• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI PEDESAAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada Bulan Januari 2012, NTP Nasional dan Provinsi Papua Barat pada masing-masing subsektor

tercatat sebesar 105.76 dan 86.43 untuk Subsektor Padi & Palawija (NTPP); 108.31 dan 107.39 untuk Subsektor Hortikultura (NTPH); 106.61 dan 123.34 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR); 101.20 dan 113.71 untuk Subsektor Peternakan (NTPT); dan 105.55 dan 112.34 untuk Subsektor Perikanan (NTN). NTPp Nasional tercatat untuk bulan Januari 2012 sebesar 105.73 atau mengalami penurunan sebesar 0.01 persen sedangkan NTPp Provinsi Papua Barat pada Januari 2012 sebesar 102.92 atau mengalami penurunan sebesar 0.38 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

 Pada bulan Januari 2012, terjadi inflasi didaerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat

sebesar 0.74 persen, hal ini terjadi karena enam dari tujuh kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan dan satu kelompok konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. Enam kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami kenaikan atau inflasi yakni kelompok bahan makanan (1.31%); kelompok makanan jadi (0.16%); kelompok perumahan (0.59%); kelompok kesehatan (0.07%); kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (0.11%); dan kelompok transportasi dan komunikasi (0.03%). Satu-satunya kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami penurunan atau deflasi yakni kelompok sandang (-0.11%).

No.07/02/91 Th. VI, 01 Februari 2012

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI DAN INFLASI PEDESAAN

PROVINSI PAPUA BARAT

1.

Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di 8 (delapan) Kabupaten di Provinsi Papua Barat pada bulan Januari 2012, menunjukan bahwa NTP Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar 0.38 persen

(2)

dibanding bulan Desember 2011 yaitu dari 103.31 menjadi 102.92. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian umumnya mengalami kenaikan lebih lambat dibandingkan indeks harga barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian umumnya

mengalami kenaikan.

NTP Provinsi Papua Barat pada bulan Januari 2012 dibandingkan bulan Desember 2011

menunjukkan terjadi penurunan untuk empat dari lima subsektor dan satu subsektor mengalami kenaikan.

Empat subsektor yang mengalami penurunan, yaitu subsektor tanaman pangan

(-0.53%),

subsektor

hortikultura

(-0.05%),

subsektor peternakan

(-0.53%),

serta subsektor perikanan

(-0.29%).

Kemudian satu

subsektor yang mengalami kenaikan yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat

(0.26%).

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor Januari 2012 (2007=100)

Subsektor Bulan Persentase

Perubahan Desember'11 Januari '12

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 116.67 116.67 0 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 134.22 134.99 0.57 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 86.92 86.43 -0.57 2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 134.92 135.75 0.61 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125.57 126.40 0.66 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 107.44 107.39 -0.05 3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 153.89 155.19 0.84 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125.10 125.82 0.58 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 123.02 123.34 0.26 4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 138.50 138.48 -0.01 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 121.15 121.78 0.52 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 114.32 113.71 -0.53 5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 143.17 143.62 0.31 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127.08 127.84 0.60 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 112.66 112.34 -0.29

Gabungan/Provinsi Papua Barat

a. Indeks yang Diterima (It) 131.69 131.95 0.20 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127.47 128.21 0.58 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 103.31 102.92 -0.38

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam sesuai komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Januari 2012, secara agregat indeks harga yang diterima

(3)

petani (It) di Provinsi Papua Barat mengalami kenaikan sebesar 0.20 persen apabila dibandingkan dengan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada bulan Desember 2011, yaitu dari 131.69 menjadi 131.95.

Kenaikan It bulan Januari 2012 disebabkan karena tiga dari lima subsektor mengalami kenaikan indeks, satu subsektor mengalami penurunan, dan satu subsektor lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Tiga subsektor yang mengalami kenaikan indeks yaitu subsektor hortikultura (0.61%); subsektor tanaman parkebunan rakyat (0.84%); dan subsektor perikanan (0.31%), sedangkan penurunan indeks terjadi pada subsektor peternakan (-0.01%). kemudian satusubsektor yang tidak mengalami perubahan yaitusubsektor tanaman pangan.

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Indeks harga yang dibayar petani (Ib) berfluktuasi diakibatkan oleh harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar pada masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Januari 2012, Ib di Provinsi Papua Barat dilaporkan secara agregat mengalami kenaikan sebesar 0.58 persen bila dibandingkan Desember 2011, yaitu dari 127.47 menjadi 128.21. Kenaikan Ib terjadi karena lima subsektor mengalami kenaikan indeks. Lima subsektor yang mengalami kenaikan indeks yakni subsektor tanaman pangan (0.57%); subsektor hortikultura (0.66%); subsektor tanaman perkebunan rakyat (0.58%); subsektor peternakan (0.52%); dan subsektor perikanan (0.60%).

4. NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada bulan Januari 2012 NTPP di Provinsi Papua Barat mengalami penurunan sebesar -0.57 persen di bandingkan bulan Desember 2011 yaitu dari 86.92 menjadi 86.43. Penurunan NTPP ini disebabkan karena kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0.57 persen dan indeks harga yang diterima petani tidak mengalami perubahan.

Kenaikan Ib Januari 2012 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok konsumsi rumah tangga petani sebesar 0.66 persen, sedangkan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal tidak mengalami perubahan.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada bulan Januari 2012, NTPH di Provinsi Papua Barat dilaporkan mengalami penurunan sebesar 0.05 persen apabila dibandingkan bulan Desember 2011 yaitu dari 107.44 menjadi 107.39, hal ini karena dipicu dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0.66 persen relatif lebih cepat dibandingkan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0.61 persen.

Kenaikan It bulan Januari 2012 disebabkan karena kenaikan indeks kelompok sayur-sayuran sebesar 1.15 persen meskipun indeks harga yang diterima petani kelompok buah-buahan mengalami penurunan sebesar -0.16 persen. Disisi lain, kenaikan Ib bulan Januari 2012 ini dipicu oleh kenaikan indeks harga kelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0.79 persen meskipun indeks harga kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPM) mengalami penurunan sebesar -0.16 persen.

(4)

Tabel 2.

Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat Per Subsektor dan Perubahannya

Januari 2012 (2007=100)

Kelompok dan Sub kelompok Bulan Persentase

Perubahan Desember Januari

[1] [2] [3] [4]

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 116.67 116.67 0.00

- Padi 96.77 96.77 0.00

- Palawija 124.29 124.29 0.00

b. Indeks Dibayar Petani 134.22 134.99 0.57 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 140.39 141.32 0.66

- Indeks BPPBM 106.22 106.22 0.00

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 134.92 135.75 0.61

- Sayur-sayuran 152.93 154.69 1.15

- Buah-buahan 115.60 115.42 -0.16

b. Indeks Dibayar Petani 125.57 126.40 0.66 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129.91 130.93 0.79

- Indeks BPPBM 104.19 104.08 -0.10

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks DiterimaPetani 153.89 155.19 0.84 - Tanaman Perkebunan Rakyat

(TPR) 153.89 155.19 0.84

b. IndeksDibayarPetani 125.10 125.82 0.58

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 131.82 132.78 0.72

- Indeks BPPBM 110.35 110.57 0.20

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 138.50 138.48 -0.01

- Ternak Besar 116.54 116.54 0.00

- Ternak Kecil 155.68 155.68 0.00

- Unggas 155.33 155.15 -0.12

- HasilTernak 118.86 118.86 0.00

b. Indeks Dibaya rPetani 121.15 121.78 0.52 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 127.97 128.94 0.76

- Indeks BPPBM 108.78 108.80 0.01

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 143.17 143.62 0.31

- Penangkapan 143.17 143.62 0.31

b. Indeks Dibayar Petani 127.08 127.84 0.60 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134.05 135.17 0.84

(5)

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Januari 2012 NTPR mengalami kenaikan sebesar 0.26 persen apabila dibandingkan dengan Desember 2011 yaitu dari 123.02 menjadi 123.34 persen, hal ini akibat dari kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0.84 persen relatife lebih cepat dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0.58 persen .

Kenaikan It bulan Januari 2012 disebabkan oleh kenaikan indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat yang secara rata-rata sebesar 0.84 persen yaitu dari 153.89 persen menjadi 155.19 persen. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Januari 2012 dikarenakan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0.20 persen dan indeks harga pada kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan indeks sebesar 0.72 persen.

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Januari 2012, NTPT mengalami penurunan sebesar -0.53 persen apabila dibandingkan bulan Desember 2011 yaitu dari 114.32 menjadi 113.71, hal ini terjadi karena penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar -0.01 persen dan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0.52 persen.

Penurunan It pada bulan Januari 2012 disebakan karena penurunan indeks kelompok unggas sebesar -0.12 persen, sedangkan kelompok hasil ternak, kelompok ternak kecil, dan kelompok ternak besar tidak mengalami perubahan indeks. Disisi lain, kenaikan Ib pada bulan Januari 2012 ini disebabkan karena terjadi kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga sebesar dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0.76 persen dan 0.01 persen.

e.

Subsektor Perikanan (NTN)

Pada bulan Januari 2012, terjadi penurunan NTN sebesar -0.29 persen dibandingkan bulan Desember 2011 yaitu dari 112.66 menjadi 112.34. Penurunan NTN ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 0.31 persen relatife lebih lambat dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0.60 persen.

Kenaikan It bulan Januari 2012 dikarenakan kenaikan pada indeks harga kelompok komoditi penangkapan sebesar 0.31 persen. Kenaikan Ib pada Januari 2012 disebabkan karena kenaikan indeks sub kelompok konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 0.84 persen dan indeks kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0.04 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

(6)

5.

Indek Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada bulan Januari 2012, terjadi inflasi didaerah perdesaan secara regional di Provinsi Papua Barat sebesar 0.74 persen, hal ini terjadi karena enam dari tujuh kelompok konsumsi rumah tangga mengalami kenaikan dan satu kelompok konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. Enam kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami kenaikan atau inflasi yakni kelompok bahan makanan (1.31%); kelompok makanan jadi (0.16%); kelompok perumahan (0.59%); kelompok kesehatan (0.07%); kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (0.11%); dan kelompok transportasi dan komunikasi (0.03%). Satu-satunya kelompok pengeluaran rumah tangga yang mengalami penurunan atau deflasi yakni kelompok sandang (-0.11%). Melihat komposisi diatas kontribusi tertinggi pemicu inflasi regional Provinsi Papua Barat adalah dari kelompok bahan makanan.

Tabel 3.

Inflasi Pedesaan Provinsi Papua Barat dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran,

Januari 2012 (2007=100) Inflasi Pedesaan Provinsi Inflasi Pedesaan Nasional Januari 2012 Januari 2012 [2] [3]

Konsumsi Rumah Tangga 0.74 0.74

1 Bahan Makanan 1.31 0.97 2 Makanan Jadi 0.16 0.64 3 Perumahan 0.59 0.56

4 Sandang -0.11 0.43

5 Kesehatan 0.07 0.51 6 Pendidikan, Rekreasi dan Olah

raga

0.11 0.27 7 Transpor dan Komunikasi 0.03 0.23

Kelompok Pengeluaran

(7)

Diterbitkan oleh :

Bidang Statistik Distribusi

Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Jl. Trikora-Sowi IV No.99, Manokwari 98312.

Contact Person:

Sutiyo, SE (085244606363)

FX. Wahyono, A.Md (0856 4013 0990)

Referensi

Dokumen terkait

Tegangan yang diterapkan dalam pengujian AC Hi-Pot Test adalah sebesar satu setengah kali dari tegangan line-to- line RMS generator (1,5E) untuk keserasian dengan peralatan

penelitian ini mempertegas penelitian yang dilakukan oleh Ade Trisnawati (2012) dengan judul pengaruh suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Kurs Dollar, Dan

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang

Untuk merealisasikan konsep NU Urban yang telah diputuskan sebelumnya, maka PCNU Surabaya perlu mengonseptualisasikannya dalam bentuk program atau kegiatan yang

Konsumsi Rumah Tangga, yaitu, subkelompok Bahan Makanan naik sebesar 0,02 persen, subkelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau turun sebesar 0,05 persen,

URAIANKEGIATAN PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN 4011 Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Ketergnggn ; 01 Meningkatnya penelitian dan pengembangan

Hujan konvektif musiman di atas wilayah pulau Jawa paling banyak terjadi pada musim hujan (DJF) dengan waktu kejadian dominan dari pukul 19.00 WIB sampai tengah malam. 5.2

Kalau di Bagian Operasional Menara BCA, atasan selalu menerapkan keterbukaan sebelum menyebarkan semua informasi kepada bawahan, karena atasan merasa bahwa bawahan