• Tidak ada hasil yang ditemukan

Andi Mutsmar Usman: Anggota sekaligus Wakil Sekretaris 1 PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jaya

1. Sesuai dengan keputusan PWI, pekerja infotainment dapat menjadi anggota PWI yang berarti mereka adalah wartawan (jurnalis) dan produk mereka adalah produk jurnalistik. Bagaimana penjelasan anda mengenai hal ini?

Menurut kacamata saya sebagai wartawan utama, hasil karya mereka itu hasil karya jurnalistik atau tidak? Di dalam UU itu dijawab oleh UU No. 40, mereka melakukan mencari, mengumpulkan, mengolah, mendokumentasikan, menyebarkan, masuk kedalam pekerjaan produk jurnalistik. Berdasarkan UU itu termasuk dan itu dijamin oleh UU.

2. Apa yang menjadi dasar pemikiran PWI untuk mengakui infotainment sebagai bagian dari pers?

Karena memang kan dengan kegiatan itu,karena mereka mempekerjakan itu, maka karena sebagai wartawan, dan PWI itu kan memang hanya menerima anggota yang bekerja sebagai wartawan. Kalau wartawan kan PWI, ada AJI, dan juga ada IJTI.

Apa perbedaan wartawan yang mempunyai organisasi kewartawanan seperti PWI, AJI, IJTI, dibanding wartawan yang tidak mempunyai organisasi?

Kalau menurut UU No. 40 pasal 7 ayat 1, disitu jelas disebutkan “wartawan bebas memilih organisasi kewartawanan”. Bebas itu tidak berarti tidak berorganisasi, bebas itu ya bebas memilih 3 organisasi tadi. Pasal 2 nya ”wartawan Indonesia itu memiliki kode etik”, jadi kalau dia sudah menjadi anggota organisasi kewartawanan berarti yang

bersangkutan punya kode etik. Karena kalau tidak, berarti dia tidak punya kode etik. Bahwa kalau mau menjadi anggota, ya anggota saja tidak usah menjadi pengurus. Jadi anggota itu didalam anggaran dasar rumah tangga PWI itu, pertama, apabila berperkara dan pasti diberikan bantuan pendampingan advokasi hukum. Yang diakui memenuhi verifikasi itu adalah AJI, IJTI dan PWI itu karena anggotanya kan minimal 500 orang pengurus pusat di ibukota negara dan minimal 11 pengurus cabang. Nah yang memenuhi itu, yang paling banyak di Indonesia adalah PWI, seluruh propinsi ada dan disetiap propinsi itu ada perwakilan. Anggotanya kalau PWI itu 15ribuan, dan paling banyak di Jakarta 4000an.

3. Bagaimana tanggapan PWI mengenai organisasi kewartawanan lain yang tidak menerima pekerja infotainment sebagai jurnalis?

itu urusan masing-masing, kita tidak usah membahas itu. Karena memang pekerjaan mereka itu pekerjaan wartawan, meliput, mengumpulkan, mengolah, mendokumentasikan dan menyebarluaskan. 4. Apa perbedaan antara pekerja infotainment dengan wartawan non

infotainment?

Hhmm...sebenarnya infotainment itu artinya apa sih? Mereka itu khusus hiburan, kalau mereka news itu khusus di berita. Tapi kalau di hiburan itu, masuk berita juga enggak? Berita menyangkut masalah hiburan, berita menyangkut masalah pendidikan, jadi news juga.

Yang saya lihat, berita sekarang juga suka memasukkan tentang hiburan. Menurut anda?

Jadi, ya itulah fungsi pers itu ada 4, pertama mendidik artinya pers itu merupakan media pendidikan, media hiburan, media memang khusus

mengenai kejadian-kejadian yang kemudian menurut orang berita. Padahal itu semua kalau sudah disebarluaskan berita atau enggak? Berita kan, hanya dalam bentuk spesifik.

5. Dalam dunia jurnalistik, ada kepentingan publik yang diperjuangkan oleh pers. Lalu kepentingan apa yang diperjuangkan oleh infotainment?

Yaa...hiburannya itu, hiburan masyarakat. Pokoknya disuguhin saja tuh hiburan. Kepentingan yang disuguhin infotainment, pertama, otomatis kepentingan perusahaan tempat dia bekerja. Kedua, kepentinga stasiun televisi tempat tayangan tersebut. Dia dapat apa? Gajinya berapa? Tanyain saja tuh! Yang banyak itu perusahaan tempat dia bekerja dan stasiun televisi tempat tayangan itu. iklan pun masuk rating. Yang berjuang dilapangan itu wartawan, yang sudah dikata-katain, dan salut cara mereka mendapat informasi, apakah itu merupakan suatu kejadian peristiwa? Apakah itu omongan orang? Ingat peristiwa wartawan infotainment biki tenda didepannya rumah Mayangsari? Belum tentu wartawan yang news itu bisa seperti itu.

Namun jika dilihat dari kode etik, bukankah itu melanggar Kode Etik Jurnalistik?

Begini, ada satu aturan kalau di Amerika maupun di Inggris, begitu selebritis itu ada yang ditentukan, 100 meter dari pagar pintu gerbang rumahnya, kediamannya, itu sudah milik publik. Ada juga ketentuan di Eropa, Amerika, begitu kakinya sebelah dari pintu pagar gerbang, kakinya sudah dijalan raya, itu sudah milik publik. Dia tidak bisa mengatakan, “ini privasi saya”.

Bagaimana kalau peristiwanya mengenai perceraian, berantem, ribut-ribut, apakah itu juga harus menjadi konsumsi publik? Itu masalah pribadi?

Nah itu dia, itu peristiwa juga kan? Setuju kalau itu masalah pribadi, saya juga menggerutu itu. tapi kalau mereka sudah angkat ke permukaan, kembali lagi, banyak masalah yang terkait disini. Banyak orang dan lembaga yang berkaitan dengan itu. perusahaan temapat dia bekerja, stasiun televisi tempat dia ditayangkan hasil liputan mereka. Kalau kita bicara Kode Etik, sebenarnya perceraian itu biarin saja enggak usah diberitakan, enggak usah dikejar-kejar. Kalau dilihat dari kode etik itu jelas, pasal 1 “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak bertikad buruk”, nah kalau begitu ketika dia memberitakan tentang orang bercerai itu, punya itikad buruk atau tidak? Bisa jadi. Atau orang sebenarnya belum bercerai, tapi karena diberitakan terus menerus, akhirnya cerai juga kan. Itu kan itikad buruk namanya, walaupun dia enggak mengaku. Pasal 2 “Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik”, kalau proporsionalkan, harusnya tidak mendesak-desak orang dong. Tapi kalau kita membicarakan mendesak-desak orang, bukan hanya wartawan infotainment, saya bukan membela, tapi bicara fakta ya. Dan lihat saja itu menteri, orang yang berpekara, koruptor, itu microphone kena hidungnya itu loh. Pertanyaannya, itu etika dimana menghargai orang? Itu bukan wartawan infotainment loh. Jadi kita harus lihat secara bijak bahwa perilaku wartawan di lapangan itu memperihatinkan. Disini juga ada “Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah,

sadis, dan cabul”, nah itu termasuk cabul enggak tuh kalau infotainment diberitakan selingkuh dengan ini. jadi kita lihat saja di kode etik itu. sejauh tidak definisi kaidah-kaidah dari pasal ini. Terus “Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan”, ini bukan hanya wartawan infotainment saja, di news pun juga gitu. Didalam Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, itu tidak boleh menyebut namanya, tidak boleh menyebut nama sekolahnya, tidak boleh menyebut nama ibu bapaknya, tidak boleh menyebut kelasnya, tidak boleh menyebut alamatnya, dan tidak boleh ditampilkan mukanya. Mukanya diburemin, tapi nama sekolahnya disebut, kelasnya disebut, sama saja bohong. Itu perlu kita perhatikan. Lalu wartawan infotainment kah? Enggak juga. Kalau wartawan news yang sehari-hari meliput untuk kepentingan umum. Pasal 7 “Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan”, nah ini ada wartawan, narasumbernya bilang “off the record”, dia tulislah itu. Makanya di organisasi PWI yang saya tahu, itu mensyaratkan mulai tahun 2008 itu minimal D3, dengan sudah masa kerja, sudah menghasilkan karya jurnalistik selama 6 bulan berturut-turut. Pasal 8 “Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani”, ini

ada engga? Ada. Seperti misalnya ada tayangan yang menampilkan orat pendek atau kurcaci, walaupun misalnya semangatnya lebih hebat dari orang–orang normal.

6. Apakah syarat-syarat jika ingin masuk atau menjadi anggota PWI?

Pertama, sudah bekerja minimal 6 bulan berturut-turut, berijasah D3 minimal, dan sudah bekerja pada media minimal 6 bulan berturut-turut, tayang, terbit, corporation. Lalu mengisi formulir pernyataan, mengikuti orientasi wartawan calon anggota PWI. Itu kita lakukan selama setengah hari, bisa smapai 4-5 jam lebih lah. Materinya, karena seorang wartawan kan harus setidaknya punya bekal yang namanya Undang-Undang, Hukum Komunikasi, Hukum Komunikasi itu antara lain adalah Undang-Undang No. 40 tentang pers, Undang-Undang-Undang-Undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran yang dibawah koordinasi KPI, terus ditambah lagi sekarang pada tahun 2008, ada 2 Undang-Undang yaitu, Undang-Undang ITE (Informasi Transaksi Elektronika) dan juga Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Itu setidak-tidaknya wartawan itu tahu mana yang boleh mana yang tidak, jadi itu materi orientasi. Lalu kedua ada yang namanya kode etik, dimana yang kita harapkan agar wartawan dalam menjalankan tugasnya itu semakin profesional dan tidak bermasalah dengan masalah hukum. Yang ketiga materi disampaikan disitu adalah tuntutan dasar dan peraturan rumah tangga. Jadi kalau mau jadi anggota organisasi tidak mungkin tiba-tiba masuk, jadi ada orientasinya.

Apakah pekerja-pekerja infotainment sudah banyak yang mendaftar? Sampai hari ini baru 150-an lah pekerja infotainment yang sudah menjadi anggota PWI.

7. Seberapa penting sebuah Kode Etik Jurnalistik untuk wartawan khusunya untuk pekerja infotainment?

Yaa itu harus, sejauh ini penting dong. Karena kode etik itu sebenarnya, umumnya kalau kita bicara kode etik itu sudah melekat pada diri setiap orang. Karena etika itulah menjadi alat mencegah orang berbuat semena-mena. Misalnya, didalam kode etik itu kan tidak boleh memberitakan, men-shoot anak orang dibawah 17 tahun, nah itu juga menyangkut masalah Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Nah wartawan harus tahu itu kan. Walaupun kenyataan masih banyak yang melanggar dan umumnya yang belum ikut orientasi itu yang melanggar.

8. Apakah PWI sebagai lembaga yang mewadahi infotainment telah mengawasi kinerja mereka?

Yaa kita pantau lah ya hasil kerja mereka. PWI memantau itu dan kalau mau tahu bisa juga buka portal “citizenjurnalismpwijaya” itu ada sejumlah tayangan televisi. Tayangan infotainment yang ditayangkan oleh stasiun televisi itu dilaporkan, diberikan peringatan oleh KPI, KPI memberikan peringatan kepada stasiun televisi, dan kita pun mempunyai kewajiban, apalagi sudah tahu tentang kode etik.

9. Adakah sanksi dari Dewan Kehormatan PWI yang telah dijatuhkan bagi mereka yang melanggar?

Sampai hari ini belum, tapi karena sanksi yang dikeluarkan oleh organisasi itu pada umumnya apabila melakukan tindak pidana, begitu bermasalah dengan tindak pidana atau perdata, kalau itu jelas, organisasi pasti menjatuhkan sanksi dengan mencabut keanggotaan dari organisasi tersebut selama 2 tahun. Kalau dalam tempo 2 tahun itu dia bisa memperbaiki diri dan menunjukkan, maka keanggotaannya bisa diperbaharui, artinya kembali lagi dari bawah, bukan memperpanjang. Contohnya Nazarudin diberhentikan dari bendahara, karena itu melanggar kan. Jadi Semua organisasi apapun punya kode etik, termasuk dokter. Jadi sanksinya minimal keanggotaannya dicabut. Ibaratnya itu harga diri sudah habis tuh.

10. Apa yang seharusnya dilakukan pekerja infotainment agar cara mereka baik dan etis dalam mencari berita?

Kalau didalam kode etik itu kan jelas, ada sebelas pasal, disitu “Wartawan indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik”, “wartawan Indonesia selalu menguji informasi”, nah kalau itu dia mengikuti ini, itu pasti tidak akan dipermasalahkan oleh siapapun. Jadi tinggal ikutin saja.

Tetapi, apakah semua wartawan tahu mengenai kode etik tersebut? Yang ikut orientasi, pasti kita sampaikan, pasti dengar. Bahwa dia pahami, itu urusan masing-masing.

11. Apakah anda tahu dan pernah menonton tayangan Infotainment Cek&Ricek?

Adakah tayangan dari cek&ricek yang tidak sesuai dengan KEJ? Saya pernah tegur beliau yang punya Cek&Ricek yaitu Bapak Ilham Bintang, lagi tayangan saya telepon soal penayangan Kiki Fatmala dengan ibunya yang teriak-teriak begitu, itu saya tegur, saya telepon, tolong hentikan itu. ini secara pribadi loh, bukan dari organisasi. Saya bilang itu merusak hubungan tatanan antara ibu dengan anak. Janganlah bersenang-senang diatas kesusahan orang. Oke memang itu ratingnya tinggi, dapat duit, tapi itu kan namanya makan diatas air mata orang. Kalau dari organisasi PWI nya sendiri, bagaimana?

Ohh...belum,waktu itu belum. Jadi sekarang itu bukan lagi Cek&Ricek lagi yang ditegur, tapi yang ditegur stasiun televisi yang menayangkannya. Tapi saya tahu ini karyanya Cek&Ricek, yang menyatakan adalah pelopor infotainment berita. Suka tidak suka saya tetap harus menyampaikan. Lalu tanggapan dari Cek&Riceknya sendiri bagaimana? Apakah ada pembelaan atau penyanggahan?

Standarlah. Pembelaan ada. Setiap orang kan berhak untuk membela diri. Ketika saya menyampaikan itu, dia bilang “kita sudah mencari ini, mencari itu, tapi sudah mendesak”. Iya sih memang alibi yang paling kuat itu kan “deadline” dan ini adalah dajjalnya suatu pemberitaan.

12. Bagaimana pendapat anda mengenai infotainment Cek&Ricek secara keseluruhan?

Saya tidak tonton semua yah. Tapi paling tidak, apa yang sudah mereka lakukan itu, namanya juga Cek&Ricek itu, pasti itu salah satu cara dalam mengumpulkan data, bahan untuk dijadikan berita, paling tidak sesuai dengan namanya. Yang tadi saya sebutkan itu, orang yang memberikan

komentar tentang itu tidak kompeten, mestinya cari orang yang kompetensi bagaimana kalau perseteruan antara ibu dan anak itu, bagaimana sih seharusnya? Masalah narasumber saja.

13. Adakah pengaduan-pengaduan dari masyarakat tentang Cek&Ricek ke PWI?

Belum.

14. Bagaimana dengan kasus Luna Maya yang menghina pekerja Infotainment lewat situs jejaring sosial twitter?

Yahh...itu resiko dari seorang publik figur. Itu suka tidak suka memang dikejar-kejar. Apalagi itu kan seorang selebritis, dan pekerjaan infotainment kan memang kerjaannya namanya untuk menghibur. Bahwa wartawan sebenarnya saya lihat itu rekamannya, sebenarnya ujung microphone dari kamera itu, yaa Luna Maya yang nyenggol, bukan disenggolkan.

Jadi dalam hal ini apakah Luna Maya yang salah?

Kita tidak bicara justifikasi disini ya. Saya kembalikan kepada kamu untuk memutuskan, menganalisa itu, dia salah atau tidak? Kalau saya melihatnya, situasinya yang menyebabkan itu kejadian.

C. Ezki Tri Rezeki Widianti : Pengurus Organisasi AJI (Aliansi

Dokumen terkait