• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5. TINJAUAN PUSTAKA

1.5.4. Narasumber dan Sumber Berita

Narasumber dalam hal ini memegang peranan penting dalam mendistribusikan informasi atau bisa juga disebut komunikator utama dalam sebuah peristiwa. Narasumber menurut Bagong suyatna adalah peranan informan dalam mengambil data yang akan digali dari orang-orang tertentu yang dinilai menguasai persoalan yang hendak diteliti, mempunyai keahlian dan berwawasan cukup (Suyatna, 2005:72).

Menurut Strentz dalam Kurnia (2005:213) membagi menjadi dua jenis sumber berita, yakni sumber berita konvensional dan non konvensioal. Sumber berita konvensional yakni tempat-tempat dimana biasa wartawan mencari dan memperoleh berita. Tempat-tempat yang dimaksud seperti kantor pemerintahan, humas atau sumber promosi, berbagai peristiwa yang bernilai berita dan catatan publik. Kemudian, sumber berita non konvensional biasanya ditemukan dari cara pengumpulan berita baru atau kurang sering dipergunakan, seperti teknik precicion journalism, peliputan ke kelompok minoritas (AIDS, misalnya) dan terorisme.

Terdapat sedikit perbedaan dalam pemaknaan antara sumber berita dengan narasumber. Sumber berita dalam hal ini yakni siapa saja yang dinilai mempunyai posisi mengetahui atau berkompeten terhadap suatu fakta, peristiwa atau kejadian, gagasan, serta data atau informasi yang bernilai berita (Kurnia, 2005:53-54). Sebaliknya, narasumber lebih tepatnya merujuk pada seseorang yang mana memiliki kecakapan khusus, baik berupa wawasannya atau terlibat di salah satu kejadian tertentu untuk dimintai keterangan dan data lainnya.

36

Lain halnya dengan penjelasan Zaenuddin H. Machmud (2009:99) dalam bukunya The Journalist menjelaskan sedikitnya ada empat sumber berita yang lazim digunakan wartawan. Pertama, peristiwa atau kejadian. Wartawan melakukan observasi langsung terhadap fakta-fakta yang ada di lapangan, dengan melihat, mendengar, dan merasakan apa yang terjadi, kemudian mencatatnya. Kedua, proses wawancara. Guna mendapatkan informasi sebagai berita, wartawan melakukan wawancara. Ia menanyai narasumber, yakni orang-orang yang terkait atau relevan dengan informasinya.

Ketiga, pencarian atau penelitian dokumen. Sebuah berita juga bisa digali dari dokumen – dokumen yang dianggap menyimpan informasi penting. Banyak peristiwa yang tidak dapat diungkap berdasarkan fakta-fakta terbuka dan pernyataan narasumber. Keempat, partisipasi dalam peristiwa. Meskipun bertindak sebagai mediator, adakalanya jurnalis juga terlibat dalam penciptaan berita. Jurnalis juga menjadi sumber berita, saat konfrensi pers misalnya. Saat jurnalis lain mengajukan pertanyaan dan pertanyaan tersebut mengandung sebuah informasi yang layak dijadikan informasi baru kepada jurnalis lainnya.

1.5.4.1. Tiga Bentuk Sumber Berita

Sumber-sumber berita harus dikelompokan menurut jenis beritanya. Jenis berita politik tentu berbeda dengan sumber berita jenis kejahatan atau hukum dan peradilan. Sumber berita pada masing-masing kelompok tersebut haruslah terdiri atas mereka yang benar-benar berada dalam posisi mengetahui atau berkompeten untuk berbicara mengenai fakta atau kejadian yang hendak dilaporkan oleh jurnalis. Jurnalis biasanya selalu menyebut identitas sumbernya dengan jelas. Kecuali bila sumbernya itu menyatakan tidak ingin disebutkan identitasnya, sesuai

37

dengan kode etik jurnalistik, permintaan itu harus dipenuhi. Untuk jurnalis yang bersangkutan, bila tetap ingin melaporkan informasi dari sumber demikian, harus bertanggung jawab sendiri karena dalam posisi mengetahui.

Sedia Wiling Barus dalam bukunya Jurnalistik, Petunjuk Teknis Menulis Berita (2010:56-57) menjelaskan masing-masing jenis atau bidang pemberitaan selalu mencakup sumber-sumber sebagai berikut.

1. Sumber berita atas nama pribadi.

Mencakup orang-orang biasa (ordinary man) yang juga biasa disebut dengan man in the street (seperti pengunjung pameran, preman terminal,orang-orang berlalu lalang di pasar, petugas parkir, pengantar surat, dan lain-lain). Pakar di bidang keahlian masing-masing (seperti pakar hukum, olahraga, ilmu politik, ekonom, ahli forensik, kriminolog, musisi, sutradara, sastrawan/budayawan, dan narasumber lainnya) atau berdasarkan profesi seperti polisi, petugas administrasi kesehatan, pegawai kantor pengadilan, sopir, dan lain sebagainya. 2. Sumber berita pribadi atas nama kelompok atau golongan

Mencakup tokoh masyarakat (opinion leader), pimpinan organisasi bisnis, pimpinan teras partai (the party machinery), anggota parlemen, pemuka agama, kepala suku dan para pimpinan yang mewakili komunitas tertentu (suku, bangsa, pemuda, anak remaja, kaum ibu, dan lain-lain).

3. Sumber berita organisasi /lembaga/instansi

Mencakup partai politik, pejabat pemerintahan atau lembaga publik (pejabat humas-PR), anggota parlemen, lembaga swasta, lembaga swadaya masyarakat (organisasi non pemerintah), asosiasi dagang, asosiasi industri, dinas penerangan polisi, dan militer.

38 1.5.4.2. Sumber Anonim

Peliputan jurnalistik kerap menemukan narasumber yang tak disebutkan jati dirinya. Sementara dari kesaksian, keterlibatan, keterangan yang dimilikinya, nafas pemberitaan itu bergantung. Oleh karenanya, apabila terdapat suatu kejadian yang narasumber yang tidak mau disebutkan identitasnya, atau disebut sumber anonim, hal ini akan mengurangi kredibilitas media.

Melihat pernyataan Andreas Harsono dalam mailing list majalah Pantau pada 27 Agustus 2003 seperti dikutip dalam Septiawan Santana Kurnia dalam bukunya Jurnalis Kontemporer halaman 214 menjelaskan, pada dasarnya, sumber berita yang anonim tidak memberi kesempatan kepada audience (pemirsa, pembaca, pendengar) untuk menentukan seberapa besar derajat kepercayaan mereka pada sumber bersangkutan. Lanjutnya, jurnalis harus memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menentukan sendiri seberapa besar tingkat kepercayaan terhadap suatu keterangan. Seorang sumber anonim juga memiliki kecendrungan untuk lebih kurang bertanggungjawab dari sumber yang sama tapi identitasnya disajikan secara lengkap. Sumber anonim cenderung lebih sering “bernyanyi, kedengarannya merdu, dan sensasional.

Menurut majalah Pantauberdasar pada Warp Speed (1999) dalam bab “The Rise of Anonymous Sourcing” karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam Nurudin (2009:205) mencoba membahas pemakaian sumber anonim pada kasus Monica Lewinsky. Seseorang bisa diberi status anonim bila memenuhi ketujuh syarat sebagai berikut.

39

1. Sumber tersebut berada pada lingkaran pertama “peristiwa berita” yang dilaporkan. Artinya, sumber tersebut menyaksikan sendiri, atau terlibat langsung dalam peristiwa tersebut. Sumber ini bisa masuk dalam kategori pelaku, korban, atau saksi mata, namun dirinya bukanlah orang yang mendengar dari orang lain.

2. Keselamatan sumber tersebut terancam bila identitasnya dibuka. Dalam hal ini dikatakan terancam apabila nyawa anggota keluarga juga dirinya terancam. Bukan terancam dalam hal retaknya keberlangsungan hubungan sosial atau juga kelangsungan pekerjaan.

3. Motivasi sumber anonim memberikan informasi murni untuk kepentingan publik. Seorang jurnalis wajib mengukur motivasi sumber dalam memberikan informasi. Terdapat kasus dimana sumber memberikan informasi dan minta status anonim untuk menyerang lawan atau orang yang tidak disukainya. 4. Integritas sumber harus diperhatikan. Dalam hal ini narasumber yang

terindikasi mengarang cerita, dihindari untuk menganonimkan identitasnya. Biasanya, semakin tinggi jabaran seseorang, semakin sulit mempertahankan integritasnya.

5. Harus seizin atasan. Pemberian sumber anonim harus dilakukan dengan sepengetahuan dan seizin atasan. Hal tersebut untuk menghindari munculnya masalah apabila pemberitaan yang mencantumkan sumber anonim digugat oleh berbagai pihak tertentu.

6. Sumber anonim minimal dua orang. Hal tersebut sesuai dengan apa yang pernah dijelaskan Ben Bradlee, redaktur eksekutif harian The Washigton Post

40

pada zaman skandal Watergate. Hal tersebut dilakukan untuk melakukan verifikasi terhadap informasi yang sama.

7. Perjanjian dan kejelasan antara jurnalis dengan calon sumber anonim. Bahwa keanoniman identitas akan batal dan nama narasumber akan dibuka ke hadapan publik apabila terbukti berbohong atau sengaja menyesatkan dengan informasinya.

Dokumen terkait