• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Motivasi Kerja

2.3.1.Pengertian Motivasi Kerja

Motivasi pada dasarnya berasal dari bahasa latin yaitu ”Movere” yang artinya

”bergerak”. Berdasarkan kata tersebut, maka lahirlah berbagai definisi tentang

motivasi. Pertama defenisi yang diberikan oleh (Hasibuan:1999) menyebutkan

bahwa motivasi kerja adalah pemberian yang menciptakan kegairahan kerja

seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan

segala upayanya untuk mencapai kepuasan.

Senada dengan defenisi diatas maka, menurut (Siagian:1995) memiliki tiga

komponen utama, yaitu :

1. Kebutuhan.

Kebutuhan timbul dalam diri seseorang apabila orang tersebut merasa ada kekurangan dari dalam dirinya. Menurut pengertian homeostatik, kebutuhan timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki, baik dalam arti fisiologis maupun psikologis.

2. Dorongan

Usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan biasanya menimbulkan dorongan. Hal tersebut merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah yang berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh seseorang yang dapat bersumber dari dalam maupun dari luar diri orang tersebut.

3. Tujuan

Tujuan, adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Mencapai tujuan, berarti mengembalikan keseimbangan dalam diri seseorang, baik bersifat fisiologis maupun bersifat psikologis. Tercapainya tujuan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan dorongan tertentu untuk berbuat sesuatu. Robbert Heller (1998:6) menyatakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk bertindak. Ada pendapat bahwa motivasi harus diinjeksi dari luar, tetapi sekarang semakin dipahami bahwa setiap orang termotivasi oleh beberapa kekuatan yang berbeda. Di pekerjaan kita perlu memengaruhi bawahan untuk

menyelaraskan kebutuhannya dengan kebutuhan organisasi. Motivasi merupakan proses psikologi yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan atau goal-directed behavior (Robert Kreitner dan Angelo Kinicki, 2001:205).

Jadi dapat disimpulkan menurut (Masuri Tahili:2010) bahwa motivasi kerja

adalah:

1. motivasi kerja merupakan bagian yang urgen atau penting dalam suatu organisasi yang mana berfungsi sebagai alat atau tujan atau sasaran yang ingin dicapai.

2. motivasi kerja mengandung dua tujan utama dari individu yaitu untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi dan organisasi.

3. motivasi kerja yang diberikan kepada seseorang hanya efektif manakala didalam diri seseorang itu memeiliki kepercayaan atau keyakinan untuk maju dan berhasil dalam organisasi.

Menurut Prof Dr. Sondang P. Siagian, MPA dalam bukunya, teori motivasi

dan aplikasinya, mengatakan bahwa :

Yang dimaksud dengan motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dalamnya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi jawabannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya”

Dari pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

merupakan dorongan terhadap serangkaian proses prilaku manusia pada pencapaian

tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur

membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat

terus-menerus dan adanya tujuan.

Dikutip oleh (Martharia Gellerman:1999) menyatakan bahwa faktor-faktor

motivasi kerja yang paling kuat adalah terpenuhinya kebutuhan dasar untuk

mempertahankan hidup yaitu makan, minum, tempat tinggal, dan sejenisnya.

Kemudian kebutuhannya meningkat yaitu keinginan untuk mendapatkan keamanan

hidup. Untuk meningkatkan kinerja pegawai, organisasi perlu melakukan perbaikan

kinerja.

Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologi yang terjadi pada diri

seseorang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, disamping faktor ekstern seperti

tempat tinggal juga sangat ditentukan faktor–faktor intern yang melekat pada setiap

orang atau bawahan seperti usia, tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman masa

lampau, keinginan atau harapan masa depan. Dalam hubungan ini ada beberapa

pandangan atau pendapat :

1. Motivasi merupakan suatu determinan penting bagi kinerja individual.

Jelas kiranya, bahwa ia bukan satu-satunya determinan, karena masih ada

variabel-variabel lain yang turut mempengaruhinya seperti usia,

pengalaman (kerja) sebelumnya, pendidikan, pelatihan

2. Menurut Lyman porter dan Raymond miles ada 3 (tiga) faktor utama

yang berpengaruh pada motivasi yaitu ciri-ciri pribadi seseorang, tingkat dan jenis pekerjaan, lingkungan kerja

3. Sumber lain mengungkapkan bahwa didalam motivasi itu terdapat suatu

meliputi individu dengan segala tingkah lakunya, situasi dimana individu

bekerja, proses penyesuaian yang harus dilakukan oleh masing–masing

individu terhadap pelaksanaan pekerjaannya, pengaruh yang datang dari

berbagai pihak, reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu, perilaku

atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu, timbulnya persepsi dan

bangkitnya kebutuhan baru, cita-cita dan tujuan.

4. Tekanan Psikologis, Di samping hal hal yang dikemukakan diatas apabila kita amati secara cermat dalam kehidupan organisasi. Para bawahan tidak

selalu berprilaku sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

atau menuruti keinginan pimpinannya. Apabila hal ini terjadi berarti ada

sebab sebab yang biasanya ditimbulkan oleh adanya tekanan–tekanan

batin atau psikologis. Dan akibatnya akan mempengaruhi prilaku mereka

sehingga akan berpengaruh pula terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Lingkungan pekerjaan diduga merupakan factor yang dapat menyebabkan

timbulnya tekanan psikologis. Tekanan psikologis tampil kedalam berbagai variasi

seperti : rasa kecemasan, perasaan tegang, rasa khawatir, tersinggung, merasa tidak

diperhatikan dan sebagainya. Akibat lebih jauh daripada tekanan psikologis tersebut

bisa merusak rasa kebersamaan dan keutuhan kehidupan organisasi. Apabila hal ini

terjadi berarti derajat tekanan psikologis sudah sampai pada tingkat gawat dan

2.3.3.Jenis-Jenis Motivasi

Atas dasar asal dorongan, motivasi dapat dibedakan menjadi dua (Ismail dan

Prawironegoro, 2009 : 41) yaitu :

1. Extrinsic motivation, yaitu motivasi yang dorongannya berupa faktor-faktor dari luar diri. Faktor pendorong yang berasal dari luar diri manusia misalnya harapan akan karir, gaji, bonus dan penghargaan masyarakat. 2. Intrinsic motivation, yaitu motivasi yang dorongannya berupa

faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya. Faktor-faktor-faktor intrinsik dalam diri seseorang itu adalah nilai-nilai hidup yang dihayati dengan sepenuh jiwa. Misalnya hidup untuk bekerja, bekerja adalah dalam rangka ibadah, atau bekerja adalah jati diri, sikap hidup pantang menyerah dan lain sebagainya.

Tingkatan motivasi kerja seseorang akan berbeda satu dengan lainnya

tergantung seberapa tinggi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dapat

mempengaruhi perilakunya. Namun peningkatan motivasi dapat dilakukan dengan

pelatihan-pelatihan motivasi dalam rangka penyegaran dan penyadaran kembali arti

penting untuk apa seseorang bekerja. Maka menjadi kewajiban manajemen untuk

menjaga motivasi berprestasi karyawan dan para manajer.

2.3.4.Proses Motivasi

Menurut (Jeffrey et. al. dalam Suryani, 2008:27) proses motivasi terjadi

karena adanya kebutuhan, keinginan maupun harapan yang tidak terpenuhi yang

menyebabkan timbuhiya ketegangan. Pada tingkat tertentu ketegangan ini akan

berubah menjadi hasrat yang mendorong individu melakukan suatu perilaku tertentu

guna memenuhi kebutuhan, keinginan dan hasratnya tersebut yang pada akhirnya

2.3.5.Teori-Teori Motivasi

Berkaitan dengan peningkatan motivasi ini, penulis mencoba menjelaskan

mengenai teori motivasi dan kebutuhan menurut pendapat beberapa sarjana antara

lain :

1. Teori Abraham Maslow

Abraham Maslow telah mengembangkan sutau konsep teori motivasi

yang dikenal dengan hirarki kebutuhan atau kebutuhan berjenjang.

Menurut Maslow, nampaknya ada semacam hierarki yang mengatur

dengan sendirinya kebutuhan-kebutuhan itu. Maslow berasumsi bahwa :

a. Kebutuhan orang menurut kepentingan. Mulai kebutuhan dasar sampai kebutuhan puncak.

b. Orang tidak memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi bila yang lebih rendah belum terpenuhi.

c. Setiap orang mempunyai 5 kebutuhan secara berjenjang, manusia mempunyai lima tingkat atau hirarki kebutuhan yaitu :

1) Kebutuhan fisiologikal

2) Kebutuhan keamanan, fisik, mental, psikis dan intelektual 3) Kebutuhan social

4) Kebutuhan prestise yang tercermin dalam simbol status

5) Aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya sehingga menjadi kemampuan yang nyata.

2. Teori David McClelland

David McClelland menyatakan bahwa pada hakekatnya manusia itu

mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain.

yang berbeda dan dapat dibedakan dari kebutuhan–kebutuhan lainnya.

Seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia

mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yang berprestasi

lebih baik dari karya dan prestasi orang lain. David McClelland

mengemukakan tiga jenis kebutuhan yaitu :

a. Need for Achievment (nAch) yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan rasa tanggung jawab untuk memecahkan masalah. Misalnya seorang pegawai mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi cendrung berani mengambil resiko.

b. Need for Affiliation (nAff), yaitu kebutuhan untuk berafiliasi, merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada sama dengan orang lain dan tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

c. Need for Power (nPow), yaitu kebutuhan akan kekuasaan merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas, untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain.

3. Teori Frederick Herzberg

Pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya di pengaruhi oleh dua faktor

utama yang merupakan kebutuhan, herzberg mengembangkan Two factor

theory berdasarkan pada motivators dan hygiene factors. Hygiene factors

merupakan kebutuhan dasar manusia, tidak bersifat memotivasi, tetapi

kegagalan mendapatkannya menyebabkan ketidakpuasan.

4. Teori Douglas Mc Gregor

Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan nyata mengenai

manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negatif, disebut Teori X dan

2008:225). Menurut Teori X, empat asumsi yang dimiliki oleh atasan

adalah:

a. Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk menghindarinya.

b. Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan., mereka harus dipaksa, dikendalikan atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan.

c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal bila mungkin.

d. Sebagian karyawan menempatkan keamanan diatas faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.

5. Teori Evaluasi Kognitif

Merupakan teori yang menyatakan bahwa pemberian

penghargaan-penghargaan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan

secara instrinsik cenderung mengurangi tingkat motivasi secara

keseluruhan (Robbins dan Judge, 2008:233).

6. Teori kaitan Imbalan dengan Prestasi

Dari semua teori yang telah dibahas, disadari bahwa masing-masing

memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu para ahli berusaha

mencari dan menemukan system motivasi yang terbaik dalam arti

menggabung berbagai kelebihan. Model-model tersebut menjadi suatu

model. Para ahli sepakat bahwa model yang paling mencakup

keseluruhannya adalah yang mengaitkan antara imbalan dan prestasi

kerja. Selanjutnya dikemukakan (Robbins dan Judge, 2008:241) bahwa

yang tetap, contoh yang dilakukan oleh individu lain, bujukan verbal dan

kemunculan.

7. Teori Penguatan

Menurut (Robbins dan Judge, 2008:244), teori ini merupakan teori yang bertentangan dengan teori penentuan tujuan. Teori sebelumnya adalah

sebuah pendekatan kognitif, yang mengemukakan bahwa tujuan-tujuan

seorang individu mengarahkan tindakannya.

Dalam teori penguatan, seseorang mempunyai sebuah pendekatan

perilaku, yang menunjukkan bahwa penguatan mempengaruhi perilaku.

Dokumen terkait