• Tidak ada hasil yang ditemukan

Satu tahun, dunia dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Pandemi tidak semata-mata berdampak pada sektor kesehatan, namun berbagai sektor mampu merasakan dampaknya, termasuk aspek sosial ekonomi masyarakat. Terancam di tengah pemberlakuan berbagai kebijakan pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19, FAO menyebutkan adanya potensi krisis pangan global akibat pandemi yang masih berlanjut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan sangat penting dalam melewati masa pandemi. Dari sisi protokol kesehatan diantaranya terdapat 5M yang salah satunya ialah mengurangi mobilitas, kebijakan ini hanya akan terlaksana apabila ketersediaan pangan tercukupi untuk rakyat.

Masa pandemi menjadi momentum awal yang tepat dalam memperkuat kemandirian pangan nasional berbasis pertanian rakyat. Sesuai dengan arahan Presiden Jokowi bahwa negara kita saat ini dituntut untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan pangan secara mandiri. Pandemi Covid-19 menjadi momentum reformasi sektor pangan sekaligus meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Menurut Badan Pusat Statitik (BPS) tahun 2019, jumlah pekerja di sektor pertanian menjadi jumlah pekerja terbesar dibanding sektor lainnya, yaitu berkisar 27,33% dari total pekerja nasional. Jumlah ini menjadi sumber daya yang memadai apabila didukung dengan adanya inovasi dalam pengoptimalan sumber daya yang ada.

Inovasi yang ditawarkan untuk mendukung produktivitas di sektor pertanian dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang pesat di era modern saat ini. Layanan informasi bertujuan untuk memberikan fasilitas petani dalam mengakses informasi yang menunjang pertanian berkelanjutan. Bidang teknologi dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan petani sehingga pengoptimalan sumber daya pertanian dapat dilakukan. Penggunaan teknologi informasi ini mempertimbangkan jumlah petani di Indonesia. Menurut data BPS tahun 2019, jumlah petani mencapai 33,4 juta orang. Adapun jumlah petani muda di Indonesia dengan rentang usia 20-39 tahun hanya berkisar 8% atau setara dengan 2,7 juta

orang. Selain memudahkan dalam mengakses informasi, penggunaan teknologi informasi ini bertujuan untuk menarik minat dan memberikan akses para pemuda untuk berkecimpung di bidang pertanian.

Gagasan awal munculnya inovasi “Halofarm” berasal dari keresahan penulis dengan kondisi Petani Indonesia saat ini. Mulai dari lahan pertanian yang semakin berkurang setiap tahunnya. Jumlah populasi yang terus meningkat berdampak pada luas lahan pertanian, seperti areal sawah yang tergantikan sebagai kawasan wilayah atau perumahan. Padahal, lahan menjadi faktor penunjang produktivitas dan kerentanan kehidupan petani yang secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap minat masyarakat untuk bekerja di bidang pertanian. Tidak hanya lahan yang semakin berkurang, pencemaran lingkungan pertanian baik pencemaran tanah, air tanah, dan tidak seimbangnya ekosistem akibat penggunaan bahan kimia yang berlebih juga menjadi faktor berkurangnya produksi hasil pertanian. Selain itu, jam kerja yang panjang dan beratnya pekerjaan sebagai petani tidak menutup kemungkinan akan adanya berbagai risiko kesehatan dan paparan yang dapat terjadi. Namun, hingga saat ini nyatanya petani belum memiliki standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Dalam mendukung produktivitas petani dapat diterapkan dengan sistem pertanian berkelanjutan. Secara umum pertanian berkelanjutan dapat diartikan sebagai sistem pertanian yang mencakup tiga prinsip utama diantaranya keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan ekologi, dan keberlanjutan sosial. Studi terhadap 286 proyek pertanian berkelanjutan di 57 negara berkembang menunjukkan bukti bahwa pertanian berkelanjutan mampu meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi hingga mencapai 79% (Rukmana, 2012). Proyek-proyek tersebut menerapkan teknik organic farming dengan menekankan pada pelestarian dan konservasi sumber daya alam sehingga tercapai keseimbangan ekosistem yang mendukung produktivitas pertanian dalam jangka panjang.

Sistem pertanian dari program pemerintah Indonesia yang telah terlaksana hingga saat ini adalah pertanian berbasis teknologi maju yang dikenal dengan istilah “Revolusi Hijau”. Program ini juga telah membawa dampak yang signifikan dalam produktivitas petani. Namun tidak dapat dipungem pertanian revolusi hijau ini membawa dampak negatif bagi keberlangsungan lingkungan hingga ekosistem yang tidak seimbang. Hal ini akibat dalam sistem revolusi hijau masih maraknya penggunaan bahan pertanian anorganik sehingga mampu membawa dampak negatif bagi lingkungan dalam jangka panjang. Praktek pertanian ini justru

dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, keracunan, penyakit dan kematian pada makhluk hidup (Tandisau dan Herniwati, 2009).

Seperti pekerjaan pada umumnya, petani sebagai sumber daya manusia di sektor pertanian yang juga memiliki panjang. Namun, dalam kenyataanya hingga saat ini masih belum ada standart Keselamatan dan Kesehatan kerja seperti dalam penjelasan sebelumnya. Dengan adanya penerapan agricultural nursing, keamanan dan kesehatan sumber daya di sektor pertanian dapat dilakukan intervensi. Melaui mobile apps HaloFarm, petani akan mendapatkan berbagai informasi kesehatan mengenai pencegahan dan edukasi keamanan dalam bertani.

Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi menuturkan urgensinya sektor pertanian selain berperan besar dalam ekonomi nasional, pertanian juga sebagai leading sektor dalam pencapaian target dan tujuan program Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam program SDGs terlihat dari 17 goals yang menitikberatkan peran penting sektor pertanian, diantaranya dalam upaya pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan disamping perhatian terhadap masalah kesehatan dan kelestarian lingkungan. Sebagai upaya mendukung tercapainya target tersebut, penulis menawarkan inovasi Aplikasi “Halofarm” pemberdayaan Organic Farming dan Agricultural Nursing sebagai Pertanian Berkelanjutan dan Intervensi Kesehatan Petani.

Halofarm merupakan aplikasi berbasis smartphone untuk menyediakan informasi dan fasilitas penunjang dalam mendukung produktivitas petani dengan menerapkan pertanian berkelanjutan. Pengguna dapat mengunakan beberapa fitur yang terdapat dalam aplikasi Halofarm, antara lain sebagai berikut:

1. Organic farming

Pada fitur ini pengguna dapat mengakses berbagai informasi pemanfaatan bahan-bahan alami yang dapat digunakan untuk perawatan tanaman. Pada fitur ini diantaranya terdapat 5 layanan yang dapat diakses pengguna. Dengan deskripsi sebagai berikut

a. Farm Calculator

Dengan menggunakan layanan ini, pengguna dapat mengetahui jumlah dan jenis pupuk yang dibutukan sesuai dengan umur tanaman. Fitur ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan volume suplai air yang dibutuhkan tanaman berdasarkan jenis tanaman dan waktu tanam. Selain bertujuan untuk menghindari penggunaan pupuk kimia berlebih,

fitur ini dapat dimanfaatkan bagi petani pemula untuk memperkirakan kebutuhan tanaman

b. Cultivation tips

Layanan ini memberikan tips budidaya mulai dari tahap pembibitan hingga siap panen. Petani dapat mengetahui lebih lanjut mengenai tata cara Organic Farming yang tepat dengan memanfaatkan lahan yang ada.

risiko bahaya akibat kerja baik dalam jangka pendek atau c. Bioproduct

Layanan ini berisikan panduan bertani organik sekaligus terdapat kategori produk- produk yang menunjang tani organik. Seperti Bio pesticide, Bio fertilizer, micro nutrient dll yang juga dapat dipesan melaui fitur ini.

d. Article

Seperti artikel pada umumnya yang berisi mengenai informasi atau berita. Artikel pada fitur ini berisikan informasi seputar pertanian, tips pertanian, dan tentu terdapat artikel pembahasan manfaat dan pentingnya penggunaan bahan organik yang ramah terhadap ekosistem.

e. Famili Farm

Pada fitur ini dapat dimanfaatkan oleh pengguna sebagai media untuk berkomunikasi antar petani. Pengguna juga dapat bertanya mengenai permasalahan yang dialami. Seperti penanggulangan hama dll.

2. Agricultural Nurshing

Fitur ini merupakan fitur pendukung kesehatan petani. Seperti yang kita ketahui hingga saat ini, petani belum memliki standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Dengan memanfaatkan fitur ini, model kesehatan dan keselamatan kerja dengan dilakukannya studi analisis masalah kesehatan yang dapat terjadi akibat pekerjaan sebagai petani. Fitur ini bertujuan memberikan intervensi dan mengurangi risiko terjaninya pajanan penyakit yang berkaitan dengan interaksi petani dan lingkungan.

Aplikasi ini juga akan terhubung dengan pihak yang ahli dalam bidang pertanian, yang nantinya dapat mendukung dan memberikan edukasi yang tepat sehingga teknik Organic Farming dan Agricultural Nurshing dapat dimanfaatkan petani untuk mendukung produktivitas dan kesejahteraan petani Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA https://mediaindonesia.com/opini/308928/strategi-pertanian-menghadapi-pandemi-covid-19 https://pertanian.pontianakkota.go.id/artikel/29-bersahabat-dengan-lingkungan-melalui- pertanian-berkelanjutan.html https://lokadata.id/artikel/usia-petani-menua-jokowi-ajak-anak-muda-tekuni-pertanian- organik#:~:text=Berdasarkan%20data%20Badan%20Pusat%20Statistik,dengan% 202%2C7%20juta%20orang. http://psdr.lipi.go.id/news-and-events/opinions/sistem-pertanian-berkelanjutan-pembelajaran- dari-thailand.html Bendang, Sukardi, ‘Pertanian Berkelanjutan vs Pertanian Konvensional’

https://sbendank.wordpress.com/prinsip-prinsip-pertanian-berkelanjutan/

Susanto, Tantut, dkk. 2016. Model Kesehatan Keselamatan Kerja Berbasis Agricultaral Nurshing: Studi Analisis Masalah Kesehatan Petani. Dalam jurnal Ners Vol 11 No 1.

Dokumen terkait