• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAKIP Setjen DPD RI 2017 – PPID DPD RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SAKIP Setjen DPD RI 2017 – PPID DPD RI"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

Profesional, Akuntabel, dan Modern

R E N C A N A S T R AT E G I S

2 0 1 5 - 2 0 1 9

( R E V I U 2 0 1 7 )

SEKRETARIAT JENDERAL

(2)

Rencana Strategis (Renstra) adalah dokumen

perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin

dicapai dalam kurun waktu lima tahun dengan

memperhitungkan perkembangan lingkungan strategis.

Renstra memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, dan

program sesuai dengan tugas dan fungsi

Kementerian/Lembaga yang disusun dengan berpedoman pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD telah

mengamanatkan agar organisasi Setjen DPD RI harus disusun sesuai perkembangan

ketatanegaraan untuk meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kinerja pelaksanaan

tugas dan fungsi DPD. Dalam pada itu melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

92/ PUU-X/ 2012 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 79/ PUU-XI I / 2014 telah

terjadi perubahan yang sifatnya fundamental kepada DPD RI , yaitu berkaitan dengan

kemandirian anggaran DPD dan penegasan fungsi legislasi DPD. Terkait dengan hal

tersebut, Rencana Strategis Setjen DPD RI perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian

tersebut perlu dilakukan mengingat dukungan kesekretariatan secara prinsip

membutuhkan pranata dan perangkat baru yang harus dipersiapkan dengan baik

sehingga mengakibatkan perubahan Misi Setjen DPD RI , tujuan dan sasaran strategis

dibawahnya.

Revisi Renstra Sekretariat Jenderal DPD RI diprioritaskan pada penguatan

kapasitas lembaga kesetjenan, pembenahan ketatalaksanaan, dan penataan sumber

daya manusia (SDM), peningkatan infrastuktur sarana dan prasarana untuk

mendukung fungsi dewan, dengan memperhatikan akuntabilitas, dan prinsip-prinsip

pemerintahan yang baik (good governance), serta peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

(3)

Revisi Rencana Strategis Sekretariat Jenderal DPD RI tahun 2015–2019 yang

dibahas intensif dengan melibatkan seluruh unit kerja Sekretariat Jenderal DPD RI ,

merupakan hasil komitmen bersama seluruh pegawai Sekretariat Jenderal DPD RI

untuk menjawab tuntutan dan perkembangan lingkungan strategis yang senantiasa

dinamis serta untuk mewujudkan harapan yang diinginkan di masa yang akan datang.

Jakarta, Januari 2017

Sekretaris Jenderal,

(4)

• Kondisi Umum ... 1

• Potensi dan Permasalahan ... 20

BAB I. PENDAHULUAN

• Visi ... 25 • Misi ... 26

• Tujuan dan Sasaran ... 27

BAB II.

VISI, MISI, DAN TUJUAN

• Arah Kebijakan dan Strategi Nasional .... 32 • Arah Kebijakan dan Strategi Sekretariat

Jenderal DPD RI ... 38 • Kerangka Regulasi ... 48 • Kerangka Kelembagaan ... 49

BAB III.

STRATEGI DAN KEBIJAKAN

• Target Kinerja ... 54

• Kerangka Pendanaan ... 55

BAB IV.

TARGET KINERJA DAN

KERANGKA PENDANAAN

• Penutup ... 57

BAB V.

PENUTUP

• Matrik Kerangka Kinerja • Matrik Kerangka Regualasi

LAMPIRAN

(5)
(6)

1.1.

KONDI SI UMUM

Pelaksanaan fungsi DPD tidak akan berjalan dengan optimal tanpa

adanya dukungan dari berbagai pihak, khususnya Sekretariat Jenderal DPD

RI (Setjen DPD RI ). Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang MPR,

DPR, DPD, dan DPRD menyatakan bahwa untuk mendukung kelancaran

pelaksanaan tugas DPD, dibentuk Setjen DPD RI . Undang-Undang tersebut

juga mengamanatkan agar organisasi Setjen DPD RI harus disusun sesuai

perkembangan ketatanegaraan untuk meningkatkan kualitas, produktivitas,

dan kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi DPD. Dalam pada itu melalui

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/ PUU-X/ 2012 dan Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 79/ PUU-XI I / 2014 telah terjadi perubahan yang

sifatnya fundamental kepada DPD RI , yaitu berkaitan dengan kemandirian

anggaran DPD dan penegasan fungsi legislasi DPD. Berdasarkan hal

tersebut, harapan besar yang diberikan kepada DPD RI tidak dapat

dilepaskan dari upaya dukungan Setjen DPD RI dalam rangka pelaksanaan

tugas DPD RI . Terkait dengan hal tersebut, Rencana Strategis Setjen DPD RI

perlu dilakukan penyesuaian. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan

mengingat dukungan kesekretariatan secara prinsip membutuhkan pranata

dan perangkat baru yang harus dipersiapkan dengan baik sehingga

mengakibatkan perubahan Misi Setjen DPD RI , tujuan dan sasaran strategis

dibawahnya. Adapun perubahan Misi, tujuan dan sasaran strategis tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut.

BAB I

(7)

Tabel 1.1

Persandingan Misi Setjen DPD RI

Misi Setjen DPD RI 2015 - 2019

Revisi Misi Setjen DPD RI

2015- 2019

1. Meningkatkan dukungan keahlian

dalam pelaksaan fungsi,

wewenang, dan tugas DPD RI ;

dan

2. Meningkatkan dukungan

administrasi dalam pelaksanaan

fungsi, wewenang, dan tugas

DPD RI .

1. Mewujudkan dukungan

administratif dan keahlian kepada

DPD RI ; dan

2. Mewujudkan dukungan kapasitas

internal Sekretariat Jenderal DPD

RI yang mampu mendukung

kelancaran pelaksanaan fungsi

dan tugas DPD RI

Tabel 1.2

Persandingan Tujuan Strategis Setjen DPD RI

Tujuan Strategis

Setjen DPD RI 2015- 2019

Revisi Tujuan Strategis

Setjen DPD RI 2015- 2019

1. Terwujudnya peningkatan

dukungan persidangan DPD RI ;

2. Terwujudnya penigkatan

dukungan penelitian/ pengkajian;

3. Terwujudnya peningkatan

dukungan (pengolahan asmas);

4. Terwujudnya peningkatan

dukungan penguatan kapasitas

kelembagaan DPD RI ;

5. Terwujudnya SDM yang

professional;

6. Terwujudnya kelembagaan dan

ketatalaksanaan Setjen DPD yang

dinamis dan modern;

1. Terwujudnya dukungan

administratif dan keahlian yang

profesional dan akuntabel kepada

DPD RI ; dan

2. Terwujudnya Sekretariat Jenderal

DPD RI yang secara profesional

dan modern mampu memberikan

dukungan kelancaran

pelaksanaan fungsi dan tugas

(8)

7. Terwujudnya peningkatan

dukungan administrasi keuangan;

8. Terwujudnya peningkatan

pengelolaan data dan informasi

DPD RI serta publikasi DPD RI di

media massa;

9. Terwujudnya peningkatan sarana

dan prasarana; dan

10. Terwujudnya pengawasan

terhadap pelaksanaan tugas

Setjen DPD RI .

Tabel 1.3

Persandingan Sasaran Strategis Setjen DPD RI

Sasaran Strategis

Setjen DPD RI 2015- 2019

Revisi Sasaran Strat egis

Setjen DPD RI 2015- 2019

1. Meningkatnya kualitas dukungan

sidang/ rapat/ pertemuan DPD RI ;

2. Meningkatnya kualitas draft

keputusan/ peraturan DPD RI ;

3. Meningkatnya kualitas hasil

penelitian/ pengkajian;

4. Meningkatnya kualitas dukungan

representasi melalui pengolahan

aspirasi masyarakat dan daerah;

5. Meningkatnya kualitas dukungan

materi terhadap penguatan

kelembagaan DPD RI ;

6. Terwujudnya SDM Aparatur yang

menduduki jabatan sesuai dengan

standar kompetensi;

1. Terwujudnya dukungan

pelaksanaan tugas fungsi DPD RI

yang profesional dan akuntabel;

2. Terwujudnya dukungan kegiatan

Pimpinan DPD RI dalam

penguatan kelembagaan DPD RI

yang profesional dan akuntabel;

3. Terwujudnya pengelolaan data,

informasi dan hasil kajian yang

secara profesional dan modern

mampu mendukung pelaksanaan

tugas fungsi DPD RI ; dan

4. Terwujudnya Tata Kelola

Sekretariat Jenderal DPD RI yang

(9)

Sasaran Strategis

Setjen DPD RI 2015- 2019

Revisi Sasaran Strat egis

Setjen DPD RI 2015- 2019

7. Terwujudnya kelembagaan yang

tepat ukuran dan tepat fungsi;

8. Tersedianya sistem dan prosedur

kerja yang efektif dan efisien;

9. Meningkatnya layanan

perencanaan dan pengelolaan

keuangan yang tertib dan

akuntabel;

10. Meningkatnya layanan sistem

informasi manajemen;

11. Meningkatnya layanan

pemberitaan DPD RI ;

12. Meningkatnya layanan

perpustakaan DPD RI ;

13. Meningkatnya pemenuhan sarana

prasarana kerja yang modern dan

sesuai dengan kebutuhan; dan

14. Meningkatnya pengawasan

pelaksanaan kegiatan pada unit

kerja Setjen DPD RI .

mampu mendukung pelaksanaan

tugas fungsi DPD RI .

Revisi Rencana Strategis Setjen DPD RI 2015-2019 dilakukan mulai

tahun 2017, oleh karena itu secara substansi penyusunan Revisi Rencana

Strategis Setjen DPD RI 2015-2019 merupakan perbaikan dari Rencana

Strategis Setjen DPD RI 2015-2019 yang terkait dengan tugas dan fungsi

Setjen DPD RI sesuai amanat ketentuan Pasal 413 ayat (1) UU MD3: Untuk

mendukung kelancaran pelaksanaan tugas MPR, DPR, dan DPD dibentuk

sekretariat jenderal yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden; dan dalam

ketentuan Pasal 333 Tata Tertib DPD RI , diatur tugas Setjen DPD RI ; sebagai

(10)

Supporting System). Dalam posisi tersebut Setjen DPD RI harus mampu

berjalan seiring dan mengikuti setiap derap langkah serta ritme kegiatan

DPD RI . Sehingga segala tuntutan maupun permasalahan yang dihadapi oleh

DPD RI , merupakan tugas Setjen DPD RI untuk menindaklanjuti serta

memberikan dukungannya secara optimal demi terpenuhinya seluruh

tuntutan yang ada.

Dokumen Revisi Renstra Setjen DPD RI 2015-2019 ini merupakan

wujud penyempurnaan dokumen Renstra sebelumnya dan upaya

perencanaan yang telah dilakukan sebelumnya dimana perhatian organisasi

yang sebelumnya berparadigma pada kegiatan administratif (staffing) dan

berorientasi pada output (output oriented), sekarang lebih menitikberatkan

pada hasil (outcome oriented).

Sesuai dengan ketentuan Pasal 334 ayat (1) Tata Tertib DPD dukungan

administratif yang selama ini telah diberikan oleh Setjen DPD RI meliputi:

a. Penyelenggaraan administrasi dan keprotokolan lembaga dan hal-hal

yang berkaitan dengan dukungan kelembagaan, keanggotaan dan

seluruh kegiatan DPD;

b. Perencanaan program dan anggaran untuk kegiatan DPD;

c. Pelaksanaan pengelolaan anggaran DPD;

d. Penyiapan seluruh dukungan dalam rangka kegiatan sidang dan

rapat-rapat;

e. Pelaksanaan tata kelola kearsipan dan risalah;

f. Pemberian dukungan keahlian, referensi, dan jaringan kerja;

g. Pengelolaan dan pemberikan informasi sesuai kebutuhan masyarakat

berkenaan dengan informasi kegiatan DPD seperti hasil-hasil keputusan

DPD, penerimaan kunjungan anak sekolah, dan masyarakat yang ingin

mengetahui tentang DPD dan lain-lain yang relevan dalam ruang lingkup

tugas Sekretariat Jenderal;

h. Penyiapan dukungan pelaksanaan sarana dan prasarana berupa fasilitas

gedung, ruang rapat, dan peralatan yang dikoordinasikan dengan Badan

Pengelola Fasilitas Parlemen;

(11)

j. Penyiapan jaringan kerja;

k. Penyiapan materi atau bahan bagi pimpinan dalam rangka konsultasi dan

koordinasi antar lembaga; dan

l. Tugas lain-lain menurut kebutuhan pimpinan dan lembaga sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Dukungan keahlian sebagaimana ketentuan Pasal 334 ayat (2) yang

dilaksanakan oleh Setjen DPD RI meliputi:

a. Penyusunan usul prolegnas DPD dengan menyiapkan kajian yang berupa

makalah kebijakan berdasarkan jangka tahunan dan jangka 5 (lima)

tahun Prolegnas yang berkaitan dengan kewenangan DPD;

b. Kajian awal yang digunakan untuk Prolegnas dilakukan pada masa awal

keanggotaan DPD;

c. Hasil kajian yang digunakan untuk Prolegnas sebagai bahan masukan

untuk Komite dan Panitia Perancang Undang-Undang dalam menentukan

prioritas Prolegnas Nasional;

d. Penyusunan dokumen Naskah Akademik dan draft naskah Rancangan

Undang-Undang;

e. Perancangan draf Rancangan Undang-Undang sesuai dengan ide atau

gagasan dari pemrakarsa;

f. Pemberian dukungan keahlian kepada Alat Kelengkapan pada saat

sidang-sidang atau rapat-rapat pembahasan di DPD dan DPR;

g. Pemberian dukungan teknis kepada Komite dan/ atau Panitia Perancang

Undang-Undang pada saat sidang atau rapat di daerah; penyiapan

bahan materi kepada alat kelengkapan yang ditugaskan oleh Pimpinan

DPD untuk melakukan koordinasi dalam rangka pengelolaan sarana dan

prasarana dalam kawasan gedung perkantoran MPR, DPR, dan DPD;

h. Penampungan hasil diskusi, curah pendapat, atau penjelasan

ide/ gagasan mengenai perlunya disusun Rancangan Undang-Undang;

i. Pengkajian dan penelusuran informasi yang diperlukan melalui diskusi,

seminar, aspirasi masyarakat, lokakarya, dan bentuk-bentuk pertemuan

(12)

j. Pelaksanaan tugas keahlian lainnya dalam rangka pelaksanaan

wewenang dan tugas DPD.

Dukungan pengelolaan kantor daerah sebagaimana ketentuan Pasal

334 ayat (4) yang dilaksanakan oleh Setjen DPD RI meliputi:

a. Penyelenggaraan administrasi dan operasional dalam hal-hal yang

berkaitan dengan dukungan kegiatan DPD di kantor daerah;

b. Perencanaan program dan anggaran untuk kegiatan DPD di Kantor

Daerah;

c. Penyiapan seluruh dukungan dalam rangka kegiatan sidang atau rapat di

kantor daerah;

d. Pelaksanaan tata kelola kearsipan dan risalah di kantor daerah;

e. Pemberian dukungan keahlian, referensi dan jaringan kerja;

f. Penyiapan dukungan sarana dan prasarana di kantor daerah;

g. Pengelolaan dan pemberian informasi sesuai kebutuhan masyarakat

berkenaan dengan informasi kegiatan DPD;

h. Koordinasi dengan pemerintah daerah, tokoh masyarakat, instansi

pemerintah pusat yang bersifat vertikal, pihak swasta, BUMN, BUMD, dan

lembaga swadaya masyarakat di daerah untuk penyerapan aspirasi

masyarakat di daerah yang dilaksanakan dalam kegiatan DPD maupun

Anggota; dan koordinasi kegiatan Kelompok Anggota Provinsi di Daerah.

Dalam memberikan dukungan teknis administratif dan keahlian serta

dukungan pengelolaan kantor daerah tersebut di atas oleh Setjen DPD RI ,

secara sistematis kondisi umum capaian kinerja Sekretariat Jenderal dapat

dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bidang yaitu a) akuntabilitas kinerja dan

keuangan; b) dukungan teknis dan substansi/ materi persidangan DPD RI ; c)

dukungan terhadap penguatan kelembagaan DPD RI ; d) dukungan efektifitas

hubungan antara DPD RI dengan konstituen di daerah pemilihan melalui

keberadaan kantor daerah; e) layanan data dan informasi.

Gambaran capaian kinerja terhadap kelima bidang tersebut dapat

(13)

a. Akuntabilitas Kinerja dan Keuangan

Sesuai dengan Putusan MK Perkara Nomor 79/ PUU-XI I / 2014

menyatakan bahwa Pasal 250 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,

Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan

Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 5568) tidak mempunyai

kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak dimaknai, “

Dalam

melaksanakan w ew enang dan tugas sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 249, DPD memiliki kemandirian dalam menyusun

anggaran yang dituangkan ke dalam program dan kegiatan

disampaikan kepada Presiden untuk dibahas bersama DPR sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang- undangan

”.

Dengan adanya putusan MK tersebut, tantangan Setjen DPD RI

semakin meningkat, hal ini dikarenakan isu pelaksanaan kemandirian

anggaran sebenarnya telah lama didiskusikan. Bahkan dalam forum

pertemuan Sekretariat Jenderal Parlemen di Bali tahun 2007 telah

disetujui langkah-langkah kemandiran anggaran parlemen ini yang

tertuang dalam laporan “Authonomy Parliament in its Varous Aspect”.

Laporan tersebut sebenarnya merupakan tindak lanjut dari kesepakatan

yang dilakukan oleh Association of Secretaries General of Parliament

(ASGP) tahun 1998 melalui hasil studi yang disetujui di Moskow dan

dipublikasikan dalam the Constitutional and Parliamentary I nformation.

Kemandirian dalam pengelolaan anggaran DPD RI menjadi penting

karena dalam menjalankan fungsi-fungsinya DPD harus didukung

ketersediaan anggaran yang cukup. Hal tersebut tertuang dalam

ketentuan Pasal 250 ayat (1) UU MD3, “Dalam menjalankan wewenang

dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249, DPD menyusun

anggaran yang dituangkan dalam program dan kegiatan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.” Kemandirian anggaran ini dirasakan

penting ketika dihadapkan pada karateristik DPD RI yang berbeda dengan

(14)

Dengan adanya kemandirian anggaran ini, DPD dituntut untuk

meningkatkan kinerjanya, tetapi di sisi lain anggaran yang terbatas dan

masih dikontrol oleh eksekutif. Dorongan untuk meningkatkan kinerja

lembaga tentunya harus diimbangi dengan peningkatan anggaran. Oleh

karena itu, jajaran Setjen DPD RI harus menyiapkan segala instrumen

dalam rangka tata kelola administrasi.

Aspek penting dalam tata kelola administrasi adalah kebutuhan

pengembangan akuntabilitas Setjen DPD RI . Tata kelola administrasi

dimaksud meliputi upaya peningkatan pelaporan akuntabilitas aparatur

dan transparansi laporan keuangan. Capaian kinerja terkait dengan

akuntabilitas kinerja Setjen DPD RI , opini BPK, pelaksanaan reformasi

birokrasi, serta capaian standar akuntansi dan pelaporan keuangan DPD

RI dapat memberikan kepercayaan dari Anggota dan Alat Kelengkapan

DPD terhadap Setjen DPD RI sebagai unsur pendukung DPD dan

menunjukkan tata kelola administrasi yang andal.

Penerapan akuntabilitas kinerja di lingkungan Setjen DPD RI

dilakukan dengan melaksanakan penyusunan Laporan Kinerja Setjen DPD

RI setiap tahunnya, yang ruang lingkupnya mencakup Renstra Setjen DPD

RI , Perjanjian Kinerja Setjen DPD RI , Pengukuran Kinerja Setjen DPD RI

melalui pengumpulan dan pengelolaan data kinerja, serta analisa capaian

kinerja Setjen DPD RI . Sejak tahun 2013, Setjen DPD RI telah

melaksanakan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB).

Transparansi laporan keuangan telah dilaksanakan oleh Setjen DPD

RI dengan menyusun Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan

Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan

Atas Laporan Keuangan (CALK) dengan berpedoman pada Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan. Opini tertinggi dari BPK adalah opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP) yang salah satu syaratnya adalah penilaian atas

capaian standar akuntansi dan pelaporan keuangan memperoleh nilai

standar tertinggi dari Kementerian Keuangan. Sekretariat Jenderal telah

(15)

berturut-turut, sejak tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012,

2013, 2014 dan 2015.

b. Dukungan Keahlian Materi Persidangan DPD RI

Dukungan keahlian Setjen DPD RI disesuaikan dengan kebutuhan

pelaksanaan tugas DPD RI selama ini. Dukungan tersebut tercermin dari

kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Persidangan I dan Biro Persidangan

I I serta Pusat Kajian Kebijakan dan Hukum dan Pusat Kajian Daerah.

Dukungan keahlian dioptimalkan melalui berbagai jenis data dan informasi

pendukung sebagai bahan masukan dalam persidangan/ Alat -Alat

Kelengkapan DPD RI maupun dalam rangka sidang atau rapat di kantor

daerah.

Secara kelembagaan, efektifitas DPD RI sebagai lembaga

perwakilan daerah dibuktikan dengan kemampuan kelembagaannya untuk

membuat keputusan yang terinformasi. Sementara itu, kemampuan DPD

RI adalah kapasitas DPD RI untuk mendapatkan informasi, membangun

keahlian kebijakan, dan membuat keputusan secara mandiri dari

lembaga-lembaga lain. Kemampuan itu secara kelembaga-lembagaan sejalan dengan

otonomi lembaga yang ditunjukkan melalui pembuatan keputusan dan

bertindak secara mandiri dari pemerintah.

Otonomi DPD RI sendiri sebenarnya telah digariskan dalam

ketentuan Pasal 261 ayat (1) huruf h UU MD3, yang menyebutkan

wewenang Pimpinan DPD RI untuk menetapkan arah dan kebijakan

anggaran DPD RI . I dealnya, landasan hukum ini menjadi pendorong

jajaran Setjen DPD RI untuk lebih profesional melakukan dukungan

kepada DPD RI .

Setjen DPD RI sebagai supporting system memberikan dukungan

keahlian/ materi persidangan DPD RI dalam bentuk (1) penyelenggaraan

rapat/ sidang DPD RI ; (2) penyusunan draf Keputusan DPD RI terkait

fungsi legislasi, fungsi pengawasan, fungsi penganggaran, dan fungsi

(16)

materi non RUU; dan (4) pelaksanaan kajian yang digunakan sebagai

background paper alat kelengkapan.

Pada Periode keanggotaan DPD RI Tahun 2014-2019, Setjen DPD

RI berupaya meningkatkan dukungan kepada pelaksanaan 4 (empat)

fungsi utama DPD RI yaitu dalam perubahan RUU dengan mendorong

sistem unit pendukung yang secara khusus melakukan kegiatan di bidang

penyusunan dan pembahasan RUU yaitu dengan mengembangkan jabatan

fungsional Perancang Perundang-Undangan.

Draf Keputusan DPD RI terkait fungsi legislasi meliputi naskah usul

prolegnas, RUU inisiatif DPD, pandangan pendapat dan pertimbangan

terhadap RUU dari DPR maupun Presiden. Penyusunan draft produk

legislasi tersebut selanjutnya akan dibahas oleh Anggota DPD

di masing-masing alat kelengkapan untuk kemudian diputuskan menjadi

Keputusan DPD RI dalam Sidang Paripurna DPD RI . Draf Keputusan DPD

RI yang telah dihasilkan oleh Setjen DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 48

(empat puluh delapan) draf keputusan, tahun 2013 sebanyak 43 (empat

puluh tiga) draf keputusan, tahun 2012 sebanyak 60 (enam puluh) draf

keputusan, tahun 2011 sebanyak 35 (tiga puluh lima) draf keputusan, dan

tahun 2010 sebanyak 33 (tiga puluh tiga) draf keputusan.

Draf keputusan DPD RI terkait fungsi pengawasan disusun dalam

rangka DPD RI pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang tertentu

yang dilaksanakan oleh pemerintah. Draf keputusan yang telah dihasilkan

oleh Setjen DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 20 (dua puluh) draf

keputusan, tahun 2013 sebanyak 25 (dua puluh lima) draf keputusan,

tahun 2012 sebanyak 25 (dua puluh lima) draf keputusan, tahun 2011

sebanyak 13 (tiga belas) draf keputusan, dan tahun 2010 sebanyak 15

(lima belas) draf keputusan.

Draf keputusan DPD RI terkait fungsi penganggaran meliputi

pertimbangan DPD RI terhadap tindak lanjut HAPSEM BPK

dan pertimbangan DPD RI terhadap RUR RAPBN/ APBN/ APBN-P. Draf

keputusan yang telah dihasilkan oleh Setjen DPD RI pada tahun 2014

(17)

keputusan, tahun 2012 sebanyak 2 (dua) draf keputusan, tahun 2011

sebanyak 3 (tiga) draf keputusan, dan tahun 2010 sebanyak 1 (satu) draf

keputusan.

Draf keputusan DPD terkait fungsi representasi meliputi draf

keputusan tentang pemilihan calon anggota BPK. Draf keputusan tersebut

selanjutnya akan dibahas oleh Anggota DPD di alat kelengkapan untuk

kemudian diputuskan menjadi keputusan DPD RI dalam Sidang Paripurna

DPD RI . Jumlah draf keputusan DPD RI tentang pertimbangan DPD RI

terhadap calon anggota BPK yang disampaikan kepada DPR RI pada tahun

2014 sebanyak 1 (satu) draf keputusan sama dengan jumlah draf

keputusan yang dihasilkan pada tahun 2013, 2012 dan 2011. Hal ini

dilaksanakan sebagaimana amanat Pasal 23F ayat (1) UUD 1945 bahwa

anggota BPK RI dipilih oleh DPR RI dengan memperhatikan pertimbangan

DPD RI .

Draf keputusan DPD RI tentang materi non RUU pada tahun 2014

sebanyak 8 (delapan) draf keputusan/ peraturan, tahun 2013 sebanyak 9

(Sembilan) draf keputusan/ peraturan, tahun 2012 sebanyak 9 (Sembilan)

draf keputusan/ peraturan, tahun 2011 sebanyak 9 (Sembilan) draf

keputusan/ peraturan, dan tahun 2010 sebanyak 4 (empat) draf

keputusan/ peraturan.

Jumlah kajian yang digunakan sebagai background paper oleh alat

kelengkapan DPD RI pada tahun 2014 sebanyak 28 (dua puluh delapan)

kajian, Pada tahun 2013 sebanyak 17 (tujuh belas) kajian, tahun 2012

sebanyak 16 (enam belas) kajian, tahun 2011 sebanyak 26 kajian, dan

tahun 2010 sebanyak 16 (enam belas) kajian.

Selain itu, Setjen DPD RI juga harus memberikan saran kebijakan

hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas perumusan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang hukum. Pemberian saran demikian harus tepat dari

sisi substansinya. Hal ini harus dimaklumi karena saran kebijakan tersebut

akan digunakan Pimpinan dan Anggota DPD RI dalam mengartikulasikan

aspirasi masyarakat dan daerah sehingga apabila terjadi kekeliruan akan

(18)

Suatu saran kebijakan hasil pemantauan, evaluasi, dan analisis atas

perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang

hukum dikatakan tepat apabila saran tersebut ditindaklanjuti oleh DPD RI .

c. Dukungan terhadap Peningkatan Kapasitas Kelembagaan DPD RI

Sebagai lembaga legislatif, DPD RI diamanatkan untuk

melaksanakan fungsi legislasi, pengawasan dan anggaran secara terbatas.

Dalam menjalankan tugasnya secara konstitusional membawa DPD RI

pada konsekuensi untuk mengimbangi dan mengontrol kapasitas DPR dan

pemerintah melalui mekanisme check and balances. Untuk itu DPD RI

dituntut melakukan penguatan kelembagaan pada aspek kapasitas dan

kredibilitas serta aspek substansi.

Pada aspek kapasitas dan kredibilitas, pelaksanaan tugas DPD RI

saat ini harus didukung oleh citra yang positif pada masyarakat dan

daerah. Citra positif DPD RI terbentuk antara lain melalui publikasi media

massa dan tuntutan LSM, Organisasi Masyarakat, kelompok masyarakat

dan yang paling penting masyarakat dan daerah. Untuk menghadapi

tantangan DPD RI ke depan dibutuhkan pembentukan citra DPD RI yang

positif.

Pemberitaan media massa terkait isu DPD menjadi suatu hal yang

penting dalam penguatan kelembagaan DPD, karena dapat menjadi salah

satu corong untuk mensosialisasikan DPD dan produk-produknya. Oleh

karena itu dukungan dari Sekretariat Jenderal DPD diperlukan agar setiap

kegiatan/ produk DPD RI dapat masuk dalam pemberitaan di media massa.

Pada tahun 2014 terdapat 1.436 pemberitaan di media massa, tahun

2013 terdapat 1.224 pemberitaan di media massa, tahun 2012 terdapat

1.002 pemberitaan di media massa, tahun 2011 terdapat 1.173

pemberitaan di media massa, dan tahun 2010 terdapat 2.363 pemberitaan

di media massa.

Kerja sama DPD RI dengan lembaga tinggi/ kementerian di

I ndonesia dalam rangka penguatan kelembagaan DPD RI saat ini sedang

(19)

lembaga-lembaga tinggi negara terkait dengan tugas dan fungsi DPD RI .

Selain dengan lembaga negara dan lembaga non departemen, DPD RI

juga menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga perguruan tinggi di 33

(tiga puluh tiga) provinsi.

Kerja sama luar negeri meliputi kegiatan kunjungan multilateral dan

bilateral. Kegiatan kunjungan multilateral terkait kehadiran DPD RI dalam

sidang parlemen internasional meliputi I nternational Parliamentary Union

(I PU), ASEAN I nter Parliamentary Assembly (AI PA), Asia Pacific

Parliamentary Forum (APPF). Sedangkan kerjasama bilateral terkait

kerjasama antara DPD RI dengan lembaga parlemen negara sahabat .

d. Dukungan

Efektifitas

Hubungan

antara

DPD RI dengan

Konstituen di Daerah Pemilihan melalui keberadaan kantor

daerah

Dukungan efektifitas hubungan antara DPD RI dengan konstituen di

daerah pemilihan oleh Setjen DPD RI diberikan dalam bentuk pengelolaan

aspirasi masyarakat dan daerah. Hasil penyerapan aspirasi masyarakat

dan daerah (asmasda) merupakan sinergitas dan interaksi 132 (seratus

tiga puluh dua) Anggota DPD RI dengan konstituen di daerah

pemilihannya yang dilaksanakan pada masa reses. Hasil penyerapan

asmasda tersebut dikumpulkan dan diolah serta dianalisa, selanjutnya

disusun dalam 1 (satu) laporan per masa reses untuk kemudian dibahas

dalam rapat alat kelengkapan guna merumuskan solusi permasalahan

daerah.

Keberadaan kantor DPD RI di I bu Kota Provinsi diharapkan dapat

semakin memudahkan konstituen dalam menyalurkan aspirasi dan

menyerap informasi sesuai kebutuhan yang berkenaan dengan informasi

kegiatan DPD serta dalam rangka membangun komunikasi dan koordinasi

dengan stakeholder didaerah.

Setjen DPD RI telah mengembangkan sistem penyerapan dan

pengelolaan data dan informasi aspirasi masyarakat dan daerah sejak

(20)

pengolahan dan penyajian data aspirasi masyarakat dan daerah yang akan

ditindaklanjuti dalam pembahasan materi di alat kelengkapan DPD RI .

Sejalan dengan perkembangan teknologi, mulai tahun 2014 telah

dilakukan pengembangan sistem pengolahan aspirasi berbasis Teknologi

I nformasi dan Komunikasi (TI K) melalui website dengan jaringan internet.

Penerapan Teknologi I nformasi dan Komunikasi (TI K) dalam sistem

pengelolaan data dan informasi aspirasi masyarakat dan daerah

memungkinkan kegiatan tahap penyerapan, pengolahan dan analisis serta

hasil tindaklanjut aspirasi akan terkomputerisasi, sehingga aspirasi

masyarakat dan daerah akan lebih mudah diolah, dianalisa, dan hasil

tindak lanjutnya mudah diakses.

e. Layanan Data dan I nformasi

Data dan informasi merupakan satu hal yang sangat penting dalam

mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPD RI sebagai lembaga

perwakilan karena merupakan dasar bagi DPD RI dalam mengambil

kebijakan/ keputusan. Oleh karenanya, Setjen DPD RI telah menggunakan

sistem informasi manajemen dalam pengelolaan data dan informasi.

Sebagai langkah awal perlu dilakukan assesment/ audit untuk

menilai kondisi existing sistem informasi dalam rangka menentukan posisi

sistem informasi Setjen DPD RI , dikaitkan dengan kebijakan dan strategi

nasional dalam pengembangan e-government.

Dengan mengetahui posisi sistem informasi Setjen DPD RI tersebut,

langkah berikutnya dilanjutkan dengan menindaklanjuti hasil audit,

dengan mengacu design yang sudah ada melalui pengembangan aplikasi,

hardware, network, dan manajemen teknologi informasi, termasuk

pengembangan SDM yang terbagi dalam tahapan program (road map) per

tahun untuk kurun waktu 5 (lima) tahun.

Sistem I nformasi Manajemen merupakan media teknologi informasi

berupa aplikasi yang dapat membantu fungsi, tugas dan kinerja baik

kedewanan maupun kesekretariatan. Dengan menggunakan SI M proses

(21)

(pasang) pada perangkat server (terpusat) yang dapat dengan mudah

diakses oleh user (Pimpinan, Anggota, Pegawai Setjen DPD RI dan

masyarakat) yang terhubung jaringan komputer. Sejak tahun 2011 Setjen

DPD RI telah menggunakan 10 (sepuluh) SI M, yaitu Website DPD RI ,

Email DPD RI , Sistem I nformasi Budget Office, Sistem Aspirasi Masyarakat

Daerah, Sistem I nformasi Perundang-Undangan, Sistem I nformasi

Perpustakaan, Sistem Pengolah Risalah (iPerisalah) , Sistem Pengadaan

Barang/ Jasa Secara Elektronik, Sistem I nformasi Kepegawaian, dan Sistem

I nformasi Pengolah Absensi Pegawai.

f. Dukungan SDM Aparatur

Dalam praktek parlemen modern, kemandiran anggaran seharusnya

diikuti oleh kemandirian pada organiasi kesekretariatan. Pada prinsipnya,

SDM aparatur Setjen DPD RI seharusnya berada di bawah DPD RI secara

langsung.

Dalam rangka mencapai visi, misi, dan strategi Setjen DPD RI

sebagaimana telah dijabarkan pada bab sebelumnya, Setjen DPD RI harus

didukung oleh perangkat kelembagaan, proses bisnis, tata laksana, dan

sumber daya aparatur yang mampu melaksanakan tugas yang dibebankan

kepada Setjen DPD RI secara efektif dan efisien. Untuk itu kegiatan

pengembangan dan penataan kelembagaan yang meliputi organisasi dan

ketatalaksanaan, serta pengelolaan sumber daya aparatur mutlak

dilaksanakan secara efektif, intensif, dan berkesinambungan.

Kebijakan utama Pengembangan Sumber Daya Aparatur (SDA)

secara menyeluruh diarahkan untuk memastikan tersedianya SDA yang

berintegritas dan berkompetensi tinggi sesuai dengan bidang tugasnya

dalam rangka mendukung pencapaian tujuan Setjen DPD RI .

Sasaran utama kebijakan ini adalah terwujudnya menciptakan

proses rekrutmen yang transparan dan mampu menarik talent terbaik,

peningkatan kompetensi pegawai, dan menciptakan keterkaitan yang jelas

(22)

f.1. Kondisi Pegaw ai Setjen DPD RI

Kuantitas SDM Setjen DPD RI selalu berubah sesuai dengan

kebutuhan kelembagaan baik di ibu kota negara maupun ibu kota

provinsi. Jumlah pejabat struktural yang ada dilingkungan Setjen

DPD RI pada tahun 2017 berjumlah 128 (seratus dua puluh delapan)

pejabat dengan rincian sebagaimana dapat dilihat berdasarkan Grafik

1.1 sebagai berikut:

Grafik 1.1

Jumlah Jabatan Struktural di Lingkungan Setjen DPD RI Tahun 2017

Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional umum (PNS)

menurut golongan ruang pada tahun 2017 berjumlah 316 (tiga ratus

enam belas) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat

berdasarkan Grafik 1.2 sebagai berikut:

Grafik 1.2

(23)

Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional tertentu (PNS)

menurut golongan ruang pada tahun 2017 berjumlah 10 (sepuluh)

pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat berdasarkan

Grafik 1.3 sebagai berikut:

Grafik 1.3

Jumlah Jabatan Fungsional Tertentu (PNS) di Lingkungan Setjen DPD RI Tahun 2017

Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional umum (CPNS)

menurut golongan ruang pada tahun 2017 berjumlah 16 (enam

belas) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat

berdasarkan Grafik 1.4 sebagai berikut:

Grafik 1.4

Jumlah Jabatan Fungsional Umum (CPNS) di Lingkungan Setjen DPD RI Tahun 2017

Jumlah pegawai dengan jabatan fungsional tertentu (CPNS)

(24)

puluh sembilan) pegawai dengan rincian sebagaimana dapat dilihat

berdasarkan Grafik 1.5 sebagai berikut:

Grafik 1.5

Jumlah Jabatan Fungsional Tertentu (CPNS) di Lingkungan Setjen DPD RI Tahun 2017

Selain Pegawai Negeri Sipil, Set jen DPD RI juga terdiri atas

Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang berjumlah 200 (dua

ratus) orang. Jumlah Tenaga Perbantuan Setjen DPD RI di I bu Kota

Negara per Januari 2017 dapat dilihat berdasarkan Grafik 1.6 sebagai

berikut:

Grafik 1.6

(25)

f.2. Kebijakan- Kebijakan Umum Pengembagan SDM Aparatur

Setjen DPD RI

Dampak dengan adanya UU Aparatur Sipil Negara, diantaranya

adalah tidak menutup kemungkinan bermunculan jabatan-jabatan

fungsional baru, diantaranya jabatan fungsional analis anggaran.

Prinsip UU ASN adalah diberlakukannya merit sistem.

Merit sistem merupakan kebijakan dan manajemen ASN yang

berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan

wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna

kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur,

ataupun kondisi kecacatan.

Proses internalisasi merit sistem dimulai dengan proses

pengelolaan kinerja agar dapat dilaksanakan pemetaan pegawai

berdasarkan kinerja secara baik, hasil assessment center dan hasil

psikotes pegawai. Pasal 21 dan Pasal 22 Undang-Undang ASN

mengamanatkan bahwa setiap aparatur sipil negara berhak

mendapatkan pengembangan kompetensi.

1.2.

POTENSI DAN PERMASALAHAN

Manajemen dalam suatu organisasi dapat dikatakan berhasil apabila

terdapat kemampuan organisasi untuk berinteraksi dengan baik terhadap

lingkungan yang selalu berubah secara cepat. Hal ini bisa tercapai apabila

organisasi dapat melihat dan mempertimbangkan berbagai perubahan

lingkungan eksternal dan internal yang akan memberi dampak pada

organisasi. Oleh sebab itu, Setjen DPD RI perlu melakukan analisis jangka

menengah terkait permasalahan, potensi, dan kelemahan dari lingkungan

internal (Setjen DPD RI ), serta peluang dan tantangan dari kondisi eksternal

(nasional).

Potensi dan masalah diidentifikasi sebagai langkah untuk menganalisis

permasalahan, potensi, kelemahan serta tantangan jangka menengah yang

menjadi lingkup kewenangan Setjen DPD RI dalam kerangka mewujudkan

(26)

Berikut ini analisis permasalahan, potensi, dan kelemahan Setjen DPD

RI yang difokuskan pada sisi input yang dibutuhkan dan output yang

dihasilkan Setjen DPD RI meliputi:

a. Potensi

1) Dukungan DPD RI

DPD RI merupakan Stakeholder atau pelanggan pengguna layanan

Setjen DPD RI . Fungsi DPD RI sebagaimana terdapat dalan

ketentuan Pasal 22D Undang-undang Dasar 1945 adalah fungsi

legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.

Setjen DPD RI mempunyai tugas mendukung kelancaran

pelaksanaan wewenang dan tugas DPD RI . Kemandirian anggaran

sebagaimana diamanatkan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi

Perkara Nomor 79/ PUU-XI I / 2014, namun dalam pengelolaan

anggaran Setjen DPD RI harus tunduk dalam pengelolaan

keuangan negara. Dukungan DPD RI dibutuhkan dalam rangka

membantu Setjen DPD RI dalam melakukan koordinasi yang

intensif dan berkesinambungan dengan pemerintah dan dukungan

yang sifatnya politis pada waktu pembahasan-pembahasan

anggaran di Komisi I I I DPR RI .

Kuantitas jumlah SDM Setjen DPD RI di I bu Kota Negara saat ini

(per Januari 2017) berjumlah 738 (Tujuh Ratus Tiga Puluh

Delapan) orang yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil berjumlah

454 (empat ratus lima puluh empat) orang, Calon Pegawai Negeri

Sipil berjumlah 84 (delapan puluh empat) orang dan Tenaga

perbantuan berjumlah 200 (dua ratus) orang.

Kuantitas SDM Setjen DPD RI di I bu Kota Negara pada saat ini

telah sesuai kebutuhan dengan asumsi bahwa idealnya 1 (satu)

orang Anggota DPD RI didukung oleh 5 (lima) orang staf yang

(27)

b. Permasalahan

Permasalahan yang berpeluang menjadi tantangan sehingga harus

diantisipasi dan dihadapi lima tahun ke depan oleh Setjen DPD RI antara

lain:

1) Struktur Organisasi dan SDM yang ada kurang sesuai dengan

dinamika kelembagaan yang Terjadi.

Sebagai sebuah organisasi, Setjen DPD RI mempunyai peluang

yang cukup kuat untuk berkembang lebih optimal dalam

memberikan dukungan kepada DPD RI . Hadirnya Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN)

menandai perubahan fokus manajemen pegawai ASN. Fokus utama

UU ASN adalah profesionalisme ASN, oleh karena itu Setjen DPD RI

dituntut untuk memiliki kapabilitas untuk memberikan kontribusi

yang produktif bagi organisasi. Peraturan Presiden Nomor 37 Tahun

2016 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di lingkungan Setjen DPD

RI menandai babak baru profesionalisme pegawai Setjen DPD RI

dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas DPD RI . Struktur

Setjen DPD RI belum sepenuhnya efektif dalam memberikan

dukungan kepada DPD RI , hal ini disebabkan adanya batasan

kendala normatif untuk pengembangan Struktur Organisasi Setjen

DPD RI . Disamping itu, terdapat kendala berkaitan dengan

dukungan SDM aparatur Setjen DPD RI . SDM Setjen DPD RI

dianggap belum memadai, salah satunya adalah adanya

ketimpangan jumlah staf yang bersifat administrastif dan staf

fungsional (yang bersifat substantif). Mengingat adanya

perkembangan wewenang dan tugas DPD RI Pasca Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 92/ PUU-X/ 2012 dan Putusan Perkara

Nomor 79/ PUU-XI I / 2014.

2) Sistem Komunikasi dan I nformasi

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kinerja DPD RI perlu

(28)

Ketersediaan Sistem Komunikasi dan I nformasi ini dikarenakan adanya

perubahan lingkungan strategis dan perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi, penggunaan teknologi informasi dalam

setiap proses administrasi sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan

bersama. Dengan teknologi komunikasi dan informasi akan terjadi

perubahan cara kerja, cara berkomunikasi, persepsi tentang efisiensi,

pengelolaan dan penggunaan informasi. Dengan adanya sist em

tersebut, DPD RI akan mendapatkan manfaat dalam banyak hal,

seperti kecepatan komunikasi antara pejabat dan staf Setjen DPD RI ,

antara staf dengan Anggota DPD RI , serta staf antar Anggota DPD RI .

Demikian juga manfaat dalam penyiapan data dan kearsipan akan

lebih mudah disimpan dan sekaligus ditemukan kembali apabila

diperlukan. Penggunaan internet dan intranet di lingkungan DPD RI

dan Setjen DPD RI sudah menjadi kebutuhan penggunan email

(Dropbox) sudah secara umun dilaksanakan, namun demikan fasilitas

yang menyangkut internet di lingkungan Setjen DPD RI masih belum

mendukung kinerja DPD RI secara optimal dengan kapasitas 200 Mbps

(Megabyte) digunakan oleh 400-800 komputer/ user, padahal dengan

penggunaan oleh demikian banyak user selayaknya kapsitas yang

mendukung sebesar 1 Gb (Gigabyte), selain itu kendala lain adalah

belum adanya tenaga khusus yang secara konsisten menangani dan

bertanggungjawab terhadap sistem dan teknologi informasi ini.

Selanjutnya terkait sistem penyimpanan bahan pustaka dan kearsipan

masih dilaksanakan secara manual, komunikasi antar bagian kearsipan

dan dokumentasi dengan alat kelengkapan DPD belum memadai

termasuk didalamnya pengelolaan asmasda sehingga menyebabkan

kurangnya dukungan kepada DPD RI yang bersifat informatif dan

analitik.

3) Belum Adanya Sarana dan Prasarana Kerja yang Memadai

Kondisi sarana dan prasarana perkantoran DPD RI di I bukota

(29)

aktifitas DPD RI yang dilakukan oleh 10 (sepuluh) alat kelengkapan

dan pertambahan SDM yang membutuhkan penambahan ruang

rapat dan ruang kerja.

Sidang Paripurna DPD RI menggunakan ruang sidang milik

Sekretariat Jenderal MPR RI , sehingga pelaksanaan agenda sidang

DPD RI harus menyesuaikan dengan agenda kegiatan MPR.

Gedung kantor sementara DPD RI di ibu kota provinsi saat ini masih

menggunakan gedung kantor pinjam pakai dari Pemerintah Provinsi

dan dengan cara sewa yang kondisinya kurang memadai dan belum

representatif sebagai gedung kantor lembaga Negara.

Pimpinan DPD RI telah melaksanakan koordinasi bersama dengan

Pimpinan MPR, Pimpinan DPR, BURT DPR, dan Sekretariat Jenderal

MPR, DPR, dan DPD dalam rangka penataan seluruh kawasan

komplek parlemen termasuk dengan rencana pembangunan

gedung baru DPD RI , namun sampai saat ini belum terealisasi.

4) Perubahan Peraturan Perundang- Undangan Terkait dengan

Lembaga DPD yang Berubah

Perubahan peraturan perundang-undangan terkait dengan

lembaga DPD dan birokrasi, keputusan Mahkamah Konstitusi, Keputusan

dan Peraturan lembaga negara lainnya seperti Tatib DPR dan MPR serta

DPRD dan Peraturan Presiden tentu akan memberi dampak secara

langsung kepada Setjen DPD RI baik dalam format layanan maupun pada

(30)

2.1.

VI SI

Visi Setjen DPD RI ditetapkan dengan merujuk pada Visi Lembaga DPD

RI dan memperhatikan tugas pokok dan fungsi kesekretariatan yang telah

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Visi

Lembaga DPD RI yaitu:

Dari perspektif kelembagaan, Setjen DPD

RI adalah kesekretariatan lembaga negara

yang berfungsi sebagai sistem pendukung dan

merupakan integrasi dari berbagai unsur yang

terdiri atas kelembagaan, kepegawaian, dan

ketatalaksanaan guna memberi dukungan

teknis, administratif, dan keahlian yang

optimal baik dari aspek manajerial, sumber

daya manusia, maupun dukungan sarana dan

prasarana kerja serta sumber daya lainnya

yang ditata dan dikelola secara konsisten dan

dilaksanakan secara simultan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, Visi

Setjen DPD RI yang mencerminkan gambaran

keadaan dan kondisi yang ingin diwujudkan

pada tahun 2015-2019, dan sekaligus

merefleksikan kesinambungan upaya

memberikan dukungan kepada lembaga DPD

RI adalah:

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN

Menjadikan Dewan

Perwakilan Daerah

Republik Indonesia

sebagai

lembaga

perwakilan

yang

mampu

secara

optimal

dan

akuntabel

memperjuangkan

aspirasi daerah untuk

mewujudkan tujuan

nasional

demi

kepentingan bangsa

dan Negara Kesatuan

Republik Indonesia .

(31)

Visi tersebut mengandung pengertian bahwa Setjen DPD RI merupakan

supporting system DPD yang kedudukannya strategis, profesional yang

mengedepankan kualitas dan transparansi yang didukung oleh teknologi

informasi dalam memberikan dukungan kepada DPD untuk melaksanakan

fungsi, wewenang, dan tugas DPD RI berupa dukungan keahlian dan

dukungan adminitrasi secara cepat, tepat, transparan, dan akuntabel.

Adanya visi ini diharapkan Sekretariat Jenderal DPD RI akan mampu

mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan sekaligus meningkatkan

kualitas kinerja secara maksimal dalam rangka memberikan dukungan

keahlian dan administrasi kepada DPD RI .

2.2.

MI SI

Misi merupakan sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh

Setjen DPD RI sebagai penjabaran atas visi yang telah ditetapkan. Misi

Setjen DPD RI 2015-2019 yang telah

dilakukan penyesuaian meliputi:

Misi tersebut dimaksudkan bahwa

dalam rangka memberikan dukungan

kepada DPD RI dalam melaksanakan

fungsi, wewenang, dan tugas

diperlukan dukungan administrasi dan

keahlian serta peningkatan kapasitas

internal Sekretariat Jenderal DPD RI

sehingga pelaksanaan fungsi,

wewenang, dan tugas DPD RI dapat

terlaksana dengan baik dengan

mengacu pada prinsip-prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Setjen DPD RI tidak hanya sebagai kesekretariatan yang bertugas

memberikan dukungan administrasi dan keahlian kepada DPD RI , tetapi juga

merupakan bagian dari kelembagaan DPD, sehingga misi ini sekaligus

1. Mewujudkan dukungan

administratif

dan

keahlian kepada DPD

RI; dan

(32)

mendorong adanya paradigma baru kelembagaan DPD bahwa Sekretariat

Jenderal adalah bagian dari kelembagaan DPD RI , sehingga Rencana

Strategik yang dirumuskan disesuaikan dengan rencanan Strategik DPD RI .

Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kesekretariatan, Sekretariat Jenderal

DPD RI memiliki peran strategis dalam memberikan dukungan kepada DPD

RI .

2.3.

TUJUAN DAN SASARAN

Dengan mengacu pada visi dan misi yang telah disesuaikan, selanjutnya

ditentukan tujuan dan sasaran Setjen DPD RI yang meliputi:

2.3.1. TUJUAN

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari misi yang

ingin dicapai dalam jangka waktu satu atau lima tahun. Dengan

diformulasikannya tujuan, maka Setjen DPD RI dapat secara tepat

mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam

mencapai misinya. Berdasarkan misi di atas maka keberhasilan Setjen

DPD RI dapat diukur dari keberhasilan dalam mewujudkan tujuan

Setjen DPD RI yaitu:

1. Terwujudnya dukungan administratif dan keahlian yang

profesional dan akuntabel kepada DPD RI .

Terwujudnya dukungan administrastif dan keahlian yang

profesional dan akuntabel kepada DPD RI tercermin dari indikator-indikator sebagai berikut:

1) Persentase responden Pimpinan dan Anggota DPD RI yang puas terhadap dukungan administratif dan keahlian Setjen DPD RI ;

2) Persentase draft Keputusan/ Peraturan DPD RI yang digunakan sebagai Keputusan/ Peraturan DPD RI ; dan

(33)

2. Terwujudnya Sekretariat Jenderal DPD RI yang secara profesional

dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran

pelaksanaan fungsi dan tugas DPD RI .

Terwujudnya Sekretariat Jenderal DPD RI yang secara profesional

dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran

pelaksanaan fungsi dan tugas DPD RI tercermin dari indikator-indikator sebagai berikut:

1) Nilai Reformasi Birokrasi

Nilai yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB RI atas pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Sekretariat Jenderal DPD RI .

2) Opini BPK terhadap laporan keuangan

Opini yang diberikan oleh BPK RI atas laporan keuangan Sekretariat Jenderal DPD RI .

3) Predikat SAKI P

Predikat yang diberikan oleh Kementerian PAN dan RB RI atas implementasi Sistem Akuntabilitas I nstansi Pemerintah di Lingkungan Sekretariat Jenderal DPD RI .

2.3.2. SASARAN STRATEGI S

Dalam sasaran Setjen DPD RI digambarkan beberapa hal yang

ingin dicapai pada setiap tahun selama 5 (lima) tahun ke depan

dengan rumusan yang terukur dan spesifik, yang pencapaiannya

dilakukan secara gradual dengan mempertimbangkan berbagai aspek,

khususnya ketersediaan anggaran dengan mengacu kepada tujuan

Sekretariat Jenderal DPD RI sesuai dengan Revisi Rencana Strategis

Setjen DPD RI Tahun 2015-2019 yang meliputi:

1. Terwujudnya dukungan administratif dan keahlian yang

profesional dan akuntabel kepada DPD RI ; dan

2. Terwujudnya Sekretariat Jenderal DPD RI yang secara profesional

dan modern mampu memberikan dukungan kelancaran

pelaksanaan fungsi dan tugas DPD RI .

Selanjutnya pencapaian tujuan tersebut dilaksanakan melalui

(34)

1. Terwujudnya dukungan pelaksanaan tugas fungsi DPD RI yang

profesional dan akuntabel;

2. Terwujudnya dukungan kegiatan Pimpinan DPD RI dalam

penguatan kelembagaan DPD RI yang profesional dan akuntabel;

3. Terwujudnya pengelolaan data, informasi dan hasil kajian yang

secara profesional dan modern mampu mendukung pelaksanaan

tugas fungsi DPD RI ; dan

4. Terwujudnya Tata Kelola Sekretariat Jenderal DPD RI yang secara

profesional dan akuntabel mampu mendukung pelaksanaan tugas

dan fungsi DPD RI .

Pencapaian tujuan dan sasaran Sekretariat Jenderal DPD RI diukur melalui indikator tujuan dan indikator sasaran. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh Sekretariat Jenderal DPD RI sampai dengan Tahun 2019 sesuai dengan Revisi Rencana Strategis Sekretariat

Jenderal DPD RI 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Tujuan 1 : Terwujudnya dukungan administratif dan

keahlian yang profesional dan akuntabel

kepada DPD RI .

I ndikator

Tujuan

: 1. Persentase responden Pimpinan dan

Anggota DPD RI yang puas terhadap

dukungan administratif dan keahlian

Setjen DPD RI ;

2. Persentase draft Keputusan/ Peraturan

DPD RI yang digunakan sebagai

Keputusan/ Peraturan DPD RI ; dan

3. Presentase responden Pimpinan DPD RI

yang puas dengan dukungan

kesekretariatan terhadap kegiatan

Pimpinan DPD RI dalam rangka penguatan

kelembagaan DPD RI .

Sasaran 1 : Terwujudnya dukungan pelaksanaan tugas

(35)

I ndikator

Sasaran

: 1. Persentase responden Anggota DPD RI

yang puas dengan dukungan administratif

keahlian Setjen DPD RI terhadap

pelaksanaan tugas fungsi DPD RI ; dan

2. Persentase draft Keputusan/ Peraturan DPD

RI yang digunakan sebagai

Keputusan/ Peraturan DPD RI .

Sasaran 2 : Terwujudnya dukungan kegiatan Pimpinan

DPD RI dalam penguatan kelembagaan DPD

RI yang profesional dan akuntabel.

I ndikator

Sasaran

: Persentase responden Pimpinan DPD RI yang

puas dengan dukungan kesekretariatan

terhadap kegiatan Pimpinan DPD RI dalam

rangka penguatan kelembagaan DPD RI .

Tujuan 2 : Terwujudnya Sekretariat Jenderal DPD RI

yang secara profesional dan modern mampu

memberikan dukungan kelancaran

pelaksanaan fungsi dan tugas DPD RI .

I ndikator

Tujuan

: 1. I ndeks Reformasi Birokrasi;

: 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan; dan

3. Predikat SAKI P.

Sasaran 1 : Terwujudnya pengelolaan data, informasi dan

hasil kajian yang secara profesional dan

modern mampu mendukung pelaksanaan

tugas fungsi DPD RI .

I ndikator

Sasaran

: 1. Persentase Pimpinan dan Anggota DPD

yang puas terhadap pengelolaan data

informasi Sekretariat Jenderal DPD RI ;

2. Persentase Hasil tabulasi aspirasi

masyarakat daerah yang digunakan oleh

alat kelengkapan DPD RI ; dan

(36)

oleh alat kelengkapan DPD RI .

Sasaran 2 : Terwujudnya Tata Kelola Sekretariat Jenderal

DPD RI yang secara profesional dan akuntabel

mampu mendukung pelaksanaan tugas fungsi

DPD RI .

I ndikator

Sasaran

: 1. Nilai Reformasi Birokrasi;

: 2. Opini BPK terhadap laporan keuangan; dan

(37)

3.1

Arah Kebijakan dan strategi Nasional

Berdasarkan Undang-Undang 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Visi

Pembangunan Nasional 2005-2025 ditetapkan berdasarkan kondisi bangsa

I ndonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun

mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa

I ndonesia adalah:

Visi pembangunan jangka panjang tersebut diterjemahkan sebagai

berikut:

Mandiri : Mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat

dengan bangsa lain dengan mengandalkan kemampuan

dan kekuatan sendiri.

Maju : Sumber Daya Manusia I ndonesia telah mencapai kualitas

yang tinggi dengan tingkat kemakmuran yang juga tinggi

disertai dengan sistem dan kelembagaan politik dan

hukum yang mantap.

Adil : Tidak ada pembatasan/ diskriminasi dalam bentuk apapun,

baik antar individu, gender, maupun wilayah.

Makmur : Seluruh kebutuhan hidup masyarakat I ndonesia telah

terpenuhi sehingga dapat memberikan makna dan arti

penting bagi bangsa-bangsa lain

Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 itu mengarah pada

pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan

AN

N

(38)

Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, yaitu untuk

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah I ndonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial dalam bent uk rumusan visi, misi dan arah

pembangunan nasional. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat

diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan

kemakmuran yang ingin dicapai.

Visi pembangunan nasional diwujudkan melalui 8 (delapan) misi

pembangunan nasional yaitu:

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya,

dan beradab;

2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;

3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;

4. Mewujudkan I ndonesia aman, damai, dan bersatu;

5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;

6. Mewujudkan I ndonesia asri dan lestari;

7. Mewujudkan I ndonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,

kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan

8. Mewujudkan I ndonesia berperan penting dalam pergaulan dunia

internasional.

Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan

RPJM 2009-2014, tahapan RPJM 2015-2019 ditujukan untuk lebih

memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan

menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan

keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta

kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat melalui pemantapan

(39)

toleransi, non diskriminasi dan kemitraan serta semakin mantapnya

pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.

Kondisi itu mendorong tercapainya penguatan kepemimpinan dan

kontribusi I ndonesia dalam berbagai kerja sama internasional dalam rangka

mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan damai dalam berbagai aspek

kehidupan. Bersamaan dengan itu kesadaran dan penegakan hukum dalam

berbagai aspek kehidupan berkembang makin mantap serta profesionalisme

aparatur negara di pusat dan daerah makin mampu mendukung

pembangunan nasional.

Dalam kerangka pemantapan nilai-nilai demokrasi dan pelaksanaan

desentralisasi serta otonomi daerah sebagaimana dimaksud dalam RPJM

2015-2019 maka kedudukan DPD RI memiliki arti strategis. Namun dalam

perjalanannya selama 2 (dua) periode, DPD RI belum dapat secara optimal

memenuhi harapan masyarakat dan daerah dalam pengambilan kebijakan

tingkat nasional yang dapat memberikan peningkatan kehidupan yang sama

antara pusat dan daerah. Hal ini disebabkan pengaturan fungsi, tugas dan

wewenang DPD RI dalam undang-undang tidak sesuai dengan Pasal 22D

UUD 1945.

Putusan MK perkara Nomor 92/ PUU-X/ 2012 pada tanggal 27 Maret

2013 menegaskan bahwa fungsi DPD RI adalah fungsi legislasi, anggaran,

dan pengawasan. Kewenangan DPD RI dibidang legislasi telah memposisikan

kedudukan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam hal mengajukan

RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan

sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan

dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

DPD RI sebagai lembaga negara juga mempunyai hak dan/ atau

kewenangan yang sama dengan DPR RI dan Presiden dalam membahas RUU

yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

(40)

sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan

dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

Keterlibatan DPD RI untuk memberikan pertimbangan dimaksudkan

supaya DPD RI berkesempatan menyampaikan pandangan dan pendapatnya

terhadap RUU yang berkaitan dengan kepentingan daerah sedangkan

kewenangan DPD RI dibidang pengawasan diberikan terkait dengan

pelaksanaan undang-undang yang menyangkut jenis undang-undang yang

ikut dibahas dan/ atau diberikan pertimbangan oleh DPD RI . Kewenangan

pengawasan DPD RI juga dilakukan bagi pelaksanaan berbagai UU yang

berkaitan dengan daerah.

Pada tahun 2015-2019 beberapa hal yang menjadi prioritas lembaga

DPD RI yaitu:

a.

Penguatan fungsi dan kew enangan DPD RI sebagai lembaga

perw akilan

Empat tahap perubahan UUD 1945 telah meletakkan dasar-dasar

kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis,

menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan meletakkan orientasi

pembangunan pada daerah. Namun demikian harus disadari pula

bahwa empat tahap perubahan konstitusi masih menyisakan

permasalahan yang mengganggu kehidupan ketatanegaraan.

Karenanya penataan terhadap sistem ketatanegaraan tetap harus

diupayakan demi tercapainya masa depan I ndonesia yang lebih baik.

Untuk penguatan fungsi dan kewenangan DPD RI sebagai

lembaga perwakilan daerah, DPD RI menetapkan strategi pencapaian

secara internal maupun eksternal. Secara internal dilakukan melalui

optimalisasi peran dan fungsi DPD dengan mendorong penataan sistem

ketatanegaraan dan optimalisasi kinerja DPD RI sebagai bentuk

pertanggungjawaban moral dan politis kepada konstituen.

Secara eksternal dilakukan oleh Anggota DPD RI dalam

kapasitasnya sebagai Anggota MPR. Dalam hal ini inisiasi DPD RI dalam

(41)

MPR dengan pembentukan Tim Kerja Kajian Sistem Ketatanegaraan

I ndonesia. I ni berarti bahwa aspirasi atas perubahan konstitusi telah

dikanalisasi secara formal di MPR dan sudah semestinya bagi DPD RI

untuk memperjuangkan amanat masyarakat di Tim Kerja Kajian Sistem

Ketatanegaraan I ndonesia.

Mengingat bahwa penataan sistem ketatanegaraan hanya dapat

dilakukan melalui perubahan konstitusi, dan perubahan konstitusi hanya

menjadi wewenang MPR, maka sasaran DPD RI untuk mewujudkan

targetnya adalah kerja politik di MPR agar dapat diselenggarakannya

Sidang Paripurna MPR untuk membahas agenda perubahan konstitusi.

b.

Peningkatan kinerja DPD RI dalam kerangka hubungan kerja

dengan lembaga negara, pemerintah, pemerintah daerah dan

masyarakat daerah

DPD RI merupakan lembaga perwakilan yang keanggotaannya

dipilih melalui pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD. DPR merupakan

representasi masyarakat melalui partai politik. Sedangkan DPD RI

merupakan lembaga perwakilan yang merupakan representasi

masyarakat daerah (Provinsi). Dengan demikian maka DPD RI mewakili

kepentingan daerah ditingkat pusat baik kepentingan pemerintahan

daerah ataupun masyarakat daerah. Dalam UU MD3 Pasal 224

dijelaskan bahwa DPD RI mempunyai tugas dan kewenangan dalam

mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) bidang tertentu dan

pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang yang berkaitan dengan

otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya

alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan

pusat dan daerah, pajak, pendidikan dan agama.

Berdasarkan amanat Undang-Undang MD3 tersebut maka tugas

dan kewenangan DPD RI sangat terkait dengan tugas dan kewenangan

(42)

hubungan kerjasama yang dilakukan DPD RI dilandasi semangat untuk

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa, seperti yang diamanahkan oleh Pembukaan UUD 1945.

Pelaksanaan tugas DPD RI dalam penyusunan legislasi dan

pertimbangan berdasarkan aspirasi masyarakat dan daerah yang

diperoleh baik secara langsung disampaikan ke DPD RI maupun pada

saat kegiatan reses dan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang

dengan bertemu langsung dengan masyarakat. Cukup banyak metode

yang digunakan dalam peyerapan aspirasi masyarakat seperti : Dialog

dengan masyarakat dan pejabat daerah atau stake holder lainnya,

Dengar Pendapat (Public Hearing), Focus Group Discusion (FGD),

Kunjungan Masyarakat, pengamatan, pengumpulan data sekunder,

surat menyurat (kotak pos), kotak saran, Telepon, Short Message

Service (SMS), Penggunaan internet (website, chating, facebook dan

lain-lain), Media Massa (Radio/ Televisi/ Koran dan lain lain).

c.

Penyempurnaan manajemen dan mekanisme kerja internal

DPD RI

Putusan Mahkamah Konsitusi (MK) perkara Nomor 92/ PUU-X/ 2012

pada tanggal 27 Maret 2013 bersifat final dan mengikat, oleh karenanya

dapat dilaksanakan tanpa menunggu revisi UU MD3 dan UU P3. Putusan

MK tersebut menjadi bagian yang mempengaruhi proses legislasi di

ranah legislatif dengan otomatis juga mempengaruhi Manajemen kerja

Organisai DPD RI secara I nternal.

Sebagai tindak lanjut dari putusan MK tersebut, perlu disusun

dengan segera mekanisme kerja bersama DPR RI dan DPD RI dalam

proses pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

lingkup tugas DPD RI yang akan dilakukan pembahasan bersama DPR

RI , DPD RI dan Presiden (tripartit). Mekanisme kerja tersebut

merupakan aturan-aturan yang disepakati bersama yang selanjutnya

Gambar

Tabel 1.2
Tabel 1.3
Grafik 1.2Jumlah Jabatan Fungsional Umum (PNS)
Grafik 1.3 sebagai berikut:
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pimpinan Per usahan dapat mew akilkan kehadir annya selama pr oses pembuktian kualifikasi kepada pengur us per usahaan yang namanya ter cantum dalam Akte Pendir ian/ Per ubahan

Mertens and Zamir (1985) showed that this space is universal not only by virtue of including all possible sequences of finite-order types, but also in light of its relation to the

Seluruh berkas asli yang tercantum didalam formulir isian kualifikasi penawaran yang saudara sampaikan pada paket pekerjaan tersebut di atas (Khusus Ijazah, cukup

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya untuk paket pekerjaan Pengawasan Lanjutan Pembangunan Break Water PPI Ujong Serangga (Otsus) dengan

The agents are assumed to be fully introspective: they are supposed to have positive (A4) as well as negative (A5) introspection. In the receiving agent’s reading, the axiom A6 may

Seluruh berkas asli yang tercantum didalam formulir isian kualifikasi penawaran yang saudara sampaikan pada paket pekerjaan tersebut di atas (Khusus Ijazah, cukup

[r]

The reservation wage (thicker lines) and unmatched value are depicted for a wage distribution that is known to be uniformly distributed at any moment in time (on the vertical slices)