• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan perempuan di republik Islam Iran Pasca Revolusi 1979

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gerakan perempuan di republik Islam Iran Pasca Revolusi 1979"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

M. KAMALUDDIN 106022000910

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ii

GERAKAN PEREMPUAN DI REPUBLIK ISLAM IRAN

PASCA REVOLUSI 1979

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh: M. Kamaluddin NIM: 106022000910

Pembimbing

Dr. H. M. Muslih Idris. Lc. MA NIP: 19520603 198603 1 001

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

iii

tanggal 12 Juli 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu ( S 1 ) pada Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.

Jakarta, 12 Juli 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA

NIP. 19591222 199103 1 003

Sekretaris Merangkap Anggota

Sholikatus Sa’diyah, M.Pd

19750417 200501 2 007

Anggota

Penguji I

Dr. H. Abd. Chair, MA

NIP : 19541231 198303 1 030

Penguji II

Nurhasan, S. Ag, MA

NIP. 19690724 199703 1 001

Pembimbing

(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana dalam

jenjang strata satu (S1) di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Juli 2011

(5)

v

Gerakan perempuan di Republik Islam Iran bisa dibilang lebih maju dibandingkan dengan di negara-negara Islam lainnya, khusunya di Timur Tengah. Meski dari segi kebijakan pemerintah maupun budaya etnis mengalami hambatan, namun kenyataannya gerakan perempuan di Iran banyak tumbuh dan berkembang, bahkan muncul banyak tokoh perempuan Iran yang eksistensinya diakui masyarakat internasional. Dalam skripsi ini penulis mencoba untuk mengungkapkan tentang perkembangan gerakan perempuan di Republik Islam Iran pasca revolusi 1979. Mulai dari perjuangan dan tuntutannya, model gerakannya, dan perubahan kebijakan pemerintah Iran yang adil bagi kaum perempuan Iran.

Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran (1979), Pada era ini, sudah mulai muncul oposisi gerakan perempuan Iran yang melakukan perlawanan terhadap berbagai kebijakan yang merugikan hak-hak kaum perempuan. Misalnya peraturan yang melarang jabatan hakim bagi perempuan, dengan alasan wanita lebih emosional dan irasional. Pasca Revolusi Iran terjadi berbagai perubahan peraturan yang secara bertahap mulai direvisi. Sehingga setelah revolusi Iran, pemerintah mulai mencabut larangan perempuan menjadi hakim di Iran.

Pada era ini, pemerintahan Iran juga membuat kebijakan yang menjamin hak-hak reproduksi perempuan. Perempuan Iran sudah ada yang menjadi anggota parlemen, bahkan ada yang menduduki jabatan strategis di pemerintahan. Hal ini tentunya dampak signifikan dari jaminan pelaksanaan hak atas pendidikan rakyat. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan kebijakan di Iran terhadap perempuan secara signifikan juga telah mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya gerakan perempuan di Republik Islam Iran. Faktor pertama adalah meningkatnya pendidikan dan yang kedua adalah perubahan politik di dalam negeri karena munculnya kesadaran dan tafsir hukum Islam yang tidak didasari budaya patriarki.

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita haturkan ke hadirat Allah SWT semata

yang telah memberikan rahmat dan inayahNya kepada penulis, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana mestinya. Shalawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada muara ilham, lautan ilmu, yang tidak pernah

larut yakni keharibaan baginda nabi Muhammad saw, serta keluarga, para

sahabat-sahabatnya dan seluruh pengikutnya. Amin.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak semata-mata berhasil

dengan tenaga dan upayanya sendiri, namun banyak pihak yang telah

berpartisipasi dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril

maupun materil, dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima

kasih atas kerjasamanya dan dorongannya. Oleh karenanya dalam hal ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberikan

persetujuan atas judul skripsi ini.

2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam dan Shalikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah banyak

membantu dalam memproses berjalannya pembuatan skripsi ini.

3. Dr. H. M. Muslih Idris. Lc. MA selaku Dosen Pembimbing yang banyak

(7)

vii

dan curahan kasih sayangnya yang luar biasa, serta doa yang tulus sehingga

penulis selalu dapat termotivasi dan dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Seluruh kawan-kawan di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam khusunya

angkatan 2006, konsentrasi SPI kawasan Timur Tengah dan kawasan Asia

Tenggara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas

segala bantuan, semangat, kritik, dan saran yang semuanya terangkum dalam

sebuah kenangan indah.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis menyerahkan segalanya,

semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan akan mendapat balasan yang

setimpal dari Allah SWT. Amin ya Robbal ‘alamin.

Ciputat, 21 Juli 2011

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...

i

Lembar Pengesahan ...

ii

Lembar Pernyataan ...

iv

Abstrak ...

v

Kata Pengantar ...

vi

Daftar Isi ... viii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Batasan dan Rumusan Masalah ...

7

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ...

7

D.

Tinjauan Pustaka ...

8

E.

Metode Penelitian ...

9

F.

Sistematika Penulisan ...

11

BAB II NEGARA REPUBLIK ISLAM IRAN

A Kondisi Geografis Negara Iran ...

13

B Kondisi Negara Iran Pra Revolusi ...

16

C Gerakan Perempuan di Masa Dinasti Pahlevi ...

21

(9)

ix

C.

Pandangan Imam Khomeini terhadap Perempuan Iran ...

42

BAB IV GERAKAN PEREMPUAN PASCA REVOLUSI

A.

Maraknya Gerakan Perempuan di Iran ... 46

B.

Peran Perempuan dalam Revolusi Iran ...

49

C.

Peran Perempuan dalam Bidang Politik dan Pendidikan ...

51

BAB V PENUTUP

A.

KESIMPULAN ...

66

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perempuan adalah kaum yang dihormati dan dimuliakan dalam konsepsi

Islam. Kaum perempuan yang sering dikenal dengan sebutan kaum hawa, secara

kodrati memiliki beberapa kerakteristik, di antaranya dipersepsikan secara fisik

mereka lebih lemah dari pria. Ia memilki perasaan yang lebih lembut dan halus

serta sering kali menggunakan pertimbangan emosi dan perasaan dari pada akal

pikiran memilki lembang kesejukan, kelembutan, dan cinta kasih.

Islam memelihara hak secara penuh dan menjaga kaum perempuan dari

pelecehan kehormatannya dan kehilangan kehormatannya. Islam telah

memuliakannya karena Islam mengetahui bahwa perempuan adalah dasar

masyarakat yang baik, itulah pandangan Islam terhadap perempuan.1

Namun, perempuan juga salah satu makhluk ciptaan Allah yang paling

unik. Sebab, keberadaanya memberikan andil yang sangat besar bagi kehidupan

manusia. Tanpa perempuan, maka tidak ada pemimpin-pemimpin besar dunia.

Tanpa perempuan, tidak akan ada penemuan-penemuan mutakhir untuk

kesejahteraan umat manusia. Selain itu juga, banyak orang-orang besar yang

keberhasilannya disokong oleh sosok wanita (istri) sebut saja nabi Muhammad

saw. Karena itulah, Allah SWT pun secara khusus memberikan satu surah di

dalam al-Quran dengan nama surah An-Nisa (wanita). Penghargaan ini tidak

diberikan kepada laki-laki. Ini menunjukkan betapa mulianya seorang perempuan.

1

(11)

Terkait dengan hal tersebut, Islam dan al-Qur’an menegaskan bahwa

kedudukan laki-laki dan perempuan memilki kapasitas yang sama baik kapasitas

moral, spiritual, maupun intelektualnya. Prinsip kesetaraan dimaksudkan untuk

membentuk hubungan yang harmonis antara laki-laki dan perempuan, serta

menjadi jembatan bagi perempuan untuk menjadi partner bagi kaum laki-laki dan

bukan lagi hanya sebagai pelayan bagi kaum laki-laki. Asal usul kejadian

perempuan banyak diceritakan dalam kitab-kitab, seperti dalam Taurat, Injil, dan

beberapa penafsiran dalam al-Quran. Tidak heran kalau kaum feminis sering

menyorot kitab suci dalam upaya mengatasi ketimpangan struktur sosial

berdasarkan peran jenis kelamin (jender).2

Kaum perempuan, dalam hal ke-Adaman dan kemanusiaan, menyamai

kaum laki-laki, berkedudukan sama, “dan kaum perempuan mempunyai hak yang

seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” (QS. Al-Baqarah/2:

228), “dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam” “Kaum

perempuan sesungguhnya saudara kandung kaum laki-laki”.

Maka dari itu Islam sudah menempatkan wanita itu pada tempat yang

sesuai untuk dirinya dalam tiga bidang yang pokok, yaitu:

1). Bidang kemanusian: Islam mengakui bahwa perempuan itu memiliki

kemanusian yang sempurna, sama seperti laki-laki; sedang di kalangan

bangsa-bangsa yang sudah berkebudayaan, sebelum Islam, bidang ini masih

diragu-ragukan, dan malahan ada yang tidak mengakuinya.

2

(12)

3

2). Bidang sosial: Islam membukakan lapangan belajar untuk perempuan, dan

menetapkan kedudukan sosial yang mulia untuk perempuan itu, dalam

bermacam-macam periode dalam hidupnya, semenjak masa kanak-kanak, kedudukan ini

meningkat setiap perempuan itu meningkat umumnya, dari anak puteri, menjadi

isteri, menjadi ibu, dan pada waktu itu dia sudah tua dan membutuhkan lebih

banyak kasih sayang, penghormatan, dan perlakuan yang lemah lembut.

3). Bidang hak milik: Islam memberikan hak dan mengakui kecakapan yang

sempurna dari perempuan dalam segala tindakannya pada waktu ia telah dewasa;

dan pada waktu dewasanya itu, tidak ditetapkan lagi seorangpun yang akan

mengawasinya, baik ayahnya ataupun suaminya, atau kepala keluarga.3

Dalam fakta yang penulis dapatkan, hampir semua buku sejarah baik

dalam pemikiran, pergerakan politik, keagamaan, sosial, pendidikan, dan

sebagainya yang banyak dimunculkan adalah peranan kaum laki-laki, sedangkan

kaum perempuan kendatipun dalam realitasnya mempunyai peranan yang cukup

signifikan akan tetapi dalam setiap peristiwa sejarah sangat jarang sekali

diungkapkan.

Di seluruh dunia kedudukan kaum perempuan tengah berubah. Di negara

yang satu perubahan itu baru saja dimulai. Di negara yang satu lagi perubahan itu

sudah demikian majunya sehingga hampir dianggap sebagai penghinaan kalau

tidak memberi perhatian khusus kepada peranan perempuan. Maka hal ini

seharusnya tidak perlu. Namun pergerakan-pergerakan perempuan adalah salah

satu dari sekian banyak hal yang sedang tumbuh pada bangsa-bangsa yang baru

3

(13)

lahir. Satu hal yang pasti ialah bahwa wanita di mana-mana akan memainkan

peranan penting dalam membangun masa depan daripada masa sebelumnya.4

Di Iran perempuan di era rezim Syah Pahlevi5 tertindas dalam berbagai

aspek. Agar bisa masuk ke zona ilmu pengetahuan, kaum perempuan harus

mengabaikan ketakwaan. Di pusat-pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan

seorang Muslimah tidak mudah mempertahankan hijab dan wibawanya. Di

jalanan kota Tehran dan sejumlah kota besar Iran lainnya perempuan sulit untuk

tenang bepergian sambil menjaga keanggunannya sebagai Muslimah, walaupun

misalnya hanya dengan mengenakan kerudung apa adanya. Perempuan Iran saat

itu umumnya dibiarkan bodoh dan tidak memiliki wawasan politik. Akibatnya

mereka tidak berminat untuk ikut memikirkan nasib negara. Mereka bahkan tidak

mengetahui bahwa perempuan bisa ikut berperan dalam menentukan masa depan

negara.

Akan tetapi, Revolusi Islam Iran telah membuyarkan semua asumsi keliru

tentang perempuan. Perempuan Iran telah menjadi prajurit terdepan dalam

revolusi Islam. Revolusi ini jelas tidak mungkin terjadi seandainya kaum

perempuan Iran tidak sejalan dengan revolusi dan tidak menaruh keyakinan

kepadanya. Tanpa kehadiran perempuan, revolusi akan kehilangan separuh

kekuatan revolusionernya. Kemudian, kaum perempuan Iran adalah satu kekuatan

budaya yang sangat berpengaruh di lingkungan keluarga, yaitu pada anak, suami,

saudara-saudara, dan lingkungannya. Kiprah dan perjuangan sejati kaum

perempuanlah yang telah merobohkan pilar-pilar kekuatan rezim Syah Pahlevi.

4

Faruk Zabid, Wanita Dalam Sejarah Islam (Jakarta: Pustaka Jaya, 1987), h.21.

5

(14)

5

Ketika gerakan Islam di Iran berubah menjadi revolusi Islam dan kaum

perempuan Iran berada di barisan terdepan sesuai ajaran fitri Islam tentang kaum

perempuan, Imam Khomeini6 ra berkata, "Seandainya kaum perempuan tidak

berpartisipasi dalam kebangkitan ini, revolusi Islam tidak akan berjaya."7

Khomeini sendiri mengakui jasa-jasa kaum perempuan di Iran. Beberapa

saat sebelum rezim Syah Pahlevi tumbang ia berkata pada pers: “penjara-penjara

Syah penuh dengan perempuan-perempuan yang pemberani seperti singa.

Perempuan-perempuan kami ikut berjuang antara lain dengan melakukan

demonstrasi-demonstrasi di jalanan dengan putra, putri, terkadang bayi di

pangkuan tanpa takut tertembak senapan mesin maupun meriam. Kaum

Perempuan giat dalam pertemuan-pertemuan politik di kota-kota di Iran. Mereka

memegang peranan penting sekali dalam revolusi Iran.8

Perempuan dulu sama sekali tidak menaruh kepedulian pada masalah ini.

Dulu tidak ada asumsi bahwa kaum perempuan harus ikut berkiprah dalam

berbagai tanggung jawab sosial dan jabatan publik. Kaum perempuan sendiripun

tidak berasumsi demikian. Namun sekarang kaum perempuan di desa dan

daerah-daerah terpencil sekalipun merasa bahwa mereka adalah pemilik dan pengawal

revolusi Islam. Dari aspek ini perempuan sama sekali tidak berbeda dengan

laki-laki. Perempuan bahkan terkadang terlihat lebih antusias daripada laki-laki dalam

merespons berbagai persoalan sosial dan negara dan menganggapnya sebagai

persoalan mereka.

6

Ayatullah Ruhullah Musawi al-Khomeini adalah seorang tokoh ulama Syiah yang sangat populer di Iran, sekaligus pemimpin Revolusi Islam Iran pada tahun 1979.

7

http://indonesian.index.com

8

(15)

Kaum perempuan Iran pasca revolusi menentang hegemoni proses

interpretasi ortodoks dan berhasil menciptakan perubahan-perubahan dalam

hukum perceraian, memutar balik secara sempurna hak-hak finansial perempuan

setelah perceraian. Selanjutnya, literatur mencoba menjamin situasi-situasi

finansial yang lebih baik bagi perempuan di Iran dalam hubungannya dengan

pemeliharaan terhadap istri selama perkawinan, dan nafaqah.

Dengan mengacu pada sumber-sumber dasar al-Quran dan Sunnah dan

merujuk pada sejumlah interpretasi fiqh yaitu mereka yang menyatakan bahwa

nafaqah tidak teremasuk pengeluaran untuk pengobatan mereka berhasil

membentuk opini yang berlaku. Para perempuan di Iran tidak mengambil bahasa

feminis Barat tetapi menggunakan salah satu pemikiran Syi’ah. Seperti halnya

nafaqah adalah isu-isu yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Perempuan Muslimah Iran juga merupakan isu universal yang berkaitan

dengan hubungan-hubungan antara pria dan perempuan, seperti perkawinan,

perceraian, dan perwalian. Di kalangan “neo islamis”. Perempuan Iran sendiri

berada dalam kelompok/katagori yang khusus.9

Melihat persoalan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh lagi

tentang peran perempuan di Iran pasca revolusi, oleh karenanya, pembahasan

yang akan penulis kaji akan dituangkan dalam skripsi berjudul : Gerakan Perempuan di Republik Islam Iran Pasca Revolusi 1979.

9

(16)

7

B. Batasan Rumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, agar pembahasan tidak melebar maka penulis

batasi pada peran perempuan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam

terjadinya revolusi Iran, dan kedudukan perempuan setelah revolusi. Dengan

demikian, permasalah yang dapat penulis jelaskan dapat dibagi ke dalam dua

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran perempuan dalam revolusi Iran.

2. Bagaimana peran perempuan dalam bidang politik dan pendidikan pasca

revolusi Iran.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah dalam rangka menambah

khazanah ilmu pengetahuan, khususnya studi tentang pergerakan perempuan.

Dengan demikian selanjutnya dapat menjadi masukan bagi penelitian-penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan pergerakan perempuan. Dan juga tentunya

penulis mengharapkan manfaat setelah penulisan skripsi ini akan dapat dipahami

secara luas oleh masyarakat dan civitas akademika.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran perempuan dalam revolusi Iran.

2. Untuk mengetahui peran perempuan dalam bidang politik dan pendidikan

(17)

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “ GERAKAN PEREMPUAN DI

REPUBLIK ISLAM IRAN PASCA REVOLUSI 1979” sumber data yang akan

dipakai merupakan hasil dari studi pustaka, kemudian setelah terkumpulnya data

kemudian diadakan klasifikasi berdasarkan kualitasnya dan yang menunjang

terhadap permasalahan yang akan ditiliti, sehingga dari sekian banyak sumber

yang terkumpul, maka sumber data tersebut yang digunakan penulis dalam

pembuatan skripsi ini adalah: Nasir Tamara “Revolusi Iran” buku ini

mengungkap tentang sejarah negara Iran, kondisi Iran pra dan pasca revolusi,

bagaimana terjadinya revolusi Iran dan peran perempuan dalam revolusi Iran. Dr

Ansia Khaz Ali “Iranian Women After The Islamic Revolution” dalam artikel ini

menerangkan bagaimana Iran di bawah kepemimpinan Imam Khomeini, peran

perempuan dalam revolusi iran, dan peran perempuan setelah terjadinya revolusi

Islam Iran.

Di samping itu juga, penulis menggunakan buku-buku lain, buku-buku

yang digunakan adalah : Mirza Maulana Ar-Rusydi, Mahmoud Ahmadinejad,

Singa Persia VS Amerika Serikat—Cet I—Jogjakarta: GARASI, 2007. Smith

Alhadar. Iran Tanah Peradaban; Iran The Cradle of Civilization.Cet 1. jakarta

2009. Ali Akbar Velayati. Ensiklopedia Islam & Iran; Dinamika Budaya dan

Peradaban Islam yang Hidup. Jakarta: Mizan Publika, September 2010. Diyah

Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib “Khomeini dan Revolusi Iran” Jakarta

2009. Riza Sihbudi Menyandra Timur Tengah; Kebijakan AS dan Israel atas

(18)

9

Imam Khomeini”. Adel El-Gogary “Ahmadinejad The Nuklir Savior of Tehran”

Sang Nuklir Membias Hegemoni AS dan Zionis. Sulaeman Y Dina “Pelangi di

Persia, Menyusuti Eksotisme Iran”. Jane W. Jacqz ,”Iran: Past, Present and

Future”. Don Peretz, The Middle East Today ( Westport, CT: Praeger Publishers,

1994). Eliz Sanasarian, The Women's Right Movement in Iran: Mutiny

Appeasement and Repression from 1900 to Khomeini (USA: Praeger Press,

1982). 100 Great Women, Suara perempuan yang menginspirasi Dunia,

(Yogyakarta: penerbit Jogja Bangkit Publisher/gedung galang press center, 2010).

E. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah yang bertumpu

kepada kegiatan pokok yaitu: (1) pengumpulan bahan-bahan tercetak (tertulis)

yang relevan. (2) menyingkirkan bahan-bahan yang tidak authentik. Secara lebih

ringkas langkah ini berturut-turut biasa juga diistilahkan dengan: Heuristik, Kritik

atau Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi.10

Maka penelitian dalam penulisan skripsi ini akan dilakukan dengan

tahapan-tahapan berikut:

1) Pengumpulan data

Pada tahap ini penulis mencari literatur/data primer yang diperoleh dari

buku-buku atau artikel-artikel. Untuk melengkapi data primer maka penelitian

terhadap literatur dilengkapi dengan data sekunder, yaitu data/sumber penunjang

literatur primer. Setelah data terhimpun, baik data primer maupun data sekunder,

10

(19)

maka selanjutnya akan diklarifikasikan berdasarkan topik yang sedang dibahas.

Sebelumnya dilakukan pembacaan awal terhadap sumber tersebut.

Sumber yang digunakan tidak hanya berasal dari buku, melainkan juga

artikel-artikel yang diperoleh dari internet. Sumber-sumber tertulis tersebut

ditemukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Iman Jama Lebak Bulus, dan milik

pribadi mahasiswa di Ciputat, mengunjungi perpustakaan LIPI, dan juga

mengunjungi Kedubes Iran di Kuningan Jakarta Selatan, selain buku-buku dari

perpustakaan-perpustakaan penulis juga mendownload buku dari internet.

2) Analisa data dan kritik sumber

Setelah klarifikasi data dilakukan tahap selanjutnya adalah melakukan

kritik sumber yakni pembacaan secara kritis terhadap sumber untuk kemudian

dilakukan interpretasi di dalamnya.

Sedangkan analisa data dilakukan secara deskriftif historis. Metode

deskriftif berguna untuk memberikan gambaran obyektif dari materi yang dibahas.

Deskripsi merupakan suatu proses untuk mengungkapkan fakta-fakta tentang apa,

siapa, di mana, kapan, kenapa, dan bagaimana. Analisa data dilakukan dengan

menggunakan pendekatan ilmu sejarah, social, dan politik.

3) Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis

sejarah. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap permasalahan

yang ada, sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam hal ini penulis akan melihat

(20)

11

4) Menyusun data menjadi sebuah tulisan

Setelah data-data yang tersedia diproses sedemikian rupa, melalui

tahap-tahap di atas. Maka tahap-tahap terakhir adalah menyusun data-data tersebut ke dalam

sebuah tulisan yang utuh.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat berdasarkan sistimatika pendekatan berdasarkan

sejarah (diakronis) yang dibagi dalam lima bab yang diuraikan secara singkat

dengan tujuan untuk memudahkan penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini menguraikan masalah-masalah yang akan diteliti yaitu

berangkat dari suatu kerangka mengapa sesuatu itu dipermasalahkan sehingga

jawabannya akan tercermin melalui penelitian, dari pendahuluan ini yang meliputi

latar belakang masalah, batasan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

tinjauan pustaka, metode penulisan, sistematika penulisan.

Bab II : Negara Republik Islam Iran

Dalam bab ini menguraikan tentang Kondisi Geografis Negara Iran,

Kondisi Iran Pra Revolusi, Gerakan Perempuan di Masa Dinasti Pahlevi dan

Revolusi Iran, kaitannya dengan Jatuhnya Rezim Syah.

Bab III : Imam Khomeini dan Revolusi Iran

Dalam bab ini membahas tentang Profil Imam Khomeini, Peran Imam

Khomeini Dalam Revolusi Iran, dan Pandangan Imam Khomeini terhadap Kaum

(21)

Bab IV : Gerakan Perempuan di Iran Pasca Revolusi

Dalam bab ini menguraikan tentang Maraknya Gerakan Perempuan di

Iran, Peran Perempuan dalam Revolusi Iran, dan Peran Perempuan di Bidang

Politik dan Pendidikan Pasca Revolusi.

Bab IV : Penutup

Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan atau jawaban dari

permasalahan yang dibahas dengan seefektif mungkin, agar dapat dipahami secara

(22)

13 BAB II

NEGARA REPUBLIK ISLAM IRAN

A. Kondisi Geografis Negara Iran

Iran (atau Persia) (bahasa Persia :

ناﺮ

اﯾ

) adalah sebuah negara di Timur

Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah

terkenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1953 Iran masih dipanggil

Persia di dunia Barat. Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia

(35 km) di barat laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut,

Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki ( 500 km) dan Irak

(1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.11

Agama besar terakhir yakni Islam (yang berarti secara literal: penyerahan

diri kepada Allah), Muslim mengimani Tuhan, yang dipandang sebagai

satu-satunya Pencipta, Pemelihara dan Pengatur seluruh alam. Mayoritas orang Iran

menganut mazhab Syi’ah 89%, Sunni 10 %, Kristen, Zoroaster, Yahudi, dan

lain-lain 1%.12 Pemeluk agama minoritas seperti Kristen, Yahudi, dan Zaratustra

memiliki perwakilan sendiri di parlemen dan melaksanakan kebiasaan khusus dan

hukum agama mereka.13

Adapun kondisi ekonomi Iran berdasarkan campuran antara perencanaan

terpusat, kepemilikan negara atas minyak dan badan-badan usaha besar, ekonomi

pedesaan dan badan usaha kecil menengah milik swasta untuk perdagangan dan

11

Mirza Maulana Ar-Rusydi, Mahmoud Ahmadinejad, Singa Persia VS Amerika Serikat

(Jogjakarta: Garasi, 2007) h.17-18.

12

Smith Alhadar Iran Tanah Peradaban; Iran The Cradle of Civilization (Jakarta: Kedubes Iran 2009) h.3.

13

(23)

jasa. Harga minyak yang cukup baik dalam beberapa tahun terakhir ini

memberikan ruang napas bagi fisikal Iran. Ekonomi Iran sangat tergantung pada

sumber daya alam. Sekitar 85 persen pendapatan ekspor berasal dari minyak dan

gas. Iran memilki sekitar delapan persen cadangan minyak dunia dan hampir

seperlima cadangan gas alam dunia. 14

Republik Islam Iran merupakan sebuah negara pegunungan yang terletak

di Timur Tengah di belahan utara bumi antara 25 derajat dan 40 derajat garis

lintang serta 44 derajat dan 63 derajat garis bujur Greenwich. Bangsa Iran terkenal

dengan kehangatan hati dan keramahannya. Ciri-ciri jasmaninya adalah tinggi

sedang dengan mata dan alis yang hitam. Mata uang Iran adalah ‘rial’ yang sama

dengan seratus ‘dinar’. Ibukotanya Tehran.15

Nama Iran berasal dari bahasa Persia kuno yang berarti “negeri bangsa

Arya.” Nama Iran sudah digunakan sejak era Sassania. Namun hingga tahun 1935,

di negeri-negeri lain yang berbahasa Inggris, negeri ini dikenal dengan nama

Persia, sebuah kata yang diwariskan dari bangsa yunani yang menamai negeri ini

dari salah satu provinsinya yang terpenting, yaitu Pars (kini bernama Fars).

Iran adalah sebuah negara yang berbilang suku dan agama. Etnik

mayoritas ialah etnik Persia (51% dari rakyatnya) dan 70% rakyatnya adalah

bangsa Iran, keturunan orang Arya. Kebanyakan penduduk Iran bertutur dalam

bahasa yang tergolong dalam keluarga bahasa Iran, termasuk bahasa Persia. Iran

pun mempunyai sejarah yang panjang dalam kesenian, musik, puisi, filsafat, dan

ideologi. Kebudayaan Iran telah lama mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan

14

Ensiklopedi Geografi, (Jakarta: Lentera Abadi, 2006), h. 253.

15

(24)

15

lain di Timur Tengah dan Asia Tengah. Bahasa Persia merupakan bahasa

intelektual selama milenium kedua Masehi. Kebanyakan hasil tulisan Persia

diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab semasa kekhalifahan Islam.16

Pada zaman awal Islam di Persia, kebanyakan karya Persia ditulis dalam

bahasa Arab. Ini menyebabkan banyak tokoh intelektual Persia mulai

menggunakan bahasa Arab dalam tulisan mereka. Salah satu karya ini ialah kitab

Shahnameh hasil tulisan Ferdowsi, sebuah karya mengenai sejarah negara lain.

Kesusasteraan Iran juga tidak kurang hebatnya, sasterawan Iran yang terkenal

ialah Rumi dan Saadi. Mereka merupakan ahli Sufi dan banyak menyumbang

dalam puisi-puisi Sufi.17 Iran juga banyak menyumbang ilmu pengetahuan kepada

peradaban dunia khususnya peradaban Islam dengan ditandai banyaknya

kontribusi para filosof Iran seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Khawarizm, ibn Rusd,

dan lain-lainnya.

Iran adalah sebuah negara yang memiliki populasi 64 juta dengan tingkat

pertumbuhan 1,7 persen. Penduduknya mewakili berbagai etnis asal termasuk Par,

Turki (Azerbaijan), Kurd, Lore, Juni (Protestan), Arab, Baluch, dan Turkmen.

Empat puluh satu juta tinggal di daerah pedesaan. tingkat melek huruf di negara

tersebut lebih dari 96 persen dan pendidikan sekolah adalah wajib.18

16

Ali Akbar Velayati, Ensiklopedia Islam & Iran; Dinamika Budaya dan Peradaban Islam yang Hidup (Jakarta: Mizan Publika, September 2010), h. 71.

17

Ibid, h. 109-119 dan 339-343

18

(25)

B. Kondisi Negara Iran Pra Revolusi

Sebelum tercetus revolusi tahun 1979, Iran berada di bawah kekuasaan

Syah Muhammad Reza Pahlevi yang diktator. Meski Iran merupakan negara

penghasil minyak terbesar nomor tiga di dunia, yang meraup keuntungan 40

miliar dollar lebih tiap tahun dari penjualan minyaknya, akan tetapi rakyatnya

hidup sangat menderita di bawah pemimpin yang diktator dan negara yang disetir

sepenuhnya oleh Amerika Serikat ini. Pemerintah Iran bahkan mempekerjakan 50

ribu orang AS sebagai penasehat, dengan gaji total 4 miliar dollar tiap tahunnya.

Muhammad Reza pun menghadapi tugas berat untuk melaksanakan

penyelenggaraan negara di negeri yang sangat luas ini. Di bawah kekuasaannya ia

mengadakan reformasi kepemilikan tanah dan kampanye melawan buta aksara.

Struktur kekuasaan negeri itu juga diubah secara radikal di bawah program yang

bernama “revolusi putih” (white revolution).19 Gerakan ini merupakan tantangan

bagi para ulama untuk meneruskan misinya. Misi di mana ingin menjadikan

pemerintah Iran harus dipegang oleh para ulama, dan pemerintah harus dijalankan

dan diarahkan sesuai dengan hukum Islam yang berlaku, dan hal ini hanya

mungkin jika dilakukan pengawasan oleh para ulama.

Namun di saat yang sama, rakyatnya hidup dalam keterpurukan

sebagaimana yang digambarkan:

- 70 % rakyat Iran tidak bisa baca-tulis, dan tidak memiliki sarana

belajar-mengajar.

- 80 % rakyat Iran masih kekurangan pelayanan medis.

19

(26)

17

- 85 % kota dan desa kecil di Iran masih memerlukan jalur transportasi yang

layak serta pengadaan air, listrik, dan perumahan modern.

Dalam White Revolution terkandung enam pokok program revolusi, yaitu

(1) Perbaikan dalam bidang pertanian, dengan reformasi tentang peraturan

pertahanan, (2) Pemberantasan buta huruf, (3), Privatisasi badan usaha milik

negara agar program reformasi pertanian memperoleh dukungan rakyat, dengan

melakukan penjualan saham badan usaha milik negara kepada pribadi, (4)

Emansipasi perempuan dalam pemilu, dengan melakukan perubahan pada sistem

pemilihan bagi kaum perempuan diperbolehkan untuk memilih, (5) Pengembalian

hutan dan ladang kepada rakyat, dan juga memperbolehkan kaum non Muslim

untuk memilki dan mengelola bisnisnya, (6) Peningkatan kesejahteraan bagi kaum

buruh dari hasil pabrik dan kampanye-kampanye yang dilakukan di sekolah milik

negara.

Beberapa poin di atas dinilai berbahaya oleh ulama-ulama yang

mendalami ajaran Islam aliran Syi’ah, misalnya adanya usaha membuat tren

westernisasi dalam kehidupan masyarakat.20 Revolusi putih juga berdampak

dalam penyebaran penduduk. Sebelum revolusi putih, penduduk perkotaan hanya

25%, sisanya tinggal di pedesaan dan pegunungan. Akan tetapai setelah revolusi

putih, kondisi pertanian menjadi hancur. Akibatnya, penduduk pedesaan pindah

ke kota-kota besar. Urbanisasi tidak hanya meresahkan kehidupan masyarakat

perkotaan saja, tetapi juga menjadi pukulan keras bagi pertanian Iran.21

20

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran

(Yogyakarta: Narasi, 2009), hal.25.

21

(27)

Selain mengadakan White Revolution, Syah juga membentuk suatu tim

agen intelijen bernama SAVAK.22 Setelah berhasil menggulingkan Mohammad

Mosaddiq yang memilki rencana untuk menasionalisasikan industri minyak di

Iran melalui kudeta tanggal 19 agustus 1953, hal ini untuk mendukung rezim

pemerintah Syah untuk mengawasi lawan-lawan politiknya dan gerakan-gerakan

rakyat yang berlawanan dengan arah politiknya.23

Semua teror yang dilakukan Syah Iran dilaksanakan oleh oragnisasi

SAVAK ini, dengan penyanderaan dan eksekusi yang dilakukan terhadap umat

Islam, mahasiswa, seseorang yang tidak menjadi anggota partai tunggal Rastakhiz

Syah, dan khususnya para tokoh agamawan yang menentang pemerintah Syah. Ia

mempunyai penjara Evin yang menakutkan dengan tempat tidur yang ditinggikan

dari semen selebar satu meter, suhu udara yang ekstrem, makanan yang buruk dan

tak cukup, tak ada kesempatan untuk menggerakan badan dan tidak diperbolehkan

sholat berjamaah. Sulit untuk mengetahui berapa jumlah agen SAVAK

sebenarnya secara keseluruhan. Namun paling tidak ada 4000 mata-mata

professional, 50.000 informan, ditambah dengan pembantu lepas dan tidak tetap.24

Sebagian ulama tidak berpartisipasi dalam demonstrasi demokrasi sekuler

1960-62, meskipun beberapa dari mereka telah mengkritik reformasi tagihan

tanah pemerintah serta gagasan hak pilih perempuan. (Perlu diingat bahwa

pemberian hak memilih perempuan adalah salah satu masalah yang telah

22

Singkatan dari Sazman-e Etelaat va Amniyat Keshvar (Organisasi Imformasi dan Keamanan Wilayah) adalah polisi dinas rahasia Iran yang terkuat nomor lima di dunia yang dibentuk pada masa pemerintahan Syah Iran pada 1957 oleh Jenderal bakhtiar dengan bantuan Dinas Rahasia Amerika. (CIA) dan Dinas Rahasia Israel (Mossad)

23

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dab Revolusi Iran, h. 43.

24

(28)

19

menyebabkan konflik antara Musaddiq dan para ulama). Ketika Syah

mengumumkan pada Februari 1963 bahwa perempuan akan diizinkan untuk

memilih, demonstrasi ulama terorganisir dan bazaaris menutup toko mereka di

semua kota besar Iran. Pemerintah menanggapi serangan terhadap Madrasah

Fayziyya (seminari) di Qum, yang segera menjadi pusat oposisi Islam untuk

Syah.25

Pada akhir tahun enam puluhan dan awal tahun tujuh puluhan, muncul

beberapa kelompok oposisi untuk menentang rezim Syah. Terutama Fada’iyan

Marxis dan Islam radikal Mujahidin.26 Akan tetapi pada rentangan dekade

1970-an, rezim Pahlevi semakin sewenang-wenang dari masa-masa sebelumnya.

Pasukan militer dan polisi rahasia menjadi sosok yang sangat ditakuti dan

sekaligus dibenci lantaran mereka melancarkan penyelidikan, intimidasi,

pemenjaraan, dan pembunuhan terhadap musuh-musuh atau oposisi rezim Syah.

SAVAK mempunyai andil yang cukup besar dalam upaya-upaya untuk

membungkam para pembangkang, sehingga rezim Syah semakin tergantung

kepadanya.

Situasi yang pincang itu berkelanjutan disebabkan dua faktor utama yaitu

kekejaman SAVAK terhadap orang-orang yang tidak senang terhadap

pemerintahan Iran dan penaggulangan demonstrasi-demonstrasi rakyat di

mana-mana dengan kekuatan militer. Sudah bukan rahasia lagi SAVAK dan militer

didukung oleh penasehat-penasehat AS. Dengan terpilihnya Presiden AS yang

25

Henry Munsen. JR, Islam in Revolution in the Middle East (Vole University Press. New Heven and London), hal. 54-55.

26

(29)

baru, Jimmy Carter pada awal tahun 1977, kondisi tiba-tiba berubah drastis.

Carter yang berasal dari Partai Demokrat ini membuat kejutan untuk dunia. Ia

berpidato di depan rakyat AS tentang HAM dan menyatakan bahwa bangsa AS

telah meminta kepada pemerintah supaya politik AS membela bangsa-bangsa

yang ditindas oleh penguasanya, dan tidak akan menolong seorang penguasa pun

yang menindas rakyatnya, meskipun AS terikat hubungan baik dengan mereka.27

Jika Carter memang jujur ingin mewujudkan janjinya, maka urutan

pertama dari daftar penguasa tadi ditempati oleh Syah Iran, yang ketika itu telah

menandatangani 900 perjanjian dengan AS, baik dalam masalah ekonomi, militer,

maupun politik. Iran salah satu sekutu AS harus menerima kebijakan itu kalau

ingin bantuan AS kepada Iran pada sektor ekonomi dan militer tetap berlanjut.

dalam kondisi seperti ini, mau tidak mau, rezim Syah harus mengikuti kebijakan

AS karena secara faktual Iran sangat tergantung kepada AS. Maka mulailah Carter

menasehati sahabat lama AS ini, agar memberikan sedikit kebebasan kepada

rakyat Iran. Syah pun menurut, dan rakyat Iran jadi tahu bahwa perubahan politik

Syah tak lain karena tekanan dari ‘tuan’-nya, yaitu AS.

Rakyat Iran segera tergerak untuk melepaskan diri mereka dari

cengkeraman penguasa kejam yang tega berbuat apa saja terhadap rakyatnya

selagi ia mampu, yang sekarang harus patuh kepada pengaruh asing hingga

menampakkan sikap lunak terhadap rakyatnya. Rakyat Iran harus segera

memanfaatkan situasi ini sebelum semuanya berubah dan kembali seperti semula.

Pola aliansi kaum ulama dan cendikiawan di bawah panji-panji Islam

27

(30)

21

dibangkitkan kembali pada akhir 1970 dan menemukan momentum yang tepat

untuk menjadi kekuatan Revolusi mulai 1977 sampai 1979. Isu-isu menyangkut

dominasi asing, pelestarian identitas dan otonomi nasional, konstitualisme dan

kedudukan hukum Islam dalam hal ini, berbeda saat Revolusi Tembakau 1891-92

maupun Revolusi Konstitusional 1905-1911, tidak sekedar partisipasi, tetapi

langsung memimpin Revolusi untuk meggulingkan rezim Syah.

C. Gerakan Perempuan di Masa Dinasti Pahlevi

Sejak awal dekade 1920-an dengan munculnya Syah Pahlevi beberapa

tokoh intelektual, laki-laki dan perempuan tengah berjuang untuk meningkatkan

pendidikan, status sosial, dan hak-hak hukum kaum perempuan. Dalam jumlah

kecil, kaum perempuan mulai memasuki pekerjaan pada sektor pendidikan,

perawat, bahkan bekerja pabrik. Meskipun emansipasi perempuan dari

norma-norma tradisional telah berlangsung, namun dalam hal-hal yang krusial di dalam

perundangan keluarga dan perundangan hak-hak politik hampir tidak ada

perubahan. Praktik perceraian tetap sebagai sesuatu yang mudah bagi laki-laki.

Pengasuhan anak tetap menjadi kewajiban utama pihak perempuan. Poligami dan

perkawinan mut’ah tetap saja diijinkan. Hanya dengan undang-undang

perlindungan keluarga tahun 1967 dan tahun 1975, hak preogratif perempuan

sebagian terlindungi oleh legislasi yang mensyaratkan perceraian harus

disampaikan di pengadilan dan mensyaratkan ijin istri untuk perkawinan

(31)

Banyak batas yang memisahkan pria dan perempuan dalam masyarakat,

siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan dalam kelas-kelas pendidikan tinggi,

siswa perempuan dilarang dari 69 berbagai bidang studi, perempuan dilarang dari

beberapa profesi, seperti kelompok peradilan dan bernyanyi, perempuan dilarang

dari disiplin ilmu tertentu di universitas-universitas, seperti teknik dan pertanian.

Sebuah keputusan menolak semua hakim perempuan dan dilarang siswa

perempuan dari sekolah hukum. Perempuan dilarang berpartisipasi dalam

beberapa olahraga dan tidak diizinkan untuk menonton laki-laki dalam

berolahraga.28

Kebijakan Reza Syah memiliki pengaruh yang kecil pada peran

perempuan terhadap sebagian besar dari reformasi adalah kompromi antara ulama

dan modernisasi. Syah tidak siap untuk risiko kemarahan faksi ulama dan agama

Iran dengan benar-benar berangkat dari hukum Islam. Meskipun banyak

perubahan hukum yang dibuat selama era Pahlevi, sebagaimana akan kita lihat

mereka benar-benar membawa sedikit perubahan ke Iran, khususnya perempuan.

Pada tahun 1929 Shah mengeluarkan hukum memaksa Iran untuk mengenakan

pakaian yang lebih Barat.

Reza Syah mengambil hukum ini satu langkah lebih jauh pada tahun 1936,

melarang perempuan dari mengenakan chadur tersebut. Reza Syah

mengimplementasikan rencana pembukaan dengan hati-hati, mengambil beberapa

langkah untuk mempersiapkan masyarakat untuk itu. Meskipun ia telah bermain

28

(32)

23

dengan ide penghapusan chadur sejauh ini hingga tahun 1934, dia menunggu

sampai 1 Februari 1936 untuk melanjutkan rencananya.29

Pendidikan

Di bawah Muhammad Reza Syah kemajuan dalam pendidikan dibuat

untuk seluruh penduduk Iran. Kegiatan ekonomi yang meningkat di Iran

memainkan peran besar dalam peningkatan pendidikan. Dengan meningkatnya

ekonomi pasar kerja terbuka, menciptakan posisi baru yang harus diisi. Pasar ini

yang lebih besar juga menyebabkan meningkatnya kesempatan bagi perempuan

dalam pekerjaan dan pendidikan. Meskipun peningkatan secara keseluruhan

dalam melek huruf bagi perempuan, akan tetapi pendidikan formal masih terbatas.

Kesenjangan antar daerah menunjukkan bahwa pendidikan tidak merata di

kalangan masyarakat pedesaan dan perkotaan. Pada awal tahun 1960-an tingkat

aktivitas perempuan di daerah perkotaan telah mencapai 9 persen menjadi 13

persen pada awal 1970-an. Namun, dalam tingkat melek huruf bagi perempuan

secara umum statistik nasional menunjukkan bahwa 17,5 persen pada 1956-1971,

dan tingkat melek huruf bagi laki-laki 22,2 persen lebih tinggi dari perempuan,

pada tahun 1971 mencapai 25,5 persen bagi kaum perempuan.

Grafik di bawah menunjukkan tingkat melek huruf berdasarkan pada kedua jenis

kelamin, dan lokasi geografis tahun.

29

(33)

Total Perkotaan Pedesaan

1966-1976 1966-1976 1966-1976

Laki-laki 30.1%-58.9% 61.4%-74.4% 25.4%-43.6%

Perempuan 17.9%-35.5% 38.3%-55.6% 4.3%-17.3%

Perbedaan 12.2%-23.4% 23.1%-18.8% 21.1%-26.3%

Statistik menunjukkan bahwa meskipun ada keuntungan dalam

keaksaraan, masih ada perbedaan yang besar antara daerah pedesaan dan

perkotaan, dan tingkat melek huruf perempuan pada tahun 1976 hanya 35,5

persen.

Di bidang pendidikan khusus pada tahun 1972. Tingkat spesifik aktivitas

pendidikan perempuan adalah sebagai berikut: 2 persen untuk pendidikan dasar,

12 persen untuk pendidikan menengah, dan 49 persen untuk pendidikan tinggi.

Secara keseluruhan, terlepas dari meningkatnya partisipasi perempuan dalam

produksi dan tren di beberapa tahun terakhir menuju tingkat buta huruf berkurang.

Masih ada kesenjangan yang besar dalam tingkat melek huruf laki-laki dan

perempuan, khususnya di daerah pedesaan.30 Pada tahun 1963, perempuan

menerima hak suara. Setelah periode ini, menjelang akhir tahun 1963, 197 total

dari anggota yang dipilih untuk Majlis (Majlis Permusyawaratan Nasional), enam

adalah perempuan. Dan 60 dari total senator, dua adalah perempuan.

30

(34)

25

Politik

Kebijakan Reza Syah terhadap gerakan perempuan mencerminkan

kebutuhannya untuk kontrol Iran. Pada tahun-tahun sebelumnya, dari 1925 ke

1930-an, gerakan perempuan yang didukung berbagai pemerintahan Syah. Tetapi

dengan kontrol negara yang meningkat dan represi polisi, kegiatan

kelompok-kelompok perempuan yang tertindas, dan akhirnya dilarang pada 1930-an

pertengahan. Bahkan saat membatalkan tuntutan semua kelompok perempuan,

Syah terus hadir depan pro-perempuan.

Organisasi wanita yang sedikit lebih independen antara tahun 1941 dan

1952, kelemahan pemerintah Syah Pahlevi diperbolehkan untuk kebebasan lebih

sedikit. Karakterisasi utama bagi pihak perempuan selama periode ini adalah

hubungan mutlak mereka untuk berbagai partai politik. Setiap kelompok memiliki

kesetiaan dengan satu partai tertentu, dan isu-isu perempuan sering memainkan

peran sekunder. Ada kurangnya kesatuan ideologi yang koheren, dan banyak

perselisihan terjadi antara pihak-pihak yang berbeda. Kelompok perempuan mulai

menyerang satu sama lain di sepanjang garis partai mereka.31

Pada tahun 1959 Shah mendirikan Dewan Tinggi Asosiasi Perempuan Iran

yang dimasukkan tujuh belas kelompok perempuan lainnya. Gerakan perempuan

pun menjadi lebih terpusat dan kegiatan mereka menjadi lebih kompatibel dengan

agenda pemerintah. Ashraf Pahlevi, adik Syah, diangkat presiden kehormatan

organisasi.

31

(35)

Debat tentang hak pilih perempuan terus tumbuh. Pada tahun 1959 sebuah

perdebatan besar terjadi pada hak pilih perempuan di Majlis. Pada tahun 1962, di

bawah perdana menteri Assadollah Alam, sebuah dekrit dikeluarkan memberikan

perempuan hak untuk memilih dan untuk menjalankan dalam pemilihan provinsi

dan kota. Namun, di bawah tekanan dari para ulama, keputusan itu ditarik oleh

perdana menteri. Perempuan juga menggelar mogok satu hari oleh organisasi

perempuan profesional di berbagai bidang termasuk guru, pegawai negeri dan

karyawan swasta. Dua hari setelah pemogokan, pemungutan suara tersebut

diambil untuk melihat apakah orang-orang Iran akan mendukung program

enam-titik Shah (Revolusi Putih). Perempuan memberikan suara mereka dalam kotak

suara yang terpisah. Suara perempuan telah menunjukkan dukungan yang luar

biasa bagi dekrit Shah, dan pada 27 Februari 1963 perempuan sekali lagi diberi

hak untuk memilih dan menjalankan untuk kantor.

Pada 17 September 1963 pemilihan terjadi dan enam perempuan terpilih

sebagai wakil Majlis. Majlis, yang terdiri dari enam puluh anggota, berisi dua

wakil perempuan, meskipun tidak dipilih melainkan diangkat oleh Syah. Pada

tahun 1965, seorang wanita diangkat menteri untuk pertama kalinya. Upaya

khusus dibuat oleh pemerintah untuk menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya

bisa memilih, tetapi mereka juga bisa menjadi pejabat terpilih.

D. Revolusi Iran, Kaitannya dengan Jatuhnya Rezim Syah Pahlevi

Tanda-tanda kejatuhan Dinasti Pahlevi mulai terlihat pada awal tahun

(36)

27

isu hak asasi manusia sebagai arah dalam kebijakan luar negerinya. Pada februari

1977, Syah melepaskan 357 tahanan politik. Sayangnya, kebijakan yang cukup

populer ini tidak diikuti dengan kesungguhan Syah untuk mengungkap segala

penyiksaan dan penindasan yang telah ia lakukan terhadap para lawan politiknya.

Pada sisi lain, isu HAM yang dihembuskan AS, memicu para jurnalis

untuk menuntut kebebasan berpendapat dan pers. Para pengacara juga menuntut

dihapuskannya pengadilan militer yang biasa digunakan untuk mengadili para

narapidana politik. Sebagian kelompok massa lain menggelar demonstrasi untuk

menuntut diakhirinya rezim Syah yang menurut mereka telah melakukan

pelanggaran HAM berat selama berkuasa. Massa demonstran pun bentrok dengan

polisi yang mengakibatkan banyak peserta demonstrasi tertembak aparat.

Kemudian, kelompok pengacara yang berjumlah 120 orang mempublikasikan

kejadian tersebut yang diduga keras didalangi oleh SAVAK.

Di akhir bulan Oktober 1977, di kota Najaf, putra Imam Khomeini,

Mustafa, ditemukan tewas di tempat tidurnya. Pihak pemerintah melarang

dilakukan otopsi terhadap jenazah Mustafa, sehingga siapa pembunuhnya menjadi

misteri.32 Kejadian ini menjadikan para mahasiswa di Qum yang berjumlah 4000

orang melancarkan aksi demonstrasi pada Januari 1978. Demonstrasi yang

dilancarkan para mahasiswa di Qum melawan aksi pembunuhan tanpa sebab yang

dilakukan oleh pasukan SAVAK menjadi pemicu gerakan massa yang lebih

revolusioner. Polisi sekali lagi bertindak represif dengan menembaki para

32

(37)

demonstran sehingga memancing gelombang demonstrasi berikutnya yang lebih

besar.

Basis material dari Revolusi Iran terletak pada kemajuan

kekuatan-kekuatan produktif dan perubahan yang telah dilakukan dalam kapitalisme Iran di

seluruh periode sebelumnya. Syah kehilangan dukungan dari segenap kelompok

massa, kaum petani, intelektual, kelas menengah dari berbagai lapisan dan

kelompok yang paling berhawa jahat, tentara. Negara sendiri terguncang oleh

kerasnya pukulan gerakan yang dilancarkan massa. Hari demi hari demonstrasi

terus menerus dan mobilisasi massa yang telah jauh melanggar batas kehidupan

normal. Massa menyerang kedutaan Inggris dan AS sembari membakar ribuan

bendera AS. Boneka patung presiden AS Jimmy Carter dan Syah digantung

ribuan kali menghiasi setiap pojok jalan disetiap kota Iran. Syah menjadi simbol

dari bercokolnya tatanan yang dibenci dan represi SAVAK yang berdarah.

Akibat terjadinya perpecahan dalam tubuh tentara, Syah kehilangan semua

kendali terhadapnya. Dalam kepanikan, setelah ragu pada awalnya, ia melakukan

langkah terakhir untuk tetap memegang kendali kekuasaan, menunjuk Syahpur

Bakhtiar dari Front Nasional sebagai perdana menteri. Akan tetapi manuver

tersebut gagal dan krisis tersebut menjadi lebih parah. Pada tanggal 16 Januari

1979, negara ini dalam keadaan pergolakan revolusioner. Tidak ada harapan yang

tersisa bagi Syah, yang pada akhirnya harus terbang meloloskan diri dengan

pesawat terbang ke Mesir. Sebelum meninggalkan Iran, Syah membentuk Dewan

(38)

29

Setelah Dewan Negara dilantik, pada 16 Januari 1979, Mohammad Syah

Reza didampingi istri meninggalkan Iran dengan pesawat pribadi. Syah tampak

pucat dan tegang meninggalkan Iran. Orang-orang kepercayaannya tidak ada satu

pun yang mengantarkan sampai bandara, termasuk ulama yang biasanya

mengantar dengan meletakkan al-Qur’an di atas kepala Syah setiap lawatannya ke

luar negeri. Bahkan, orang kepercayaannya di kalangan militer, seperti Jenderal

Azhari dan Jenderal Oveissyi, Gubernur Militer, telah mendahului meninggalkan

Iran tanpa sepengetahuannya.

Revolusi Iran ketika sampai kepada tingkat suhu yang mendidih, tidak

dapat lagi Syah berikut tentaranya, intelligence, dan persenjataannya yang bernilai

jutaan dollar untuk membendungnya, semula aral melintang dibinasakan dan

akhirnya dapat ditumbangkan, padahal didukung oleh kekuatan 400.000 tentara

yang diperlengkapi dengan persenjataan modern dan intelligence di Timur

Tengah.33 Revolusi rakyat yang telah berkecamuk itu tidak dapat lagi dibendung

oleh kekuatan yang berwenang-wenang, seperti air bah yang ganas

menghancurkan apa saja yang menghalangi arusnya.

Revolusi Iran tersebut mengandung makna atau pengaruh yang bersifat

global. Untuk pertama kalinya di era modern, tokoh-tokoh agama (ulama) mampu

dan berhasil melawan sebuah rezim modern, dan mengambil alih kekuasan

negara. Untuk pertama kalinya implikasi revolusioner Islam, yang sampai

sekarang terpendam dalam masyarakat nasab (keturunan) dan masyarakat

kesukuan, berhasil direalisasikan dalam sebuah masyarakat industrial modern.

33

(39)

Revolusi, tidaklah mesti berasal dari kelompok haluan kiri, melainkan bisa jadi

dari kelompok masyarakat keagamaan; tidak mesti atas nama sosialisme, tetapi

bisa jadi atas nama perjuangan Islam. Peristiwa revolusi Iran telah menggetarkan

pola hubungan antara rezim negara dan gerakan keagamaan dan menyingkirkan

keraguan akan masa depan, tidak hanya masa depan Iran, melainkan juga masa

(40)

31

BAB III

IMAM KHOMEINI DAN REVOLUSI ISLAM IRAN

A.

Profil Imam Khomeini

Nama kecilnya Ruhullah (serupa dengan gelar yang diberikan Allah SWT

kepada nabi Isa as (QS.4;171). Nama aslinya adalah Ruhullah Musawi Khomeini

(selanjutnya disebut Imam Khomeini) dilahirkan pada 24 September 1902 atau pada

tanggal 20 Jumadilakhir 1320.

34

Tokoh Islam terkenal dari Iran yang telah

menggulingkan rezim Syah Mohammad Reza Pahlevi dan mendirikan Republik

Islam Iran melalui revolusi rakyat yang spektakuler pada Februari 1979.

Penambahan huruf i di belakang namanya, khomeini, menunjukkan bahwa ia

berasal dari kota Arak (Iran bagian tengah) yaitu Khomein.

35

Sedangkan kata

Ayatullah atau Ayatullah al-Uzma di depan namanya menunjukkan bahwa ia adalah

seorang ulama terkemuka dalam masyarakat Syi’ah Dua Belas. Ini terlihat jelas

dalam pandangan Imam Khomeini yang menempatkan kaum mullah sebagai

pemegang otoritas tertinggi di bidang politik dan agama. Seperti diketahui, Iran

adalah satu-satunya di mana sekitar 90% dari warganya menganut mazhab Syi’ah. Di

samping itu, Iran juga menjadi satu-satunya negara di dunia ini yang sistem

34

Menurut penaggalan Islam di sebuah kota kecil bernama Khomein

35

(41)

politiknya dibangun atas dasar ajaran Syi’ah, yang dikenal sebagai

Wilayat al-Faqih

(kepemimpinan kaum ulama).

36

Kehidupan Keluarga Imam Khomeini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai

keagamaan Islam yang kuat. hal ini disebabkan oleh garis keturunan keluarganya

yang berasal dari keluarga Imam Mousa al-Kazim, seorang ulama besar di

Neishapour. Khomeini ditinggalkan orang tuanya sejak bayi. Ibunya bernama

Khanum, dan ayahnya bernama Sayid Mustafa Khomeini, seorang ulama terkemuka

di kota Khomein. Ayahnya dibunuh oleh Dinasti Qajar yang tidak suka melihat

Mustafa Khomeini menentang kekuasaan mereka.

Menginjak masa remaja, Imam Khomeini mampu mengingat beratus versi

dari puisi-puisi yang berbeda-beda, baik puisi yang bertemakan keagamaan maupun

puisi klasik. Di masa itu pula ia dapat membeda-bedakan makna puisi satu dengan

yang lain. Imam Khomeini terkenal sebagai seorang yang amat bersahaja. Meskipun

ia menjadi penguasa tertinggi di Iran, ia hanya menumpang di beberapa kamar yang

terdapat pada

husainiyyah

(semacam surau di Indonesia) Jamaran, Teheran Utara.

Pakaian sehari-harinya pun tidak lebih baik dari pakaian rakyat biasa. Hal itu dapat

dipahami karena Khomeini adalah seorang zahid yang tidak suka pada kemewahan

duniawi.

Selama masa remajanya ia juga menciptakan puisi-puisi bertema agamis,

politik, dan sosial. Kumpulan puisinya diterbitkan setelah ia wafat, berupa tiga buah

36

(42)

33

koleksi

The Confidant, The Decaer of love,

dan

Turning Point

dan

Divan

. Salah satu

puisinya yang terkenal adalah “Mass of The Drunk”.

37

Imam Khomeini mengenyam pendidikan dasarnya dari beberapa guru dan

pemuka agama di kotanya. Orang yang paling berjasa memberikan dasar-dasar

pengetahuan agama kepadanya adalah kakak kandungnya sendiri, Ayatullah

Pasandideh. Pada umur 19 tahun, Imam Khomeini melanjutkan pendidikannya di

pusat pendidikan agama atau

Hauzah ‘Ilmiyah

(istilah bagi pola atau metode

pendidikan agama tradisional di lingkungan masyarakat Syi’ah, baik di Iran maupun

di Irak, yang masih dipertahankan hingga kini) yang terdapat di kota Arak.

38

Imam Khomeini mengawali pendidikannya dengan menghafal al-Quran di

maktab

yang lokasinya tidak jauh dari rumah Mullah Abul-Qasim. Beliau manjadi

hafiz pada usia tujuh tahun. Berikutnya, beliau belajar bahasa Arab dengan Syaikh

Ja’far, salah seorang sepupu ibunya, dan menimba ilmu lain pertama-tama dari Mirza

Mahmud Iftikhar al-‘Ulama, kemudian paman dari pihak ibunya, Haji Mirza

Muhammad Mahdi. Guru logika pertamanya adalah Mirza Riza Najafi, iparnya

sendiri. Terakhir, di antara instruktur beliau di Khomein yang pantas disebutkan

adalah abang tertua Imam, Murtaza. Dia mengajarkan

badi’

dan

ma’ani

dari kitab

37

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran, h.19.

38

(43)

Mutawwal

karya Najm Al-Din Katib Qazvini dan tata bahasa serta sintaksis dari

kitab-kitab Al-Suyuti.

39

Meski selama menempuh pendidikannya Imam Khomeini tidak melakukan

aktivitas politik, tiga aktivitas yang dilakukannya yaitu belajar, mengajar, dan

menulis dilandasi oleh keyakinannya akan bergeraknya aktivitas politik yang

dipimpin oleh para ulama atau tokoh-tokoh agama yang memiliki banyak pengaruh di

Iran. Di bawah kepemimpinannya, Imam Khomeini mempelajari ilmu fikih Islam

bersama-bersama rekan-rekannya yang membantunya dalam menggulingkan Dinasti

Pahlevi. Beberapa di antaranya adalah Ayatullah Mutahhari, Ayatullah Muntaziri dan

beberapa murid yang masih muda, Hujatulislam Muhammad Javad Bahonar dan

Hujatulislam Ali Akbar Hashimi-Rafsanjani.

40

Untuk dapat memahami sumbangsih beliau, kita harus mencamkan dua hal.

Pertama, Imam Khomeini berasal dari suatu tradisi Syiah Islam yang sedari dulu

menghindari kekuasaan duniawi, dengan keyakinan bahwa semua kekuasaan politik

tidak sah pada masa kegaiban Imam Kedua Belas. Kedua, Imam Khomeini

menaklukan seorang penguasa Reza Pahlevi, Syah Iran rekaan Barat yang rezimnya

mencapai puncak kekuatan dan menikmati dukungan penuh dan tak terbatas dari

kekuasaan Barat.

39

Abdar Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini (Depok: Iiman, 2009), h.38.

40

(44)

35

KARYA-KARYANYA

Imam Khomeini adalah penulis produktif, yang meliputi beragam tema Islam.

Karya perdananya adalah

Syarh

(penjelasan dalam bentuk catatan kaki) kitab

Ra’su

Al-Jalut.

Kemudian baliau menulis karya filsafat dalam bahasa Arab, yang berjudul

Mishbah Al-Hidayah,

pada usia 27 tahun. Dua tahun berikutnya, beliau menulis

Syarh Doa Sahur

. Tak lama berselang beliau menulis kitab

Syarh 40 Hadits

. Di

antara karya-karya awal Imam adalah Syarh kitab

Fuquk al-Hikam

dan

Miftah

al-Ghaib

, serta dua risalah berjudul

Sirr ash-Shalah

(

Mi’raj as-Salikin

dan

Risalah Ath

Thalab wa al-Iradah.

Namun demikian, karya pentingnya yang pertama adalah

Kasyful Asrar

,

selama awal-awal beliau menjadi guru di sekolah Faiziyah Qom. Selain itu, di antara

karya-karya awalnya terdapat pula kitab

Hadist Junud Al-‘Aql wa Al-Jahl,

yang

merupakan syarh atas sebuah Hadist di dalam kitab

Al-Kafi.

Beliau juga menulis

kitab

Adab ash-Shalah,

yang merupakan karya filosofis-mistis tentang ibadah shalat.

Sementara itu, karya penting pertamanya dalam bidang fiqih adalah

Ar-Rasail,

yang

terdiri atas dua jilid, memuat isu-isu fiqih seperti ijtihad dan taklid. sedangkan

Tahrir

Al-Wasilah

merupakan kitab fatwa –fatwa fiqihnya, yang mulai beliau tulis saat

dalam pengasingan di Turki dan selesai saat diasingkan di Irak.

Pendirian Imam Khomeini dalam bukunya itu merupakan sebuah revolusi

(45)

menyebut teorinya itu sebagai

Wilayat al-Faqih

(kepemimpinan kaum ulama). Oleh

karenanya, buku ini kerap disebut juga dengan istilah tersebut. Dia memuat 16 kuliah

Imam di hauzah Najaf, antara 23 Januari hingga 10 Februari 1970, yang berisi

argumennya bahwa fuqaha berkewajiban unuk memimpin, menjaga, mengawasi, dan

berorientasi kepada negara Islam.

Ajaran-ajaran Khomeini dapat dijumpai dalam karya-karyanya. Bukunya yang

berjudul

al-Hukumah al-Islamiyah

(Pemerintahan Islam) merupakan karyanya yang

paling populer. Dari sini tertuang pandangan-pandangan Khomeini dalam bidang

politik, terutama mengenai ide negara Islam yang berdasarkan prinsip

Wilayat

al-Faqih

(kepemimpinan kaum ulama).

B.

Peran Imam Khomeini Dalam Revolusi Iran

Tidak ada revolusi yang terjadi tanpa suatu kepemimpinan revolusioner.

Dalam situasi revolusioner manapun, pemimpin memainkan peran utama dalam

mengilhami dan memandu perjuangan menuju pemantapan dan terwujudnya

perubahan revolusioner, yang memicu aspirasi massa yang tidak puas, bersifat sentral

bagi generasi yang antusias, dan setia mendukung pergerakan revolusioner.

Kemunculan Imam Khomeini sebagai pemimpin pergerakan revolusioner Islam yang

meyakinkan utamanya bersumber dari karakter pribadi beliau yang unik. Gaya hidup

(46)

37

bahan cemoohan pendukung rezim pahlevi yang serba berlebihan, rakus, tidak jujur,

otoritarian, dan senang berwewah-mewahan.

41

Di masa pemerintahan Syah Iran, Iran mengakui berdirinya negara Zionis,

bersahabat dan mengadakan perjanjian dengannya. Namun sejak munculnya Revolusi

Islam Iran di tahun 1979 yang dipimpin Imam Khomeini, Iran tidak mengakui

berdirinya negara Zionis itu, memusuhi, dan menentangnya. Sepanjang dua model

pemerintahan ini, hubungan-hubungan yang terjadi didominasi peran politik AS di

kawasan Timur Tengah. Syah Iran adalah boneka setia AS. persahabatan dan

perjanjian kerja sama antara Iran dan Israel merupakan gambaran ambisi Syah Iran

Reza Pahlevi yang ingin tetap menjadi kaki tangan AS. Sebaliknnya, Revolusi Islam

Iran merupakan musuh besar AS di kawasan Timur Tengah. Permusuhan Iran

terhadap Israel merupakan konsekuensi logis dari permusuhan dan pertentangan

Revolusi Islam Iran terhadap AS.

42

Pada Januari 1963, Syah yang mengumumkan program reformasi berisi enam

poin, yang dijulukinya dengan Revolusi Putih ( White Revolution) yang sudah

diterangkan di bab sebelumnya. Imam Khomeini segera mengatur rapat dengan para

koleganya di Qom guna menekan mereka akan pentingnya menjegal rencana Syah.

akan tetapi Syah tetap saja tidak menunjukan tanda-tanda untuk mundur. Meski

begitu, Imam Khemeini tidak merasa gentar. Malahan beliau menekan ulama Qom

41

Abdar Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini, h.118-119.

42

(47)

untuk memboikot referendum yang dirancang Syah untuk memperoleh kesan

persetujuan masyarakat atas Revolusi Putihnya. Pada 22 Januari 1963 Imam

Khomeini mengeluarkan deklarasi tegas yang mengecam Syah dan rencananya.

Imam Khomeini tampil sebagai suara anti-pemerintah di antara minoritas

ulama yang menganggap Islam dan Iran tengah terancam bahaya dan kekuasaan

mereka melemah, dan yang mendukung keterlibatan politik kaum ulama. Program

modernisasi Barat yang dijalankan Syah (terutama pembaharuan hukum pertahanan

dan hak suara bagi kaum perempuan) dan ikatan erat Iran dengan AS, Israel dan

perusahaan-perusahaan multinasional, dan hak pilih perempuan yang diberikan

kepada perempuan oleh pemerintah di tahun 1962 dalam menghadapi oposisi para

ulama dipandang sebagai ancaman bagi Islam, kehidupan Muslim dan kemerdekaan

nasional Iran. Dari mimbarnya di Qum, Imam Khomeini menjadi suara oposisi yang

tidak mengenal kompromi melawan kekuasaan mutlak dan pemerintahan atau

pengaruh asing.

Pada 4 November 1964, pasukan tentara mengepung rumah Imam Khomeini

di Qom, kemudian menahan beliau. Imam pun langsung dibawa ke bandara

Mehrabad, Teheran, untuk menjalani hukuman di Turki. Perihal dipilihnya di Turki

karena rezim Syah mempunyai kerja sama di bidang keamanan. Pada tanggal 5

September 1965, Imam Khomeini meninggalkan Turki untuk menuju Najaf di Irak.

(48)

39

pembelajaran dan penziarahan Syi’ah. Di Najaf Imam Khomeini mengajarkan fiqih di

Madrasah Syaikh Murtaha Anshari.

Perkembangan pergerakan Islam yang tidak terhenti selama pengasingan

Imam Khomeini tidak seharusnya dinisbahkan kepada pengaruh beliau atau kepada

ulama yang berkaitan dengan beliau. Tanda yang paling

Gambar

Grafik di atas menunjukkan bahwa persentasi perempuan menjadi lebih

Referensi

Dokumen terkait

surat yang akan ditandatangani oleh Walikota/Wakil Walikota terlebih dahulu harus diparaf oleh Sekretaris Daerah yang sebelumnya harus diparaf oleh Asisten Sekretaris Daerah

Iba pang Pag-aaral na Kaugnay sa Time Management ôôô... Presentasyon, Pagsusuri at Interpretasyon ng

Perencanaan yang baik harus mencakup macam-macam jenis test dan standarisasi yang mana hal tersebut harus dapat dicapai baik di darat maupun di air pada saat sesi

Analisis ekstrak limbah cair empulur batang sagu baruk menunjukkan konsentrasi fenolik 112,04 mg asam galat/L konsentrasi flavonoid 30,10 mg kuersetin/L dan konsentrasi

LDR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa lebih kecil daripada Bank Asing, seharusnya NIM Bank Umum Swasta Nasional Devisa lebih kecil daripada Bank Asing, faktanya NIM

Hasil pertimbangan Pengadilan Negeri Kisaran menyatakan bahwa terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana bersalah melakukan tindak pidana “secara bersama-sama

Dari hasil analisis pada pengujian didapatkan bahwa sistem yang dibuat mampu melakukan proses steganografi video menggunakan DWT dengan pemilihan frame