• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pengaruh Besar Nilai Kapasitor Eksitasi Terhadap Karakteristik Beban Nol dan Berbeban Pada Motor Induksi sebagai Generator Penguatan Sendiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Pengaruh Besar Nilai Kapasitor Eksitasi Terhadap Karakteristik Beban Nol dan Berbeban Pada Motor Induksi sebagai Generator Penguatan Sendiri"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI

TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN

PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR ( MISG )

PENGUATAN SENDIRI

( Aplikasi pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan )

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Departemen Teknik Elektro

O l e h

MUHAMMAD HABIBI LUBIS

NIM: 070402077

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI

TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN

PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR ( MISG )

PENGUATAN SENDIRI

( Aplikasi pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan )

Oleh :

MUHAMMAD HABIBI LUBIS

NIM: 070402077

Disetujui oleh :

Pembimbing,

Ir.Masykur Sjani, M.T. NIP. 195110301981031001

Diketahui oleh :

KETUA DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FT USU,

Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si. NIP : 195405311986011002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

Motor induksi merupakan salah satu penggerak yang paling sering

digunakan dalam aplikasi industri. Disamping fungsinya sebagai penggerak,

motor induksi juga dapat dijadikan sebagai generator atau sering juga disebut

dengan Motor Induksi Sebagai Generator (MISG). Secara umum konstruksi motor

induksi adalah sama dengan konstruksi generator induksi, hanya saja dalam

pengoperasiannya generator induksi kecepatan putaran rotor harus di atas

kecepatan medan putar stator (ns<nr), yang berarti slip bernilai negatif. Tidak

hanya itu saja, motor induksi tersebut juga memerlukan kapasitor untuk

menyediakan daya reaktif.

MISG memiliki kekurangan dalam hal efisiensi dan regulasi tegangan.

Oleh karena itu pada penelitian kali ini akan dianalisis karakteristik motor induksi

tiga fasa yang dioperasikan sebagai generator. MISG dioperasikan dalam keadaan

beban nol dan keadaan berbeban dengan berbagai nilai kapasitor eksitasi yang

telah ditentukan untuk mendapatkan besaran – besaran seperti parameter mesin ,

putaran, frekuensi, tegangan, arus, faktor daya, dan daya serta pengaruh parameter

mesin terhadap regulasi dan efisiensi MISG. Pengujian ini dapat dilakukan pada

Laboratorium Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas

rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir

ini dengan judul “Analisa Pengaruh Besar Nilai Kapasitor Eksitasi Terhadap

Karakteristik Beban Nol dan Berbeban Pada Motor Induksi sebagai

Generator Penguatan Sendiri”. Adapun Tugas Akhir ini dibuat untuk

memenuhi syarat kesarjanaan di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu

ayahanda alm H. Alian Lubis, ibunda tercinta Suriani, kakakku tercinta

Prof.Dr.Dra.Hj.Arnita Zainoeddin, MSi beserta keluarga, abangda tercinta M. Ika

Andri beserta kakanda iparku Dhani, dan kedua adikku yang sangat kusayangi M.

Hambali Lubis & M. Reza Ulfi Lubis, saudaraku Dedi Iskandar Ananta Syahputra

serta seluruh keluarga besar lainnya yang merupakan bagian dari hidup penulis

yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis dari sejak lahir hingga

sekarang, dan teristimewa Eka Rezki Nopianty yang telah banyak membantu

penulis.

Selama masa perkuliahan sampai masa penyelesaian tugas akhir ini,

penulis banyak memperoleh bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk

itu, dengan setulus hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

(5)

1. Bapak Ir. Masykur Sjani, MT selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir

penulis, atas segala bimbingan, pengarahan, nasehat serta motivasi dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Sihar Panjaitan, MT selaku dosen Wali penulis, atas bimbingan

dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan.

3. Bapak Ir. Surya Tarmidzi Kasim, MSi selaku Ketua Departemen Teknik

Elektro FT-USU dan Bapak Rachmat Fauzi ST, MT selaku Sekretaris

Departemen Teknik Elektro FT-USU.

4. Keluarga besar Laboratorium Pengukuran Listrik Bapak Ir. Masykur

Sjani, MT, Bang Penson, bang Mudhin, Kukutch, Noe, Mas Dodos dan

adik-adik 09 Agung, Rizal, Tondy, Dimas dan ibu rumah tangga Siska,

atas kebersamaannya serta segala masukan, motivasi, dan doanya.

5. Keluarga besar Laboratorium Konversi Energi Listrik, terutama Bang

Isroy Tanjung, ST sebagai Staff Administrasi Laboratorium Konversi

Energi Listrik yang telah banyak membantu penulis, juga kepada para

asisten Ardi ‘kawan KP awak’, Aji, Syamamil, dek Fahdi, Sarif sarap,

Rizky, dan adik awak Arfan atas masukan-masukan, bantuan dan doanya.

6. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Teknik Elektro USU dan Karyawan

di Jurusan Teknik Elektro.

7. Teman-teman kuliah dan IMTE, Ketua Ajir, oki, ichan, bayu ganjang,

acer, cimet, ramces, aan, tony, roveh, ali cupetong, bintat, nyeck nyobel,

dan teman-teman SMA, serta teman-teman lain yang tidak bisa saya

(6)

yang diberikan. Nama kalian akan selalu terpatri dalam hati sanubari

penulis.

8. Adik-adik stambuk yang banyak membantu.

9. Seluruh Mahasiswa Teknik Elektro USU.

Akhir kata, tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak

kesalahan dan kekurangan, namun penulis tetap berharap semoga tugas akhir ini

bisa bermanfaat dan memberikan inspirasi bagi pengembangan selanjutnya.

Medan, 28 November 2012

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 2

1.4 Metode Penulisan ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA 2.1 Umum ... 7

2.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Phasa ... 8

2.3 Medan Putar ... 11

2.3.1 Analisis Secara Vektor ... ………13

2.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Phasa ... 14

2.5 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi ... 16

2.5.1 Rangkaian Ekivalen Stator ... ………16

(8)

2.6 Aliran Daya Motor Induksi ... 22

2.7 Efisiensi Motor Induksi Tiga Phasa ... 25

2.8 Disain Motor Induksi Tiga Phasa ... 26

2.9 Penentuan Parameter Motor Induksi ... 28

2.9.1 Pengujian Tanpa Beban ... 28

2.9.2 Pengujian Tahanan Stator ... 30

BAB III MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR 3.1 Umum ... 32

3.2 Syarat – Syarat Motor Induksi Sebagai Generator ... 33

3.3 Slip ... 34

3.4 Frekuensi Rotor Proses Pembangkitan Tegangan ... 35

3.5 Prinsip Kerja Generator Induksi Penguatan Sendiri ... 36

3.6 Proses Pembangkitan Tegangan dan Rangkaian Ekivalen ... 38

3.7 Kapasitor Eksitasi ... 40

3.8 Pemasangan Kapasitor ... 42

3.8.1 Kapasitor Hubungan Delta ( ∆ ) ... 42

3.8.2 Kapasitor Hubungan Wye ( Y ) ... 43

3.9 Pengaruh Pembebanan Terhadap Arus Eksitasi... 44

3.10 Pembebanan Dengan Faktor Kerja Satu ... 44

3.11 Proses Pengendalian Tegangan ... 46

3.12 Aliran Daya Nyata MISG ... 47

(9)

3.14 MISG Penguatan Sendiri Keadaan Berbeban ... 49

3.15 Persamaan Tegangan, Arus dan Daya Pada Generator Induksi Penguatan Sendiri Hubungan Short-Shunt ... .50

BAB IV ANALISA PENGARUH BESAR NILAI KAPASITOR EKSITASI TERHADAP KARAKTERISTIK BEBAN NOL DAN BERBEBAN PADA MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) 4.1 Umum ... 51

4.2 Peralatan Yang Digunakan ... 52

4.3 Penentuan Besar Nilai Kapasitor ... 53

4.4 Pengujian Pengaruh Besar Nilai Kapasitor Eksitasi Terhadap Karakteristik Beban Nol dan Berbeban Pada MISG ... 55

4.4.1 Pengujian Pengukuran Tahanan Stator ... 55

4.4.1.1 Rangkaian Pengujian ... 56

4.4.1.2 Prosedur Pengujian ... 56

4.4.1.3 Data Hasil Pengujian ... 57

4.4.1.4 Analisa Data Pengujian ... 57

4.4.2 Pengujian Motor Induksi Sebagai Generator ... 59

4.4.2.1 Pengujian Beban Nol ... 59

4.4.2.1.1 Rangkaian Pengujian ... 59

4.4.2.1.2 Prosedur Pengujian ... 59

(10)

4.4.2.2 Pengujian Berbeban dan Tanpa Beban ... 61

4.4.2.2.1 Rangkaian Pengujian ... 61

4.4.2.2.2 Prosedur Pengujian ... 61

4.4.2.2.3 Data Hasil Pengujian ... 63

4.4.3 Analisa Data Pengaruh Karakteristik Beban Nol dan Berbeban Terhadap Regulasi Tegangan dan Efisiensi Pada MISG ... 64

4.4.3.1 Regulasi Tegangan ... 64

4.4.3.2 Efisiensi ... 65

4.4.4 Tabel analisa Data Percobaan ... 68

4.4.4 Kurva Analisa Percobaan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Penampang Rotor dan Stator Motor Induksi ... 8

2.2(a) Lempengan Inti ... 9

2.2(b) Tumpukan Inti Dengan Kertas Isolasi Pada Beberapa Alurnya ... 9

2.2(c) Tumpukan Inti dan Kumparan Dalam Cangkang Stator ... 9

2.3(a) Tipikal Rotor Sangkar ... 10

2.3(b) Bagian – Bagian Rotor Sangkar ... 10

2.4(a) Rotor Belitan ... 11

2.4(b) Motor Induksi Rotor Belitan ... 11

2.5(a) Diagram Phasor Fluksi Tiga Phasa ... 12

2.5(b) Arus Tiga Phasa Setimbang ... 12

2.6 Medan Putar Pada Motor Induksi Tiga Phasa ... 12

2.7 Arah Fluks Yang Ditimbulkan Oleh Arus Yang Mengalir Dalam Suatu Lingkar ... 13

2.8 Diagram Vektor Untuk Fluks Total Pada Keadaan t1, t2, t3, t4 ... 14

2.9 Rangkaian Ekivalen Stator Motor Induksi ... 16

2.10 Rangkaian Ekivalen Pada Rotor Motor Induksi ... 20

2.11 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Phasa ... 20

2.12 Rangkaian Ekivalen Dilihat Dari Sisi Stator Motor Induksi ... 21

2.13 Rangkaian Ekivalen Dilihat Dari Sisi Stator Motor Induksi ... 21

2.14 Rangkaian Ekivalen Lain Dari Motor Induksi ... 22

(12)

2.16 Efisiensi Pada Motor Induksi ... 26

2.17 Karakteristik Torsi – Kecepatan Motor Induksi Pada Berbagai Disain ... 27

2.18 Rangkaian Pengujian Tanpa Beban Motor Induksi ... 29

2.19 Rangkaian Pengujian Tahanan Stator Arus Searah Motor Induksi ... 30

3.1 Prinsip Kerja Generator Induksi Pengutan Sendiri ... 36

3.2 Karakteristik Torsi-Kecepatan Mesin Induksi ... 37

3.3 Rangkaian Proses Pembangkitan Tegangan ... 38

3.4 Rangkaian Ekivalen Perfasa Generator Induksi ... 39

3.5 Proses Pembangkitan Tegangan ... 40

3.6 Kapasitor Terhubung Delta ... 42

3.7 Kapasitor Terhubung Bintang ... 43

3.8 Tegangan Fungsi Arus Eksitasi Dengan Faktor Kerja Satu ... 45

3.9 Kurva Magnetisasi dan Proses Pengendalian Tegangan ... 46

3.10 Diagram Aliran Daya Nyata ... 48

3.11 Rangkaian Generator Induksi Penguatan Sendiri Hubungan Short-Shunt ... 49

3.12 Rangkaian ekivalen per fasa generator induksi keadaan berbeban...50

4.1 Rangkaian Percobaan Dengan Suplai DC ... 56

(13)

4.3 Rangkaian Percobaan Berbeban Generator Induksi Penguatan

Sendiri ... 61

4.4 Kurva Percobaan Karakteristik Beban Nol ... 69

4.5 Kurva Percobaan Karakteristik Berbeban ... 70

4.6 Kurva Pengaruh Karakteristik Beban Nol dan Berbeban

Terhadap Regulasi Tegangan Pada Motor Induksi Sebagai

Generator ... 71

4.7 Kurva Pengaruh Karakteristik Beban Nol dan Berbeban

(14)

DAFTAR TABEL

4.1 Data hasil pengujian tahanan stator DC ... 57

4.2 Data hasil pengujian beban nol MISG ... 60

4.3 Data hasil pengujian berbeban MISG ... 63

4.4 Data Hasil analisa data pengaruh karakteristik beban nol dan

(15)

ABSTRAK

Motor induksi merupakan salah satu penggerak yang paling sering

digunakan dalam aplikasi industri. Disamping fungsinya sebagai penggerak,

motor induksi juga dapat dijadikan sebagai generator atau sering juga disebut

dengan Motor Induksi Sebagai Generator (MISG). Secara umum konstruksi motor

induksi adalah sama dengan konstruksi generator induksi, hanya saja dalam

pengoperasiannya generator induksi kecepatan putaran rotor harus di atas

kecepatan medan putar stator (ns<nr), yang berarti slip bernilai negatif. Tidak

hanya itu saja, motor induksi tersebut juga memerlukan kapasitor untuk

menyediakan daya reaktif.

MISG memiliki kekurangan dalam hal efisiensi dan regulasi tegangan.

Oleh karena itu pada penelitian kali ini akan dianalisis karakteristik motor induksi

tiga fasa yang dioperasikan sebagai generator. MISG dioperasikan dalam keadaan

beban nol dan keadaan berbeban dengan berbagai nilai kapasitor eksitasi yang

telah ditentukan untuk mendapatkan besaran – besaran seperti parameter mesin ,

putaran, frekuensi, tegangan, arus, faktor daya, dan daya serta pengaruh parameter

mesin terhadap regulasi dan efisiensi MISG. Pengujian ini dapat dilakukan pada

Laboratorium Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mesin induksi dapat dioperasikan sebagai motor maupun sebagai

generator. Namun, sedikit sekali masalah generator induksi ditulis sebagai subjek.

Alasannya adalah karena generator induksi tidak mampu mengendalikan tegangan

dan frekuensi pada kondisi berbeban dan kecepatan perputaran yang berubah.

Sehingga dari salah satu penyebabnya tersebut, generator sinkron selalu

digunakan dalam unitunit pembangkit tenaga listrik.

Namun, akhir–akhir ini karena cadangan sumber energi yang tidak

terbarukan seperti minyak, gas bumi, batubara dan lainlain dirasakan semakin

menipis,maka pengembangan generator induksi penguatan sendiri yang

digerakkan oleh energi angin, pembangkit mikrohidro, biogas dan lain–lain mulai

menjadi semakin mendapat perhatian yang nyata. Selain itu, keuntungan lain dari

mesin ini adalah kontruksinya yang kokoh, biaya pemeliharaan yang rendah dan

tidak membutuhkan penguatan DC.

Eksitasi generator induksi penguatan sendiri diperoleh dari kapasitor yang

dihubungkan dengan terminal stator generator. Kapasitor ini berfungsi sebagai

pembangkit daya reaktif untuk menghasilkan fluksi magnetisasi di celah udara.

Jadi tanpa adanya daya reaktif untuk kebutuhan arus eksitasi, kerja mesin induksi

(17)

Sebagai generator, karakteristik motor induksi dapat berubah–ubah

dikarenakan penambahan beban. Putaran, frekuensi, tegangan, arus, faktor daya

dan daya pada generator induksi dapat berubah–ubah dikarenakan pembebanan.

Karakteristik suatu generator induksi sangat mempengaruhi kinerja kerja

dari suatu generator itu sendiri. Untuk itu dalam tugas akhir ini , penulis akan

membahas tentang analisa pengaruh besar kapasitor eksitasi terhadap karakteristik

beban nol dan berbeban pada motor induksi sebagai generator ( MISG ) penguatan

sendiri.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembebanan

terhadap regulasi tegangan dan efisiensi pada motor induksi sebagai generator.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan mengenai generator induksi penguatan sendiri.

2. Mengetahui besar nilai kapasitor yang akan disuplai pada generator

induksi untuk membangkitkan arus eksitasi yang diperlukan.

3. Mengetahui cara memperoleh nilai kapasitor eksitasi untuk

mendapatkan karakteristik yang lebih baik pada generator induksi.

4. Menambah aplikasi-aplikasi pada laboratorium konversi energi listrik

.

1.3 Batasan Masalah

Untuk menjaga agar pembahasan materi dalam Tugas Akhir ini lebih

(18)

1. Motor induksi yang penulis ambil sebagai aplikasi adalah Motor

Induksi Tiga Phasa Rotor Sangkar Tupai pada Laboratorium Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(P4TK)

2. Analisa dilakukan dalam kondisi steady state.

3. Membahas tentang analisa pengaruh besar kapasitor eksitasi terhadap

karakteristik beban nol dan karakteristik berbeban pada motor induksi

sebagai generator ( MISG ) penguatan sendiri.

4. Hanya menganalisa hubungan short shunt untuk generator induksi

penguatan sendiri dengan berbagai nilai kapasitor yang telah di

tentukan..

5. Tidak membahas tentang pengaturan.

6. Tidak membahas gangguan yang terjadi pada generator induksi.

7. Data yang diambil adalah tegangan terminal generator, arus kapasitor,

arus beban, putaran, dan daya, sesuai dengan perubahan beban..

8. Semua parameter mesin diasumsikan tetap.

9. Rugi-rugi inti, rugi gesek+angin, dan rugi-rugi di rotor diabaikan,

hanya rugi-rugi tembaga stator yang diperhitungkan.

10.Kapasitor eksitasi yang digunakan adalah hubungan Delta ( ∆ ).

11.Kondisi beban yang menjadi objek penelitian adalah beban yang

(19)

12.Analisa data berdasarkan peralatan yang tersedia di Pusat

Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(P4TK)

1.4 Metode Penulisan

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan

beberapa metode studi diantaranya:

1. Studi literatur yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan

topik tugas akhir ini, dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh

penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal,

internet dan lain-lain.

2. Studi lapangan yaitu dengan melaksanakan percobaan di Laboratorium

Mesin Listrik Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (P4TK)

3. Studi bimbingan yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas

akhir ini dengan dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak

departemen Teknik Elektro USU, kepala dan asisten Laboratorium

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga

(20)

1.5 Sistematika Penulisan

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar

belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan

masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II. MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

Bab ini membahas mengenai motor induksi tiga phasa secara

umum, konstruksi motor induksi tiga phasa, prinsip kerja motor

induksi tiga phasa, medan putar, rangkaian ekivalen motor

induksi, aliran daya pada motor induksi, torsi motor induksi

tiga phasa, efisiensi motor induksi tiga phasa, disain motor

induksi, dan penentuan parameter motor induksi.

BAB III. MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR ( MISG )

Bab ini membahas mengenai motor induksi sebagai generator

secara umum, syarat–syarat motor induksi sebagai generator,

keuntungan dan kelemahan motor induksi sebagai generator.

Bab ini juga membahas mengenai generator induksi penguatan

sendiri secara umum, prinsip kerja generator induksi

penguatan sendiri, proses pembangkitan tegangan dan

rangkaian ekivalen, aliran daya nyata generator induksi

penguatan sendiri, pengaruh pembebanan terhadap arus

(21)

induksi penguatan sendiri hubungan short shunt, persamaan

tegangan, arus dan daya pada generator induksi penguatan

sendiri hubungan short shunt.

BAB IV. PENGUJIAN PEMBEBANAN TERHADAP

KARAKTERISTIK GENERATOR INDUKSI

Bab ini membahas tentang pengujian pengaruh pembebanan

terhadap karakteristik beban nol dan berbeban. Pengambilan

data dilakukan dengan melakukan percobaan di laboratorium.

Hasil yang diinginkan adalah parameter generator induksi

penguatan sendiri untuk mendapatkan regulasi tegangan dan

efisiensi generator induksi tersebut.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian penutup berupa kesimpulan dan

saran yang berkaitan dengan pembahasan mengenai pengaruh

pembebanan terhadap regulasi tegangan dan efisiensi generator

induksi penguatan sendiri dengan kompensasi tegangan

(22)

BAB II

MOTOR INDUKSI TIGA FASA

2.1. Umum

Motor induksi merupakan salah satu jenis motor arus bolak–balik (AC)

yang paling luas digunakan. Hampir 70% dari konsumsi energi listrik pada

industri menggunakan motor induksi. Contoh pengaplikasian motor induksi yakni

kipas angin , kompresor, pompa , konveyor, transportasi dan peralatan kantor.

Pada motor sinkron gulungan rotor dieksitasi oleh arus DC sedangkan pada motor

induksi , gulungan stator dieksitasi oleh arus AC yang kemudian menginduksi

gulungan rotor sehingga mengalir arus AC didalamnya. Hal ini sama seperti

gulungan sekunder pada transformator yang terinduksi tegangan oleh gulungan

primer dan oleh karena itu motor induksi dapat dianggap sebagai transformator

putar (dengan syarat gulungan primer adalah bagian yang diam dan gulungan

sekunder adalah bagian yang berputar).

Motor ini memiliki konstruksi yang kuat, sederhana, handal, serta berbiaya

murah. Di samping itu motor ini juga memiliki effisiensi yang tinggi saat

berbeban penuh dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Akan tetapi

jika dibandingkan dengan motor DC, motor induksi masih memiliki kelemahan

dalam hal pengaturan kecepatan. Dimana pada motor induksi pengaturan

kecepatan sangat sukar untuk dilakukan, sementara pada motor DC hal yang sama

(23)

2.2 Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa

Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan

bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator dengan

rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil. Konstruksi motor induksi dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

Rotor

Stator

Gambar 2.1. Penampang rotor dan stator motor induksi

Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian

yang diam dan mengalirkan arus fasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti

yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk

silindris. Alur pada tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas (Gambar

2.2.(b)). Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi (Gambar 2.2 (a)).

Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat

untuk menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan

fasa dimana untuk motor tiga fasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar

120o. Kawat kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan

isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam

(24)

lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah dilekatkan pada

cangkang luar untuk motor induksi tiga fasa.

(c)

Gambar 2.2. Menggambarkan komponen stator motor induksi tiga fasa,

(a) Lempengan inti,

(b) Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya.

(c) Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.

Rotor motor induksi tiga fasa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu

rotor sangkar (squirrel cage rotor) dan rotor belitan (wound rotor). Rotor sangkar

terdiri dari susunan batang konduktor yang dibentangkan ke dalam slot–slot yang

terdapat pada permukaan rotor dan tiap–tiap ujungnya dihubung singkat dengan

menggunakan shorting rings. Rotor jenis ini adalah yang paling umum untuk

(a) (b)

(25)

motor induksi. Rotor sangkar memiliki berbagai ukuran mulai lebih kecil dari 1

kW sampai lebih besar dari 30 MW. Pada rotor sangkar seperti Gambar 2.3

kecepatan putaran rotor biasanya 1% atau lebih lambat kecepatan sinkron dari

medan putar di celah udara yang ditimbulkan oleh gulungan stator.

(a) (b)

Gambar2.3. Rotor sangkar, (a) Tipikal rotor sangkar

(b) Bagian–bagian rotor sangkar

Sementara itu pada rotor belitan seperti Gambar 2.4, rotornya dibentuk

dari satu set belitan tiga fasa yang merupakan bayangan dari belitan statornya.

Biasanya belitan tiga fasa dari rotor ini terhubung Y dan kemudian tiap-tiap ujung

dari tiga kawat rotor tersebut diikatkan pada slip ring yang berada pada poros

rotor. Pada motor induksi rotor belitan, rangkaian rotornya dirancang untuk dapat

disisipkan dengan tahanan eksternal, yang mana hal ini akan memberikan

(26)

(a) (b)

Gambar 2.4. (a) Rotor belitan

(b) Motor induksi rotor belitan

2.3 Medan Putar

Perputaran motor pada mesin arus bolak–balik ditimbulkan oleh adanya

medan putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam kumparan statornya.

Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator dihubungkan dalam fasa banyak,

umumnya fasa 3. Hubungan dapat berupa hubungan bintang atau delta.

Misalkan kumparan a–a’; b–b’; c–c’ dihubungkan 3 fasa, dengan beda

fasa masing – masing 1200 (Gambar 2.5a) dan dialiri arus sinusoid. Distribusi arus

ia, ib, ic sebagai fungsi waktu adalah seperti Gambar 2.5b. Pada keadaan t1, t2, t3,

dan t4, fluks resultan yang ditimbulkan oleh kumparan tersebut masing – masing

adalah seperti Gambar 2.6c, d, e, dan f.

Pada t1 fluks resultan mempunyai arah sama dengan arah fluks yang

dihasilkan oleh kumparan a–a’; sedangkan pada t2, fluks resultannya mempunyai

arah sama dengan arah fluks yang dihasilkan oleh kumparan c–c’; dan untuk t3

(27)

b–b’. Untuk t4, fluks resultannya berlawanan arah dengan fluks resultan yang

dihasilkan pada saat t1 keterangan ini akan lebih jelas pada analisa vektor.

Gambar 2.5. (a) Diagram phasor fluksi tiga fasa

(b) Arus tiga fasa setimbang

(b)Arus tiga fasa setimbang

Gambar 2.6. Medan putar pada motor induksi tiga fasa

Dari gambar c, d ,e, dan f tersebut terlihat fluks resultan ini akan berputar

satu kali. Oleh karena itu untuk mesin dengan jumlah kutub lebih dari dua,

kecepatan sinkron dapat diturunkan sebagai berikut:

ns =

p f . 120

………..(2.1)

ns = kecepatan sinkron (rpm)

(28)

2.3.1 Analisis Secara Vektor

Analisis secara vektor didapatkan atas dasar:

1. Arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu

lingkar sesuai dengan perputaran sekrup (Gambar 2.7).

Gambar 2.7. Arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir

dalam suatu lingkar

2. Kebesaran fluks yang ditimbulkan ini sebanding dengan arus yang

mengalir.

Notasi yang dipakai untuk menyatakan positif atau negatifnya arus yang

mengalir pada kumparan a–a’, b–b’, dan c–c’ yaitu: harga positif, apabila tanda silang (x) terletak pada pangkal konduktor tersebut (titik a, b, c), sedangkan negatif apabila tanda titik ( . ) terletak pada pangkal konduktor tersebut (Gambar

2.8). Maka diagram vektor untuk fluks total pada keadaan t1, t2, t3, t4, dapat dilihat

(29)

Gambar 2.8. Diagram vektor untuk fluks total pada keadaan t1, t2, t3, t4

Dari semua diagram vektor di atas dapat pula dilihat bahwa fluks resultan

berjalan (berputar).

2.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Fasa

Pada keadaan beban nol ketiga fasa stator yang dihubungkan dengan

sumber tegangan tiga fasa yang setimbang menghasilkan arus pada tiap belitan

fasa. Arus pada tiap fasa menghasilkan fluksi bolak-balik yang berubah-ubah.

Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak

lurus terhadap belitan fasa. Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator

motor yang besarnya adalah

e1 =

dt d

N Φ

1 (Volt)...(2.2)

(30)

Penjumlahan ketiga fluksi bolak-balik tersebut disebut medan putar yang

berputar dengan kecepatan sinkron ns, besarnya nilai ns ditentukan oleh jumlah

kutub p dan frekuensi stator f yang dirumuskan dengan

p f

ns =120× (rpm)...(2.4)

Fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada

rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl) sebesar E2

yang besarnya

m 2

2 444fN Φ

E = , (Volt)...(2.5)

dimana:

E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)

N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor

Фm = Fluksi maksimum(Wb)

Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut

akan menghasilkan arus I2. Adanya arus I2 di dalam medan magnet akan

menimbulkan gaya F pada rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F

cukup besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar

stator. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan

sinkron. Perbedaan kecepatan medan stator (ns) dan kecepatan rotor (nr) disebut

slip (s) dan dinyatakan dengan

100% s

r s − ×

=

n n n

(31)

Pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi

pada kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip. Tegangan induksi

ini dinyatakan dengan E2s yang besarnya

E2s =4,44sfN2Φm(Volt)...(2.7)

dimana:

E2s = tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt)

f2 = s.f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam

keadaan berputar)

Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir

pada kumparan rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika

nr < ns

2.5 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi

2.5.1 Rangkaian Ekivalen Stator

Untuk mempermudah analisis motor induksi, digunakan metoda rangkaian

ekivalen per–fasa. Motor induksi dapat dianggap sebagai transformator dengan

rangkaian sekunder berputar. Rangkaian ekivalen statornya dapat ditunjukkan

pada Gambar 2.9.

1

V

1

R

1

X

1

I

c

R Xm

0

I

c

I Im 2

I

1

E

[image:31.595.227.431.572.684.2]
(32)

dimana:

V1 = tegangan terminal stator (Volt)

E1 = ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan (Volt)

I1 = arus stator (Ampere)

R1 = tahanan efektif stator (Ohm)

X1 = reaktansi bocor stator (Ohm)

Arah positif dapat dilihat pada rangkaian Gambar 2.9.

Arus stator terbagi atas 2 komponen, yaitu komponen arus beban dan komponen

arus penguat I0. Komponen arus penguat I0 merupakan arus stator tambahan yang

diperlukan untuk menghasilkan fluksi celah udara resultan, dan merupakan fungsi

ggm E1.

Komponen arus penguat I0 terbagi atas komponen rugi – rugi inti IC yang

sefasa dengan E1 dan komponen magnetisasi IM yang tertinggal 900 dari E1.

Hubungan antara tegangan yang diinduksikan pada rotor sebenarnya

(Erotor) dan tegangan yang diinduksikan pada rotor ekivalen (E2S) adalah:

rotor

S E

E2 =

2 1 N N

= a

atau

E2S = a Erotor ……….……..………... (2.8)

dimana a adalah jumlah lilitan efektif tiap fasa pada lilitan stator yang banyaknya

a kali jumlah lilitan rotor.

Bila rotor–rotor diganti secara magnetik, lilitan–ampere masing–masing

harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya Irotor dan arus I2S pada

(33)

I2S =

a Irotor

……….……... (2.9)

sehingga hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip Z2S dari rotor ekivalen

dan impedansi bocor frekuensi slip Zrotor dari rotor sebenarnya adalah:

Z2S = =

S S I E 2 2 = rotor rotor I E a2 rotor Z

a2 ………..….…(2.10)

Nilai tegangan, arus dan impedansi tersebut diatas didefinisikan sebagai nilai yang

referensinya ke stator.

Selanjutnya Persamaan (2.10) dapat dituliskan:

= S S I E 2 2 S

Z2 = R2+ jsX2 ………..……....(2.11)

dimana:

Z2S = impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap fasa dengan referensi ke

stator (Ohm).

R2 = tahanan efektif referensi (Ohm)

sX2 = reaktansi bocor referensi pada frekuensi slip X2 didefinisikan

sebagai harga reaktansi bocor rotor dengan referensi frekuensi

stator (Ohm).

2.5.2 Rangkaian Ekivalen Rotor

Reaktansi yang didapat pada Persamaan (2.11) dinyatakan dalam cara

yang demikian karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. Jadi X2 didefinisikan sebagai harga yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor

(34)

Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron.

Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi

slip sebesar E2s dan ggl lawan stator E1. Bila bukan karena efek kecepatan,

tegangan rotor akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik

dengan lilitan stator. Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor

adalah s kali kecepatan terhadap stator, hubungan antara ggl efektif pada stator

dan rotor adalah:

E2s = sE1……….…...…….(2.12)

Gelombang fluks magnetik pada rotor dilawan oleh fluks magnetik yang

dihasilkan komponen beban I2 dari arus stator, dan karenanya, untuk harga

efektif

s

I2 = I2...(2.13)

Dengan membagi Persamaan (2.12) dengan Persamaan (2.13) didapatkan:

= S S I E 2 2 2 1 I sE ……….………..(2.14)

Didapat hubungan antara Persamaan (2.13) dengan Persamaan (2.14), yaitu

= S S I E 2 2 2 1 I sE

= R2+ jsX2……...……...(2.15)

Dengan membagi Persamaan (2.15) dengan s, maka didapat

2 1 I E = s R2

+ jX2……….………...……….…(2.16)

(35)

Dari Persamaan (2.11) , (2.12) dan (2.16) maka dapat digambarkan rangkaian

ekivalen pada rotor seperti Gambar 2.10.

s

E2 E1

2 R 2 sX 2 X s R2 2 R ) 1 1 ( 2 − s R 2

I I2

2 X 2 I 1 E

Gambar2.10. Rangkaian ekivalen pada rotor motor induksi.

s R2 = s R2

+ R2- R2

s R2

= R2+ 2(1−1) s

R ……….………...(2.17)

Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas,

maka dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa pada masing –

masing fasanya. Perhatikan Gambar 2.11.

1

V

1 R 1 X 1 I c

R Xm

Φ I

c

I

Im

2 I 1 E 2 sX 2 I 2 R 2 sE

[image:35.595.148.493.482.600.2]
(36)

Untuk mempernudah perhitungan maka rangkaian ekivalen pada Gambar

2.11 dapat dilihat dari sisi stator, rangkaian ekivalen motor induksi tiga fasa akan

dapat digambarkan seperti Gambar 2.12, dan Gambar 2.13.

1

V

1

R X1

c R m X ' 2 X 1 E 1

I I0

c I m I 2 ' I s R2'

Gambar2.12. Rangkaian ekivalen dilihat dari sisi stator motor induksi

1

V

1

R X1

c R m X 2 ' R ' 2 X ) 1 1 ( ' 2 − s R 1 E 1

I I0

[image:36.595.181.487.176.316.2]

c I m I 2 ' I

Gambar 2.13. Rangkaian ekivalen dilihat dari sisi stator motor induksi

Dimana:

2 '

X = a2X2

2 '

(37)

Dalam teori transformator-statika, analisis rangkaian ekivalen sering

disederhanakan dengan mengabaikan seluruh cabang penalaran atau melakukan

pendekatan dengan memindahkan langsung ke terminal primer. Pendekatan

demikian tidak dibenarkan dalam motor induksi yang bekerja dalam keadaan

normal, karena adanya celah udara yang menjadikan perlunya suatu arus

peneralan yang sangat besar (30% sampai 40% dari arus beban penuh) dan karena

reaktansi bocor juga perlu lebih tinggi. Untuk itu dalam rangkaian ekivalen

c

R dapat dihilangkan (diabaikan). Rangkaian ekivalen menjadi Gambar 2.14.

1

V

1

R X1

m X 2 ' R ' 2 X ) 1 1 ( ' 2 − s R 1 E 1

I I0

2 '

[image:37.595.148.478.313.454.2]

I

Gambar 2.14. Rangkaian ekivalen lain dari motor induksi

2.6 Aliran Daya Motor Induksi

Pada motor induksi, tidak ada sumber listrik yang langsung terhubung ke

rotor, sehingga daya yang melewati celah udara sama dengan daya yang

diinputkan ke rotor. Daya total yang dimasukkan pada kumparan stator (Pin)

dirumuskan dengan

θ cos 3 1 1 in V I

(38)

dimana:

V1 = tegangan sumber (Volt)

I1 = arus masukan(Ampere)

θ = perbedaan sudut fasa antara arus masukan dengan tegangan

sumber.

Daya listrik disuplai ke stator motor induksi diubah menjadi daya mekanik

pada poros motor. Berbagai rugi – rugi yang timbul selama proses konversi energi

listrik antara lain:

1. rugi – rugi tetap (fixed losses), terdiri dari :

 rugi – rugi inti stator (Pi)

Pi =

C R

E12 . 3

(Watt) ………..…..………..………..(2.19)

 rugi – rugi gesek dan angin

2. rugi – rugi variabel, terdiri dari :

 rugi – rugi tembaga stator (Pts)

Pts = 3. I12. R1 (Watt) ………..…………..…….….(2.20)

 rugi – rugi tembaga rotor (Ptr)

Ptr = 3. I22. R2 (Watt) ……..………...(2.21)

Daya pada celah udara (Pcu) dapat dirumuskan dengan :

Pcu = Pin – Pts – Pi (Watt) …..………...(2.22)

Jika dilihat pada rangkaian rotor, satu–satunya elemen pada rangkaian

ekivalen yang mengkonsumsi daya pada celah udara adalah resistor R2 / s. Oleh

(39)

Pcu = 3. I22.

S R2

(Watt) …..………..………….…..(2.23)

Apabila rugi–rugi tembaga dan rugi–rugi inti dikurangi dengan daya input

motor, maka akan diperoleh besarnya daya listrik yang diubah menjadi daya

mekanik.

Besarnya daya mekanik yang dibangkitkan motor adalah:

Pmek = Pcu – Ptr (Watt) ………..………(2.24)

Pmek = 3. I22.

S

R2

- 3. I22. R2

Pmek = 3. I22. R2. (

s s − 1

)

Pmek = Ptr x (

s s − 1

) (Watt) ………..………...(2.25)

Dari Persamaan (2.21) dan (2.23) dapat dinyatakan hubungan rugi – rugi

tembaga dengan daya pada celah udara:

Ptr = s. Pcu (Watt) ……..……….………..(2.26)

Karena daya mekanik yang dibangkitkan pada motor merupakan selisih

dari daya pada celah udara dikurangi dengan rugi – rugi tembaga rotor, maka daya

mekanik dapat juga ditulis dengan:

Pmek = Pcu x ( 1 – s ) (Watt) ………...……..…(2.27)

Daya output akan diperoleh apabila daya yang dikonversikan dalam

bentuk daya mekanik dikurangi dengan rugi – rugi gesek dan angin, sehingga

daya keluarannya:

(40)

Secara umum, perbandingan komponen daya pada motor induksi dapat

dijabarkan dalam bentuk slip yaitu:

[image:40.595.161.459.212.372.2]

Pcu : Ptr : Pmek = 1 : s : 1 – s.

Gambar 2.15 menunjukkan aliran daya pada motor induksi tiga fasa :

Energi listrik konversi Energi mekanik

Gambar 2.15. Diagram aliran daya motor induksi

2.7 Efisiensi Motor Induksi Tiga Fasa

Efisiensi dari suatu motor induksi didefenisikan sebagai ukuran

keefektifan motor induksi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik

yang dinyatakan sebagai perbandingan/rasio daya output (keluaran) dengan daya

input (masukan), atau dapat juga dirumuskan dengan:

Loss out out in loss in in out % 100 % 100 (%) P P P x P P P x P P + = − = =

η ×100%. …………..….(2.29)

Ploss = Pin + Pi + Ptr + Pa & g + Pb ………...(2.30)

(41)

Dari Persamaan 2.29 dapat dilihat bahwa efisiensi motor tergantung pada

besarnya rugi–rugi. Pada dasarnya metode yang digunakan untuk menentukan

efisiensi motor induksi bergantung pada dua hal apakah motor itu dapat dibebani

secara penuh atau pembebanan simulasi yang harus digunakan seperti Gambar

[image:41.595.197.420.230.322.2]

2.16.

Gambar 2.16. Efisiensi pada motor induksi

dimana:

Pcu = daya yang diinputkan ke rotor (Watt)

Ptr = rugi – rugi tembaga rotor (Watt)

Pmek = daya mekanik dalam bentuk putaran (Watt)

Efisiensi dari motor induksi dapat diperoleh dengan melakukan pengujian

beban nol dan pengujian hubung singkat. Dari pengujian beban nol akan diperoleh

rugi–rugi mekanik dan rugi–rugi inti. Rugi–rugi tembaga stator tidak dapat

diabaikan sekalipun motor berbeban ringan maupun tanpa beban.

2.8 Disain Motor Induksi Tiga Fasa

Standard NEMA di Amerika Serikat mengkategorikan motor induksi ke

dalam empat kelas berdasarkan kurva torsi-kecepatan yakni disain kelas A,B,C,

(42)

Karakteristik torsi – kecepatannya dapat dilihat pada Gambar 2.17.

Gambar2.17. Karakteristik torsi-kecepatan motor induksi pada berbagai disain

1. Kelas A: disain ini memiliki torsi start normal (150 – 170%) dari nilai

ratingnya) dan arus start relatif tinggi. Torsi break down nya merupakan yang

paling tinggi dari semua disain NEMA. Motor ini mampu menangani beban

lebih dalam jumlah besar selama waktu yang singkat. Slip < = 5%

2. Kelas B: merupakan disain yang paling sering dijumpai di pasaran. Motor ini

memiliki torsi start yang normal seperti halnya disain kelas A, akan tetapi

motor ini memberikan arus start yang rendah. Torsi locked rotor cukup baik

untuk menstart berbagai beban yang dijumpai dalam aplikasi industri. Slip

[image:42.595.195.421.118.408.2]
(43)

tinggi sehingga disain ini merupakan yang paling populer. Aplikasinya dapat

dijumpai pada pompa, kipas angin/ fan, dan peralatan–peralatan mesin.

3. Kelas C: memiliki torsi start lebih tinggi (200 % dari nilai ratingnya) dari dua

disain yang sebelumnya. Aplikasinya dijumpai pada beban–beban seperti

konveyor, mesin penghancur (crusher), komperessor,dll. Operasi dari motor

ini mendekati kecepatan penuh tanpa overload dalam jumlah besar. Arus

startnya rendah, slipnya < = 5 %

4. Kelas D: memiliki torsi start yang paling tinggi. Arus start dan kecepatan

beban penuhnya rendah. Memiliki nilai slip yang tinggi (5 -13 %), sehingga

motor ini cocok untuk aplikasi dengan perubahan beban dan perubahan

kecepatan secara mendadak pada motor. Contoh aplikasinya : elevator, crane,

dan ekstraktor.

2.9 Penentuan Parameter Motor Induksi

Data yang diperlukan untuk menghitung performansi dari suatu motor

induksi dapat diperoleh dari hasil pengujian tanpa beban, pengujian rotor tertahan,

dan pengukuran tahanan dc lilitan stator.

2.9.1 Pengujian Tanpa Beban

Pengujian ini untuk mengukur rugi–rugi putaran dan arus magnetisasi.

Pada keadaan tanpa beban (beban nol), beban yang dipikul hanyalah rugi–rugi

angin dan gesekan. Adapun rangkaian pengujian tanpa beban adalah seperti

(44)
[image:44.595.155.487.86.231.2]

P

1

P

2

A

A

A

V

Motor

I

R

I

S

I

T

Gambar 2.18. Rangkaian pengujian tanpa beban motor induksi

Fungsi W1, W2, dan A untuk mengukur parameter yang di percobaan beban nol.

Dari data instrumen ukur dapat ditentukan parameter–parameter (per fasa):

Zbn =

bn bn I V

X1 + Xm ……….………..(2.32)

Reaktansi magnetisasi (Xm) dapat dicari jika reaktansi primer X1 diketahui.

Ibn (jala – jala) =

3 T S

R I I

I + +

………..……….…...(2.33)

Slip yang terjadi umumnya sangat kecil (≤ 0,001), sehingga:

R2

s s) 1 ( −

> > R2 dan juga R2

s s) 1 ( −

> > X2'

maka I2 pada percobaan ini diabaikan.

R2

s s) 1 ( −

+ jX2 R2

s s) 1 ( −

Rugi rotor ini dianggap sebagai rugi angin dan gesekan, sedangkan rugi

tembaga stator dapat dicari sebagai:

Pts = I12 . R1……….………...(2.34) 1

W

2

(45)

di mana I1 di sini sama dengan Ibn (fasa) dan R1 dicari lewat pengujian tahanan

stator arus searah.

Dan persamaan daya:

Pin( bn ) = Pts + Prot ……….(2.35)

Prot = Pi + Pa & g + rugi lain – lain ………...…….(2.36)

di mana:

Prot = daya yang hilang akibat adanya putaran (Watt).

Pi = rugi inti (Watt).

Pa & g = rugi angin dan gesekan (Watt)

2.9.2 Pengujian Tahanan Stator

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui nilai parameter resistansi stator

(primer) R1. Pada pengujian ini kumparan stator dialiri arus searah, sehingga

suhunya mencapai suatu nilai yang sama jika motor induksi beroperasi pada

[image:45.595.131.479.496.586.2]

kondisi operasi normal (resistansi kumparan merupakan fungsi suhu).

Gambar 2.19. Rangkaian pengujian tahanan stator arus searah motor induksi

Pada percobaan ini, jika kumparan stator terhubung bintang (Gambar

2.19.a), maka arus akan mengalir melewati dua kumparan dengan resistansi

(46)

AS AS I V

= 2R1

atau

R1 =

AS AS

I V

2 ………...(2.37)

Sedangkan jika terhubung segitiga (Gambar 2.19.b), maka arus akan

mengalir melewati ketiga kumparan tersebut yang besarnya secara ekivalen

terlukis pada gambar berikut, dengan resistansi total :

1 R 1 R 1 R Sehingga: AS AS I V = 3 2 . Rt

atau

R1 =

AS AS I V 2 3 ……….………..(2.38)

Nilai R1 yang didapat hanya merupakan nilai pendekatan, karena pada

kondisi operasi normal, motor induksi diberikan pasokan tegangan arus

bolak-balik yang dapat menimbulkan efek kulit (skin effect) yang mempengaruhi

(47)

BAB III

MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR

PENGUATAN SENDIRI

3.1 Umum

Mesin induksi dapat dioperasikan sebagai motor maupun sebagai

generator. Bila dioperasikan sebagai motor, mesin induksi harus dihubungkan

dengan sumber tegangan (jala–jala) yang akan memberikan energi mekanis pada

mesin tersebut dengan mengambil arus eksitasi dari jala – jala dan mesin bekerja

dengan slip lebih besar dari nol sampai satu (0≤s≤ 1).

Jika mesin dioperasikan sebagai generator, maka diperlukan daya mekanis

untuk memutar rotornya searah dengan arah medan putar melebihi kecepatan

sinkronnya dan sumber daya reaktif untuk memenuhi kebutuhan arus eksitasinya.

Kebutuhan daya reaktif dapat diperoleh dari jala–jala atau dari suatu kapasitor.

Tanpa adanya daya reaktif, mesin induksi yang dioperasikan sebagai generator

tidak menghasilkan tegangan. Jika generator induksi terhubung dengan jala–jala,

maka kebutuhan daya reaktif diambil dari jala–jala. Namun, bila generator induksi

tidak tehubung dengan jala–jala, maka kebutuhan daya reaktif dapat disediakan

dari suatu unit kapasitor. Kapasitor tersebut dihubungkan paralel dengan terminal

keluaran generator. Kapasitor yang terpasang harus mampu memberikan daya

reaktif yang dibutuhkan untuk menghasilkan fluksi di celah udara. Karena

(48)

generator induksi penguatan sendiri. Mesin induksi yang beroperasi sebagai

generator ini bekerja dengan slip yang lebih kecil dari nol (s < 0).

3.2 Syarat – Syarat Motor Induksi Sebagai Generator

Motor induksi tiga fasa dapat dioperasikan sebagai generator dengan cara

memutar rotor pada kecepatan di atas kecepatan medan putar (nr > ns) dan atau

mesin bekerja pada slip negatip (s < 0).

ns =

p f 120

………...(3.1)

dengan:

ns : Kecepatan medan putar, rpm

f : Frekuensi sumber daya, Hz

p : Jumlah kutub motor induksi.

Sehingga;

s = s

r s

n n n

. 100 % , nr > ns……….……...……....(3.2)

dengan:

s : slip

ns : Kecepatan medan putar, rpm

nr : Kecepatan putar rotor, rpm

Karena Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) ini bekerja stand alone

(49)

pemasangan kapasitor pada Motor Induksi Sebagai Generator (MISG) beroperasi

sendiri ini adalah untuk menyediakan daya reaktif.

3.3 Slip

Selisih antara kecepatan rotor dengan kecepatan sinkron disebut slip (s).

Slip dapat dinyatakan dalam putaran setiap menit, tetapi lebih umum dinyatakan

sebagai persen dari kecepatan sinkron.

Slip (s) = s

r s

n n n

x 100 %...(3.3)

dimana:

nr = kecepatan rotor ( rpm )

ns = kecepatan sinkron ( rpm )

Apabila nr < ns, (0 < s < 1), kecepatan dibawah sinkron akan menghasilkan

kopel, rotor dijalankan dengan mempercepat rotasi medan magnet, tenaga listrik

diubah ke tenaga gerak (daerah motor).

Bila nr = ns, (s = 0), tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan

mengalir pada belitan rotor, sehingga tidak akan dihasilkan kopel.

Bila nr > ns, (s < 0), kecepatan di atas sinkron, rotor dipaksa berputar lebih

cepat daripada medan magnet. Tenaga gerak diubah ke tenaga listrik (daerah

generator).

s = 1, rotor ditahan, tidak ada transfer tenaga.

s > 1, kecepatan terbalik, rotor dipaksa bekerja melawan medan magnet

(50)

3.4 Frekuensi Rotor

Kecepatan dan jumlah kutub derajat ac menentukan frekuensi tegangan

yang dibangkitkan. Jika generator mempunyai dua kutub (utara dan selatan) dan

kumparan berputar pada kecepatan satu putaran per detik, maka frekuensi akan

berubah menjadi siklus per detik. Rumus untuk menentukan frekuensi generator

ac adalah :

f = 120

pn

……….…(3.4)

dimana:

f = Frekuensi tegangan yang diinduksikan (Hz)

p = jumlah kutub pada rotor

n = kecepatan rotor per menit (r / menit)

Besarnya tegangan yang di bangkitkan tergantung pada kecepatan pada

garis medan magnet yang dipotong atau dalam hal generator ac, besarnya

tegangan tergantung pada kuat medan dan kecepatan rotor. Karena sebagian besar

dioperasikan pada kecepatan konstan, jumlah GGL yang dibangkitkan menjadi

(51)
[image:51.595.138.498.123.306.2]

3.5 Prinsip Kerja Generator Induksi (MISG) Penguatan Sendiri

Gambar 3.1. Prinsip kerja generator induksi penguatan sendiri

Pada mesin induksi tidak terdapat hubungan listrik antara stator dengan

rotor, karena arus pada rotor merupakan arus induksi. Jika belitan stator diberi

tegangan tiga fasa, maka pada stator akan dihasilkan arus tiga fasa, arus ini

kemudian akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan

sinkron (ns) dan kemudian akan melakukan pengisian muatan ke kapasitor (C)

yang dipasang parallel dengan stator yang tujuannya untuk mensuplai tegangan ke

stator nanti untuk mempertahankan kecepatan sinkron (ns) motor induksi pada

saat dilakukan pelepasan sumber tegangan tiga fasa pada stator.

Pada rangkaian (seperti Gambar 3.1) mesin dc sebagai prime mover yang

dikopel dengan mesin induksi diputar secara perlahan memutar rotor mesin

induksi hingga mencapai putaran sinkronnya (nr = ns). Saklar sumber tegangan

tiga fasa untuk stator dilepas, dan kapasitor yang sudah discharge akan bekerja

(52)

putaran sinkronnya mesin induksi (nr > ns), sehingga slip yang timbul antara

putaran rotor dan putaran medan magnet menghasilkan slip negatif (s < 0) dan

akan menghasilkan tegangan sehingga motor induksi akan berubah fungsi menjadi

[image:52.595.118.491.196.436.2]

generator induksi.

Gambar 3.2. Karakteristik torsi – kecepatan mesin induksi

Dari kurva karakteristik (Gambar3.2) antara kecepatan dan kopel motor

induksi dapat dilihat, jika sebuah motor induksi dikendalikan agar kecepatannya

lebih besar daripada kecepatan sinkron oleh penggerak mula, maka arah kopel

yang terinduksi akan terbalik dan akan beroperasi sebagai generator. Semakin

besar kopel pada penggerak mula, maka akan memperbesar pula daya listrik yang

dihasilkan. Pada gambar karakteristik diatas generator mulai menghasilkan

tegangan pada saat putaran rotor (nr) sedikit lebih cepat dari putaran sinkron (ns)

(53)

Pada motor induksi yang dioperasikan sebagai generator tidak terdapat

pengatur tegangan seperti governor pada generator sinkron. Oleh karena itu

tegangan keluaran sangat dipengaruhi oleh beban dan nilai kapasitor.

3.6 Proses Pembangkitan Tegangan dan Rangkaian Ekivalen Generator

Induksi

Syarat utama terbangkitnya tegangan generator induksi adalah adanya

remanensi di rotor atau kapasitor eksitasi yang digunakan harus mempunyai

muatan listrik terlebih dahulu. Remanensi atau muatan kapasitor merupakan

tegangan awal yang diperlukan untuk proses pembangkitan tegangan selanjutnya.

Proses pembangkitan tegangan akan terjadi bila salah satu syarat di atas dipenuhi.

Gambar 3.3 memperlihatkan rangkaian proses pembangkitan tegangan generator

induksi.

E2 E1

C eksitasi beban

[image:53.595.192.466.475.607.2]

rotor stator

Gambar 3.3 Rangkaian proses pembangkitan tegangan

Dari Gambar 3.3 dapat dibuat rangkaian ekivalen per fasa generator

(54)

Xm s R X R X I Xc Ic E1 b e b a n V 2 2 1 1 1 IL

Gambar3.4. Rangkaian ekivalen perfasa generator induksi

Dimana :

R1 = tahanan stator IL = arus beban

R2 = tahanan rotor s = slip

X1 = reaktansi stator v = tegangan keluaran (fasa-netral)

X2 = reaktansi rotor

Xm = reaktansi magnetisasi

XC = reaktansi kapasitansi

I1 = arus stator

IC = arus magnetisasi

Dengan menghubungkan kapasitor di terminal stator, akan terbentuk suatu

rangkaian tertutup. Dengan adanya tegangan awal tadi, di rangkaian akan

mengalir arus. Arus tersebut akan menghasilkan fluksi di celah udara, sehingga di

stator akan terbangkit tegangan induksi sebesar E1. Tegangan E1 ini akan

mengakibatkan arus mengalir ke kapasitor sebesar I1. Dengan adanya arus sebesar

[image:54.595.187.475.89.224.2]
(55)

menjadi E2. Tegangan E2 akan mengalirkan arus di kapasitor sebesar I2 yang akan

menyebabkan fluksi bertambah dan tegangan yang dibangkitkan juga akan

meningkat. Proses ini terjadi sampai mencapai titik keseimbangan E = VC seperti

ditunjukkan dalam Gambar 3.5. Dalam kondisi ini tidak terjadi lagi penambahan

fluksi ataupun tegangan yang dibangkitkan.

Gambar3.5. Proses pembangkitan tegangan.

Nilai kapasitor yang dipasang sangat menentukan terbangkitnya tegangan

atau tidak. Untuk terbangkitnya tegangan generator induksi, nilai kapasitor yang

dipasang harus lebih besar dari nilai kapasitor minimum yang diperlukan untuk

proses eksitasi. Jika kapasitor yang dipasang lebih kecil dari kapasitor minimum

yang diperlukan, maka proses pembangkitan tegangan tidak akan berhasil.

3.7 Kapasitor Eksitasi

Kapasitor adalah suatu peralatan listrik untuk menyimpan muatan listrik.

Konstruksi kapasitor pada umumnya terdiri dari dua buah konduktor yang

[image:55.595.248.412.222.382.2]
(56)

Kapasitor eksitasi adalah salah satu sumber eksitasi yang digunakan

sebagai penghasil daya reaktif pada generator induksi. Dengan eksitasi yang

mencukupi, akan diperoleh kondisi optimal pengoperasian pembangkit dalam

bentuk faktor daya dan efisiensi yang tinggi, regulasi tegangan yang rendah dan

pada gilirannya akan memperbaiki keseluruhan performansi sistem. Sebaliknya

kekurangan eksitasi akan mengakibatkan generator induksi dapat kehilangan

tegangan (voltage collapse) dan ketidak-stabilan sistem. Sehubungan dengan

eksitasi, permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan generator induksi yang

dioperasikan secara terisolasi adalah menyangkut :

1. Penentuan dan pengendalian tingkat eksitasi (besar kapasitor) yang

memberikan tingkat regulasi tegangan terminal serendah mungkin dalam

kondisi beban yang berubah (berbeda) pada suatu tingkat kecepatan penggerak

mula generator

2. Penentuan dan pengendalian tingkat eksitasi yang memberikan regulasi

tegangan terminal serendah mungkin pada suatu tingkat pembebanan dalam

kondisi putaran penggerak mula yang berbeda.

Besar nilai kapasitor eksitasi dapat diperoleh dengan persamaan di bawah

ini:

∆Q = V.I ..………..………..…….(3.5)

= V. c

X V

= Xc V2

………, Xc = fC π 2

(57)

∆Q = V2.2π. f. C ………...…(3.6)

C = f V

Q π 2 2

………...………….(3.7)

Dimana:

∆Q : jumlah daya reaktif yang diperlukan (VAR)

C : kapasitansi kapasitor adalah suatu kemampuan kapasitor untuk

menyimpan muatan (Farad)

3.8 Pemasangan Kapasitor

Untuk sistem 3 fasa, kapasitor dapat dihubungkan dalam dua bagian yaitu:

1. Hubungan delta (∆)

2. Hubungan wye (Y)

3.8.1 Kapasitor Hubungan Delta ()

c

V

∆ C

[image:57.595.250.373.513.626.2]

I

Gambar 3.6. Kapasitor terhubung delta

Apabila dihubungkan dengan hubungan delta (∆) seperti gambar 3.6, maka

(58)

C perfasa = f V Q π 2 3 2 ∆

( Farad )…………...( 3.8)

3.8.2 Kapasitor Hubungan Wye ( Y )

CY

V

I

CY

Gambar3.7. Kapasitor terhubung bintang

Apabila dihubungkan dengan hubungan bintang (Υ) seperti Gambar 3.7,

maka besar kapasitansi kapasitor adalah:

CY perfasa =

f V Q π 2 2 ∆

( Farad )………..(3.9)

Dari kedua hubungan kapasitor diatas, maka diperoleh persamaan untuk

kapasitor terhubung bintang dan delta sebagai berikut :

3 3 Y Y C C C C I I dan V

V = = ………..……...…(3.10)

Y Y Y Y C C C Y C C C C X I V Ic V I V

X 3 3

3 3 = = = = ∆ ∆ ∆ ……….…...…(3.11)

Untuk kapasitor yang terhubung bintang, kapasitor yang dibutuhkan tiga

(59)

3.9 Pengaruh Pembebanan Terhadap Arus Eksitasi

Dari gambar rangkaian ekivalen gambar 3.6, hubungan antara tegangan

keluaran dengan arus stator diperlihatkan pada persamaan berikut:

V = E1 – I1 ( R1 + jX1 ) ……..………..…(3.12)

I1 = IC + IL ……….……..……(3.13)

dimana,

V = tegangan keluaran generator (Volt)

E1 = ggl induksi yang dibangkitkan pada stator (Volt)

I1 = arus stator (Ampere)

IL = arus beban (Ampere)

Tegangan keluaran generator tergantung kepada antara lain komponen

magnetisasi arus stator I1. Tanpa adanya beban yang mampu memberikan arus

magnetisasi ini, tegangan keluaran generator ini akan hilang. Dalam generator

induksi penguatan sendiri, beban yang dimaksudkan dipenuhi dengan pemasangan

kapasitor eksitasi pada terminal generator.

3.10 Pembebanan Dengan Faktor Kerja Satu

Pembebanan dengan faktor kerja satu artinya generator hanya melayani

beban yang bersifat resistif (R). Beban yang bersifat resistif ini hanya menarik

arus kerja. Kenaikkan arus beban akan memperbesar rugi tegangan di tahanan

stator dan memperbesar kebocoron fluksi di reaktansi stator, sehingga tegangan

(60)

Penurunan tegangan keluaran akan menyebabkan arus eksitasi ikut

menurun, seperti diperlihatkan pada Persamaan (3.14).

IC =

C

X V

………...(3.14)

Proses penurunan tegangan keluaran berlangsung sampai tercapainya titik

[image:60.595.215.406.246.458.2]

keseimbangan yang baru seperti ditunjukkan dengan Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Tegangan fungsi arus eksitasi dengan faktor kerja satu

Pada Gambar 3.8, titik A merupakan titik kerja keadaan beban nol dengan

tegangan sebesar V1 dan arus eksitasi sebesar OA1. Saat generator induksi

dibebani, titik kerja turun menjadi titik B dengan tegangan keluaran generator

sebesar V2 dan arus eksitasi menjadi sebesar OC1 tersebut yang digunakan untuk

eksitasi hanya sebesar OB1, sedangkan sisanya sebesar B1C1 digunakan untuk

(61)

3.11 Proses Pengendalian Tegangan

Pada keadaan berbeban atau tanpa beban tegangan terminal generator

induksi penguatan sendiri dapat dinaikkan atau diturunkan dengan cara merubah

besar tegangan induksi pada rangkaian maknetik Xm sedangkan penambahan /

penurunan tegangan induksi hanya dapat terjadi bila arus yang mengalir pada Xm

ditambah atau dikurangi.

Berdasarkan karakteristik maknetisasi semakin besar arus maknetisasi,

maka Xm akan semakin kecil. Jadi perubahan tegangan induksi mengakibatkan

perubahan arus maknetisasi, adalah identik dengan penurunan Xm. Dari Gambar

3.9 dapat dilihat bahwa penambahan tegangan digambarkan dengan semakin

[image:61.595.164.461.396.611.2]

kecilnya sudut kemiringan garis linearnya yang berpotongan dengan kurva.

Gambar 3.9. Kurva maknetisasi dan proses pengendalian tegangan

Sama seperti mesin–mesin listrik lainnya, Generator induksi pun

mempunyai batasan arus maknetisasi yang dapat menyuplai nilai Xm minimal.

(62)

yang mengalir pada rangkaian maknetis menjadi terlalu besar sehingga akan dapat

merusak mesin.

Dari sini dapat dimengerti bahwa tegangan induksi yang dapat dihasilkan

juga mempunyai batas. Besar tegangan induksi maksimum yang dapat dihasilkan

tergantung pada desain mesin induksi yang bersangkutan.

Pada pengaturan tegangan generator induksi, yang dilakukan adalah

menambah atau mengurangi nilai kapasitansi sehingga arus yang mengalir pada

rangkaian maknetiknya mengalami kenaikan atau penurunan sehingga tegangan

induksi yang diinginkan dapat terpenuhi.

Perubahan nilai kecepatan akan menyebabkan perubahan nilai Xm, hal ini

disebabkan oleh arus yang mengalir pada kapasitor adalah arus reaktif dan dilihat

dari rangkaian ekivalen perubahan arus reaktif yang pada rangkaian maknetis Xm.

Perubahan arus yang mengalir pada Xm akan menyebabkan perubahan nilai Xm itu

sendiri. Jadi hasil akhir dari perubahan nilai kapasitor adalah perubahan posisi

titik operasi generator induksi pada kurva magnetisasi.

3.12 Aliran Daya Nyata Generator Induksi Penguatan Sendiri

Diagram aliran daya nyata dan rugi-rugi daya generator induksi penguatan

(63)

Gambar3.10. Diagram aliran daya nyata.

Rugi-rugi gesekan dan angin Pg+a, rugi-rugi inti stator Pi biasanya dianggap

konstan dan disebut rugi-rugi beban nol. Sedangkan rugi-rugi tembaga stator dan

rotor tidak tetap dan besarnya sangat tergantung kepada arus beban. Diagram

aliran daya dan rugi-rugi daya nyata generator induksi dapat dinyatakan dengan

persamaan-persamaan sebagai berikut :

P1 = Pmek – P.g+a……….…...(3.15)

Pc = P1 - Pcu2……….…….…..………….(3.16)

P2 = Pc – Pcu1 – Pi………..………...(3.17)

dengan:

P1 = daya masukan rotor (Watt)

P2 = daya keluaran stator (Watt)

Pmek = daya mekanis dari prime mover (Watt)

Pg+a = rugi-rugi gesek dan angin (Watt)

Pi = rugi-rugi inti stator (Watt)

Pc = daya pada celah udara (Watt)

Pcu1 =rugi-rugi tembaga stator (Watt)

[image:63.595.190.464.94.236.2]
(64)

3.13 Efisiensi

Sama halnya dengan mesin–mesin listrik yang lain, pada motor induksi

sebagai generator rugi–rugi terdiri dari rugi–rugi tetap dan rugi–rugi variabel.

Pada kondisi beban nol daya outputnya sama dengan nol, sehingga efisiensi

bernilai nol. Apabila motor induksi berbeban ringan, maka rugi–rugi tetap akan

lebih besar jika dibandingkan terhadap outputnya, sehingga efisiensi rendah. Jika

beban meningkat, maka efisiensinya juga akan meningkat dan akan menjadi

maksimum sewaktu rugi – rugi variabel sama dengan rugi–rugi inti. Efisiensi

maksimum terjadi saat 80 hingga 95 persen dari rated output. Jika beban

ditingkatkan secara terus–menerus hingga melampaui efisiensi maksimumnya

rugi–rugi beban akan meningkat dengan sangat cepat daripada outputnya,

sehingga efisiensi menurun.

3.14 Motor Induksi Sebagai Generator Penguatan Sendiri Keadaan

Berbeban

[image:64.595.148.477.526.687.2]

Adapun rangkaian generator induksi dalam dapat dilihat pada gambar:

(65)

Rangkaian ekivalen perfasa generator induksi berbeban diperlihatkan pada

[image:65.595.169.470.143.271.2]

gambar berikut :

Gambar 3.12. Rangkaian ekivalen per fasa generator induksi keadaan berbeban

3.15 Persamaan Tegangan, Arus dan Daya Pada Generator Induksi

Penguatan Sendiri

Berdasarkan rangkaian ekivalen perfasa generator induksi maka dapat

dibentuk persamaan – persamaan sebagai berikut.

Gambar

Gambar  2.9. Rangkaian ekivalen stator motor induksi
Gambar 2.10. Rangkaian ekivalen pada rotor motor induksi.
Gambar 2.13. Rangkaian ekivalen dilihat dari sisi stator motor induksi
Gambar 2.14. Rangkaian ekivalen lain dari motor induksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun sebelum mengundang lawan bertanding Anda harus terlebih memesan atau reservasi lapangan lewat aplikasi maufutsal.com (Menu Reservasi Lapangan akan dibahas pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh empat taraf dosis radiasi sinar gamma Cobalt 60 dan cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Vigna

Konsumen, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Konsumen, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang Undang Hukum Dagang yang dan Kitab Undang Undang Hukum

Kedua : Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di :

Kepada masyarakat dan Penyedia Barang yang akan mengajukan pengaduan dan sanggahan kami tunggu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah pengumuman ini diterbitkan.

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), memiliki

Teori yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya teori struktur naratif dan sinematik, sosiologi sastra serta teori perlawanan untuk mengungkap jenis

penilaian Customer Equity ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi perusahaan dalam usaha mendapatkan pelanggan baru yang potensial dan mempertahankan pelanggan yang bernilai