• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

1. Mutu Guru

a. Pengertian Mutu Guru

Dalam Standar Nasional Pendidikan PP. RI. No. 19 tahun 2005, pasal 1 ayat 1,2 dan 3 mengenai penjaminan mutu dan tujuannya yang berbunyi :

“ setiap satuan pendidikan pada jalur formal maupun non formal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi dan melampaui standar nasional yang dilakukan secara bertahap, sistematis dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang

memiliki target dan kerangka waktu yang jelas”.6

Mutu merupakan topik penting dalam diskusi tentang pendidikan

sekarang ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “mutu adalah

ukuran baik dan buruk suatu benda, keadaan, taraf, atau derajad,

kualitas”.7

Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan. Mutu menciptakan lingkungan bagi pendidik, orang tua, pejabat pemerintah, wakil-wakil masyarakat dan pemuka bisnis untuk

6

PP RI No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan 7

Pusat bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. III, h. 708

bekerja bersama guna memberikan kepada para siswa sumber-sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi tantangan masyarakat, bisnis, dan akademik sekarang dan masa depan.8 Menurut Uzer Usman guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru.9 Adapun menurut Sardiman, A.M, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar-mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan.10

Selanjutnya menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal I ayat 6 yang dimaksud dengan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.11

Mutu guru dan kompetensi guru pengertiannya hampir sama, secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang merujuk kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Guru yang bernutu adalah guru yang memiliki kemampuan untuk tampil dalam unjuk kerja secara professional. Guru yang bermutu secara profesional memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat terhadap kemajuan pendidikan. Tugas dan peran guru tidak terlepas dari kompetensi dasar yang dimilikinya, karena tidak mungkin guru dapat melaksanakan tugas tanpa memiliki kemampuan dan keahlian khusus di bidangnya, jadi seorang guru itu harus memiliki kompetensi dalam menjalankan profesinya. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi guru itu sendiri adalah kemampuan seorang guru dalam

8

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. I, h.77

9

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung : PT Rosdakarya, 2005) Cet. Ke-17, h.5

10

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. I, cet.19, h.125

11

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung : Penerbit Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010) h.222

melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.12

Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang

melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang

melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.13 Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar-mengajar, dalam usahanya untuk mengantarkan siswa/anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu, setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan anak didik, sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya.

Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya.masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak.14

Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi profesional guru sebagai tenaga profesional kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal, maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar-mengajar secara efektif. Tingkat kedua adalah guru sebagai innovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Kemudian tingkat yang ketiga adalah guru sebagai developer. Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua, dalam tingkatannya sebagai developer, guru harus memiliki visi keguruan yang

12

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, h.14 13

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, h.125 14

mantap dan luas perspektifnya.15 Intinya, Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem.

b. Indikator Guru Bermutu

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang guru yaitu :

Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.16

Berdasarkan penjabaran diatas indikator guru yang bermutu itu harus memiliki kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari beberapa aspek tersebut hal yang paling fundamental terkait tentang guru yang bermutu itu adalah aspek kompetensi, disamping dari pada aspek-aspek yang lainya. Sebagaimana dijelaskan pula pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang guru Pasal 3 ayat 1, bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.17

Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat holistik. Kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

15

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. I, cet.19, h.135

16

PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru

17

a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b. pemahaman terhadap peserta didik;

c. pengembangan kurikulum atau silabus; d. perancangan pembelajaran;

e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f. pemanfaatan teknologi pembelajaran;

g. evaluasi hasil belajar; dan

h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang:

A.beriman dan bertakwa; B. berakhlak mulia; C.arif dan bijaksana; D.demokratis; E. mantap; F. berwibawa; G.stabil; H.dewasa; I. jujur; J. sportif;

K.menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; L. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan M.mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;

c. bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;

d. bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan

e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan

b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.

Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”. Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai

model cara mengklasifikasikannya. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil

kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu meliputi:

1) Menguasai bahan

2) Mengelola program belajar mengajar 3) Mengelola kelas

4) Menggunakan media/sumber 5) Menguasai landasan kependidikan 6) Mengelola interaksi belajar mengajar

7) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10)Memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.18

Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan mutu guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

2. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

A. Pengertian Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah

Sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan kepala sekolah untuk merencanakan dan mengelola sumber daya potensial yang ada di sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki kewenangan dan memikul tanggung jawab mengelola program sekolah untuk mewujudkan tujuan lembaga pendidikan. Maju atau mundurnya suatu sekolah sangat dipengaruhi oleh kualitas kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.19

Dengan perkembangan pendidikan yang semakin pesat pada level sekolah, sudah jelas bahwa kepala sekolah yang sedang mengelola sekolah dituntut agar dapat memperluas, memperbaharui dan memperdalam pengetahuan serta kompetensi kepala sekolah dalam memimpin sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan dengan baik. Dalam praktik di sekolah, kepala sekolah adalah guru senior yang dipandang memiliki kualifikasi menduduki jabatan itu. Belum pernah ada orang yang bukan guru diangkat menjadi kepala sekolah. Biasanya guru yang dipandang baik dan cakap sebagai guru diangkat menjadi kepala sekolah. Dalam kenyataan, banyak

18

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, h.164 19

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009), cet.10, h.24

yang tadinya berkinerja sangat bagus sebagai guru, menjadi tumpul setelah menjadi kepala sekolah.

Seperti diungkapkan Supriadi dalam E. Mulyasa bahwa “Erat

hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan

menurunnya perilaku nakal peserta didik”. Dalam pada itu, kepala sekolah

bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara mikro , yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah. Sebagaimana

dikemukakan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa “Kepala

sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana”. 20

Oleh karenanya kepala sekolah harus mempunyai kompetensi untuk bisa mengelola potensi sumber daya yang ada disekolah. Karena pada hakikatnya kepala sekolah lah yang akan bertanggung jawab atas mundur dan majunya sekolah. Dengan alasan itulah kepala sekolah harus mempunyai komitmen dan berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yaitu: ع ى ص سر أ ع يضر ع ب ع ك ع ر ك قي س ي ع س أ يف ع ر ج تيعر ع س ع ر إ تيعر ع س ر ع ة س ج تيب يف ةيع ر ةأ تيعر يس يف ع ر تيع تيعر ع س ع ر ك تيعر ع س Artinya :

Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian

adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan

20

dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

Dengan demikian tanggung jawab kepala sekolah sebegitu besarnya untuk semua lingkup sekolah yang mencakup guru, staf dan tenaga kependidikan lainnya. Sehingga kepala sekolah yang dilantik menjadi kepala sekolah harus benar-benar memiliki kompetensi yang maksimal dalam mengelola sekolah. Oleh karena itu akan dibahas pengertian kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) dalam Moch. Uzer Usman, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency) yakni kemampuan atau kecakapan.

Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna sebagaimana yang dikemukakan berikut.

Descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to be entirely meaningful (Broke and Stone, 1975). Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.

Competency as a rational ferformance wich satisfactorily meets the objective for a desired condition (Charles E. Jhonson, 1974). Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.21

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa orang yang mempunyai kompetensi adalah orang yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan yang

21

Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet.25, h.14

dimilikinya. Oleh karena itu agar kompetensi tersebut bisa dimiliki, cara memilikinya bisa melalui pendidikan dan pelatihan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan dengan standar dan kualitas tertentu sesuai dengan tugas yang akan dilaksanakan.

Disamping itu pula, Kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan Manajemen Mutu Terpadu (MMT), yang telah lebih popular dalam dunia bisnis dan industry dengan istilah Total Quality Management (TQM). Strategi ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar pelanggan puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), member perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness).22

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan kepala sekolah dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau berkemampuan dalam mengambil keputusan tentang penyediaan, pemanfaatan dan peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

Selain sebagai pemimpin (leader), kepala sekolah berperan sebagai manajer, yang kegiatannya disebut manajemen. Manajemen merupakan kegiatan yang lebih luas dari kepemimpinan (leadership), karena dalam kegiatan manajemen ini meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengawasan. Suatu sekolah sangat

22

bergantung pada fungsi kepala sekolah sebagai pengelola dan perencana juga pengendali kegiatan yang dilaksanakan oleh orang-orang yang ada di dalam suatu sekolah.

Kemajuan suatu sekolah tidak terlepas dari kompetensi manajerial yang dimainkan dan dimiliki oleh kepala sekolah. Semegah apapun dan secanggih apapun sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah kalau tidak dikelola dan ditangani oleh kepala sekolah beserta dengan aparat birokrasi sekolah yang bersangkutan, maka itu akan sia-sia. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan dan ujung tombak utama dalam mengelola pendidikan di level sekolah. Karena pada hakikatnya manajemen merupakan proses manajerial atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen di sekolah dilakukan oleh kepala sekolah selaku manajer pendidikan. Oleh karena itu kepala sekolah diharuskan memiliki kemampuan manajerial yang baik dalam memimpin sekolah.

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasaarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.23

Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menyatakan management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs, direct, and control the activities other people24.(Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mangadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian).

Berdasarkan definisi manajemen di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni yang terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

23

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), cet. 9, h. 1

24

pengendalian yang bekerjasama dengan orang lain agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Dalam dunia pendidikan, manajemen dikenal dengan sebutan manajemen pendidikan, Menurut Engkoswara mengemukakan bahwa, manajemen pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama.25

Manajemen pendidikan juga merupakan sekumpulan fungsi untuk menjamin efisiensi dan efektifitas pelayanan pendidikan, melalui perencanaan, pengambilan keputusan, perilaku kepemimpinan, penyiapan alokasi sumber daya, stimulus dan koordinasi personil, penciptaan iklim organisasi yang kondusif, serta penentuan pengembangan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan masyarakat di masa depan.26

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi manajerial adalah kemampuan dan pemahaman kepala sekolah dalam hal pengelolaan sekolah.27

Sedangkan kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.28

Dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi manajerial kepala sekolah adalah kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai manajer pendidikan profesional berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) untuk melakukan suatu pekerjaan berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang ada di sekolah yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

25

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional,.., h.8 26

Ibid., h. 8 27

Budi Suhardiman, Studi Pengembangan Kepala Sekolah: Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012), cet. 1, h.42

28

bertindak secara profesional serta bertanggung jawab untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

B.Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dalam Mengelola Tenaga Pendidik

Pihak sekolah dalam menggapai visi dan misi pendidikan perlu ditunjang oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Meskipun pengangkatan kepala sekolah tidak dilakukan secara sembarangan, bahkan diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin sudah lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah, namun tidak dengan sendirinya membuat kepala sekolah menjadi profesional dalam melakukan tugas. Berbagai kasus menunjukkan masih banyak kepala sekolah yang terpaku dengan urusan-urusan administrasi, yang sebenarnya bisa dilimpahkan kepada tenaga administrasi. Dalam pelaksanaannya, pekerjaan kepala sekolah merupaka pekerjaan berat, yang menuntut kemampuan ekstra.

Dinas Pendidikan (dulu: Depdikbud) telah menetapkan bahwa kepala sekolah harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai educator; manajer; administrator; dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman, kepala sekolah juga harus mampu berperan sebagai leader, innovator, dan motivator di sekolahnya. Dengan demikian dalam paradigm baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, dan motivator (EMASLIM).29

a) Kepala Sekolah sebagai Educator (Pendidik)

Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan

29

model pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan mengadakan program akselerasi (accerelation) bagi peserta didik yang cerdas di atas normal.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai educator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Pertama, mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-panataran, untuk menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kedua, kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Ketiga, menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah, dengan cara mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.

b) Kepala Sekolah sebagai Manajer

Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

Pertama, memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif dimaksudkan bahwa dalam peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mementingkan kerja sama dengan tenaga kependidikan dan pihak lain yang terkait dalam melaksanakan setiap kegiatan.

Kedua, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, sebagai manajer kepala sekolah harus meningkatkan profesi secara persuasif dan dari hati ke hati.

Ketiga, mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan, dimaksudkan bahwa kepala sekolah harus berusaha untuk mendorong keterlibatan semua tenaga kependidikan dalam setiap kegiatan di sekolah (Partisipatif).

c) Kepala Sekolah sebagai Administrator

Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan dan mengelola administrasi keuangan.

Dokumen terkait