• Tidak ada hasil yang ditemukan

n LAPORAN KEUANGAN 17 BEBAN LANGSUNG

Dalam dokumen Annual Report PLNE 2010 (Halaman 33-37)

2010 2009 Rp Rp Sub-kontraktor 28.980.928.578 20.351.553.577 Remunerasi enjiniring 22.823.092.037 28.464.183.883 Perjalanan dinas dan transportasi 10.668.935.248 9.039.204.577 Alat tulis kantor 4.169.794.127 1.240.159.673

Pelatihan 3.831.572.658 -

Sewa 1.689.291.797 1.970.205.704

Imbalan jasa kerja 1.030.112.078 - Lain-lain 2.874.497.924 5.432.481.001 Jumlah 76.068.224.447 66.497.788.415

18. BEBAN USAHA

2010 2009

Rp Rp

Gaji dan kesejahteraan karyawan 20.095.485.675 14.659.937.616 Perjalanan dinas dan transportasi 2.680.065.739 1.714.534.863 Konsultan 2.620.949.317 1.059.443.753

Sewa 2.345.642.124 2.418.915.630

Jasa tenaga kerja 1.807.938.019 1.596.954.513 Alat keperluan kantor 1.270.781.666 1.515.015.849 Asuransi 796.760.750 1.214.907.183 Tunjangan pajak penghasilan karyawan 752.511.483 2.323.283.230 Telekomunikasi 658.640.336 426.943.765

Konsumsi 599.434.969 469.435.139

Imbalan jasa kerja 520.989.173 - Perawatan dan perbaikan 469.951.037 289.750.377 Penyusutan 378.851.988 378.919.942 Alat tulis kantor 352.804.769 503.059.607 Iklan dan promosi 181.513.000 231.435.150 Beban piutang ragu-ragu 97.801.988 1.622.659.922 Lain-lain 570.152.842 2.039.344.158 Jumlah 36.200.274.875 32.464.540.697

19. PAJAK PENGHASILAN

Beban pajak Perusahaan terdiri dari:

2010 2009

Rp Rp

PT. PRIMA LAYANAN NASIONAL ENJINIRING

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009

SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Lanjutan)

Pajak kini

Rekonsiliasi antara pendapatan usaha menurut laporan laba rugi dengan pendapatan kena pajak penghasilan final tahun berjalan adalah sebagai berikut :

2010 2009

Rp Rp

Pendapatan usaha menurut laporan laba rugi 162.766.642.641 110.911.463.040 Koreksi negatif

Pengurangan pendapatan ( 1.594.382.826) (23.977.897) Pendapatan kena pajak 161.172.259.815 110.887.485.143 Pendapatan dikenakan Pajak Penghasilan Final tarif 6% - 13.897.694.970 Pendapatan dikenakan Pajak Penghasilan Final tarif 4% 161.172.259.815 96.989.790.173 Beban pajak final (6%) - 833.861.698 Beban pajak final (4%) 6.446.890.393 3.879.591.607 Jumlah beban pajak final 6.446.890.393 4.713.453.305 Rekonsiliasi antara rugi sebelum pajak menurut laporan laba rugi atas porsi pendapatan yang dikenakan pajak penghasilan non final dengan laba kena pajak adalah sebagai berikut :

2010 2009

Rp Rp

Laba sebelum pajak menurut laporan laba rugi 955.391.647 8.361.675.342 Perbedaan yang tidak dapat diperhitungkan

menurut fiskal :

Kesejahteraan dan tunjangan pajak karyawan 131.946.681 859.366.484 Penyisihan piutang ragu-ragu 2.669.300 311.802.589

Asuransi 8.920.999 80.349.024

Beban dan denda pajak 768.746 40.766.065 Penyusutan aset tetap (4.988.823) 3.285.272 Penghasilan bunga dikenakan pajak final (63.642.249) (126.584.347) Lain-lain 229.018.805 308.710.290 Jumlah 304.693.459 1.477.695.376 Laba kena pajak 1.260.085.106 9.839.370.718 Perhitungan beban pajak adalah sebagai berikut :

2010 2009

Rp Rp

28% x Rp 9.839.370.000 tahun 2009 - 2.755.023.600 25% x Rp 1.260.085.000 tahun 2010 315.021.250 -

Jumlah 315.021.250 2.755.023.600

PT. PRIMA LAYANAN NASIONAL ENJINIRING

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009

SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Lanjutan)

n LAPORAN KEUANGAN

Rincian beban dan hutang pajak kini adalah sebagai berikut:

2010 2009

Rp Rp

Beban pajak final 6.446.890.393 4.713.453.305 Beban pajak non-final 315.021.250 2.755.023.600 Jumlah 6.761.911.643 7.468.476.905 Dikurangi pembayaran pajak di muka

Bukti pemotongan pajak penghasilan final 5.627.147.176 3.680.961.726 Pasal 23 89.329.600 1.529.071.949

Fiskal - 2.500.000

Jumlah 5.716.476.776 5.212.533.675 Hutang pajak 1.045.434.867 2.255.943.230

Surat Ketetapan Pajak

Pada tanggal 28 Oktober 2009, Perusahaan menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) atas pajak penghasilan (PPh) badan tahun pajak 2004 sejumlah Rp 657.768.472. Selama tahun 2009, Perusahaan menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh pasal 21 dan pasal 23 tahun pajak 2004 dan Surat Tagihan Pajak (STP) atas PPh pasal 21, pasal 23, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Fiskal Luar Negeri untuk tahun pajak 2009 dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp 658.003.249. Pada tanggal 28 Oktober 2009, SKPKB dan STP tersebut telah dipindahbukukan terhadap SKPLB PPh badan tahun 2004 sebesar Rp 657.768.472 dan dibayar tunai sebesar Rp 234.777 pada tanggal 10 Pebruari 2010.

Pada tanggal 22 Januari 2009, Perusahaan menerima STP atas PPh pasal 25 tahun 2008 masing-masing sebesar Rp 1.032.322.400, Rp 72.262.568, dan Rp 400.000 untuk pokok, bunga, dan denda. Perusahaan juga menerima STP atas PPh pasal 21, pasal 23, dan PPN tahun 2008 dengan jumlah keseluruhan sebesar Rp 29.759.766. Perusahaan telah melakukan pembayaran atas seluruh STP tersebut pada tanggal 10 September 2009.

Sehubungan dengan pemeriksaan pajak, Perusahaan mencatat beban pajak sebesar Rp 212.151.732 pada tahun 2009 yang dicatat sebagai beban lain-lain.

20. DIVIDEN TUNAI

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 21 Mei 2010, pemegang saham menyetujui pembagian dividen tunai atas laba bersih tahun 2009 sebesar Rp 1.669.000.000. Dividen tersebut telah dibayarkan pada tanggal 2 Agustus 2010.

Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 19 Juni 2009, pemegang saham menyetujui pembagian dividen tunai atas laba bersih tahun 2008 sebesar Rp 1.047.889.997. Dividen tersebut telah dibayarkan pada tanggal 31 Desember 2009.

PT. PRIMA LAYANAN NASIONAL ENJINIRING

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009

SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Lanjutan)

21. IMBALAN KERJA Imbalan Pasca-Kerja

Program Iuran Pasti

Perusahaan mempunyai karyawan yang diperbantukan oleh PT PLN (Persero) pada Perusahaan. PT PLN (Persero) menanggung kewajiban imbalan pasca-kerja meliputi imbalan pensiun lain berupa uang pesangon, penghargaan masa kerja dan ganti kerugian, tunjangan tambahan penghasilan dan penghargaan purna jabatan, dan pemeliharaan kesehatan serta menyediakan program dana pensiun imbalan pasti bagi karyawan yang diperbantukan. Program dana pensiun ini dikelola oleh Dana Pensiun PLN (Persero). Selama karyawan diperbantukan bekerja pada Perusahaan, Perusahaan wajib membayar iuran program pensiun kepada PT PLN (Persero) berdasarkan keputusan Direksi PT PLN (Persero) No. 332.K/010/DIR/2003. Iuran yang dibayar Perusahaan diakui sebagai beban pada tahun berjalan, karena Perusahaan tidak memiliki kewajiban hukum atau konstruktif untuk membayar kontribusi lebih lanjut.

Iuran pensiun yang dibayarkan Perusahaan untuk karyawan yang diperbantukan sebesar Rp 113.822.145 di tahun 2010 dan Rp 110.755.921 di tahun 2009.

Karyawan tetap berhak diikutsertakan dalam imbalan pasca-kerja yang imbalannya ditentukan berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003. Jumlah karyawan yang berhak atas imbalan pasca-kerja tersebut adalah 42 orang pada tahun 2010.

Imbalan Kerja Jangka Panjang

Perusahaan juga memberikan imbalan kerja jangka panjang tanpa pendanaan berupa tunjangan uang cuti besar, tunjangan kecelakaan dinas, dan bantuan kematian dan pemakaman bagi karyawan yang memenuhi persyaratan.

Perhitungan imbalan pasca-kerja dan imbalan kerja jangka panjang ini dihitung oleh PT Binaputera Jaga Hikmah, aktuaris independen. Asumsi utama yang digunakan oleh aktuaris adalah sebagai berikut :

Umur pensiun normal 56 tahun Tingkat diskonto per tahun 9,13% tahun 2010 Tingkat kenaikan gaji per tahun 8%

Tingkat cacat 0,02%

Tingkat kematian CSO 58 modified

Beban imbalan kerja Perusahaan dicatat sebagai beban kepegawaian yaitu sebagai berikut : 2010

Imbalan Imbalan kerja jangka

pasca-kerja panjang Jumlah

Rp Rp Rp

Biaya jasa kini 854.125.183 1.020.390.352 1.874.515.535 Beban bunga 62.719.014 73.881.838 136.600.852 Keuntungan aktuaria - (460.015.136) (460.015.136) Jumlah 916.844.197 634.257.054 1.551.101.251

PT. PRIMA LAYANAN NASIONAL ENJINIRING

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009

SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Lanjutan)

n LAPORAN KEUANGAN

Kewajiban imbalan pasca-kerja dan imbalan jangka panjang yang timbul sebelum tahun 2010 sebesar Rp 1.496.175.818 dicatat sebagai beban tahun berjalan karena jumlahnya tidak signifikan.

2010 Imbalan Imbalan kerja jangka

pasca-kerja panjang Jumlah

Rp Rp Rp

Nilai tunai kewajiban kini 923.182.246 634.257.054 1.557.439.300 Kerugian aktuaria belum diakui (6.338.049) - (6.338.049) Kewajiban imbalan kerja 916.844.197 634.257.054 1.551.101.251 Mutasi kewajiban imbalan kerja Perusahaan adalah sebagai berikut :

2010 Imbalan Imbalan kerja jangka

pasca-kerja panjang Jumlah

Rp Rp Rp

Saldo awal tahun - - -

Beban tahun berjalan 916.844.197 634.257.054 1.551.101.251

Pembayaran imbalan - - -

Saldo akhir tahun 916.844.197 634.257.054 1.551.101.251

22. SIFAT DAN TRANSAKSI HUBUNGAN ISTIMEWA

Sifat Hubungan Istimewa

a. PT PLN (Persero) dan Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan PLN (Persero) (YPK) merupakan pemegang saham Perusahaan.

b. Perusahaan yang pemegang sahamnya sama dengan pemegang saham utama Perusahaan yaitu PT Indonesia Power, PT Pelayanan Listrik Nasional Batam, dan PT Pelayanan Listrik Nasional Tarakan.

PT. PRIMA LAYANAN NASIONAL ENJINIRING

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009

SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Lanjutan)

Transaksi-transaksi Hubungan Istimewa

Perusahaan melakukan transaksi tertentu dengan pihak hubungan istimewa, yang meliputi antara lain:

a. Perusahaan memberikan jasa enjiniring dan lainnya serta jasa konsultan kepada pihak hubungan istimewa. Rincian transaksi pendapatan dan piutang usaha dari pihak hubungan istimewa adalah sebagai berikut:

Perusahaan juga melakukan transaksi lain dengan pihak-pihak hubungan istimewa. Hutang Perusahaan kepada PT PLN (Persero) pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp 41.131.466 dan Rp 15.279.827 merupakan hutang yang timbul atas biaya

Perusahaan yang dibayarkan terlebih dahulu.

b. Perusahaan melakukan perjanjian dengan PT PLN (Persero) yang meliputi pekerjaan jasa konsultasi studi kelayakan (feasibility study) PLTU Skala Kecil di 33 lokasi luar Jawa. c. Perusahaan menyewa gedung kantor milik PT PLN (Persero) seluas 1.009 m2 di Jl. Aipda

K.S. Tubun 1/2, Jakarta, dengan nilai sewa sebesar Rp 614.662.620 tahun 2010 dan Rp 558.784.200 tahun 2009.

23. ASET DAN KEWAJIBAN MONETER DALAM MATA UANG ASING

Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, Perusahaan mempunyai aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing sebagai berikut:

2010 2009

Mata Uang Mata Uang

Asing Ekuivalen Rp Asing Ekuivalen Rp

Aset

Bank US$ 466.876 4.197.684.544 340.988 3.205.383.832

Piutang usaha US$ 714.698 6.425.847.290 587.044 5.518.213.600

Jumlah Aset US$ 1.181.574 10.623.531.834 928.032 8.723.597.432

Kewajiban

Hutang lain-lain US$ 30.000 269.730.000 170.000 1.598.000.000

Jumlah aset bersih US$ 1.151.574 10.353.801.834 758.032 7.125.597.432

Pendapatan Piutang usaha Pendapatan Piutang usaha

Rp Rp Rp Rp PT PLN (Persero) 158.312.038.756 14.170.211.461 128.221.800.556 11.412.690.628 PT Indonesia Power 1.087.575.000 270.897.000 246.270.000 270.897.000 PT Pelayanan Listrik Nasional Batam 415.510.000 415.510.000 219.850.000 - PT Pelayanan Listrik Nasional Tarakan 151.750.000 166.925.000 - 166.925.000 Jumlah 159.966.873.756 15.023.543.461 128.687.920.556 11.850.512.628 Persentase dari jumlah

pendapatan 95,45% 94,29% Persentase dari jumlah

aset 9,07% 7,68%

2010 2009

PT. PRIMA LAYANAN NASIONAL ENJINIRING

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009

SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Lanjutan)

n LAPORAN KEUANGAN

24. INSTRUMEN KEUANGAN, MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN DAN RISIKO MODAL Tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan

Tujuan dan kebijakan manajemen risiko keuangan Perusahaan adalah untuk memastikan bahwa sumber daya keuangan yang memadai tersedia untuk operasi dan pengembangan bisnis, kredit, dan risiko likuiditas. Perusahaan beroperasi dengan pedoman yang telah ditentukan oleh Dewan Direksi.

i. Manajemen risiko mata uang asing

Perusahaan memiliki aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing seperti diungkapkan dalam Catatan 23. Perusahaan tidak menggunakan derivatif kontrak untuk membatasi risiko mata uang asing.

Sebagian besar transaksi Perusahaan adalah dalam mata uang Rupiah, yang juga merupakan mata uang fungsional. Manajemen menganggap bahwa dampak dari perubahan mata uang non-fungsional yaitu US Dollar tidak siginifikan meskipun baru-baru ini nilai tukar Rupiah terdepresiasi terhadap US Dollar.

ii. Manajemen risiko tingkat bunga

Dalam mengelola usaha Perusahaan menghadapi risiko suku tingkat bunga. Namun Perusahaan saat ini tidak mempunyai pinjaman, sehingga tingkat suku bunga tidak memberikan dampak signifikan terhadap operasional Perusahaan.

iii. Manajemen risiko likuiditas

Perusahaan dalam melakukan ekspansinya membutuhkan dana untuk investasi yang bersumber penerimaan kas hasil operasional Perusahaan. Risiko likuiditas yang dihadapi adalah atas kewajiban lancar terutama hutang usaha yang meningkat akibat adanya

penggunaan jasa pihak ketiga dan keterlambatan pembayaran hutang pajak serta hutang lainlain. Risiko ini lebih disebabkan oleh keterlambatan penyelesaian pekerjaan investasi.

Dalam kerangka pengendalian risiko terkait likuiditas, Perusahaan melaksanakan pengendalian risiko pada fungsi perbendaharaan. Dalam pelaksanaannya fungsi perbendaharaan dibantu oleh fungsi terkait melaksanakan pengelolaan risiko likuiditas untuk pengelolaan dana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang termasuk persyaratan likuiditas manajemen. Perusahaan mengatur risiko likuiditas dengan mempertahankan cadangan yang memadai dan fasilitas perbankan, dengan terus memantau perkiraan dan arus kas aktual, dan mencocokkan profil pendapatan, jatuh tempo aset keuangan dan kewajiban.

iv. Manajemen risiko kredit

Risiko kredit mengacu pada risiko bahwa pelanggan gagal dalam memenuhi kewajiban

kontraktualnya yang mengakibatkan kerugian bagi Perusahaan. Risiko ini lebih disebabkan oleh pembayaran pelanggan yang tidak tepat waktu dan keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Upaya-upaya pengelolaan risiko dilaksanakan dengan penjadwalan ulang atas pembayaran pelanggan. Sebagai Perusahaan yang dapat digolongkan dalam infrastruktur, dalam meminimalkan risiko tidak tertagihnya piutang, Perusahaan melakukan pendekatan kepada pelanggan jika pelanggan tidak membayar pada waktu yang telah ditentukan dengan melakukan persuasif dan mengirimkan surat pemberitahuan kembali ke pelanggan untuk melakukan pembayaran.

Piutang usaha terdiri dari sejumlah besar pelanggan, yang bergerak di bidang ketenagalistrikan. Nilai tercatat aset keuangan pada laporan keuangan setelah dikurangi dengan penyisihan untuk kerugian mencerminkan eksposur Perusahaan terhadap risiko kredit.

PT. PRIMA LAYANAN NASIONAL ENJINIRING

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2010 DAN 2009

SERTA UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010 DAN 2009 (Lanjutan)

25. PERSETUJUAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Direksi Perusahaan telah menyetujui laporan keuangan untuk diterbitkan pada tanggal 25 Maret 2011.

Dalam dokumen Annual Report PLNE 2010 (Halaman 33-37)

Dokumen terkait