• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSYAWARAH NASIONAL IIII FORUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN BADAN USAHA TAHUN 2021

I. PENDAHULUAN

Pembangunan kesejahteraan sosial telah memasuki masa dimana penyelenggaraan kesejahteraan menjadi tanggung jawab bersama baik pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta guna lebih terarah, terpadu dan berkesinambungan sebagaimana digambarkan dalam Undang-Undang No.

11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam konsepsi dan implementasinya, guna tercapainya tujuan pembangunan kesejahteraan sosial dan pembangunan pada umumnya, maka peran negara melalui pemerintah sebagai koordinator, regulator dan supervisor amat tergantung juga pada partisipasi aktif dari masyarakat melalui representasi kelembagaan terutama yang memiliki tanggungjawab sosial yang tinggi.

Perubahan paradigma dalam pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai subyek telah mulai diselenggarakan dengan harapan menjadi titik tolak dari berbagai upaya mewujudkan peningkatan taraf kesejahteraan sosial masyarakat. Namun demikian penguatan peran masyarakat harus juga di imbangi dengan keinginan kuat (political will) pemerintah dalam mereformasi birokrasi sesuai dengan misi pemerintahan saat ini. Karena sejak awal, kita semua sadar bahwa upaya-upaya peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat baru bisa diwujudkan melalui pemerintahan yang kuat dan bersih (strong and clean government). Pemerintahan yang kuat dan bersih juga akan menghasilkan upaya mengembangkan dan memberdayakan masyarakat secara lebih konkrit, relevan, dan partisipatif.

Dalam era globalisasi saat ini pemberdayaan masyarakat adalah syarat mutlak dalam mengemban amanat untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Hal itu akan lebih menguatkan tingkat partisipasi masyarakat untuk siap menyongsong kehidupan dunia yang semakin kompetitif dan menganut sistem perdagangan bebas. Karena itulah semakin penting bagi pemerintah untuk memberikan ruang kreativitas, partisipasi dan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat yang direpresentasikan oleh organisasi-organisasi sosial koordinatif yang menekankan sinergi, kolaborasi dan kemitraan, seperti Forum TJSLBU. Forum TJSLBU adalah organisasi sosial koordinatif yang merupakan lembaga kesejahteraan sosial yang potensi kontribusinya secara material dan pemberdayaan dalam pembangunan kesejahteraan sosial tidak diragukan lagi.

Musyawarah Daerah III Forum TJSLBU Provinsi Tahun 2021, Hotel ... – D.I. Yogyakarta., ... September 2021

52 II. KONDISI OBYEKTIF

Kompleksitas permasalahan yang dihadapi bangsa dewasa ini menuntut penyesuaian-penyesuaian berfikir dan memerlukan penataan kembali kelembagaan masyarakat secara lebih luas. Kerangka kerja saat ini harus diletakkan dalam misi penataan kehidupan masyarakat yang bebas, kreatif, penuh inisiatif, partisipatif dan bertanggung jawab, terutama ditengah semangat mengembangkan daerah otonom yang menjadi sentra-sentra pembangunan sosial-ekonomi.

Penguataan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat selain merupakan kebijakan sosial-politik, bukan berarti membebaskan kehidupan masyarakat dari kreatifitas, partisipasi dan tanggung jawab terhadap segala permasalahan sosial. Lebih dari itu, setiap upaya masyarakat mengembangkan dan memberdayakan dirinya tetap harus berlangsung dalam koridor kebangsaan, regulasi, dan koordinasi dengan pemerintah sebagai fasilitator. Keberadaan dan penguatan kelembagaan sosial seperti Forum TJSLBU, mencerminkan sebuah kesadaran bahwa tingkat kesinambungan penyelenggaran kesejahteraan sosial masih dalam keadaan parsial dan sektoral. Saat ini merupakan momen tepat untuk berfikir dan menata kembali, baik secara kelembagaan maupun dalam format kesejahteraan yang terbaik dalam realitas kemampuan dan situasi yang ada.

Sejauh ini masyarakat kita masih kurang memberikan perhatian tentang upaya membangun sistem kesejahteraan sosial yang kokoh. Kondisi masyarakat kita saat ini masih bersifat ignorant dalam masalah ini, karena dua kondisi makro yang menyebabkannya, pertama adalah dominasi pemikiran mainstream ekonomi dan kedua adalah politik nasional yang masih mengedepankan pendekatan kepentingan kelompok. Kedua mainstream ini sadar atau tidak masih mengesampingkan pembangunan infrastruktur kesejahteraan sosial, bahkan pendekatan kesejahteraan sosial belum begitu berkembang karena hanya menjadi isu pinggiran yang pantas menjadi penghias dan bahan kosmetik sosial yang mampu menunjukkan bahwa pemerintah berempati pada suatu masalah. Sehingga pembangunan kesejahteraan sosial belum menjadi mainstream pembangunan yang diharapkan, bahkan bukan hanya sekadar isu pinggiran tetapi seolah-olah dipertahankan menjadi “pemadam kebakaran”

bagi dampak pembangunan yang dihasilkan oleh pembangunan politik dan ekonomi.

III. KONDISI IDEAL

Ada empat kata kunci yang perlu dicakup oleh pemahaman kerangka kesejahteraan sosial di negara kita, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Kesejahteraan Sosial. Keempat konsep itu adalah Pemberdayaan Sosial, Rehabilitasi Sosial, Perlindungan dan Jaminan Sosial, serta Penanggulangan Kemiskinan. Keempat kata kunci ini idealnya menyatu dalam bangunan Sistem Kesejahteraan Sosial Nasional (Siskesosnas).

Pemberdayaan sosial harus meliputi arah, kebijakan dan program yang

Musyawarah Daerah III Forum TJSLBU Provinsi Tahun 2021, Hotel ... – D.I. Yogyakarta., ... September 2021

bertujuan membangun keswadayaan warganegara atas dasar nilai-nilai keadilan sosial. Pemberdayaan Sosial mengembangkan kualitas sumberdaya sosial dengan pendekatan penguatan kelembagaan dan mengembangkan program atas dasar kekuatan masyarakat sipil. Karena itu, pemberdayaan sosial harus menjadi icon pembangunan kesejahteraan sosial (siskesosnas), karena menitikberatkan pentingnya agenda-agenda pencegahan (prevensi) agar sektor kesejahteraan sosial tidak distigma hanya menjadi “pemadam kebakaran”. Pemberdayaan perempuan, pemuda dan kaum miskin, meningkatkan kiprah potensi sumber sosial dan ekonomi, serta pengembangan fungsi kontrol masyarakat terhadap institusi pemerintah termasuk dalam lingkup Pemberdayaan Sosial. Kita harus mampu mengarahkan sekaligus menggerakkan kekuatan kelembagaan masyarakat dan programnya menjadi program yang berdaya guna dan bersifat berkesinambungan (sustainability), karena sesungguhnya pemberdayaan masyarakat merupakan proses yang berkelanjutan (on going process), bukan sebuah program/proyek. Kita tidak boleh terjebak pada pola penanganan kelembagaan (sosial) masyarakat yang sangat tradisional dan konvensional sehingga tingkat partisipasi sudah terasa cukup dengan parameter fisik saja.

Sistem perlindungan dan jaminan sosial adalah mekanisme yang bekerja untuk melindungi warganegara dari sejumlah risiko alamiah dan sosial seperti hari tua, kecelakaan dan bencana alam. Ruang lingkupnya meliputi komunitas pekerja di sektor formal maupun informal, termasuk masyarakat yang menjadi korban bencana. Idealnya selain pekerja sektor formal yang dilindungi oleh sistem jaminan sosial di negara kita, pekerja sektor informal juga harus terlindungi baik secara ekonomi maupun dari segi keamanan dan kepastian berusaha.

Rehabilitasi sosial adalah penyelenggaraan pelayanan bagi beragam permasalahan disfungsi sosial dan proteksi. Ini dapat terlihat dalam penyelenggaraan penanganan anak terlantar, buruh anak, penanganan dan rehabilitasi penyandang cacat, jompo, balita dan yatim piatu. Rehabilitasi sosial harus menunjukkan keterpaduannya baik antarbidang/sektor maupun antarkomponen. Keterpaduan pada akhirnya akan menguatkan fungsi koordinasi, pengawasan dan komunikasi, sehingga kita bisa meminimalisir masalah dalam penanganan permasalahan sosial seperti pada kasus penanganan korban narkoba yang seringkali kembali menjadi pemakai serius.

Penanggulangan Kemiskinan menjadi isu baru yang sangat menasional, karena disetiap wilayah kita menjumpai permasalahan kemiskinan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Penanggulangan kemiskinan merupakan agenda bersama yang harus menjadi perhatian serius dalam sinergi dan kemitraan antarsektor dan antarbidang dalam pemerintahan dan juga dengan komponen masyarakat yang peduli. Program pemberdayaan masyarakat sebagaimana menjadi agenda penting dalam pemberdayaan sosial, hendaknya dapat dipadukan dalam prinsip kesinambungan guna menanggulangi kemiskinan.

Musyawarah Daerah III Forum TJSLBU Provinsi Tahun 2021, Hotel ... – D.I. Yogyakarta., ... September 2021

54 IV. POKOK-POKOK PIKIRAN

A. PENDEKATAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Salah satu pendekatan yang cukup signifikan dalam pembangunan kesejahteraan sosial adalah “perspektif kelembagaan”. Perpektif ini pada dasarnya merupakan aplikasi pendekatan keserasian dan keterintegrasian pada tingkat makro. Pendekatan ini dianggap relevan dengan masalah yang semakin berdimensi luas dan saling terkait antara dimensi ekonomi (pasar), sosial, budaya, politik (pemerintahan), dan yang lainnya. Karena itu pendekatan ini berupaya mengerahkan seluruh lembaga kemasyarakatan yang relevan dengan suatu permasalahan, membina kerjasama dengan pemerintah dan sektor swasta, antara sektor formal dengan informal untuk peningkatan kualitas kesejahteraan.

Prinsip dasarnya adalah bahwa lembaga-lembaga dan sektor-sektor yang ada harus bergerak secara harmonis, bukan menonjolkan persaingan dalam mencapai tujuan. Karena itu ciri-ciri pendekatan ini adalah: pengelolaan pluralisme, berbasis pasar, dan bersifat transformatif. Dengan ciri-cirinya itu, pendekatan ini menganut salah satu prinsip lain yaitu pemerintah sebagai koordinator. Dalam pendekatan ini pemerintah hanya ditempatkan sebagai satu diantara banyak lembaga yang harus dapat bekerja sama sekaligus mengharuskannya sebagai koordinator dan penanggung jawab pembangunan.

Dari sudut kelembagaan, kebijakan mengembangkan inisiatif masyarakat dapat dipahami sebagai kebijakan dalam rangka Reinventing the Government.

Esensi kebijakan yang sama pentingnya adalah spirit desentralisasi, sehingga di samping berkurangnya peran-peran pemerintah (less government), juga ditekankannya prinsip desentralisasi. Apalagi jika menangkap semangat otonomi daerah yang begitu kuat saat ini.

B. PENGEMBANGAN EKONOMI KERAKYATAN

Krisis ekonomi yang berlanjut pada krisis multidimensi dan saat ini wabah pandemi covid-19 membawa hikmah penting, bahwa pada akhirnya muncul kesadaran untuk membangun sistem ekonomi yang berlandaskan pada peran dan kedudukan penting rakyat bukan hanya sebagai aset dan pelaku ekonomi tetapi juga sebagai segmen pasar yang strategis, yang sering kita sebut sebagai sistem ekonomi kerakyatan. Sebuah sistem yang jauh dari pengertian sosialisme dan paham liberal, tetapi lebih pada konstruksi demokratisasi ekonomi yang diidam-idamkan.

Kesadaran terhadap pentingnya membangun ekonomi kerakyatan telah menumbuhkan gerakan-gerakkan ekonomi fundamentalis kerakyatan yang terwujud dalam bentuk koperasi, penciptaan, dan pengembangan UMKM, pemberian-pemberian kredit usaha yang sangat lunak, dan pengelolaan program ekonomi kerakyatan yang berbasis LSM. Orientasi gerakan-gerakan ekonomi itu selalu dihubungkan dengan konsepsi otonomi daerah sehingga pembangunan selalu diarahkan pada prinsip relevansi dan partisipasi.

Pentingnya membangun ekonomi kerakyatan telah menggugah segenap

Musyawarah Daerah III Forum TJSLBU Provinsi Tahun 2021, Hotel ... – D.I. Yogyakarta., ... September 2021

komponen masyarakat yang orientasi gerakannya pada pembangunan kesejahteraan sosial, tidak terkecuali Forum TJSLBU. Mencermati fokus pemberdayaan masyarakat pada pengentasan kemiskinan, maka implementasi TJSLBU/CSR oleh dunia usaha selama ini kerap kali ditekankan pada sektor ekonomi. Pengembangan ekonomi dalam program TJSLBU, dipercaya menjadi sasaran antara bagi terciptanya peningkatan kondisi kesejahteraan sosial yang diharapkan terutama di kalangan kaum miskin perkotaan dan tentunya perdesaan.

V. PERAN STRATEGIS FORUM TJSLBU

Mencermati Pokok-pokok Pikiran dan kondisi-kondisi tersebut di atas, maka sebagai organisasi sosial koordinatif yang merupakan wadah kolaborasi dan sinergi, Forum TJSLBU dituntut untuk memiliki peran-peran strategis sekaligus efektif dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Seluruh badan usaha sejatinya pemangku kepentingan utama Forum TJSLBU.

Ditambah unsur PSKS dan perguruan tinggi. Karena itu, memberdayakan dan mengembangkan Forum TJSLBU sama artinya dengan menguatkan dukungan dalam memberdayakan masyarakat Indonesia untuk digerakkan secara bersama, satu tekad membangun masyarakat Indonesia yang lebih sejahtera, adil, dan makmur.

Karena posisi kelembagaan dan keanggotaan yang demikian itulah, maka sangat penting membangun peran-peran strategis Forum TJSLBU sebagai berikut:

1. PERAN FASILITASI (Facilitative Roles)

Dari peran ini setidaknya dapat dijabarkan 4 (empat) peran yakni:

a. ANIMASI SOSIAL (Social Animation), yakni kemampuan Forum TJSLBU sebagai agen perubah (pemberdaya masyarakat) untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme masyarakat, termasuk mengaktifkan, menstimulasi dan mengembangkan motivasi Anggota Forum TJSLBU (badan usaha/pelaku usaha) untuk meningkatkan tanggungjawab sosialnya.

b. MEDIASI dan NEGOSIASI (Mediation and Negotiation), yakni kemampuan Forum TJSLBU sebagai pemberdaya masyarakat untuk menjalankan fungsi mediasi guna menghubungkan kelompok-kelompok masyarakat yang membutuhkan agar tercapai sinergi bersama dengan badan usaha yang melaksanakan TJSLBU/CSR.

c. FASILITASI KELOMPOK (Group Facilitation), yakni kemampuan Forum TJSLBU untuk memfasilitasi kelompok-kelompok warga masyarakat agar mau bertindak konstruktif dan bersinergi untuk meningkatkan kesejahteraannya secara lebih utuh bersama dengan para badan usaha yang melaksanakan TJSLBU/CSR.

d. MENGORGANISIR (Organizing), yakni kemampuan Forum TJSLBU untuk berpikir dan melakukan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan, hal mana

Musyawarah Daerah III Forum TJSLBU Provinsi Tahun 2021, Hotel ... – D.I. Yogyakarta., ... September 2021

56 yang tidak perlu dilakukan sendiri, dan memastikan bahwa semua mungkin untuk diwujudkan.

2. PERAN EDUKASIONAL (Educational Roles)

Dari peran ini setidaknya dapat dijabarkan kembali 3 (tiga) peran yakni:

a. MEMBANGKITKAN KESADARAN MASYARAKAT (Consciousness Raising), yakni peran Forum TJSLBU dalam membantu masyarakat melalui perwakilannya, untuk dapat melihat beberapa alternatif solusi serta menyadarkan masyarakat tentang struktur dan strategi perubahan sosial serta dimensi multikultural sebagai modal dimana warga masyarakat dapat berpartisipasi dan bertindak secara efektif dalam pembangunan bersama komponen lain terutama pelaku usaha dan perguruan tinggi.

b. MENYAMPAIKAN INFORMASI (Informing), yakni peran memberikan informasi yang relevan tentang suatu masalah yang sedang dihadapi atau program pembangunan yang sedang dijalankan yang mungkin belum diketahui oleh masyarakat.

c. PELATIHAN (Training), yakni peran spesifik yang secara mendasar memfokuskan pada upaya mengajarkan pelaku usaha yang melaksanakan TJSLBU/CSR dan masyarakat bagaimana cara untuk melakukan sesuatu.

3. PERAN sebagai PERWAKILAN MASYARAKAT (Representational Roles), yang terdiri dari peran:

a. Mencari Sumber Daya (Obtaining Resources);

b. Advokasi (Advocacy);

c. Memanfaatkan Media (Using The Media);

d. Hubungan Masyarakat (Public Relation);

e. Mengembangkan Jaringan (Networking);

4. PERAN-PERAN TEKNIS (Technical Roles), diantara terdiri dari peran:

a. Mengumpulkan, Menganalisis dan Menyediakan Data;

b. Menggunakan Teknologi;

c. Manajemen.

VI. REKOMENDASI

Memperhatikan dan menyikapi hasil Pandangan Umum peserta terhadap Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Nasional Forum CSR Kesejahteraan Sosial Masa Bakti 2016-2021 serta hasil-hasil Sidang Pleno, maka MUNAS III F-TJSLBU 2021 merekomendasikan:

A. MASALAH INTERNAL

1. Hasil-hasil MUNAS III F-TJSLBU 2021 hendaknya agar dapat segera disosialisasikan oleh Pengurus Nasional Forum TJSLBU 2021-2026 kepada para pemangku kepentingan di tingkat nasional, provinsi hingga tingkat kabupaten/kota dalam waktu minimal 1 (satu) tahun.

Musyawarah Daerah III Forum TJSLBU Provinsi Tahun 2021, Hotel ... – D.I. Yogyakarta., ... September 2021

2. Berangkat dari semangat untuk mengembangkan Forum TJSLBU terutama dari aspek kelembagaan dan jejaring programnya, maka di rekomendasikan agar Pengurus Nasional Forum TJSLBU masa bakti 2021-2026 segera:

a. melakukan konsolidasi dan pembentukan kelembagaan Forum TJSLBU ditingkat provinsi yang belum terbentuk melalui mekanisme musyawarah daerah (musda) dengan berpedoman pada aturan yang berlaku;

b. melakukan pembentukan kelembagaan Forum TJSLBU ditingkat kabupaten/kota melalui koordinasi dengan Pengurus Forum TJSLBU Provinsi, setelah sebelumnya menyiapkan terlebih dahulu perangkat aturannya.

3. Untuk memformulasikan program kerja yang disusun sebagai hasil MUNAS III FTJSLBU 2021, maka harus diselenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Forum TJSLBU selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak MUNAS III FTJSLBU 2021 ini, dengan tempat dan waktu yang akan ditentukan oleh Pengurus Nasional Forum TJSLBU Masa Bhakti 2021-2026.

4. Mengingat sejumlah Pekerjaan Rumah untuk membenahi kepengurusan nasional Forum TJSLBU kedepan dan memperhatikan kesinambungan kepengurusan, maka MUNAS III FTJSLBU 2021 meminta kepada Pengurus Nasional Forum TJSLBU masa bakti 2021-2026 untuk:

a. Menginventarisir sejumlah permasalahan dan program kerja periode sebelumnya yang masih tertunda termasuk agenda-agenda kerjasama dengan berbagai pihak yang belum terealisir; dan

b. Melaksanakan kegiatan orientasi bagi pengurus baru sebagai modal /kesiapan menjadi pengurus.

B. MASALAH EKSTERNAL

1. Guna mendorong eksistensi Forum TJSLBU sebagai organisasi sosial koordinatif yang diandalkan dalam mengembangkan sinergitas, kolaborasi dan kemitraan strategis dalam pembangunan terutama dibidang kesejahteraan sosial, maka adalah penting untuk meningkatkan kapasitasnya dalam ikut serta memberdayakan masyarakat khususnya dibidang perekonomian. Apalagi jika keberadaan Forum TJSLBU dengan segala peran, kreativitas dan aktivitasnya (terutama dibidang ekonomi) selalu berkorelasi dengan upaya pengentasan kemiskinan dan pengurangan angka pengangguran. Oleh karenanya dengan asumsi bahwa semakin meningkatnya peran, kreativitas dan aktivitas Forum TJSLBU maka semakin berkurang angka kemiskinan dan pengangguran, maka Munas III Forum TJSLBU 2021, merekomendasikan kepada Pemerintah, untuk:

a. Melibatkan secara aktif Forum TJSLBU dalam setiap pembahasan, perencanaan dan pengambilan keputusan terkait agenda dan program pembangunan pemberdayaan masyarakat serta pengentasan kemiskinan dan pengangguran;

b. Melibatkan secara aktif, dalam kapasitas sebagai subyek, Pengurus

Musyawarah Daerah III Forum TJSLBU Provinsi Tahun 2021, Hotel ... – D.I. Yogyakarta., ... September 2021

58 (implementasi) program pemberdayaan masyarakat serta pengentasan kemiskinan dan pengangguran sesuai dengan peran, fungsi dan kedudukan Forum TJSLBU;

c. Menjadikan agenda pemberdayaan terhadap UMKM yang di selenggarakan oleh Forum TJSLBU terutama dalam bentuk implementasi TJSLBU/CSR sebagai salah satu prioritas pokok dalam pemberdayaan masyarakat terutama di bidang ekonomi;

d. Menjadikan keberadaan dan kiprah Forum TJSLBU sebagai salah satu tolok ukur (parameter) bagi keberhasilan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat serta pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

2. Sebagai implementasi hasil MUNAS III FTJSLBU 2021 bahwa “Forum TJSLBU lembaga koordinasi sinergi dan kolaborasi pembangunan kesejahteraan sosial”, maka diharapkan Pengurus Nasional Forum TJSLBU Masa Bakti 2021-2026 merekomendasikan kepada Pemerintah agar segera melakukan aktivitas kemasyarakatan dalam bentuk:

a. Mendukung agenda-agenda pemberdayaan kepada PSKS, yang kedepannya diharapkan jadi mitra penting bagi Forum TJSLBU terutama para pelaku usaha dalam meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dilingkungannya masing-masing.

b. Menyelenggarakan kegiatan gerakan secara bersama yang beresensi pada peningkatan persatuan dan kesatuan, kebersamaan dan kesetiakawanan sosial;

c. Dengan maraknya sejumlah permasalahan sosial terutama dengan kategori Ketunaan Sosial dan Penyimpangan Perilaku, maka diharapkan Forum TJSLBU dapat membantu menyelenggarakan aktivitas penjangkauan, pembinaan dan pemberdayaan bersama-sama instansi terkait dan pemangku kepentingan lainnya mulai dari tahap pencegahan.

3. Menyikapi masih berpotensi terjadinya bencana-bencana alam dan sosial di Indonesia, maka penting untuk segera mengambil langkah-langkah sekaligus merekomendasikan kepada pihak-pihak terkait:

a. Membentuk Unit Teknis Khusus di kepengurusan nasional Forum TJSLBU yang bergerak terutama dalam bidang penanggulangan bencana mulai dari tingkat preventif (mitigasi) hingga ketingkat rehabilitatif dan pasca-rehabilitatif;

b. Mengintegrasikan semua unit/satuan penanggulangan bencana yang dimiliki oleh setiap komponen agar terjadi kesatuan koordinasi dalam penganggulangan bencana, dengan menempatkan Forum TJSLBU sebagai salah satu agen koordinasi terutama dalam penyalur bantuan yang bersumber dari para pelaku usaha.

V. PENUTUP

Secara umum, pengembangan pelayanan kesejahteraan sosial dan pengembangan pembangunan sosial yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun organisasi sosial koordinatif, seperti Forum TJSLBU melalui pelaku usaha yang melaksanakan TJSLBU/CSR, hendaknya mencakup permasalahan

Musyawarah Daerah III Forum TJSLBU Provinsi Tahun 2021, Hotel ... – D.I. Yogyakarta., ... September 2021

yang sifatnya preventif-developmental, rehabilitatif-kuratif, dan protektif.

Khusus untuk Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial, program-program sebaiknya lebih ditekankan pada asas rehabilitatif dan protektif. Dalam hal esensi pelayanan, lembaga-lembaga sosial, seperti Forum TJSLBU bersama-sama pelaku usaha yang melaksanakan TJSLBU/CSR, juga harus diarahkan agar lepas dari baju konvensional dan berani menggarap bidang-bidang proteksi serta advokasi dan HAM. Sudah masanya kita meninggalkan paradigma bahwa ‘pembangunan’ berjalan mulus-mulus saja dan menutup mata pada korban-korban yang selama ini ada.

Pelayanan sosial, pengembangan, dan pemberdayaan masyarakat yang diarahkan pada pengembangan kepekaan antarbudaya dan kepercayaan serta peran-peran rekonsiliasi antar-kepentingan, khususnya di tingkat lokal, sangat perlu diperkuat dan dikembangkan. Keyakinan itu disadari oleh kenyataan bahwa masyarakat Indonesia sangat majemuk, beragam, dan memiliki banyak perbedaan. Perbedaan dan keberagaman itu sangatlah jelas dari mulai perbedaan secara fisik (lahir), kemudian adat-istiadat, agama, seni-budaya, hingga kepada perbedaan politik dan idiologi.

DITETAPKAN DI : HOTEL ... – D.I. YOGYAKARTA PADA TANGGAL : .... SEPTEMBER 2021 J A M : WIB

Dokumen terkait