• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Niat untuk Berperilaku (Y1) berpengaruh positif terhadap Perilaku dalam Kegiatan Perikanan Tangkap”

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis 5: “Niat untuk Berperilaku (Y1) berpengaruh positif terhadap Perilaku dalam Kegiatan Perikanan Tangkap”

Tabel 14 Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah niat untuk berperilaku terhadap perilaku:

Hubungan Antar Peubah

Total Koefisien t-hitung R² Langsung Tidak Langsung Niat untuk Berperilaku  Perilaku 0,68 - 6.41 0,47

Gambar 9 dan Tabel 14 menunjukkan pengaruh peubah niat untuk berperilaku terhadap perilaku nelayan sebesar 0,68. Secara matematik persamaan model struktural perilaku nelayan adalah Y2 = 0,68 Y1. Jadi, setiap peningkatan satu satuan niat untuk berperilaku, akan meningkatkan perilaku sebesar 0,68 satuan. Koefisien determinasi pengaruh peubah tersebut pada perilaku ialah 47 persen, akibatnya 53 persen pengaruh peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian hipotesis 5 diterima.

Pembahasan

Theory Planned Behavior dalam Menggambarkan Perilaku Nelayan di Pantai Utara Jawa Barat

Temuan penelitian ini membuktikan bahwa Theory Planned Behavior (TPB) dapat digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku nelayan artisanal memanfaatkan sumberdaya perikanan tangkap di pantai Utara Jawa Barat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengaruh peubah karaktersitik, sikap, kepatuhan nelayan kepada patron, kemampuan berperilaku, niat untuk berperilaku terhadap perubah perilaku. Koefisien determinasi pengaruh peubah-peubah tersebut terhadap perilaku ialah 47 persen, ada 53 persen pengaruh peubah lain yang memengaruhi perilaku yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Peubah karakteristik berpengaruh secara positif terhadap peubah sikap, kepatuhan nelayan kepada patron dan kemampuan berperilaku sebesar 0,15, 0,22 dan 0, 27. Temuan ini sejalan dengan penelitian Martin et al (2010) Using the Theory of Planned Behavior to

Predict Gambling Behavior menemukan adanya hubungan positif antara karakteristik

individu seperti jenis kelamin, golongan etnik, status sosial keterlibatan dalam Greek (Greek

affiliation) terhadap sikap, kepatuhan kepada patron dan kemampuan berperilaku responden

terhadap kegiatan berjudi. Demikian pula penelitian Monica et al (2010) What Role Do Social Norms Play in the Context of Men’s Cancer Screening Intention and Behavior?

Application of an Extended Theory of Planned Behavior, Smith et al (2008) Can the Theory

of Planned Behavior Help Explain Men’s Psychological Help-Seeking? Evidence for a

Mediation Effect and Clinical Implications, Collin dan Carey(2007) The Theory of Planned

Behavior as a Model of Heavy Episodic Drinking Among College Students kegiatan heavy

episodic drinking (HED) dan Baughan (2003) berjudul Drivers’ Compliance With Speed

Limits: An Application of the Theory of Planned Behavior.

Nelayan artisanal di pantai Utara Jawa Barat, karaktersitik yang dicirikan dengan keragaman ukuran perahu, jumlah anak buah kapal dan ukuran mesin perahu, memberikan latarbelakang perbedaan kondisi sosial mereka yang memengaruhi sikap, kepatuhan nelayan kepada patron dan kemampuan berperilakunya. Menurut Ajzen (2005), karakteristik individu sebagai faktor latarbelakang (background factor) menunjukkan bahwa tiap individu berbeda lingkungan sosialnya seperti umur, jender, pendidikan, penghasilan,

agama, kepandaian dan pengalamannya dan menggambarkan beragam informasi yang memengaruhi kepercayaan individu tersebut.

Pengaruh peubah karaktersitik individu terhadap kemampuan berperilaku, lebih besar dibanding pengaruh peubah karakteristik individu terhadap sikap dan kepatuhan nelayan kepada patron. Hal ini karena semakin tinggi karakteristik nelayan yang ditunjukkan dengan ukuran perahu, jumlah anak buah kapal dan ukuran mesin perahu menyebabkan semakin besar kemampuan berperilaku nelayan (atau semakin yakin nelayan dapat menghilangkan kendala-kendala yang ia persepsikan akan menghambat perilaku yang akan dilaksanakannya). Bagi nelayan astisanal di pantai Utara Jawa Barat, ukuran perahu, jumlah anak buah kapal dan ukuran mesin perahu merupakan modal penting bagi mereka melaksanakan kegiatan penangkapan ikan. Pada nelayan yang tidak menggunakan alat tangkap yang merusak sumber daya laut (jaring sero, jaring lempara dan alat bantu tangkap

rumpon), besarnya ukuran perahu, mesin perahu memungkinkan mereka melaut lebih jauh,

lebih lama dan lebih produktif dengan jumlah anak buah kapal yang cukup.

Peubah sikap, kepatuhan nelayan kepada patron dan kemampuan berperilaku berpengaruh positif terhadap peubah niat untuk berperilaku sebesar 0,26, 0,46 dan 0,55. Temuan penelitian ini sesuai dengan penelitian Orbell and Hagger (2006) “When No Means

No”: Can Reactance Augment the Theory of Planned Behavior? Suatu studi longitudinal

yang menegaskan adanya hubungan antara sikap, kepatuhan kepada patron dan kemampuan berperilaku dengan niat untuk berperilaku responden wanita dalam melakukan kunjungan menjalani pengobatan penyakit kanker rahim. Eng dan Ginis (2007) The Theory of Planned Behavior in Prediction of Leisure Time Physical Activity Among Individuals With Spinal

Cord Injury dan Martin et al (2010) Using the Theory of Planned Behavior to Predict

Gambling Behavior.

Peubah kemampuan berperilaku merupakan peubah yang paling besar memberikan pengaruh terhadap peubah niat untuk berperilaku nelayan. Hal ini berarti niat untuk berperilaku positif nelayan pada kegiatan penangkapan ikan, lebih ditentukan oleh kemampuan berperilaku (kendala-kendala yang dipersepsikan oleh nelayan akan menghambat perilakunya). Kendala-kendala tersebut dalam bidang penggunaan alat tangkap, penggunaan alat bantu tangkap dan persiapan operasi penangkapan menentukan.

Pada nelayan artisanal di pantai Utara Jawa Barat, penggunaan alat tangkap secara tidak langsung akan memengaruhi niat untuk berperilaku positif nelayan karena nelayan

secara bebas dapat menggunakan beragam jenis alat tangkap yang bersifat merusak dan tidak merusak sumberdaya laut. Meskipun aturan tentang penggunaan jaring trawl dasar masih berlaku, namun penegakkan aturan tersebut tidak terwujud. Nelayan di pantai Utara Jawa Barat dengan bebas menggunakan jaring trawl dasar (dengan beragam variannya seperti jaring apollo dan garok) yang merusak sumberdaya laut, sementara di saat bersamaan juga ada nelayan yang menggunakan jenis alat tangkap yang tidak merusak sumberdaya laut, seperti pancing, jaring lempara dengan rumpon, bubu dan sebagianya.

Peubah niat untuk berperilaku berpengaruh positif dengan peubah perilaku sebesar 0,68. Temuan ini sesuai dengan penelitian Lowe, Bennett, Walker dan Milne (2003) A Connectionist Implementation of the Theory of Planned Behavior: Association of Beliefs

With Exercise Intention, Senn dan Ledgerwood (2001) Predictors of Intention to Use

Condoms Among University Women: An Application and Extension of the Theory of

Planned Behaviour, menegaskan adanya hubungan positif anatara niat responden pelajar

wanita untuk menggunakan kondom dengan perilaku seksualnya, Courneya (1995)

Understanding Readiness for Regular Physical Activity in Older Individuals: An

Application of the Theory of Planned Behavior, Al-Majali dan Nik Mat (2010) Application

of Decomposed Theory of Planned Behavior on Internet Banking Adoption in Jordan,

Monica et al (2010) What Role Do Social Norms Play in the Context of Men’s Cancer Screening Intention and Behavior? Application of an Extended Theory of Planned

Behavior, Smith et al (2008) berjudul Can the Theory of Planned Behavior Help Explain

Men’s Psychological Help-Seeking? Evidence for a Mediation Effect and Clinical

Implications, Collin et al (2007) berjudul The Theory of Planned Behavior as a Model of

Heavy Episodic Drinking Among College Students dan Baughan (2003) berjudul Drivers’

Compliance With Speed Limits: An Application of the Theory of Planned Behavior.

Besarnya hubungan niat untuk berperilaku terhadap perilaku 0,68 pada nelayan artisanal di pantai Utara Jawa Barat, menunjukkan tidak semua niat untuk berperilaku diwujudkan dalam bentuk perilaku. Menurut Ajzen (2005), dalam asumsi TPB, untuk berperilaku, manusia (a) bersifat rasional dan menggunakan informasi yang ada secara sistematik dan (b) memahami dampak perilakunya sebelum memutuskan untuk mewujudkan atau tidak perilaku tersebut. Pada nelayan artisanal di pantai Utara Jawa Barat, tidak terwujudnya seluruh niat untuk berperilaku menjadi perilaku disebabkan karena mereka memiliki keterbatasan informasi tentang dampak jangka panjang yang akan

ditimbulkan karena penggunaan alat tangkap trawl dasar yang merusak sumberdaya laut. Atau, justru mereka memiliki rasional sendiri yang beranggapan banyak nelayan menggunakan jaring trawl dasar, maka untuk dapat bersaing saat menangkap ikan maka ia harus pula menggunakan trawl dasar juga.

Secara keseluruhan, temuan penelitian ini juga dikuatkan dengan hasil penelitian lain yang melihat perilaku dengan menggunakan Theory Planned Behavior (TPB). Penelitian tersebut seperti Beedell dan Rehman (2000) Using Social Psychology Models to

Understand Farmers’ Conservation Behavior, Morrison (2002) Teen Sexual Behavior:

Application of the Theori Reasoned Action, Arifin (1995) Hubungan Sikap dan Norma

Subjektif dengan Intensi Bersanggama pada Mahasiswa di Jakarta, Sean Charlene (2001)

Predictor of Intention to Use Condoms Among University Womens: An Apprication and

Extention of The Theory Planned Behavio, Mark, Conner (2002) The TPB and Health

Eating, Mark A, Elliot (2003) Driver’s Compliance with Speed Limits an Application of the

TPB, Carey, Kate B (2007) The TPB as a Model of Heavy Episodic Drinking Among

College Student, Ginis, Martin (2007) Using TPB to Predict Leisure Time Physical Activity

Kidney Disease, Ryan J, Martin (2010) Using the TPB to Predict Gambling Behavior,

Rosalie, Shemanski Aldrich dan Julie Cerel (2009) The Development of Effective

MessageContent for Suicide Intervention Theory of Planned Behavior, Susan E. Collins dan

Kate B. Carey (2007) The Theory of Planned Behavior as a Model of Heavy Episodic

Drinking Among College Students, Jeffrey J. Eng dan Kathleen A. Martin Ginis (2007)

Using the Theory of Planned Behavior to Predict Leisure Time Physical Activity Among

People With Chronic Kidney Disease, Melissa N. Galea dan Steven R. Bray (2006)

Predicting Walking Intentions and Exercise in Individuals With Intermittent Claudication:

An Application of the Theory of Planned Behavior, Sheina Orbell dan Martin Hagger

(2006) “When No Means No”: Can Reactance Augment the Theory of Planned Behavior?

Amy E. Latimer dan Kathleen A. Martin Ginis (2005) The Theory of Planned Behavior in Prediction of Leisure Time Physical Activity Among Individuals With Spinal Cord Injury,

Lee W. Jones, Kerry S. Courneya dan Adrian S. Faire (2005) Does the Theory of Planned Behavior Mediate the Effects of an Oncologist’s Recommendation to Exercise in Newly

Diagnosed Breast Cancer Survivors? Results From a Randomized Controlled Trial, Rob

Lowe dan Paul Bennett (2003) A Connectionist Implementation of the Theory of Planned

Understanding Readiness for Regular Physical Activity in Older Individuals: An

Application of the Theory of Planned Behavior, Malek Al-Majali dan Nik Kamariah Nik

Mat (2010) Application of Decomposed Theory of Planned Behavior on Internet Banking Adoption in Jordan.

Penelitian di atas merupakan penelitian yang menggunakan TPB dalam melihat perilaku individu khususnya di bidang kesehatan dan perilaku konsumen. Temuan penelitian ini menggunakan TPB untuk melihat perilaku nelayan di pantai Utara Jawa Barat. Jadi urgensinya merupakan temuan yang menjelaskan perilaku individu selain di bidang kesehatan dan perilaku konsumen yang telah ada sebelumnya.

Kontribusi Temuan Penelitian terhadap Persoalan Sifat Kepemilikan Ikan Laut sebagai Sumber Milik “Bersama”

Salah satu persoalan ekonomis yang mendasar pada kerja penangkapan ikan laut adalah sifat kepemilikan ikan laut sebagai sumber milik bersama (Pujo Semedi, 2002). Keadaan ini mengakibatkan berkembangnya sifat individualistik yang tinggi di kalangan para nelayan bahwa semua nelayan berkeinginan untuk memetik manfaat sebesar-besarnya dari sumberdaya yang ada tanpa ada seorangpun di antara mereka yang mau melakukan sesuatu untuk menjaga agar sumberdaya tersebut tetap ada pada tingkat yang menguntungkan (Hardin, 1968). Salah satu alternatif untuk menjaga agar tragedi sumberdaya milik umum ini tidak terjadi ialah diubahnya status dari milik umum (bukan milik siapapun) menjadi milik orang tertentu, agar stok ikan laut ini berada dibawah klaim kepemilikan tunggal. Dengan cara ini si pemilik dapat melakukan eksploitasi pada tingkat ekonomis yang optimal. Alternatif lain untuk mencegah tragedi sumberdaya milik bersama adalah dengan melakukan kontrol terhadap tingkat upaya penangkapan (Pujo Semedi, 2002). Di sini nelayan diatur agar tidak menangkap ikan melewati daya dukung stok yang ada.

Bagaimana upaya untuk mengontrol tingkat penangkapan sumberdaya ikan di pantai Utara Jawa Barat agar tragedi sumberdaya milik umum ini tidak terjadi? Ko-manajemen kegiatan perikanan merupakan salah satu upaya penting untuk menyelesaikan masalah ini.

Dalam ko-manajemen perikanan, pengelolaan perikanan tidak dapat dilepaskan dari filosofi keterkaitan antara ekosistem, sumberdaya perikanan dan manusia yang terkait

dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perikanan itu sendiri. Pengelolaan perikanan tidak akan pernah ada apabila ekosistem dan sumberdaya perikanan sebagai salah satu “produk” ekosistem alam (air tawar, air laut, payau dan lain-lain) mengalami degradasi atau punah (Luky Adrianto et al, 2009). Dalam konteks ini interaksi yang ada dalam sistem alam (ekosistem perairan) dan sistem manusia (social agent and actor) serta prinsip-prinsip yang melatarbelakangi bagaimana kedua sistem ini bekerja perlu diketahui dengan baik.

Ko-manajemen perikanan (fisheries co-management) adalah pola pengelolaan dimana pemerintah dan pelaku pemanfaatan sumberdaya (user group) berbagi tanggungjawab (sharing the responsibility) dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan tujuan mewujudkan keseimbangan tujuan ekonomi dan sosial dalam kerangka kelestarian ekosistem dan sumberdaya perikanan (Luky Adrianto et al, 2009). Sebagai suatu proses, di dalam ko-manajemen perikanan terdapat 4 stakeholders

kunci, yaitu (1) pelaku pemanfaat sumberdaya dimana dalam kelompok ini termasuk nelayan dan pembudidaya ikan; (2) pemerintah, termasuk pusat dan daerah; (3) stakeholders

lain dimana di dalamnya termasuk anggota masyarakat lain, pemilik kapal, pelaku perdagangan perikanan, pengolah ikan dan lain-lain; (4) agen perubahan termasuk penyuluh perikanan, LSM, perguruan tinggi dan lembaga riset.

Dalam konteks temuan penelitian ini, nelayan tangkap artisanal di pantai Utara Jawa Barat merupakan pihak penting sebagai pelaku yang langsung melakukan eksploitasi sumberdaya perikanan. Di tengah semakin tingginya degradasi sumberdaya perikanan di perairan pantai Utara Jawa Barat, semakin terbatasnya fishing ground mereka oleh sebab pemanfaat wilayah perairan semakin kompleks, ketidakpastian kondisi alam (cuaca) serta ketidakpastian regulasi yang berpihak kepada nelayan dan lemahnya penegakkan hukum dari regulasi tersebut. Nelayan artisanal di pantai Utara Jawa Barat harus melakukan perilaku menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial mereka.

Ko-manajemen perikanan di pantai Utara Provinsi Jawa Barat harus melibatkan

multi stakeholders termasuk nelayan artisanal sebagai salah satu pelaku utama dalam

kegiatan perikanan tangkap. Tiap pihak melakukan sharing terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki masing-masing terhadap pemanfaatan sumberdaya perikanan di pantai Utara Jawa Barat. Temuan penelitian ini telah menyediakan gambaran tentang faktor-faktor yeng memengaruhi perilaku nelayan memanfaatkan sumberdaya perikanan tangkap di pantai Utara Jawa Barat.

Peubah niat untuk berperilaku, sikap, kepatuhan nelayan kepada patron, kemampuan berperilaku dan karakteristik individunya, memberikan kontribusi sebesar 47 persen dari aspek individu terhadap perilaku nelayan yang dibahas dalam penelitian ini. Sebesar 53 persen merupakan peubah tidak dibahas dalam penelitian ini yang memengaruhi perilaku nelayan.

Meskipun tidak dibahas dalam penelitian ini, aspek kebijakan, tekanan sosial, tekanan karena degradasi sumberdaya alam merupakan aspek struktur yang perlu didalami dalam penelitian lanjutan dari studi. Demikian pula dengan sharing responsibility tiap pihak pemanfaat sumberdaya pesisir dan laut di pantai Utara Jawa Barat melalui ko-manajemen kegiatan perikanan, seperti ditunjukkan dalam Gambar 10 berikut.

Gambar 10 Kontribusi Temuan Penelitian dalam Perspektif Theory Planned Behavior terhadap Persoalan Sifat Kepemilikan Ikan Laut sebagai Sumber Milik Bersama

untuk Menuju Ko-Manajemen Kegiatan Perikanan

Kebijakan, tekanan sosial, tekanan karena degradasi SDA dll (53%) R2=0,64 R2=0,47 Aspek Struktur X1 Karakteristik Individu X2 Sikap X3 Kepatuhan Nelayan tdp Patron X4 Kemampuan Berperilaku Y1 Niat untuk Berperilaku Y2 Perilaku yang mendorong tingkat upaya penangkapan ikan. 0,15 0,22 0,26 0,26 0,46 0,55 0,68 Aspek Individu Aspek Individu Sharing responsibility tiap stakeholders dalam pengelolaan SD perikanan melalui ko-manajemen

Dokumen terkait