• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

NEGATIVE PREDICTIVE VALUE

44 % 27 – 61 41% 25 – 56 NEGATIVE PREDICTIVE VALUE 69% 46 – 91 62% 35 – 88 RASIO KEMUNGKINAN + 1,18 0,82 – 1,72 1,02 0,73 – 1,43

RASIO KEMUNGKINAN - 0,68 0,28 – 1,67 0,94 0,36 – 2,46

BAB V

PEMBAHASAN

5. 1. PREVALENSI PONV

Skor prediksi PONV sekarang ini secara luas diterima untuk digunakan pada pekerjaan kita sehari – hari. PONV bisa dicegah, oleh karena itu dengan pendekatan prediksi PONV angka kejadian PONV bisa menurun. (8) Namun dari tatalaksana pemberian terapi pada PONV, profilaksis diberikan pada pasien dengan resiko tinggi karena pasien dengan resiko rendah tidak memberikan manfaat. (18)Dari hasil penelitian ini didapati kejadian PONV yang cukup tinggi yaitu 40%, dimana angka kejadiannya hampir sama dengan penelitian Choi dkk dan Rusch dkk (39% dan 38,3%).(5,11) Pada penelitian yang dilakukan Apfel didapati angka kejadian PONV mencapai 44% sedangkan Koivuranta mencapai 52%.(20) Hal ini menunjukkan bahwa perlunya penanganan yang komprehensif dalam mengelola PONV.

5. 2. GAMBARAN KARAKTERISTIK HASIL PENELITIAN

Dari penelitian ini dijumpai jumlah perempuan lebih banyak yaitu 33 orang (66 %) dan laki – laki sebanyak 17 orang (34 %). Hal ini juga dijumpai pada penelitian prediksi PONV sebelumnya dimana pada penelitian yang dilakukan Apfel didapati perempuan 57%, Koivuranta dengan 66%, dimana dari ketiga penelitian ini prevalensi PONV lebih dari 30%. (9,10) Begitu juga pada penelitian yang dilakukan Pierre et al dimana prevalensi PONV 49,5% didapati sampel perempuan 90%.(8, 13) Bisa dilihat dari beberapa penelitian bahwa jenis kelamin perempuan merupakan salah satu prediktor yang kuat terhadap PONV.

Jumlah operasi terbanyak yaitu operasi THT, namun frekuensi PONV terbanyak didapati pada pasien yang mengalami operasi payudara yaitu 35% dari keseluruhan penderita PONV. Namun penelitian sebelumnya menunjukan tipe operasi maxillofacial, ginekologi dan operasi thyroid menunjukkan angka > 50%.(5) Pada penelitian yang dilakukan Koivuranta PONV paling banyak terjadi pada pasien dengan operasi ginekologi yaitu 52% dari seluruh pasien yang menjalani anestesi umum, begitu juga pada penelitian Apfel yang mengatakan bahwa insiden tertinggi terjadi pada pasien wanita yang menjalani operasi laparatomi atas indikasi gangguan ginekologi.(9,10) Pada penelitian yang dilakukan Apfel dan Koivuranta operasi payudara tidak diikutkan dalam penelitian. Begitu juga pada penelitian ini tidak semua jenis operasi dimasukkan ke dalam penelitian mengingat sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai hubungan PONV dengan jenis operasi. Jenis operasi yang dimasukkan hanyalah jenis operasi yang mempunyai kemungkinan terjadinya PONV lebih besar sesuai dengan faktor resiko pembedahan.(2) Selain itu nilai pada skor prediksi PONV yang memasukkan jenis operasi pada skornya tidak memiliki nilai lebih tinggi pada kurve ROC dibandingkan skor Apfel dan skor Koivuranta. Namun perlu dipertimbangkan pemberian profilaksis PONV pada jenis operasi tertentu mengingat belum adanya baku emas pada skor prediksi PONV.

5. 3. UJI DIAGNOSTIK SKOR PREDIKSI PONV APFEL DAN

KOIVURANTA

Pada uji diagnostik yang dilakukan pada penelitian ini didapati persamaan sensitivitas antara Apfel dan Koivuranta yaitu 75% dan perbedaan yang sedikit pada spesifisitas yaitu Apfel dengan 37% dan Koivuranta 27 %. Hal ini menunjukkan bahwa kedua skor prediksi yang diteliti sama – sama mempunyai kemampuan dalam menentukan pasien yang mana yang tidak akan mengalami PONV, maksudnya pada pasien dengan skor rendah lebih mungkin tidak mengalami PONV. Sedangkan kurang baik dalam menentukan pasien mana yang akan mengalami PONV, maksudnya pasien dengan skor tinggi masih mungkin tidak mengalami PONV. Hal ini sesuai dengan nilai prediksi positif pada Apfel dan Koivuranta yang rendah 44% dan 41%, dimana nilai prediksi negatifnya 69% dan 62%. Namun kelemahan dalam penelitian ini data tidak diolah dengan menggunakan ROC, dimana keduanya bisa dibandingkan secara langsung.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Van den Bosch dkk dilakukan perbandingan tiap skor dengan hasil PONV yang terjadi. Hasilnya menunjukkan bahwa pada peningkatan skor pada Apfel dan Koivuranta, proporsi pasien yang akan menerima profilaksis semakin kecil, sehingga hasilnya tidak relevan.(20) Seharusnya makin tinggi skor maka proporsi pasien yang seharusnya mendapatkan profilaksis semakin tinggi. Pada penelitian ini yang membandingkan antara Apfel dan Koivuranta skor ini tidak dibandingkan berdasarkan kemampuan memprediksi berdasarkan resiko terhadap PONV, namun setiap nilai skor diuji diagnostik langsung terhadap PONV. (20) Apfel sendiri telah mengemukakan bahwa skor diatas atau sama dengan 2 sebaiknya diberikan obat profilaksis PONV .(9) Pada penelitian yang saya lakukan di RSUP H Adam Malik, uji diagnostik dilakukan dengan titik potong (cut off point) sesuai dengan pemberian profilaksis dimana dibedakan antara resiko rendah (skor 0 – 1) dengan resiko tinggi (skor 2 – 5). Sehingga nilai uji diagnostik bisa digunakan sebagai penentu kaurasi walaupun perbandingan langsung menggunakan ROC tidak bisa dilakukan. Selain itu dengan pemberian profilaksis PONV pada pasien dengan resiko tinggi angka kejadian PONV menurun secara signifikan seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Bieldler dkk yaitu dari 47% menjadi 39%. (21)

Pada penelitian – penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sistem skor yang dibuat menjadi kurang akurat bila diuji pada pasien baru bila dibandingkan dengan

penelitian awalnya. (20) Sehingga sebelum sistem skor yang kita gunakan bisa dipakai sehari – hari sebaiknya diuji di berbagai populasi. Sedangkan pada penanganan PONV diperlukan alat diagnostik yang sensitifitas dan spesifisitasnya tinggi sehingga pasien dengan resiko rendah tidak perlu diberikan profilaksis. Namun kita masih bisa menggunakan sistem skor prediksi PONV dengan sebelumnya melakukan penelitian untuk mengkaliberasi ulang sistem skor PONV tersebut sebelum digunakan pada institusi tempat kita bekerja.

Dari hasil diatas bisa diambil kesimpulan kedua skor ini sama baiknya dalam menentukan prediksi PONV. Namun bila dilihat dari nilai spesifisitas serta jumlah variabel yang harus dilihat sebelum operasi maka skor Apfel akan lebih sederhana dan tidak memerlukan prediksi lama operasi seperti pada Koivuranta, sehingga peneliti menganjurkan menggunakan skor Apfel sebagai sistem skor prediksi PONV sama seperti penelitian yang dilakukan Andreas B dkk yang juga menggunakan skor Apfel dalam menentukan resiko PONV.(21)

 

BAB VI

Dokumen terkait