• Tidak ada hasil yang ditemukan

III . METODE PENELITIAN

E. Analisa Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

47.36. Namun menurut Samsul (2004) presentase zat mudah menguap

(Volatile Matter) diatas 41,25% yang dimiliki briket akan lebih baik.

Sedangkan dari standar indonesia briket yang baik zat mudah menguapnya

berkisar 16,14%. Bila dibandingkan dengan Tabel 2 pada standar kualitas

briket arang terlihat bahwa pada masing- masing negara berbeda standar zat

mudah menguap yang diberlakukan yakni berkisar antara 15-30 % sedangkan

pada penelitian ini kadar zat mudah menguap yang dihasilkan yakni 47-50%

sehingga dapat dikatakan bahwa kadar zat mudah menguap briket ini belum

memenuhi standar.

C. Kadar Abu 1. Hasil

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa

semakin tinggi kadar perekat maka kadar abu briket yang dihasilkan semakin

8,4 8,5 8,6 8,7 8,8 8,99 9,1 9,2 9,3 4% 5% 6% Kadar Abu (%)

Konsentrasi Tepung Perekat Tapioka

4% 5% 6%

penambahan perekat 5% diperoleh kadar abu 9,00 dan penambahan perekat 6%

dengan kadar 8,69 untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada Tabel 8

dan Gambar 3 dibawah ini :

Tabel 8. Rata – rata Kadar Abu

Perlakuan Ulangan Jumlah

Rata-rata 1 2 3 K1 9,18 9,21 9,24 27,63 9,21 K2 8,98 9,02 9,01 27,01 9,00 K3 8,67 8,67 8,73 26,07 8,69 Keterangan :

K1 = 4% (Penambahan perekat tapioka sebanyak 40 gram)

K2 = 5% (Penambahan perekat tapioka sebanyak 50 gram)

K3 = 6% (Penambahan perekat tapioka sebanyak 60 gram)

Gambar 3. Kadar Abu Briket Cangkang Kelapa Sawit

Adapun hasil analisa sidik ragam briket cangkang kelapa sawit dengan

konsentrasi penambahan tepung perekat tapioka dapat dilihat pada Tabel 9 di

Tabel 9. Analisa Sidik Ragam Kadar Abu SK DB JK KT F hitung F tabel 1% 5% Perlakuan 2 0,411289 0,20564 243,526** 10,92477 5,143253 Galat 6 0,005067 0,00084 Total 8 0,41636 Keterangan :

(**) = Berbeda sangat nyata

Dari Tabel analisa sidik ragam tersebut diketahui bahwa perbedaan

penambahan perekat tapioka pada briket sangat berpengaruh atau berbeda

sangat nyata terhadap kadar abu briket cangkang kelapa sawit.

2. Pembahasan

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa briket dengan komposisi 4% memiliki

kadar abu sebanyak 9,21 dan briket yang memiliki komposisi 6% mempunyai

kadar abu 8,69 bahkan komposisi 5% nilainya mendekati nilai dari komposisi

4% tersebut yakni 9,00. Hal ini dikarenakan pada perlakuan 4% perekat

tapioka menyatu pada komponen-komponen serbuk cangkang kelapa sawit,

pada saat proses pengadukan. Sehingga komposisi yang rendah tadi pada saat

dipress menggunakan mesin pencetak ikut tertekan pada bahan. Saat

pembakaran penyatuan perekat dan serbuk seimbang sehingga pembakaran

yang dihasilkan baik dan memiliki abu yang banyak. Sedangkan pada

perlakuan K2 dan K3 komposisi perekat yang banyak sehingga pada proses

pencampuran dengan bahan kurang maksimal, pada saat pembakaran perekat

tapioka menghasilkan pembakaran yang kurang baik dan abu yang dihasilkan

pun sedikit. Nilai kadar abu pada briket ini tidak memenuhi standar indonesia

membuktikan pendapat Earl (1997) yang menyatakan bahwa semakin tinggi

kadar abu, nilai kalor semakin rendah. Terlihat bahwa K1 walaupun kadar

abunya yang tertinggi, ternyata nilai kalornya justru yang paling tinggi. pada

penelitian briket ini kadar abu yang dihasilkan memenuhi standar briket

Inggris.

Dari Tabel analisa sidik ragam diketahui bahwa penambahan perekat

tapioka berpengaruh sangat nyata pada kadar zat abu.

D. Kadar karbon Terikat 1. Hasil

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa

semakin tinggi kadar perekat maka kadar air briket yang dihasilkan semakin

tinggi, dimana pada penambahan perekat 4% diperoleh kadar karbon terikat

27,45 pada penambahan perekat 5% diperoleh kadar karbon terikat 24,46 dan

penambahan perekat 6% dengan kadar karbon terikat 20,56 untuk lebih

jelasnya data tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 4 di bawah ini :

Tabel 10. Rata-rata Karbon Terikat Briket Cangkang Kelapa Sawit

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3

K1 27,44 27,49 27,41 82,34 27,45

K2 24,46 24,34 24,57 73,37 24,46

K3 20,6 20,65 20,7 155,71 20,65

Keterangan :

K1 = 4% (Penambahan perekat tapioka sebanyak 40 gram)

K2 = 5% (Penambahan perekat tapioka sebanyak 50 gram)

0 5 10 15 20 25 30 4% 5% 6%

Kadar Karbon Terikat

(%)

Konsentrasi Tepung Perekat Tapioka

4% 5% 6%

Gambar 4. Kadar Karbon Terikat Briket Cangkang Kelapa Sawit

Adapun hasil analisa sidik ragam briket cangkang kelapa sawit dengan

konsentrasi penambahan tepung perekat tapioka dapat dilihat pada Tabel 11 di

bawah ini :

Tabel 11. Analisa Sidik Ragam Karbon Terikat Briket

SK DB JK KT F hitung F tabel 1% 5% Perlakuan 2 69,62549 34,8127 6013,72 ** 10,92477 5,143253 Galat 6 0,034733 0,00579 Total 8 69,6602 Keterangan :

(**) = Berbeda sangat nyata

Dari analisa sidik ragam diketahui bahwa perbedaan penambahan

Perekat tapioka sangat berpengaruh atau berbeda sangat nyata terhadap kadar

karbon terikat briket cangkang kelapa sawit.

2. Pembahasan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan diketahui bahwa briket K1

dengan komposisi perekat 4% yang memiliki karbon terikat tertinggi yaitu

perekat 6% yaitu 20,65 ini disebabkan karena pada penelitian briket ini hasil

yang diperoleh pada kadar zat mudah menguap dan kadar airnya yang memiliki

rata-rata tinggi sehingga kadar karbonnya rendah. Kadar karbon terikat

menunjukkan jumlah bahan bakar dalam biomassa kandungan utamanya adalah

karbon. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap nilai kalor briket dengan

demikian semakin tinggi kandungan zat karbon maka pada suatu zat maka nilai

kalornya akan semakin tinggi pula (Gandhi, 2007). Kadar karbon terikat pada

briket ini masih terlalu rendah bila dibandingkan dengan standar briket,

sehingga belum memenuhi standar briket dari beberapa negara yakni Jepang,

Inggris, Amerika maupun Indonesia.

Pada analisa sidik ragam diperoleh hasil bahwa penambahan perekat

tapioka pada briket ternyata berpengaruh sangat nyata terhadap beberapa

karakteristik dari pengujian briket, hal ini juga termasuk pada karakteristik

kadar karbon terikatnya. Dengan melihat hasil pengujian kadar karbon terikat

briket ini diketahui bahwa kadar karbonnya tidak memenuhi standar briket

Jepang, Amerika, Inggris dan Indonesia.

E. Nilai Kalor 1. Hasil

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa

konsentrasi penambahan tepung perekat tapioka tidak mempengaruhi nilai

kalor yang dihasilkan, dimana pada penambahan perekat 4% diperoleh nilai

kalor 5046,38 pada penambahan perekat 5% diperoleh nilai kalor 4966,09 dan

4500 4600 4700 4800 4900 5000 5100 4% 5% 6%

Nilai Kalor (kal/g)

Konsentrasi Tepung Perekat Tapioka

4% 5% 6%

signifikan untuk lebih jelasnya data tersebut dapat dilihat pada Tabel 12 dan

Gambar 5 di bawah ini :

Tabel 12. Rata-Rata Nilai Kalor Briket Cangkang Kelapa Sawit

Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata

1 2 3

K1 5049,24 5045,71 5044,20 15139,14 5046,38

K2 4967,08 4962,62 4968,57 14898,28 4966,09

K3 4741,93 4738,14 4735,78 30037,42 4738,62

Keterangan :

K1 = 4% (Penambahan perekat tapioka sebanyak 40 gram)

K2 = 5% (Penambahan perekat tapioka sebanyak 50 gram)

K3 = 6% (Penambahan perekat tapioka sebanyak 60 gram)

Gambar 5. Nilai Kalor Briket Cangkang Kelapa Sawit

Adapun hasil analisa sidik ragam briket cangkang kelapa sawit dengan

konsentrasi penambahan tepung perekat tapioka dapat dilihat pada Tabel 13 di

Tabel 13. Analisa Sidik Ragam Nilai Kalor Briket Cangkang Kelapa Sawit

Keterangan :

(tn) = Tidak Berbeda Nyata

Dari analisa sidik ragam diketahui bahwa perbedaan penambahan

perekat tapioka tidak berbeda nyata terhadap nilai kalor pada briket cangkang

sawit.

2. Pembahasan

Dari analisa sidik ragam pada briket dengan karakteristik K1 dengan

komposisi 4% , K2 dengan komposisi 5% dan K3 dengan komposisi 6% briket

tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap nilai kalor briket yang

dihasilkan. Dari hal ini diketahui bahwa dalam pembuatan briket dengan

konsentrasi penambahan perekat tapioka yang berbeda-beda tidak

mempengaruhi nilai kalor yang dihasilkan. Konsentrasi penambahan perekat

disesuaikan pada bahan baku briket. Nilai kalor briket ini belum memenuhi

standar briket Jepang, Amerika, Inggris maupun Indonesia yang memiliki nilai

kalor Berkisar antara 6000-7500 kal/g sedangkan pada briket ini hanya

menghasilkan nilai kalor antara 4000-5000 kal/g.

SK DB JK KT F hitung F tabel

1% 5%

Perlakuan 2 26,38464 13,1923 0,00052tn 10,92477 5,143253

Galat 6 152935,6 25489,3

Dokumen terkait