3.1 Umum
Mesin induksi dapat dioperasikan sebagai motor maupun sebagai
generator. Bila dioperasikan sebagai motor, mesin induksi harus dihubungkan
dengan sumber tegangan (jala–jala) yang akan memberikan energi mekanis pada
mesin tersebut dengan mengambil arus eksitasi dari jala – jala dan mesin bekerja
dengan slip lebih besar dari nol sampai satu (0≤s≤ 1).
Jika mesin dioperasikan sebagai generator, maka diperlukan daya mekanis
untuk memutar rotornya searah dengan arah medan putar melebihi kecepatan
sinkronnya dan sumber daya reaktif untuk memenuhi kebutuhan arus eksitasinya.
Kebutuhan daya reaktif dapat diperoleh dari jala–jala atau dari suatu kapasitor.
Tanpa adanya daya reaktif, mesin induksi yang dioperasikan sebagai generator
tidak menghasilkan tegangan. Jika generator induksi terhubung dengan jala–jala,
maka kebutuhan daya reaktif diambil dari jala–jala. Namun, bila generator induksi
tidak tehubung dengan jala–jala, maka kebutuhan daya reaktif dapat disediakan
dari suatu unit kapasitor. Kapasitor tersebut dihubungkan paralel dengan terminal
keluaran generator. Kapasitor yang terpasang harus mampu memberikan daya
reaktif yang dibutuhkan untuk menghasilkan fluksi di celah udara. Karena
generator induksi penguatan sendiri. Mesin induksi yang beroperasi sebagai
generator ini bekerja dengan slip yang lebih kecil dari nol (s < 0).
3.2 Syarat – Syarat Motor Induksi Sebagai Generator
Motor induksi tiga fasa dapat dioperasikan sebagai generator dengan cara
memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan medan putar (nr > ns) dan atau
mesin bekerja pada slip negatip (s < 0).
ns = p f 120 ………...(3.1) dengan:
ns : Kecepatan medan putar, rpm
f : Frekuensi sumber daya, Hz
p : Jumlah kutub motor induksi.
Sehingga; s = s r s n n n − . 100 % , nr > ns……….……...……....(3.2) dengan: s : slip
ns : Kecepatan medan putar, rpm
nr : Kecepatan putar rotor, rpm
Karena Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) ini bekerja stand alone
pemasangan kapasitor pada Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) beroperasi
sendiri ini adalah untuk menyediakan daya reaktif.
3.3 Slip
Selisih antara kecepatan rotor dengan kecepatan sinkron disebut slip (s).
Slip dapat dinyatakan dalam putaran setiap menit, tetapi lebih umum dinyatakan
sebagai persen dari kecepatan sinkron.
Slip (s) = s r s n n n − x 100 %...(3.3) dimana: nr = kecepatan rotor ( rpm ) ns = kecepatan sinkron ( rpm )
Apabila nr < ns, (0 < s < 1), kecepatan dibawah sinkron akan menghasilkan
kopel, rotor dijalankan dengan mempercepat rotasi medan magnet, tenaga listrik
diubah ke tenaga gerak (daerah motor).
Bila nr = ns, (s = 0), tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan
mengalir pada belitan rotor, sehingga tidak akan dihasilkan kopel.
Bila nr > ns, (s < 0), kecepatan di atas sinkron, rotor dipaksa berputar lebih
cepat daripada medan magnet. Tenaga gerak diubah ke tenaga listrik (daerah
generator).
s = 1, rotor ditahan, tidak ada transfer tenaga.
s > 1, kecepatan terbalik, rotor dipaksa bekerja melawan medan magnet
3.4 Frekuensi Rotor
Kecepatan dan jumlah kutub derajat ac menentukan frekuensi tegangan
yang dibangkitkan. Jika generator mempunyai dua kutub (utara dan selatan) dan
kumparan berputar pada kecepatan satu putaran per detik, maka frekuensi akan
berubah menjadi siklus per detik. Rumus untuk menentukan frekuensi generator
ac adalah : f = 120 pn ……….…(3.4) dimana:
f = Frekuensi tegangan yang diinduksikan (Hz)
p = jumlah kutub pada rotor
n = kecepatan rotor per menit (r / menit)
Besarnya tegangan yang di bangkitkan tergantung pada kecepatan pada
garis medan magnet yang dipotong atau dalam hal generator ac, besarnya
tegangan tergantung pada kuat medan dan kecepatan rotor. Karena sebagian besar
dioperasikan pada kecepatan konstan, jumlah GGL yang dibangkitkan menjadi
3.5 Prinsip Kerja Generator Induksi (MISG) Penguatan Sendiri
Gambar 3.1. Prinsip kerja generator induksi penguatan sendiri
Pada mesin induksi tidak terdapat hubungan listrik antara stator dengan
rotor, karena arus pada rotor merupakan arus induksi. Jika belitan stator diberi
tegangan tiga fasa, maka pada stator akan dihasilkan arus tiga fasa, arus ini
kemudian akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan
sinkron (ns) dan kemudian akan melakukan pengisian muatan ke kapasitor (C)
yang dipasang parallel dengan stator yang tujuannya untuk mensuplai tegangan ke
stator nanti untuk mempertahankan kecepatan sinkron (ns) motor induksi pada
saat dilakukan pelepasan sumber tegangan tiga fasa pada stator.
Pada rangkaian (seperti Gambar 3.1) mesin dc sebagai prime mover yang
dikopel dengan mesin induksi diputar secara perlahan memutar rotor mesin
induksi hingga mencapai putaran sinkronnya (nr = ns). Saklar sumber tegangan
tiga fasa untuk stator dilepas, dan kapasitor yang sudah discharge akan bekerja
putaran sinkronnya mesin induksi (nr > ns), sehingga slip yang timbul antara
putaran rotor dan putaran medan magnet menghasilkan slip negatif (s < 0) dan
akan menghasilkan tegangan sehingga motor induksi akan berubah fungsi menjadi
generator induksi.
Gambar 3.2. Karakteristik torsi – kecepatan mesin induksi
Dari kurva karakteristik (Gambar3.2) antara kecepatan dan kopel motor
induksi dapat dilihat, jika sebuah motor induksi dikendalikan agar kecepatannya
lebih besar daripada kecepatan sinkron oleh penggerak mula, maka arah kopel
yang terinduksi akan terbalik dan akan beroperasi sebagai generator. Semakin
besar kopel pada penggerak mula, maka akan memperbesar pula daya listrik yang
dihasilkan. Pada gambar karakteristik diatas generator mulai menghasilkan
tegangan pada saat putaran rotor (nr) sedikit lebih cepat dari putaran sinkron (ns)
Pada motor induksi yang dioperasikan sebagai generator tidak terdapat
pengatur tegangan seperti governor pada generator sinkron. Oleh karena itu
tegangan keluaran sangat dipengaruhi oleh beban dan nilai kapasitor.
3.6 Proses Pembangkitan Tegangan dan Rangkaian Ekivalen Generator Induksi
Syarat utama terbangkitnya tegangan generator induksi adalah adanya
remanensi di rotor atau kapasitor eksitasi yang digunakan harus mempunyai
muatan listrik terlebih dahulu. Remanensi atau muatan kapasitor merupakan
tegangan awal yang diperlukan untuk proses pembangkitan tegangan selanjutnya.
Proses pembangkitan tegangan akan terjadi bila salah satu syarat di atas dipenuhi.
Gambar 3.3 memperlihatkan rangkaian proses pembangkitan tegangan generator
induksi.
E2 E1
C eksitasi beban
rotor stator
Gambar 3.3 Rangkaian proses pembangkitan tegangan
Dari Gambar 3.3 dapat dibuat rangkaian ekivalen per fasa generator
Xm s R X R X I Xc Ic E1 b e b a n V 2 2 1 1 1 IL
Gambar3.4. Rangkaian ekivalen perfasa generator induksi
Dimana :
R1 = tahanan stator IL = arus beban
R2 = tahanan rotor s = slip
X1 = reaktansi stator v = tegangan keluaran (fasa-netral)
X2 = reaktansi rotor
Xm = reaktansi magnetisasi
XC = reaktansi kapasitansi
I1 = arus stator
IC = arus magnetisasi
Dengan menghubungkan kapasitor di terminal stator, akan terbentuk suatu
rangkaian tertutup. Dengan adanya tegangan awal tadi, di rangkaian akan
mengalir arus. Arus tersebut akan menghasilkan fluksi di celah udara, sehingga di
stator akan terbangkit tegangan induksi sebesar E1. Tegangan E1 ini akan
mengakibatkan arus mengalir ke kapasitor sebesar I1. Dengan adanya arus sebesar
menjadi E2. Tegangan E2 akan mengalirkan arus di kapasitor sebesar I2 yang akan
menyebabkan fluksi bertambah dan tegangan yang dibangkitkan juga akan
meningkat. Proses ini terjadi sampai mencapai titik keseimbangan E = VC seperti
ditunjukkan dalam Gambar 3.5. Dalam kondisi ini tidak terjadi lagi penambahan
fluksi ataupun tegangan yang dibangkitkan.
Gambar3.5. Proses pembangkitan tegangan.
Nilai kapasitor yang dipasang sangat menentukan terbangkitnya tegangan
atau tidak. Untuk terbangkitnya tegangan generator induksi, nilai kapasitor yang
dipasang harus lebih besar dari nilai kapasitor minimum yang diperlukan untuk
proses eksitasi. Jika kapasitor yang dipasang lebih kecil dari kapasitor minimum
yang diperlukan, maka proses pembangkitan tegangan tidak akan berhasil.
3.7 Kapasitor Eksitasi
Kapasitor adalah suatu peralatan listrik untuk menyimpan muatan listrik.
Konstruksi kapasitor pada umumnya terdiri dari dua buah konduktor yang
Kapasitor eksitasi adalah salah satu sumber eksitasi yang digunakan
sebagai penghasil daya reaktif pada generator induksi. Dengan eksitasi yang
mencukupi, akan diperoleh kondisi optimal pengoperasian pembangkit dalam
bentuk faktor daya dan efisiensi yang tinggi, regulasi tegangan yang rendah dan
pada gilirannya akan memperbaiki keseluruhan performansi sistem. Sebaliknya
kekurangan eksitasi akan mengakibatkan generator induksi dapat kehilangan
tegangan (voltage collapse) dan ketidak-stabilan sistem. Sehubungan dengan
eksitasi, permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan generator induksi yang
dioperasikan secara terisolasi adalah menyangkut :
1. Penentuan dan pengendalian tingkat eksitasi (besar kapasitor) yang
memberikan tingkat regulasi tegangan terminal serendah mungkin dalam
kondisi beban yang berubah (berbeda) pada suatu tingkat kecepatan penggerak
mula generator
2. Penentuan dan pengendalian tingkat eksitasi yang memberikan regulasi
tegangan terminal serendah mungkin pada suatu tingkat pembebanan dalam
kondisi putaran penggerak mula yang berbeda.
Besar nilai kapasitor eksitasi dapat diperoleh dengan persamaan di bawah
ini: ∆Q = V.I ..………..………..…….(3.5) = V. c X V = Xc V2 ………, Xc = fC π 2 1
∆Q = V2.2π. f. C ………...…(3.6) C = f V Q π 2 2 ∆ ………...………….(3.7) Dimana:
∆Q : jumlah daya reaktif yang diperlukan (VAR)
C : kapasitansi kapasitor adalah suatu kemampuan kapasitor untuk
menyimpan muatan (Farad)
3.8 Pemasangan Kapasitor
Untuk sistem 3 fasa, kapasitor dapat dihubungkan dalam dua bagian yaitu:
1. Hubungan delta (∆) 2. Hubungan wye (Y)
3.8.1 Kapasitor Hubungan Delta (∆)
•
•
•
•
∆ cV
∆ CI
Gambar 3.6. Kapasitor terhubung delta
Apabila dihubungkan dengan hubungan delta (∆) seperti gambar 3.6, maka besar kapasitansi kapasitor adalah:
C∆ perfasa = f V Q π 2 3 2 ∆ ( Farad )…………...( 3.8)
3.8.2 Kapasitor Hubungan Wye ( Y )
• • • •
•
•
•
•
CYV I
CYGambar3.7. Kapasitor terhubung bintang
Apabila dihubungkan dengan hubungan bintang (Υ) seperti Gambar 3.7, maka besar kapasitansi kapasitor adalah:
CY perfasa = f V Q π 2 2 ∆ ( Farad )………..(3.9)
Dari kedua hubungan kapasitor diatas, maka diperoleh persamaan untuk
kapasitor terhubung bintang dan delta sebagai berikut :
3 3 Y Y C C C C I I dan V V ∆ = ∆ = ………..……...…(3.10) Y Y Y Y C C C Y C C C C X I V Ic V I V X 3 3 3 3 = = = = ∆ ∆ ∆ ……….…...…(3.11)
Untuk kapasitor yang terhubung bintang, kapasitor yang dibutuhkan tiga
3.9 Pengaruh Pembebanan Terhadap Arus Eksitasi
Dari gambar rangkaian ekivalen gambar 3.6, hubungan antara tegangan
keluaran dengan arus stator diperlihatkan pada persamaan berikut:
V = E1 – I1 ( R1 + jX1 ) ……..………..…(3.12)
I1 = IC + IL ……….……..……(3.13)
dimana,
V = tegangan keluaran generator (Volt)
E1 = ggl induksi yang dibangkitkan pada stator (Volt)
I1 = arus stator (Ampere)
IL = arus beban (Ampere)
Tegangan keluaran generator tergantung kepada antara lain komponen
magnetisasi arus stator I1. Tanpa adanya beban yang mampu memberikan arus
magnetisasi ini, tegangan keluaran generator ini akan hilang. Dalam generator
induksi penguatan sendiri, beban yang dimaksudkan dipenuhi dengan pemasangan
kapasitor eksitasi pada terminal generator.
3.10 Pembebanan Dengan Faktor Kerja Satu
Pembebanan dengan faktor kerja satu artinya generator hanya melayani
beban yang bersifat resistif (R). Beban yang bersifat resistif ini hanya menarik
arus kerja. Kenaikkan arus beban akan memperbesar rugi tegangan di tahanan
stator dan memperbesar kebocoron fluksi di reaktansi stator, sehingga tegangan
Penurunan tegangan keluaran akan menyebabkan arus eksitasi ikut
menurun, seperti diperlihatkan pada Persamaan (3.14).
IC = C
X V
………...(3.14)
Proses penurunan tegangan keluaran berlangsung sampai tercapainya titik
keseimbangan yang baru seperti ditunjukkan dengan Gambar 3.8.
Gambar 3.8. Tegangan fungsi arus eksitasi dengan faktor kerja satu
Pada Gambar 3.8, titik A merupakan titik kerja keadaan beban nol dengan
tegangan sebesar V1 dan arus eksitasi sebesar OA1. Saat generator induksi
dibebani, titik kerja turun menjadi titik B dengan tegangan keluaran generator
sebesar V2 dan arus eksitasi menjadi sebesar OC1 tersebut yang digunakan untuk
eksitasi hanya sebesar OB1, sedangkan sisanya sebesar B1C1 digunakan untuk
3.11 Proses Pengendalian Tegangan
Pada keadaan berbeban atau tanpa beban tegangan terminal generator
induksi penguatan sendiri dapat dinaikkan atau diturunkan dengan cara merubah
besar tegangan induksi pada rangkaian maknetik Xm sedangkan penambahan /
penurunan tegangan induksi hanya dapat terjadi bila arus yang mengalir pada Xm
ditambah atau dikurangi.
Berdasarkan karakteristik maknetisasi semakin besar arus maknetisasi,
maka Xm akan semakin kecil. Jadi perubahan tegangan induksi mengakibatkan
perubahan arus maknetisasi, adalah identik dengan penurunan Xm. Dari Gambar
3.9 dapat dilihat bahwa penambahan tegangan digambarkan dengan semakin
kecilnya sudut kemiringan garis linearnya yang berpotongan dengan kurva.
Gambar 3.9. Kurva maknetisasi dan proses pengendalian tegangan
Sama seperti mesin–mesin listrik lainnya, Generator induksi pun
mempunyai batasan arus maknetisasi yang dapat menyuplai nilai Xm minimal.
yang mengalir pada rangkaian maknetis menjadi terlalu besar sehingga akan dapat
merusak mesin.
Dari sini dapat dimengerti bahwa tegangan induksi yang dapat dihasilkan
juga mempunyai batas. Besar tegangan induksi maksimum yang dapat dihasilkan
tergantung pada desain mesin induksi yang bersangkutan.
Pada pengaturan tegangan generator induksi, yang dilakukan adalah
menambah atau mengurangi nilai kapasitansi sehingga arus yang mengalir pada
rangkaian maknetiknya mengalami kenaikan atau penurunan sehingga tegangan
induksi yang diinginkan dapat terpenuhi.
Perubahan nilai kecepatan akan menyebabkan perubahan nilai Xm, hal ini
disebabkan oleh arus yang mengalir pada kapasitor adalah arus reaktif dan dilihat
dari rangkaian ekivalen perubahan arus reaktif yang pada rangkaian maknetis Xm.
Perubahan arus yang mengalir pada Xm akan menyebabkan perubahan nilai Xm itu
sendiri. Jadi hasil akhir dari perubahan nilai kapasitor adalah perubahan posisi
titik operasi generator induksi pada kurva magnetisasi.
3.12 Aliran Daya Nyata Generator Induksi Penguatan Sendiri
Diagram aliran daya nyata dan rugi-rugi daya generator induksi penguatan
Gambar3.10. Diagram aliran daya nyata.
Rugi-rugi gesekan dan angin Pg+a, rugi-rugi inti stator Pi biasanya dianggap
konstan dan disebut rugi-rugi beban nol. Sedangkan rugi-rugi tembaga stator dan
rotor tidak tetap dan besarnya sangat tergantung kepada arus beban. Diagram
aliran daya dan rugi-rugi daya nyata generator induksi dapat dinyatakan dengan
persamaan-persamaan sebagai berikut :
P1 = Pmek – P.g+a……….…...(3.15)
Pc = P1 - Pcu2……….…….…..………….(3.16)
P2 = Pc – Pcu1 – Pi………..………...(3.17)
dengan:
P1 = daya masukan rotor (Watt)
P2 = daya keluaran stator (Watt)
Pmek = daya mekanis dari prime mover (Watt)
Pg+a = rugi-rugi gesek dan angin (Watt)
Pi = rugi-rugi inti stator (Watt)
Pc = daya pada celah udara (Watt)
Pcu1 =rugi-rugi tembaga stator (Watt)
3.13 Efisiensi
Sama halnya dengan mesin–mesin listrik yang lain, pada motor induksi
sebagai generator rugi–rugi terdiri dari rugi–rugi tetap dan rugi–rugi variabel.
Pada kondisi beban nol daya outputnya sama dengan nol, sehingga efisiensi
bernilai nol. Apabila motor induksi berbeban ringan, maka rugi–rugi tetap akan
lebih besar jika dibandingkan terhadap outputnya, sehingga efisiensi rendah. Jika
beban meningkat, maka efisiensinya juga akan meningkat dan akan menjadi
maksimum sewaktu rugi – rugi variabel sama dengan rugi–rugi inti. Efisiensi
maksimum terjadi saat 80 hingga 95 persen dari rated output. Jika beban
ditingkatkan secara terus–menerus hingga melampaui efisiensi maksimumnya
rugi–rugi beban akan meningkat dengan sangat cepat daripada outputnya,
sehingga efisiensi menurun.
3.14 Motor Induksi Sebagai Generator Penguatan Sendiri Keadaan Berbeban
Adapun rangkaian generator induksi dalam dapat dilihat pada gambar:
Rangkaian ekivalen perfasa generator induksi berbeban diperlihatkan pada
gambar berikut :
Gambar 3.12. Rangkaian ekivalen per fasa generator induksi keadaan berbeban
3.15 Persamaan Tegangan, Arus dan Daya Pada Generator Induksi Penguatan Sendiri
Berdasarkan rangkaian ekivalen perfasa generator induksi maka dapat
dibentuk persamaan – persamaan sebagai berikut.
arus stator (I1)
……...(3.18)
arus beban (IL)
………...(3.19) tegangan beban ( VL ) = IL ( RL + j XL ) ………...(3.20)
Daya Output Perfasa ( Pout ) = IL2 RL ………...……...…(3.21)
VR ( % ) = FL L F NL V V V − x 100 % ………..…….…….…..(3.22)