▸ Baca selengkapnya: contoh bodynote undang-undang
(2)UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN
UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN
KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8
TAHUN 1999)
TAHUN 1999)
DAN
DAN
PRINSIP-PRINSIP HUKUM
PRINSIP-PRINSIP HUKUM
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)
Undang-undang Perlindungan Konsumen Undang-undang Perlindungan Konsumen
(disingkat UUPK) diundangkan pada tanggal 20
(disingkat UUPK) diundangkan pada tanggal 20
April 1999 dan dinyatakan efektif berlaku satu
April 1999 dan dinyatakan efektif berlaku satu
tahun setelah diundangkannya mulai tanggal 20
tahun setelah diundangkannya mulai tanggal 20
April 2000.
April 2000.
Merupakan payung hukum (Merupakan payung hukum (umbrella actumbrella act) bagi ) bagi perundang-undangan lainnya yang menyangkut
perundang-undangan lainnya yang menyangkut
konsumen.
konsumen.
Dalam penjelasan UUPK dinyatakan bahwa Dalam penjelasan UUPK dinyatakan bahwa perlindungan konsumen terbuka atas
perlindungan konsumen terbuka atas
undang-undang yang baru yang pada dasarnya memuat
undang yang baru yang pada dasarnya memuat
ketentuan-ketentuan yang melindungi konsumen.
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)
Sebelum Sebelum adanya adanya Undang-undang Undang-undang Perlindungan Perlindungan
Konsumen, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Konsumen, Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang Undang Hukum Dagang yang dan Kitab Undang Undang Hukum Dagang yang merupakan produk peninggalan zaman penjajahan merupakan produk peninggalan zaman penjajahan Belanda, tetapi telah menjadi pedoman dalam Belanda, tetapi telah menjadi pedoman dalam menyelesaikan kasus kasus untuk melindungi menyelesaikan kasus kasus untuk melindungi konsumen yang mengalami kerugian atas cacatnya konsumen yang mengalami kerugian atas cacatnya barangyang dibelinya. Meskipun KUHPerdata dan barangyang dibelinya. Meskipun KUHPerdata dan KUHDagang itu tidak mengenal istilah konsumen, KUHDagang itu tidak mengenal istilah konsumen, tetapi didalamnya istilah “pembeli” , “penyewa”, tetapi didalamnya istilah “pembeli” , “penyewa”, “tertanggung”, atau “penumpang yang tidak “tertanggung”, atau “penumpang yang tidak membedakan mereka sebagai konsumen akhir atau membedakan mereka sebagai konsumen akhir atau
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999)
Dalam kegiatan aktivitas usaha, kepentingan Dalam kegiatan aktivitas usaha, kepentingan konsumen lahir karena adanya peranan konsumen
konsumen lahir karena adanya peranan konsumen
yang telah memberikan sumbangan besar kepada
yang telah memberikan sumbangan besar kepada
pengusaha sebagai penyedia dan produk. Konsumen
pengusaha sebagai penyedia dan produk. Konsumen
juga telah memberikan sumbangan besar kepada
juga telah memberikan sumbangan besar kepada
penyedia dan produk. Konsumen juga telah
penyedia dan produk. Konsumen juga telah
memberikan sumbangan besar kepada pelaku usaha
memberikan sumbangan besar kepada pelaku usaha
dari barang dan jasa yang dibelinya, yang
dari barang dan jasa yang dibelinya, yang
merupakan pihak yang menentukan dalam
merupakan pihak yang menentukan dalam
pemupukan modal yang diperlukan pengusaha
pemupukan modal yang diperlukan pengusaha
untuk mengembangkan usahanya dan pada akhirnya
untuk mengembangkan usahanya dan pada akhirnya
konsumen menjadi penentu roda perekonomian.
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999)
1999)
UUPK terdiri 15 Bab dan 65 Pasal.UUPK terdiri 15 Bab dan 65 Pasal.
Ketentuan UmumKetentuan Umum
Bab I Pasal 1, memuat pengertian-pengertian tentang Bab I Pasal 1, memuat pengertian-pengertian tentang kata dan istilah yang dipergunakan dalam
kata dan istilah yang dipergunakan dalam
undang-undang ini.
undang ini.
Asas dan TujuanAsas dan Tujuan
Bab II Pasal 2 dan Pasal 3, memuat 5 (lima) asas Bab II Pasal 2 dan Pasal 3, memuat 5 (lima) asas
perlindungan konsumen yaitu asas manfaat, keadilan,
perlindungan konsumen yaitu asas manfaat, keadilan,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen,
keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen,
serta kepastian hukum.
serta kepastian hukum.
Selain itu tujuan yang hendak dicapai adalah Selain itu tujuan yang hendak dicapai adalah
meningkatkan kesadaran konsumen untuk melindungi
meningkatkan kesadaran konsumen untuk melindungi
diri,
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999)
1999)
Hak dan Kewajiban
Hak dan Kewajiban
Bab III, pasal 4 dan 5 mengatur hak dan kewajiban Bab III, pasal 4 dan 5 mengatur hak dan kewajiban konsumen.
konsumen.
Pasal 6 dan 7 mengatur hak dan kewajiban produsen Pasal 6 dan 7 mengatur hak dan kewajiban produsen sebagai pelaku usaha
sebagai pelaku usaha
Perbuatan Yang dilarang Bagi Pelaku Usaha
Perbuatan Yang dilarang Bagi Pelaku Usaha
Bab IV, pasal 8-17 mengatur sejumlah perbuatan yang Bab IV, pasal 8-17 mengatur sejumlah perbuatan yang terlarang untuk dilakukan oleh pengusaha dalam
terlarang untuk dilakukan oleh pengusaha dalam
menjalankan usahanya, berkaitan dengan:
menjalankan usahanya, berkaitan dengan:
Memproduksi dan/atau mengedarkan produkMemproduksi dan/atau mengedarkan produk yang tidak sesuai yang tidak sesuai
standar yang disyaratkan oleh UU standar yang disyaratkan oleh UU;;
Promosi dan periklananPromosi dan periklanan yang tidak sesuai dengan keterangan yang tidak sesuai dengan keterangan
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999)
1999)
Perbuatan Yang dilarang Bagi Pelaku Usaha
Perbuatan Yang dilarang Bagi Pelaku Usaha
berkaitan dengan:
berkaitan dengan:
Penjualan dengan cara obral dan sejenisnyaPenjualan dengan cara obral dan sejenisnya, apabila barang , apabila barang
tsb cacat, bekas, tercemar tanpa memberikan informasi yang tsb cacat, bekas, tercemar tanpa memberikan informasi yang lengkap dan benar atas barang dimaksud
lengkap dan benar atas barang dimaksud;;
Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu Tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa atau jangka waktu
penggunaan yang paling baik atas barang tsb; penggunaan yang paling baik atas barang tsb;
Tidak sesuai dengan mutu, komposisi, tingkatan, proses Tidak sesuai dengan mutu, komposisi, tingkatan, proses
pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu pengolahan, gaya, mode atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label,etiket;
sebagaimana dinyatakan dalam label,etiket;
Tidak mengikuti ketentuan produksi secara halal;Tidak mengikuti ketentuan produksi secara halal;
Tidak mencantumkan penjelsan barang yang memuat Tidak mencantumkan penjelsan barang yang memuat
ukuran,berat/isi, komposisi,netto, atauran pakai, tanggal ukuran,berat/isi, komposisi,netto, atauran pakai, tanggal kadaluarsa,tanggal pembuatan, akibat sampingan,nama dan kadaluarsa,tanggal pembuatan, akibat sampingan,nama dan alamat pelaku usaha;
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999)
1999)
Ketentuan pencantuman Klausula Baku
Ketentuan pencantuman Klausula Baku
Pasal 18 mengatur batasan-batasan penggunaan Pasal 18 mengatur batasan-batasan penggunaan
klausula baku dalam transaksi konsumen. klausula baku dalam transaksi konsumen.
Larangan ini dimaksudkan untuk menempatkan Larangan ini dimaksudkan untuk menempatkan
kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha kedudukan konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.
berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak.
Larangan pencantuman dalam Klausula Baku Larangan pencantuman dalam Klausula Baku
apabila terdapat : pengalihan tanggung jawab apabila terdapat : pengalihan tanggung jawab pelaku usaha, pelaku usaha berhak menolak pelaku usaha, pelaku usaha berhak menolak
menyerahkan barang yang dibeli konsumen,pelaku menyerahkan barang yang dibeli konsumen,pelaku usaha berhak menolak kembali uang atas barang usaha berhak menolak kembali uang atas barang /jasa yang dibeli konsumen.
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999)
1999)
Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Tanggung Jawab Pelaku Usaha
Bab VI, pasal 19-28, mengatur tanggungjawab pelaku Bab VI, pasal 19-28, mengatur tanggungjawab pelaku usaha didalam menjalankan usahanya; terdiri atas:
usaha didalam menjalankan usahanya; terdiri atas: Tanggungjawab publik;Tanggungjawab publik;
Tanggungjawab privat.Tanggungjawab privat.
Contoh : Tanggung Jawab kerugian atas Contoh : Tanggung Jawab kerugian atas
kerusakan,pencemaran, tanggung jawab atas kerugian kerusakan,pencemaran, tanggung jawab atas kerugian konsumen.
konsumen.
Pembinaan dan Pengawasan
Pembinaan dan Pengawasan
Bab VII, pasal 29-30, memuat ketentuan –ketentuan Bab VII, pasal 29-30, memuat ketentuan –ketentuan tentang pelaksanaan dan pembinaan usaha dalam
tentang pelaksanaan dan pembinaan usaha dalam
rangka perlindungan konsumen sehingga tujuan dari
rangka perlindungan konsumen sehingga tujuan dari
undang-undang ini dapat tercapai.
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999)
1999)
Badan Perlindungan Konsumen Nasional
Badan Perlindungan Konsumen Nasional
(BPKN)
(BPKN)
Bab VIII, pasal 31-43 memuat ketentuan- ketentuan Bab VIII, pasal 31-43 memuat ketentuan- ketentuan
tentang fungsi, tugas, susunan organisasi, dan tentang fungsi, tugas, susunan organisasi, dan keanggotaan dari sebuah badan yang
keanggotaan dari sebuah badan yang bertanggungjawab dalam meningkatkan bertanggungjawab dalam meningkatkan
perlindungan kepada konsumen secara nasional. perlindungan kepada konsumen secara nasional.
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat (LPKSM)
Masyarakat (LPKSM)
Bab IX, pasal 44 memuat ketentuan- ketentuan Bab IX, pasal 44 memuat ketentuan- ketentuan
tentang eksistensi serta tugas lembaga konsumen tentang eksistensi serta tugas lembaga konsumen swadaya masyarakat.
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999)
1999)
Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian Sengketa
Bab X, pasal 45 – 48 memuat ketentuan- Bab X, pasal 45 – 48 memuat ketentuan-
ketentuan tentang penyelesaian sengketa ketentuan tentang penyelesaian sengketa konsumen, baik di dalam maupun diluar konsumen, baik di dalam maupun diluar pengadilan.
pengadilan.
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
(BPSK)
(BPSK)
Bab XI, pasal 49-58 memuat ketentuan- Bab XI, pasal 49-58 memuat ketentuan-
ketentuan tentang eksistensi, tugas dan ketentuan tentang eksistensi, tugas dan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999)
1999)
Penyidikan
Penyidikan
Bab XII pasal 59 memuat ketentuan-
Bab XII pasal 59 memuat ketentuan-
ketentuan tentang penyidikan perkara
ketentuan tentang penyidikan perkara
konsumen yang diduga memuat unsur-unsur
konsumen yang diduga memuat unsur-unsur
pidana.
pidana.
Sanksi
Sanksi
Bab XIII pasal 60-63 memuat ketentuan-
Bab XIII pasal 60-63 memuat ketentuan-
ketentuan tentang penjatuhan sanksi, baik
ketentuan tentang penjatuhan sanksi, baik
sanksi administratif maupun sanksi pidana
sanksi administratif maupun sanksi pidana
kepada pelaku pelanggaran undang-undang
kepada pelaku pelanggaran undang-undang
ini.
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
(UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999)
1999)
Ketentuan Peralihan
Ketentuan Peralihan
Bab XIV pasal 64 memuat ketentuan- ketentuan Bab XIV pasal 64 memuat ketentuan- ketentuan
tentang peralihan dari keadaan yang lalu ke tentang peralihan dari keadaan yang lalu ke
keadaan pada masa berlakunya undang-undang ini. keadaan pada masa berlakunya undang-undang ini.
Ketentuan Penutup
Ketentuan Penutup
Bab XV pasal 65 memuat ketentuan- ketentuan Bab XV pasal 65 memuat ketentuan- ketentuan
tentang : tentang :
Berlakunya undang-undang ini (20 April 2000);Berlakunya undang-undang ini (20 April 2000);
Membutuhkan cukup banyak peraturan pelaksanaan Membutuhkan cukup banyak peraturan pelaksanaan
berupa peraturan pemerintah (PP) berupa peraturan pemerintah (PP)
Perlu adanya penyesuaian kondisi perusahaan dengan Perlu adanya penyesuaian kondisi perusahaan dengan
PRINSIP-PRINSIP
PRINSIP-PRINSIP
HUKUM
HUKUM
PERLINDUNGAN
PERLINDUNGAN
KONSUMEN
Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab
dalam Hukum
dalam Hukum
Kesalahan (
Kesalahan (
liability based on fault
liability based on fault
);
);
Praduga Selalu Bertanggung-jawab
Praduga Selalu Bertanggung-jawab
(
(
Presumption of liability)
Presumption of liability)
;
;
Praduga Selalu Tidak Bertanggung-
Praduga Selalu Tidak
Bertanggung-jawab (
jawab (
Presumption of nonliability
Presumption of nonliability
);
);
Tanggung jawab mutlak (
Tanggung jawab mutlak (
strict liability
strict liability
);
);
Pembatasan tanggung jawab (
Pembatasan tanggung jawab (
limitation
limitation
Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip Tanggung Jawab
Berdasarkan Unsur Kesalahan
Berdasarkan Unsur Kesalahan
(
(
liability based on fault
liability based on fault
);
);
Tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (Tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (liability liability based on fault
based on fault):):
Seseorang dimintakan pertanggung-jawabannya bila Seseorang dimintakan pertanggung-jawabannya bila
terdapat unsur kesalahan yang dilakukannya. terdapat unsur kesalahan yang dilakukannya.
Pasal 1365Pasal 1365, segala perbuatan yang membawa , segala perbuatan yang membawa
kerugian pada orang lain mewajibkan orang yang kerugian pada orang lain mewajibkan orang yang bersalah untuk mengganti kerugian yang diderita bersalah untuk mengganti kerugian yang diderita oleh orang atau pelaku usaha tsb
oleh orang atau pelaku usaha tsb, , Contoh : Iklan Contoh : Iklan minyak goreng dalam brosur di Supermarket
minyak goreng dalam brosur di Supermarket
potongan harga Rp 9500,- dicoret jadi Rp.8500,- potongan harga Rp 9500,- dicoret jadi Rp.8500,- sehingga terdapat potongan Rp.1000,- padahal di sehingga terdapat potongan Rp.1000,- padahal di kasir masih menggunakan harga Rp.9500,-
kasir masih menggunakan harga Rp.9500,- kebanyakan konsumen tidak cek bon.
Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip Tanggung Jawab
Berdasarkan Unsur Kesalahan
Berdasarkan Unsur Kesalahan
(
(
liability based on fault
liability based on fault
);
);
Konsumen berlomba lomba untuk membeli minyak goreng Konsumen berlomba lomba untuk membeli minyak goreng tersebut sehingga pesaing mengalami penurunan omzet dan tersebut sehingga pesaing mengalami penurunan omzet dan
konsumen di tipu. (Pasal 382 KUHPidana mengenai persaingan konsumen di tipu. (Pasal 382 KUHPidana mengenai persaingan usaha yang dilakukan dengan curang dengan secara tidak jujur usaha yang dilakukan dengan curang dengan secara tidak jujur
artinya berkaitan dengan perbuatan penipuaan. Penipuan dan artinya berkaitan dengan perbuatan penipuaan. Penipuan dan
perbuatan curangnya harus terbukti. perbuatan curangnya harus terbukti.
Pasal 1366 Pasal 1366 , Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk , Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya tetapi juga unuk
kerugian yang disebabkan perbuatannya tetapi juga unuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati kerugian yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati
hati
hati dan dan
1367 1367 Seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian Seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatan sendiri tetapi juga kerugian yang yang disebabkan perbuatan sendiri tetapi juga kerugian yang
disebabkan perbuatan orang yang menjadi tanggungannya disebabkan perbuatan orang yang menjadi tanggungannya
atau disebabkan barang yang berada di bawah atau disebabkan barang yang berada di bawah
Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip Tanggung Jawab
Berdasarkan Unsur Kesalahan
Berdasarkan Unsur Kesalahan
(
(
liability based on fault
liability based on fault
);
);
Pasal 1365 KUHPerdata dikenal
Pasal 1365 KUHPerdata dikenal
sebagai perbuatan melawan hukum
sebagai perbuatan melawan hukum
mengharuskan terpenuhinya 4
mengharuskan terpenuhinya 4
(empat) unsur, yaitu:
(empat) unsur, yaitu:
Adanya perbuatan;
Adanya perbuatan;
Adanya unsur
Adanya unsur
kesalahan
kesalahan
;
;
Adanya kerugian yang diderita;
Adanya kerugian yang diderita;
Adanya hubungan kausalitas antara
Adanya hubungan kausalitas antara
Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip Tanggung Jawab
Berdasarkan Unsur Kesalahan
Berdasarkan Unsur Kesalahan
(
(
liability based on fault
liability based on fault
);
);
Kesalahan yang dimaksud adalah
Kesalahan yang dimaksud adalah
bertentangan dengan:
bertentangan dengan:
Undang-undang;
Undang-undang;
Kepatutan;
Kepatutan;
Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip Tanggung Jawab
Berdasarkan Unsur Kesalahan
Berdasarkan Unsur Kesalahan
(
(
liability based on fault
liability based on fault
);
);
Pembebanan tanggung jawab ini mengikuti
Pembebanan tanggung jawab ini mengikuti
ketentuan Pasal 163
ketentuan Pasal 163
Herziene
Herziene
Indonesische Reglement
Indonesische Reglement
(HIR) atau Pasal
(HIR) atau Pasal
283
283
Rechtsreglement Buitengewesten
Rechtsreglement Buitengewesten
(Rbg) dan Pasal 1865 KUHPerdata:
(Rbg) dan Pasal 1865 KUHPerdata:
Barangsiapa mengakui mempunyai suatu hak, Barangsiapa mengakui mempunyai suatu hak,
harus membuktikan adanya hak atau peristiwa harus membuktikan adanya hak atau peristiwa itu
itu (actorie incumbit probatio).(actorie incumbit probatio).
Asas audit et alterm partemAsas audit et alterm partem atau asas atau asas
kedudukan yang sama antara semua pihak kedudukan yang sama antara semua pihak yang berpekara.
Vicarious Liability
Vicarious Liability
Pasal 1367 KUHPerdata dikenal doktrin
Pasal 1367 KUHPerdata dikenal doktrin
vicarious liability
vicarious liability
dan
dan
corporate liability
corporate liability
doktrin
doktrin
vicarious liability ( respondent
vicarious liability ( respondent
superior, let the naster answer)
superior, let the naster answer)
mengandung
mengandung
pengertian majikan bertanggung jawab atas
pengertian majikan bertanggung jawab atas
kerugian yang ditimbulkan oleh karyawannya.
kerugian yang ditimbulkan oleh karyawannya.
doktrin
doktrin
corporate liability,
corporate liability,
korporasi yang
korporasi yang
menaungi suatu kelompok kerja
menaungi suatu kelompok kerja
bertanggungjawab terhadap tenaga-tenaga
bertanggungjawab terhadap tenaga-tenaga
yang dipekerjakannya.
Prinsip Praduga Selalu
Prinsip Praduga Selalu
Bertanggung-jawab (
Bertanggung-jawab (
Presumption
Presumption
of liability)
of liability)
Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat
Prinsip ini menyatakan bahwa tergugat
dianggap selalu bertanggung jawab
dianggap selalu bertanggung jawab
(
(
Presumption of liability),
Presumption of liability),
sampai dapat
sampai dapat
membuktikan dia tidak bersalah. Beban
membuktikan dia tidak bersalah. Beban
pembuktian ada pada tergugat.
pembuktian ada pada tergugat.
Contoh dalam hukum pengangkutan.Contoh dalam hukum pengangkutan. Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab
kalau dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut
kalau dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut
ditimbulkan oleh hal-hal diluar kekuasaannya.
ditimbulkan oleh hal-hal diluar kekuasaannya.
Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab Pengangkut dapat membebaskan diri dari tanggung jawab
kalau dapat membuktikan bahwa ia telah mengambil suatu
kalau dapat membuktikan bahwa ia telah mengambil suatu
tindakan yang diperlukan untuk menghindari timbulnya
tindakan yang diperlukan untuk menghindari timbulnya
kerugian.
Prinsip Praduga Selalu
Prinsip Praduga Selalu
Bertanggung-jawab (
Bertanggung-jawab (
Presumption
Presumption
of liability)
of liability)
Prinsip ini merupakan pembuktian terbalik Prinsip ini merupakan pembuktian terbalik (
(omkering van bewijslastomkering van bewijslast) yang didalam hukum ) yang didalam hukum
pidana bertentangan dengan asas hukum praduga
pidana bertentangan dengan asas hukum praduga
tidak bersalah
tidak bersalah
(
(
presumption of innocence).
presumption of innocence).
Pasal 19, 22Pasal 19, 22 pembuktian adanya kesalahan dalam kasus pembuktian adanya kesalahan dalam kasuspidana merupakan beban dan tanggung jawab pelaku
pidana merupakan beban dan tanggung jawab pelaku
usaha tanpa dapat menutup kemungkinan bagi jaksa untuk
usaha tanpa dapat menutup kemungkinan bagi jaksa untuk
melakukan pembuktian (dimaksudkan utnuk menerapkan
melakukan pembuktian (dimaksudkan utnuk menerapkan
sistem beban pembuktian terbalik)
sistem beban pembuktian terbalik) dan 23 dan 23 Pelaku usaha Pelaku usaha yang menolak atau tidak memberi tanggapan atau tidak
yang menolak atau tidak memberi tanggapan atau tidak
memenuhi gantu rugi atas tuntutan konsumen dapat
memenuhi gantu rugi atas tuntutan konsumen dapat
digugat melalui Badan Penyelesaian sengketa konsumen
digugat melalui Badan Penyelesaian sengketa konsumen
atau Badan Peradilan tempat kedudukan konsumen.
Praduga Selalu Tidak
Praduga Selalu Tidak
Bertanggung-jawab (
Bertanggung-jawab (
Presumption
Presumption
of nonliability
of nonliability
)
)
Prinsip ini kebalikan dari di atas. Prinsip
Prinsip ini kebalikan dari di atas. Prinsip
Praduga Selalu Tidak Bertanggung-jawab
Praduga Selalu Tidak Bertanggung-jawab
(
(
Presumption of nonliability
Presumption of nonliability
) hanya dikenal
) hanya dikenal
dalam lingkup transaksi konsumen yang
dalam lingkup transaksi konsumen yang
sangat terbatas, dan pembatasan demikian
sangat terbatas, dan pembatasan demikian
umumnya dapat dibenarkan.
umumnya dapat dibenarkan.
Contoh dalam hukum pengangkutan.
Contoh dalam hukum pengangkutan.
Kehilangan atau kerusakan dalam cabin/
Kehilangan atau kerusakan dalam cabin/
bagasi tangan yang umumnya dibawa dan
bagasi tangan yang umumnya dibawa dan
diawasi oleh penumpang (konsumen) adalah
diawasi oleh penumpang (konsumen) adalah
tanggung jawab dari penumpang.
Prinsip Tanggung jawab mutlak (
Prinsip Tanggung jawab mutlak (
strict
strict
liability
liability
);
);
Prinsip Tanggung jawab mutlak (
Prinsip Tanggung jawab mutlak (
strict
strict
liability
liability
adalah prinsip tanggung
adalah prinsip tanggung
jawab yang menetapkan kesalahan
jawab yang menetapkan kesalahan
tidak sebagai faktor yang
tidak sebagai faktor yang
menentukan, namun ada
menentukan, namun ada
pengecualiannya, misal
pengecualiannya, misal
force majeure.
force majeure.
Asas tanggung jawab ini
Asas tanggung jawab ini
dipergunakan
dipergunakan
dalam product liability
dalam product liability
(akan dibahas kemudian)
Prinsip Pembatasan tanggung jawab
Prinsip Pembatasan tanggung jawab
(
(
limitation of liability)
limitation of liability)
Prinsip Pembatasan tanggung jawab
Prinsip Pembatasan tanggung jawab
(
(
limitation of liability)
limitation of liability)
sering dilakukan
sering dilakukan
oleh pelaku usaha dengan
oleh pelaku usaha dengan
mencantumkan klausula eksonerasi
mencantumkan klausula eksonerasi
dalam perjanjian standar yang dibuatnya.
dalam perjanjian standar yang dibuatnya.