• Tidak ada hasil yang ditemukan

NEGARA REPUBLIK ISLAM IRAN

Dalam bab ini menguraikan tentang Kondisi Geografis Negara Iran, Kondisi Iran Pra Revolusi, Gerakan Perempuan di Masa Dinasti Pahlevi dan Revolusi Iran, kaitannya dengan Jatuhnya Rezim Syah.

Bab III : Imam Khomeini dan Revolusi Iran

Dalam bab ini membahas tentang Profil Imam Khomeini, Peran Imam Khomeini Dalam Revolusi Iran, dan Pandangan Imam Khomeini terhadap Kaum Perempuan Iran.

Bab IV : Gerakan Perempuan di Iran Pasca Revolusi

Dalam bab ini menguraikan tentang Maraknya Gerakan Perempuan di Iran, Peran Perempuan dalam Revolusi Iran, dan Peran Perempuan di Bidang Politik dan Pendidikan Pasca Revolusi.

Bab IV : Penutup

Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan atau jawaban dari permasalahan yang dibahas dengan seefektif mungkin, agar dapat dipahami secara keseluruhan.

13 BAB II

NEGARA REPUBLIK ISLAM IRAN A. Kondisi Geografis Negara Iran

Iran (atau Persia) (bahasa Persia :

ناﺮ اﯾ

) adalah sebuah negara di Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah terkenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1953 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki ( 500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.11

Agama besar terakhir yakni Islam (yang berarti secara literal: penyerahan diri kepada Allah), Muslim mengimani Tuhan, yang dipandang sebagai satu-satunya Pencipta, Pemelihara dan Pengatur seluruh alam. Mayoritas orang Iran menganut mazhab Syi’ah 89%, Sunni 10 %, Kristen, Zoroaster, Yahudi, dan lain-lain 1%.12 Pemeluk agama minoritas seperti Kristen, Yahudi, dan Zaratustra memiliki perwakilan sendiri di parlemen dan melaksanakan kebiasaan khusus dan hukum agama mereka.13

Adapun kondisi ekonomi Iran berdasarkan campuran antara perencanaan terpusat, kepemilikan negara atas minyak dan badan-badan usaha besar, ekonomi pedesaan dan badan usaha kecil menengah milik swasta untuk perdagangan dan

11

Mirza Maulana Ar-Rusydi, Mahmoud Ahmadinejad, Singa Persia VS Amerika Serikat

(Jogjakarta: Garasi, 2007) h.17-18.

12

Smith Alhadar Iran Tanah Peradaban; Iran The Cradle of Civilization (Jakarta: Kedubes Iran 2009) h.3.

13

jasa. Harga minyak yang cukup baik dalam beberapa tahun terakhir ini memberikan ruang napas bagi fisikal Iran. Ekonomi Iran sangat tergantung pada sumber daya alam. Sekitar 85 persen pendapatan ekspor berasal dari minyak dan gas. Iran memilki sekitar delapan persen cadangan minyak dunia dan hampir seperlima cadangan gas alam dunia. 14

Republik Islam Iran merupakan sebuah negara pegunungan yang terletak di Timur Tengah di belahan utara bumi antara 25 derajat dan 40 derajat garis lintang serta 44 derajat dan 63 derajat garis bujur Greenwich. Bangsa Iran terkenal dengan kehangatan hati dan keramahannya. Ciri-ciri jasmaninya adalah tinggi sedang dengan mata dan alis yang hitam. Mata uang Iran adalah ‘rial’ yang sama dengan seratus ‘dinar’. Ibukotanya Tehran.15

Nama Iran berasal dari bahasa Persia kuno yang berarti “negeri bangsa Arya.” Nama Iran sudah digunakan sejak era Sassania. Namun hingga tahun 1935, di negeri-negeri lain yang berbahasa Inggris, negeri ini dikenal dengan nama Persia, sebuah kata yang diwariskan dari bangsa yunani yang menamai negeri ini dari salah satu provinsinya yang terpenting, yaitu Pars (kini bernama Fars).

Iran adalah sebuah negara yang berbilang suku dan agama. Etnik mayoritas ialah etnik Persia (51% dari rakyatnya) dan 70% rakyatnya adalah bangsa Iran, keturunan orang Arya. Kebanyakan penduduk Iran bertutur dalam bahasa yang tergolong dalam keluarga bahasa Iran, termasuk bahasa Persia. Iran pun mempunyai sejarah yang panjang dalam kesenian, musik, puisi, filsafat, dan ideologi. Kebudayaan Iran telah lama mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan

14

Ensiklopedi Geografi, (Jakarta: Lentera Abadi, 2006), h. 253.

15

15

lain di Timur Tengah dan Asia Tengah. Bahasa Persia merupakan bahasa intelektual selama milenium kedua Masehi. Kebanyakan hasil tulisan Persia diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab semasa kekhalifahan Islam.16

Pada zaman awal Islam di Persia, kebanyakan karya Persia ditulis dalam bahasa Arab. Ini menyebabkan banyak tokoh intelektual Persia mulai menggunakan bahasa Arab dalam tulisan mereka. Salah satu karya ini ialah kitab Shahnameh hasil tulisan Ferdowsi, sebuah karya mengenai sejarah negara lain. Kesusasteraan Iran juga tidak kurang hebatnya, sasterawan Iran yang terkenal ialah Rumi dan Saadi. Mereka merupakan ahli Sufi dan banyak menyumbang dalam puisi-puisi Sufi.17 Iran juga banyak menyumbang ilmu pengetahuan kepada peradaban dunia khususnya peradaban Islam dengan ditandai banyaknya kontribusi para filosof Iran seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Khawarizm, ibn Rusd, dan lain-lainnya.

Iran adalah sebuah negara yang memiliki populasi 64 juta dengan tingkat pertumbuhan 1,7 persen. Penduduknya mewakili berbagai etnis asal termasuk Par, Turki (Azerbaijan), Kurd, Lore, Juni (Protestan), Arab, Baluch, dan Turkmen. Empat puluh satu juta tinggal di daerah pedesaan. tingkat melek huruf di negara tersebut lebih dari 96 persen dan pendidikan sekolah adalah wajib.18

16

Ali Akbar Velayati, Ensiklopedia Islam & Iran; Dinamika Budaya dan Peradaban Islam yang Hidup (Jakarta: Mizan Publika, September 2010), h. 71.

17

Ibid, h. 109-119 dan 339-343

18

B. Kondisi Negara Iran Pra Revolusi

Sebelum tercetus revolusi tahun 1979, Iran berada di bawah kekuasaan Syah Muhammad Reza Pahlevi yang diktator. Meski Iran merupakan negara penghasil minyak terbesar nomor tiga di dunia, yang meraup keuntungan 40 miliar dollar lebih tiap tahun dari penjualan minyaknya, akan tetapi rakyatnya hidup sangat menderita di bawah pemimpin yang diktator dan negara yang disetir sepenuhnya oleh Amerika Serikat ini. Pemerintah Iran bahkan mempekerjakan 50 ribu orang AS sebagai penasehat, dengan gaji total 4 miliar dollar tiap tahunnya.

Muhammad Reza pun menghadapi tugas berat untuk melaksanakan penyelenggaraan negara di negeri yang sangat luas ini. Di bawah kekuasaannya ia mengadakan reformasi kepemilikan tanah dan kampanye melawan buta aksara. Struktur kekuasaan negeri itu juga diubah secara radikal di bawah program yang bernama “revolusi putih” (white revolution).19 Gerakan ini merupakan tantangan bagi para ulama untuk meneruskan misinya. Misi di mana ingin menjadikan pemerintah Iran harus dipegang oleh para ulama, dan pemerintah harus dijalankan dan diarahkan sesuai dengan hukum Islam yang berlaku, dan hal ini hanya mungkin jika dilakukan pengawasan oleh para ulama.

Namun di saat yang sama, rakyatnya hidup dalam keterpurukan sebagaimana yang digambarkan:

- 70 % rakyat Iran tidak bisa baca-tulis, dan tidak memiliki sarana belajar-mengajar.

- 80 % rakyat Iran masih kekurangan pelayanan medis.

19

17

- 85 % kota dan desa kecil di Iran masih memerlukan jalur transportasi yang layak serta pengadaan air, listrik, dan perumahan modern.

Dalam White Revolution terkandung enam pokok program revolusi, yaitu (1) Perbaikan dalam bidang pertanian, dengan reformasi tentang peraturan pertahanan, (2) Pemberantasan buta huruf, (3), Privatisasi badan usaha milik negara agar program reformasi pertanian memperoleh dukungan rakyat, dengan melakukan penjualan saham badan usaha milik negara kepada pribadi, (4) Emansipasi perempuan dalam pemilu, dengan melakukan perubahan pada sistem pemilihan bagi kaum perempuan diperbolehkan untuk memilih, (5) Pengembalian hutan dan ladang kepada rakyat, dan juga memperbolehkan kaum non Muslim untuk memilki dan mengelola bisnisnya, (6) Peningkatan kesejahteraan bagi kaum buruh dari hasil pabrik dan kampanye-kampanye yang dilakukan di sekolah milik negara.

Beberapa poin di atas dinilai berbahaya oleh ulama-ulama yang mendalami ajaran Islam aliran Syi’ah, misalnya adanya usaha membuat tren westernisasi dalam kehidupan masyarakat.20 Revolusi putih juga berdampak dalam penyebaran penduduk. Sebelum revolusi putih, penduduk perkotaan hanya 25%, sisanya tinggal di pedesaan dan pegunungan. Akan tetapai setelah revolusi putih, kondisi pertanian menjadi hancur. Akibatnya, penduduk pedesaan pindah ke kota-kota besar. Urbanisasi tidak hanya meresahkan kehidupan masyarakat perkotaan saja, tetapi juga menjadi pukulan keras bagi pertanian Iran.21

20

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran

(Yogyakarta: Narasi, 2009), hal.25.

21

Selain mengadakan White Revolution, Syah juga membentuk suatu tim agen intelijen bernama SAVAK.22 Setelah berhasil menggulingkan Mohammad Mosaddiq yang memilki rencana untuk menasionalisasikan industri minyak di Iran melalui kudeta tanggal 19 agustus 1953, hal ini untuk mendukung rezim pemerintah Syah untuk mengawasi lawan-lawan politiknya dan gerakan-gerakan rakyat yang berlawanan dengan arah politiknya.23

Semua teror yang dilakukan Syah Iran dilaksanakan oleh oragnisasi SAVAK ini, dengan penyanderaan dan eksekusi yang dilakukan terhadap umat Islam, mahasiswa, seseorang yang tidak menjadi anggota partai tunggal Rastakhiz Syah, dan khususnya para tokoh agamawan yang menentang pemerintah Syah. Ia mempunyai penjara Evin yang menakutkan dengan tempat tidur yang ditinggikan dari semen selebar satu meter, suhu udara yang ekstrem, makanan yang buruk dan tak cukup, tak ada kesempatan untuk menggerakan badan dan tidak diperbolehkan sholat berjamaah. Sulit untuk mengetahui berapa jumlah agen SAVAK sebenarnya secara keseluruhan. Namun paling tidak ada 4000 mata-mata professional, 50.000 informan, ditambah dengan pembantu lepas dan tidak tetap.24 Sebagian ulama tidak berpartisipasi dalam demonstrasi demokrasi sekuler 1960-62, meskipun beberapa dari mereka telah mengkritik reformasi tagihan tanah pemerintah serta gagasan hak pilih perempuan. (Perlu diingat bahwa pemberian hak memilih perempuan adalah salah satu masalah yang telah

22

Singkatan dari Sazman-e Etelaat va Amniyat Keshvar (Organisasi Imformasi dan Keamanan Wilayah) adalah polisi dinas rahasia Iran yang terkuat nomor lima di dunia yang dibentuk pada masa pemerintahan Syah Iran pada 1957 oleh Jenderal bakhtiar dengan bantuan Dinas Rahasia Amerika. (CIA) dan Dinas Rahasia Israel (Mossad)

23

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dab Revolusi Iran, h. 43.

24

19

menyebabkan konflik antara Musaddiq dan para ulama). Ketika Syah mengumumkan pada Februari 1963 bahwa perempuan akan diizinkan untuk memilih, demonstrasi ulama terorganisir dan bazaaris menutup toko mereka di semua kota besar Iran. Pemerintah menanggapi serangan terhadap Madrasah Fayziyya (seminari) di Qum, yang segera menjadi pusat oposisi Islam untuk Syah.25

Pada akhir tahun enam puluhan dan awal tahun tujuh puluhan, muncul beberapa kelompok oposisi untuk menentang rezim Syah. Terutama Fada’iyan Marxis dan Islam radikal Mujahidin.26 Akan tetapi pada rentangan dekade 1970-an, rezim Pahlevi semakin sewenang-wenang dari masa-masa sebelumnya. Pasukan militer dan polisi rahasia menjadi sosok yang sangat ditakuti dan sekaligus dibenci lantaran mereka melancarkan penyelidikan, intimidasi, pemenjaraan, dan pembunuhan terhadap musuh-musuh atau oposisi rezim Syah. SAVAK mempunyai andil yang cukup besar dalam upaya-upaya untuk membungkam para pembangkang, sehingga rezim Syah semakin tergantung kepadanya.

Situasi yang pincang itu berkelanjutan disebabkan dua faktor utama yaitu kekejaman SAVAK terhadap orang-orang yang tidak senang terhadap pemerintahan Iran dan penaggulangan demonstrasi-demonstrasi rakyat di mana-mana dengan kekuatan militer. Sudah bukan rahasia lagi SAVAK dan militer didukung oleh penasehat-penasehat AS. Dengan terpilihnya Presiden AS yang

25

Henry Munsen. JR, Islam in Revolution in the Middle East (Vole University Press. New Heven and London), hal. 54-55.

26

baru, Jimmy Carter pada awal tahun 1977, kondisi tiba-tiba berubah drastis. Carter yang berasal dari Partai Demokrat ini membuat kejutan untuk dunia. Ia berpidato di depan rakyat AS tentang HAM dan menyatakan bahwa bangsa AS telah meminta kepada pemerintah supaya politik AS membela bangsa-bangsa yang ditindas oleh penguasanya, dan tidak akan menolong seorang penguasa pun yang menindas rakyatnya, meskipun AS terikat hubungan baik dengan mereka.27

Jika Carter memang jujur ingin mewujudkan janjinya, maka urutan pertama dari daftar penguasa tadi ditempati oleh Syah Iran, yang ketika itu telah menandatangani 900 perjanjian dengan AS, baik dalam masalah ekonomi, militer, maupun politik. Iran salah satu sekutu AS harus menerima kebijakan itu kalau ingin bantuan AS kepada Iran pada sektor ekonomi dan militer tetap berlanjut. dalam kondisi seperti ini, mau tidak mau, rezim Syah harus mengikuti kebijakan AS karena secara faktual Iran sangat tergantung kepada AS. Maka mulailah Carter menasehati sahabat lama AS ini, agar memberikan sedikit kebebasan kepada rakyat Iran. Syah pun menurut, dan rakyat Iran jadi tahu bahwa perubahan politik Syah tak lain karena tekanan dari ‘tuan’-nya, yaitu AS.

Rakyat Iran segera tergerak untuk melepaskan diri mereka dari cengkeraman penguasa kejam yang tega berbuat apa saja terhadap rakyatnya selagi ia mampu, yang sekarang harus patuh kepada pengaruh asing hingga menampakkan sikap lunak terhadap rakyatnya. Rakyat Iran harus segera memanfaatkan situasi ini sebelum semuanya berubah dan kembali seperti semula. Pola aliansi kaum ulama dan cendikiawan di bawah panji-panji Islam

27

21

dibangkitkan kembali pada akhir 1970 dan menemukan momentum yang tepat untuk menjadi kekuatan Revolusi mulai 1977 sampai 1979. Isu-isu menyangkut dominasi asing, pelestarian identitas dan otonomi nasional, konstitualisme dan kedudukan hukum Islam dalam hal ini, berbeda saat Revolusi Tembakau 1891-92 maupun Revolusi Konstitusional 1905-1911, tidak sekedar partisipasi, tetapi langsung memimpin Revolusi untuk meggulingkan rezim Syah.

C. Gerakan Perempuan di Masa Dinasti Pahlevi

Sejak awal dekade 1920-an dengan munculnya Syah Pahlevi beberapa tokoh intelektual, laki-laki dan perempuan tengah berjuang untuk meningkatkan pendidikan, status sosial, dan hak-hak hukum kaum perempuan. Dalam jumlah kecil, kaum perempuan mulai memasuki pekerjaan pada sektor pendidikan, perawat, bahkan bekerja pabrik. Meskipun emansipasi perempuan dari norma-norma tradisional telah berlangsung, namun dalam hal-hal yang krusial di dalam perundangan keluarga dan perundangan hak-hak politik hampir tidak ada perubahan. Praktik perceraian tetap sebagai sesuatu yang mudah bagi laki-laki. Pengasuhan anak tetap menjadi kewajiban utama pihak perempuan. Poligami dan perkawinan mut’ah tetap saja diijinkan. Hanya dengan undang-undang perlindungan keluarga tahun 1967 dan tahun 1975, hak preogratif perempuan sebagian terlindungi oleh legislasi yang mensyaratkan perceraian harus disampaikan di pengadilan dan mensyaratkan ijin istri untuk perkawinan poligami.

Banyak batas yang memisahkan pria dan perempuan dalam masyarakat, siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan dalam kelas-kelas pendidikan tinggi, siswa perempuan dilarang dari 69 berbagai bidang studi, perempuan dilarang dari beberapa profesi, seperti kelompok peradilan dan bernyanyi, perempuan dilarang dari disiplin ilmu tertentu di universitas-universitas, seperti teknik dan pertanian. Sebuah keputusan menolak semua hakim perempuan dan dilarang siswa perempuan dari sekolah hukum. Perempuan dilarang berpartisipasi dalam beberapa olahraga dan tidak diizinkan untuk menonton laki-laki dalam berolahraga.28

Kebijakan Reza Syah memiliki pengaruh yang kecil pada peran perempuan terhadap sebagian besar dari reformasi adalah kompromi antara ulama dan modernisasi. Syah tidak siap untuk risiko kemarahan faksi ulama dan agama Iran dengan benar-benar berangkat dari hukum Islam. Meskipun banyak perubahan hukum yang dibuat selama era Pahlevi, sebagaimana akan kita lihat mereka benar-benar membawa sedikit perubahan ke Iran, khususnya perempuan. Pada tahun 1929 Shah mengeluarkan hukum memaksa Iran untuk mengenakan pakaian yang lebih Barat.

Reza Syah mengambil hukum ini satu langkah lebih jauh pada tahun 1936, melarang perempuan dari mengenakan chadur tersebut. Reza Syah mengimplementasikan rencana pembukaan dengan hati-hati, mengambil beberapa langkah untuk mempersiapkan masyarakat untuk itu. Meskipun ia telah bermain

28

Ali Akbar Mahdi,. Reconstructing Gender in Post-Revolutionary Iran: Transcending the Revolution Middle Eaast Insight, Vol. XI, No. 5, July-Agustus 1995

23

dengan ide penghapusan chadur sejauh ini hingga tahun 1934, dia menunggu sampai 1 Februari 1936 untuk melanjutkan rencananya.29

Pendidikan

Di bawah Muhammad Reza Syah kemajuan dalam pendidikan dibuat untuk seluruh penduduk Iran. Kegiatan ekonomi yang meningkat di Iran memainkan peran besar dalam peningkatan pendidikan. Dengan meningkatnya ekonomi pasar kerja terbuka, menciptakan posisi baru yang harus diisi. Pasar ini yang lebih besar juga menyebabkan meningkatnya kesempatan bagi perempuan dalam pekerjaan dan pendidikan. Meskipun peningkatan secara keseluruhan dalam melek huruf bagi perempuan, akan tetapi pendidikan formal masih terbatas. Kesenjangan antar daerah menunjukkan bahwa pendidikan tidak merata di kalangan masyarakat pedesaan dan perkotaan. Pada awal tahun 1960-an tingkat aktivitas perempuan di daerah perkotaan telah mencapai 9 persen menjadi 13 persen pada awal 1970-an. Namun, dalam tingkat melek huruf bagi perempuan secara umum statistik nasional menunjukkan bahwa 17,5 persen pada 1956-1971, dan tingkat melek huruf bagi laki-laki 22,2 persen lebih tinggi dari perempuan, pada tahun 1971 mencapai 25,5 persen bagi kaum perempuan.

Grafik di bawah menunjukkan tingkat melek huruf berdasarkan pada kedua jenis kelamin, dan lokasi geografis tahun.

29

Total Perkotaan Pedesaan

1966-1976 1966-1976 1966-1976

Laki-laki 30.1%-58.9% 61.4%-74.4% 25.4%-43.6%

Perempuan 17.9%-35.5% 38.3%-55.6% 4.3%-17.3%

Perbedaan 12.2%-23.4% 23.1%-18.8% 21.1%-26.3%

Statistik menunjukkan bahwa meskipun ada keuntungan dalam keaksaraan, masih ada perbedaan yang besar antara daerah pedesaan dan perkotaan, dan tingkat melek huruf perempuan pada tahun 1976 hanya 35,5 persen.

Di bidang pendidikan khusus pada tahun 1972. Tingkat spesifik aktivitas pendidikan perempuan adalah sebagai berikut: 2 persen untuk pendidikan dasar, 12 persen untuk pendidikan menengah, dan 49 persen untuk pendidikan tinggi. Secara keseluruhan, terlepas dari meningkatnya partisipasi perempuan dalam produksi dan tren di beberapa tahun terakhir menuju tingkat buta huruf berkurang. Masih ada kesenjangan yang besar dalam tingkat melek huruf laki-laki dan perempuan, khususnya di daerah pedesaan.30 Pada tahun 1963, perempuan menerima hak suara. Setelah periode ini, menjelang akhir tahun 1963, 197 total dari anggota yang dipilih untuk Majlis (Majlis Permusyawaratan Nasional), enam adalah perempuan. Dan 60 dari total senator, dua adalah perempuan.

30

Jane W. Jacqz , Iran: Past, Present and Future, Library of Congres Cataloging in Publication Data. Held in Persepolis, Iran, In September 1975, h. 207.

25

Politik

Kebijakan Reza Syah terhadap gerakan perempuan mencerminkan kebutuhannya untuk kontrol Iran. Pada tahun-tahun sebelumnya, dari 1925 ke 1930-an, gerakan perempuan yang didukung berbagai pemerintahan Syah. Tetapi dengan kontrol negara yang meningkat dan represi polisi, kegiatan kelompok-kelompok perempuan yang tertindas, dan akhirnya dilarang pada 1930-an pertengahan. Bahkan saat membatalkan tuntutan semua kelompok perempuan, Syah terus hadir depan pro-perempuan.

Organisasi wanita yang sedikit lebih independen antara tahun 1941 dan 1952, kelemahan pemerintah Syah Pahlevi diperbolehkan untuk kebebasan lebih sedikit. Karakterisasi utama bagi pihak perempuan selama periode ini adalah hubungan mutlak mereka untuk berbagai partai politik. Setiap kelompok memiliki kesetiaan dengan satu partai tertentu, dan isu-isu perempuan sering memainkan peran sekunder. Ada kurangnya kesatuan ideologi yang koheren, dan banyak perselisihan terjadi antara pihak-pihak yang berbeda. Kelompok perempuan mulai menyerang satu sama lain di sepanjang garis partai mereka.31

Pada tahun 1959 Shah mendirikan Dewan Tinggi Asosiasi Perempuan Iran yang dimasukkan tujuh belas kelompok perempuan lainnya. Gerakan perempuan pun menjadi lebih terpusat dan kegiatan mereka menjadi lebih kompatibel dengan agenda pemerintah. Ashraf Pahlevi, adik Syah, diangkat presiden kehormatan organisasi.

31

Eliz Sanasarian, The Women's Right Movement in Iran: Mutiny Appeasement and Repression from 1900 to Khomeini (USA: Praeger Press, 1982) h. 73.

Debat tentang hak pilih perempuan terus tumbuh. Pada tahun 1959 sebuah perdebatan besar terjadi pada hak pilih perempuan di Majlis. Pada tahun 1962, di bawah perdana menteri Assadollah Alam, sebuah dekrit dikeluarkan memberikan perempuan hak untuk memilih dan untuk menjalankan dalam pemilihan provinsi dan kota. Namun, di bawah tekanan dari para ulama, keputusan itu ditarik oleh perdana menteri. Perempuan juga menggelar mogok satu hari oleh organisasi perempuan profesional di berbagai bidang termasuk guru, pegawai negeri dan karyawan swasta. Dua hari setelah pemogokan, pemungutan suara tersebut diambil untuk melihat apakah orang-orang Iran akan mendukung program enam-titik Shah (Revolusi Putih). Perempuan memberikan suara mereka dalam kotak suara yang terpisah. Suara perempuan telah menunjukkan dukungan yang luar biasa bagi dekrit Shah, dan pada 27 Februari 1963 perempuan sekali lagi diberi hak untuk memilih dan menjalankan untuk kantor.

Pada 17 September 1963 pemilihan terjadi dan enam perempuan terpilih sebagai wakil Majlis. Majlis, yang terdiri dari enam puluh anggota, berisi dua wakil perempuan, meskipun tidak dipilih melainkan diangkat oleh Syah. Pada tahun 1965, seorang wanita diangkat menteri untuk pertama kalinya. Upaya khusus dibuat oleh pemerintah untuk menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya bisa memilih, tetapi mereka juga bisa menjadi pejabat terpilih.

D. Revolusi Iran, Kaitannya dengan Jatuhnya Rezim Syah Pahlevi

Tanda-tanda kejatuhan Dinasti Pahlevi mulai terlihat pada awal tahun 1977. Pada saat itu, Presiden AS yang baru dilantik, Jimmy Charter, menjadikan

27

isu hak asasi manusia sebagai arah dalam kebijakan luar negerinya. Pada februari 1977, Syah melepaskan 357 tahanan politik. Sayangnya, kebijakan yang cukup populer ini tidak diikuti dengan kesungguhan Syah untuk mengungkap segala penyiksaan dan penindasan yang telah ia lakukan terhadap para lawan politiknya.

Pada sisi lain, isu HAM yang dihembuskan AS, memicu para jurnalis untuk menuntut kebebasan berpendapat dan pers. Para pengacara juga menuntut dihapuskannya pengadilan militer yang biasa digunakan untuk mengadili para

Dokumen terkait