• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

D. Multi Level Marketing (MLM)

Clothier dalam Faisol (2003:26) mengemukakan rumusan dasar dari MLM adalah suatu cara atau metode menjual barang secara langsung kepada pelanggan melalui jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas yang memperkenalkan para distributor berikutnya, pendapatan yang dihasilkan terdiri

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

dari laba eceran dan laba grosir ditambah dengan pembayaran-pembayaran berdasarkan penjualan total kelompok yang dibentuk oleh sebuah distributor.

Multi level marketing adalah jalur alternatif bagi perusahaan untuk mendistribusikan produk dan jasanya ke pasaran (jalur distribusi yang lain termasuk supermarket, toko retail, door to door sales dan lain-lain). Ada beberapa alasan perusahaan memilih MLM untuk mendistribusikan produknya yaitu:

1. Biaya overhead yang rendah

Perusahaan MLM tidak seperti perusahaan retail, tidak perlu mengalokasikan dana yang besar dalam advertising untuk menarik customer. Sebagai penggantinya, dana dialihkan untuk memberikan komisi bagi distributor untuk memasarkan produk ke customer. Selain itu, perusahaan hanya perlu memberikan komisi bagi distributor berdasarkan hasil, yaitu dari persentasi dari produk yang terjual.

2. Biaya overhead distribusi yang rendah

Typical distribusi melalui retail menggunakan serangkaian regional, negara, kota, dan retailer lokal untuk mendistribusikan barang-barang. Masing- masing perlu mendapatkan keuntungan dan melakukan mark up harga dari barang. Jalur distribusi yang tidak menggunakan sistem MLM adalah:

manufacturer –> transporter –> wholesaler –> retailer –> advertisers –> customers

sedangkan jalur distribusi yang menggunakan sistem MLM adalah: manufacturer –> representative –> customer

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

3. Tingkat pertumbuhan yang tinggi

Perusahaan MLM yang diatur dengan baik bisa berkembang dengan tingkat pertumbuhan 20%, 50%, bahkan 100% tiap bulan.

4. Tim sales dan marketing yang termotivasi.

Ada banyak sekali produk yang membanjiri pasaran. Dibutuhkan dana marketing yang besar untuk bisa memperoleh tempat di customer. Selain itu banyak produk yang membutuhkan penjelasan yang rinci dibandingkan dengan yang dapat dilakukan di iklan TV selama 30 detik.

MLM bagi perorangan bisa memberikan kesempatan untuk mempunyai sumber penghasilan tambahan yang jika disertai dengan kerja keras, bisa menjadi sumber penghasilan yang cukup signifikan. MLM adalah tentang “banyak orang melakukan bagiannya masing-masing yang sedikit”. Dalam MLM, komisi tidak hanya didapatkan hasil penjualan secara langsung namun juga secara tidak langsung yaitu didapatkan juga dari hasil penjualan orang yang dibawa ke perusahaan. Dengan mendapatkan persentasi hasil dari banyak orang, penghasilan akan berkembang sampai hasil yang sangat besar.

Faisol (2003:8) ada beberapa sistem pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan yang menggunakan sistem Multi Level Marketing (MLM). Namun, sistem ini melanggar norma bisnis dan kemanusiaan diantaranya adalah:

1. Skema Piramida dan Investasi Berantai

Ciri-ciri khusus dari sistem piramida dan investasi berantai yang mudah dikenali adalah sebagai berikut:

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

a. Pungutan biaya pendaftaran anggota relatif jauh lebih besar dan sebagian dipergunakan untuk memberikan kompensasi (bonus atau komisi) kepada orang-orang yang merekrut anggota baru. Akibatnya, anggota perusahaan yang nenggunakan skema piramida ini lebih sibuk melakukan perekrutan dan melalaikan tanggung jawab untuk melakukan penjualan produk dan memberikan pelayanan kepada pelanggan.

b. Setiap anggota diharuskan untuk melakukan pembelian produk dalam jumlah besar dan dengan potongan harga setinggi mungkin sebelum (sementara harga produk umumnya telah “disesuaikan” secara tidak wajar) menerima pesanan dari pelanggan atau distributor lainnya.

c. Ketidakpedulian perusahaan dan distributor independennya terhadap kualitas produk dan kepuasan pelanggan, sehingga konsumen cenderung menjadi korban. Ketidakpedulian ini juga tampak nyata karena banyak distributor yang telah memesan produk dengan syarat menjadi anggota semata, kemudian tidak pernah mengambil produk tersebut dari perusahaan. Sementara perusahaan acap kali kehabisan stock produk tertentu dan lalai untuk menyediakannya dalam kurun waktu yang dijanjikan.

d. Tidak adanya perjanjian atau kontrak tertulis antara perusahaan dengan distributornya.

e. Tidak adanya pelatihan dan sistem pendidikan yang sistematis dan berkesinambungan untuk para distributor. Perusahaan dan para pemimpin

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

jaringan tidak menunjukkan tanggung jawab moral untuk mengembangkan sumber daya manusianya secara sungguh-sungguh.

f. Dilanggarnya prinsip umum MLM yakni semua anggota memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan keuntungan dari penjualan produk atau jasa. Dalam skema piramida, mereka yang mendaftar belakangan kurang ataupun tidak memiliki sama sekali peluang untuk mendapatkan keuntungan. Setiap keberhasilan seseorang harus dibayar dengan kegagalan sejumlah orang lain yang bergabung belakangan.

2. Sistem Binari

Sistem binari dapat dikatakan anak kembar dari sistem pemasaran berskema piramida dan investasi berantai yaitu dikembangkan berdasarkan pola perekrutan dua orang (dua kaki) yang diduplikasi terus menerus, termasuk “kreativitas” pengusaha-pengusaha tak bermoral dalam merekayasa sistem MLM. Dengan jelas perusahaan yang menggunakan sistem ini memberikan keuntungan kepada distributornya dari hasil perekrutan semata. Suatu hal yang jelas-jelas melanggar aturan World Federation of Direct Selling Association (WFDSA).

E. Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM)

Faisol (2003:61) seorang distributor/peniaga MLM yang menghendaki kesuksesan harus memiliki strategi MLM. Strategi yang bagaimana dan sejauh mana suatu strategi dapat menghantarkan peniaga menuju suatu kesuksesan?

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

Berkenaan dengan strategi tersebut berikut ini berbagai hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Bagaimana membina diri seorang distributor agar menjadi orang yang ahli dalam perniagaan MLM.

2. Tumbuhkan pemahaman dan pengetahuan bahwa seorang distributor adalah pemimpin untuk dirinya sendiri.

3. Bagaimana dan apa saja yang harus direncanakan dalam merancang pembentukan dan pembinaan jaringan.

4. Bagaimana melakukan pembinaan untuk melahirkan pemimpin-pemimpin dalam setiap rangkaian/jaringan/kumpulan.

5. Apa yang harus diupayakan agar pembinaan dapat dilakukan hingga ke rangkaian/jaringan/kumpulan yang terbawah.

6. Bagaimana mengupayakan penjualan secara terencana serta menetapkan sasaran atau target penjualan dari bulan ke bulan.

Setelah memahami pemaparan di atas, berikut ini sekurang-kurangnya terdapat empat langkah kongkret yang harus direalisasikan sebagai strategi pemasaran MLM:

a. Membangun jaringan (network)

b. Melakukan pembinaan pada setiap distributor

c. Melakukan langkah-langkah pembangunan dan pembinaan jaringan (kelompok) dalam jaringan

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

a. Membangun jaringan (network)

Membangun jaringan dapat diwujudkan dengan proses penggandaan/duplikasi yang pelaksanaannya dapat melalui dua cara atau bentuk yaitu:

1. Mendalam 2. Melebar

Membangun jaringan secara mendalam apabila proses penggandaan/duplikasi dilakukan secara mendalam (ke bawah). Jaringan yang terbentuk dengan cara ini bonus yang diterima hanya sekedar royalti. Sedangkan untuk memperoleh hasil maksimal, selain cara mendalam tadi, juga dilakukan melalui cara atau bentuk melebar. Melebar merupakan prestasi murni, dimana semakin besar omset penjualan maka semakin besar komisi yang diterima. Sebab komisi ini diambil dari keuntungan produk, bukan dari uang pendaftaran.

b. Melakukan pembinaan pada setiap distributor

Ibarat suatu tanaman, agar tumbuh dengan subur dan cepat berbuah perlu dipupuk dan menyiangi rumput liar yang dapat mengganggu proses pertumbuhannnya. Begitupun dengan jaringan yang dibangun, mereka adalah orang-orang yang perlu terus dibina agar mereka “tumbuh dan berbuah.”

Kuatnya hubungan diantara mereka menjadi modal dasar kemitraan yang saling menguntungkan serta menjadi salah satu ciri keberhasilan dalam menjalankan bisnis ini. Pembinaan ini dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya:

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

1. Melakukan hubungan atau komunikasi secara terus-menerus, menanyakan kendala yang dihadapi dan memberikan solusinya, serta menawarkan bantuan yang sekiranya diperlukan dan memungkinkan.

2. Monitoring, yaitu melakukan pengamatan, penilaian, evaluasi, dan memberikan suntikan motivasi.

3. Reward, atau menunjukkan penghargaan terhadap keberadaan mereka serta hasil atau upaya yang telah mereka lakukan.

Seorang distributor dalam melakukan pembinaan tentunya perlu menunjukkan sikap kepemimpinan. Sedikitnya ada sembilan sikap yang harus dimiliki: 1. Bersikap positif

2. Senantiasa memiliki semangat yang berkobar 3. Memiliki rasa percaya diri dan optimisme 4. Berani menghadapi kendala dan rintangan 5. Kooperatif atau senang diajak kerjasama 6. Mampu memberikan solusi bagi jaringannya 7. Kreatif dan inovatif

8. Mampu memotivasi

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

c. Melakukan langkah-langkah pembangunan dan pembinaan jaringan (kelompok) dalam jaringan.

Langkah-langkah pembangunan jaringan dalam jaringan dan pembinaan adalah hal yang sangat menentukan keberhasilan seorang distributor dalam bisnis ini terutama sekali dikaitkan dengan keberhasilannya dalam mencapai peringkat dan tentunya bonus yang akan diterimanya.

d. Presentasi

Presentasi dalam dunia bisnis MLM merupakan salah satu bagian dari strategi MLM. Setiap distributor yang ingin membangun, membina dan terus mengembangkan jaringannya, maka pada gilirannya ia dituntut untuk mampu melakukan presentasi.

Secara umum hal yang sangat mendasar untuk menjadi seorang presenter bisnis MLM yang berhasil dalam melakukan presentasinya sekurang-kurangnya meliputi:

1. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi dan menerapkan teknik komunikasi yang baik dan benar.

2. Menguasai persoalan bisnis MLM secara umum dan bisnis MLM yang dipresentasikan (yang dimasuki)

3. Tidak kaku dan tegang serta sesekali menunjukkan sikap humoris 4. Memahami siapa saja audiens.

5. Mengetahui kondisi ruangan atau tempat dimana presentasi diadakan 6. Mengetahui alat bantu apa saja tyang dibutuhkan

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

F. Sistem pemasaran Multi Level Marketing (MLM) menurut pandangan Islam

Segala sesuatu (muamalah) hukum asalnya adalah boleh dalam kaidah umum syariah Islam, selama tidak ada dalil yang melarangnya termasuk MLM adalah salah satu bentuk muamalah yang ada saat ini. Oleh karenanya, pada dasarnya jenis jual beli yang menggunakan sistem MLM tidak menjadi masalah. selama tidak ada hal-hal yang dilarang oleh syariah dalam praktik MLM tersebut. Hal-hal yang dilarang dalam muamalah jual beli adalah apabila ada unsur riba, gharar (penipuan), jahalah (sesuatu yang tidak pasti), dzulm (ada unsur menyakiti/aniaya kepada pihak yang terkait dengan muamalah jual beli tersebut).

MLM sebagaimana yang diketahui mempunyai berbagai macam bentuk, ada yang menjadikan barang keperluan sehari-hari sebagai komoditi dalam MLM itu, ada yang jual beli jasa. mengenai alat komoditi ini, selama barang atau jasa yang dijadikan komoditi dalam MLM itu bukan merupakan suatu yang haram atau diharamkan, maka tidak menjadi masalah.

Transaksi dalam MLM, seperti yang ada dalam kaidah umum syariah di atas bahwa segala bentuk muamalah pada dasarnya adalah boleh selama tidak ada dalil yang melarangnya masuk dalam katagori muamalah adalah transaksi. Termasuk transaksi dalam MLM selama ia terpenuhi rukun dan syaratnya dan tidak ada unsur-unsur yang diharamkan oleh syariah yaitu tidak ada riba, gharar, dhulm, jahalah maka pada dasarnya adalah boleh. Jika dalam transaksi suatu muamalah terdapat hal-hal yang dilarang oleh syariah, maka transaksi itu batal atau haram hukumnya. dan itu tidak hanya pada MLM saja, melainkan semua

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

jenis transaksi, baik transaksi jualbeli yang tidak menggunakan sistem MLM sekalipun.

Memahami Hukum Syariahnya

Seseorang (orang awam, orang terpelajar/ perpengetahuan, sampai ustadz sekalipun) apabila hendak mengikuti atau bergabung dalam bisnis MLM, seharusnya memahami secara betul tentang masalah yang terdapat dalam MLM. Oleh karena itu, apabila seorang muslim menjalankan MLM yang sudah ada legalisasi syariahnya yaitu perusahaan MLM yang tidak sekedar mencantumkan label dewan syariah, melainkan fungsi dewan syariah itu benar-benar berjalan. Sehingga syariah bukan hanya sekedar label dan nama, artinya jika perusahaan tersebut didatangi maka ustadz yang mengerti masalah syariahnya itu ada dan siap menjelaskan letak halal dan haramnya.

Pengawas syariah berhak menanyakan dasar hukum kehalalan produk dan sistem MLM sebuah perusahaan. Mintalah kepadanya dalil atau hasil kajian syariah yang lengkap untuk dipelajari dan dibandingkan dengan para ulama yang juga ahli dibidangnya. Itulah fungsi dewan pengawas syariah pada sebuah perusahaan MLM. Jadi, seseorang tidak terlalu mudah untuk mengatakan bahwa suatu MLM adalah halal/sesuai syariah, atau seseorang tidak terlalu mudah mengatakan bahwa MLM itu haram, sebelum yakin dan tahu persis bagaimana dewan syariah di perusahaan itu memastikan kehalalannya.

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

Keuntungan Upline Dari Downline

Mengambil keuntungan dalam sebuah mata rantai pemasaran secara umum tidak terlarang. Bahkan komisi itulah yang selama ini mendasari setiap bentuk pemasaran produk, mulai dari pabrik ke distributor, agen hingga ke tingkat pengecer. Ketika seseorang yang ada di upline, mendapat keuntungan dari downline, sebenarnya keuntungan itu tidak didapat begitu saja tanpa usaha, yang mungkin secara kasat mata seolah-olah mengambil keuntungan dari usaha orang lain, tapi sebenarnya masih ada mata rantai dari usaha yang dilakukan oleh upline. Upline mendapatkan keuntungan dari para downline nya, sebenarnya tidak lepas dari usaha upline itu sendiri, upline mencari orang-orang untuk menjadi member agar ikut membeli dan menjual produk-produk itu. Artinya bedanya antara jual beli biasa dengan sistem MLM nyaris tidak ada, kecuali di dalam sistem MLM, semua pengecer, bahkan sampai tingkat konsumen selalu diiming-imingi untuk jadi stokis, agen, distributor atau lainnya dengan diberi impian-impian yang muluk-muluk, terkadang sampai tidak masuk akal. Cara dalam penawaran seperti ini yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang ingin bergabung dalam sebuah perusahaan MLM, jangan sampai terjebak pada penipuan yang diharamkan.

Over Price

Harga ada dua macam, harga yang adil dan hal itu adalah boleh/jaiz, dan harga yang dhalim, dan itu dilarang. Harga yang adil adalah harga yang sebagaimana ada dipasaran, yang dikenal oleh masyarakat secara umum. Dimana semua lapisan masyarakat membeli barang dengan harta itu. Adapun harga yang

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

dhalim adalah harga di atas rata-rata yang ada dipasar atau masyarakat, sehingga masyarakat merasa terpaksa dan terdhalimi jika membeli barang dengan harga tersebut. Akan tetapi jika harga barang dalam satu tempat menjadi tinggi disebabkan karena pasar, mungkin karena jumlah barang sedikit atau langka, maka hal itu tidak menjadi masalah. akan tetapi jika naiknya suatu harga karena ada unsur monopoli, penimbun, maka itu diharamkan. Termasuk dalam MLM juga seperti itu, ada MLM dimana produk yang dipasarkan dengan harga yang di luar harga pasar, dan para member yang menjadi pengikut MLM itu terpaksa harus membeli produk itu karena adanya iming-iming yang menggiurkan. Mungkin inilah salah satu unsur kedhaliman yang ada dalam sebagian MLM

1. Prinsip Kemandirian

Konsep bisnis dalam MLM yang telah digambarkan di atas merupakan deskripsi secara umum. Secara lebih khusus, ada prinsip-prinsip dalam MLM yang mengandung makna spiritual. Dimensi-dimensi spiritual ini justru merupakan ruh penggerak dalam jaringan MLM. Hakikat maknawi dari nilai-nilai spiritual ini bersifat abadi.

Faisol (2003:125) bila dikaitkan dengan prinsip-prinsip syariat Islam, dimensi spiritual bisnis MLM ini terkait dengan tiga hal utama yaitu:

Bisnis dalam MLM merupakan usaha untuk belajar mandiri. Hal ini sangat relevan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Orang-orang yang menekuni bisnis MLM mempunyai jiwa mandiri, ulet, sabar dan berpikir positif. Prinsip kemandirian dengan berwiraswasta ini dilakukan oleh Rasulullah SAW dan

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

para sahabatnya. Sebagai anak yatim piatu, Rasulullah SAW tidak hanya menggantungkan uluran tangan belas kasihan dari pamannya Abu Thalib. Akan tetapi beliau berusaha untuk berusaha mandiri dengan cara berniaga, walau dengan usahanya itu beliau harus menempuh perjalanan yang sangat jauh.

2. Prinsip Kebersamaan

Bisnis MLM merupakan bisnis yang dilakukan bersama-sama. Tidak ada bisnis yang lebih menonjol kebersamaannya selain dari bisnis MLM. Prinsip kebersamaan ini sangat penting artinya. Tanpa adanya kebersamaan ini, kesuksesan dalam bisnis ini sangat susah diraih. Upline dan Downline harus bisa bekerja sama dengan sebaik-baiknya.

3. Prinsip Silaturahmi

Prinsip silaturahmi dalam bisnis MLM berperan besar dalam mencapai suatu kesuksesan. Bisnis ini sulit dijalankan tanpa adanya proses silaturahmi, baik antar mitra bisnis maupun pihak konsumen. Silaturahmi adalah menghubungkan tali persaudaraan, menghubungkan relasi, membuat jaringan usaha dengan mitra bisnis. Semakin erat hubungan relasi dan persaudaraan, maka bisnis akan berjalan dengan lancar.

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

G. Perbedaan MLM Syariah dengan MLM Konvensional.

MLM Syariah secara sepintas bisa saja tampak tidak berbeda dengan praktek-praktek bisnis MLM konvensional. Namun, kalau ditelaah lebih jauh dalam proses operasionalnya, ternyata ada beberapa perbedaan mendasar yang cukup signifikan antara kedua varian MLM tersebut yaitu:

1. Sebagai perusahaan yang beroperasi syariah, niat, konsep, dan praktek pengelolaannya senantiasa merujuk kepada Alqur’an dan Hadist Rasulullah SAW. Dan untuk itu struktur organisasi perusahaan pun dilengkapi dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari MUI untuk mengawasi jalannya perusahaan agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

2. Usaha MLM Syariah pada umumnya memiliki visi dan misi yang menekankan kepada pembangunan ekonomi nasional (melalui penyediaan lapangan kerja, produk-produk kebutuhan sehari-hari dengan harga terjangkau, dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah di tanah air) demi meningkatkan kemakmuran, kesejahteraan, dan meninggikan martabat bangsa.

3. Sistem pemberian insentif disusun dengan memperhatikan prinsip keadilan dan kesejahteraan. Dirancang semudah mungkin untuk dipahami dan dipraktekkan. Selain itu, memberikan kesempatan kepada distributornya untuk memperoleh pendapatan seoptimal mungkin sesuai kemampuannya melalui penjualan, pengembangan jaringan, ataupun melalui kedua-duanya.

4. Dalam hal marketing plan-nya, MLM Syariah pada umumnya mengusahakan untuk tidak membawa para distributornya pada suasana materialisme dan konsumerisme, yang jauh dari nilai-nilai Islam. Bagaimanapun, materialisme

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

dan konsumerisme pada akhirnya akan membawa kepada kemubaziran yang terlarang dalam Islam

Poin-poin penting dalam MLM Syariah 1. Niat

Kasbil Halal (memperoleh penghasilan yang halal), Irtifah Ummah (mengangkat derajat ekonomi umat), Muamalah Islami (melakukan perniagaan secara Islami)

2. Prinsip

Sesuai dengan prinsip-prinsip Muamalah Islam 3. Orientasi

Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat 4. Komoditi

Halalan Thayiban (Halal lagi Baik) 5. Pembinaan

Tarbiyah (Pendidikan) , Ukhuwah (Persaudaraan), Dakwah 6. Strategi Pemasaran

Akhlaqul Karimah, memenuhi rukun jual beli dan ikhlas 7. Strategi Pengembangan Jaringan

Metode Silaturahmi dan Ukhuwah 8. Keanggotaan

Muslim dan Non Muslim, dengan syarat mau mengikuti aturan yang telah ditetapkan

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

9. Sistem Pendapatan

Lebih adil dan mensejahterakan 10. Alokasi Pendapatan

Zakat, Infak, Sedekah (ZIS), dan Kemaslahatan Umat Islam 11. Sistem Pengelolaan

Amanah

12. Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah dari MUI Pusat

Desefty Jukharia Siregar : Analisis Strategi Pemasaran Multi Level Marketing (MLM) Syariah Terhadap Pendapatan Anggota Pada PT Wahida Indonesia Cabang Medan, 2009.

USU Repsoitory © 2009

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Dokumen terkait