• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3 Metode Analisis

3.3.2 Analisis Input-Output Interregional

3.3.2.9 Multiplier Pajak

Dampak peningkatan akhir (final demand) atas output sektor j terhadap peningkatan pajak tak langsung netto secara keseluruhan di wilayah penelitian. Angka multiplier pajak:

ij i i T j T j T b v v M = 1

T

vi = rasio pajak tak langsung dari sektor i terhadap total output sektor i

untuk i=j, maka maka Tvi = Tvj

bij = unsur kebalikan inverse matriks Leontief

3.3.2.10 Multiplier Impor

Dampak peningkatan akhir (final demand) atas output sektor j terhadap peningkatan impor secara keseluruhan di wilayah penelitian. Angka multiplier impor: ij i i M j M j M vb v M = 1

M

vi = rasio impor dari sektor i terhadap total output sektor i untuk i=j, maka

maka Mvi = Mvj

bij = unsur kebalikan inverse matriks Leontief

3.3.2.11 Daya Penyebaran

Dampak dari perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomidi suatu wilayah atau negara. Daya penyebaran merupakan ukuran untuk melihat keterkaitan ke belakang (backward linkages) sektor-sektor ekonomi suatu wilayah.

∑ ∑

      = i j ij i ij j b n b a 1

Aj = indeks daya penyebaran sektor j dan lebih dikenal sebagai daya penyebaran sektor j

43

Besaran aj = 1, maka daya penyebaran sektor j sama dengan rata-rata daya penyebaran seluruh sektor perekonomian, bila aj > 1 maka daya penyebaran sektor j berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi, sebaliknya aj < 1 menunjukkan daya penyebaran sektor j lebih rendah dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

3.3.2.12 Derajat Kepekaan

Derajat kepekaan menjelaskan pembentukan output di suatu sektor yang dipengaruhi oleh permintaan akhir masing-masing sektor perekonomian, maka ukuran ini untuk digunakan untuk melihat keterkaitan ke depan (forward linkages).

∑ ∑

      = i j ij j ij i b n b 1 β

ßi = indeks derajat kepekaan sektor i dan lebih dikenal sebagai derajat kepekaan sektor j

Besaran ßi = 1, maka derajat kepekaan sektor i sama dengan rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor perekonomian, bila ßi > 1 maka derajat kepekaan sektor i berada di atas rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi, sebaliknya ßi < 1 menunjukkan derajat kepekaan sektor i lebih rendah dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

3.3.3 Analisis Migrasi

Untuk bahasan tentang migrasi, data yang dibutuhkan adalah data penduduk berdasarkan tempat tinggal 5 tahun lalu dan sekarang, migran berdasarkan provinsi tempat tinggal 5 tahun yang lalu dan kota tempat tinggal sekarang, migran berdasarkan alasan pindah ke DKI Jakarta, migran berdasarkan kelompok umur, migran berdasarkan tingkat pendidikan, serta migran berdasarkan status pekerjaan. Data penduduk berdasarkan tempat tinggal 5 tahun lalu dan sekarang terdiri dari seluruh wilayah Indonesia, untuk penduduk yang 5 tahun lalu bertempat tinggal di luar DKI Jakarta, dan sekarang tinggal di DKI Jakarta maka dapat dikatakan bahwa mereka adalah migran yang pindah ke DKI Jakarta. Sehingga dapat dilihat pula persentase migran yang pindah ke DKI Jakarta.

Alasan migran untuk pindah ke DKI Jakarta terdiri dari pekerja, mencari pekerjaan, pendidikan, perubahan status perekonomian, ikut suami/istri/ortu, ikut

saudara kandung, perumahan, keamanan, dan lainnya. Distribusi umur migran dikelompokkan menjadi 10-14 tahun, 15-19 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30- 34 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun, 45-49 tahun, 50-54 tahun, 55-59 tahun, 60- 64 tahun, 65-69 tahun, 70-74 tahun, 75 tahun keatas. Migran berdasarkan pendidikan tinggi dikelompokkan menjadi tidak/belum pernah sekolah, tidak tamat SD, SD/MI/sederajat, SD/sederajat, SLTP/MTs/sederajat, SLTA/MA/ sederajat, SM Kejuruan, Diploma I/II, Diploma III/Sarjana Muda, Diploma IV/S1, S2, serta S3. Untuk distribusi migran menurut status pekerjaan terdiri dari berusaha sendiri, berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap, berusaha dibantu dengan buruh tetap, buruh/karyawan, serta pekerja tak dibayar. Dari data tersebut diinterpretasikan secara deskripitif berdasarkan distribusinya. Sehingga dapat diketahui karakteristik migran yang dominan yang masuk ke DKI Jakarta.

IV STRUKTUR PEREKONOMIAN

Struktur perekonomian dapat dilihat dari komposisi PDRB suatu wilayah yang merupakan suatu indikator pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Dalam penelitian ini, wilayah yang diteliti adalah Indonesia yang terdiri dari DKI Jakarta, Bodetabek, dan Sisa Indonesia. DKI Jakarta didominasi oleh sektor tersier yaitu sektor bank dan lembaga keuangan lainnya yang sangat kuat yaitu sebesar 75.09%, serta sektor jasa hiburan dan rekreasi sebesar 53.85% dari total nasional. Jika dibandingkan dengan luas wilayah DKI Jakarta yang hanya 0.03% serta jumlah penduduk sebesar 4.14% dari total Indonesia, maka sektor- sektor tersebut mendominasi di DKI Jakarta, dengan kata lain DKI Jakarta merupakan pusat dari sektor-sektor tersebut.

Tabel 4 Struktur PDRB sektoral di Indonesia berdasarkan harga konstan, 2005 (dalam persen)

Sektor Lapangan Usaha DKI Jakarta Bodetabek Sisa Indonesia Indonesia Tanaman Bahan Makanan 0.10 1.69 98.20 100.00 Tanaman Perkebunan 0.07 0.12 99.81 100.00 Peternakan dan Hasil-hasilnya 0.06 4.59 95.35 100.00

Kehutanan 0.00 0.03 99.97 100.00

Perikanan 0.29 1.02 98.69 100.00

Pertambangan dan Penggalian 0.60 0.49 98.91 100.00 Industri Pengolahan 11.74 17.22 71.03 100.00 Listrik, Gas, dan Air Bersih 10.16 17.56 72.28 100.00

Bangunan 32.42 3.15 64.43 100.00

Perdagangan 18.49 6.65 74.86 100.00 Restoran dan Hotel 25.89 5.78 68.33 100.00 Angkutan Darat 12.70 7.79 79.51 100.00 Angkutan Laut 26.27 0.00 73.72 100.00 Angkutan Udara 0.39 13.19 86.42 100.00 Jasa Penunjang Angkutan 22.52 7.23 70.25 100.00

Komunikasi 42.07 3.40 54.53 100.00

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 75.09 1.10 23.81 100.00 Usaha Bangunan dan jasa Perusahaan 46.24 3.13 50.64 100.00 Pemerintahan Umum 10.22 2.20 87.58 100.00 Jasa Sosial Kemasyarakatan 46.84 4.13 49.02 100.00 Jasa Hiburan & Rekreasi 53.85 1.28 44.87 100.00 Jasa Perorangan & Rumahtangga 35.20 4.06 60.74 100.00 Total PDRB 17.48 7.15 75.37 100.00 Primer 0.29 1.15 98.57 100.00 Sekunder 15.09 14.92 69.99 100.00 Tersier 29.31 4.78 65.91 100.00 Luas Wilayah (km2 ) 661 6,361 1,984,710 1,991,732

Share Luas Wilayah (%) 0.03 0.32 99.65 100.00

Jumlah Penduduk (orang) 8,839,247 14,783,374 189,752,666 213,375,287

Share Jumlah Penduduk (%) 4.14 6.93 88.93 100.00

Wilayah Bodetabek didominasi oleh sektor sekunder yaitu sektor listrik, gas, dan air minum sebesar 17.56%, serta sektor industri sebesar 17.22% dari total nasional. Apabila dibandingkan dengan luas wilayah Bodetabek yang hanya sebesar 0.32% serta jumlah penduduk sebesar 6.93% dari total Indonesia maka dapat dilihat bahwa sektor-sektor tersebut sangat mendominasi di Bodetabek. Sementara itu perekonomian diluar DKI Jakarta dan Bodetabek, yaitu Sisa Indonesia masih didominasi oleh sektor primer yaitu sektor tanaman perkebunan sebesar 99.81%, serta sektor kehutanan sebesar 99.97% dari total nasional. Dibandingkan dengan keadaan nasional kegiatan ekonomi di DKI Jakarta dan Bodetabek sudah lebih dahulu bergeser dari sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier. Adanya perbedaan intensitas kegiatan ekonomi secara sektoral, menunjukkan adanya perbedaan struktur kegiatan produksi. Hal ini berimplikasi pada perbedaan dalam penggunaan input produksi, teknologi produksi dan keahlian sumberdaya manusia. Untuk selanjutnya berimplikasi pada pola hubungan ekonomi antarwilayah yang menentukan keterkaitan ekonomi secara sektoral maupun spasial antarwilayah.

Dilihat dari proporsi luas wilayah dan jumlah penduduk yang tersebar di Indonesia, serta perbedaan sektor-sektor yang dominan di setiap wilayah, maka terlihat jelas bahwa di Indonesia telah terjadi ketimpangan pembangunan. Pembangunan yang berkembang hanya di wilayah Jabodetabek, khususnya DKI Jakarta, dengan ciri sektor yang dominan adalah sektor tersier dan sekunder. Sedangkan wilayah Sisa Indonesia masih didominasi oleh sektor primer. Apabila ketimpangan yang ada tidak diperbaiki, akan mengakibatkan kesenjangan yang semakin lebar sehingga banyaknya penduduk bermigrasi ke DKI Jakarta yang merupakan pusat pembangunan di Indonesia yang cukup berkembang.

Dokumen terkait