• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. TUGAS KHUSUS: PENGAWASAN MUTU PADA TAHAP SORTASI TEH

4.4. Pembahasan

4.4.1. Mutu Teh Hitam

Teh hitam mutu I adalah teh hitam hasil proses sortasi kering dari bubuk I, II, III, IV, dan badag yang telah melewati proses pengeringan dan tidak dikecilkan dengan mesin

crusher dengan karakteristik warna bubuk teh yang hitam, warna seduhan teh yang

gelap, rasa teh yang kuat, dan adanya pucuk daun teh pada bubuk teh mutu I. Dalam teh hitam mutu I, terdapat lebih banyak kandungan theaflavin dan thearubigin daripada teh hitam mutu II, sehingga warna, rasa, dan kecerahan teh hitam mutu I berbeda dengan teh hitam mutu II (Nihal et al, 2010). Proses utama sortasi bubuk teh hitam mutu I dilakukan pada mesin Chota sifter dengan mesh ayakan yang berbeda-beda ukuran, yaitu 12, 14, 18, 24, dan 60 dan kemudian dipisahkan lebih lanjut di mesin winnower karena hasil sortasi yang kurang sempurna. Sehingga, dihasilkan bubuk teh hitam mutu I yang berbeda-beda pula. Hasil utama dari proses sortasi adalah bubuk teh mutu I di PTPN IX Kebun Jolotigo adalah Broken Orange Pekoe (BOP) (mesh 12), Broken

Orange Pekoe Fanning (BOPF) (mesh 14), Pekoe Fanning (PF) (mesh 18), DUST

(mesh 24), Broken Pekoe (BP) (mesh 12), dan Broken Tea (BT) (mesh 14).

Hasil samping dari proses sortasi teh hitam mutu I adalah bubuk teh yang tidak lolos. Semua bubuk teh yang tidak lolos akan dikumpulkan menjadi satu dan diproses lebih lanjut dengan tujuan untuk memaksimalkan produksi teh. Bubuk teh hasil dari proses pengolahan lebih lanjut ini akan dikategorikan sebagai bubuk teh mutu II akibat bubuk teh telah dikecilkan dengan mesin crusher. Bubuk teh mutu II akan memiliki kadar

theaflavin dan thearubigin yang lebih rendah daripada bubuk teh mutu I (Nihal et al,

2010). Maka warna bubuk teh dan seduhan teh akan menjadi lebih merah serta rasa teh yang lebih ringan dibandingkan bubuk teh mutu I. Bubuk teh yang termasuk dalam kategori mutu II adalah Pekoe Fanning II (PF II) (mesh 18), Broken Pekoe II (BP II) (mesh 14), Fanning II (FANN II) (mesh 18), DUST II (mesh 24), dan DUST III (mesh 24).

Pengawasan mutu bubuk teh mutu I dan II dilakukan seiring dengan berjalannya proses sortasi kering. Untuk mengetahui proses sortasi kering dan pengawasan mutu bubuk teh mutu I dan II, diperlukan pengetahuan tentang mesin yang berperan dalam proses

sortasi beserta aliran proses sortasi. Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan selama proses sortasi kering teh hitam PT Perkebunan Nusantara IX Pabrik Teh Kebun Jolotigo:

1. Hopper

Hopper yang dapat dilihat pada Gambar 1. adalah tempat bagi bubuk yang telah

dikeringkan dari dryer untuk dikumpulkan sebelum diolah lebih lanjut. Kapasitas

Hopper yang digunakan disini adalah 2 ton. Tahun pembuatan dari Hopper yang

digunakan disini adalah tahun 2008. Terdapat dua Hopper yang digunakan dan masing-masing menampung bubuk yang berbeda. Hopper I digunakan untuk menampung bubuk I, II , dan III, sedangkan Hopper II digunakan untuk menampung bubuk IV dan badag.

Gambar 1. Hopper I (a) dan Hopper II (b) 2. Conveyor belt

Conveyor belt yang dapat dilihat pada Gambar 2. digunakan untuk memindahkan

bubuk teh dari satu mesin ke mesin lainnya. Juga, dapat dilihat bahwa terpasang magnet pada conveyor belt yang berguna untuk mengangkat benda-benda asing yang mengandung logam seperti paku atau baut dari mesin yang dapat lepas dan tercampur dengan bubuk teh yang sedang diolah. Pada salah satu ujung Conveyor

belt juga terdapat wadah terbuka dari besi untuk menampung bubuk teh yang akan

dibawa oleh conveyor belt. Terdapat juga kunci yang digunakan untuk mengatur

celah pada ujung wadah besi sehingga banyaknya bubuk teh yang keluar dapat diatur.

Gambar 2. Conveyor Belt (tanda panah putih), Magnet (tanda panah kuning), dan Wadah Besi (tanda panah biru)

3. Bubble tray

Bubble tray adalah mesin yang berguna untuk memisahkan partikel bubuk yang

besar dengan yang kecil. Pada bubble tray, terdapat lubang-lubang kecil dengan diameter kurang lebih 4 mm untuk menyaring bubuk yang dilewatkan. Bubble tray akan bergerak memutar sambil mendorong bubuk untuk maju keluar. Partikel bubuk yang kecil akan lolos dari Bubble tray dan akan dibawa masuk ke mesin selanjutnya, sedangkan partikel yang tidak lolos dari Bubble tray akan ditampung menjadi satu oleh seluruh bubuk besar hasil samping yang tidak lolos dan dikecilkan lebih lanjut dalam Crusher. Terdapat 3 unit bubble tray dengan tahun pembuatan mesin yang berbeda, yaitu tahun 1965, 1969, dan 1980. Kapasitas dari 1 unit Bubble tray adalah 200-250 kg/jam. Gambar mesin dan penampakan permukaan mesin bubble tray dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Mesin Bubble tray Tampak Dari Samping (a) dan Bagian Permukaan Mesin

Bubble Tray (b)

4. Vibro Blank/Vibro Screen

Vibro blank yang dapat dilihat pada Gambar 4 dan vibro screen adalah mesin yang

berguna untuk memisahkan serat dan tangkai daun teh dengan bubuk teh. Pada mesin

vibro blank dan vibro screen, terdapat silinder plastik yang memutar sambil

mengenai bubuk yang dilewatkan. Tangkai dan serat daun teh yang lolos dari buble tray akan ditangkap dan dipisahkan oleh silinder plastik. Perbedaan dari vibro blank dan vibro screen adalah adanya mesh pada bagian bawah mesin vibro screen, sedangkan vibro blank hanya menggunakan lempengan besi saja. Ukuran mesh yang digunakan pada mesin Vibro screen adalah 12, 14, dan 18. Terdapat 2 unit vibro

screen dengan tahun pembuatan yang berbeda, yaitu tahun 1968 dan 1988. Kapasitas

dari 1 unit vibro blank/vibro screen adalah 350-450 kg/jam.

Gambar 4. Mesin Vibro blank

5. Drug Roll

Drug roll yang dapat dilihat pada Gambar 5 adalah mesin yang berguna untuk

mengecilkan partikel bubuk yang dilewatkan pada mesin. Pada mesin Drug roll, digunakan 2 buah silinder besi dengan conveyor belt karet diantara silinder besi untuk membawa bubuk teh maju dan tergerus oleh besi. Kapasitas pengolahan dari 1 unit Drug roll adalah 250-400 kg/jam.

Gambar 5. Mesin Drug roll Tampak Dari Samping 6. Mini Picker

Mini picker yang dapat dilihat pada Gambar 6 adalah mesin yang berfungsi seperti Vibro blank, yaitu memisahkan serat dan tangkai daun pada bubuk teh dengan

menggunakan silinder plastik. Bedanya, mesin Mini Picker dipasangkan pada bagian atas Conveyor belt sedangkan Vibro blank/Vibro screen adalah satu bagian mesin yang terpisah.

Gambar 6. Mesin Mini Picker (lihat tanda panah) 7. Chota sifter

Chota sifter yang dapat dilihat pada Gambar 7 adalah mesin yang berfungsi untuk

mengayak dan memisahkan partikel bubuk teh berdasarkan ukuran partikelnya dengan lebih spesifik sesuai mesh yang digunakan. Penampakan mesin Chota sifter dapat dilihat pada Gambar 7. Pada mesin Chota sifter, ukuran mesh yang digunakan adalah 12, 14, 18, 24, dan 60. Pada pembuatan teh mutu I, bubuk yang tertahan pada mesh 12 akan dikumpulkan dan diproses kembali pada mesin Drug roll. Bubuk yang lolos mesh 12 dan tertahan pada mesh 14 akan keluar menjadi bubuk BOP/BP. Bubuk yang lolos pada mesh 14 tertahan pada mesh 18 akan menjadi bubuk BOPF / BT. Bubuk yang lolos mesh 18 dan tertahan mesh 24 akan menjadi bubuk PF. Bubuk yang lolos mesh 24 dan tertahan mesh 60 akan menjadi bubuk Dust. Bubuk yang lolos pada mesh 60 akan menjadi debu teh digunakan untuk campuran mutu 2. Terdapat 2 unit Chota sifter dengan tahun pembuatan yang berbeda, yaitu tahun 1981 dan 1989. Kapasitas dari 1 unit Chota sifter adalah 250-300 kg/jam.

Gambar 7. Mesin Chota sifter 8. Winnower

Winnower yang dapat dilihat pada Gambar 8 adalah mesin yang berfungsi untuk

memisahkan partikel teh berdasarkan berat bubuk. Bubuk akan dimasukkan pada salah satu ujung winnower, sedangkan pada ujung lainnya terdapat blower yang menggerakkan angin keluar dari winnower. Bubuk yang masuk ke dalam mesin akan bergerak akibat blower dan terjatuh karena gaya gravitasi. Bubuk yang lebih berat akan jatuh lebih awal daripada bubuk yang lebih ringan, sehingga bubuk teh dapat diseragamkan berdasarkan beratnya. Di bawah mesin Winnower, terdapat 16 corong yang berfungsi sebagai tempat keluarnya bubuk teh. Bubuk yang keluar akan ditampung dalam gentong sortasi. Tahun pembuatan mesin winnower pada pabrik PTPN IX Kebun Jolotigo adalah tahun 1968. Kapasitas dari 1 unit winnower adalah 250-300 kg/jam.

9. Crusher

Crusher yang dapat dilihat pada Gambar 8 adalah mesin yang digunakan untuk

mengecilkan partikel bubuk teh yang tidak dapat diproses pada proses sortasi mutu I akibat ukurannya yang besar. Contoh partikel bubuk teh yang besar adalah serat daun, tulang daun, tangkai, gulma, dll. Pada mesin crusher, terdapat 2 silinder besi yang besar untuk menggilas dan menghancurkan bubuk yang dimasukkan. Terdapat pula kunci pada bagian atas crusher untuk mengatur seberapa halus atau kasar hasil yang diinginkan dengan cara mempersempit jarak antar 2 silinder besi. Apabila tidak diatur, partikel teh yang terlalu besar dapat menyumbat mesin karena jarak yang terlalu sempit untuk keluarnya partikel teh. Tahun pembuatan mesin crusher pada pabrik PTPN IX Jolotigo adalah tahun 1981. Kapasitas dari 1 unit crusher adalah 250-300 kg/jam.

Gambar 9. Mesin Crusher 10. Peti miring

Peti miring yang dapat dilihat pada Gambar 10 adalah tempat penyimpanan bagi bubuk teh yang telah selesai melalui bagian sortasi. Penyimpanan bubuk teh dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu BOP, BOPF, PF, DUST, BP, BT, PF II

Fanning II, DUST II, dan DUST III. Kapasitas total dari peti miring adalah 13.100

Gambar 10. Peti Miring 11. Gentong sortasi

Selama proses sortasi, bubuk teh hasil samping maupun hasil jadi yang telah selesai diproses ditampung dalam gentong sortasi yang dapat dilihat pada Gambar 11 sebagai penampungan sementara. Kapasitas dari satu gentong adalah 25 kg. Jumlah gentong yang digunakan dapat mencapai 80 buah.

Gambar 11. Gentong Sortasi Berisi Bubuk Teh 12. Exhaust fan

Tujuan pemasangan Exhaust fan yang dapat dilihat pada Gambar 12 pada proses sortasi adalah untuk mengeluarkan debu teh yang dihasilkan selama proses sortasi

keluar menuju ruang debu yang terletak dibelakang ruang sortasi. Terdapat 2 Exhaust

fan yang dipasang pada dinding tepat dibelakang kedua mesin Chota sifter.

Gambar 12. Exhaust fan

Dokumen terkait