• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RU-

B. Muatan Materi Peraturan Daerah

58

Keberadaan Peraturan Daerah tentang

Pemberdayaan Petani di Kabupaten Cilacap tidak bisa dilepaskan dari amanah Peraturan Perundang-Undangan di atasnya dan realitas sosiologis kaum petani di wilayah

Kabupaten Cilacap. Peraturan Perundang-Undangan

dimaksud adalah: Pasal 18 ayat (6) Undang–Undang Dasar

Republik Indonesia 1945; Undang–Undang Nomor 16

Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Dan Kehutanan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan

Lingkungan Hidup; Undang–Undang Nomor 41 Tahun 2009

tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan; Undang–Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Pelindungan dan Pemberdayaan Petani; Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan; Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 43 tahun 2009

tentang pembiayaan, pembinaan, dan pengawasan

penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan; dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Provinsi Jawa Tengah.

Secara prinsipil, muara dari semua paket regulasi di atas adalah terbentuknya masyarakat Indonseia yang sejahtera, makmur,dan berkeadilan. Kaum petani yang

selama ini dirasa belum mampu meningkatkan

kesejahteraan hidupnya dan mengakses kamakmuran

secara adil dan merata dipandang perlu untuk

diberdayakan agar mereka bisa mandiri, berdaulat dan memiliki ketahanan di bidang ekonomi. Keberadaan peraturan perundang-undangan di atas, tentunya sangat bermanfaat bagi petani jika mampu diimplementasikan secara maksimal. Karenanya, dibutuhkan perangkat regulasi yang lebih operasional agar penerapan dan pelaksanaannya bisa maksimal di masyarakat (petani).

Keberadaan Peraturan Daerah tentang

Pemberdayaan Petani dimaksudkan untuk memberikan pedoman yuridis-operatif dalam upaya memberdayakan petani di Kabupaten Cilacap sesuai dengan ketentuan

59

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Dengan Peraturan Daerah ini, Pemerintah Daerah

kabupaten Cilacap akan memiliki pedoman hukum yang kuat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani melalui program permberdayaan yang dikembangkan.

2. Tujuan dibentuknya Peraturan Daerah

Dibentuknya Peraturan Daerah tentang

Pemberdayaan Petani di Kabupaten Cilacap bertujuan untuk:

a. meningkatkan kemandirian dan kedaulatan Petani

dalam rangka mewujudkan taraf kesejahteraan,

kualitas, dan kelangsungan hidup yang lebih baik;

b. menyediakan prasarana dan sarana pertanian yang

dibutuhkan oleh petani dalam mengembangkan usaha tani;

c. menumbuhkembangkan kelembagaan pembiayaan

pertanian yang melayani kepentingan usaha tani;

d. meningkatkan kemampuan, kapasitas, dan

kelembagaan petani dalam menjalankan usaha tani yang produktif, maju, modern, bernilai tambah, berdaya saing, mempunyai pangsa pasar dan berkelanjutan.

Tujuan di atas adalah pengembangan dari tujuan permberdayaan petani sebagaimana dirumuskan dalam UU Nomor 19 tahun 2013 yaitu:

a. memajukan dan mengembangkan pola pikir dan pola

kerja petani;

b. Meningkatkan usaha tani

c. Menumbuhkan dan menguatkan kelembagaan petani

agar mempu mandiri dan berdaya saing tinggi.

3. Ruang Lingkup

Keberadaan suatu peraturan, termasuk Peraturan

Daerah, adalah untuk memberikan pedoman bagi

pengguna (Pemerintah Daerah) dalam melaksanakan suatu kegiatan tertentu. Dalam hal ini, unit kegiatan dimaksud adalah upaya peningkatan kualitas kesejahteraan petani di daerah Cilacap yang menyangkut persoalan proses, prasarana dan sarana, serta penyediaan modal bagi petani.

60

Oleh karenanya, Peraturan Daerah ini disusun dengan mempertimbangkan aspek peran serta dari pemerintah dan petani dalam sebuah proyek pemberdayaan yang meliputi: a. Perencanaan

Untuk mendapatkan hasil maksimal,

pemberdayaan Petani di kabupaten Cilacap harus

dilakukan melalui perencanaan yang sistematis,

terpadu, terarah, menyeluruh, transparan, dan

akuntabel, dengan memperhatikan:

1) daya dukung sumber daya alam lingkungan;

2) kebutuhan prasarana dan sarana;

3) kebutuhan teknis, ekonomis, kelembagaan, dan

budaya setempat;

4) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

5) tingkat pertumbuhan ekonomi; dan

6) jumlah petani.

Perencanaan adalah tanggung jawab pemerintah Daerah yang di dalamnya memuat tentang strategi dan kebijakan. Untuk strategi, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerinath, yaitu:

1) Pendidikan dan pelatihan

2) penyuluhan dan pendampingan;

3) pengembangan sistem dan sarana pemasaran hasil

pertanian;

4) pengutamaan hasil pertanian dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional;

5) konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian;

6) penyediaan fasilitas pembiayaan dan permodalan;

7) kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi, dan

informasi;

8) penguatan kelembagaan petani.

Adapun dalam bentuk kebijakan, pemerintah bisa mempertimbangkan setidaknya dua hal, yaitu: pertama,

keselarasan dengan program pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh kementerian atau lembaga non kementerian terkait lainnya, kedua, peran serta masyarakat atau pemangku kepentingan lainnya sebagai mitra Pemerintah Daerah.

61

b. Pemberdayaan

Pemberdayaan petani dilakukan untuk

memajukan dan mengembangkan pola pikir petani dalam meningkatkan usaha tani, menumbuhkan dan menguatkan kelembagaan petani agar mampu mandiri dan berdaya saing tinggi.

Konteks pemberdayaan petani meliputi beberapa hal sebagai berikut:

1) Pendidikan dan Pelatihan

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi petani adalah tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah yang bisa diwujudkan dalam bentuk: a) pengembangan program pelatihan dan pemagangan, b) pemberian beasiswa bagi petani

untuk mendapatkan pendidikan di bidang

pertanian, atau c) pengembangan pelatihan

kewirausahaan di bidang agribisnis.

2) Penyuluhan dan Pendampingan

Selain pendidikan dan pelatihan, petani juga harus mendapatkan fasilitas berupa penyuluhan dan pendampingan. Tujuannya adalah agar mereka dapat melakukan setidaknya tiga (3) hal, yaitu: a) tata cara pengolahan, penanganan pasca panen, dan pemasaran yang baik, b) analisis kelayakan usaha yang menguntungkan; dan kemitraan dengan pelaku usaha, dan c) akses permodalan ke lembaga keuangan, perbankan atau non bank dalam rangka peningkatan usahanya.

3) Sistem dan Sarana Pemasaran Hasil Pertanian

Persoalan yang tidak kalah pentingnya untuk

dilakukan oleh pemerintah dalam program

pemberdayaan petani adalah membangun sistem dan sarana pemasaran hasil pertanian yang baik. Tujuannya adalah untuk: a) mewujudkan pasar hasil Pertanian yang memenuhi standar keamanan pangan, sanitasi, serta memperhatikan ketertiban umum, b) mewujudkan fasilitas pendukung pasar hasil Pertanian, c) memfasilitasi pengembangan pasar hasil Pertanian yang dimiliki dan/ atau dikelola oleh Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, koperasi, dan/atau kelembagaan ekonomi Petani lainnya di daerah produksi Komoditas

62

Pertanian, d) membatasi pasar modern yang bukan dimiliki dan/ atau tidak bekerja sama dengan Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Koperasi, dan/ atau kelembagaan ekonomi Petani lainnya di

daerah produksi Komoditas Pertanian, e)

mengembangkan pola kemitraan usaha tani yang saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan, f) mengembangkan pola kemitraan usaha tani yang saling memerlukan, mempercayai,

memperkuat, dan menguntungkan, g)

mengembangkan sistem pemasaran dan promosi hasil Pertanian, h) mengembangkan pasar lelang, dan i) menyediakan informasi pasar hasil pertanian.

4) Konsolidasi dan Jaminan Luasan Lahan Pertanian

Konsolidasi luasan lahan pertanian adalah penataan kembali penggunaaan dan pemanfaatan lahan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah untuk kepentingan lahan pertanian. Konsolidasi ini diperlukan untuk menjamin luasan lahan pertanian bagi para petani agar mereka dapat meningkatkan taraf hidupnya.

Program konsolidasi ini bisa dilakukan

dengan dua cara: mengendalikan alih fungsi lahan

pertanian atau pemanfaatan lahan pertanian

terlantar yang potensial untuk lahan pertanian.

5) Fasilitas Pembiayaan dan Permodalan

Problem utama yang dihadapi mayoritas petani saat ini adalah menyangkut pembiayaan dan permodalan. Karena itu kedua hal ini menjadi

elemen penting keberhasilan program

pemberdayaan petani. Dalam hal fasilitasi

pembiayaan dan permodalan, pemerintah bisa mengambil pola-pola sebagai berikut:

a) pemberian pinjaman modal untuk memiliki dan atau memperluas kepemilikan lahan pertanian.

b) pemberian bantuan penguatan modal bagi

petani

c) pemberian bantuan program pertanian; dan/

atau

d) pemanfaatan tanggung jawab sosial perusahaan serta program kemitraan dan bina lingkungan.

63

6) Akses Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Informasi

Dalam dunia global akses terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi tidak lagi menjadi monopoli kelompok masyarakat tertentu. Para petani juga memiliki hak sama untuk mendapatkannya. Karena itu, pemerintah harus memfasilitasi agar petani dapat dengan mudah mengakses ketiganya guna menunjak peningkatan

produktifitas pertanian dan peningkatan

kesejahteraan mereka.

7) Penguatan Kelembagaan

Lemahnya kelembagaan petani disinyalir

menjadi salah satu penyebab kemandirian dan kedaulatan petani sulit terwujud. Melalui program pemberdayaan, petani harus diperkuat dari sisi kelembagaan yang meliputi:

a) Kelompok Tani;

b) Gabungan Kelompok Petani; dan

c) Asosiasi komoditas pertanian;

Penguatan kelembagaan petani yang

dilakukan oleh pemerintah sebaiknya menggunakan pendekatan botton up dan mempertimbangkan nilai serta kearifan lokal. Pendekatan yang cenderung struktural dan administratif biasanya kurang bisa diterima oleh petani yang selama ini masih kental sisi tradisional serta kekeluargaannya.

c. Pengawasan

Untuk menjamin tercapainya tujuan

pemberdayaan petani, semua komponen pemerintah

harus melakukan pengawasan terhadap kinerja

perencanaan dan pelaksanaan. Pengawasan ini

meliputi: pelaporan, pemantauan, dan evaluasi. d. Peranserta Masyarakat.

Pemberdayaan adalah model pembangunan yang menekankan sisi partisipasi masyarakat secara luas dalam hal: a) penyusunan perencanaan; b) pemberdayaan petani; c) pembiayaan; d) pengawasan; dan e) penyediaan informasi

64

Dalam bentuk kegiatan, masyarakat dapat berperan serta untuk menyelenggarakan:

a) pendidikan non formal;

b) pelatihan dan pemagangan;

c) penyuluhan;

d) penguatan kelembagaan petani dan kelembagaan

ekonomi petani;

e) fasilitasi sumber pembiayaan atau permodalan; dan

f) pemberian fasilitas akses terhadap informasi

65

BAB VI

Dokumen terkait