: 1. Persentase responden Anggota DPD RI yang puas dengan dukungan administratif
keahlian Setjen DPD RI terhadap
pelaksanaan tugas fungsi DPD RI ; dan 2. Persentase draft Keputusan/ Peraturan DPD
RI yang digunakan sebagai
Keputusan/ Peraturan DPD RI .
Sasaran 2 : Terwujudnya dukungan kegiatan Pimpinan
DPD RI dalam penguatan kelembagaan DPD RI yang profesional dan akuntabel.
I ndikator
Sasaran
: Persentase responden Pimpinan DPD RI yang
puas dengan dukungan kesekretariatan
terhadap kegiatan Pimpinan DPD RI dalam rangka penguatan kelembagaan DPD RI .
Tujuan 2 : Terwujudnya Sekretariat Jenderal DPD RI
yang secara profesional dan modern mampu
memberikan dukungan kelancaran
pelaksanaan fungsi dan tugas DPD RI .
I ndikator
Tujuan
: 1. I ndeks Reformasi Birokrasi;
: 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan; dan 3. Predikat SAKI P.
Sasaran 1 : Terwujudnya pengelolaan data, informasi dan
hasil kajian yang secara profesional dan
modern mampu mendukung pelaksanaan
tugas fungsi DPD RI .
I ndikator
Sasaran
: 1. Persentase Pimpinan dan Anggota DPD yang puas terhadap pengelolaan data informasi Sekretariat Jenderal DPD RI ;
2. Persentase Hasil tabulasi aspirasi
masyarakat daerah yang digunakan oleh alat kelengkapan DPD RI ; dan
oleh alat kelengkapan DPD RI .
Sasaran 2 : Terwujudnya Tata Kelola Sekretariat Jenderal
DPD RI yang secara profesional dan akuntabel mampu mendukung pelaksanaan tugas fungsi DPD RI .
I ndikator
Sasaran
: 1. Nilai Reformasi Birokrasi;
: 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan; dan : 3. Predikat SAKI P.
3.1
Arah Kebijakan dan strategi Nasional
Berdasarkan Undang-Undang 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Visi
Pembangunan Nasional 2005-2025 ditetapkan berdasarkan kondisi bangsa I ndonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa I ndonesia adalah:
Visi pembangunan jangka panjang tersebut diterjemahkan sebagai berikut:
Mandiri : Mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri.
Maju : Sumber Daya Manusia I ndonesia telah mencapai kualitas
yang tinggi dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan hukum yang mantap.
Adil : Tidak ada pembatasan/ diskriminasi dalam bentuk apapun,
baik antar individu, gender, maupun wilayah.
Makmur : Seluruh kebutuhan hidup masyarakat I ndonesia telah
terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain
Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 itu mengarah pada
pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan
AN
N
Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah I ndonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bent uk rumusan visi, misi dan arah pembangunan nasional. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai.
Visi pembangunan nasional diwujudkan melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab;
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum; 4. Mewujudkan I ndonesia aman, damai, dan bersatu;
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan; 6. Mewujudkan I ndonesia asri dan lestari;
7. Mewujudkan I ndonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan
8. Mewujudkan I ndonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJM 2009-2014, tahapan RPJM 2015-2019 ditujukan untuk lebih
memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat melalui pemantapan pelembagaan nilai-nilai demokrasi dengan menitikberatkan pada prinsip
toleransi, non diskriminasi dan kemitraan serta semakin mantapnya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.
Kondisi itu mendorong tercapainya penguatan kepemimpinan dan kontribusi I ndonesia dalam berbagai kerja sama internasional dalam rangka mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan damai dalam berbagai aspek kehidupan. Bersamaan dengan itu kesadaran dan penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan berkembang makin mantap serta profesionalisme aparatur negara di pusat dan daerah makin mampu mendukung pembangunan nasional.
Dalam kerangka pemantapan nilai-nilai demokrasi dan pelaksanaan desentralisasi serta otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam RPJM 2015-2019 maka kedudukan DPD RI memiliki arti strategis. Namun dalam perjalanannya selama 2 (dua) periode, DPD RI belum dapat secara optimal memenuhi harapan masyarakat dan daerah dalam pengambilan kebijakan tingkat nasional yang dapat memberikan peningkatan kehidupan yang sama antara pusat dan daerah. Hal ini disebabkan pengaturan fungsi, tugas dan wewenang DPD RI dalam undang-undang tidak sesuai dengan Pasal 22D UUD 1945.
Putusan MK perkara Nomor 92/ PUU-X/ 2012 pada tanggal 27 Maret 2013 menegaskan bahwa fungsi DPD RI adalah fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Kewenangan DPD RI dibidang legislasi telah memposisikan kedudukan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam hal mengajukan RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
DPD RI sebagai lembaga negara juga mempunyai hak dan/ atau kewenangan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam membahas RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Keterlibatan DPD RI untuk memberikan pertimbangan dimaksudkan supaya DPD RI berkesempatan menyampaikan pandangan dan pendapatnya terhadap RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah sedangkan kewenangan DPD RI dibidang pengawasan diberikan terkait dengan pelaksanaan undang-undang yang menyangkut jenis undang-undang yang ikut dibahas dan/ atau diberikan pertimbangan oleh DPD RI . Kewenangan pengawasan DPD RI juga dilakukan bagi pelaksanaan berbagai UU yang berkaitan dengan daerah.
Pada tahun 2015-2019 beberapa hal yang menjadi prioritas lembaga DPD RI yaitu: