Jambi 98,62 23

Maluku 103,96 7 Sulawesi Tenggara 98,62 24

Jawa Timur 103,83 8 Kalimantan Timur 98,02 25

Bangka Belitung 103,65 9 Kalimantan Selatan 97,54 26

NTB 103,58 10 Sulawesi Utara 97,14 27

Lampung 103,54 11 Kalimantan Tengah 96,92 28

Banten 103,42 12 NAD 96,15 29

Yogyakarta 102,90 13 Papua 96,14 30

Sumatera Utara 100,80 14 Kalimantan Barat 95,64 31

DKI 100,61 15 Sumatera Selatan 94,55 32

Papua Barat 100,45 16 Bengkulu 94,05 33

NTT 100,02 17 Nasional 101,22

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

(8)

nilai NTUP nya mengalami kenaikan seperti NTUP Hortikultura yang naik 1,11 persen, tanaman perkebunan naik 1,11 persen, subsektor peternakan naik 0,15 persen, dan subsektor perikanan naik 0,53 persen. Kenaikan keempat subsektor tersebut tidak cukup mendongkrak kenaikan NTUP Banten secara umum.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, April 2016 (2012=100)

Subsektor Maret 2016 April 2016 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 113,62 109,45 -3,67

2. Hortikultura 110,67 111,90 1,11

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 107,76 108,96 1,11

4. Peternakan 106,29 106,44 0,15

5. Perikanan 112,13 112,72 0,53

a. Tangkap 125,85 126,63 0,62

b. Budidaya 101,34 101,86 0,52

(9)

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

Pada April 2016, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan GK G sebanyak 5,66 persen, kualitas GKP sebanyak 73,58 persen dan kualitas rendah sebanyak 20,75 persen. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5

Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, April 2016

Kelompok Kualitas

Persentase Jumlah Obser-vasi

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.) Terendah Tertinggi Rata-Rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) G K G 5,66 % 5000 5500 5.233 5.333 4.600 G K P 73,58 % 3.400 4.500 3.889 4.012 Petani 3.700 Penggilingan 3.750 Gabah Kualitas Rendah 20,75 % 3.500 4.000 3.893 4.050 - Keterangan:

GKG: kadar air ≤14 persen dan kadar lain ≤3 persen.

GKP: kadar air (14,01-25persen) dan kadar lain (3,01-15persen).Kualitas rendah: kadar air > 25 persen atau kadar lain > 15persen * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015 TANGGAL 17 APRIL 2016

2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata – rata Komponen Mutu

Pada Bulan April 2016, dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.400,- per kg untuk kualitas GKP dijumpai di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Pandeglang dengan varietas Ciherang. Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.500,- per kg untuk kualitas GKG di Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak dengan varietas ciherang.

 Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada April 2016 dibandingkan keadaan Maret untuk Gabah Kering Giling (GKG) naik sebesar 10,56 persen, Gabah Kering Panen (GKP ) turun sebesar 11,82 persen dan gabah kualitas rendah turun sebesar 5,36 persen.

 Rata-rata harga gabah bulan April 2016 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG sebesar Rp. 5.333,- per kg, gabah kualitas GKP Rp. 4.012,- per kg,- dan gabah kualitas rendah rata-rata Rp. 4.050,- per kg.  Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 3.400,- per kg dijumpai di Kecamatan Pagelaran

Kabupaten Pandeglang dengan kualitas Gabah Kering Panen (varietas ciherang), sedangkan harga tertinggi sebesar Rp. 5.500,- per kg dijumpai di Kecamatan Cipanas Kabupaten Lebak untuk Gabah Kering Giling (Varietas Ciherang).

(10)

GKP KA nya sebesar 15,75 persen dan KH nya 6,57 persen sedangkan untuk Kualitas Rendah KA nya 23,33 persen dan KH 10,11 persen.

Tabel 3

Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah Februari - April 2016

Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen) Februari’16 Maret’16 April’16 Februari’16 Maret’16 April’16

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG 12,46 12,71 12,77 2,70 2,56 2,47

GKP 13,20 16,12 15,75 7,23 6,57 5,83

Kualitas Rendah 20,98 25,65 23,33 12,55 10,62 10,11

3. Persentase Jumlah Observasi harga Gabah di bawah HPP di Tingkat Penggilingan

Pada Bulan April 2016 ini ditemukan observasi harga gabah di bawah HPP sebesar 15,56 persen, sedangkan observasi gabah kualitas rendah sebesar 42,22 persen.

Tabel 4

Persentase Observasi Harga Gabah di Tingkat Penggilingan di Bawah HPP dan Gabah Kualitas Rendah, November 2015- April 2016

Rincian Di Tingkat Penggilingan (persen)

Nov’15 Des’15 Jan’16 Feb’16 Mar’16 Apr’16

Observasi Di bawah HPP - - - - 15,56 14,28

Obs. Gabah Kualitas Rendah 4,76 14,29 16,67 35,17 42,22 20,75

4. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas

Rata-rata harga gabah kualitas kering giling (GKG) di Provinsi Banten sebesar Rp. 5.333,- per kg di tingkat penggilingan dan di tingkat petani sebesar Rp. 5.233,- per kg. Rata-rata harga gabah kualitas panen (GKP) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 4.012- per kg atau turun sebesar 11,82 persen sementara di tingkat petani rata-rata harga GKP sebesar Rp. 3.889,- per kg atau turun sebesar 4,63 persen. Untuk gabah kualitas rendah di tingkat penggilingan mengalami penurunan rata-rata harga sebesar 4,63 persen dan di tingkat petani juga mengalami penurunan rata-rata harga yakni sebesar 5,36 persen.

(11)

Tabel 5

Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Januari 2015 – April 2016

Kualitas

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Feb’16 Mar’16 Apr’16 Persentsse Perubahan Kol (4)thd(3)

Feb’16 Mar’16 Apr’16

Persentase Perubahan Kol (8) thd (7) (1) ( 2) (3) (4) (5) ( 6) ( 7) ( 8) (9) GKG 5.501 4.850 5.333 9,97 5.376 4.733 5.233 10,56 GKP 5.515 4.550 4.012 -11,82 5.385 4.410 3.889 -11,82 Kualitas rendah 4.966 4.246 4.050 -4,63 4.827 4.114 3.893 -5,36 Grafik 4

Rata-Rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Di Provinsi Banten (April 2015 – April 2016)

2500 3000 3500 4000 4500 5000 5500 6000 GKG GKP Non Kwalitas HPP GKG HPP GKP

(12)

C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH

UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN APRIL 2016 SEBESAR Rp 40.823,-

*)Perubahan upah riil menggambarkanperubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti: buruh tani, buruh informal perkotaan, buruh industri yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya beli upah buruh dan sebaliknya

1.

Perkembangan Upah Buruh Pertanian

Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada April 2016 dibanding upah buruh tani Maret tidak mengalami perubahan yakni Rp. 40.823,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen atau naik dari Rp.32.858,- menjadi Rp. 32.911,- per hari.

Tabel 6

Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) Januari 2016 - April 2016

Rincian Jenis Upah

Bulan % Perubahan April

2016 thd Maret 2016

Februari ‘16 Maret ‘16 April 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Provinsi Upah Nominal 40.814 40.823 40.823 0,00

Upah Riil *) 33.112 32.858 32.911 0,16

*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)

2.

Perkembangan Upah Buruh Informal

a. Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per hari

Secara nominal, rata-rata upah buruh bangunan di Provinsi Banten pada Bulan April 2016 tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp. 79.655,- per har. Secara riil*), upah buruh bangunan April 2016 dibanding Maret naik sebesar 0,65 persen, yaitu dari Rp. 61.094,- menjadi Rp. 61.490,- per hari.

Upah Pembantu Rumah Tangga Per Bulan

Secara nominal, rata-rata upah pembantu rumah tangga di Provinsi Banten pada April 2016 tidak mengalami perubahan yakni sebesar Rp. 532.777,- per bulan. Sedangkan secara riil, upah April 2016 dibanding Maret mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen, yaitu naik dari Rp. 408.630,- menjadi Rp. 411.274,- per bulan.

 Upah nominal buruh tani pada April 2016 dibanding upah buruh tani Maret tidak mengalami perubahan yakni Rp. 40.823,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen atau naik dariRp.32.858,- menjafi Rp. 32.911,- per hari.

 Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada April 2016 tidak mengalami perubahan yakni Rp. 79.655,- per hari. Secara riil*), upah April 2016 dibanding Maret naik sebesar 0,65 persen, yaitu dari Rp. 61.094,- menjadi Rp. 61.490,- per hari.

(13)

Tabel 7

Ringkasan Upah Buruh Informal Perkotaan Provinsi Banten Per Hari/Bulan (rupiah) Februari 2016 - April 2016

Rincian Jenis Upah Bulan

% Perubahan April 2016 thd Maret

2016

Februari 2016 Maret’16 April’16

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Bangunan per hari Upah Nominal 79.655 79.655 79.655 0,00

Upah Riil *) 61.208 61.094 61.490 0,65

Pembantu rumah tangga Upah Nominal 532.777 532.777 532.777 0,00

per bulan Upah Riil*) 409.389 408.630 411.274 0,65

(14)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Agoes Soebeno, M.Si. Kepala BPS Provinsi Banten

Telepon: 0254-267027

E-mail : bps3600@bps.go.id; pst3600@bps.go.id Website : banten.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum format penulisan fungsi pada Octave ada dua tipe yaitu yang pertama fungsi dan program utama dipisah (private function), yang kedua antara fungsi dan

Pada penelitian ini ditemukan bahwa stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, ketika stres kerja tinggi maka kinerja karyawan marketing dan collection

Pada hari ini, Jum’at tanggal Sembilan Belas Bulan Juni tahun Dua Ribu Sembilan, dimulai jam Sepuluh lewat Lima menit wita sampai dengan selesai bertempat di portal Pengadaan

Dalam hal ini diharapkan aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit THT berbasis web dengan menggunakan metode certainty factor ini dapat digunakan oleh masyarakat

Terdapat dalam Undang – Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 54 menyatakan bahwa “ anak yang menderita disabilitas mempunyai hak untuk

Semua biaya- biaya itu dianggarkan didalam RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan) yang kemudian diajukan ke kantor direksi PTPN X Surabaya. Kantor direksi lah

Method create() adalah method utama yang akan mengerjakan semuanya, method draw() yang akan menggambar captcha tersebut, dan method get_icon() adalah method yang

bahwa sehubungan dengan rnaksud pada huruf a terse but di atas, dan dalam rangka kelancaran untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam pemberangkatan dan