Profesional, Akuntabel, dan Modern
R E N C A N A S T R AT E G I S
2 0 1 5 - 2 0 1 9
( R E V I U 2 0 1 7 )
SEKRETARIAT JENDERAL
Rencana Strategis (Renstra) adalah dokumen
perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin
dicapai dalam kurun waktu lima tahun dengan
memperhitungkan perkembangan lingkungan strategis.
Renstra memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, dan
program sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD telah
mengamanatkan agar organisasi Setjen DPD RI harus disusun sesuai perkembangan
ketatanegaraan untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kinerja pelaksanaan
tugas dan fungsi DPD. Dalam pada itu melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
92/ PUU-X/ 2012 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79/ PUU-XI I / 2014 telah
terjadi perubahan yang sifatnya fundamental kepada DPD RI , yaitu berkaitan dengan
kemandirian anggaran DPD dan penegasan fungsi legislasi DPD. Terkait dengan hal
tersebut, Rencana Strategis Setjen DPD RI perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian
tersebut perlu dilakukan mengingat dukungan kesekretariatan secara prinsip
membutuhkan pranata dan perangkat baru yang harus dipersiapkan dengan baik
sehingga mengakibatkan perubahan Misi Setjen DPD RI , tujuan dan sasaran strategis
dibawahnya.
Revisi Renstra Sekretariat Jenderal DPD RI diprioritaskan pada penguatan
kapasitas lembaga kesetjenan, pembenahan ketatalaksanaan, dan penataan sumber
daya manusia (SDM), peningkatan infrastuktur sarana dan prasarana untuk
mendukung fungsi dewan, dengan memperhatikan akuntabilitas, dan prinsip-prinsip
pemerintahan yang baik (good governance), serta peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Revisi Rencana Strategis Sekretariat Jenderal DPD RI tahun 2015–2019 yang
dibahas intensif dengan melibatkan seluruh unit kerja Sekretariat Jenderal DPD RI ,
merupakan hasil komitmen bersama seluruh pegawai Sekretariat Jenderal DPD RI
untuk menjawab tuntutan dan perkembangan lingkungan strategis yang senantiasa
dinamis serta untuk mewujudkan harapan yang diinginkan di masa yang akan datang.
Jakarta, Januari 2017
Sekretaris Jenderal,
• Kondisi Umum ... 1
• Potensi dan Permasalahan ... 20
BAB I. PENDAHULUAN
• Visi ... 25 • Misi ... 26
• Tujuan dan Sasaran ... 27
BAB II.
VISI, MISI, DAN TUJUAN
• Arah Kebijakan dan Strategi Nasional .... 32 • Arah Kebijakan dan Strategi Sekretariat
Jenderal DPD RI ... 38 • Kerangka Regulasi ... 48 • Kerangka Kelembagaan ... 49
BAB III.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
• Target Kinerja ... 54
• Kerangka Pendanaan ... 55
BAB IV.
TARGET KINERJA DAN
KERANGKA PENDANAAN
• Penutup ... 57
BAB V.
PENUTUP
• Matrik Kerangka Kinerja • Matrik Kerangka Regualasi
LAMPIRAN
1.1.
KONDI SI UMUM
Pelaksanaan fungsi DPD tidak akan berjalan dengan optimal tanpa
adanya dukungan dari berbagai pihak, khususnya Sekretariat Jenderal DPD
RI (Setjen DPD RI ). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR,
DPR, DPD, dan DPRD menyatakan bahwa untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas DPD, dibentuk Setjen DPD RI . Undang-Undang tersebut
juga mengamanatkan agar organisasi Setjen DPD RI harus disusun sesuai
perkembangan ketatanegaraan untuk meningkatkan kualitas, produktivitas,
dan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi DPD. Dalam pada itu melalui
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/ PUU-X/ 2012 dan Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 79/ PUU-XI I / 2014 telah terjadi perubahan yang
sifatnya fundamental kepada DPD RI , yaitu berkaitan dengan kemandirian
anggaran DPD dan penegasan fungsi legislasi DPD. Berdasarkan hal
tersebut, harapan besar yang diberikan kepada DPD RI tidak dapat
dilepaskan dari upaya dukungan Setjen DPD RI dalam rangka pelaksanaan
tugas DPD RI . Terkait dengan hal tersebut, Rencana Strategis Setjen DPD RI
perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan
mengingat dukungan kesekretariatan secara prinsip membutuhkan pranata
dan perangkat baru yang harus dipersiapkan dengan baik sehingga
mengakibatkan perubahan Misi Setjen DPD RI , tujuan dan sasaran strategis
dibawahnya. Adapun perubahan Misi, tujuan dan sasaran strategis tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut.
BAB I
Tabel 1.1
Persandingan Misi Setjen DPD RI
Misi Setjen DPD RI 2015 - 2019
Revisi Misi Setjen DPD RI
2015- 2019
1. Meningkatkan dukungan keahlian
dalam pelaksaan fungsi,
wewenang, dan tugas DPD RI ;
dan
2. Meningkatkan dukungan
administrasi dalam pelaksanaan
fungsi, wewenang, dan tugas
DPD RI .
1. Mewujudkan dukungan
administratif dan keahlian kepada
DPD RI ; dan
2. Mewujudkan dukungan kapasitas
internal Sekretariat Jenderal DPD
RI yang mampu mendukung
kelancaran pelaksanaan fungsi
dan tugas DPD RI
Tabel 1.2
Persandingan Tujuan Strategis Setjen DPD RI
Tujuan Strategis
Setjen DPD RI 2015- 2019
Revisi Tujuan Strategis
Setjen DPD RI 2015- 2019
1. Terwujudnya peningkatan
dukungan persidangan DPD RI ;
2. Terwujudnya penigkatan
dukungan penelitian/ pengkajian;
3. Terwujudnya peningkatan
dukungan (pengolahan asmas);
4. Terwujudnya peningkatan
dukungan penguatan kapasitas
kelembagaan DPD RI ;
5. Terwujudnya SDM yang
professional;
6. Terwujudnya kelembagaan dan
ketatalaksanaan Setjen DPD yang
dinamis dan modern;
1. Terwujudnya dukungan
administratif dan keahlian yang
profesional dan akuntabel kepada
DPD RI ; dan
2. Terwujudnya Sekretariat Jenderal
DPD RI yang secara profesional
dan modern mampu memberikan
dukungan kelancaran
pelaksanaan fungsi dan tugas
7. Terwujudnya peningkatan
dukungan administrasi keuangan;
8. Terwujudnya peningkatan
pengelolaan data dan informasi
DPD RI serta publikasi DPD RI di
media massa;
9. Terwujudnya peningkatan sarana
dan prasarana; dan
10. Terwujudnya pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas
Setjen DPD RI .
Tabel 1.3
Persandingan Sasaran Strategis Setjen DPD RI
Sasaran Strategis
Setjen DPD RI 2015- 2019
Revisi Sasaran Strat egis
Setjen DPD RI 2015- 2019
1. Meningkatnya kualitas dukungan
sidang/ rapat/ pertemuan DPD RI ;
2. Meningkatnya kualitas draft
keputusan/ peraturan DPD RI ;
3. Meningkatnya kualitas hasil
penelitian/ pengkajian;
4. Meningkatnya kualitas dukungan
representasi melalui pengolahan
aspirasi masyarakat dan daerah;
5. Meningkatnya kualitas dukungan
materi terhadap penguatan
kelembagaan DPD RI ;
6. Terwujudnya SDM Aparatur yang
menduduki jabatan sesuai dengan
standar kompetensi;
1. Terwujudnya dukungan
pelaksanaan tugas fungsi DPD RI
yang profesional dan akuntabel;
2. Terwujudnya dukungan kegiatan
Pimpinan DPD RI dalam
penguatan kelembagaan DPD RI
yang profesional dan akuntabel;
3. Terwujudnya pengelolaan data,
informasi dan hasil kajian yang
secara profesional dan modern
mampu mendukung pelaksanaan
tugas fungsi DPD RI ; dan
4. Terwujudnya Tata Kelola
Sekretariat Jenderal DPD RI yang
Sasaran Strategis
Setjen DPD RI 2015- 2019
Revisi Sasaran Strat egis
Setjen DPD RI 2015- 2019
7. Terwujudnya kelembagaan yang
tepat ukuran dan tepat fungsi;
8. Tersedianya sistem dan prosedur
kerja yang efektif dan efisien;
9. Meningkatnya layanan
perencanaan dan pengelolaan
keuangan yang tertib dan
akuntabel;
10. Meningkatnya layanan sistem
informasi manajemen;
11. Meningkatnya layanan
pemberitaan DPD RI ;
12. Meningkatnya layanan
perpustakaan DPD RI ;
13. Meningkatnya pemenuhan sarana
prasarana kerja yang modern dan
sesuai dengan kebutuhan; dan
14. Meningkatnya pengawasan
pelaksanaan kegiatan pada unit
kerja Setjen DPD RI .
mampu mendukung pelaksanaan
tugas fungsi DPD RI .
Revisi Rencana Strategis Setjen DPD RI 2015-2019 dilakukan mulai
tahun 2017, oleh karena itu secara substansi penyusunan Revisi Rencana
Strategis Setjen DPD RI 2015-2019 merupakan perbaikan dari Rencana
Strategis Setjen DPD RI 2015-2019 yang terkait dengan tugas dan fungsi
Setjen DPD RI sesuai amanat ketentuan Pasal 413 ayat (1) UU MD3: Untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas MPR, DPR, dan DPD dibentuk
sekretariat jenderal yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden; dan dalam
ketentuan Pasal 333 Tata Tertib DPD RI , diatur tugas Setjen DPD RI ; sebagai
Supporting System). Dalam posisi tersebut Setjen DPD RI harus mampu
berjalan seiring dan mengikuti setiap derap langkah serta ritme kegiatan
DPD RI . Sehingga segala tuntutan maupun permasalahan yang dihadapi oleh
DPD RI , merupakan tugas Setjen DPD RI untuk menindaklanjuti serta
memberikan dukungannya secara optimal demi terpenuhinya seluruh
tuntutan yang ada.
Dokumen Revisi Renstra Setjen DPD RI 2015-2019 ini merupakan
wujud penyempurnaan dokumen Renstra sebelumnya dan upaya
perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya dimana perhatian organisasi
yang sebelumnya berparadigma pada kegiatan administratif (staffing) dan
berorientasi pada output (output oriented), sekarang lebih menitikberatkan
pada hasil (outcome oriented).
Sesuai dengan ketentuan Pasal 334 ayat (1) Tata Tertib DPD dukungan
administratif yang selama ini telah diberikan oleh Setjen DPD RI meliputi:
a. Penyelenggaraan administrasi dan keprotokolan lembaga dan hal-hal
yang berkaitan dengan dukungan kelembagaan, keanggotaan dan
seluruh kegiatan DPD;
b. Perencanaan program dan anggaran untuk kegiatan DPD;
c. Pelaksanaan pengelolaan anggaran DPD;
d. Penyiapan seluruh dukungan dalam rangka kegiatan sidang dan
rapat-rapat;
e. Pelaksanaan tata kelola kearsipan dan risalah;
f. Pemberian dukungan keahlian, referensi, dan jaringan kerja;
g. Pengelolaan dan pemberikan informasi sesuai kebutuhan masyarakat
berkenaan dengan informasi kegiatan DPD seperti hasil-hasil keputusan
DPD, penerimaan kunjungan anak sekolah, dan masyarakat yang ingin
mengetahui tentang DPD dan lain-lain yang relevan dalam ruang lingkup
tugas Sekretariat Jenderal;
h. Penyiapan dukungan pelaksanaan sarana dan prasarana berupa fasilitas
gedung, ruang rapat, dan peralatan yang dikoordinasikan dengan Badan
Pengelola Fasilitas Parlemen;
j. Penyiapan jaringan kerja;
k. Penyiapan materi atau bahan bagi pimpinan dalam rangka konsultasi dan
koordinasi antar lembaga; dan
l. Tugas lain-lain menurut kebutuhan pimpinan dan lembaga sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dukungan keahlian sebagaimana ketentuan Pasal 334 ayat (2) yang
dilaksanakan oleh Setjen DPD RI meliputi:
a. Penyusunan usul prolegnas DPD dengan menyiapkan kajian yang berupa
makalah kebijakan berdasarkan jangka tahunan dan jangka 5 (lima)
tahun Prolegnas yang berkaitan dengan kewenangan DPD;
b. Kajian awal yang digunakan untuk Prolegnas dilakukan pada masa awal
keanggotaan DPD;
c. Hasil kajian yang digunakan untuk Prolegnas sebagai bahan masukan
untuk Komite dan Panitia Perancang Undang-Undang dalam menentukan
prioritas Prolegnas Nasional;
d. Penyusunan dokumen Naskah Akademik dan draft naskah Rancangan
Undang-Undang;
e. Perancangan draf Rancangan Undang-Undang sesuai dengan ide atau
gagasan dari pemrakarsa;
f. Pemberian dukungan keahlian kepada Alat Kelengkapan pada saat
sidang-sidang atau rapat-rapat pembahasan di DPD dan DPR;
g. Pemberian dukungan teknis kepada Komite dan/ atau Panitia Perancang
Undang-Undang pada saat sidang atau rapat di daerah; penyiapan
bahan materi kepada alat kelengkapan yang ditugaskan oleh Pimpinan
DPD untuk melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana dan
prasarana dalam kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan DPD;
h. Penampungan hasil diskusi, curah pendapat, atau penjelasan
ide/ gagasan mengenai perlunya disusun Rancangan Undang-Undang;
i. Pengkajian dan penelusuran informasi yang diperlukan melalui diskusi,
seminar, aspirasi masyarakat, lokakarya, dan bentuk-bentuk pertemuan
j. Pelaksanaan tugas keahlian lainnya dalam rangka pelaksanaan
wewenang dan tugas DPD.
Dukungan pengelolaan kantor daerah sebagaimana ketentuan Pasal
334 ayat (4) yang dilaksanakan oleh Setjen DPD RI meliputi:
a. Penyelenggaraan administrasi dan operasional dalam hal-hal yang
berkaitan dengan dukungan kegiatan DPD di kantor daerah;
b. Perencanaan program dan anggaran untuk kegiatan DPD di Kantor
Daerah;
c. Penyiapan seluruh dukungan dalam rangka kegiatan sidang atau rapat di
kantor daerah;
d. Pelaksanaan tata kelola kearsipan dan risalah di kantor daerah;
e. Pemberian dukungan keahlian, referensi dan jaringan kerja;
f. Penyiapan dukungan sarana dan prasarana di kantor daerah;
g. Pengelolaan dan pemberian informasi sesuai kebutuhan masyarakat
berkenaan dengan informasi kegiatan DPD;
h. Koordinasi dengan pemerintah daerah, tokoh masyarakat, instansi
pemerintah pusat yang bersifat vertikal, pihak swasta, BUMN, BUMD, dan
lembaga swadaya masyarakat di daerah untuk penyerapan aspirasi
masyarakat di daerah yang dilaksanakan dalam kegiatan DPD maupun
Anggota; dan koordinasi kegiatan Kelompok Anggota Provinsi di Daerah.
Dalam memberikan dukungan teknis administratif dan keahlian serta
dukungan pengelolaan kantor daerah tersebut di atas oleh Setjen DPD RI ,
secara sistematis kondisi umum capaian kinerja Sekretariat Jenderal dapat
dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bidang yaitu a) akuntabilitas kinerja dan
keuangan; b) dukungan teknis dan substansi/ materi persidangan DPD RI ; c)
dukungan terhadap penguatan kelembagaan DPD RI ; d) dukungan efektifitas
hubungan antara DPD RI dengan konstituen di daerah pemilihan melalui
keberadaan kantor daerah; e) layanan data dan informasi.
Gambaran capaian kinerja terhadap kelima bidang tersebut dapat
a. Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan
Sesuai dengan Putusan MK Perkara Nomor 79/ PUU-XI I / 2014
menyatakan bahwa Pasal 250 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 5568) tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai, “
Dalam
melaksanakan w ew enang dan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 249, DPD memiliki kemandirian dalam menyusun
anggaran yang dituangkan ke dalam program dan kegiatan
disampaikan kepada Presiden untuk dibahas bersama DPR sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
”.Dengan adanya putusan MK tersebut, tantangan Setjen DPD RI
semakin meningkat, hal ini dikarenakan isu pelaksanaan kemandirian
anggaran sebenarnya telah lama didiskusikan. Bahkan dalam forum
pertemuan Sekretariat Jenderal Parlemen di Bali tahun 2007 telah
disetujui langkah-langkah kemandiran anggaran parlemen ini yang
tertuang dalam laporan “Authonomy Parliament in its Varous Aspect”.
Laporan tersebut sebenarnya merupakan tindak lanjut dari kesepakatan
yang dilakukan oleh Association of Secretaries General of Parliament
(ASGP) tahun 1998 melalui hasil studi yang disetujui di Moskow dan
dipublikasikan dalam the Constitutional and Parliamentary I nformation.
Kemandirian dalam pengelolaan anggaran DPD RI menjadi penting
karena dalam menjalankan fungsi-fungsinya DPD harus didukung
ketersediaan anggaran yang cukup. Hal tersebut tertuang dalam
ketentuan Pasal 250 ayat (1) UU MD3, “Dalam menjalankan wewenang
dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249, DPD menyusun
anggaran yang dituangkan dalam program dan kegiatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.” Kemandirian anggaran ini dirasakan
penting ketika dihadapkan pada karateristik DPD RI yang berbeda dengan
Dengan adanya kemandirian anggaran ini, DPD dituntut untuk
meningkatkan kinerjanya, tetapi di sisi lain anggaran yang terbatas dan
masih dikontrol oleh eksekutif. Dorongan untuk meningkatkan kinerja
lembaga tentunya harus diimbangi dengan peningkatan anggaran. Oleh
karena itu, jajaran Setjen DPD RI harus menyiapkan segala instrumen
dalam rangka tata kelola administrasi.
Aspek penting dalam tata kelola administrasi adalah kebutuhan
pengembangan akuntabilitas Setjen DPD RI . Tata kelola administrasi
dimaksud meliputi upaya peningkatan pelaporan akuntabilitas aparatur
dan transparansi laporan keuangan. Capaian kinerja terkait dengan
akuntabilitas kinerja Setjen DPD RI , opini BPK, pelaksanaan reformasi
birokrasi, serta capaian standar akuntansi dan pelaporan keuangan DPD
RI dapat memberikan kepercayaan dari Anggota dan Alat Kelengkapan
DPD terhadap Setjen DPD RI sebagai unsur pendukung DPD dan
menunjukkan tata kelola administrasi yang andal.
Penerapan akuntabilitas kinerja di lingkungan Setjen DPD RI
dilakukan dengan melaksanakan penyusunan Laporan Kinerja Setjen DPD
RI setiap tahunnya, yang ruang lingkupnya mencakup Renstra Setjen DPD
RI , Perjanjian Kinerja Setjen DPD RI , Pengukuran Kinerja Setjen DPD RI
melalui pengumpulan dan pengelolaan data kinerja, serta analisa capaian
kinerja Setjen DPD RI . Sejak tahun 2013, Setjen DPD RI telah
melaksanakan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB).
Transparansi laporan keuangan telah dilaksanakan oleh Setjen DPD
RI dengan menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan
Atas Laporan Keuangan (CALK) dengan berpedoman pada Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Opini tertinggi dari BPK adalah opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) yang salah satu syaratnya adalah penilaian atas
capaian standar akuntansi dan pelaporan keuangan memperoleh nilai
standar tertinggi dari Kementerian Keuangan. Sekretariat Jenderal telah
berturut-turut, sejak tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012,
2013, 2014 dan 2015.
b. Dukungan Keahlian Materi Persidangan DPD RI
Dukungan keahlian Setjen DPD RI disesuaikan dengan kebutuhan
pelaksanaan tugas DPD RI selama ini. Dukungan tersebut tercermin dari
kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Persidangan I dan Biro Persidangan
I I serta Pusat Kajian Kebijakan dan Hukum dan Pusat Kajian Daerah.
Dukungan keahlian dioptimalkan melalui berbagai jenis data dan informasi
pendukung sebagai bahan masukan dalam persidangan/ Alat -Alat
Kelengkapan DPD RI maupun dalam rangka sidang atau rapat di kantor
daerah.
Secara kelembagaan, efektifitas DPD RI sebagai lembaga
perwakilan daerah dibuktikan dengan kemampuan kelembagaannya untuk
membuat keputusan yang terinformasi. Sementara itu, kemampuan DPD
RI adalah kapasitas DPD RI untuk mendapatkan informasi, membangun
keahlian kebijakan, dan membuat keputusan secara mandiri dari
lembaga-lembaga lain. Kemampuan itu secara kelembaga-lembagaan sejalan dengan
otonomi lembaga yang ditunjukkan melalui pembuatan keputusan dan
bertindak secara mandiri dari pemerintah.
Otonomi DPD RI sendiri sebenarnya telah digariskan dalam
ketentuan Pasal 261 ayat (1) huruf h UU MD3, yang menyebutkan
wewenang Pimpinan DPD RI untuk menetapkan arah dan kebijakan
anggaran DPD RI . I dealnya, landasan hukum ini menjadi pendorong
jajaran Setjen DPD RI untuk lebih profesional melakukan dukungan
kepada DPD RI .
Setjen DPD RI sebagai supporting system memberikan dukungan
keahlian/ materi persidangan DPD RI dalam bentuk (1) penyelenggaraan
rapat/ sidang DPD RI ; (2) penyusunan draf Keputusan DPD RI terkait
fungsi legislasi, fungsi pengawasan, fungsi penganggaran, dan fungsi
materi non RUU; dan (4) pelaksanaan kajian yang digunakan sebagai
background paper alat kelengkapan.
Pada Periode keanggotaan DPD RI Tahun 2014-2019, Setjen DPD
RI berupaya meningkatkan dukungan kepada pelaksanaan 4 (empat)
fungsi utama DPD RI yaitu dalam perubahan RUU dengan mendorong
sistem unit pendukung yang secara khusus melakukan kegiatan di bidang
penyusunan dan pembahasan RUU yaitu dengan mengembangkan jabatan
fungsional Perancang Perundang-Undangan.
Draf Keputusan DPD RI terkait fungsi legislasi meliputi naskah usul
prolegnas, RUU inisiatif DPD, pandangan pendapat dan pertimbangan
terhadap RUU dari DPR maupun Presiden. Penyusunan draft produk
legislasi tersebut selanjutnya akan dibahas oleh Anggota DPD
di masing-masing alat kelengkapan untuk kemudian diputuskan menjadi
Keputusan DPD RI dalam Sidang Paripurna DPD RI . Draf Keputusan DPD
RI yang telah dihasilkan oleh Setjen DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 48
(empat puluh delapan) draf keputusan, tahun 2013 sebanyak 43 (empat
puluh tiga) draf keputusan, tahun 2012 sebanyak 60 (enam puluh) draf
keputusan, tahun 2011 sebanyak 35 (tiga puluh lima) draf keputusan, dan
tahun 2010 sebanyak 33 (tiga puluh tiga) draf keputusan.
Draf keputusan DPD RI terkait fungsi pengawasan disusun dalam
rangka DPD RI pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu
yang dilaksanakan oleh pemerintah. Draf keputusan yang telah dihasilkan
oleh Setjen DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 20 (dua puluh) draf
keputusan, tahun 2013 sebanyak 25 (dua puluh lima) draf keputusan,
tahun 2012 sebanyak 25 (dua puluh lima) draf keputusan, tahun 2011
sebanyak 13 (tiga belas) draf keputusan, dan tahun 2010 sebanyak 15
(lima belas) draf keputusan.
Draf keputusan DPD RI terkait fungsi penganggaran meliputi
pertimbangan DPD RI terhadap tindak lanjut HAPSEM BPK
dan pertimbangan DPD RI terhadap RUR RAPBN/ APBN/ APBN-P. Draf
keputusan yang telah dihasilkan oleh Setjen DPD RI pada tahun 2014
keputusan, tahun 2012 sebanyak 2 (dua) draf keputusan, tahun 2011
sebanyak 3 (tiga) draf keputusan, dan tahun 2010 sebanyak 1 (satu) draf
keputusan.
Draf keputusan DPD terkait fungsi representasi meliputi draf
keputusan tentang pemilihan calon anggota BPK. Draf keputusan tersebut
selanjutnya akan dibahas oleh Anggota DPD di alat kelengkapan untuk
kemudian diputuskan menjadi keputusan DPD RI dalam Sidang Paripurna
DPD RI . Jumlah draf keputusan DPD RI tentang pertimbangan DPD RI
terhadap calon anggota BPK yang disampaikan kepada DPR RI pada tahun
2014 sebanyak 1 (satu) draf keputusan sama dengan jumlah draf
keputusan yang dihasilkan pada tahun 2013, 2012 dan 2011. Hal ini
dilaksanakan sebagaimana amanat Pasal 23F ayat (1) UUD 1945 bahwa
anggota BPK RI dipilih oleh DPR RI dengan memperhatikan pertimbangan
DPD RI .
Draf keputusan DPD RI tentang materi non RUU pada tahun 2014
sebanyak 8 (delapan) draf keputusan/ peraturan, tahun 2013 sebanyak 9
(Sembilan) draf keputusan/ peraturan, tahun 2012 sebanyak 9 (Sembilan)
draf keputusan/ peraturan, tahun 2011 sebanyak 9 (Sembilan) draf
keputusan/ peraturan, dan tahun 2010 sebanyak 4 (empat) draf
keputusan/ peraturan.
Jumlah kajian yang digunakan sebagai background paper oleh alat
kelengkapan DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 28 (dua puluh delapan)
kajian, Pada tahun 2013 sebanyak 17 (tujuh belas) kajian, tahun 2012
sebanyak 16 (enam belas) kajian, tahun 2011 sebanyak 26 kajian, dan
tahun 2010 sebanyak 16 (enam belas) kajian.
Selain itu, Setjen DPD RI juga harus memberikan saran kebijakan
hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang hukum. Pemberian saran demikian harus tepat dari
sisi substansinya. Hal ini harus dimaklumi karena saran kebijakan tersebut
akan digunakan Pimpinan dan Anggota DPD RI dalam mengartikulasikan
aspirasi masyarakat dan daerah sehingga apabila terjadi kekeliruan akan
Suatu saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas
perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang
hukum dikatakan tepat apabila saran tersebut ditindaklanjuti oleh DPD RI .
c. Dukungan terhadap Peningkatan Kapasitas Kelembagaan DPD RI
Sebagai lembaga legislatif, DPD RI diamanatkan untuk
melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan anggaran secara terbatas.
Dalam menjalankan tugasnya secara konstitusional membawa DPD RI
pada konsekuensi untuk mengimbangi dan mengontrol kapasitas DPR dan
pemerintah melalui mekanisme check and balances. Untuk itu DPD RI
dituntut melakukan penguatan kelembagaan pada aspek kapasitas dan
kredibilitas serta aspek substansi.
Pada aspek kapasitas dan kredibilitas, pelaksanaan tugas DPD RI
saat ini harus didukung oleh citra yang positif pada masyarakat dan
daerah. Citra positif DPD RI terbentuk antara lain melalui publikasi media
massa dan tuntutan LSM, Organisasi Masyarakat, kelompok masyarakat
dan yang paling penting masyarakat dan daerah. Untuk menghadapi
tantangan DPD RI ke depan dibutuhkan pembentukan citra DPD RI yang
positif.
Pemberitaan media massa terkait isu DPD menjadi suatu hal yang
penting dalam penguatan kelembagaan DPD, karena dapat menjadi salah
satu corong untuk mensosialisasikan DPD dan produk-produknya. Oleh
karena itu dukungan dari Sekretariat Jenderal DPD diperlukan agar setiap
kegiatan/ produk DPD RI dapat masuk dalam pemberitaan di media massa.
Pada tahun 2014 terdapat 1.436 pemberitaan di media massa, tahun
2013 terdapat 1.224 pemberitaan di media massa, tahun 2012 terdapat
1.002 pemberitaan di media massa, tahun 2011 terdapat 1.173
pemberitaan di media massa, dan tahun 2010 terdapat 2.363 pemberitaan
di media massa.
Kerja sama DPD RI dengan lembaga tinggi/ kementerian di
I ndonesia dalam rangka penguatan kelembagaan DPD RI saat ini sedang
lembaga-lembaga tinggi negara terkait dengan tugas dan fungsi DPD RI .
Selain dengan lembaga negara dan lembaga non departemen, DPD RI
juga menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga perguruan tinggi di 33
(tiga puluh tiga) provinsi.
Kerja sama luar negeri meliputi kegiatan kunjungan multilateral dan
bilateral. Kegiatan kunjungan multilateral terkait kehadiran DPD RI dalam
sidang parlemen internasional meliputi I nternational Parliamentary Union
(I PU), ASEAN I nter Parliamentary Assembly (AI PA), Asia Pacific
Parliamentary Forum (APPF). Sedangkan kerjasama bilateral terkait
kerjasama antara DPD RI dengan lembaga parlemen negara sahabat .
d. Dukungan
Efektifitas
Hubungan
antara
DPD RI dengan
Konstituen di Daerah Pemilihan melalui keberadaan kantor
daerah
Dukungan efektifitas hubungan antara DPD RI dengan konstituen di
daerah pemilihan oleh Setjen DPD RI diberikan dalam bentuk pengelolaan
aspirasi masyarakat dan daerah. Hasil penyerapan aspirasi masyarakat
dan daerah (asmasda) merupakan sinergitas dan interaksi 132 (seratus
tiga puluh dua) Anggota DPD RI dengan konstituen di daerah
pemilihannya yang dilaksanakan pada masa reses. Hasil penyerapan
asmasda tersebut dikumpulkan dan diolah serta dianalisa, selanjutnya
disusun dalam 1 (satu) laporan per masa reses untuk kemudian dibahas
dalam rapat alat kelengkapan guna merumuskan solusi permasalahan
daerah.
Keberadaan kantor DPD RI di I bu Kota Provinsi diharapkan dapat
semakin memudahkan konstituen dalam menyalurkan aspirasi dan
menyerap informasi sesuai kebutuhan yang berkenaan dengan informasi
kegiatan DPD serta dalam rangka membangun komunikasi dan koordinasi
dengan stakeholder didaerah.
Setjen DPD RI telah mengembangkan sistem penyerapan dan
pengelolaan data dan informasi aspirasi masyarakat dan daerah sejak
pengolahan dan penyajian data aspirasi masyarakat dan daerah yang akan
ditindaklanjuti dalam pembahasan materi di alat kelengkapan DPD RI .
Sejalan dengan perkembangan teknologi, mulai tahun 2014 telah
dilakukan pengembangan sistem pengolahan aspirasi berbasis Teknologi
I nformasi dan Komunikasi (TI K) melalui website dengan jaringan internet.
Penerapan Teknologi I nformasi dan Komunikasi (TI K) dalam sistem
pengelolaan data dan informasi aspirasi masyarakat dan daerah
memungkinkan kegiatan tahap penyerapan, pengolahan dan analisis serta
hasil tindaklanjut aspirasi akan terkomputerisasi, sehingga aspirasi
masyarakat dan daerah akan lebih mudah diolah, dianalisa, dan hasil
tindak lanjutnya mudah diakses.
e. Layanan Data dan I nformasi
Data dan informasi merupakan satu hal yang sangat penting dalam
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPD RI sebagai lembaga
perwakilan karena merupakan dasar bagi DPD RI dalam mengambil
kebijakan/ keputusan. Oleh karenanya, Setjen DPD RI telah menggunakan
sistem informasi manajemen dalam pengelolaan data dan informasi.
Sebagai langkah awal perlu dilakukan assesment/ audit untuk
menilai kondisi existing sistem informasi dalam rangka menentukan posisi
sistem informasi Setjen DPD RI , dikaitkan dengan kebijakan dan strategi
nasional dalam pengembangan e-government.
Dengan mengetahui posisi sistem informasi Setjen DPD RI tersebut,
langkah berikutnya dilanjutkan dengan menindaklanjuti hasil audit,
dengan mengacu design yang sudah ada melalui pengembangan aplikasi,
hardware, network, dan manajemen teknologi informasi, termasuk
pengembangan SDM yang terbagi dalam tahapan program (road map) per
tahun untuk kurun waktu 5 (lima) tahun.
Sistem I nformasi Manajemen merupakan media teknologi informasi
berupa aplikasi yang dapat membantu fungsi, tugas dan kinerja baik
kedewanan maupun kesekretariatan. Dengan menggunakan SI M proses
(pasang) pada perangkat server (terpusat) yang dapat dengan mudah
diakses oleh user (Pimpinan, Anggota, Pegawai Setjen DPD RI dan
masyarakat) yang terhubung jaringan komputer. Sejak tahun 2011 Setjen
DPD RI telah menggunakan 10 (sepuluh) SI M, yaitu Website DPD RI ,
Email DPD RI , Sistem I nformasi Budget Office, Sistem Aspirasi Masyarakat
Daerah, Sistem I nformasi Perundang-Undangan, Sistem I nformasi
Perpustakaan, Sistem Pengolah Risalah (iPerisalah) , Sistem Pengadaan
Barang/ Jasa Secara Elektronik, Sistem I nformasi Kepegawaian, dan Sistem
I nformasi Pengolah Absensi Pegawai.
f. Dukungan SDM Aparatur
Dalam praktek parlemen modern, kemandiran anggaran seharusnya
diikuti oleh kemandirian pada organiasi kesekretariatan. Pada prinsipnya,
SDM aparatur Setjen DPD RI seharusnya berada di bawah DPD RI secara
langsung.
Dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi Setjen DPD RI
sebagaimana telah dijabarkan pada bab sebelumnya, Setjen DPD RI harus
didukung oleh perangkat kelembagaan, proses bisnis, tata laksana, dan
sumber daya aparatur yang mampu melaksanakan tugas yang dibebankan
kepada Setjen DPD RI secara efektif dan efisien. Untuk itu kegiatan
pengembangan dan penataan kelembagaan yang meliputi organisasi dan
ketatalaksanaan, serta pengelolaan sumber daya aparatur mutlak
dilaksanakan secara efektif, intensif, dan berkesinambungan.
Kebijakan utama Pengembangan Sumber Daya Aparatur (SDA)
secara menyeluruh diarahkan untuk memastikan tersedianya SDA yang
berintegritas dan berkompetensi tinggi sesuai dengan bidang tugasnya
dalam rangka mendukung pencapaian tujuan Setjen DPD RI .
Sasaran utama kebijakan ini adalah terwujudnya menciptakan
proses rekrutmen yang transparan dan mampu menarik talent terbaik,
peningkatan kompetensi pegawai, dan menciptakan keterkaitan yang jelas
f.1. Kondisi Pegaw ai Setjen DPD RI
Kuantitas SDM Setjen DPD RI selalu berubah sesuai dengan
kebutuhan kelembagaan baik di ibu kota negara maupun ibu kota
provinsi. Jumlah pejabat struktural yang ada dilingkungan Setjen
DPD RI pada tahun 2017 berjumlah 128 (seratus dua puluh delapan)
pejabat dengan rincian sebagaimana dapat dilihat berdasarkan Grafik
1.1 sebagai berikut:
Grafik 1.1
Jumlah Jabatan Struktural di Lingkungan Setjen DPD RI Tahun 2017
Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional umum (PNS)
menurut golongan ruang pada tahun 2017 berjumlah 316 (tiga ratus
enam belas) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat
berdasarkan Grafik 1.2 sebagai berikut:
Grafik 1.2
Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional tertentu (PNS)
menurut golongan ruang pada tahun 2017 berjumlah 10 (sepuluh)
pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat berdasarkan
Grafik 1.3 sebagai berikut:
Grafik 1.3
Jumlah Jabatan Fungsional Tertentu (PNS) di Lingkungan Setjen DPD RI Tahun 2017
Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional umum (CPNS)
menurut golongan ruang pada tahun 2017 berjumlah 16 (enam
belas) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat
berdasarkan Grafik 1.4 sebagai berikut:
Grafik 1.4
Jumlah Jabatan Fungsional Umum (CPNS) di Lingkungan Setjen DPD RI Tahun 2017
Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional tertentu (CPNS)
puluh sembilan) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat
berdasarkan Grafik 1.5 sebagai berikut:
Grafik 1.5
Jumlah Jabatan Fungsional Tertentu (CPNS) di Lingkungan Setjen DPD RI Tahun 2017
Selain Pegawai Negeri Sipil, Set jen DPD RI juga terdiri atas
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang berjumlah 200 (dua
ratus) orang. Jumlah Tenaga Perbantuan Setjen DPD RI di I bu Kota
Negara per Januari 2017 dapat dilihat berdasarkan Grafik 1.6 sebagai
berikut:
Grafik 1.6
f.2. Kebijakan- Kebijakan Umum Pengembagan SDM Aparatur
Setjen DPD RI
Dampak dengan adanya UU Aparatur Sipil Negara, diantaranya
adalah tidak menutup kemungkinan bermunculan jabatan-jabatan
fungsional baru, diantaranya jabatan fungsional analis anggaran.
Prinsip UU ASN adalah diberlakukannya merit sistem.
Merit sistem merupakan kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan
wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur,
ataupun kondisi kecacatan.
Proses internalisasi merit sistem dimulai dengan proses
pengelolaan kinerja agar dapat dilaksanakan pemetaan pegawai
berdasarkan kinerja secara baik, hasil assessment center dan hasil
psikotes pegawai. Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-Undang ASN
mengamanatkan bahwa setiap aparatur sipil negara berhak
mendapatkan pengembangan kompetensi.
1.2.
POTENSI DAN PERMASALAHAN
Manajemen dalam suatu organisasi dapat dikatakan berhasil apabila
terdapat kemampuan organisasi untuk berinteraksi dengan baik terhadap
lingkungan yang selalu berubah secara cepat. Hal ini bisa tercapai apabila
organisasi dapat melihat dan mempertimbangkan berbagai perubahan
lingkungan eksternal dan internal yang akan memberi dampak pada
organisasi. Oleh sebab itu, Setjen DPD RI perlu melakukan analisis jangka
menengah terkait permasalahan, potensi, dan kelemahan dari lingkungan
internal (Setjen DPD RI ), serta peluang dan tantangan dari kondisi eksternal
(nasional).
Potensi dan masalah diidentifikasi sebagai langkah untuk menganalisis
permasalahan, potensi, kelemahan serta tantangan jangka menengah yang
menjadi lingkup kewenangan Setjen DPD RI dalam kerangka mewujudkan
Berikut ini analisis permasalahan, potensi, dan kelemahan Setjen DPD
RI yang difokuskan pada sisi input yang dibutuhkan dan output yang
dihasilkan Setjen DPD RI meliputi:
a. Potensi
1) Dukungan DPD RI
•
DPD RI merupakan Stakeholder atau pelanggan pengguna layananSetjen DPD RI . Fungsi DPD RI sebagaimana terdapat dalan
ketentuan Pasal 22D Undang-undang Dasar 1945 adalah fungsi
legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.
•
Setjen DPD RI mempunyai tugas mendukung kelancaranpelaksanaan wewenang dan tugas DPD RI . Kemandirian anggaran
sebagaimana diamanatkan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi
Perkara Nomor 79/ PUU-XI I / 2014, namun dalam pengelolaan
anggaran Setjen DPD RI harus tunduk dalam pengelolaan
keuangan negara. Dukungan DPD RI dibutuhkan dalam rangka
membantu Setjen DPD RI dalam melakukan koordinasi yang
intensif dan berkesinambungan dengan pemerintah dan dukungan
yang sifatnya politis pada waktu pembahasan-pembahasan
anggaran di Komisi I I I DPR RI .
•
Kuantitas jumlah SDM Setjen DPD RI di I bu Kota Negara saat ini(per Januari 2017) berjumlah 738 (Tujuh Ratus Tiga Puluh
Delapan) orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil berjumlah
454 (empat ratus lima puluh empat) orang, Calon Pegawai Negeri
Sipil berjumlah 84 (delapan puluh empat) orang dan Tenaga
perbantuan berjumlah 200 (dua ratus) orang.
•
Kuantitas SDM Setjen DPD RI di I bu Kota Negara pada saat initelah sesuai kebutuhan dengan asumsi bahwa idealnya 1 (satu)
orang Anggota DPD RI didukung oleh 5 (lima) orang staf yang
b. Permasalahan
Permasalahan yang berpeluang menjadi tantangan sehingga harus
diantisipasi dan dihadapi lima tahun ke depan oleh Setjen DPD RI antara
lain:
1) Struktur Organisasi dan SDM yang ada kurang sesuai dengan
dinamika kelembagaan yang Terjadi.
•
Sebagai sebuah organisasi, Setjen DPD RI mempunyai peluangyang cukup kuat untuk berkembang lebih optimal dalam
memberikan dukungan kepada DPD RI . Hadirnya Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN)
menandai perubahan fokus manajemen pegawai ASN. Fokus utama
UU ASN adalah profesionalisme ASN, oleh karena itu Setjen DPD RI
dituntut untuk memiliki kapabilitas untuk memberikan kontribusi
yang produktif bagi organisasi. Peraturan Presiden Nomor 37 Tahun
2016 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di lingkungan Setjen DPD
RI menandai babak baru profesionalisme pegawai Setjen DPD RI
dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas DPD RI . Struktur
Setjen DPD RI belum sepenuhnya efektif dalam memberikan
dukungan kepada DPD RI , hal ini disebabkan adanya batasan
kendala normatif untuk pengembangan Struktur Organisasi Setjen
DPD RI . Disamping itu, terdapat kendala berkaitan dengan
dukungan SDM aparatur Setjen DPD RI . SDM Setjen DPD RI
dianggap belum memadai, salah satunya adalah adanya
ketimpangan jumlah staf yang bersifat administrastif dan staf
fungsional (yang bersifat substantif). Mengingat adanya
perkembangan wewenang dan tugas DPD RI Pasca Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 92/ PUU-X/ 2012 dan Putusan Perkara
Nomor 79/ PUU-XI I / 2014.
2) Sistem Komunikasi dan I nformasi
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kinerja DPD RI perlu
Ketersediaan Sistem Komunikasi dan I nformasi ini dikarenakan adanya
perubahan lingkungan strategis dan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi, penggunaan teknologi informasi dalam
setiap proses administrasi sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan
bersama. Dengan teknologi komunikasi dan informasi akan terjadi
perubahan cara kerja, cara berkomunikasi, persepsi tentang efisiensi,
pengelolaan dan penggunaan informasi. Dengan adanya sist em
tersebut, DPD RI akan mendapatkan manfaat dalam banyak hal,
seperti kecepatan komunikasi antara pejabat dan staf Setjen DPD RI ,
antara staf dengan Anggota DPD RI , serta staf antar Anggota DPD RI .
Demikian juga manfaat dalam penyiapan data dan kearsipan akan
lebih mudah disimpan dan sekaligus ditemukan kembali apabila
diperlukan. Penggunaan internet dan intranet di lingkungan DPD RI
dan Setjen DPD RI sudah menjadi kebutuhan penggunan email
(Dropbox) sudah secara umun dilaksanakan, namun demikan fasilitas
yang menyangkut internet di lingkungan Setjen DPD RI masih belum
mendukung kinerja DPD RI secara optimal dengan kapasitas 200 Mbps
(Megabyte) digunakan oleh 400-800 komputer/ user, padahal dengan
penggunaan oleh demikian banyak user selayaknya kapsitas yang
mendukung sebesar 1 Gb (Gigabyte), selain itu kendala lain adalah
belum adanya tenaga khusus yang secara konsisten menangani dan
bertanggungjawab terhadap sistem dan teknologi informasi ini.
Selanjutnya terkait sistem penyimpanan bahan pustaka dan kearsipan
masih dilaksanakan secara manual, komunikasi antar bagian kearsipan
dan dokumentasi dengan alat kelengkapan DPD belum memadai
termasuk didalamnya pengelolaan asmasda sehingga menyebabkan
kurangnya dukungan kepada DPD RI yang bersifat informatif dan
analitik.
3) Belum Adanya Sarana dan Prasarana Kerja yang Memadai
•
Kondisi sarana dan prasarana perkantoran DPD RI di I bukotaaktifitas DPD RI yang dilakukan oleh 10 (sepuluh) alat kelengkapan
dan pertambahan SDM yang membutuhkan penambahan ruang
rapat dan ruang kerja.
•
Sidang Paripurna DPD RI menggunakan ruang sidang milikSekretariat Jenderal MPR RI , sehingga pelaksanaan agenda sidang
DPD RI harus menyesuaikan dengan agenda kegiatan MPR.
•
Gedung kantor sementara DPD RI di ibu kota provinsi saat ini masihmenggunakan gedung kantor pinjam pakai dari Pemerintah Provinsi
dan dengan cara sewa yang kondisinya kurang memadai dan belum
representatif sebagai gedung kantor lembaga Negara.
•
Pimpinan DPD RI telah melaksanakan koordinasi bersama denganPimpinan MPR, Pimpinan DPR, BURT DPR, dan Sekretariat Jenderal
MPR, DPR, dan DPD dalam rangka penataan seluruh kawasan
komplek parlemen termasuk dengan rencana pembangunan
gedung baru DPD RI , namun sampai saat ini belum terealisasi.
4) Perubahan Peraturan Perundang- Undangan Terkait dengan
Lembaga DPD yang Berubah
Perubahan peraturan perundang-undangan terkait dengan
lembaga DPD dan birokrasi, keputusan Mahkamah Konstitusi, Keputusan
dan Peraturan lembaga negara lainnya seperti Tatib DPR dan MPR serta
DPRD dan Peraturan Presiden tentu akan memberi dampak secara
langsung kepada Setjen DPD RI baik dalam format layanan maupun pada
2.1.
VI SI
Visi Setjen DPD RI ditetapkan dengan merujuk pada Visi Lembaga DPD
RI dan memperhatikan tugas pokok dan fungsi kesekretariatan yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Visi
Lembaga DPD RI yaitu:
Dari perspektif kelembagaan, Setjen DPD
RI adalah kesekretariatan lembaga negara
yang berfungsi sebagai sistem pendukung dan
merupakan integrasi dari berbagai unsur yang
terdiri atas kelembagaan, kepegawaian, dan
ketatalaksanaan guna memberi dukungan
teknis, administratif, dan keahlian yang
optimal baik dari aspek manajerial, sumber
daya manusia, maupun dukungan sarana dan
prasarana kerja serta sumber daya lainnya
yang ditata dan dikelola secara konsisten dan
dilaksanakan secara simultan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Visi
Setjen DPD RI yang mencerminkan gambaran
keadaan dan kondisi yang ingin diwujudkan
pada tahun 2015-2019, dan sekaligus
merefleksikan kesinambungan upaya
memberikan dukungan kepada lembaga DPD
RI adalah:
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN
Menjadikan Dewan
Perwakilan Daerah
Republik Indonesia
sebagai
lembaga
perwakilan
yang
mampu
secara
optimal
dan
akuntabel
memperjuangkan
aspirasi daerah untuk
mewujudkan tujuan
nasional
demi
kepentingan bangsa
dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia .
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Setjen DPD RI merupakan
supporting system DPD yang kedudukannya strategis, profesional yang
mengedepankan kualitas dan transparansi yang didukung oleh teknologi
informasi dalam memberikan dukungan kepada DPD untuk melaksanakan
fungsi, wewenang, dan tugas DPD RI berupa dukungan keahlian dan
dukungan adminitrasi secara cepat, tepat, transparan, dan akuntabel.
Adanya visi ini diharapkan Sekretariat Jenderal DPD RI akan mampu
mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan sekaligus meningkatkan
kualitas kinerja secara maksimal dalam rangka memberikan dukungan
keahlian dan administrasi kepada DPD RI .
2.2.
MI SI
Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
Setjen DPD RI sebagai penjabaran atas visi yang telah ditetapkan. Misi
Setjen DPD RI 2015-2019 yang telah
dilakukan penyesuaian meliputi:
Misi tersebut dimaksudkan bahwa
dalam rangka memberikan dukungan
kepada DPD RI dalam melaksanakan
fungsi, wewenang, dan tugas
diperlukan dukungan administrasi dan
keahlian serta peningkatan kapasitas
internal Sekretariat Jenderal DPD RI
sehingga pelaksanaan fungsi,
wewenang, dan tugas DPD RI dapat
terlaksana dengan baik dengan
mengacu pada prinsip-prinsip tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance).
Setjen DPD RI tidak hanya sebagai kesekretariatan yang bertugas
memberikan dukungan administrasi dan keahlian kepada DPD RI , tetapi juga
merupakan bagian dari kelembagaan DPD, sehingga misi ini sekaligus
1. Mewujudkan dukungan
administratif
dan
keahlian kepada DPD
RI; dan
mendorong adanya paradigma baru kelembagaan DPD bahwa Sekretariat
Jenderal adalah bagian dari kelembagaan DPD RI , sehingga Rencana
Strategik yang dirumuskan disesuaikan dengan rencanan Strategik DPD RI .
Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kesekretariatan, Sekretariat Jenderal
DPD RI memiliki peran strategis dalam memberikan dukungan kepada DPD
RI .
2.3.
TUJUAN DAN SASARAN
Dengan mengacu pada visi dan misi yang telah disesuaikan, selanjutnya
ditentukan tujuan dan sasaran Setjen DPD RI yang meliputi:
2.3.1. TUJUAN
Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari misi yang
ingin dicapai dalam jangka waktu satu atau lima tahun. Dengan
diformulasikannya tujuan, maka Setjen DPD RI dapat secara tepat
mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam
mencapai misinya. Berdasarkan misi di atas maka keberhasilan Setjen
DPD RI dapat diukur dari keberhasilan dalam mewujudkan tujuan
Setjen DPD RI yaitu:
1. Terwujudnya dukungan administratif dan keahlian yang
profesional dan akuntabel kepada DPD RI .
Terwujudnya dukungan administrastif dan keahlian yang
profesional dan akuntabel kepada DPD RI tercermin dari indikator-indikator sebagai berikut:
1) Persentase responden Pimpinan dan Anggota DPD RI yang puas terhadap dukungan administratif dan keahlian Setjen DPD RI ;
2) Persentase draft Keputusan/ Peraturan DPD RI yang digunakan sebagai Keputusan/ Peraturan DPD RI ; dan
2. Terwujudnya Sekretariat Jenderal DPD RI yang secara profesional
dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran
pelaksanaan fungsi dan tugas DPD RI .
Terwujudnya Sekretariat Jenderal DPD RI yang secara profesional
dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran
pelaksanaan fungsi dan tugas DPD RI tercermin dari indikator-indikator sebagai berikut:
1) Nilai Reformasi Birokrasi
Nilai yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB RI atas pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Sekretariat Jenderal DPD RI .
2) Opini BPK terhadap laporan keuangan
Opini yang diberikan oleh BPK RI atas laporan keuangan Sekretariat Jenderal DPD RI .
3) Predikat SAKI P
Predikat yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB RI atas implementasi Sistem Akuntabilitas I nstansi Pemerintah di Lingkungan Sekretariat Jenderal DPD RI .
2.3.2. SASARAN STRATEGI S
Dalam sasaran Setjen DPD RI digambarkan beberapa hal yang
ingin dicapai pada setiap tahun selama 5 (lima) tahun ke depan
dengan rumusan yang terukur dan spesifik, yang pencapaiannya
dilakukan secara gradual dengan mempertimbangkan berbagai aspek,
khususnya ketersediaan anggaran dengan mengacu kepada tujuan
Sekretariat Jenderal DPD RI sesuai dengan Revisi Rencana Strategis
Setjen DPD RI Tahun 2015-2019 yang meliputi:
1. Terwujudnya dukungan administratif dan keahlian yang
profesional dan akuntabel kepada DPD RI ; dan
2. Terwujudnya Sekretariat Jenderal DPD RI yang secara profesional
dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran
pelaksanaan fungsi dan tugas DPD RI .
Selanjutnya pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan melalui
1. Terwujudnya dukungan pelaksanaan tugas fungsi DPD RI yang
profesional dan akuntabel;
2. Terwujudnya dukungan kegiatan Pimpinan DPD RI dalam
penguatan kelembagaan DPD RI yang profesional dan akuntabel;
3. Terwujudnya pengelolaan data, informasi dan hasil kajian yang
secara profesional dan modern mampu mendukung pelaksanaan
tugas fungsi DPD RI ; dan
4. Terwujudnya Tata Kelola Sekretariat Jenderal DPD RI yang secara
profesional dan akuntabel mampu mendukung pelaksanaan tugas
dan fungsi DPD RI .
Pencapaian tujuan dan sasaran Sekretariat Jenderal DPD RI diukur melalui indikator tujuan dan indikator sasaran. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh Sekretariat Jenderal DPD RI sampai dengan Tahun 2019 sesuai dengan Revisi Rencana Strategis Sekretariat
Jenderal DPD RI 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Tujuan 1 : Terwujudnya dukungan administratif dan
keahlian yang profesional dan akuntabel
kepada DPD RI .
I ndikator
Tujuan
: 1. Persentase responden Pimpinan dan
Anggota DPD RI yang puas terhadap
dukungan administratif dan keahlian
Setjen DPD RI ;
2. Persentase draft Keputusan/ Peraturan
DPD RI yang digunakan sebagai
Keputusan/ Peraturan DPD RI ; dan
3. Presentase responden Pimpinan DPD RI
yang puas dengan dukungan
kesekretariatan terhadap kegiatan
Pimpinan DPD RI dalam rangka penguatan
kelembagaan DPD RI .
Sasaran 1 : Terwujudnya dukungan pelaksanaan tugas
I ndikator
Sasaran
: 1. Persentase responden Anggota DPD RI
yang puas dengan dukungan administratif
keahlian Setjen DPD RI terhadap
pelaksanaan tugas fungsi DPD RI ; dan
2. Persentase draft Keputusan/ Peraturan DPD
RI yang digunakan sebagai
Keputusan/ Peraturan DPD RI .
Sasaran 2 : Terwujudnya dukungan kegiatan Pimpinan
DPD RI dalam penguatan kelembagaan DPD
RI yang profesional dan akuntabel.
I ndikator
Sasaran
: Persentase responden Pimpinan DPD RI yang
puas dengan dukungan kesekretariatan
terhadap kegiatan Pimpinan DPD RI dalam
rangka penguatan kelembagaan DPD RI .
Tujuan 2 : Terwujudnya Sekretariat Jenderal DPD RI
yang secara profesional dan modern mampu
memberikan dukungan kelancaran
pelaksanaan fungsi dan tugas DPD RI .
I ndikator
Tujuan
: 1. I ndeks Reformasi Birokrasi;
: 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan; dan
3. Predikat SAKI P.
Sasaran 1 : Terwujudnya pengelolaan data, informasi dan
hasil kajian yang secara profesional dan
modern mampu mendukung pelaksanaan
tugas fungsi DPD RI .
I ndikator
Sasaran
: 1. Persentase Pimpinan dan Anggota DPD
yang puas terhadap pengelolaan data
informasi Sekretariat Jenderal DPD RI ;
2. Persentase Hasil tabulasi aspirasi
masyarakat daerah yang digunakan oleh
alat kelengkapan DPD RI ; dan
oleh alat kelengkapan DPD RI .
Sasaran 2 : Terwujudnya Tata Kelola Sekretariat Jenderal
DPD RI yang secara profesional dan akuntabel
mampu mendukung pelaksanaan tugas fungsi
DPD RI .
I ndikator
Sasaran
: 1. Nilai Reformasi Birokrasi;
: 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan; dan
3.1
Arah Kebijakan dan strategi Nasional
Berdasarkan Undang-Undang 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Visi
Pembangunan Nasional 2005-2025 ditetapkan berdasarkan kondisi bangsa
I ndonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun
mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa
I ndonesia adalah:
Visi pembangunan jangka panjang tersebut diterjemahkan sebagai
berikut:
Mandiri : Mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat
dengan bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan
dan kekuatan sendiri.
Maju : Sumber Daya Manusia I ndonesia telah mencapai kualitas
yang tinggi dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi
disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan
hukum yang mantap.
Adil : Tidak ada pembatasan/ diskriminasi dalam bentuk apapun,
baik antar individu, gender, maupun wilayah.
Makmur : Seluruh kebutuhan hidup masyarakat I ndonesia telah
terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti
penting bagi bangsa-bangsa lain
Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 itu mengarah pada
pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan
AN
N
Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, yaitu untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah I ndonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial dalam bent uk rumusan visi, misi dan arah
pembangunan nasional. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat
diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan
kemakmuran yang ingin dicapai.
Visi pembangunan nasional diwujudkan melalui 8 (delapan) misi
pembangunan nasional yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
dan beradab;
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;
4. Mewujudkan I ndonesia aman, damai, dan bersatu;
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;
6. Mewujudkan I ndonesia asri dan lestari;
7. Mewujudkan I ndonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan
8. Mewujudkan I ndonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJM 2009-2014, tahapan RPJM 2015-2019 ditujukan untuk lebih
memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan
menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat melalui pemantapan
toleransi, non diskriminasi dan kemitraan serta semakin mantapnya
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.
Kondisi itu mendorong tercapainya penguatan kepemimpinan dan
kontribusi I ndonesia dalam berbagai kerja sama internasional dalam rangka
mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan damai dalam berbagai aspek
kehidupan. Bersamaan dengan itu kesadaran dan penegakan hukum dalam
berbagai aspek kehidupan berkembang makin mantap serta profesionalisme
aparatur negara di pusat dan daerah makin mampu mendukung
pembangunan nasional.
Dalam kerangka pemantapan nilai-nilai demokrasi dan pelaksanaan
desentralisasi serta otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam RPJM
2015-2019 maka kedudukan DPD RI memiliki arti strategis. Namun dalam
perjalanannya selama 2 (dua) periode, DPD RI belum dapat secara optimal
memenuhi harapan masyarakat dan daerah dalam pengambilan kebijakan
tingkat nasional yang dapat memberikan peningkatan kehidupan yang sama
antara pusat dan daerah. Hal ini disebabkan pengaturan fungsi, tugas dan
wewenang DPD RI dalam undang-undang tidak sesuai dengan Pasal 22D
UUD 1945.
Putusan MK perkara Nomor 92/ PUU-X/ 2012 pada tanggal 27 Maret
2013 menegaskan bahwa fungsi DPD RI adalah fungsi legislasi, anggaran,
dan pengawasan. Kewenangan DPD RI dibidang legislasi telah memposisikan
kedudukan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam hal mengajukan
RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
DPD RI sebagai lembaga negara juga mempunyai hak dan/ atau
kewenangan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam membahas RUU
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Keterlibatan DPD RI untuk memberikan pertimbangan dimaksudkan
supaya DPD RI berkesempatan menyampaikan pandangan dan pendapatnya
terhadap RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah sedangkan
kewenangan DPD RI dibidang pengawasan diberikan terkait dengan
pelaksanaan undang-undang yang menyangkut jenis undang-undang yang
ikut dibahas dan/ atau diberikan pertimbangan oleh DPD RI . Kewenangan
pengawasan DPD RI juga dilakukan bagi pelaksanaan berbagai UU yang
berkaitan dengan daerah.
Pada tahun 2015-2019 beberapa hal yang menjadi prioritas lembaga
DPD RI yaitu:
a.
Penguatan fungsi dan kew enangan DPD RI sebagai lembaga
perw akilan
Empat tahap perubahan UUD 1945 telah meletakkan dasar-dasar
kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis,
menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan meletakkan orientasi
pembangunan pada daerah. Namun demikian harus disadari pula
bahwa empat tahap perubahan konstitusi masih menyisakan
permasalahan yang mengganggu kehidupan ketatanegaraan.
Karenanya penataan terhadap sistem ketatanegaraan tetap harus
diupayakan demi tercapainya masa depan I ndonesia yang lebih baik.
Untuk penguatan fungsi dan kewenangan DPD RI sebagai
lembaga perwakilan daerah, DPD RI menetapkan strategi pencapaian
secara internal maupun eksternal. Secara internal dilakukan melalui
optimalisasi peran dan fungsi DPD dengan mendorong penataan sistem
ketatanegaraan dan optimalisasi kinerja DPD RI sebagai bentuk
pertanggungjawaban moral dan politis kepada konstituen.
Secara eksternal dilakukan oleh Anggota DPD RI dalam
kapasitasnya sebagai Anggota MPR. Dalam hal ini inisiasi DPD RI dalam
MPR dengan pembentukan Tim Kerja Kajian Sistem Ketatanegaraan
I ndonesia. I ni berarti bahwa aspirasi atas perubahan konstitusi telah
dikanalisasi secara formal di MPR dan sudah semestinya bagi DPD RI
untuk memperjuangkan amanat masyarakat di Tim Kerja Kajian Sistem
Ketatanegaraan I ndonesia.
Mengingat bahwa penataan sistem ketatanegaraan hanya dapat
dilakukan melalui perubahan konstitusi, dan perubahan konstitusi hanya
menjadi wewenang MPR, maka sasaran DPD RI untuk mewujudkan
targetnya adalah kerja politik di MPR agar dapat diselenggarakannya
Sidang Paripurna MPR untuk membahas agenda perubahan konstitusi.
b.
Peningkatan kinerja DPD RI dalam kerangka hubungan kerja
dengan lembaga negara, pemerintah, pemerintah daerah dan
masyarakat daerah
DPD RI merupakan lembaga perwakilan yang keanggotaannya
dipilih melalui pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD. DPR merupakan
representasi masyarakat melalui partai politik. Sedangkan DPD RI
merupakan lembaga perwakilan yang merupakan representasi
masyarakat daerah (Provinsi). Dengan demikian maka DPD RI mewakili
kepentingan daerah ditingkat pusat baik kepentingan pemerintahan
daerah ataupun masyarakat daerah. Dalam UU MD3 Pasal 224
dijelaskan bahwa DPD RI mempunyai tugas dan kewenangan dalam
mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) bidang tertentu dan
pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah, pajak, pendidikan dan agama.
Berdasarkan amanat Undang-Undang MD3 tersebut maka tugas
dan kewenangan DPD RI sangat terkait dengan tugas dan kewenangan
hubungan kerjasama yang dilakukan DPD RI dilandasi semangat untuk
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, seperti yang diamanahkan oleh Pembukaan UUD 1945.
Pelaksanaan tugas DPD RI dalam penyusunan legislasi dan
pertimbangan berdasarkan aspirasi masyarakat dan daerah yang
diperoleh baik secara langsung disampaikan ke DPD RI maupun pada
saat kegiatan reses dan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
dengan bertemu langsung dengan masyarakat. Cukup banyak metode
yang digunakan dalam peyerapan aspirasi masyarakat seperti : Dialog
dengan masyarakat dan pejabat daerah atau stake holder lainnya,
Dengar Pendapat (Public Hearing), Focus Group Discusion (FGD),
Kunjungan Masyarakat, pengamatan, pengumpulan data sekunder,
surat menyurat (kotak pos), kotak saran, Telepon, Short Message
Service (SMS), Penggunaan internet (website, chating, facebook dan
lain-lain), Media Massa (Radio/ Televisi/ Koran dan lain lain).
c.
Penyempurnaan manajemen dan mekanisme kerja internal
DPD RI
Putusan Mahkamah Konsitusi (MK) perkara Nomor 92/ PUU-X/ 2012
pada tanggal 27 Maret 2013 bersifat final dan mengikat, oleh karenanya
dapat dilaksanakan tanpa menunggu revisi UU MD3 dan UU P3. Putusan
MK tersebut menjadi bagian yang mempengaruhi proses legislasi di
ranah legislatif dengan otomatis juga mempengaruhi Manajemen kerja
Organisai DPD RI secara I nternal.
Sebagai tindak lanjut dari putusan MK tersebut, perlu disusun
dengan segera mekanisme kerja bersama DPR RI dan DPD RI dalam
proses pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
lingkup tugas DPD RI yang akan dilakukan pembahasan bersama DPR
RI , DPD RI dan Presiden (tripartit). Mekanisme kerja tersebut
merupakan aturan-aturan yang disepakati bersama yang selanjutnya