• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. MEKANISME PENGAJUAN USULAN KEGIATAN

3.4. Ketentuan Umum Pengajuan Usulan Kegiatan

3.4.1. Muatan e-proposal tingkat Provinsi dan

Berikut ini dapat dijelaskan mengenai muatan e-proposal untuk pengusul kegiatan yang berasal dari SKPD yang membidangi perkebunan di Provinsi dan pengusul kegiatan yang berasal dari SKPD yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota.

I. Informasi profil SKPD

Pada informasi profil SKPD ini memuat :

1. Tahun perencanaan berisi tahun pengusulan usulan kegiatan melalui e-proposal yang sudah secara otomatis ditampilkan oleh aplikasi.

2. Nama SKPD berisi nama Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi dan nama Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota.

3. Alamat berisi alamat SKPD yang membidangi perkebunan di Provinsi dan di Kabupaten/Kota. Di harapkan pengisian alamat secara lengkap agar mudah dalam pengiriman pos surat. 4. Kabupaten/Kota berisi nama Provinsi dan Kabupaten/Kota

yang secara otomatis ditampilkan oleh aplikasi.

5. Mendukung komoditas berisi nama bidang yang ditangani sesuai tupoksi SKPD di Provinsi dan di Kabupaten/Kota. 6. Nomor Telephone dan Nomor Fax SKPD provinsi dan

kabupaten/kota wajib diisi secara lengkap dan masih aktif untuk memudahkan penyampaian data, informasi dan komunikasi.

7. Alamat email SKPD yang wajib diisi secara lengkap oleh SKPD yang membidangi perkebunan di Provinsi dan di Kabupaten/Kota untuk memudahkan penyampaian data, informasi dan komunikasi. Alamat email tersebut harus dalam keadaan aktif. Untuk SKPD Kabupaten/Kota disertai alamat email alternatif.

8. Contact Person yang menangani perencanaan berisi nama orang yang menangani bidang perencanaan dengan nama dan gelar lengkap beserta nomor telephone/HP yang masih aktif. 9. Nama kepala SKPD berisi nama penanggung jawab kegiatan di

SKPD yang menangani perkebunan di Provinsi dan di Kabupaten/Kota dengan nama dan gelar lengkap beserta NIP. II. Database Umum

Pada database umum ini, SKPD yang membidangi perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan mengisi atau melengkapi database umum yang berisi :

1. Letak wilayah provinsi dan kabupaten/kota secara geografis berisi letak wilayah yang di ukur berdasarkan sistem koordinat garis lintang (Lintang Utara/LU dan Lintang Selatan/LS) dan letak bujur (bujur timur/BT dan bujur barat/BB).

2. Batas wilayah berisi batas wilayah provinsi dan kabupaten/kota dari utara, selatan, barat dan timur.

3. Luas wilayah berisi luas daratan dan luas lautan dalam

provinsi dan dalam kabupaten/kota menggunakan satuan km2.

4. Untuk SKPD provinsi : Administrasi pemerintahah Kabupaten/Kota berisi jumlah kabupaten, jumlah kecamatan, jumlah desa dan jumlah kelurahan yang ada di provinsi tersebut.

5. Untuk SKPD kabupaten/kota : Administrasi pemerintahah Kabupaten/Kota berisi jumlah kecamatan, jumlah desa dan jumlah kelurahan yang ada di kabupaten/kota tersebut.

6. Kondisi demografi berisi :

a. Jumlah penduduk di provinsi atau di kabupaten/kota dalam satuan jiwa.

b. Luas wilayah secara keseluruhan/total di provinsi atau di kabupaten/kota dalam satuan km2.

c. Ratio jenis kelamin berisi persentase penduduk yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

d. Pendidikan berisi persentase penduduk yang tamat pendidikan SD, SLTP, SMU, Diploma, Sarjana, Master dan Doktor dari total penduduk di provinsi atau di kabupaten/kota.

e. Total rumah tangga berisi jumlah keluarga per KK yang berada di provinsi atau di kabupaten/kota.

f. Jumlah keluarga petani berisi jumlah keluarga per KK yang berada di provinsi atau di kabupaten/kota yang bermata pencaharian sebagai petani.

g. Jumlah angkatan kerja produktif berisi jumlah penduduk dalam satuan orang yang berada pada usia produktif yang berkisar antara 15-64 tahun atau 18-55 tahun menurut sumber yang lain.

7. Kondisi perekonomian berisi :

a. Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi atau PDRB kabupaten/kota dalam satuan Rp. (rupiah). b. Dukungan PDRB sektor terhadap perekonomian daerah

berisi persentase kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap peningkatan PDRB provinsi atau PDRB kabupaten/kota seperti sektor pertanian dan kehutanan (peternakan, perikanan dan perkebunan); sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, real estate dan jasa keuangan; sektor jasa-jasa lainnya.

c. Dukungan PDRB dari sub sektor terhadap sektor pertanian berisi persentase kontribusi sub sektor perekonomian terhadap peningkatan PDRB sub sektor pertanian provinsi atau kabupaten/kota seperti sub sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.

8. Kelembagaan berisi :

a. Kelembagaan petani berisi jumlah gapoktan, jumlah kelompok tani, jumlah KT wanita dan jumlah pemuda tani di provinsi atau kabupaten/kota.

b. Kelembagaan penyuluhan berisi jumlah penyuluh PNS (laki-laki dan perempuan), jumlah penyuluh THP-TB PP ((laki-laki-(laki-laki dan perempuan), jumlah penyuluh swadaya (laki-laki dan perempuan) dan jumlah BPP di kecamatan (satuan unit). c. Kelembagaan pembiayaan berisi jumlah dalam satuan unit

dari koperasi, BPR (Bank Perkreditan Rakyat), Bank Pemerintah, Bank Swasta dan LKMA (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis).

d. Kelembagaan pemasaran berisi jumlah unit pasar, jumlah unit supermarket, jumlah unit pasar tani, jumlah perusahaan eksportir, jumlah unit sub terminal agribisnis (STA) dan jumlah unit terminal agribisnis (TA).

e. Kelembagaan sarana berisi jumlah unit kios alsintan (alat dan mesin pertanian), jumlah unit kios saprotan (sarana produksi pertanian) dan jumlah unit penggilingan.

9. Kondisi/sumber ketersediaan air berisi jumlah unit sumber air yang berada di provinsi atau di kabupaten/kota seperti danau, sungai, waduk, embung dan sumber air lainnya.

10. Utilitas listrik berisi kondisi sarana prasarana ketersediaan listrik dan jangkauan sumber listrik ke daerah di provinsi atau di kabupaten/kota apakah baik, sedang atau rusak.

11. Luas lahan pertanian berisi luas lahan pertanian tanaman pangan, lahan perkebunan dan lahan hortikultura yang berada di provinsi atau di kabupaten/kota dalam satuan hektar. III. Database teknis level kecamatan

Khusus untuk usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal dari SKPD yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota dilengkapi dengan form isian database teknis level kecamatan sebagai database spesifik tingkat kecamatan yang akan digunakan untuk basis data sistem aplikasi SIKP (sistem informasi kawasan pertanian). Muatan database teknis level kecamatan ini memuat :

1. Database teknis level kecamatan sub sektor perkebunan memuat nama kecamatan dan komoditas unggulan perkebunan yang akan diusulkan meliputi :

a. Data per kecamatan untuk komoditi tanaman tahunan (kepala sawit, karet, kelapa, jambu mete, kemiri sunan, jarak pagar dan sagu) yang terdiri dari :

- Data luas areal (tanaman belum menghasilkan/TBM, tanaman menghasilkan/TM, tanaman rusak/TTR dan luas areal total) dalam satuan hektar untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data produksi dalam satuan ton untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data produktivitas dalam satuan ton/ha untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data unit pengolahan hasil perkebunan (UPH) dalam satuan unit yang ada di lokasi pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya 1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data luas areal potensi pengembangan komoditi perkebunan dalam satuan hektar pada kondisi sekarang (t0), kondisi 1 tahun kedepan (t+1) dan kondisi 2 tahun kedepan (t+2).

b. Data per kecamatan untuk komoditi tanaman semusim (tebu, nilam, kapas dan tembakau) yang terdiri dari :

- Data luas areal eksisting dalam satuan hektar untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data produksi dalam satuan ton untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data produktivitas dalam satuan ton/ha untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data unit pengolahan hasil perkebunan (UPH) dalam satuan unit yang ada di lokasi pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya 1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data luas areal potensi pengembangan komoditi perkebunan dalam satuan hektar pada kondisi sekarang (t0), kondisi 1 tahun kedepan (t+1) dan kondisi 2 tahun kedepan (t+2).

c. Data per kecamatan untuk komoditi tanaman rempah dan penyegar (kakao, kopi, teh, cengkeh, lada dan pala) yang terdiri dari :

- Data luas areal (tanaman belum menghasilkan/TBM, tanaman menghasilkan/TM, tanaman rusak/TTR dan luas areal total) dalam satuan hektar untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data produksi dalam satuan ton untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data produktivitas dalam satuan ton/ha untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data unit pengolahan hasil perkebunan (UPH) dalam satuan unit yang ada di lokasi pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya 1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).

- Data luas areal potensi pengembangan komoditi perkebunan dalam satuan hektar pada kondisi sekarang (t0), kondisi 1 tahun kedepan (t+1) dan kondisi 2 tahun kedepan (t+2).

2. Database teknis level kecamatan PSP-Perkebunan dalam mendukung sub sektor perkebunan, memuat data sarana prasarana perkebunan seperti :

a. Nama kecamatan yang sudah terdaftar di aplikasi.

b. Pengisian data jalan produksi dalam satuan km (kilo meter).

c. Pengisian data jumlah unit traktor roda 4 yang dipakai (unit).

3. Database teknis level kecamatan PPHP dalam mendukung sub sektor perkebunan, memuat data pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan seperti:

a. Nama kecamatan yang sudah terdaftar di aplikasi.

b. Pengisian data UPH (unit pengolahan hasil) yang meliputi nama sub sektor yang didukung dan jumlah unit UPH. c. Pengisian data jumlah sentra kemasan PPHP.

d. Pengisian data jumlah pasar tani (unit). IV. Narasi proposal

Narasi proposal bagi SKPD provinsi dan SKPD kabupaten/kota yang membidangi perkebunan ini memuat :

1. Tujuan berisi tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pengajuan proposal untuk pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan perkebunan.

2. Masalah berisi masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan pekebunan. Masalah utama diperoleh berdasarkan identifikasi lapangan dan diskusi dengan pihak terkait.

3. Potensi kawasan berisi nama komoditas unggulan yang potensial serta luas potensi pengembangan. Boleh menyebutkan lebih dari satu komoditas tetapi maksimal 3 komoditas per sub sektor dalam satu kabupaten/kota.

4. Prospek pengembangan berisi prospek pengembangan komoditi perkebunan ke depan mencakup perluasan areal,

produksi, produktivitas, penyerapan tenaga kerja,

pengembangan usaha industri dan pemasarannya.

5. Strategi berisi cara untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Startegi ini nantinya akan dijabarkan lebih lanjut kedalam kebijakan/regulasi, program dan kegiatan.

6. Kegiatan prioritas berisi kegiatan prioritas (maksimal 3 kegiatan) yang mampu memberikan daya pengungkit (trigger)/berdampak besar bagi pencapaian tujuan.

7. Indikator kinerja berisi nama indikator kinerja output dan

outcome yang dilengkapi dengan angka kuantitatif beserta

besaran dan satuan volumenya.

8. Analisis resiko berisi tingkat risiko pada setiap tahapan pelaksanaan kegiatan yang mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 mengenai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

V. Usulan Kegiatan

Usulan kegiatan ini memuat :

1. Sub sektor berisi nama sub sektor yang terkait tupoksi SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2. Komoditas berisi nama komoditas unggulan perkebunan yang akan diusulkan SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota yang terdiri atas 17 komoditas yaitu Kelapa sawit, karet, kelapa, kakao, tebu, kopi, teh, jambu mete, nilam, kapas, tembakau, kemiri sunan, lada, cengkeh, jarak pagar, pala dan sagu.

3. Status kegiatan berisi kegiatan yang akan diusulkan tersebut apakah kegiatan baru atau kegiatan lanjutan di tahun sebelumnya.

4. Sumber anggaran berisi pengajuan usulan kegiatan tersebut akan didanai APBN yang bersumber dari RM (rupiah murni), HLN (hibah luar negeri), PLN dan PNBP (penerimaan negara bukan pajak).

5. Pola pendanaan berisi apakah mengajukan pola pendanaan yang bersumber dari APBN murni, APBN-APBD, APBN-swasta atau APBN-APBD-Swasta.

6. Dukungan APBD Kabupaten berisi kontribusi anggaran APBD dalam mendukung pengusulan kegiatan dalam bentuk rupiah murni dan persentase dari total anggaran APBD

Kabupaten/Kota. Dukungan APBD Kabupaten ini wajib diisi jika pola pendanaan yang dipilih adalah APBN-APBD.

7. Dukungan swasta berisi kontribusi anggaran swasta dalam mendukung pengusulan kegiatan dalam bentuk rupiah murni. Dukungan swasta ini wajib diisi jika pola pendanaan yang dipilih adalah APBN-Swasta.

8. Kegiatan berisi usulan kegiatan yang akan diajukan dimana secara otomatis mendukung komoditas yang diusulkan. Kegiatan disini terdiri dari kegiatan hulu (terkait output kegiatan Ditjen. Perkebunan), kegiatan hilir (terkait output kegiatan Ditjen. PPHP) dan kegiatan onfarm (terkait output kegiatan Ditjen. PSP). Pada kegiatan ini memuat:

a. Sub kegiatan berisi sub output kegiatan yang akan diusulkan dari masing-masing eselon II lingkup Ditjen. Perkebunan, Ditjen. PSP atau Ditjen. PPHP.

b. Volume dan satuan berisi volume kegiatan yang akan diusulkan dalam satuan perhitungan tertentu.

c. Harga satuan dan jumlah berisi anggaran yang akan diusulkan per satuan harga dan secara otomatis akan menjumlah total anggaran yang akan diusulkan (dalam rupiah).

VI. Penerima manfaat

Form penerima manfaat pada pengusulan kegiatan melalui e-proposal wajib di isi oleh pengusul kegiatan dari SKPD Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan karena akan menentukan tahapan pengusulan kegiatan selanjutnya untuk dapat diajukan ke provinsi bagi SKPD Kabupaten/Kota dan diajukan ke pusat bagi SKPD Provinsi.

Form penerima manfaat ini dibagi 2 yaitu penerima manfaat yang merupakan kelompok (diisi oleh SKPD Kabupaten/Kota) dan penerima manfaat yang bukan kelompok (diisi oleh SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota). Untuk sasaran penerima manfaat yang

berasal dari UPT pusat/SKPD Provinsi atau unit

instansi/SKPD/balai dibawah eselon I yang bukan kelompok tani di wajibkan meng-entry penerima manfaat pada bagian penerima

manfaat bukan kelompok. Berikut ini adalah form penerima

manfaat yang merupakan kelompok dan yang bukan merupakan kelompok memuat:

1. Nama SKPD yang membidangi perkebunan.

2. Kegiatan/output kegiatan masing-masing eselon II lingkup Ditjen. Perkebunan.

3. Sub kegiatan/ sub output kegiatan masing-masing eselon II lingkup Ditjen. Perkebunan.

4. Komoditas yang diusulkan.

5. Usulan dana/anggaran yang diusulkan dalam rupiah.

6. Upload file pendukung 1 sampai dengan 5 berisi file pendukung usulan kegiatan seperti RAB kegiatan, peta kawasan, kinerja pembangunan perkebunan sebelumnya, potensi pengembangan, Perda RTRW, nomor registrasi keputusan penetapan kelompok tani/nomor SK pengukuhan dll. (dalam format pdf, word, excel, power point, jpeg yang dibatasi total 1 MB).

7. Daftar kelompok tani yang merupakan penerima manfaat kegiatan termasuk dalam kelompok memuat :

a. Daftar kelompok tani kegiatan di kabupaten/kota yang

sudah di verifikasi oleh BPPSDMP melalui

Bakorluh/Bapeluh di daerah. Daftar kelompok ini secara otomatis terdiri atas :

- Jika menampilkan data gapoktan maka akan muncul nama kecamatan, nama desa, nama Gapoktan, ketua Gapoktan dan kolom tambahkan ke penerima manfaat. - Jika menampilkan data poktan maka akan muncul

nama kecamatan, nama desa, nama Gapoktan, nama poktan, ketua poktan, SK pengukuhan, komoditas yang diusahakan dan kolom tambahkan ke penerima manfaat.

b. Daftar kelompok tani kegiatan di provinsi hanya memuat penerima manfaat kegiatan non kelompok (untuk penerima

manfaat SKPD/UPT/Balai dll) yang berisi nama penerima non kelompok dan lokasi.

c. Pada kelompok tani penerima manfaat kegiatan di kabupaten/kota akan dilengkapi dengan titik koordinat lokasi usulan kegiatan yang berisi lokasi geografis usulan kegiatan pengembangan komoditi unggulan perkebunan di tingkat kecamatan/desa. Koordinat lokasi penerima manfaat kegiatan ini memuat nama poktan, nama gapoktan, nama desa, nama kabupaten/kota dan titik koordinat lokasi dalam bentuk LU, LS, BT atau BB yang dapat diisi pada kolom tindakan.

d. Terdapat kolom tindakan untuk mengedit atau menghapus koordinat lokasi penerima manfaat kegiatan.

VII. Database spesifik Kabupaten/Kota (sub sektor perkebunan) Database spesifik kabupaten/kota memuat data dan informasi yang perlu di isi dan dilengkapi oleh SKPD provinsi dan kabupaten/kota yang membidangi perkebunan mengenai kondisi agroekosistem, kondisi kelembagaan, kondisi perekonomian, kondisi penanganan perlindungan perkebunan, kondisi sarana prasarana, kondisi luas areal eksisting komoditi perkebunan, kondisi luas areal potensi pengembangan komoditas perkebunan, kondisi produksi dan produktivitas komoditi perkebunan, kondisi kinerja satker dan kondisi kebijakan lainnya. Muatan data spesifik kabupaten/kota untuk sub sektor perkebunan meliputi :

1. Kondisi agro-ekosistem yang memuat : a. Curah hujan dengan satuan mm/tahun.

b. Ketinggian tempat dengan satuan dpl (diatas permukaan laut).

c. Topografi tempat yang menunjukkan bentuk relief permukaan bumi dari suatu daerah yang terdiri dari dataran rendah (DAS, pantai, padang rumput, dll), dataran sedang (lereng, flat, plato, lembah, dll) dan dataran tinggi (perbukitan, gunung, pegunungan, dll).

d. Temparatur udara yang menunjukkan suhu rata-rata udara di daerah setempat dengan satuan °C (derajat celcius).

Dapat juga dihitung menggunakan rumus T = 26,3°C-0,61h (h= ketinggian tempat/dpl).

e. Kelembaban udara dengan satuan %.

f. Lama bulan iklim menunjukkan periode waktu atau lamanya waktu suatu daerah mengalami bulan basah atau bulan kering jika dilihat dari rerata curah hujan per bulan. Pengelompokkan lama bulan iklim pada dasarnya ada 3 tipe yaitu :

- Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya > 100

mm dalam 1 bulan. Jumlah curah hujan melampaui penguapan.

- Bulan kering adalah bulan yang curah hujannya < 60 mm dalam 1 bulan. Penguapan banyak berasal dari dalam tanah daripada curah hujan.

- Di antara bulan basah dan bulan kering (60-100

mm/bulan) disebut bulan lembab. Curah hujan dan penguapan relatif seimbang.

g. Ketersediaan sumber air menunjukkan ada tidaknya sumber hidrologi dalam kawasan pengembangan komoditi perkebunan yang terdiri atas :

- Hidrologi alami seperti berasal dari laut, sungai, mata

air, air hujan, air terjun, danau dan sumber-sumber lain.

- Hidrologi buatan seperti waduk, dam, sumur air tanah

dalam (bor dan sumur resapan), sumur air permukaan, irigasi, embung dan lain-lain.

h. Jenis tanah yang menunjukkan jenis tanah yang cocok dan sesuai untuk pengembangan komoditi perkebunan di daerah tersebut meliputi :

- Tanah Vulkanik adalah tanah hasil pelapukan abu

vulkanik dari gunung berapi. Tanah vulkanik dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : Regosol, Latosol, Andosol, Tuff, Hidromorf, Entisol.

- Tanah Organosol merupakan tanah hasil pelapukan

bahan-bahan organik. Tanah jenis ini dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : Tanah Humus, Tanah Gambut/Argosol.

- Tanah Aluvium (Alluvial) adalah tanah hasil erosi yang diendapkan di dataran rendah. Jenis tanah ini antara lain : Tanah Endapan, dan lain-lain.

- Tanah Podzol/Podzolit yang terbentuk akibat

pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah.

- Tanah Laterit adalah tanah hasil ‘pencucian’ karena terdapat pelarutan oleh air. Jenis tanah ini diantaranya : Tanah Padas, Tanah Ultisol dan lain-lain.

- Tanah Litosol adalah tanah hasil pelapukan batuan

beku dan batuan sedimen yang baru terbentuk sehingga butirannya besar. Jenis tanah ini diantaranya : Tanah Inceptisol dan lain-lain.

- Tanah Kapur merupakan hasil pelapukan batuan kapur

(gamping). Tanah ini terbagi jadi beberapa jenis yaitu : Renzina, Mediteran/Terrarosa, Grumusol dan lain-lain.

- Tanah Mergel yang terjadi dari campuran batuan

kapur, pasir dan tanah liat. Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata sepanjang tahun.

- Tanah Vertisol yang merupakan tanah liat tinggi yang

mengembang pada waktu basah dan pecah-pecah pada waktu kering.

- Tanah Oxisol yang terdiri atas aluminium oksida.

- Tanah Pasir adalah tanah yang terbentuk dari batuan

beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

2. Kondisi kelembagaan yang memuat :

a. Jumlah tenaga kerja di sub sektor perkebunan secara total di Kabupaten/Kota dengan satuan jiwa dan juga terdiri dari jumlah laki-laki dan perempuan.

b. Jumlah petani/pekebun perkebunan di Kabupaten/Kota per kepala keluarga (KK).

c. Jumlah penangkar benih perkebunan dalam satuan orang. d. Jumlah kelompok tani di Kabupaten/Kota dengan satuan

e. Jumlah petugas perkebunan POPT (pengendali organisme penganggu tumbuhan) dan petugas PBT (pengawas benih tanaman) dalam satuan orang.

3. Kondisi perekonomian yang memuat :

a. Kontribusi PDRB sub sektor perkebunan terhadap sektor pertanian di Kabupaten/Kota dalam %.

b. Volume ekspor dari komoditi unggulan perkebunan di kabupaten/kota dalam satuan ton. Volume ekspor berdasarkan pada angka tetap tahun terakhir (Sumber BPS atau sumber resmi lainnya).

c. Jenis barang ekspor seperti untuk komoditi kelapa sawit dalam bentuk TBS, CPO atau minyak sawit lainnya.

4. Kondisi penanganan perlindungan perkebunan yang memuat : a. Jenis OPT yang dominan menyerang komoditas unggulan

perkebunan di kabupaten/kota.

b. Luas serangan OPT tersebut di kabupaten/kota selama 2 tahun sebelumnya (t-2) dan 1 tahun sebelumnya (t-1) dalam satuan hektar.

c. Luas lahan yang sudah dapat dikendalikan dari serangan OPT tersebut di kabupaten/kota selama 2 tahun sebelumnya (t-2) dan 1 tahun sebelumnya (t-1) dalam satuan hektar.

d. Lokasi pengendalian OPT di kecamatan.

e. Intensitas serangan OPT dapat dikategorikan ringan, sedang atau berat.

f. Luas kebakaran lahan dan kebun di kabupaten/kota selama 2 tahun sebelumnya (t-2) dan 1 tahun sebelumnya (t-1) dalam satuan hektar.

g. Lokasi kebakaran lahan dan kebun di kecamatan.

h. Persentase kebakaran lahan dan kebun dari total lahan/kebun pengembangan komoditi perkebunan dalam satuan %.

i. Konversi lahan perkebunan yang dapat berubah fungsi menjadi lahan permukiman, lahan tanaman pangan, lahan hortikultura, lahan peternakan/ padang pengembalaan,

lahan pertambangan, lahan perkantoran, lahan konservasi/ ruang terbuka dll.

j. Luasan konversi lahan komoditi perkebunan menjadi lahan konversi lain dalam 2 tahun terakhir dengan satuan hektar. 5. Kondisi sarana prasarana pada saat ini yang memuat :

a. Jalan produksi yang memiliki kondisi yang baik sebagai jalan produksi pengembangan komoditi perkebunan di kabupaten/kota dalam satuan km (kilo meter).

b. Adanya kebun sumber bahan tanam untuk mendukung pengembangan komoditi perkebunan di kabupaten/kota yang terdiri dari kebun entres (KE) dan kebun induk (KI) dalam satuan hektar.

c. Adanya unit pengolahan hasil untuk mendukung pengembangan komoditi perkebunan di kabupaten/kota yang terdiri dari banyaknya UPH (unit) dan kapasitas UPH

Dokumen terkait