• Tidak ada hasil yang ditemukan

04 UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "04 UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: contoh bodynote undang-undang

(2)

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN

KONSUMEN

KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8

TAHUN 1999)

TAHUN 1999)

DAN

DAN

PRINSIP-PRINSIP HUKUM

PRINSIP-PRINSIP HUKUM

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(3)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)

 Undang-undang Perlindungan Konsumen Undang-undang Perlindungan Konsumen

(disingkat UUPK) diundangkan pada tanggal 20

(disingkat UUPK) diundangkan pada tanggal 20

April 1999 dan dinyatakan efektif berlaku satu

April 1999 dan dinyatakan efektif berlaku satu

tahun setelah diundangkannya mulai tanggal 20

tahun setelah diundangkannya mulai tanggal 20

April 2000.

April 2000.

 Merupakan payung hukum (Merupakan payung hukum (umbrella actumbrella act) bagi ) bagi perundang-undangan lainnya yang menyangkut

perundang-undangan lainnya yang menyangkut

konsumen.

konsumen.

 Dalam penjelasan UUPK dinyatakan bahwa Dalam penjelasan UUPK dinyatakan bahwa perlindungan konsumen terbuka atas

perlindungan konsumen terbuka atas

undang-undang yang baru yang pada dasarnya memuat

undang yang baru yang pada dasarnya memuat

ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen.

(4)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)

 Sebelum Sebelum adanya adanya Undang-undang Undang-undang Perlindungan Perlindungan

Konsumen, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Konsumen, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang Undang Hukum Dagang yang dan Kitab Undang Undang Hukum Dagang yang merupakan produk peninggalan zaman penjajahan merupakan produk peninggalan zaman penjajahan Belanda, tetapi telah menjadi pedoman dalam Belanda, tetapi telah menjadi pedoman dalam menyelesaikan kasus kasus untuk melindungi menyelesaikan kasus kasus untuk melindungi konsumen yang mengalami kerugian atas cacatnya konsumen yang mengalami kerugian atas cacatnya barangyang dibelinya. Meskipun KUHPerdata dan barangyang dibelinya. Meskipun KUHPerdata dan KUHDagang itu tidak mengenal istilah konsumen, KUHDagang itu tidak mengenal istilah konsumen, tetapi didalamnya istilah “pembeli” , “penyewa”, tetapi didalamnya istilah “pembeli” , “penyewa”, “tertanggung”, atau “penumpang yang tidak “tertanggung”, atau “penumpang yang tidak membedakan mereka sebagai konsumen akhir atau membedakan mereka sebagai konsumen akhir atau

(5)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)

 Dalam kegiatan aktivitas usaha, kepentingan Dalam kegiatan aktivitas usaha, kepentingan konsumen lahir karena adanya peranan konsumen

konsumen lahir karena adanya peranan konsumen

yang telah memberikan sumbangan besar kepada

yang telah memberikan sumbangan besar kepada

pengusaha sebagai penyedia dan produk. Konsumen

pengusaha sebagai penyedia dan produk. Konsumen

juga telah memberikan sumbangan besar kepada

juga telah memberikan sumbangan besar kepada

penyedia dan produk. Konsumen juga telah

penyedia dan produk. Konsumen juga telah

memberikan sumbangan besar kepada pelaku usaha

memberikan sumbangan besar kepada pelaku usaha

dari barang dan jasa yang dibelinya, yang

dari barang dan jasa yang dibelinya, yang

merupakan pihak yang menentukan dalam

merupakan pihak yang menentukan dalam

pemupukan modal yang diperlukan pengusaha

pemupukan modal yang diperlukan pengusaha

untuk mengembangkan usahanya dan pada akhirnya

untuk mengembangkan usahanya dan pada akhirnya

konsumen menjadi penentu roda perekonomian.

(6)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1999)

1999)

 UUPK terdiri 15 Bab dan 65 Pasal.UUPK terdiri 15 Bab dan 65 Pasal.

 Ketentuan UmumKetentuan Umum

 Bab I Pasal 1, memuat pengertian-pengertian tentang Bab I Pasal 1, memuat pengertian-pengertian tentang kata dan istilah yang dipergunakan dalam

kata dan istilah yang dipergunakan dalam

undang-undang ini.

undang ini.

 Asas dan TujuanAsas dan Tujuan

 Bab II Pasal 2 dan Pasal 3, memuat 5 (lima) asas Bab II Pasal 2 dan Pasal 3, memuat 5 (lima) asas

perlindungan konsumen yaitu asas manfaat, keadilan,

perlindungan konsumen yaitu asas manfaat, keadilan,

keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen,

keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen,

serta kepastian hukum.

serta kepastian hukum.

 Selain itu tujuan yang hendak dicapai adalah Selain itu tujuan yang hendak dicapai adalah

meningkatkan kesadaran konsumen untuk melindungi

meningkatkan kesadaran konsumen untuk melindungi

diri,

(7)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1999)

1999)

Hak dan Kewajiban

Hak dan Kewajiban

 Bab III, pasal 4 dan 5 mengatur hak dan kewajiban Bab III, pasal 4 dan 5 mengatur hak dan kewajiban konsumen.

konsumen.

 Pasal 6 dan 7 mengatur hak dan kewajiban produsen Pasal 6 dan 7 mengatur hak dan kewajiban produsen sebagai pelaku usaha

sebagai pelaku usaha

Perbuatan Yang dilarang Bagi Pelaku Usaha

Perbuatan Yang dilarang Bagi Pelaku Usaha

 Bab IV, pasal 8-17 mengatur sejumlah perbuatan yang Bab IV, pasal 8-17 mengatur sejumlah perbuatan yang terlarang untuk dilakukan oleh pengusaha dalam

terlarang untuk dilakukan oleh pengusaha dalam

menjalankan usahanya, berkaitan dengan:

menjalankan usahanya, berkaitan dengan:

 Memproduksi dan/atau mengedarkan produkMemproduksi dan/atau mengedarkan produk yang tidak sesuai yang tidak sesuai

standar yang disyaratkan oleh UU standar yang disyaratkan oleh UU;;

 Promosi dan periklananPromosi dan periklanan yang tidak sesuai dengan keterangan yang tidak sesuai dengan keterangan

(8)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1999)

1999)

Perbuatan Yang dilarang Bagi Pelaku Usaha

Perbuatan Yang dilarang Bagi Pelaku Usaha

berkaitan dengan:

berkaitan dengan:

 Penjualan dengan cara obral dan sejenisnyaPenjualan dengan cara obral dan sejenisnya, apabila barang , apabila barang

tsb cacat, bekas, tercemar tanpa memberikan informasi yang tsb cacat, bekas, tercemar tanpa memberikan informasi yang lengkap dan benar atas barang dimaksud

lengkap dan benar atas barang dimaksud;;

 Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu

penggunaan yang paling baik atas barang tsb; penggunaan yang paling baik atas barang tsb;

 Tidak sesuai dengan mutu, komposisi, tingkatan, proses Tidak sesuai dengan mutu, komposisi, tingkatan, proses

pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label,etiket;

sebagaimana dinyatakan dalam label,etiket;

 Tidak mengikuti ketentuan produksi secara halal;Tidak mengikuti ketentuan produksi secara halal;

 Tidak mencantumkan penjelsan barang yang memuat Tidak mencantumkan penjelsan barang yang memuat

ukuran,berat/isi, komposisi,netto, atauran pakai, tanggal ukuran,berat/isi, komposisi,netto, atauran pakai, tanggal kadaluarsa,tanggal pembuatan, akibat sampingan,nama dan kadaluarsa,tanggal pembuatan, akibat sampingan,nama dan alamat pelaku usaha;

(9)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1999)

1999)

Ketentuan pencantuman Klausula Baku

Ketentuan pencantuman Klausula Baku

 Pasal 18 mengatur batasan-batasan penggunaan Pasal 18 mengatur batasan-batasan penggunaan

klausula baku dalam transaksi konsumen. klausula baku dalam transaksi konsumen.

 Larangan ini dimaksudkan untuk menempatkan Larangan ini dimaksudkan untuk menempatkan

kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.

berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.

 Larangan pencantuman dalam Klausula Baku Larangan pencantuman dalam Klausula Baku

apabila terdapat : pengalihan tanggung jawab apabila terdapat : pengalihan tanggung jawab pelaku usaha, pelaku usaha berhak menolak pelaku usaha, pelaku usaha berhak menolak

menyerahkan barang yang dibeli konsumen,pelaku menyerahkan barang yang dibeli konsumen,pelaku usaha berhak menolak kembali uang atas barang usaha berhak menolak kembali uang atas barang /jasa yang dibeli konsumen.

(10)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1999)

1999)

Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Tanggung Jawab Pelaku Usaha

 Bab VI, pasal 19-28, mengatur tanggungjawab pelaku Bab VI, pasal 19-28, mengatur tanggungjawab pelaku usaha didalam menjalankan usahanya; terdiri atas:

usaha didalam menjalankan usahanya; terdiri atas:  Tanggungjawab publik;Tanggungjawab publik;

 Tanggungjawab privat.Tanggungjawab privat.

 Contoh : Tanggung Jawab kerugian atas Contoh : Tanggung Jawab kerugian atas

kerusakan,pencemaran, tanggung jawab atas kerugian kerusakan,pencemaran, tanggung jawab atas kerugian konsumen.

konsumen.

Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan dan Pengawasan

 Bab VII, pasal 29-30, memuat ketentuan –ketentuan Bab VII, pasal 29-30, memuat ketentuan –ketentuan tentang pelaksanaan dan pembinaan usaha dalam

tentang pelaksanaan dan pembinaan usaha dalam

rangka perlindungan konsumen sehingga tujuan dari

rangka perlindungan konsumen sehingga tujuan dari

undang-undang ini dapat tercapai.

(11)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1999)

1999)

Badan Perlindungan Konsumen Nasional

Badan Perlindungan Konsumen Nasional

(BPKN)

(BPKN)

 Bab VIII, pasal 31-43 memuat ketentuan- ketentuan Bab VIII, pasal 31-43 memuat ketentuan- ketentuan

tentang fungsi, tugas, susunan organisasi, dan tentang fungsi, tugas, susunan organisasi, dan keanggotaan dari sebuah badan yang

keanggotaan dari sebuah badan yang bertanggungjawab dalam meningkatkan bertanggungjawab dalam meningkatkan

perlindungan kepada konsumen secara nasional. perlindungan kepada konsumen secara nasional. 

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya

Masyarakat (LPKSM)

Masyarakat (LPKSM)

 Bab IX, pasal 44 memuat ketentuan- ketentuan Bab IX, pasal 44 memuat ketentuan- ketentuan

tentang eksistensi serta tugas lembaga konsumen tentang eksistensi serta tugas lembaga konsumen swadaya masyarakat.

(12)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1999)

1999)

Penyelesaian Sengketa

Penyelesaian Sengketa

 Bab X, pasal 45 – 48 memuat ketentuan- Bab X, pasal 45 – 48 memuat ketentuan-

ketentuan tentang penyelesaian sengketa ketentuan tentang penyelesaian sengketa konsumen, baik di dalam maupun diluar konsumen, baik di dalam maupun diluar pengadilan.

pengadilan.

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK)

(BPSK)

 Bab XI, pasal 49-58 memuat ketentuan- Bab XI, pasal 49-58 memuat ketentuan-

ketentuan tentang eksistensi, tugas dan ketentuan tentang eksistensi, tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

(13)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1999)

1999)

Penyidikan

Penyidikan

Bab XII pasal 59 memuat ketentuan-

Bab XII pasal 59 memuat ketentuan-

ketentuan tentang penyidikan perkara

ketentuan tentang penyidikan perkara

konsumen yang diduga memuat unsur-unsur

konsumen yang diduga memuat unsur-unsur

pidana.

pidana.

Sanksi

Sanksi

Bab XIII pasal 60-63 memuat ketentuan-

Bab XIII pasal 60-63 memuat ketentuan-

ketentuan tentang penjatuhan sanksi, baik

ketentuan tentang penjatuhan sanksi, baik

sanksi administratif maupun sanksi pidana

sanksi administratif maupun sanksi pidana

kepada pelaku pelanggaran undang-undang

kepada pelaku pelanggaran undang-undang

ini.

(14)

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

SUBSTANSI UNDANG-UNDANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERLINDUNGAN KONSUMEN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN

1999)

1999)

Ketentuan Peralihan

Ketentuan Peralihan

 Bab XIV pasal 64 memuat ketentuan- ketentuan Bab XIV pasal 64 memuat ketentuan- ketentuan

tentang peralihan dari keadaan yang lalu ke tentang peralihan dari keadaan yang lalu ke

keadaan pada masa berlakunya undang-undang ini. keadaan pada masa berlakunya undang-undang ini. 

Ketentuan Penutup

Ketentuan Penutup

 Bab XV pasal 65 memuat ketentuan- ketentuan Bab XV pasal 65 memuat ketentuan- ketentuan

tentang : tentang :

 Berlakunya undang-undang ini (20 April 2000);Berlakunya undang-undang ini (20 April 2000);

 Membutuhkan cukup banyak peraturan pelaksanaan Membutuhkan cukup banyak peraturan pelaksanaan

berupa peraturan pemerintah (PP) berupa peraturan pemerintah (PP)

 Perlu adanya penyesuaian kondisi perusahaan dengan Perlu adanya penyesuaian kondisi perusahaan dengan

(15)

PRINSIP-PRINSIP

PRINSIP-PRINSIP

HUKUM

HUKUM

PERLINDUNGAN

PERLINDUNGAN

KONSUMEN

(16)

Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab

Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab

dalam Hukum

dalam Hukum

Kesalahan (

Kesalahan (

liability based on fault

liability based on fault

);

);

Praduga Selalu Bertanggung-jawab

Praduga Selalu Bertanggung-jawab

(

(

Presumption of liability)

Presumption of liability)

;

;

Praduga Selalu Tidak Bertanggung-

Praduga Selalu Tidak

Bertanggung-jawab (

jawab (

Presumption of nonliability

Presumption of nonliability

);

);

Tanggung jawab mutlak (

Tanggung jawab mutlak (

strict liability

strict liability

);

);

Pembatasan tanggung jawab (

Pembatasan tanggung jawab (

limitation

limitation

(17)

Prinsip Tanggung Jawab

Prinsip Tanggung Jawab

Berdasarkan Unsur Kesalahan

Berdasarkan Unsur Kesalahan

(

(

liability based on fault

liability based on fault

);

);

 Tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (Tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability liability based on fault

based on fault):):

 Seseorang dimintakan pertanggung-jawabannya bila Seseorang dimintakan pertanggung-jawabannya bila

terdapat unsur kesalahan yang dilakukannya. terdapat unsur kesalahan yang dilakukannya.

 Pasal 1365Pasal 1365, segala perbuatan yang membawa , segala perbuatan yang membawa

kerugian pada orang lain mewajibkan orang yang kerugian pada orang lain mewajibkan orang yang bersalah untuk mengganti kerugian yang diderita bersalah untuk mengganti kerugian yang diderita oleh orang atau pelaku usaha tsb

oleh orang atau pelaku usaha tsb, , Contoh : Iklan Contoh : Iklan minyak goreng dalam brosur di Supermarket

minyak goreng dalam brosur di Supermarket

potongan harga Rp 9500,- dicoret jadi Rp.8500,- potongan harga Rp 9500,- dicoret jadi Rp.8500,- sehingga terdapat potongan Rp.1000,- padahal di sehingga terdapat potongan Rp.1000,- padahal di kasir masih menggunakan harga Rp.9500,-

kasir masih menggunakan harga Rp.9500,- kebanyakan konsumen tidak cek bon.

(18)

Prinsip Tanggung Jawab

Prinsip Tanggung Jawab

Berdasarkan Unsur Kesalahan

Berdasarkan Unsur Kesalahan

(

(

liability based on fault

liability based on fault

);

);

 Konsumen berlomba lomba untuk membeli minyak goreng Konsumen berlomba lomba untuk membeli minyak goreng tersebut sehingga pesaing mengalami penurunan omzet dan tersebut sehingga pesaing mengalami penurunan omzet dan

konsumen di tipu. (Pasal 382 KUHPidana mengenai persaingan konsumen di tipu. (Pasal 382 KUHPidana mengenai persaingan usaha yang dilakukan dengan curang dengan secara tidak jujur usaha yang dilakukan dengan curang dengan secara tidak jujur

artinya berkaitan dengan perbuatan penipuaan. Penipuan dan artinya berkaitan dengan perbuatan penipuaan. Penipuan dan

perbuatan curangnya harus terbukti. perbuatan curangnya harus terbukti.

 Pasal 1366 Pasal 1366 , Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk , Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya tetapi juga unuk

kerugian yang disebabkan perbuatannya tetapi juga unuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati

hati

hati dan dan

 1367 1367 Seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian Seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri tetapi juga kerugian yang yang disebabkan perbuatan sendiri tetapi juga kerugian yang

disebabkan perbuatan orang yang menjadi tanggungannya disebabkan perbuatan orang yang menjadi tanggungannya

atau disebabkan barang yang berada di bawah atau disebabkan barang yang berada di bawah

(19)

Prinsip Tanggung Jawab

Prinsip Tanggung Jawab

Berdasarkan Unsur Kesalahan

Berdasarkan Unsur Kesalahan

(

(

liability based on fault

liability based on fault

);

);

Pasal 1365 KUHPerdata dikenal

Pasal 1365 KUHPerdata dikenal

sebagai perbuatan melawan hukum

sebagai perbuatan melawan hukum

mengharuskan terpenuhinya 4

mengharuskan terpenuhinya 4

(empat) unsur, yaitu:

(empat) unsur, yaitu:

Adanya perbuatan;

Adanya perbuatan;

Adanya unsur

Adanya unsur

kesalahan

kesalahan

;

;

Adanya kerugian yang diderita;

Adanya kerugian yang diderita;

Adanya hubungan kausalitas antara

Adanya hubungan kausalitas antara

(20)

Prinsip Tanggung Jawab

Prinsip Tanggung Jawab

Berdasarkan Unsur Kesalahan

Berdasarkan Unsur Kesalahan

(

(

liability based on fault

liability based on fault

);

);

Kesalahan yang dimaksud adalah

Kesalahan yang dimaksud adalah

bertentangan dengan:

bertentangan dengan:

Undang-undang;

Undang-undang;

Kepatutan;

Kepatutan;

(21)

Prinsip Tanggung Jawab

Prinsip Tanggung Jawab

Berdasarkan Unsur Kesalahan

Berdasarkan Unsur Kesalahan

(

(

liability based on fault

liability based on fault

);

);

Pembebanan tanggung jawab ini mengikuti

Pembebanan tanggung jawab ini mengikuti

ketentuan Pasal 163

ketentuan Pasal 163

Herziene

Herziene

Indonesische Reglement

Indonesische Reglement

(HIR) atau Pasal

(HIR) atau Pasal

283

283

Rechtsreglement Buitengewesten

Rechtsreglement Buitengewesten

(Rbg) dan Pasal 1865 KUHPerdata:

(Rbg) dan Pasal 1865 KUHPerdata:

 Barangsiapa mengakui mempunyai suatu hak, Barangsiapa mengakui mempunyai suatu hak,

harus membuktikan adanya hak atau peristiwa harus membuktikan adanya hak atau peristiwa itu

itu (actorie incumbit probatio).(actorie incumbit probatio).

Asas audit et alterm partemAsas audit et alterm partem atau asas atau asas

kedudukan yang sama antara semua pihak kedudukan yang sama antara semua pihak yang berpekara.

(22)

Vicarious Liability

Vicarious Liability

Pasal 1367 KUHPerdata dikenal doktrin

Pasal 1367 KUHPerdata dikenal doktrin

vicarious liability

vicarious liability

dan

dan

corporate liability

corporate liability

doktrin

doktrin

vicarious liability ( respondent

vicarious liability ( respondent

superior, let the naster answer)

superior, let the naster answer)

mengandung

mengandung

pengertian majikan bertanggung jawab atas

pengertian majikan bertanggung jawab atas

kerugian yang ditimbulkan oleh karyawannya.

kerugian yang ditimbulkan oleh karyawannya.

doktrin

doktrin

corporate liability,

corporate liability,

korporasi yang

korporasi yang

menaungi suatu kelompok kerja

menaungi suatu kelompok kerja

bertanggungjawab terhadap tenaga-tenaga

bertanggungjawab terhadap tenaga-tenaga

yang dipekerjakannya.

(23)

Prinsip Praduga Selalu

Prinsip Praduga Selalu

Bertanggung-jawab (

Bertanggung-jawab (

Presumption

Presumption

of liability)

of liability)

Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat

Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat

dianggap selalu bertanggung jawab

dianggap selalu bertanggung jawab

(

(

Presumption of liability),

Presumption of liability),

sampai dapat

sampai dapat

membuktikan dia tidak bersalah. Beban

membuktikan dia tidak bersalah. Beban

pembuktian ada pada tergugat.

pembuktian ada pada tergugat.

 Contoh dalam hukum pengangkutan.Contoh dalam hukum pengangkutan.

 Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab

kalau dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut

kalau dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut

ditimbulkan oleh hal-hal diluar kekuasaannya.

ditimbulkan oleh hal-hal diluar kekuasaannya.

 Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab

kalau dapat membuktikan bahwa ia telah mengambil suatu

kalau dapat membuktikan bahwa ia telah mengambil suatu

tindakan yang diperlukan untuk menghindari timbulnya

tindakan yang diperlukan untuk menghindari timbulnya

kerugian.

(24)

Prinsip Praduga Selalu

Prinsip Praduga Selalu

Bertanggung-jawab (

Bertanggung-jawab (

Presumption

Presumption

of liability)

of liability)

 Prinsip ini merupakan pembuktian terbalik Prinsip ini merupakan pembuktian terbalik (

(omkering van bewijslastomkering van bewijslast) yang didalam hukum ) yang didalam hukum

pidana bertentangan dengan asas hukum praduga

pidana bertentangan dengan asas hukum praduga

tidak bersalah

tidak bersalah

(

(

presumption of innocence).

presumption of innocence).

 Pasal 19, 22Pasal 19, 22 pembuktian adanya kesalahan dalam kasus pembuktian adanya kesalahan dalam kasus

pidana merupakan beban dan tanggung jawab pelaku

pidana merupakan beban dan tanggung jawab pelaku

usaha tanpa dapat menutup kemungkinan bagi jaksa untuk

usaha tanpa dapat menutup kemungkinan bagi jaksa untuk

melakukan pembuktian (dimaksudkan utnuk menerapkan

melakukan pembuktian (dimaksudkan utnuk menerapkan

sistem beban pembuktian terbalik)

sistem beban pembuktian terbalik) dan 23 dan 23 Pelaku usaha Pelaku usaha yang menolak atau tidak memberi tanggapan atau tidak

yang menolak atau tidak memberi tanggapan atau tidak

memenuhi gantu rugi atas tuntutan konsumen dapat

memenuhi gantu rugi atas tuntutan konsumen dapat

digugat melalui Badan Penyelesaian sengketa konsumen

digugat melalui Badan Penyelesaian sengketa konsumen

atau Badan Peradilan tempat kedudukan konsumen.

(25)

Praduga Selalu Tidak

Praduga Selalu Tidak

Bertanggung-jawab (

Bertanggung-jawab (

Presumption

Presumption

of nonliability

of nonliability

)

)

Prinsip ini kebalikan dari di atas. Prinsip

Prinsip ini kebalikan dari di atas. Prinsip

Praduga Selalu Tidak Bertanggung-jawab

Praduga Selalu Tidak Bertanggung-jawab

(

(

Presumption of nonliability

Presumption of nonliability

) hanya dikenal

) hanya dikenal

dalam lingkup transaksi konsumen yang

dalam lingkup transaksi konsumen yang

sangat terbatas, dan pembatasan demikian

sangat terbatas, dan pembatasan demikian

umumnya dapat dibenarkan.

umumnya dapat dibenarkan.

Contoh dalam hukum pengangkutan.

Contoh dalam hukum pengangkutan.

Kehilangan atau kerusakan dalam cabin/

Kehilangan atau kerusakan dalam cabin/

bagasi tangan yang umumnya dibawa dan

bagasi tangan yang umumnya dibawa dan

diawasi oleh penumpang (konsumen) adalah

diawasi oleh penumpang (konsumen) adalah

tanggung jawab dari penumpang.

(26)

Prinsip Tanggung jawab mutlak (

Prinsip Tanggung jawab mutlak (

strict

strict

liability

liability

);

);

Prinsip Tanggung jawab mutlak (

Prinsip Tanggung jawab mutlak (

strict

strict

liability

liability

adalah prinsip tanggung

adalah prinsip tanggung

jawab yang menetapkan kesalahan

jawab yang menetapkan kesalahan

tidak sebagai faktor yang

tidak sebagai faktor yang

menentukan, namun ada

menentukan, namun ada

pengecualiannya, misal

pengecualiannya, misal

force majeure.

force majeure.

Asas tanggung jawab ini

Asas tanggung jawab ini

dipergunakan

dipergunakan

dalam product liability

dalam product liability

(akan dibahas kemudian)

(27)

Prinsip Pembatasan tanggung jawab

Prinsip Pembatasan tanggung jawab

(

(

limitation of liability)

limitation of liability)

Prinsip Pembatasan tanggung jawab

Prinsip Pembatasan tanggung jawab

(

(

limitation of liability)

limitation of liability)

sering dilakukan

sering dilakukan

oleh pelaku usaha dengan

oleh pelaku usaha dengan

mencantumkan klausula eksonerasi

mencantumkan klausula eksonerasi

dalam perjanjian standar yang dibuatnya.

dalam perjanjian standar yang dibuatnya.

Misal dalam pengiriman barang bila

Misal dalam pengiriman barang bila

terjadi kerugian, toko hanya bertanggung

terjadi kerugian, toko hanya bertanggung

jawab 4 (empat) kali biaya pengiriman.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, pengkategorian otomatis artikel ilmiah dilakukan dengan menggunakan kernel graph yang diterapkan pada graph bipartite antara dokumen artikel

Dari semua ordo dalam kelas Polypodiophyta, ordo Polypodiales mempunyai bentuk dan susunan sori yang sangat beragam seperti berbentuk garis pada tepi daun,

Tidak hanya itu, hasil rumusan yang diperoleh dalam penelitian ini nantinya diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan kajian pengembangan perumusan dinamika

Telah berhasil dibuat prototip Survey Meter yang digunakan untuk mengetahui tingkat radiasi beta atau gamma di suatu lokasi, yang dipadukan dengan Global Positioning System

Sebelum 1874, para pelabur British telah cuba berusaha untuk mendapatkan bijih timah dari negeri- negeri lain namun pergeseran politik tempatan menyebabkan usaha itu gagal

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga yang diterima oleh responden di TK ABA Mlangi, Gamping, Sleman, Yogyakarta dari

Parameter yang diamati adalah pertumbuhan dan hasil nilam (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, berat basah, kadar minyak dan nilai PA ( Patchouli alcohol ) dan

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS sebagai alternative tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil