• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1848, dan dijadikan sebagai tanaman ornamen yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang sangat penting.

Taksonomi pada kelapa sawit, sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Family : Palmaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensisJacq

Secara morfologi, kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang memiliki batang tumbuh lurus, yang pada umumnya tidak bercabang, serta tidak memiliki kambium. Tanaman ini merupakan tanaman monoecious dimana bunga jantan dan bunga betina berada dalam satu pohon dengan tandan yang terpisah. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi bagian vegetatif yang terdiri atas akar batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri atas bunga dan buah.

Akar kelapa sawit merupakan akar serabut yang terdiri atas sistem akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Akar primer ini berdiameter 4-10 mm. Akar primer ini akan bercabang manjadi akar sekunder yang berdiameter 1-4 mm, dan bercabang lagi menjadi akar tersier yang berdiameter 0.5-1.5 mm. Cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar kuarter (Setyamidjaja, 2006).

Batang kelapa sawit bulat panjang tidak bercabang, dan berdiameter 25– 75 cm, serta terus bertambah tinggi selama tanaman hidup (Fauzi, 2007). Pertumbuhan pada awal setelah fase muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa

sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis.

Daun kelapa sawit termasuk daun majemuk yang terdiri atas pelepah dengan panjang 7.5-9 m (Fauzi, 2007). Daun pertama yang tumbuh pada stadium benih berbentuk lanset, dan akan tumbuh berbentuk menyirip pada daun dewasa. Bagian di pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisinya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua, dan di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun.

Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan silang yang artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk.

Buah kelapa sawit tersusun atas kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embrio) (Pahan, 2008).

Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari enam bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment, agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut yakni dura, tenera, dan pisifera. Varietas unggul kelapa sawit adalah varietas Dura sebagai induk betina dan Pisifera sebagai induk jantan. Hasil persilangan tersebut memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih baik :

1. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.

2. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.

3. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnya hampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.

Menurut Fauzi (2007) kelapa sawit berdasarkan warna kulit buah dibedakan atas : 1. Nigresens

Nigresens memiliki ciri buah dengan warna kulit ungu sampai hitam saat muda dan berwarna jingga kehitam-hitaman pada waktu matang.

2. Verescens

Verescens adalah jenis kelapa sawit dengan warna kulit buah hijau saat muda dan ketika matang berwarna jingga kemerahan tetapi ujungnya tetap kehijau-hijauan.

3. Albescens

Albesens sesuai dengan namanya adalah kelapa sawit dengan buah yang kulitnya berwarna keputih-putihan saat muda dan berwarna kuning pucat atau kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam-hitaman pada saat matang.

Kondisi Iklim

Kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan– hutan, lalu dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis, secara umum dapat dikatakan kondisi iklim yang cocok bagi kelapa sawit terletak antara 15° LU - 15° LS (Pahan, 2006). Daljuni (1983) menyatakan penyebab utama keberhasilan atau kegagalan suatu pertanian di daerah tropis adalah pengaruh iklim setempat. Keadaan iklim dan tanah merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor– faktor lainnya seperti sifat genetika, dan perlakuan budidaya.

Suhu Udara dan Lama Penyinaran Matahari

Suhu rata-rata tahunan dalam geografi dimana untuk penyebaran pertanaman kelapa sawit komersial (budidaya) yaitu rata-rata suhu minimum berkisar antara 220C - 240C, dan maksimum antara 290C - 330C (Hardon, Rajanaidu and Vossen, 2002). Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari (Litbangtan, 2008). Rata-rata penyinaran 6 jam/hari, minimum 1600 jam/tahun dengan intensitas di atas 60%.

Kelembaban Udara, dan Kecepatan Angin

Kelembaban udara yang baik untuk tanaman kelapa sawit yaitu 80-90% (Risza, 2010). Kelembaban udara optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin pada kelapa sawit memberikan dua pengaruh yaitu bila angin dengan kecepatan 5-6 km/jam akan membantu dalam proses penyerbukan (Fauzi, 2007). Kecepatan angin yang lebih dari 160 km/jam (badai tropis) akan merusak tanaman.

Curah Hujan

Tanaman kelapa sawit umumnya dikembangkan pada daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, yaitu lebih dari 2 000 mm/tahun, serta optimalnya 2 000-3 000 mm yang merata sepanjang tahun (Murtilaksono, Siregar, dan Darmosarkoro, 2007). Kebutuhan efektif tanaman kelapa sawit terhadap curah hujan hanya berkisar antara 1 300-1 500 mm/tahun atau rata-rata 108-125 mm/bulan atau 3 – 4 mm/hari (Risza, 2010). Curah hujan yang rendah dapat menyebabkan water deficit. Water deficit mulai berpengaruh terhadap produksi jika mencapai tingkat 300 mm/tahun atau <60 mm/bulan dan terjadi secara terus menerus, serta tidak hujan selama beberapa bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan sulitnya upaya peningkatan kualitas jalan, pembukaan lahan, pemeliharaan, pemupukan, dan pencegahan erosi.

Jenis Tanah dan Topografi

Tanah merupakan suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair, gas, dan mempunyai sifat perilaku yang dinamik. Jenis tanah diantaranya untuk budidaya kelapa sawit seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan alluvial (Tambunan, 2008). Sifat fisik tanah pada kelapa sawit yaitu bersolum >80 cm tanpa ada lapisan padas, serta memiliki tekstur lempung atau liat dengan komposisi pasir 20–60%, debu 10–40 %, liat 20–50%. Sifat kimia tanahnya yaitu dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi hara mineralnya. Drainase pada kelapa sawit harus baik, kondisi tanah tergenang akan menyebabkan kelapa sawit kekurangan oksigen dan menghambat penyerapan unsur hara. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah.

Kondisi lahan yang sesuai untuk pertanaman kelapa sawit adalah lahan dengan topografi datar sampai berombak, dengan lereng 0-15% dan tumbuh di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut.

Umur Tanaman

Rata-rata berat tandan akan meningkat sejalan dengan umur tanaman, sedangkan jumlah tandan akan menurun dengan bertambahnya umur tanaman (Siregar, 1998). Produktivitas tanaman akan meningkat secara tajam dari umur 3-7 tahun dan mencapai puncaknya ketika tanaman berusia sekitar 15 tahun dan akan mulai menurun hingga tiba saatnya untuk di tanam ulang pada umur tanaman 25 tahun. Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Untuk tanaman yang semakin tua produktivitasnya akan menurun menjadi 12-14 tandan/tahun.

Tenaga Kerja

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 pasal 1 menyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas memanen atau menurunkan tandan buah segar dari pokok kelapa sawit dengan kriteria tingkat kematangan tertentu. Keberadaan tenaga kerja panen dalam perkebunan kelapa sawit menentukan produksi yang dapat dihasilkan oleh perkebunan, sehingga tenaga kerja merupakan sumber daya, dimana kebutuhan yang besar terhadap tenaga kerja menjadi salah satu faktor produksi yang berperan sangat besar terhadap perkembangan ekonomi di sektor perkebunan.

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari. Bumitama Gunajaya Agro, Kabupaten Kotawaringin, Kalimantan Tengah selama 3 bulan yang dimulai dari 13 Februari 2012 sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan magang adalah mempelajari dan melaksanakan praktik kerja langsung di lapang selama tiga bulan baik aspek teknis maupun manejerial kebun, serta melakukan wawancara, dan diskusi dengan karyawan dan staf di kebun. Kegiatan lapang yang dilakukan selama tiga bulan adalah menjadi Karyawan Harian Lepas (KHL) selama tiga minggu, pendamping mandor selama tiga minggu, serta menjadi pendamping asisten selama enam minggu.

Kegiatan sebagai karyawan harian lepas dilakukan selama tiga minggu dengan mengikuti kegiatan di kebun dari mulai kegiatan pemupukan, penyemprotan, panen, dan perawatan serta membuat jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas (Lampiran 1). Kegiatan pendamping mandor dilakukan dengan menjadi pendamping mandor satu, mandor panen, mandor perawatan, mandor semprot, mandor pupuk, dan kerani panen serta kerani divisi (Lampiran 2). Kegiatan sebagai pendamping mandor yang dilakukan penulis yaitu membantu mengawasi kegiatan yang berlangsung di lapang, membuat Laporan Harian Mandor (LHM), serta membuat mutu hancak mandor. Kegiatan sebagai kerani panen yaitu menggrading buah, menentukan basis per seksi panen, sedangkan sebagai kerani divisi yaitu membantu mengabsensi karyawan, dan memasukan data. Kegiatan sebagai pendamping asisten yaitu membantu asisten dalam hal merencanakan kegiatan, mengorganisasi karyawan dalam melakukan pekerjaan, dan mengawasi kegiatan yang sedang berlangsung (Lampiran 3).

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dan pengumpulan data serta informasi dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder yang masing-masing terbagi menjadi dua bagian, yaitu data untuk laporan umum dan data untuk laporan khusus atau terkait dengan analisis produktivitas. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di kebun. Data primer untuk laporan umum terdiri atas data prestasi kerja penulis selama tiga bulan, sedangkan data primer untuk analisis produktivitas yaitu data taksasi panen harian yang dilakukan penulis. Pengumpulan data sekunder untuk laporan umum diperoleh dari arsip perkebunan, antara lain letak gografis, tata guna lahan, kondisi tanaman dan lahan, struktur organisasi, dan data manajemen perusahaan. Data sekunder untuk analisis produktivitas yaitu terdiri dari data produktivitas kelapa sawit (Lampiran 4) dan data tenaga kerja panen tahun 2010-2011, serta data curah hujan dan hari hujan tahun 2008-2011 di SDME (Lampiran 5). Data iklim yang digunakan terdiri dari data suhu, kelembaban, kecepatan angin dan lama penyinaran di wilayah Palangkaraya tahun 2008-2011 yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) (Lampiran 6).

Teknik pengambilan data untuk sensus produksi harian atau taksasi panen dilakukan dengan mengambil luasan tiga hektar dari tiap-tiap blok, sehingga terdapat enam pasar pikul tiap blok. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah janjang/pokok yang dapat dipanen pada esok hari dengan kriteria tiga brondolan di piringan dan jumlah pokok produktif. Kegiatan estimasi produksi dilakukan untuk melihat berapa perkiraan buah yang akan di panen, data tersebut juga berguna untuk menghitung kapasitas olah pabrik.

Teknik pengambilan data untuk komponen produksi dilakukan dengan mengambil luasan satu hektar dari tiap-tiap blok contoh, blok contoh yang dijadikan sampel merupakan blok yang mewakili tiap tahun tanam di Serawak Damai Estate Divisi 1, yaitu blok dengan tahun tanam 2004, 2005, 2006, 2007, dan 2008. Pengambilan sampel baris dilakukan pada nomor baris 10 untuk baris sampel pertama dan selang 10 baris untuk baris selanjutnya, sehingga nomor baris sampel yaitu baris 10, 20, 30 dan 40.

Analisis Data Dan Informasi

Model yang digunakan untuk menganalisis produktivitas kelapa sawit adalah model analisis regresi linear berganda. Alat bantu untuk mengolah data menggunakan Minitab 14 dan Eviews. Regresi linear berganda adalah regresi yang meramalkan hubungan antara satu variabel tidak bebas (Y), berdasarkan hasil pengukuran lebih dari satu variabel bebas (X) (Walpole, 1997). Model analisis regresi linear berganda merupakan model yang bertujuan untuk mempresentasikan pola hubungan fungsional, satu variabel tidak bebas yang dipengaruhi oleh lebih dari satu variable bebas.

Variabel tidak bebas adalah variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas dan dinotasikan dengan Y. Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah produktivitas kelapa sawit, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel tidak bebas dan dinotasikan dengan X. Variabel bebas pada penelitian ini adalah suhu, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran, curah hujan, hari hujan, umur tanaman, dan tenaga kerja.

Model persamaan untuk analisis faktor-faktor produktivitas kelapa sawit sebagai berikut :

Y = β0+ β1X1+ β2X23X3+ β4X4+ β5X5+ β6X67X78X8

Y = Produktivitas kelapa sawit

β0 = Titik potong Y, merupakan nilai perkiraan bagi Y ketika X=0 (garis Y memotong sumbu X)

β1, β2,.., β8 = Koefisien regresi atau perubahan rata-rata Y untuk setiap satu unit perubahan (naik atau turun) pada variabel X, dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

X1 = Suhu (0C)

X2 = Kelembaban (%)

X3 = Kecepatan Angin (knots) X4 = Lama penyinaran (%) X5 = Curah hujan (mm) X6 = Hari hujan (hari)

X7 = Umur tanaman (bulan) X8 = Tenaga kerja (hok)

Model yang digunakan dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda ini, dapat terjadi beberapa keadaan yang dapat menyebabkan estimasi koefisien regresi tidak lagi menjadi penduga koefisien tak bias terbaik, sehingga diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan. Uji Asumsi klasik digunakan untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan. Kelayakan model regresi dapat terlihat dari data yang dihasilkan terdistribusi normal, dan tidak terdapat multikolinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi dalam model yang digunakan. Keseluruhan syarat tersebut bila terpenuhi berarti model analisis telah layak digunakan.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel tidak bebas dan variabel bebas memiliki data yang terdistribusi normal atau tidak. Data yang terdistribusi normal menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai ekstrim yang nantinya dapat mengganggu hasil data penelitian. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Kriteria Uji :

H0 diterima : distribusi data normal, bila p-value >α 5%

H0 ditolak : distribusi data tidak normal, bila p-value < α 5%

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linear berganda. Adanya korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, menyebabkan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya menjadi terganggu.

Alat statistik yang sering dipergunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan melihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF <10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar

variabel bebas dalam model regresi. Nilai VIF >10, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji Breusch-pagan-Godfrey. Model yang baik didapatkan jika p-value lebih besar dari alpha yang digunakan.

Kriteria uji :

Terima H0 : terjadi Homoskedastisitas, bila p-value >α 5%

Tolak H0 : terjadi Heteroskedastisitas, bila p-value < α 5%

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 yang dapat menyebabkan parameter menjadi bias. Uji Breusch-pagan-Godfrey merupakan salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dan dapat dilihat dari p-value.

Kriteria uji :

Terima H0 : tidak ada autokorelasi, bila p-value >α 5

KONDISI UMUM KEBUN

Profil Perusahaan

PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan agribisnis yang mengelola perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit. BGA memiliki visi yaitu World Class Company dan misi yaitu kemakmuran perusahaan, karyawan,dan masyarakat. Nilai yang dijunjung oleh BGA adalah moralitas yaitu etika profesi, etika sosial, etika lingkungan. Kapabilitas yaitu kemampuan profesi, kemampuan team work, kemampuan adaptasi. Integritas yaitu profesi, perusahaan dan lingkungan.

Perkembangan perkebunan BGA Group sangat pesat. Perkembangan dimulai pada tahun 1998 dengan dibangunnya PT Karya Makmur Bahagia (KMB) di Kalimantan Tengah, seluas 255 ha, kemudian dilanjutkan akuisisi PT Windu dan PT Surya Barokah sebagai langkah percepatan ekspansi sehingga sampai dengan tahun 2003 dicapai luasan tanam 13 420 ha yang saat ini sudah memasuki masa tanaman menghasilkan. Percepatan tanam yang spektakuler dimulai sejak tahun 2004 dengan pencapaian luasan tanam 7 718 ha tahun 2005 dengan pencapaian luasan tanam 12 040 ha dan tahun tanam 2006 dengan pencapaian luasan tanam 12 371 ha. Total luasan tanam sampai dengan akhir tahun 2006 mencapai 45 549 ha.

Keadaan Umum Kebun

Wilayah kerja PT BGA ada di Provinsi Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan dibagi menjadi sembilan areal. Areal satu sampai lima berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Areal enam sampai delapan di Provinsi Kalimantan Barat, dan areal sembilan di Provinsi Riau.

Areal empat yang terletak di Seluncing, Kalimantan Tengah terdapat dua perusahaan yaitu PT Windu Nabatindo Abadi dan PT Windu Nabatindo Lestari. Masing-masing perusahaan terdapat tiga estate yaitu pada PT Windu Nabatindo Abadi terdiri dari Sungai Behaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), serta Bangun Koling Estate (BKLE). PT Windu Nabatindo Lestari terdapat tiga kebun yaitu Pelantaran Agro Estate (PAGE), Selucing Agro Estate (SAGE), dan Serawak Damai Estate (SDME).

Lokasi dan Wilayah Administratif

Lokasi Serawak Damai Estate terletak di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Batas wilayah Serawak Damai Estate bagian utara berbatasan langsung dengan PT Bisma Darma Kencana. Bagian selatan berbatasan dengan Selucing Agro Estate dan kebun masyarakat. Bagian sebelah timur berbatasan langsung dengan kebun masyarakat, dan sebelah barat berbatasan dengan Selucing Agro Estate (Lampiran 7).

Keadaan Iklim dan Tanah

Keadaan iklim di Serawak Damai Estate yaitu memiliki lama penyinaran rata-rata 5 jam/hari. Rata-rata suhu di SDME ini 26.70C. Serawak Damai Estate merupakan estate dengan kategori lahan marginal. Tanah terdiri dari inceptisol, entisol, ultisol.

Tanah inceptisol merupakan tanah muda tetapi lebih berkembang daripada entisol. Umumnya mempunyai horizon kambik, karena tanah belum berkembang lanjut kebanyakan tanah ini cukup subur (Hardjowigeno, 2007). Inceptisol dapat terbentuk hampir di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutub tropika.

Tanah ultisol berasal dari proses pelapukan yang sangat intensif karena berlangsung pada daerah tropika dan tropika yang bersuhu panas dan bercurah hujan tinggi. Tanah ulitisol dicirikan oleh adanya horison argilik yaitu horizon yang terbentuk akibat penimbunan liat di horizon bawah, dan bersifat masam, serta kejunuhan basa (berdasarkan jumlah kation) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah <35% (Hardjowigeno, 2007). Sebagian tanah ini merupakan tanah low activity clay (LAC)yaitu tanah dengan dominasi koloid liat beraktivitas rendah ang tergolong tanah mineral marginal.

Tanah entisol adalah tanah-tanah dengan regolit dalam. Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum membentuk horison pedogenik yang nyata. Karakteristik atau sifat tanah entisol mempunyai kejenuhan basa yang bervariasi, pH dari asam, netral sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horizon A maupun C, mempunyai nisbah C/N <20% di mana tanah yang mempunyai tekstur kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan

tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang daripada tanah yang lebih halus. Pencucian hara tanaman meskipun tidak ada dan relatif subur, untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi biasanya membutuhkan pupuk N, P dan K.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Areal empat memiliki enam estate dengan total luas areal 19 479 ha. Pelantaran Agro Estate (PAGE) memiliki luasan kebun 2 801 ha, Selucing Agro Estate (SAGE) memiliki luasan 3 324 ha, dan Serawak Damai Estate (SDME) luasan kebun 3 765 ha. PT Windu Nabatindo Abadi terdiri dari tiga kebun juga yaitu Sungai Behaur Estate (SBHE) dengan luasan kebun 3 987 ha, Sungai Cempaga Estate (SCME) dengan luasan kebun 3 097 ha, serta Bangun Koling

Dokumen terkait