BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Narkotika dan Penggolongannya
2) Penyerahan kepada seseorang 3) Perwatan dirumah sakit jiwa;
4) Perawatan di LPKS;
5) Kewajiban megikut pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan olehg pemerintah atau badan swasta
6) Pencabutan surat izin mengemudi :dan/atau 7) Perbaikan akibat tindak pidana.
2.5 Narkotika Dan Penggolongannya
tersebut selain didasarkan pada faktor-faktor diatas juga karena perkembangan kebutuhan dan kenyataan bahwa nilai dan norma dalam ketentuan yang berlaku tidak memadai lagi sebagai sarana efektif untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Salah satu materi baru dalam Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dibagi menjadi 3 (tiga) golongan, mengenai bagaimana penggolongan dimaksud dari masing-masing golongan telah di rumuskan dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-undang Narkotika.
Sehubung dengan adanya Penggolongan tentang jenis-jenis narkotika sebagaimana dimaksud dalam rumusan Pasal 6 ayat (1) ditetapkan dalam Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, seperti terurai di bawah ini.
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Sehubungan dengan adanya penggolongan Narkotika tersebut, mengenai jenis-jenis Narkotika golongan I telah di tetapkan dalam lampiran Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, sebagaimana terurai di bawah ini.
Selanjutnya mengenai penggolongan Narkotika di atur dalam Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu :
1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan;
2. Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan;
3. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk bertujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Menurut Wresniworo (1999 : 28), narkotika menurut cara / proses pengolahannya dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu :
a. Narkotika alam adalah narkotika yang berasal dari hasil olahan tanaman yang dapat dikelompokkan dari tiga jenis tanaman masing-masing : 1) Opium atau candu, yaitu hasil olahan getah dari buah tanaman papaver
somniferum. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah opium mentah, opium masak dan morfin. Jenis opium ini berasal dari luar negeri yang diselundupkan ke Indonesia, karena jenis tanaman ini tidak terdapat di Indonesia.
2) Kokain, yang berasal dari olahan daun tanaman koka yang banyak terdapat dan diolah secara gelap di Amerika bagian selatan seperti Peru, Bolivia, Kolombia.
3) Canabis Sativa atau marihuana atau yang disebut ganja termasuk hashish oil (minyak ganja). Tanaman ganja ini banyak ditanam secara ilegal didaerah khatulistiwa khususnya di Indonesia terdapat di Aceh.
.
b. Narkotika semi sintetis, yang dimaksud dengan Narkotika golongan ini adalah narkotika yang dibuat dari alkaloida opium dengan inti penathren dan diproses secara kimiawi untuk menjadi bahan obat yang berkhasiat sebagai narkotika. Contoh yang terkenal dan sering disalahgunakan adalah heroin dan codein.
c. Narkotika sintetis, narkotika golongan ini diperoleh melalui proses kimia dengan menggunakan bahan baku kimia, sehingga diperoleh suatu hasil baru yang mempunyai efek narkotika seperti Pethidine, Metadon dan Megadon.
A. Psikotropika
Pengertian menurut Badan WHO pada 1966, psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau pengalaman. Obat psikotropika adalah obat yang bekerja pada susunan syaraf pusat (SSP) yang memperlihatkan efek yang sangat luas. DalamUnited Nation Conference for Adoption of Protocal on Psychotropic Substance disebutkan
batasan-batasan zat psikotropik adalah bentuk bahan yang memiliki kapasitas yang menyebabkan:
1. keadaan ketergantungan;
2. depresi dan stimulan susunan syaraf pusat (SSP);
3. menyebabkan halusinasi
4. menyebabkan gangguan fungsi motorik atau persepsi atau mood.
Penggolongan psikotropika didasarkan sindroma ketergantungan, untuk pertama kali ditetapkan dan dilampirkan dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1997 ini. Penggolongan psikotropika sebagai berikut :
1. Psikotropika Golongan I
Psikoropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi.
Psikotropika golongan I ini mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
2. Psikotropika Golongan II
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan.
Psikotropika golongan II ini mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
3. Psikotropika Golongan III
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan. Psikotropika golongan III ini mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
4. Psikotropika Golongan IV
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan. Psikotropika golongan IV mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
5. Psikotropika Golongan V
Psikotropika golongan V ini adalah psikotropika yang tidak termasuk golongan I, II, III dan IV, yang tidak mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan, dan digolongkan sebagai obat keras.
Psikotropika ini tunduk pada perundangan obat keras dan tidak untuk pada Undang-undang No. 5 Tahun 1997.
Ketentuan khusus mengenai psikotropika golongan I, mengingat sangat berbahaya karena mengakibatkan sindroma ketergantungan yang amat kuat, dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1997 diatur dengan sangat ketat, antara lain:
1. hanya dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan (Pasal 4 ayat 2).
2. selain penggunaan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dinyatakan sebagai barang terlarang (Pasal 4 ayat 3).
3. dilarang diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi (Pasal6).
4. hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga ilmu penelitian, dan/atau lembaga pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan (Pasal 12 ayat (3).
5. hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan atau di impor secara langsung oleh lembaga yang bersangkutan tersebut (Pasal 13).
6. surat persetujuan impor hanya dapat diberikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan (Pasal 17 ayat (3).
7. pemusnahan terhadap Psikotropika golongan I wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan (Pasal 53 ayat (2) huruf b).
8. ketentuan pidana bagi tindak pidana psikotropika golongan I adalah lebih berat (Pasal 59 ayat (1).
Berikut ini adalah jenis-jenis dari psikotropika:
a. Ecstasy
Menurut (Partodiharjo, 2008 : 22),Bahwa: Sering digunakan sebagai alat penghayal tanpa harus berhalusinasi. tablet ini diproduksi khusus untuk disalahgunakan yaitu untuk mendapatkan rasa gembira, hilang rasa sedih, tubuh terasa fit dan segar. Dari kasus-kasus yang ada memperlihatkan bahwa ekstasi dapat memperlemah reaksi daya tahan tubuh, ada pengaruh terhadap perubahan menstruasi, termasuk ketidak teraturan menstruasi dan jumlah yang lebih banyak atau amenorhoe (tidak haid). Ekstasi merusak otak dan memperlemah daya ingat. Ekstasi merusak mekanisme di dalam otak yang mengatur daya belajar dan berpikir dengan cepat.
Terbukti dapat menyebabkan kerusakan jantung dan hati. Pemakai teratur telah mengakui adanya depresi berat dan telah ada kasus-kasus gangguan kejiwaan.
b. Shabu-Shabu
Menurut (Nasution, 2004 : 55),Merupakan kombinasi baru yang sedang laris, berbentuk bubuk mengkilat seperti garam dapur, shabu berisi metapetamin yang dicampur dengan berbagai psikotropika. Pemakai yang kronis akan tampak kurus, mata merah, malas mandi, emosi labil, dan loyo. Beberapa kasus menunjukkan dampak shabu-shabu yaitu menyebabkan orang menjadi ganas, serta meningkatkan kepercayaan diri yang tinggi berbuntut tingkah laku yang brutal.
Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikomsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu kearah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter kerena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar sabu denga pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup.
c. Zat Adiktif Lainnya
Menurut (Alifia, 2008 : 69 ),iyalah Zat adiktif lainnya adalah zat – zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :
1. Rokok
2. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.
3. Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan.
Adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat,karsinogetik, teratogenik, mutagenic, korosif dan iritasi.
Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan yaitu:
a. Minuman Keras
Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.
b. Nikotin
Nikotin adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa.
c. Volatile Solvent
Volatile Solvent adalah zat adiktif dalam bentuk cair.Zat ini mudah menguap. Penyalahgunaannya adalah dengan cara dihirup melalui hidung.
d. Inhalansia
Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan.Oleh sebab itu banyak ditemukan digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik dari inhalan adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem,semen karet, cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik (tip-ex), perekat kayu, bahan pembakaran aerosol, pengencer cat. Inhalan biasanya dilepaskan kedalam paru-paru dengan menggunakan suatu tabung.
B. Penyalahgunaan Narkotika
Saat sekarang ini penyebaran narkotika dan obat-obat terlarang mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Tidak terhitung banyaknya upaya pemberantasan narkoba yang sudah dilakukan oleh pemerintah, namun masih susah untuk menghindarkan dari narkotika dan obat-obat terlarang. Unsur penggerak atau motivator utama dari para pelaku kejahatan di bidang narkotika dan obat-obat terlarang ini adalah masalah keuntungan ekonomis. Bisnis narkotika dan obat-obatan terlarang tumbuh menjadi salah satu bisnis yang paling favorit di dunia, sehingga tidak mengherankan apabila penjualan narkotika dan obat-obat sama dengan pencucian uang dari bisnis narkotika dan obat-obatan terlarang. Begitu bahayanya akibat yang dapat ditimbulkan dalam penyalahgunaan narkotika sehingga dalam Pasal 114 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menjelaskan bahwa:
“Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum dalam hal narkotika yaitu menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara palinh singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
C. Ketentuan Pidana Penyalahgunaan Narkotika Golongan I menurut Undang –undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
Adapun beberapa ketentuan tindak pidana penyalahgunaan narkotika golongan Imenurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika adalah sebagai berikut;
Pasal 114 ayat (1) tersebut di atas menunjjukan bahwa undang-Undang semua perbuatan dengan tanpa hak atau melawan hukum menyalahgunakan narkotika golongan I,karena sangat membahayakan dan berpengaruh terhadap meningkatnya kriminalitas apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh seseorang atau tanpa hak , maka dapat di kategorikan sebegai perbuatan penyalahgunaan narkotika atau merupakan suatu tindak pidana khusus yang dapat di ancam dengan sanksi hukum yang berat.
Berdasarkan pengertian yang dikemukan diatas maka dapat di ketahui penyalahgunaan narkotika yaitu orang yang menggunakan narkotika secara luas tanpa hak atau melawan hukum secara luas.
Dalam Pasal 111 undang-undang Narkotika No 35 tahun 2009:
1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai,atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun danpidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapanratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
2. Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki,menyimpan, menguasai, atau menyediakan NarkotikaGolongan I dalam bentuk tanaman sebagaimanadimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu)kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelakudipidana dengan pidana penjara seumur hidup ataupidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan palinglama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimumsebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3(sepertiga).
Dalam Pasal 112 undang-undang No 35 tahun 2009:
1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukummemiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakanNarkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana denganpidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan palinglama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling
sedikitRp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan palingbanyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
2. Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai,atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanamansebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjaraseumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima)tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidanadenda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditambah 1/3 (sepertiga).
Dalam Pasal 113 undang-undang No 35 tahun 2009:
1. Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkanNarkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjarapaling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (limabelas) tahun dan pidana denda paling sedikitRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan palingbanyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2. Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor,mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan Isebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuktanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanamanberatnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana denganpidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidanapenjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimumsebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3(sepertiga).
Menurut Pasal 114 undang - undang Nomor 35 tahun 2009:
Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukummenawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,menjadi perantara dalam jual beli, menukar, ataumenyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana denganpidana penjara seumur hidup atau pidana penjara palingsingkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
1 dan pidana denda paling sedikitRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan palingbanyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
2 Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual,membeli, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan Isebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk
bukan tanamanberatnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidanamati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjarapaling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan pidana denda maksimum.
BAB 3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Data Anak yang Berkonflik Dengan Hukum
TABEL 1
REKAPITULASI DATA KASUS NARKOBA KHUSUS POLRESTABES MKS TAHUN 2016
JEN IS
TAHUN 2016
JML JA
N FE
B M AR
AP R
M EI
JU N
JU L
AG T
SE P
OK T
NO P
DE S
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
JTP (LP Mas uk)
17 35 19 40 21 19 16 31 28 30 36 292
PTP (Pen yele saia n)
17 16 17 31 25 41 12 21 22 31 26 259
JML TSK JML TSK JTP
22 45 27 53 28 27 17 41 46 37 45
388
JML TSK PTP
20 22 21 40 34 52 17 32 26 40 43 347
GO L.O NG AN BA ND AR
1 4 3 2 1 *
* * * * *
11
PEN GE DA R
9 27 12 30 16 14 6 12 10 26 20 182
PE MA KAI
12 14 12 21 11 13 11 29 36 11 25 195
BA RA NG BU KTI ECS TAS Y
1 33.
1/4 * 10
0 * * * * * * 2.1
/2 05
0 246.44 SAB
U SAB U
50 Ke cil 2 Se dan g 1
95 Pa ket Ke cil
= 1 Kg
83 Pa ket Ke cil
= 1 Kg
12 8 Pa ket Ke cil 3
16 Pa ket Be sar 94 Pa
80 Pa ket Ke cil
62 Pa ket Ke cil
1 Pa ket Se dan g 69
5 Pa ket Be sar 58 Pa
11 1 Pa ket Ke cil Sa
10 0 Sac h et kec il
897
Be sar
Pa ket Sd a ng 1 Pa ket Be sar
ket Ke cil
= 39 Kg
Pa ket Ke cil
ket Ke cil
bu Sa bu
UA
NG *
Rp .22 5.0 00
* Rp.
30.
00 0
* * * * * * * 255.00
0
GA NJA
* * * * 1 * *
3 lint ing
4 dos
ko pi 4 bat a ng GO
MA D RIL
* 3.7
35 * * * * * * * * * 3.735
TRA 1.1 * * 77 * * * * * * 1958
MA DO L
83 5
TH D
1.0
05 * * 49
8 * * * * * * 1503
JEN IS KEL AMI N LA KI-LA KI
20 39 26 48 24 23 17 38 46 36 40 357
PER EM PU AN
2 4 1 2 4 4 * 3 * 1 5 26
AN AK-AN AK
* 2 * 3 * * * * * * * 5
UM UR TSK 17
TH * 2 * 3 * * * * * 3 2 10
18-20 1 * 4 3 4 2 2 5 6 5 2 34
TH 21-25 TH
4 12 6 10 3 9 6 8 16 7 9 90
26-30 TH
5 3 2 12 5 2 5 15 11 9 11 80
31 TH KE AT AS
12 28 15 25 16 14 4 13 13 13 21 174
PEN DID I KA N
SD 5 7 9 11 6 2 1 4 8 11 11 75
SLT
P 5 9 6 21 7 9 9 10 13 17 12 118
SLT
A 12 26 13 19 15 15 7 24 24 8 21 184
PT * 3 * 2 * 1 * 3 1 1 1 10
PEK ERJ AA N
PEL 1 * 2 * * * * * 1 * 4
AJA R MA HAS ISW A
2 2 1 * 2 * 2 1 1 * 11
PNS * * * 2 * * * * * -
SW AS TA
8 9 4 18 8 4 5 11 15 11 5 98
POL
RI * * * * * * * * * -
WIR A SW AS TA
3 11 9 7 10 3 1 8 7 7 15 82
TA NI/
NEL A YA N
* * 1 * * * 1 * * 2
BU R UH HA RIA N
4 6 8 12 5 6 7 7 11 6 8 80
Sumber :Polrestabes Makassar
Berdasarkan tabel tersebut diatas, jumlah tersangka penyalagunaan narkoba dari bulan Januari 2016 s/d bulan Desember 2016 yang diproses di Polrestabes Makassar sebanyak 388, sedangkan jumlah tindak pidana penyalagunaan narkoba yang masuk ke Lembaga pemasyarakan sebanyak 292 orang , jumlah tersangka Penyeselesaian tindak pidana penyalagunaan narkoba selama tahun 2016 sebanyak 347 orang sedangkan jumlah penyelesaian tindak pidana yang terselesaikan sebanyak 259 orang.
Dari bulan Januari 2016 s/d bulan Desember 2016 terdapat 11 orang Bandar 182 orang Pengedar dan 195 pemakai , barang bukti yang disita oleh Polrestabes Kota Makassar dalam kurung waktu 2016 antara lain Ecstasy sebanyak 246,44 Butir, sabu-sabu sebanyak 897 paket terdiri dari 23 paket besar 3 paket sedang dan 873 paket kecil. Sedangkan ganja terdiri dari 3 linting 4 Dos kopi dan 3 batang, dan uang sebesar Rp.255.000.
Sedangkan jenis kelamin penyalagunaan narkoba terdiri dari 357 laki-laki, 26 orang perempuan dan 5 orang anak-anak, begitu pula dengan umur penyalaguna narkoba didominasi remaja yaitu usia 17-25 Th sebanyuak 133 orang. Yang sangat memprihatinkan penyalagunan narkoba terdapat anak SD sebanyak 75 orang, SLTP 118 SLTA 184 dan Perguruan Tinggi 10 orang
Dlam penelitian ini ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan penyalagunaan narkoba pada tahanan Polrestabes Kota Makassar. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan tahanan berkontribusi terhadap penyalagunaan narkoba, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan .berhubungan dengan penyalagunaan narkoba, olehnya
itu sekolah sebagai institusi atau lembaga mempunyai peranan penting dalam pencegaan penyalagunaan narkoba. Sekolah sebagai institusi atau lembaga pendidikan memiliki peranan penting membantu siswa berprilaku sehat, sekolah membentuk karakter, pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa dalam berprilaku menghindari penyalagunaan narkoba.
Peningkatan pengetahuan yang diperoleh dari bangku sekolah terhadap bahaya narkoba dapat mempengarui sikap ,individu yang selanjutnya juga dapat mempengarui prilakunya, bahwa pengguna narkoba yang terjaring di Polrestabes Makassar sudah merambah semua lapisan dari lapisan bawah sampai lapisan atas, dari yang terpelajar sampai ketingkat pendidikan rendah
Penyalagunaan narkoba saat ini tidak memandang status pekerjaan seseorang, pekerjaan dan jabtan yang tinggi tidak menjamin seseorang dapat terhindar dari penyalagunaan narkoba, bahkan seseorang yang tidak memiliki pekerjaan pun tidak luput dari jerat penyalagunaan narkoba.
Dalam penelitian yang penulis lakukan di Polrestabes Makassar didapati adanya korelasi antara merokok dan penyalagunaan narkoba, dimana penyalaguna narkoba adalah perokok, kebiasaan merokok pada siswa SMA merupakan salah saru faktor penyalagunaan narkoba, orang perokok senangtiasa menambah dosis rokoknya yang diisapnya setiap saat, efek dari rokok yang diisapnya berkurang bila pemakaian dihentikan akan tetapi akan timbul sindrom putus tembakau atau ketagian dan ketergantungan, sindrom putus tembakau merupakan gejala yang tidak mengenakkan baik mpsikis maupun fisik, untuk mengatasinya seseorang
akan mengisap kembali tembakau (rokok) dalam jumlah yang semakin sering dan banyak.
Berdasarkan tabel di atas data anak yang menggunakan narkotika selama tahun 2016 dari bulan januari sampai desember sebanyak 5 orang dan penyelesaiannya itu melalui diversi.
Pelaksanaan diversi pada prinsipnya dapat dilakukan disetiap tingkat pemeriksaan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan dipersidangan dan pelaksanaan putusan hakim. Tetapi dalam ketentuan hukum di Indonesia, Diversi hanya dimungkinkan di tingkat penyidikan (Polisi), sedangkan lembaga-lembaga lain belum ada aturannya. Diversi harus dilakukan sesuai dengan prinnsip-prinsip diversi yakni : a. Anak tidak boleh dipaksa untuk mengakui tindakan pidananya
b. Hanya dapat dilakukan bila anak mengakui kesalahan c. Pemenjaraan/penahanan bukan bagian dari diversi d. Adanya kemungkinan penyerahan kembali ke pengadilan
e. Hak anak tetap diperhatikan dalam hal kasuss anak diajukan ke pengandilan f. Tidak ada diskriminasi
Kelima anak tersebut diatas adalah disangkakan melakukan tindak pidana penyalagunaan narkoba sehingan kelimanya diperiksa dan disidik sebagai pelaku penyalagunaan narkoba bagi diri sendiri , karena dari kelimanya tidak teridentifikasi sebagai Bandar maupun sebagai pengedar, olehnya itu penyidikan Polisi dalam kasus kelima anak tersebut hanya berfokus pada hal tindak pidana penyalagunaan narkoba untuk dri sendiri, oleh karena kelimanya menyangkal sebagai pelaku tindak pdana penyalagunaan narkoba, bagi diri sendiri serta
minimnya barang bukti yang didapat oleh kepolisian, sehingga kelimanya dlakukanlah tindakan diversi oleh penyidik.
1. Posisi Kasus
Pada hari Senin tanggal 05 Januari 2015 sekitar pukul 23.00 wita, bertempat di rumah Tersangka Ical Setiawan Bin Nudin bertempat di BTP Blok AB kota Makassar petugas Kepolisian Dit Res Narkoba Polrestabes Makassar melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap Ical Setiawan Bin Nurdin Berteman dan langsung masuk kerumah Lelaki. Ical Setiawan saat itu juga orang yang ada dalam rumah langsung bersembunyi Lelaki Ical Setiawan ditemukan dalam kamar yang bersembunyi dibelakang pintu, Lelaki Amiruddin ditemukan dibelakang rumah, Lelaki Faisal ditemukan baring-baring dikamar tidur dan satu orang melarikan diri sehingga ke tiga orang tersebut kami kumpulkan di ruangan tamu kemudian kami memperkenalkan diri Bahwa “ kami Petugas Kepolisian Dit Res Narkoba polrestabes Makassar “ sambil memperlihatkan surat perintah tugas kemudian kami menggeledah dan menemukan dilantai kamar tamu berupa : 1 (satu) sachet plastik bening berisikan kristal bening bernama shabu berat netto 0,0834 gram, 1 (satu) sachet bening bekas tempat shabu, 2 (dua) buah korek gas, 1 (satu) buah pireks kaca, 1 (satu) pics plastik bening. shabu (bong) terbuat dari botol bedak yang ditemukan dilantai diruangan tamu rumah kontrakan tersangka Ical Setiawan Bin Nurdin dan 1 (satu) lembar celana panjang warna hitam corak batik, 1 (satu) buah tas kecil tempat emas berisikan : 2 (dua) sachet plastik bening berisikan Kristal bening bernama shabu berat netto 0,5310 gram yang diduga Narkotika shabu, 1 (satu) pipet plastic yang sudah dimodivikasi sebagai sendok
shabu yang ditemukan didalam saku celana panjang warna hitam corak batik yang bergantung dibelakang pintu kamar peristiwa tersebut terjadi pukul 23.00 wita.
Saat petugas Kepolisian melakukan introgasi awal oleh Lelaki Ical Setiawan dan diakui Narkotika shabu tersebut milik Lelaki Risal yang melarikan diri olehnya itu Petugas Dit Res Narkoba mengamankan ketiga orang dan barang bukti shabu yang ditemukan dan selanjutnya dibawah ke kantor Polrestabes Makassar untuk proses Penyidikan lebih lanjut.
2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Primair:
Terdakwa ICAL SETIAWAN Bin NUDIN, pada hari Senin tanggal 05 Januari 2015 sekitar pukul 23.00 wita atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan Januari tahun 2015 bertempat di BTP Blok AB kota Kota Makassar atau setidak-tidaknya pada tempat-tempat lain dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Makassar,
percobaan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana narkotika yaitu tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, perbuatan mana dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara antara lain sebagai berikut:
a. Bahwa benar tersangka menerangkan konsumsi narkotika jenis shabu.
b. Bahwa terdakwa kurang lebih sudah 15 (lima belas) kali membeli Narkotika jenis shabu kepada Lk. RISAL dan semua itu hanya untuk terdakwa konsumsi sediri.
c. Bahwa pada saat terdakwa bersama-sama dengan Lk. RISAL dan Lk.
AMIRUDDIN sementara memakai Narkotika jenia shabu, petugas dari Kepolisian tiba-tiba datang dan melakukan pemeriksaan dan saat itu Lk. RISAL melarikan diri lewat pintu belakang. Selanjutnya dilkakukan penggeledahan terhadap terdakwa dan Lk. AMIRUDDIN dan ditemukan barang bukti berupa:
1 (satu) buah tas tempat emas berisikan: 2 (dua) sachet Narkotika jenis shabu kemasan plastik bening dan 1 (satu) buah sendok shabu yang terbuat dari pipet plastik yang diselip di celaa warna hitam corak batik tergantung di belakang pintu dan 1 (satu) sachet Narkotika jenis shabu kemasan plastik bening, 1 (satu) sachet bekas plastik bening, 2 (dua) buah korek gas, 1 (satu) buah pireks, 1 (satu) plastic bening kosong, 1 (satu) buah alat isap yang terbuat dari botol tempat bedak yang ditemukan di lantai.
d. Bahwa terdakwa melakukan pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana Narkotika yaitu tanpa hak memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman berupa Narkotika jenis shabu.
e. Bahwa berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik barang bukti Narkotika pada Pusat Laboratorium Forensik Polrestabes Makassar yang pada pokoknya menerangkan bahwa barang bukti berupa : 2 (dua) sachet plastik berisikan Kristal bening dengan berat netto seluruhnya 0,5310 gram, 1 (satu) sachet plastik bekas pakai, 1 (satu) sachet plastik berisikan Kristal bening dengan berat netto seluruhnya 0,0834 gram, 1 (satu) buah sendok dari pipet plastik bening, 2 (dua) buah korek api gas, 1 (satu) set bong kesemuanya adalah Positif Metamfetamina dan terdaftar dalam
golongan I No. Urut 61 lampiran UU. RI. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, 1 (satu) batang pipet kaca/pireks, 1 (satu) bungkus berisi sachet plastik kosong, 1 (satu) botol plastik berisi urine milik terdakwa
ICAL SETIAWAN Bin NURDIN adalah tidak mengandung Metamfetamina.
Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 112 Ayat (1) UU. RI. No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika Jo. Pasal 132 (1) UU. RI.
No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
Atau : Subsidiair :
Terdakwa ICAL SETIAWAN Bin NURDIN, pada hari Senin tanggal 05 Januari 2015 sekitar pukul 23.00 wita atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan Januari tahun 2015 bertempat di Bumi Tamalanrea Permai Blok AB RT. 6 RW. 5 Kec. Tamalanrea Kota Makassar atau setidak-tidaknya pada tempat-tempat lain dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Makassar, penyalah guna Narkotika Golongan I bagi diri sendiri, perbuatan mana dilakukan oleh terdakwa dengan cara-cara antara lain sebagai berikut:
a. Bahwa pada hari Senin tanggal 05 Januari 2015 sekitar pukul 18.00 wita, terdakwa memesan Narkotika jenis shabu kepada Lk. RISAL sebanyak 1 (satu) sachet/paketan seharga Rp.300.000.- (tiga ratus ribu rupiah) dan sekitar jam 19.30 wita Lk. RISAL sendiri yang mengantarkan kepada terdakwa dan selanjutnya terdakwa menggunakan Narkotika jenis shabu bersama-sama dengan Lk. RISAL dan Lk. AMIRUDDIN.