• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTENT CREATOR KARTUN SEBAGAI LANGKAH MAHASISWA DALAM MENGUPAYAKAN KESETARAAN GENDER PADA SDGs Cindy Aulia Putri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CONTENT CREATOR KARTUN SEBAGAI LANGKAH MAHASISWA DALAM MENGUPAYAKAN KESETARAAN GENDER PADA SDGs Cindy Aulia Putri"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i DAFTAR ISI ... ii CONTENT CREATOR KARTUN SEBAGAI LANGKAH MAHASISWA DALAM MENGUPAYAKAN KESETARAAN GENDER PADA SDGS 2030... 1 BISKU (BISKUIT KUPANG) : OPTIMALISASI KERANG KUPANG PUTIH (Corbula faba hinds) LATIN)) SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI PREVALENSI STUNTING DI KABUPATEN SIDOARJO ... 4 “B’HEALTH CARE” B’HEALTH CARE SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEMATIAN BAYI DI INDONESIA ... 11 “MOMS CARE” MOMS CARE SEBAGAI UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN SDGS ... 15 DISKAN (DESA SENTRA PERIKANAN): SENTRA PERIKANAN YANG DIKELOLA MAHASISWA GUNA MEWUJUDKAN ZERO HUNGER DI INDONESIA DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN NASIONAL ... 19 IBU NASTITI, TEKNOLOGI MENJAGA IBU PERTIWI ... 27 KEWIRAUSAHAAN DI UNIVERSITAS SEBAGAI SALAH SATU UPAYA DALAM PERSIAPAN SDGS, MUNGKINKAH? ... 28

APLIKASI “HALOFARM” PEMBERDAYAAN ORGANIC FARMING DAN

AGRICULTURAL NURSING SEBAGAI PERTANIAN BERKELANJUTAN DAN INTERVENSI KESEHATAN PETANI DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN SDGS . 34

(3)

CONTENT CREATOR KARTUN SEBAGAI LANGKAH MAHASISWA DALAM MENGUPAYAKAN KESETARAAN GENDER PADA SDGs 2030

Cindy Aulia Putri

Pengembangan manusia berbasis kesetaraan merupakan topik yang sering diperbincangkan di dalamnya. Sesuai dengan salah satu tujuan dari SDGs 2030 ke lima yaitu, mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan. Target dari salah satu poin dari SDGs ini adalah menyadari dan menghargai pelayanandan kerja domestik yang tidak dibayar melalui penyediaan pelayanan publik, kebijakan infrastruktur dan sosial serta mendorong adanya tanggung jawab bersama di dalam rumah tangga dan keluarga yang pantas secara rasional.

Ketimpangan yang terjadi antara pembagian kerja perempuan dan laki-laki banyak hadir dalam banyak keluarga. Ketimpangan ini hadir sebagai salah satu hasil dari kebudayaan patriarki. Budaya Patriarki menempatkan laki-laki pada kelas yang lebih tinggi daripada perempuan. Banyak berbagai sektor domestik yang hanya dikerjakan oleh perempuan. Hal tersebut berakar pada pemikiran bahwa kodrat wanita hanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Padahal, kodrat merupakan sifat bawaan yang tidak dapat dilakukan oleh pihak yang lain. Pengertian mengenai kesetaraan gender pada sebuah keluarga merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.

Pengertian mengenai kesetaraan gender perlu ditanamkan kepada sebuah keluarga. Urgensinya adalah sikap dan perilaku yang akan dibawa oleh seseorang individu dalam menghadapi perbedaan gender yang ada. Orang tua sebagai penyuluh pertama mengenai kesetaran gender juga harus mengerti mengenai bagaimana kesetaraan gender dapat terjadi dalam sebuah keluarga. Sebagai mahasiswa, kita dapat mentransferkan pengetahuan mengenai kesetaraan gender melalui banyak hal. Salah satunya adalah menjadi content creator mengenai gender. Dalam pandemi seperti saat ini keterbatasan mengenai pertemuan fisik terkendala. Masyarakat dalam pandemi Covid-19 lebih dianjurkan untuk tetap dirumah saja. Hal itu berdampak pada masyarakat yang mendapatkan informasi mengenai dunia di luar rumah mereka melalui media.

(4)

tetapi, menjadi content creator yang memiliki segmentasi penikmat konten yang dibuat untuk

keluarga bukanlah hal yang mudah. Pengembangan segmentasi kepada keluarga ini dapat dilakukan dengan berbagai konten yang layak tonton dan memiliki nilai edukasi bagi setiap anggota keluarga mengenai kesetaraan gender. Misalnya, menggunakan bentuk kartun sebagai edukasi terhadap anak. Dalam tontonan yang dapat dibuat oleh mahasisw menggunakan visual ini dapat mengangkat topik-topik ringan mengenai kesetaraan gender. Pembentukan kepribadian anak dapat dimulai dalam usia-usia dini. Pada usia dini karakter dan sikap anak akan lebih mudah diatur daripada sudah dewasa. Anak akan lebih sering berbuat sesuai dengan apa yang sering dilihatnya. hal ini dapat menjadi salah satu celah bagi mahasiswa dalam memasukan nilai-nilai kesetaraan gender dalam membentuk kepribadian anak. Dalam hal yang sederhana saja, tokoh yang memiliki laki-laki juga dapat berkegiatan pada sektor domestik seperti membersihkan rumah, memasak, maupun menyapu rumah.

Penyebaran dari konten yang telah dapat dibuat oleh mahasiswa dapat disebarkan melalui media-media yang sering digunakan oleh masyarakat umum. media tersebut misalnya, Youtube, Instagram, Tik-tok ataupun media yang lain. Dengan hal ini secara tidak langsung mahasiswa akan mengasah hal yang sebenarnya akan dibutuhkan di masa depan dengan dapat membuat media pembelajaran. Selain itu beberapa media yang digunakan untuk menyebarkan hasil konten yang dibuat sebagian juga akan memberikan manfaat kepadamahasiswa dalam hal finansial. Seperti pemasukan yang baru untuk mahasiswa itu sendiri.

Mahasiswa sebagai agent of change untuk turut mendukung program SDGs dapat melakukan hal-hal yang sederhana akan tetapi dapat menyentuh kalangan yang biasanya belum dapat tersentuh manfaat oleh program-program pemerintah. Dengan hal sederhana seperti membuat konten kartun maka anak-anak yang sering terlewat dalam penyampaian pengetahuan mengenai kesetaraan gender akan dapat merasakan manfaatnya. Selain itu dalam membuat ini dampak yang dirasakan bukan hanya bagi masyarakat luas saja akan tetapi mahasiswa yang membuatnya akan mendapatkan manfaat baik dari segi finansial, pengalaman, dan penghargaan

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sakina, Ade Irma dan Siti, Dessy Hasanah. “Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia”. Social

Work Jurnal. Volume 7 Nomor 1. Diakses Dalam:

https://media.neliti.com/media/publications/181589-ID-menyoroti-budaya patriarki

diindonesia.pdf. [Diakses Pada : 20 Maret 2021].

Sustainable Development Goals 2030. “Tujuan 05: Mencapai Kesetaraan gender dan memberdayakan Semua perempuan dan Anak Perempuan”. Diakses Dalam:

(6)

BISKU (BISKUIT KUPANG) : OPTIMALISASI KERANG KUPANG PUTIH (Corbula faba hinds) LATIN)) SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGURANGI

PREVALENSI STUNTING DI KABUPATEN SIDOARJO

Diah Khrisma Putriana

Stunting merupakan salah satu isu di bidang kesehatan yang menjadi perhatian serius oleh Pemerintah untuk ditangani supaya prevalensinya menurun. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang terjadi dalam waktu cukup lama (Sutarto, dkk. 2018). Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Intan, dkk. 2017). Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai stunting dan bahayanya bagi tumbuh kembang anak menyebabkan masyarakat lalai untuk melakukan pemeriksaan seperti mengukur tinggi badan anak, kebersihan sanitasi, dan pemberian asupan gizi yang cukup.

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai prevalensi stunting tertinggi ke tiga di South-East Asian Region (Pusat Data dan Informasi Kemenkes, 2018). Angka prevalensi stunting di Indonesia masih di atas 20%, artinya masih belum memenuhi target batas toleransi World Health Organization (WHO) yaitu di bawah 20%. Pada tahun 2020, Pemerintah menargetkan penurunan prevalensi stunting dari 27, 67% pada tahun 2019 menjadi 24, 1% pada tahun 2020 (Pritasari, 2020). Besaran nilai sejumlah 27, 67% disumbang oleh salah satu kabupaten di Jawa timur yaitu Sidoarjo. Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Jawa Timur, Sidoarjo memiliki kasus stunting tertinggi yaitu 24.439 balita. Perolehan data tersebut berasal dari e-PPGBM (Elektronik Pencatatan Dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) yang berasal dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur per 25 November 2019 dari total sebanyak 344.019 balita penderita gizi buruk di Jawa timur. Kurangnya pengetahuan masyarakat terutama ibu hamil dalam menjaga asupan gizi menjadi faktor utama tingginya jumlah prevalensi stunting di Sidoarjo. Oleh karena itu diperlukan edukasi yang merata hingga tatanan bawah sebagai upaya preventif untuk mencegah peningkatan prevalensi stunting di Sidoarjo.

Penurunan prevalensi stunting ini dapat dilakukan dengan cara konsumsi makan- makanan yang bergizi salah satunya yaitu sumber protein yang berasal dari biota perairan. Salah satu potensi sumber daya hayati yang terdapat di perairan yaitu Kupang Putih (Corbula faba Hinds). Kupang putih dikenal dengan olahan kuliner khasnya yaitu lontong kupang yang menjadi ikon kuliner di wilayah Surabaya dan Sidoarjo. Kupang putih dapat berkembang

(7)

dengan baik diwilayah pesisir pantai seperti di pantai Kenjeran Surabaya dan Sidoarjo. Kupang Putih merupakan komoditas kelautan yang cukup berpotensi di pantai Kenjeran dan sekitar pesisir Sidoarjo. Kandungan protein hewani yang terdapat pada kerang kupang telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengelolanya menjadi berbagai jenis olahan kupang sperti lontong kupang, kerang kupang, krupuk, dll. Menurut Izaah (2018) dalam penelitiannya, Kupang Putih (Corbula faba Hinds) merupakan salah satu jenis dari Kupang (Mytilus edulis). Kupang Putih (Corbula faba Hinds) memiliki kandungan gizi yang tinggi meliputi kadar air 75,70%, kadar abu 3,09%, protein 10,85%, lemak 2,68%, dan karbohidrat 1,02% (Prayitno dan Susanto. 2000 dalam Eltari. 2013).

Pola asupan gizi seimbang seperti asupan karbohidrat, lemak tinggi, dan protein hewani merupakan pola asupan yang harus diperhatikan pada tahap pemberian makanan pendamping ASI (MPASI). Stunting dapat dicegah mulai dari janin masih dalam kandungan dan bayi berumur 0-2 tahun dengan pemberian asupan gizi yang baik dan benar. Salah satu sumber asupan gizi yang tinggi protein yaitu Kupang Putih (Corbula faba Hinds). Kupang Putih (Corbula faba Hinds) merupakan salah satu hasil laut yang melimpah di Kabupaten Sidoarjo serta merupakan sumber daya yang mudah didapatkan dan murah. Asupan protein hewani yang terdapat pada kupang putih (Corbula faba Hinds) memiliki kontribusi yang besar terhadap percepatan pencegahan dan penurunan prevalensi stunting karena mengandung protein yang tinggi.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mempersembahkan gagasan produk yang dapat dikenal dengan sebutan BISKU (Biskuit Kupang) yaitu Biskuit berbahan baku Kupang Putih (Corbula faba Hinds) sebagai upaya pencegahan stunting di Wilayah Sidoarjo. Melimpahnya potensi kerang kupang di kabupaten Sidoarjo merupakan sebuah komoditas yang bisa dikembangkan yaitu selain dapat meningkatkan perekonomian masyarakat pembuatan produk BISKU sendiri juga memiliki visi dan misi sebagai media edukasi mengenai bahaya stunting dan cara mengatasinya. BISKU memiliki kandungan gizi yang tinggi yaitu Karbohidrat, protein, dan lemak. Kandungan-kandungan tersebut merupakan asupan gizi yang baik untuk pencegahan stunting. Produk MPASI BISKU diharapkan dapat menjadi produk MPASI yang dapat menjawab mengenai penurunan prevalensi stunting serta dapat memotivasi masyarakat dalam mengoptimalkan potensi hasil perairan khususnya di kabupaten Sidoarjo. Berbicara mengenai masyarakat Sidoarjo, mereka sudah terbiasa makan kupang. Jadi, aman untuk

(8)

dikonsumsi. Kembali lagi pada permasalahan gizi buruk pada anak balita di Indonesia yang merupakan masalah krusial dan harus segera diperbaiki. Asupan gizi yang buruk dapat memberikan dampak pada proses transformasi ilmu. Stunting dapat menyebabkan penurunan kualitas tingkat pendidikan, peningkatan angka absensi dan tingginya angka putus sekolah. Stunting merupakan keadaan malnutrisi yang disebabkan oleh ketidakcukupan asupan gizi dan termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis.

Pemilihan produk biskuit sebagai hasil olahan kerang kupang putih karena biskuit merupakan makanan yang ringan untuk dikonsumsi dan dicerna oleh lambung serta mudah untuk penyajiannya. BISKU dapat dikonsumsi langsung sebagai makan ringan atau dapat dilarutkan dengan air hangat sebagai bubur. BISKU dapat dikonsumsi oleh semua rentang umur yaitu mulai dari balita hingga dewasa dan juga direkomendasikan untuk ibu hamil. Berikut ini adalah tahapan pembuatan “BISKU” yang tergolong cukup mudah yaitu :

1. Membersihkan kupang dengan air untuk memisahkan kotoran-kotoran yang masih tercampur.

2. Kemudian kupang direbus hingga matang. Setelah proses merebus selesai dilanjut dengan penyaringan untuk memisahkan kupang dengan air rebusan.

3. Kupang selanjutnya diblender supaya teksturnya lebih lembut.

4. Kemudian, menyiapkan adonan untuk Biskuit yaitu dengan mencampur mentega, gula, garam, dan kuning telur kemudian diaduk hingga merata. Setelah merata, masukkan tepung terigu, susu bubuk, dan pengembang kemudian aduk hingga merata.

5. Setelah sudah tercampur rata, masukkan kupang yang telah dilembutkan tadi kedalam adonan, kemudian aduk lagi hingga tercampur rata.

6. Adonan kemudian dicetak dengan cetakan Biskuit diatas Loyang 7. Sembari mencetak, siapkan oven dengan suhu 150oC

8. Masukkan adonan yang telah dicetak kedalam oven selama 35-40 menit 9.

9. Setelah matang, keluarkan Biskuit dan diamkan supaya uap panas dalam Biskuit menghilang

10. Biskuit siap dikemas

Produk BISKU memiliki keunggulan diantaranya mengandung asupan gizi yang baik untuk menunjang asupan gizi bagi ibu hamil dan balita pada khususnya. Produk ini dapat digunakan sebagai Makanan Pendamping Asi (MPASI) yang ditujukan pada anak ketika

(9)

berusia 4 bulan – 1 tahun. Dalam rentang anak usia 4-1 tahun itu cara penyajikan BISKU ini bisa dengan dilembutkan atau di bentuk seperti bubur terleebih dahulu. Namun, pada umur 1 tahunn keatas bisa dijadikan makanan cemilan.

Melimpahnya dan murahnya harga bahan baku mempermudah dalam proses produksi BISKU sehingga dapat menghasilkan biaya produksi yang rendah. Rendahnya biaya produksi dapat menghasilkan harga jual yang ekonomis sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dari ekonomi atas sampai ekonomi menengah ke bawah dapat mengkonsumsinya. Pengembangan pengelolahan Kupang Putih (Corbula faba Hinds) yang dilakukan di kabupaten Sidoarjo diharapkan dapat membantu program Pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting serta diharapkan produk BISKU dapat mendukung bonus demografi tahun 2045. Generasi cerdas adalah generasi yang dibekali dengan dukungan asupan gizi untuk mendukung pelaksanaan aktivitas seperti belajar, olahraga, bekerja, dll. Terpenuhinya gizi anak-anak yang lengkap setiap hari diharapkan dapat mewujudkan generasi muda Indonesia yang unggul.

Produk ini dikemas dengan harga yang terjangkau karena pertimbangan bahan dasar yang mudah didapatkan dari daerah lokal. Dengan adanya produk ini juga dapat menunjang kemandirian dan pemberdayaan masyarakat dalam mengolah serta memanfaatkan sumber daya lokal di daerahnya menjadi produk yang berguna, bermanfaat dan mempunyai nilai jual yang tinggi. Mengingat prevalensi stunting yang masih tinggi di daerah Sidoarjo produk BISKU ini cocok menjadi solusi permasalahan tersebut. Karena dalam menangani suatu masalah kesehatan khususnya disini yaitu stunting tidak harus dengan protein hewani yang mahal dan sulit didapatkan, namun dapat dengan mudah memanfaatkan sumberdaya lokal yang tersedia. Kupang putih sudah sejak lama dikonsumsi masyarakat lokal sehingga kami yakin produk ini dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat.

Penulis berharap dengan adanya gagasan yang dituangkan dalam penulisan ini dapat membuka wawasan serta pengetahuan masyarakat tentang informasi stunting dan cara untuk pencegahannya. Selain itu juga dengan adanya penulisan ini masyarakat dapat memanfaat kerang kupang putih sebagai produk alternatif untuk mencegah stunting. Diharapkan dengan adanya inovasi produk Bisku MPASI berbahan dasar kupang putih ini dapat membantu menunjang pembangunan masyarakat khususnya masyarakat Sidoarjo demi terwujudnya SDGs 2030 melalui pemberdayaan dan pencegahan stunting. Dengan adanya inovasi ini

(10)

diharapkan tingkat konsumsi produk perikanan meningkat di kalangan masyarakat yang nantinya berdampak pada perekonomian, pemberdayaan dan juga dalam sektor kesehatan. Diharapkan bagi pemerintah, mendukung dan memberi fasilitas agar dapat terwujudnya inovasi ini yang memanfaatkan kearifan sumber daya lokal menjadi produk unggulan berupa MPASI khas daerah sehingga dapat diwujudkan konsep produk lokal berbasis sociopreneur. Bagi masyarakat, hendaknya meningkatkan motivasi untuk memanfaatkan sumber daya alam serta mengembangkan produk lokal yang natural, memiliki daya saing, dan menyehatkan.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Ansori, A. (2012). CARA PENETAPAN BATAS ZEE ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI SELAT MALAKA DENGAN MEDIAN LINE. Perspektif Hukum, 12(2), 15- 26.

Eltari, Y. (2013). Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam larutan jeruk nipis (Citrus aurantifolia swingle) terhadap penurunan kandungan logam berat merkuri (Hg), cadmium (cd) dan timbal (pb) pada kupang putih (Corbula faba hinds) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Intan Kusumawardhani, I. K., I Made Alit Gunawan, I., & Irianton Aritonang, I. A. (2017). Asi Eksklusif, Panjang Badan Lahir, Berat Badan Lahir Rendah Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Stunting Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Puskesmas Lendah Ii Kulon Progo (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta).

Izzah, D. N. M. (2018). Analisis hasil produksi dan pendapatan nelayan kupang di desa Balongdowo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Pritasari, K. (2020). Arah Kebijakan dan Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2020-2024. Rakerkesnas. https://www.kemkes.go.id/resources/download/info- terkini/Rakerkesnas2020/Pleno 2/Arah dan kebijakan Program Kesehatan Masyarakat tahun 2020 - 2024 (Ditjen Kesmas)

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Sutarto, S. T. T., Mayasari, D., & Indriyani, R. (2018). Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya. AGROMEDICINE UNILA, 5(1), 540- 545.

(12)

Gambar 1.1 Desain rancangan Penulis Daftar Gambar

(13)

“B’HEALTH CARE”

B’HEALTH CARE SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEMATIAN BAYI DI INDONESIA

Dinda Rachma Harlisa A. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan,

mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.

(https://www.sdg2030indonesia.org/). Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan

dalam satu tujuan yakni tujuan nomor 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Terdapat 38 target SDGs di sektor kesehatan yang perlu diwujudkan, salah satunya adalah angka kematian bayi (dgs.bappenas.go.id).

Secara global, sebesar 4,5 juta kematian bayi terjadi pada tahun 2015. Di wilayah Asia sendiri, Asia Tenggara merupakan peringkat ke-tiga AKB tertinggi pada tahun 2015. AKB di Indonesia masih berada diatas AKB Asia Tenggara yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup (Fitri et al., 2017:1). Dikutip dari (https://jatim.bps.go.id), data AKB di Jawa Timur sebagai berikut:

Meskipun AKB cenderung menurun, namun angka tersebut masih kalah jauh dengan Jepang dan Islandia yang memiliki AKB 1 diantara 1000 bayi yang lahir. (www.dw.com)

An spite of women status, women literacy towards health knowledge is becoming an important things for population health, particularly on women and child’s health (Kickbusch 2001). Dengan kemampuan ibu untuk mengenali dan mencari solusi pengobatan untuk bayinya akan membuat bayinya sehat. Jika semua ibu di Indonesia

(14)

teredukasi, maka akan berdampak pada penurunan AKB di Indonesia.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, penulis berinovasi untuk membuat sebuah rancangan aplikasi edukasi bernama “B’Health Care” sebagai upaya pencegahan kematian di Indonesia dengan cara mengedukasi ibu tentang berbagai hal tentang Kesehatan bayinya. Sasaran yang ingin dicapai penulis yaitu untuk mengetahui apakah B’Health Care dapat menjadi aplikasi penunjang kesehatan bayi di Indonesia.

B. Pembahasan Permasalahan 1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Menurut Badan Pusat Statistik, AKB merupakan Angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (https://sirusa.bps.go.id/).

2. Faktor Penyebab AKB

Penyebab kematian bayi dan kematian yang berkaitan dengan kondisi medis salah satunya adalah malnutrisi, penyakit menular, pendapatan rendah untuk perawatan

kesehatan termasuk penyakit tropis terabaikan

(https://en.m.wikipedia.org/wiki/Infant_mortality).

a) Malnutrisi

Malnutrisi merupakan keadaan tubuh yang kekurangan dan kelebihan gizi. Beberapa ciri anak mengalami malnutrisi adalah bertubuh pendek (stunting) dan bertubuh kurus (wasting) (https://www.unicef.org/indonesia/id/nutrisi).

b) Penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Disease)

NTD juga berkontribusi terhadap sebagian besar morbiditas dan mortalitas populasi. Perempuan dan anak-anak adalah yang paling rentan terhadap stigmatisasi dan diskriminasi setelah dikaitkan dengan NTD (K. Rizqiani, 2019). Di Indonesia tercatat masih endemis untuk lima jenis penyakit yaitu Filariasis, Schistosomiasis, Cacingan, Kusta dan Frambusia (https://www.beritasatu.com/).

3. Upaya Penurunan AKB

Edukasi mengambil peranan penting dalam upaya pencegahan AKB. Bagaimana sang ibu dapat mengenali penyakit dan mencari solusi sejak dini, akan menambah harapan hidup bayinya.

(15)

C. Solusi Permasalahan 1. B’Health Care

Berdasarkan fakta diatas maka penulis ingin memberikan solusi dengan membuat sebuah rancangan aplikasi yang diberi nama “B’Health Care” yang akan mengedukasi para ibu di Indonesia, agar mengenali gejala penyakit dan memberikan treatment yang sesuai untuk bayinya dengan harapan dapat menurunkan AKB di Indonesia. B’Health Care dari kata Baby’s Health Care yang berarti perawatan kesehatan bayi. Aplikasi ini akan diisikan dengan beberapa fitur, diantaranya:

a. Pengontrol gizi bayi

Dalam fitur ini akan muncul informasi tentang makanan apa saja yang harus dimakan oleh ibu menyusui agar gizi bayinya tercukupi. Tidak hanya itu, dalam fitur ini akan ditampilkan informasi tentang MP ASI atau Makanan Pendamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi usia 6-24 bulan. Fitur ini juga memuat tentang jadwal menu makan ibu tiap harinya dan jadwal MP ASI untuk bayi berusia 6-24 bulan sehingga sang ibu tidak akan mengalami kebingungan untuk mengatur jadwal menu yang harus dimasak hari itu.

b. Anti-NTD

Fitur ini akan memuat informasi tentang berbagai penyakit tropis terabaikan yang ada. Informasi terebut berupa pengertian penyakit tersebut, gejala-gejala yang akan timbul pada bayi, dan penanganan pertama yang harus dilakukan. Selain itu dalam fitur ini akan ada pengingat imunisasi dan kontrol kesehatan yang harus dilakukan. D. Kesimpulan

Dengan memberikan edukasi tentang gizi dan juga gejala-gejala penyakit bayi diharapkan dapat menekan Angka Kematian Bayi di Indonesia sehingga dapat membantu Indonesia mencapai salah satu tujuan dari SDGs.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Adelina Fitri, A. A. R. M., 2017. The Influence of Birth Interval on Infant Mortality in Indonesia, Philippine, and Cambodia. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, Volume 1, p. 45.

Anon., 2018. UNICEF: Setiap Tahun 2,6 Juta Bayi Meninggal Sebelum Usia Satu Bulan. [Online] Available at: https://www.dw.com/id/unicef-setiap-tahun-26-juta-bayi-meninggal- sebelum-usia-satu-bulan/a-42653239 [Accessed 6 Desember 2020].

B1, 2012. Penyakit "Tropis Terabaikan" Masih Berjangkit di Indonesia. [Online] Available at: https://www.beritasatu.com/kesehatan/74519/penyakit-tropis-terabaikan-masih-berjangkit-di-

indonesia#:~:text=Menurut%20laporan%20World%20Health%20Organization,%2C%2 0C acingan%2C%20Kusta%20dan%20Frambusia. [Accessed 6 Desember 2020].

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2020. INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI JAWA TIMUR 2019/2020, Jawa Timur: BPS Provinsi Jawa Timur.

Badan Pusat Statistik, 2020. Angka Kematian Bayi (AKB). [Online] Available at: https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/79 [Accessed 6 Desember 2020]. Bappenas, -. Tujuan-3. [Online] Available at: http://sdgs.bappenas.go.id/ [Accessed 6

Desember 2020].

Gledys Tirsa Lengkong, F. L. L. J. P., 2020. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN BAYI DI INDONESIA. Jurnal KESMAS, 9(4), p. 43.

Kusumasari, R., 2019. Penyakit tropis terabaikan (Neglected Tropical Disease/NTD). 5 September.

UNICEF Indonesia, 2014. Nutrisi. [Online] Available at: https://www.unicef.org/indonesia/id/nutrisi [Accessed 6 Desember 2020].

Union, Assistance of the Europan, 2017. Suistainable Development Goals. [Online] Available at: www.sdgs2030indonesia.org [Accessed 6 Desember 2020].

Wardojo, S. S. I., 2014. PENGARUH PENDIDIKAN IBU UNTUK MENGATASI KEMATIAN BAYI DI ASIA. JURNAL KEPERAWATAN, Volume 5, p. 53.

Wikipedia, 2020. Infant mortality. [Online] Available at:

(17)

“MOMS CARE”

MOMS CARE SEBAGAI UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN SDGs

Fatikha Rahma Agustina A. Latar Belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan sebuah rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia. Hal itu bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. (www.sdg2030indonesia.org/) Seluruh isu kesehatan dalam SDGs diintegrasikan dalam satu tujuan yakni tujuan nomor 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Terdapat 13 target SDGs dalam tujuuan nomor 3 ini yang perlu diwujudkan, salah satunya yaitu terkait dengan penurunan Angka Kematian Ibu (dgs.bappenas.go.id).

Angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi ketimbang negara-negara tetangga di kawasan ASEAN. Tingginya angka kematian ibu di beberapa wilayah di dunia mencerminkan ketidaksetaraan dalam akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dan menyoroti kesenjangan antara si kaya dan si miskin (www.who.int). Berdasarkan laporan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berada pada angka 305/100.000 kelahiran hidup. Meskipun sudah turun dari pada tahun-tahun sebelumnya namun hal itu tentu saja masih sangat jauh dari target SDGs yaitu di bawah 70/100.000 kelahiran hidup (Pusdatin.kemkes.go.id).

Salah satu penyebab tingginya AKI adalah rendahnya pengetahuan kaum perempuan, khususnya ibu hamil yang ditimbulkan oleh minimnya informasi yang didapat. Informasi yang dimaksud adalah yang menyangkut segala kondisi pada saat kehamilan, dan setelah kehamilan. Selain itu fasilitas kesehatan yang kurang mendukung juga dapat menyebabkan tingginya AKI di Indonesia. Determinan lainnya yang menyebabkan tingginya AKI di Indonesia ada 4, yaitu terlalu muda, terlalu sering, terlalu dekat dan terlalu tua

(www.kemkes.go.id).

Dengan pengetahuan seorang ibu untuk merencanakan kehamilan serta mengenali dan mencari solusi pengobatan yang tepat untuk dirinya saat terjadi sesuatu yang tidak sewajarnya saat kehamilan, dan setelah kehamilan, maka dapat berdampak pada penurunan AKI di Indonesia.

(18)

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, penulis berinovasi untuk membuat sebuah rancangan yaitu sebuah aplikasi dam web edukasi bernama “MOMS CARE” sebagai upaya pencegahan kematian ibu di Indonesia dengan cara mengedukasi tentang berbagai hal yang menyangkut kesehatannya saat kehamilan, dan setelah kehamilan. Berikut sasaran yang ingin dicapai penulis yaitu untuk mengetahui apakah Moms Care dapat menjadi aplikasi penunjang kesehatan ibu sehingga dapat menurunkan angka AKI di Indonesia.

B. Pembahasan

1. Pengertian Angka Kematian Ibu (AKI)

Menurut Badan Pusat Statistik, AKI merupakan Angka yang menunjukkan banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup (https://sirusa.bps.go.id/).

2. Faktor Penyebab Angka Kematian Ibu (AKI)

Selain karena sarana dan prasarana kesehatan yang kurang mendukung angka kematian ibu juga disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Depkes (2008), Angka Kematian Ibu disebabkan oleh gizi kurang. Lalu berdasarkan data dari Pusat Kesehatan dan Informasi Kemenkes (2014) penyebab utama kematian ibu dari tahun 2010-2013 adalah pendarahan postpartum (30.3% pada tahun 2013) dan hipertensi (27.1% pada tahun 2013). Hal ini sangat ironis, mengingat berbagai penyebab kematian ibu di atas sebenarnya dapat dicegah (pusdatin.kemkes.go.id).

a) Pendarahan postpartum

Salah satu penyebab perdarahan postpartum adalah karena atonia uteri, yaitu ketidakmampuan uterus untuk mengadakan kontraksi sebagaimana mestinya. Setiap ibu hamil dengan anemia memiliki risiko untuk terjadi pendarahan postpartum. Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi jumlah kadar hemoglobin dalam darah. Kurangnya kadar hemoglobin menyebabkan jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah pengiriman oksigen ke organ-organ vital (Anderson, 1994). Untuk pencegahan pendarahan postpartu maka kita harus mencegah terjadinya anemia, sedangkan anemia disebabkan oleh tidak terpenuhinya nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu

(19)

terutama kurangnya zat besi. b) Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi saat tekanan darah sebesar 130/80 mmHg atau lebih. Jika tidak mendapatkan penangan yang tepat hipertensi dapat menyebabkan munculnya penyakit-penyakit serius yang mengancam nyawa. Hipertensi sangat berbahaya jika terjadi pada ibu hamil, sebab dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi yang dikandung nya. Oleh sebab itu, penting untuk rutin memeriksakan tekanan darah, baik secara mandiri atau dengan datang ke dokter serta memastikan nutrisi yang dikonsumsi (www.alodokter.com). c) Fasilitas kesehatan yang kurang mendukung

Tidak sedikit dari masyarakat Indonesia tidak mengetahui fasilitas kesehatan mana yang sesuai untuk menangani keluhannya, mengingat Kebanyakan fasilitas kesehatan di Indonesia masih kurang memadai untuk dilakukannya tidakan untuk ibu yang mengalami suatu permasalahan serius. Selain itu pemerataan fasilitas kesehatan juga kerap kali membuat lambatnya dalam penangan seorang ibu saat mengalami keluhan.

3. Upaya Penurunan AKI

Dalam upaya penurunan AKI di Indonesia maka sangat dibutuhkan adanya sebuah edukasi terhadap ibu dalam mengenali dan melakukan langkah terbaik dalam menghadapi segala permasalahan saat kehamilan dan 42 hari sejak terminasi kehamilan. Edukasi tersebut mengambil peran yang penting terhadap kesehatan ibu dan sangat berpengaruh dalam upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. C. Solusi Permasalahan

Berdasarkan fakta dan masalah yang telah dijelaskan di atas maka penulis ingin memberikan solusi yaitu dengan membuat suatu rancangan aplikasi dan web dengan nama “Moms Care”. Aplikasi dan web ini bertujuan untuk mengedukasi para ibu di Indonesia terutama yang sedang mengalami kehamilan, agar dapat mengetahui bagaimana cara meminimalisir besarnya AKI di Indonesia. Adapun fitur dari aplikasi dan web ini sebagai berikut: Aplikasi ini akan berisi beberapa fitur, diantaranya:

a. Pengontrol nutrisi untuk mencegah pendarahan postpartum dan hipertensi

(20)

dikonsumsi oleh ibu hamil untuk memenuhi beberapa menu sehat harian yang berbeda

tiap harinya selama satu minggu. Fitur ini juga mencantumkan beberapa makanan yang kurang dianjurkan untuk dikonsumsi mengingat terdapat makanan yang tidak boleh dikonsumsi untuk mencegah anemia yang dapat menyebabkan pendarahan postpartum dan hipertensi. Selain itu pada fitur ini juga terdapat pengingat pemeriksaan kandungan serta cek kesehatan yang harus dilakukan secara rutin.

b. Pemahaman fasilitas kesehatan yang sesuai

Fasilitas kesehatan di Indonesia dapat dinilai masih kurang merata terutama di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Untuk meminimalisir tingginya Angka Kematian Ibu di Indonesia maka dibutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam penanganan saat terjadi suatu masalah pada saat kehamilan dan 42 hari sejak terminasi kehamilan. Pada fitur ini berisi rute-rute penangan yang harus seorang ibu lakukan saat mengalami sebuah permasalahan. Fitur ini juga terdapat call center rumah sakit terdekat untuk membantu jika terdapat suatu masalah atau keluhan yang mendadak. Selain itu fitur ini juga terdapat maps untuk memudahkan seorang ibu untuk menjangkau fasilitas kesehatan terdekat dan yang paling tepat dengan cepat. D. Kesimpulan

Dengan adanya aplikasi “MOMS CARE” yang berisi tentang edukasi tentang nutrisi yang harus dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi serta langkah-langkah yang harus ibu lakukan saat terjadi keluhan, maka diharapkan inovasi ini dapat menekan Angka Kematian Ibu di Indonesia untuk merealisasikan salah satu tujuan dari SDGs yaitu Angka Kematian Ibu di bawah dari 70/100.000 kelahiran hidupi nutrisinya. Dalam fitur ini juga terdapat

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Alodokter.-. Hipertensi. [Online]. Diambil dari https://www.alodokter.com /hipertensi. Pada tanggal 19 Maret 2021.

Anderson, S. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC

Badan Pusat Statistik, 2020. Angka Kematian Ibu (AKI). [Online] Diambil dari https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/indikator/80. pada tanggal 18 Maret 2021 Bappenas, -. Tujuan-3. [Online]. Diambil dari https://sdg2030indonesia.org /page/11-tujuan-

tiga. Pada tanggal 16 Maret 2021.

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Keberhasilan KB Dapat Turunkan Angka Kematian Ibu. [Online]. Diambil dari https://www.kemkes.go.id/article /view/17021000003/keberhasilan-kb-dapat-turunkan-angka-kematian-ibu.html. Pada tanggal 20 Maret 2021.

Pusat Data Dan Informasi kementerian Kesehatan Republik Indonesia. -. Diambil dari https://pusdatin.kemkes.go.id/ . Pada tanggal 18 Maret 2021.

Union, Assistance of the Europan, 2017. Suistainable Development Goals. [Online]. Diambil dari www.sdgs2030indonesia.org. Pada tanggal 18 Maret 2021.

World Health Organitation. 2019. Maternal mortality. [Online]. Diambil dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality. Pada tanggal 19 Maret 2021.

(22)

DISKAN (DESA SENTRA PERIKANAN): SENTRA PERIKANAN YANG DIKELOLA MAHASISWA GUNA MEWUJUDKAN ZERO HUNGER DI INDONESIA DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Issa Ari Wijaya Pendahuluan

Pandemi Covid-19 yang telah terjadi di Indonesia sejak bulan Maret 2020 masih belum diketahui kapan berakhirnya. Setiap hari di indonesia terjadi peningkatan kasus Covid-19 yang menyebabkan aktivitas perekonomian terganggu. Tercatat per 14 Februari 2021 terdapat kasus aktif sejumlah 159,012 dan jumlah kasus meninggal sebanyak 33,183 (SatgasCovid-19, 2021). Dampak Covid-19 sangatlah meresahkan perekonomian dan pangan. Ditambah lagi beberapa daerah telah mengeluarkan kebijakan untuk membatasi kegiatan masyarakat di luar rumah dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar PSBB. Hal ini menyebabkan terbatasnya akses masyarakat beraktivitas di luar rumah yang berujung lonjakan permintaan kebutuhan pokok. Perlambatan aktivitas ekonomi sudah terasa hingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II (Q2) 2020 mengalmai kontraksi sebesar 5,32 persen year on year. Hal ini merupakan konsekuensi dari kebijakan pemerintah untuk membatasi kegiatan masyarakat agar penularan covid-19 bisa ditekan (Thomas, 2020 dalam Juliannisa, 2021). Sektor yang terancam antaralain sektor pariwisata, beberapa industri, perdagangan, transportasi dan investor. Tidak luput sektor pangan juga mulai terkena imbasnya dengan tingginya harga- harga pangan. Apabila hal ini tidak ditangani secara serius bukan hal yang mustahil akan merembet ke sektor perbankan dan ketahanan (Suarsana, 2020).

Berkaca dari krisis 1997-1998, Indonesia pernah mengalami masalah di sektor perbankan akibat meningkatnya kredit dan gejolak pasar keuangan. Pada saat itu terjadi lonjakan harga sangat tajam sehingga berakibat menurunnya daya beli masyarakat. Mengingat juga bahwa Covid-19 terjadi di seluruh dunia, sehingga tidak menutup kemungkinan pandemi Covid-19 akan memberikan dampak yang lebih parah hingga menggerus sektor perbankan dan pangan. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi setiap waktu karena berkaitan dengan kebagusan hidup manusia itu sendiri. Bahan pangan disebut the primary determinants of survival bagi manusia sehingga termasuk ke dalam hak asasi individu yang harus terpenuhi (Suarsana, 2020). Pentingnya ketersediaan pangan pada suatu daerah dipertegas oleh Ismet (2007) yang menyebutkan bahwa ketersediaan pangan yang lebih kecil

(23)

dibandingkan dengan kebutuhannya dapat menciptakan ketidakstabilan ekonomi suatu daerah/negara. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat terjadi jika ketahanan pangan terganggu yang pada akhirnya dapat membahayakan stabilitas nasional. Sehingga ketahanan pangan merupakan hal yang mutlak diwaspadai sebagai dampak dari penyebaran Covid-19.

Diperlukan penyelesain masalah oleh semua pihak di negara ini, bukan hanya dari pemerintah saja. Salah satu program untuk mengatasi ketahanan pangan yang telah ada ialah petani milenial yang ada di Jawa Barat. Program ini melibatkan generasi milenial untuk berkontribusi di bidang pertanian. Para generasi milenial tersebut akan diberi fasilitas lahan serta modal dan jaminan hasil pertanian akan dibeli oleh pemerintah. Namun, program ini masih berkutat di sektor pertanian. Sedangkan pangan merupakan hal yang luas termasuk di dalamnya perikanan. Saputri (2020) memaparkan strategi untuk memperkuat ketahanan pangan dengan cara budidaya ikan dalam ember. Sebagai akibat dari PSBB masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri seperti kebutuhan lauk pauk. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah membudidayakan ikan lele di ember agar kebutuhan gizi keluarga bisa tercukupi. Namun, solusi ini masih belum bisa mengatasi ancaman terhadap ketahanan pangan nasional. Berangkat dari permasalahan tersebut upaya yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengambil bagian dalam mengatasi ancaman ketahanan pangan di Indonesia khususnya di bidang perikanan yaitu melalui kerjasama antara pihak akademisi dan pemerintahan. Oleh karena itu penulis memberikan sebuah gagasan solutif dengan membuat program yang bernama “DISKAN (Desa Sentra Perikanan): Sentra Perikanan yang Dikelola Mahasiswa Guna Mewujudkan Zero Hunger di Indonesia Dalam Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional”

Isi

Pandemi Covid-19 telah menghambat jalannya perekonomian negara ini. Perekonomian yang melambat akan berakibat terhadap kebutuhan pangan yang bisa menjadi isu ketahanan pangan nasional. DISKAN (Desa Sentra Perikanan) dapat menjadi jawaban masalah tersebut yang diwujudkan melalui kerjasama antara mahasiswa perikanan dan pemerintah untuk membangun desa yang bergerak di sektor perikanan. Sehingga diharapkan dapat memenuhi pasokan pangan di bidang perikanan secara berkelanjutan sekaligus mendukung program SDGs zero hunger. Hasil dari program ini akan dihasilkan produk perikanan yang berkualitas

(24)

dan berkuantitas sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri serta kemungkinan untuk diekspor. Selain itu, mahasiswa yang terlibat akan memahami masalah perikanan secara langsung serta soft skill-nya akan lebih terasah.

Konsep ketahanan pangan bisa diterapkan dalam menyatakan kondisi pangan pada berbagai tingkatan yaitu tingkat global, nasional, regional, dan tingkat rumah tangga serta individu yang merupakan suatu rangkaian sistem hirarkis. Konsep ketahanan pangan memiliki fokus utama untuk mewujudkan terjaminnya pasokan pangan bagi masyarakat. Dalam konsep ketahanan pangan terdapat tiga aspek yang menjadi indikator ketahanan suatu wilayah, yaitu sektor ketersediaan pangan, stabilitas ekonomi (harga) pangan, dan akses fisik maupun ekonomi bagi masyarakat untuk mendapatkan pangan (Wibowo, 2015).

Berdasarkan permasalahan yang ada dan konsep ketahanan pangan, program DISKAN akan menjadi penyedia pasokan pangan nasional di sektor perikanan serta menjadi pengembang sumber daya manusia yang unggul. Program DISKAN ini merupakan kerjasama antara pemerintah sebagai pemegang kuasa dan kampus sebagai kalangan akademisi. Di dalam program ini, akan disediakan lahan seluas dua hektar untuk dibangun kolam, asrama, laboratorium, dapur pengolahan, ruang kelas, dan fasilitas kesehatan. Selain itu, segala permodalan akan ditanggung oleh pemerintah dengan memanfaatkan uang APBN. Nantinya pengelolaan DISKAN ini sepenuhnya akan diserahkan kepada mahasiswa perikanan dari seluruh Indonesia.

DISKAN seluas dua hektar ini akan menjadi penghasil ikan terbesar di Indonesia yang mandiri dan berkelanjutan. Peran besar akan dipegang oleh pemerintah dan perguruan tinggi. Pemerintah sebagai pemilik atau pemegang kuasa bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan modal awal. Kebutuhan fasilitas di lahan seluas dua hektar ini sangatlah kompleks. Fasilitas pertama sesuai dengan tujuan awal program ini adalah kolam budidaya. Pembudidayaan ikan di sini tidak hanya berkutat di biota air jenis ikan , melainkan ikan dalam artian luas. Ikan dalam artian luas adalah segala makhluk hidup yang seluruh atau sebagian besar hidupnya dihabiskan di dalam air. Biota air yang dibudidayakan adalah biota yang memiliki nilai ekonomis. Ekonomis yaitu, biota yang dapat menghasilkan profit apabila dijual. Beberapa biota yang akan disediakan bibitnya oleh pemerintah adalah, ikan lele, ikan mujair, ikan nila, ikan gabus, dan udang windu.

(25)

memiliki prospek tinggi. Ikan lele sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia dan telah

menjadi lauk pauk di setiap rumah. Begitu juga ikan mujair, ikan nila, dan ikan gabus yang juga sudah dikenal oleh masyarakat dan produk olahannya juga telah berkembang. Dalam Anwar (2017) produksi ikan gabus pada tahun 2014 mencapai 1.86,24 ton. Sedangkan ikan lele dan nila berturut-turur 3.374 ton dan 634,07 ton. Ikan adalah jenis bahan pangan zero waste yaitu bahan pangan yang dapat digunakan seluruh bagian tubuhnya. Selain daging ikan juga dapat diolah dari sampatnya, mulai dari kepala hingga tulang yang bisa menjadi tepung tulang ikan. Pemanfaatan limbah ini sangat berpotensi mengingat produksi yang dilakukan berskala besar. Selain dalam pemenuhan pangan, budidaya udang ini akan turut serta terhadap pemenuhan gizi. Kandungan gizi pada ikan sangatlah baik karena mengandung asam amino yang tidak dapat disintesis oleh tubuh. Khusus ikan gabus, ikan ini mengandung albumin yang tidak dimiliki ikan lain (Yuniarti, 2013).

Komoditas lain yang tidak kalah unggul adalah udang. Penempatan udang sebagai salah satu komoditas untuk dibudidayakan karena udang penuh akan manfaat. Selain dagingnya yang lezat dan bisa diolah menjadi berbagai macam makanan. Limbah udang yaitu kepala dan kulitnya mengandung senyawa yang berpotensi dikembangkan. Kandungan tersebut adalah kitosan, kitosan adalah hasil dari ekstraksi kitin dan termasuk ke dalam sakarida (Suherman, 2018). Pemanfaatan kitosan dan kitin ini telah banyak dilakukan seperti sebagai tambahan dalam kosmetik. Bahkan potensi terbesar nya adalah, kitosan ini dapat menyerap limbah zat pewarna yang terdapat di perairan (Kurniasih, 2014).

Segala potensi ini akan dapat dimanfaatkan melalui kerjasama dengan pihak perguruan tinggi. Mahasiswa yang memiliki minat untuk mencari pengalaman bisa mendaftar menjadi volunteer di DISKAN ini. Mahasiswa yang bisa menjadi volunteer di desa ini adalah mahasiswa perikanan dari seluruh perguruan tinggi di indonesia. Mereka tinggal mengisi formulir kesediaan untuk berada DISKAN selama satu tahun. Hal ini juga merupakan dukungan dari program kampus merdeka untuk memberikan keleluasaan mahasiswa belajar di luar kampus.

Di DISKAN ini mahasiswa bisa langsung praktek mengenai cara budidaya segala komoditas perikanan melalui dapur perikanan yang telah dibangun. Selain itu mahasiswa bisa melakukan riset untuk skripsi maupun perlombaan kti dengan gratis di sini. Lebih lanjut lagi mahasiswa juga akan praktik mengolah bahan mentah ikan menjadi pangan jadi untuk dimakan

(26)

serta menerapkan inovasi mereka sendiri. Selain itu hasil riset yang telah dilakukan dapat

langsung menjadi landasan dalam pengembangan produk perikanan agar tidak sebatas menjual ikan mentah. Bekerja dengan mahasiswa dari perguruan tinggi lain akan mengasah softskill mereka sehingga mereka bukan hanya menjadi sarjana teori belaka.

Sebagai lingkungan yang kompleks, para mahasiswa dapat memanfaatkan asrama dengan gratis. Namun untuk biaya makan tetap ditanggung oleh mahasiswa sekaligus untuk meningkatkan tempat makan milik warga di sekitar komplek DISKAN. Fasilitas utama lainnya ialah yang berhubungan dengan kesehatan. Dalam pembangunan DISKAN ini juga akan dibangun rumah sakit khusus mahasiswa yang menjadi volunteer. Nantinya, para mahasiswa tidak dipungut biaya apabila berobat di rumah sakit ini.

Hasil produksi dari DISKAN ini diharapkan menjadi tombak utama ketahanan pangan Indonesia bahkan sangat memungkinkan untuk menghasilkan produk ekspor apabila kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi. Dalam hal pemasaran, dilakukan kerjasama antara pemerintah dan pengusaha. Kerjasama ini berbentuk perjanjian agar pengusaha menjadi pembeli tetap produk-produk hasil DISKAN mulai dari bahan baku ikan hingga produk olahannya. Kerjasama ini dilakukan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan dapat terjual sehingga tidak mengalami kerugian.

Meskipun program ini dinaungi oleh pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan. Namun, dalam pelaksanaannya akan dibentuk struktur organisasi yang terdiri dari presiden dan wakil presiden DISKAN dan Dewan Pertimbangan DISKAN. Pembentukan struktur ini dilakukan agar mahasiswa dapat mandiri dalam menjalankan DISKAN ini yang mana setiap satu tahun akan ada pergantian kepengurusan melalui seleksi yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Masa jabatan dari pengurus DISKAN ini adalah satu tahun dan tidak bisa menjabat kembali tahun depan agar memberikan kesempatan bagi mahasiswa lain. Presiden dan wakil presiden DISKAN akan menjadi penggerak utama dan memberikan inovasi untuk terus mengembangkan DISKAN ini. Setiap keputusan yang nantinya akan diambil harus disetujui oleh Dewan Pertimbangan DESA IKAN agar terambil keputusan yang terbaik.

Konsep Teori Pentahelix DISKAN

Dalam proses realisasi program ini dibutuhkan sinergitas antara pihak-pihak yang terlibat. Sinergi yang baik merupakan bagian penting dalam realisasi gagasan ini. Pentahelix adalah

(27)

konsep pembangunan di mana unsur akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, dan media

bekerjasama untuk mencapai peningkatan dan percepatan pembangunan.

Adapun fungsi-fungsi dari pihak-pihak di atas antara lain : 1. Akademisi

Pihak ini merupakan penyedia sumberdaya utama dalam pengembangan DESA IKAN secara berkelanjutan. Sumberdaya yang dimaksud adalah mahasiswa yang berkompeten. Lebih lanjut lagi, akademisi bertugas untuk melakukan kajian awal termasuk solusi dalam penyusunan konsep

2. Entrepreneur

Pihak ini memiliki peran untuk memberikan dukungan melalui pembelian hasil produksi DESA IKAN

3. Komunitas

Pihak ini berperan untuk menjadi penghubung antara pemerintah dengan masyrakat guna mempromosikan capaian yang dituju

4. Pemerintah

Pihak ini memiliki peran sebagai regulator sekaligus penanggung jawab program ini. Diharapkan regulasi yang ada akan mendukung penuh pengembangan DISKAN

5. Media

(28)

telah dilakukan. Serta sebagai media edukasi kepada masyarakat.

Keterlibatan para stakeholder ini akan sangat membantu dalm pemengmbangan DISKAN. Namun, beberapa peran yang berbeda ini sangatlah rawan akan miskoordinasi sehingga pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi harus mengkoordinir para stakeholder ini agar menjalankan perannya sebaik mungkin. Selain itu, ketika sudah berjalan pemerintah tetap memiliki tanggung anjab untuk mengawasi para stakeholder ini agar luaran yang dihasilkan bersifat berkelanjutan. Berikut ini merupakan analisis SWOT dari program DISKAN adalah sebagai berikut :

Penutup

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa DISKAN (Desa Sentra Perikanan) dapat membantu menyelesaikan isu ketahanan pangan nasional dengan cara memproduksi hasil perikanan yang pengelolaannya dipegang oleh mahasiswa. Program ini sekaligus menjadi peran nyata Indonesia dalam mewujudkan program SDGs Zero Hunger. Diharapkan pemerintah dan instansi terkait dapat bekerjasama untuk merealisasikan program ini guna mencapai zero hunger di Indonesia.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, S., & Utpalasari, R. L. (2017). Analisa Produksi budidaya ikan konsumsi kelompok budidaya ikan (Pokdakan) Kecamatan Gandus Kota Palembang. Jurnal Ilmu-ilmu Perikanan dan Budidaya Perairan, 12(2), 245888.

Ismet, M. 2007. Tantangan Mewujudkan Kebijakan Pangan yang Kuat. Pangan XVI(48):3-9. Badan Urusan Logistik. Jakarta.

Juliannisa, I. A., dkk. Dampak Covid-19 terhadap Perekonomian secara Makro. Jurnal Widya Manajemen. 3(1):1-14.

Kurniasih, M., dkk. 2014. Adsorpsi Rhodamin B dengan Adsorben Kitosan Serbuk dan Beads Kitosan. Sains & Matematika. 2(2):27-33.

Satgas Covid-19. ANALISIS DATA COVID-19 INDONESIA UPDATE PER 14 FEBRUARI 2021. Diunduh dari https://covid19.go.id/ : 22 Maret 2021.

Suarsana, K. 2020. KETAHANAN PANGAN BERBASIS ADAT (TANTANGAN PENANGANAN COVID-19 DI BALI). Universitas Udayana.

Suherman, S., Latif, M., & Dewi, S. T. R. 2018. Potensi Kitosan Kulit Udang Vannemei (Litopenaeus vannamei) Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococccus epidermidis, Pseudomonas aeruginosa, Propionibacterium agnes, dan Escherichia coli dengan Metode Difusi Cakram Kertas. Media Farmasi, 14(1), 132-143.

Wibowo, C. S. 2015. DAMPAK PENGALIHAN FUNGSI LAHAN SAWAH PADA PRODUKSI PADI SAMPAI TAHUN 2018 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

KETAHANAN PANGAN WILAYAH (Studi Di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah). JURNAL KETAHANAN NASIONAL. 21(2):107-117.

Yuniarti, D. W., Sulistiyati, T. D., & Suprayitno, H. E. (2013). Pengaruh suhu pengeringan vakum terhadap kualitas serbuk albumin ikan gabus (Ophiocephalus striatus). Jurnal

(30)

IBU NASTITI, TEKNOLOGI MENJAGA IBU PERTIWI

Laura Aprilla Maranis

Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 merupakan suatu rencana aksi global guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. Aksi ini didukung oleh lebih dari 150 negara di dunia, termasuk Indonesia. Didalamnya mencakup 17 tujuan dan 169 target yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2030, salah satunya terkait isu lingkungan dan sampah.

Sampah sendiri dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang yang dihasilkan oleh kegiatan manusia (Manik, 2003). Sampah menjadi salah satu permasalahan global semakin krusial dari tahun ke tahun. Berbagai studi dan upaya telah dilakukan demi mengatasi permasalahan ini. Akan tetapi, secara riil tidak benar-benar menjadi solusi. Pada dasarnya, volume sampah dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk dan standart gaya hidup (Seruyaningtyas et al, 2017). Seperti yang kita tahu, Indonesia merupakan negara ke-empat dengan jumlah penduduk terbanyak. Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa pada tahun 2020. Jumlah ini sudah pasti akan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya.

Covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada awal 2020. Datang sebagai pandemi global membuat pemerintah menerapkan berbagai kebijakan guna menurunkan angka terinfeksi. Beberapa diantaranya ialah Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM), serta penerapan Normal Baru. Diberlakukannya kebijakan-kebijakan ini mendorong masyarakat menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan menerapkan perilaku hidup bersih yang tentunya menyebabkan bertambahnya produksi sampah rumah tangga, baik berupa sisa makanan maupun masker sekali pakai. Tingginya kasus terinfeksi juga memepngaruhi produksi sampah di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah medis menyumbang sebanyak lebih dari 1.662,75 ton dari timbunan sampah yang mencapai 30,985,174.35 ton sepanjang tahun 2020.

Permasalahan mengenai sampah di setiap kota di Indonesia umumnya sama yaitu peningkatan volume sampah tanpa diiringi dengan dana pengelolaan, sistem manajemen, dan kesadaran masyarakat (Sitanggang et al., 2017). Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat, 357,473.39 ton sampah tidak terkelola di tahun 2020. Angka yang tidak

(31)

terlalu banyak memang, namun bila terus terjadi juga akan berdampak pada lingkungan. Salah satu penyebabnya ialah pemilahan sampah yang cukup sulit untuk dilakukan dikarenakan telah bercampurnya berbagai jenis, sifat dan tekstur sampah.

Revolusi Industri 4.0 merupakan pengembangan industri berbasis internet, control, robotika, dan jaringan (Jalil, 2019). Di era ini, segala aktivitas manusia melibatkan peran dari teknologi atau yang lebih dikenal dengan istilah automasi. Tak ayal, berbagai produk berbasis teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan manusia, tidak terkecuali robot. Sejauh ini pemanfaatan robot pemanfaatan robot terbatas hanya pada sektor industri. Padahal, penggunaan robot sangat berpotensi bila digunakan dalam pengelolaan sampah, khususnya di proses pemilahan. Untuk itu, penciptaan robot yang bernama ‘Ibu Nastiti’. Penamaan ini berasal dari kata ‘Nastiti’ yang berarti ‘tertib’ dan pemberian panggilan ‘ibu’ digunakan sebagai perumpamaan seorang ibu yang cekatan dalam melakukan segala sesuatu, dalam hal ini memilah sampah dengan cekatan. Dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI), robot ini mampu mengenali berbagai jenis sampah dan mengelompokkannya sesuai jenis. Dalam pengoperasiannya, ‘Ibu Nastiti’ menggunakan metode Machine Learning. Machine Learning sendiri merupakan pendekatan dalam AI yang banyak digunakan untuk menggantikan atau menirukan perilaku manusia untuk menyelesaikan masalah atau melakukan otomatisasi. Setidaknya ada dua aplikasi utama dalam metode ini yaitu, klasifikasi dan prediksi. Metode ini bekerja dengan cara mengenali berbagai data yang nantinya akan digunakan untuk mempermudah proses pemilahan atau pengklasifikasian sebuah objek berdasarkan ciri tertentu. Oleh karenanya, kita memerlukan berbagai data mengenai sampah, mulai dari bentuk secara fisik sampai kandungan di dalamnya.

Disamping itu, peran manusia tetaplah yang utama. Kesadaran masyarakat dalam pemilahan sampah harus terus digalakkan. Hal ini perlu dilakukan agar pemanfaatan sampah dapat lebih dimaksimalkan sehingga bangsa kita, Ibu Pertiwi kita tetap terjaga untuk anak dan cucu kita nanti.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu. Mengenal Artificial Intelligence, Machine Learning, Neural Network, dan Deep

Learning. Diakses dari

https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/54674088/Perbedaan_Deep_learn.pdf?1507 621305=&response-content- disposition=inline%3B+filename%3DMengenal_Artificial_Intelligence_Machine. pdf&Expires=1616290933&Signature=dvOMMVPl9NGORujl6cPrnBHEz1PNtC vsb5IyCIte7dAwmJ24RUbEH6-kO3~OHMyyxg26HyJFSG- ~m8MYsqEjYgiF0EKgg~LWo1fKGPUoJ9- Wm3UXcp3aXDTvuPwIWZTwv3D86MBkeRah2KjgwJOS9vdcBxku5nnBq9a4ru4YFW kDi9uZ3A5BPCP4EhcUJoQmTw2q4Qi4KAU6uDR8lFxJQJqjoYM6Jj4RXuHzwqPK9S4 sGCHVKzao3X4QzNr3G~cYh~~cEC0Wtsm0IOx4fMpX GLitaV4lXKDViFxF3NsIg0NTxfjmvXNKnuhmE9OeDonTb9f2LS7AtEg61x5H

W1bQ &Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA pada 21 Maret 2020 pukul 07.00 WIB

Ismail, et al (2020). Adaptasi Pendampingan Pengelolaan Sampah di Masa Pandemi Covid-19 melalui Web Training Kreatifitas Produk Olahan Sampah. https://www.abdidas.org/index.php/abdidas/article/view/38 pada 19 Maret 2021 pukul 09.15 WIB.

Jalil, Abdul (2019). PEMANFAATAN MIDDLEWARE ROBOT OPERATING SYSTEM (ROS) DALAM MENJAWAB TANTANGAN REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Diakses dari https://www.jurnal.fikom.umi.ac.id/index.php/ILKOM/article/view/412/174 pada 19 Maret 2021 pukul 07.00 WIB.

Mursidi, et al (2019). PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU STUDI KASUS KELURAHAN GEDAWANG KECAMATAN BANYUMANIK, KOTA

SEMARANG. Diakses dari

http://ojs.uho.ac.id/index.php/stabilita_jtsuho/article/view/10059/7206 pada 19 Maret 2021 pukul 06.30 WIB.

Seruyaningtyas, et al (2017). PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

TERPADU STUDI KASUS KELURAHAN GEDAWANG KECAMATAN

BANYUMANIK, KOTA SEMARANG. Diakses dari : http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan pada 19 Maret 2021 pukul 06.50 WIB.

(33)

KEWIRAUSAHAAN DI UNIVERSITAS SEBAGAI SALAH SATU UPAYA DALAM PERSIAPAN SDGs, MUNGKINKAH?

Shafira Wahyu Nur Aziizah

Secara umum, SDGs sendiri merupakan akronim dari Sustainable Development Goals yang memiliki tujuan untuk memberantas berbagai problematika yang tengah dialami oleh banyak negara di seluruh dunia. SDGs telah disepakati secara resmi oleh kurang lebih 193 kepala negara dengan 17 tujuan dan 169 target yang merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan terhitung sejak 2016 hingga 2030. Tujuan yang dijadikan sasaran dari SDGs meliputi beberapa diantaranya adalah mengakhiri kemiskinan yang terjadi dimanapun dan dalam bentuk apapun, mengakhiri kelaparan, memastikan kehidupan yang sehat dan sejahtera, memastikan bahwa pendidikan memiliki kualitas yang baik, penjagaan lingkungan dari segala aspek, mendukung pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja penuh juga produktif dan layak bagi semua, dan lain sebagainya. SDGs dirancang secara partisipatif dengan melibatkan semua kalangan di berbagai bidang, baik itu dari pihak pemerintah, swasta, akademisi, dan lain sebagainya agar tujuan yang telah dibuat dapat diberantas secara efektif dan menyeluruh.

Pada tahun 2020, virus baru yang dinamakan Corona Virus-19 atau COVID-19 mulai menyebar secara luas. Status awal adalah epidemi, dikarenakan masih menyebar luas antar kota. Namun, tak berlangsung lama, statusnya oleh WHO kembali naik menjadi pandemik karena telah menyebar di hampir seluruh negara di dunia. Semua sektor mulai lumpuh dan mengalami penurunan drastis. Selama pandemik, berbagai upaya dilakukan untuk ‘mengembalikan’ dan memulihkan berbagai sektor. Salah satunya yang paling berpengaruh adalah pada sektor perekonomian dan pariwisata. Penawaran mengenai alternatif mulai dikembangkan dan terus dilakukan secara bertahap. Baik itu untuk menyembuhkan virus baru COVID-19 dalam upaya pembentukkan vaksin dan berbagai alternatif lainnya. Semua negara saling membantu dalam berbagai hal dan saling bekerja sama dalam pemulihan pembangunan. Hal ini sangat mempengaruhi upaya pengembangan pembangunan dari SDGs yang telah dibentuk sejak 2015. Banyak sektor yang lumpuh, sehingga beban dalam pengembangan akan berlipat ganda. Umpamanya seperti membangun ulang pembangunan dari awal sedangkan jarak 10 tahun ( terhitung 2020-2030 ) tidaklah panjang.

Salah satu tujuan dari SDGs sendiri adalah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif , dan pekerjaan yang layak bagi

(34)

semua. Selama pandemik, hal ini menurun sangat drastis. Dampak dari ini adalah seperti berkurangnya pendapatan terutama bagi pekerja kecil dan bahkan berkurangnya daya beli masyarakat yang menyebabkan juga banyak tempat kerja yang terpaksa pailit atau beralih usaha. Sektor perekonomian seakan lumpuh, banyak lapangan kerja yang beralih menjadi online dan Work From Home mulai dilakukan.

Namun dibalik itu semua, lalu, apakah upaya pemerintah? Pemerintah justru gencar juga meningkatkan perekonomian, salah satunya dengan kembali mengembangkan jiwa berwirausaha di berbagai tempat. Salah satunya pada lembaga akademik, termasuk universitas. Pada universitas, mahasiswa adalah Agent of Change yang diharapkan dapat memberikan perubahan positif untuk membuat Indonesia semakin maju dengan berbagai bidang yang ada. Tak terkecuali dengan program kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib umum di banyak universitas. Dengan adanya gencaran mata kuliah kewirausahaan dalam universitas ini diharapkan menjadi salah satu upaya dalam merealisasikan SDGs.

Keadaan ini cukup baik sebagai bekal untuk generasi kedepan agar terbentuk mahasiswa yang memiliki jiwa kewirausahaan. Karena seperti yang kita ketahui, bahwa Indonesia masihlah kurang dalam hal lapangan pekerjaan dan sebagian besar pengangguran adalah fresh graduate.

Maka dari itu, sudahlah tepat, jika mata kuliah kewirausahaan menjadi mata kuliah wajib umum demi memberikan bekal untuk masa depan yang nantinya akan memberikan dampak positif untuk pembangunan dan melancarkan program SDGs yang telah disepakati oleh banyak negara. Terutama pada saat pandemik ini, mahasiswa sebagai Agent of Change yang telah terlatih memiliki pemikiran kritis, terbuka, dan kreatif sangat dibutuhkan untuk mengembalikan perekonomian kedepannya dengan jiwa kewirausahaan yang telah tumbuh selama proses pembelajaran di universitas.

(35)

DAFTAR PUSTAKA https://www.cnbcindonesia.com/news/20201217111048-4- 209724/jokowi-pandemi-covid- 19-perburuk-capaian-sdgs-indonesia ( 2.26 WIB 21/03/2021 ) https://www.merdeka.com/jateng/sebelum-covid-19-inilah-sejarah-virus-corona-yang- menginfeksi-manusia-kln.html ( 2.45 WIB 21/03/2021 ) https://www.antaranews.com/berita/1521264/pandemi-covid-19-jadi-tantangan-dalam- pencapaian-sdgs ( 2.50 WIB 21/03/2021 ) https://www.sdg2030indonesia.org/page/16-tujuan-delapan ( 3.00 WIB 21/03/2021 )

(36)

APLIKASI “HALOFARM” PEMBERDAYAAN ORGANIC FARMING

DAN AGRICULTURAL NURSING SEBAGAI PERTANIAN BERKELANJUTAN DAN INTERVENSI KESEHATAN PETANI DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN

SDGS

Ulfa Mudia Sari

Satu tahun, dunia dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Pandemi tidak semata-mata berdampak pada sektor kesehatan, namun berbagai sektor mampu merasakan dampaknya, termasuk aspek sosial ekonomi masyarakat. Terancam di tengah pemberlakuan berbagai kebijakan pemerintah untuk menghentikan penyebaran virus Covid-19, FAO menyebutkan adanya potensi krisis pangan global akibat pandemi yang masih berlanjut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan sangat penting dalam melewati masa pandemi. Dari sisi protokol kesehatan diantaranya terdapat 5M yang salah satunya ialah mengurangi mobilitas, kebijakan ini hanya akan terlaksana apabila ketersediaan pangan tercukupi untuk rakyat.

Masa pandemi menjadi momentum awal yang tepat dalam memperkuat kemandirian pangan nasional berbasis pertanian rakyat. Sesuai dengan arahan Presiden Jokowi bahwa negara kita saat ini dituntut untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan pangan secara mandiri. Pandemi Covid-19 menjadi momentum reformasi sektor pangan sekaligus meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Menurut Badan Pusat Statitik (BPS) tahun 2019, jumlah pekerja di sektor pertanian menjadi jumlah pekerja terbesar dibanding sektor lainnya, yaitu berkisar 27,33% dari total pekerja nasional. Jumlah ini menjadi sumber daya yang memadai apabila didukung dengan adanya inovasi dalam pengoptimalan sumber daya yang ada.

Inovasi yang ditawarkan untuk mendukung produktivitas di sektor pertanian dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang berkembang pesat di era modern saat ini. Layanan informasi bertujuan untuk memberikan fasilitas petani dalam mengakses informasi yang menunjang pertanian berkelanjutan. Bidang teknologi dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan petani sehingga pengoptimalan sumber daya pertanian dapat dilakukan. Penggunaan teknologi informasi ini mempertimbangkan jumlah petani di Indonesia. Menurut data BPS tahun 2019, jumlah petani mencapai 33,4 juta orang. Adapun jumlah petani muda di Indonesia dengan rentang usia 20-39 tahun hanya berkisar 8% atau setara dengan 2,7 juta

(37)

orang. Selain memudahkan dalam mengakses informasi, penggunaan teknologi informasi ini bertujuan untuk menarik minat dan memberikan akses para pemuda untuk berkecimpung di bidang pertanian.

Gagasan awal munculnya inovasi “Halofarm” berasal dari keresahan penulis dengan kondisi Petani Indonesia saat ini. Mulai dari lahan pertanian yang semakin berkurang setiap tahunnya. Jumlah populasi yang terus meningkat berdampak pada luas lahan pertanian, seperti areal sawah yang tergantikan sebagai kawasan wilayah atau perumahan. Padahal, lahan menjadi faktor penunjang produktivitas dan kerentanan kehidupan petani yang secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap minat masyarakat untuk bekerja di bidang pertanian. Tidak hanya lahan yang semakin berkurang, pencemaran lingkungan pertanian baik pencemaran tanah, air tanah, dan tidak seimbangnya ekosistem akibat penggunaan bahan kimia yang berlebih juga menjadi faktor berkurangnya produksi hasil pertanian. Selain itu, jam kerja yang panjang dan beratnya pekerjaan sebagai petani tidak menutup kemungkinan akan adanya berbagai risiko kesehatan dan paparan yang dapat terjadi. Namun, hingga saat ini nyatanya petani belum memiliki standart Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Dalam mendukung produktivitas petani dapat diterapkan dengan sistem pertanian berkelanjutan. Secara umum pertanian berkelanjutan dapat diartikan sebagai sistem pertanian yang mencakup tiga prinsip utama diantaranya keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan ekologi, dan keberlanjutan sosial. Studi terhadap 286 proyek pertanian berkelanjutan di 57 negara berkembang menunjukkan bukti bahwa pertanian berkelanjutan mampu meningkatkan produktivitas yang lebih tinggi hingga mencapai 79% (Rukmana, 2012). Proyek-proyek tersebut menerapkan teknik organic farming dengan menekankan pada pelestarian dan konservasi sumber daya alam sehingga tercapai keseimbangan ekosistem yang mendukung produktivitas pertanian dalam jangka panjang.

Sistem pertanian dari program pemerintah Indonesia yang telah terlaksana hingga saat ini adalah pertanian berbasis teknologi maju yang dikenal dengan istilah “Revolusi Hijau”. Program ini juga telah membawa dampak yang signifikan dalam produktivitas petani. Namun tidak dapat dipungem pertanian revolusi hijau ini membawa dampak negatif bagi keberlangsungan lingkungan hingga ekosistem yang tidak seimbang. Hal ini akibat dalam sistem revolusi hijau masih maraknya penggunaan bahan pertanian anorganik sehingga mampu membawa dampak negatif bagi lingkungan dalam jangka panjang. Praktek pertanian ini justru

(38)

dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, keracunan, penyakit dan kematian pada makhluk hidup (Tandisau dan Herniwati, 2009).

Seperti pekerjaan pada umumnya, petani sebagai sumber daya manusia di sektor pertanian yang juga memiliki panjang. Namun, dalam kenyataanya hingga saat ini masih belum ada standart Keselamatan dan Kesehatan kerja seperti dalam penjelasan sebelumnya. Dengan adanya penerapan agricultural nursing, keamanan dan kesehatan sumber daya di sektor pertanian dapat dilakukan intervensi. Melaui mobile apps HaloFarm, petani akan mendapatkan berbagai informasi kesehatan mengenai pencegahan dan edukasi keamanan dalam bertani.

Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi menuturkan urgensinya sektor pertanian selain berperan besar dalam ekonomi nasional, pertanian juga sebagai leading sektor dalam pencapaian target dan tujuan program Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam program SDGs terlihat dari 17 goals yang menitikberatkan peran penting sektor pertanian, diantaranya dalam upaya pengentasan kemiskinan dan ketahanan pangan disamping perhatian terhadap masalah kesehatan dan kelestarian lingkungan. Sebagai upaya mendukung tercapainya target tersebut, penulis menawarkan inovasi Aplikasi “Halofarm” pemberdayaan Organic Farming dan Agricultural Nursing sebagai Pertanian Berkelanjutan dan Intervensi Kesehatan Petani.

Halofarm merupakan aplikasi berbasis smartphone untuk menyediakan informasi dan fasilitas penunjang dalam mendukung produktivitas petani dengan menerapkan pertanian berkelanjutan. Pengguna dapat mengunakan beberapa fitur yang terdapat dalam aplikasi Halofarm, antara lain sebagai berikut:

1. Organic farming

Pada fitur ini pengguna dapat mengakses berbagai informasi pemanfaatan bahan-bahan alami yang dapat digunakan untuk perawatan tanaman. Pada fitur ini diantaranya terdapat 5 layanan yang dapat diakses pengguna. Dengan deskripsi sebagai berikut

a. Farm Calculator

Dengan menggunakan layanan ini, pengguna dapat mengetahui jumlah dan jenis pupuk yang dibutukan sesuai dengan umur tanaman. Fitur ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan volume suplai air yang dibutuhkan tanaman berdasarkan jenis tanaman dan waktu tanam. Selain bertujuan untuk menghindari penggunaan pupuk kimia berlebih,

Gambar

Gambar 1.1 Desain rancangan Penulis Daftar Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapatkan respons steady state rangkaian terhadap eksitasi non-sinusoidal periodik ini diperlukan pemakaian deret Fourier, analisis fasor ac dan prinsip superposisi..

ABSTRAK: Pada zaman yang telah modern ini masyarakatnya mulai melupakan budaya setempat dan lebih condong kepada budaya luar dengan alasan budaya setempat sudah ketinggalan zaman

Judul Penelitian : Gambaran Histopatologi Tumor Phyllodes Dengan Pulasan Van Gieson Di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Dan Rumah Sakit

orang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: a) pencapaian KD pada setiap

• Pembayaran terkait operasional kantor (antara lain: honor terkait operasional kantor, bahan makanan, penambah daya tahan tubuh (hanya diberikan kepada pegawai yang bekerja di

Selain itu juga menggunakan referensi Tugas Akhir yang ditulis oleh Lutfiana Inda Rahma (2010) dengan judul “Perbandingan Etiket Pergaulan Mayarakat Korea Selatan dan Masyarakat

Produk yang diharapkan akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan berupa model sarana pembelajaran atletik alat lempar cakram melalui modifikasi ukuran berat,

Antara yang berikut, manakah bukan isu yang menjadi perkara penting dalam mewujudkan hubungan etnik yang utuh dalam perlembagaan Malaysia.. Kedudukan Bumiputera 6.2: