• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSYAWARAH DAN RAPAT .1 Nasional

TATA CARA PERSIDANGAN, MUSYAWARAH DAN RAPAT 6.1 TATA CARA PERSIDANGAN

B. PESERTA UNDANGAN

7. Interruption of personal, bentuk interupsi yang disampaikan bila

6.2 MUSYAWARAH DAN RAPAT .1 Nasional

6.2.1.1 Musyawarah dan Rapat Kerja Nasional

1. Musyawarah dan Rapat Kerja Nasional dilakukan satu kali dalam satu periode kepengurusan pada awal tahun (pada bulan Maret) dan dilaksanakan dalam rangkaian acara yang bersamaan.

2. Musyawararah Nasional dinyatakan sah apabila dihadiri oleh ½ n + 1 dari seluruh anggota ILMPI.

3. Musyawarah Nasional merupakan kegiatan dimana Sekeretaris Jenderal sebelumnya bertanggung jawab atas masa satu periode kepengurusannya yang telah berjalan.

4. Musyawarah Nasional membahas, menetapkan dan mengesahkan Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga ILMPI.

5. Musyawarah Nasional membahas, menetapkan dan mengesahkan Garis Besar Haluan Organisasi dan Garis Besar Haluan Kerja ILMPI.

6. Musyawarah Nasional membahas, menetapkan dan mengesahkan rekomendasi dalam lingkup nasional

7. Pengurus Harian Nasional, baik Sekretaris Jenderal dan Koordinator Badan Kelengkapan Nasional ILMPI dipilih ketika Musyawarah Nasional.

8. Sekretaris Jendral terpilih, dilantik oleh Presidium Sidang dalam Musyawarah Nasional.

9. Setelah Musyawarah Nasional dan Sebelum Memasuki Rapat Kerja Nasional, Sekretaris Jendral terpilih melantik Kepengurusan Wilayah. 10. Rapat Kerja Nasional menghasilkan perencanaan program kerja dalam

lingkup nasional, baik program kerja terpusat maupun program kerja nasional.

11. Rapat Kerja Nasional terdiri dari :

a. Rapat Komisi sesuai dengan jumlah badan kelengkapan nasional untuk menyusun rekomendasi program kerja nasional pada tiap badan tersebut.

b. Rapat Pleno untuk mempresentasikan hasil rapat komisi.

c. Rapat Paripurna untuk menetapkan dan mengesahkan kesepakatan program kerja nasional.

12. Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh Sekretaris Jendral terpilih sebagai Pimpinan sidang tetap.

13. Rapat Kerja Nasional menetapkan tempat penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional berikutnya. Hal ini dilakukan dengan mekanisme pengajuan tender.

14. Rapat Kerja Nasional menetapkan tempat penyelenggaraan Musyawarah dan Rapat Kerja Nasional berikutnya. Hal ini dilakukan dengan mekanisme pengajuan tender.

15. Rapat Kerja Nasional Terdapat pengajuan tender tuan rumah terhadap program kerja nasional kepada instistusi atau wilayah.

16. Rapat Kerja Nasional mengundang seluruh Kepengurusan Nasional dan Kepengurusan Wilayah ILMPI

6.2.1.2 Musyawarah Nasional Luar Biasa

1. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) diadakan apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya dari 2/3 jumlah anggota ILMPI. 2. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) ILMPI juga dapat

diadakan atas permintaan Pengurus Harian Nasional dengan persetujuan dari sekurang-kurangnya dari 2/3 perguruan tinggi anggota ILMPI.

3. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) diselenggarakan oleh Pengurus Harian Nasional.

4. Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) mempunyai wewenang yang sama seperti Musyawarah Nasional

6.2.1.3 Rapat Koordinasi Nasional

1. Rapat Koordinasi Nasional dilakukan selambat- lambatnya enam bulan setelah Rapat Kerja Nasional.

2. Rapat Koordinasi Nasional dipimpin oleh Sekretaris Jenderal sebagai Pimpinan sidang tetap.

3. Rapat Koordinasi Nasional dilakukan untuk mengetahui progres pelaksanaan program kerja yang telah disusun pada Rapat Kerja Nasional sebelumnya.

4. Rapat Koordinasi Nasional juga membahas mengenai rekomendasi-rekomendasi yang akan dibawa ke Musyawarah Nasional selanjutnya, pembahasan persiapan Musyawarah Nasional selanjutnya (draft, susunan acara hingga mencari solusi jika terdapat hambatan selama proses persiapan dan lain sebagainya) serta pembahasan isu nasional. 5. Rapat Koordinasi Nasional mengundang seluruh Pengurus Nasional dan

Pengurus Wilayah ILMPI.

1. Rapat Koordinasi Pengurus Nasional dapat ditentukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing- masing.

2. Rapat Koordinasi Pengurus Nasional dapat melalui media apa pun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing- masing.

3. Pelaksanaan Rapat Koordinasi Pengurus Nasional minimal dilakukan sebanyak enam kali dalam satu periode kepengurusan.

6.2.1.5 Rapat Badan Kelengkapan Nasional

1. Rapat Badan Kelengkapan Nasional dapat ditentukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing- masing.

2. Rapat Badan Kelengkapan Nasional dapat melalui media apa pun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing- masing.

3. Pelaksanaan Rapat Badan Kelengkapan Nasional minimal dilakukan sebanyak dua belas kali dalam satu periode kepengurusan.

4. Setiap rapat badan kelengkapan nasional menghasilkan notulensi. Penjelasan tentang notulensi akan dijelaskan pada pembahasan Notulensi.

6.2.1.6 Rapat Badan Kelengkapan Wilayah

1. Rapat Badan Kelengkapan Wilayah dapat ditentukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing- masing.

2. Rapat Badan Kelengkapan Wilayah dapat melalui media apa pun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing- masing.

3. Pelaksanaan Rapat Badan Kelengkapan Wilayah minimal dilakukan sebanyak dua belas kali dalam satu periode kepengurusan.

4. Setiap rapat badan kelengkapan wilayah menghasilkan notulensi. Penjelasan tentang notulensi akan diatur pada BAB Notulensi.

6.2.2 Wilayah

6.2.2.1 Musyawarah Wilayah

1. Musyawarah wilayah dilakukan sebelum Musyawarah Nasional periode selanjutnya dilaksanakan, selambat-lambatnya 3 Minggu sebelum agenda Musyawarah & Rapat Kerja Nasional.

2. Musyawararah wilayah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh ½ n + 1 dari seluruh anggota ILMPI wilayah.

3. Musyawarah wilayah menetapkan Koordinator Wilayah dan Koordinator Badan Kelengkapan Wilayah

4. Musyawarah wilayah menetapkan Rapat Kerja Wilayah selanjutnya. 5. Musyawarah wilayah menetapkan rekomendasi dalam lingkup wilayah. 6. Musyawarah wilayah merupakan kegiatan dimana koordinator wilayah sebelumnya bertanggung jawab atas masa satu periode kepengurusannya yang telah berjalan.

6.2.2.2 Musyawarah Wilayah Luar Biasa

1. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (MUSWILUB) diadakan apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota wilayah.

2. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (MUSWILUB) juga dapat diadakan atas permintaan Pengurus Harian Wilayah dengan persetujuan dari sekurang-kurangnya 2/3 jumlah perguruan tinggi anggota wilayah. 3. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (MUSWILUB) diselenggarakan oleh

Pengurus Harian Wilayah

6.2.2.3 Rapat Kerja Wilayah

1. Rapat Kerja Wilayah dilakukan setelah Rapat Kerja Nasional berlangsung.

2. Rapat Kerja Wilayah dilakukan dengan pembagian komisi sesuai dengan jumlah badan kelengkapan wilayah, kemudian dilanjutkan dengan rapat pleno dan rapat paripurna, pembahasan perkembangan wilayah oleh pengurus harian wilayah dan keputusan tambahan lainnya.

6.2.2.4 Rapat Koordinasi Wilayah

1. Rapat Koordinasi Wilayah dilakukan sesuai kebutuhan masing-masing wilayah

2. Rapat Koordinasi Wilayah dilakukan untuk mengetahui progres pelaksanaan program kerja yang telah disusun pada Rapat Kerja Wilayah sebelumnya.

3. Rapat Koordinasi Wilayah mengundang pengurus dan anggota ILMPI dalam lingkup wilayah

6.2.2.5 Rapat Koordinasi Pengurus Harian Wilayah

1. Rapat Koordinasi Pengurus Harian Wilayah dapat ditentukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing- masing.

2. Rapat Koordinasi Pengurus Harian Wilayah dapat melalui media apa pun sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing- masing.

3. Pelaksanaan Rapat Koordinasi Pengurus Harian Wilayah minimal dilakukan sebanyak enam kali dalam satu periode kepengurusan

BAB VII

Dokumen terkait