• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Landasan Teori

2.2.2. Munculnya Diskriminasi Terhadap Jemaat Ahmadiyah

Wakil Ketua Ahmadiyah Indonesia, menegaskan status Jemaat Ahmadiyah sebagai sebagai Badan Hukum berdasarkan Statsblaad 1870 No. 64.26

Pada tanggal 5 juni 2003 Direktorat Hubungan Kelembagaan Politik Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia telah mengakui keberadaan Jemaat Ahmadiyah Indonesia dengan sifat kekhususan kesamaan agama Islam. Hal itu dapat dilihat pada Surat Tanda Terima Pemberitahuan Keberadaan Organisasi dengan Nomor Inventarisasi: 75 / D.I / VI / 2003.27

Dari sifatnya, Jemaat ahmadiyah merupakan organisasi kerohanian dan bukan organisasi politik dan tidak memiliki tujuan-tujuan politik.28 Hal itu dapat dilihat dalam Pasal 3 (2) AD Jemaat Ahmadiyah Indonesia bahwa tujuan Jemaat Ahmadiah Indonesia adalah mengembangkan ajaran agama Islam, ajaran Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasalam menurut Alquran, Sunnah dan Hadis, dan membina dan memelihara persatuan dan kesatuan Bangsa Serta meningkatkan kemampuan para anggotanya baik dalam bidang sosial, pendidikan, kebudayaan, akhlak, amal bakti maupun kerohanian.29

2.2.2 Munculnya Diskriminasi Terhadap Jemaat Ahmadiyah

Jemaat Ahmadiyah adalah salah satu kelompok minoritas yang mengalami diskriminasi sejak tahun 1980 melalui Fatwa Majelis Ulama Indonesia (selanjutnya disingkat dengan MUI) yang ditandatangani Buya Hamka yang pada intinya menyatakan bahwa Ahmadiyah Qadian adalah aliran sesat. Menurut penjelasan fatwa tentang aliran Ahmadiyah yang dikeluarkan MUI, Ahmadiyah

26 Ibid., h. 45. 27 Ibid., h. 49 28 Ibid., h.21. 29 Ibid., h.36.

31

dinyatakan sesat karena mengakui Hadrat Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi dan rasul.30 Pada dekade1980-an pun tercatat munculnya penolakan yang diikuti dengan kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah.31

Fatwa haram bagi Jemaat Ahmadiyah kembali dikeluarkan pada tahun 2005 oleh Majelis Ulama Indonesia yang sekaligus menguatkan fatwa yang sebelumnya telah dikeluarkan pada tahun 1980. Fatwa yang baru ini juga menyatakan bahwa Ahmadiyah Lahore adalah ajaran sesat, sama seperti Ahmadiyah Qaidan.32 Kelompok-kelompok Islamis mengeluarkan fatwa ini untuk menyerang institusi-institusi Ahmadiyah di Jawa Barat, Lombok Timur, dan beberapa daerah lain di Indonesia yang berakibat puluhan mesjid Ahmadiyah ditutup dan rumah-rumah penganut Ahmadiyah dihancurkan.33

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 9 Juni 2008 Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Nomor 3 Tahun 2008, KEP-033/A/JA/6/2008, dan Nomor 199 tahun 2008 tentang peringatan dan perintah kepada penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan warga masyarakat (selanjutnya disingkat dengan SKB 3 Menteri). Surat tersebut diterbitkan atas dasar bahwa warga masyarakat wajib menjaga dan memelihara kerukunan umat beragama untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban kehidupan bermasyarakat demi

30

http://mui.or.id/wp-content/uploads/2014/05/13b.-Penjelasan-Tentang-Fatwa-Aliran-Ahmadiyah.pdf diakses tanggal 28 maret 2016

31

http://www.globalmuslim.web.id/2011/02/sejak-awal-ahmadiyah-sudah-ditolak.html, diakses tanggal 31 Agustus 2015.

32

http://www.nahimunkar.com/salinan-fatwa-mui-ttg-kesesatan-ahmadiyah/, diakses tanggal 2 September 2015

33

Robert W. Henfer dan Ihsan Ali-Fauzi, 2014, Mengelola Keberagaman Dan Kebebasan Beragama di Indonesia: Sejarah, Teori, dan Advokasi, CRCS UGM, Yogyakarta, h. 35-36.

32

terwujudnya persatuan nasional untuk maksud menjaga dan memupuk ketentraman dan ketertiban kehidupan dalam bermasyarakat. Pada intinya SKB tersebut memberi peringatan dan memerintahkan kepada JAI untuk tidak melakukan kegiatan keagamaan dan menghentikan menyebarkan faham Ahmadiyah.

Pasca munculnya SKB 3 Menteri, terjadi kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah salah satu yang menjadi sorotan di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Padegelang, Provinsi Banten. Tragedi Cikeusik tersebut mengakibatkan 3 (tiga) korban tewas dan 5 (lima) korban luka-luka, 1 (satu) rumah milik Jemaat Ahmadiyah rusak, 2 (dua) kendaraan roda dua rusak serta 1 (satu) sepeda motor rusak.

Dalam peristiwa tersebut, 12 (dua belas) tersangka penyerangan ditetapkan, yaitu:34

1. Kyai Endang bin Sidik; 2. Muhammad bin Syarif;

3. K.H Muhammad Munir bin Basri; 4. Ujang bin sehari cs;

5. Kh. Ujang Muhammad Arif bin Abuya; 6. Saad Baharudin bin Sapri;

7. Adam Damini bin Ahmad;

8. Yusuf Abidin alias Asmat bin Kasma; 9. Idris alias Adris bin madhani;

34

Laporan Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) Negara tak kunjung terusik h. 10-11.

33

10.Yusri bin Bisri;

11.Muhhamad Rodin bin Eman; dan 12.Dari bin Mesra.

Penyerangan terhadap Jemaat Ahmadiyah merupakan kejahatan yang serius. Akan tetapi, sejumlah 12 (dua belas) terdakwa hanya dijatuhi 3 (tiga) sampai 6 (enam) bulan penjara.35 Pasca tragedi Cikeusik, Menteri Agama Surya Dharma Ali memberikan solusi bahwa Ahmadiyah harus diberangus atau dengan deklarasi bahwa Ahmadiyah adalah agama baru. Tanpa membawa simbol dan prinsip Islam.36 Selain itu, pernyataan diskriminatif juga muncul dari seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari fraksi Partai Golkar HM Busyro, yang mengatakan perlu dipertimbangkan opsi untuk menempatkan Ahmadiyah dalam suatu pulau terpencil, agar tidak menimbulkan keributan.37

Keluarnya SKB 3 Menteri membuat Organisasi masyarakat (Ormas) intoleran yang berada di daerah semakin massif melakukan tekanan-tekanan untuk melarang Ahmadiyah di Indonesia. Pada tanggal 13 Februari 2011 Ormas Islam melakukan demonstrasi untuk menuntut Gubernur Jawa Timur ( Jatim) Soekarwo untuk menerbitkan Peraturan Gubernur pembubaran Ahmadiyah.38 Puncaknya pada tanggal 22 Februari 2011 Gerakan Umat Islam bersatu Jawa Timur (GUIB

35

Tim SETARA Institute dan Hasibullah Sastrawi, op.cit, h. 147. 36

KontraS, 2014, Pelanggaran HAM & Pelanggaran HAM Berat, cet.I, Solidaritas perempuan, Jakarta, h.13.

37

Chandra Dinata Irawan Wilwatika, 2011, “Gus Dur Dan Pembelaan Terhadap Ahmadiyah”, Jurnal Indoprogress, September 2011, h.77.

38

http://www.i-berita.com/hot/fpi-desak-bubarkan-ahmadiyah.html diakses tanggal 22 agustus 2011

34

Jatim)39 melakukan pertemuan di rumah dinas Gubernur Jatim dalam rangka mendesak gubernur untuk segera melarang Ahmadiyah di provinsi tersebut.40

Pasca pertemuan dengan GUIB, Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo menerbitkan Surat Keputusan (SK) NOMOR 188/94/KPTS/013/2011 tentang Larangan Aktifitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Jawa Timur yang diterbitkan pada tanggal 28 Februari 2011. SK tersebut terbit 6 hari setelah pertemuan Gubernur Jatim dengan GUIB dan isi dari SK tersebut pada intinya melarang Jemaat Ahhmadiyah Indonesia untuk menyebarkan ajaran Ahmadiyah secara lisan, tulisan maupun melalui media elektronik, memasang papan nama organisasi Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di tempat umum, memasang papan nama pada masjid, mushola, lembaga pendidikan dan lain-lain dengan identitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), menggunakan atribut Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dalam segala bentuknya. Gubernur Jatim Soekarwo berdalih bahwa penerbitan SK tesebut adalah bukan untuk membubarkan Jemaat Ahmadiyah melainkan untuk meredam keresahan warga.41

Massifnya tekanan-tekanan melalui aksi massa yang dilakukan oleh kelompok intoleran di daereah untuk membubarkan Ahmdaiyah, membuat pemerintah daerah menerbitan kebijakan yang mengakomodir keinginan kelompok intoleran. Hal tersebut sesungguhnya membuktikan bahwa diskriminasi

39

GUIB Jatim adalah aliansi ormas-ormas islam yang mengklaim diri beranggotakan 32 ormas. Antara lain Center For Indonesia Community Studies (CICS), GNPI (Gerakan Nasional Partai Islam), MUI Jatim, FPI, FUI (Forum umat Islam), FPIS (Forum Pemuda Islam Surabaya), Al-Irsyad, NU, Muhhamadiyah, FPI, Persis, Hidayatullah, DDII, Laskar Arief Rahman Hakiem, dan PPI (Pelajar Islam Indonesia). Tim SETARA Institute dan Hasibullah Sastrawi, op.cit, h.37.

40

Tim SETARA Institute dan Hasibullah Sastrawi, loc.cit. 41

http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2011/02/28/181704/1581534/466/sk-gubernur-jatim-larang-ahmadiyah-untuk-redam-keresahan-warga diakses tanggal 27 Maret 2016

35

terhadap Jemaat Ahmadiyah terjadi di setiap sendi-sendi pemerintahan di Indonesia. Tindakan pemerintah pusat pun diikuti oleh pemerintah daerah yang turut serta menerbitkan kebijakan yang mendiskriminasikan Jemaat Ahmadiyah

Selain tragedi Cikeusik dan penerbitan SK diskriminatif oleh Gubernur Jatim Soekarwo, sejumlah peraturan diskriminatif juga dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk melarang aktivitas Jemaah ahmadiyah. Peraturan-peraturan tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut42

Tabel 1: Peraturan-Peraturan Daerah yang Diskriminatif terhadap Jemaah Ahmadiyah No Pejabat Yang

Membuat Peraturan

Bentuk Peraturan Waktu/Tanggal

1 Gubernur Jawa Barat

Peraturan Gubernur Jawa Barat No 12 Tahun 2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

4 Maret 2011

2 Bupati Lebak Peraturan Bupati Lebak No 11 Tahun 2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

8 Maret 2011

3 Walikota Depok Peraturan Walikota Depok No 9 Tsahun 2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

9 Maret 2011

4 Bupati Serang Peraturan Bupati Serang No 8 Tahun 2011tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

10 Maret 2011

5 Walikota Pontianak

Peraturan Walikota Pontianak No 17 Tahun 2011 tentang Pelarangan Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

11 Maret 2011

6 Bupati Konawe Selatan

Peraturan Bupati Konawe Selatan No 1 Tahun 2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

17 Maret 2011

42

36

7 Gubernur Jawa Barat

Peraturan Gubernur No 17 Tahun 2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

25 Maret 2011

8 Walikota Bekasi Peraturan Walikota Bekasi No 40 Tahun 2011 tentang Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

13 Oktober 2011

9 Gubernur Sulawesi Selatan

Peraturan Gubernur Banten No 5 tahun 2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

4 Maret 2011

10 Gubernur Banten Peraturan Gubernur Banten No 5 Tahun 2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

3 Maret 2011

11 Gubernur Jawa Timur

Peraturan Gubernur Jawa Timur No 188/94/KPTS/013/2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

28 Februari 2011

12 Walikota Samarinda

Peraturan Walikota Samarinda No 200/160/BKPPM.1.11.2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

25 Februari 2011

13 Bupati Padegelang

Peraturan Bupati Padegelang No 5 tahun 2011 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

21 Februari 2011

14 Gubernur Sumatera Selatan

Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No 583/KPTS/BAN tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

1 September 2008

15 Kabupaten Kuningan

Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

Dikeluarkan pada tahun 2005

16 Kabupaten Sintang

Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

18 Februari 2005

17 Kabupaten Garut Peraturan Bersama No 450/Kep.255-PEM/2005 tentang Surat Keputusan Bersama (SKB)

37

tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

18 Walikota Cianjur Surat Keputusan Bersama No 21 tahun 2005 tentang Pelarangan Segala Bentuk Aktivitas Jemaah Ahmadiyah

17 Oktober 2005

19 Walikota Cimahi Perintah Walikota Cimahi, Itoc Tochija tentang Pelarangan Ahmadiyah

6 Mei 2008

20 Provinsi Nusa Tenggara Barat

Surat Keputusan Menteri Agama tentang 13 aliran agama termasuk Ahmadiyah Dikeluarkan pada oktober 2005 21 Kabupaten Sukabumi Peraturan Bersama No 143/2006 tentang penutupan tempat-tempat ibadah Ahmadiyah

Dokumen terkait