• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak

2. Nilai Akhlak Kepada Sesama Manusia

Secara umum akhlak adalah perilaku dan perbuatan manusia, jika dijabarkan akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian:

a. Akhlak terhadap diri sendiri

Akhlak terhadap diri sendiri adalah kemampuan untuk menghargai nilai diri sendiri. Zuriah (2007: 30) mengatakan setiap manusia harus memiliki jati diri. Dengan jati diri, seseorang mampu menghargai diri sendiri, mengetahui kemampuannya dan mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

xci

Terlebih lagi beliau menjelaskan jika manusia masih banyak memiliki kekurangan maka mulailah dari sekarang untuk mencoba memperbaiki kekurangan itu, lakukan yang terbaik untuk diri sendiri, agama, masyarakat, dan negara.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita ambil pengertian bahwa akhlak terhadap diri sendiri adalah mensyukuri segala sesuatu yang diberikan Tuhan terhadap diri kita sendiri, menikmat dan menjalani kehidupan dengan rasa kepuasan dalam diri. Akhlak kepada diri sendiri juga dapat diartikan sebagai perwujutan kemampuan manusia dalam berusaha, maksudnya adalah manusia harus memiliki motivasi yang lebih terhadap kemampuan dirinya sendiri, manusia harus memiliki keyakinan yang lebih dan berkhusnudzon kepada Allah bahwa usahanya pasti akan berhasil. Barmawi (1995: 5) menjelaskan bahwasanya akhlak pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu akhlak mahmudah (terpuji) dan akhlak madzmumah

(tercela). Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa penulis merangkum akhlak mahmudah diantaranya:

1) Istiqomah

Nilai istiqomah yaitu suatu nilai yang selau memberikan manfaat bagi yang melakukannya. Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri

maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. (Ibnu Rajab Al Hambali,1424H: 246)

Adapun sedikit tentang nilai istiqomah yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara, kisahnya yaitu:

Bukankah ini suatu bentuk kosistensi? Sudah bertahun tahun aku menanam. Mungkin sekarang waktunya menuai. Man yazro yahsud. Siapa yang menanam dia menuai. (Fuadi, 2013: 30)

Dari penggalan kisah di atas dapat diambil pembelajaran bahwasanya hidup manusia adalah untuk selalu berjuang, untuk meraih keinginan dan cita-cita kita, tentunya perjuagan tidak semudah kita merangkai kata-kata. Perjuangan yang sejatinya adalah perjuangan yang terus menerus dan membutuhkan waktu konsistensi yang lama. Dari penggalan cerita novel di atas kita diajarkan untuk selalu istiqomah dalam menjalani proses kita hidup di dunia ini, karna dengan istiqomah tujuan yang kita inginkan akan tercapai. Dari penggalan cerita di atas juga terdapat sebuah kata

mutiara yang berbunyi “barang siapa menanam maka

akan menuai”, dari kata pepatah tersebut dapat kita

ambil pelajaran bahwa manusia butuh berproses yang panjang jika ingin menuai kesuksesan, dengan proses

xciii

yang konsisten menuju kearah yang baik, maka nanusia akan menuai apa yang telah menjadi prosesnya, dia akan menuai hasil dari konsistensinya di masa mendatang.

2) Sabar

Sabar adalah sikap yang harus ditanamkan pada diri seseorang, secara etimologis sabar berarti mengekang, menahan. Secara terminologis sabar berarti menahann diri dari sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridha Allah (Ilyas, 2013: 134).

Manusia dalam hidupnya di dunia ini silih berganti berada dalam dua situasi, yaitu situasi yang senang karena memperoleh nikmat dan situasi sedih atau susah karena mengalami musibah. Apabila manusia itu berada dalam situasi senang hendaknya ia bersyukur, dan bila berada dalam situasi susah hendaklah ia bersabar. Berdasarkan dari penjelasan di atas, dalam novel Rantau 1 Muara nilai sabar di antaranya terdapat dalam

kata mutiara “ man shobara zafiro” yang artinya barang

siapa bersabar maka akan beruntung. Kutipannya yaitu:

“kan abang sendiri yang selalu mengatakan man

shabara zhafiro kalo dapat cobaan.” (Fuadi, 2013:

Dari kutipan cerita novel di atas, manusia diajarkan untuk bersabar ketika menghadapi masalah maupun sedang menunggu keberhasilan. Dalam cerita tersebut kita diajarkan untuk bersabar karna dengan bersabar kita akan menemukan beberapa keberuntungan dalam melaksanakan proses kita sebagai manusia.

Sabar dalam novel ini juga dikutip secara langsung

dalam novel tersebut dengan kata “sabar” seperti pada

saat Alif sang tokoh utama dalam novel ini menunggu sang jendral untuk wawancara salah satu tugasnya sebagai wartawan, kutipannya yaitu:

“ya terserah kamu lah,!” katanya kesal dan

meninggalkan ku.

“saya orangnya penyabar, pak” aku mencoba

tersenyum. (Fuadi, 2013: 115) 3) Pantang menyerah dalam mencari ilmu

Selayaknya manusia selalu mendapatkan cobaan dan kenikmatan, jika sesuatu yang menyenangkan berarti kenikmatan, dan jika itu berupa hal yang kurang menyenangkan dan menghambat keinginnan kita maka kita harus terus bersabar dan terus berusaha sehingga keinginan kita bisa tercapai tentunya dengan ikhtiar

terus berusaha dan berdoa.

Sikap pantang menyerah merupakan sikap seorang manusia yang teguh dalam berjuang meraih apa yang

xcv

diinginkan manusia tersebut. Di sisi lain Allah juga menuntun hambanya untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan hidupnya dan meraih rahmat dari- Nya. Seperti dalam firman:

 ...                   

“...dan jangan kamu berputus asa dari rahmat

Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"(QS. Yusuf: 87).

Sifat pantang menyerah diperlihatkan alif fikri ketika ia sudah lelah akan meneruskan kuliah S-2nya padahal

dead line tahun ajaran baru sudah semakin dekat,

namun dia pantang menyerah untuk terus meriset universitas di Amerika yang mampu menampungnya. Adapun sifat pantang menyerah tersebut terdapat pada :

Tidak ada kata menyerah. terus berjalan maju sampai ujung tujuan. Man saara ala darbi washala

sebuah konsistensi mengalahkan ketidak mungkinan.(Fuadi, 2013: 185)

Dari kutipan novel di atas dapat diambil pelajaran bahwasanya hidup memang butuh proses yang panjang, jika kita bisa menjalani proses tersebut dengan konsistensi yang tinggi, dan pantang menyerah dalam menghadapi cobaan dan rintangan, bukan tidak mungkin kita akan mendapatkan hasil yang kita

inginkan, asal kita masih dalam tatanan Tuhan dan berjalan di jalan-Nya.

4) Bersyukur

Menurut pengertian bahasa, kata syukur berasal bahasa Arab, yang artinya terima kasih. Menurut istilah, syukur adalah berterima kasih kepada Allah SWTdan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia-Nya, melalui ucapan, sikap, dan perbuatan.

Tanda bersyukur dalam novel Rantau 1 Muara terdapat

pada kata “terimakasih Allah” dan “hamdallah”.

Kutipan tanda bersyukur di antranya yaitu:

Aku meng hitung hitung, honor berbagai cuplikan cerita itu akan cukup melunasi uang kuliah dan membiayai hidupku satu bulan lebih. Alhamdulillah.(Fuadi, 2013: 6)

Dari kutipan novel di atas menceritakan Alif yang bersyukur karena mendapatkan nomial gaji di atas satu juta, yang mana kata-kata Alhamdulillah terkutip sebagai bentuk bersyukur kepada Allah.

Dari kutipan di atas kita dapat mengambil pelajaran tentang bersyukur yang sesungguhnya. Bersyukur bukan hanya dalam taraf lisan, namun bersyukur juga sebuh komitmen untuk terus berjuang yang terbaik bagi seseorang dalam hidupnya tersebut. Bersyukur juga

xcvii

dapat diartikan sebagai mengedaraan hidup dengan sebaik-baiknya, melalui jalan yang dituduhkan oleh Allah, manusia bisa bersyukur dengan melalui jalannya, melakukan dengan sebaik-baiknya, dan selalu berusaha memanfaatkan rizki dan kenikmatan dari Allah dengan baik dan dibenarkan dalam ajaran agama Islam.

5) Niat lurus

Niat berarti sengaja atau sesuatu yang dimaksudkan atau tujuan dari keinginan. Dan lurus dapat diartikan kemurnian, kejernihan, atau hilangnya segala sesuatu yang mengotori. Sehingga secara istilah syara, niat lurus adalah membersihkan niat dalam beribadah semata-mata hanya karena Allah.

Contoh dari niat lurus yang di cantumkan dalam novel Rantau 1 Muara yaitu ketika Alif mendapatkan penjelasan dari mas Aji tentang idealisme sebagi seorang wartawan, hanya niat lurus yang menjadi acuan:

Menjadi komando bukan kekuasaan atau uang, tapi

niat baik sikap adil dan akal sehat.” (Fuadi, 2013:

56)

Dari cuplikan cerita di atas mengajarkan kita untuk selalu memperbaiki niat kita ketika mau melakukan sesuatu. Jika ingin melakukan sesuatu alangkah baiknya

selalu didasari oleh niat yang baik dan lurus. Dari cuplikan cerita di atas mengajarkan kita bahwasanya menjadi wartawan ataupun menjalani profesi yang lain untuk selalu berniat dengan lurus tulus dalam menghadapi tantangan pekerjaan, berlaku adil terhadap, sesama dan selalu menjalankan semua pekerjaan kita dengan akal yang sehat. dalam hal ini manusia diajarkan untuk memiliki niat lurus yang berguna bagi setiap jalan manusia dalam menentukan hasil yang ingin mereka raih di masa depannya.

6) Berkerja keras

Kerja keras dapat diartikan melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau yang dicita-citakan. Islam menganjurkan umatnya untuk selalu bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt. yang berbunyi:                                    

”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan

Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan

janganlah kamu melupakan bahagianmu dari

xcix

orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS. Al qasas:

77)

Ayat di atas mengajarkan kita untuk tidak hanya mencari akhirat, namun juga mmencari kenikmatan di dunia, karena diantara keduanya harus seimbang baik dunia dan akhirat. Sejalan dengan cuplikan ayat di atas potongan cerita dalam novel Rantau 1 Muara dibawahini juga mengajarkan kita untuk bekerja keras. Alif sang tokoh utama mempunyai sifat yang bersungguh sungguh dalam mengejar cita- citanya, dia rela mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat hanya untuk mengejar semua cita-citanya hingga semua terealisasi, adapun kutipan dalam novelnya yaitu:

Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan kenikmatan sesaat untuk

bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi

yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuanku, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan usaha di atas rata- rata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku. (Fuadi, 2013: 8)

Dari kutipan cerita di atas telah diceritakan bahwasanya Alif rela mengorbankan malam-malamnya untuk terus berlatih dan mengasah kemampuan menulisnya, dia rela mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk mengejar hasil yang lebih besar atas semua impiannya. Dari cerita di atas pula kita juga belajar untuk terus

berusaha, tidak boleh terbuai dengan kenikmata- kenikmatan sesaat dan terus berusaha meraih tujuan yang diimpikan agar dapat tercapai. Dari cuplikan di atas juga mengajarkan kita untuk terus bekerja keras mengasah kemampuan yang kita bisa, dan dapat merubah keterbelakangan menjadi sebuah kelebihan. 7) Rendah hati

Rendah hati dalam bahasa arab adalah tawadu‟ yaitu orang yang menghargai orang lain, ia berkata dengan lemah lembut dan mudah mamaafkan orang lain lawan dari sifat rendah hati adalah tinggi hati atau sombong atau congkak. Rendah hati merupakan sifat terpuji. Sifat

rendah hati dikenal juga dengan istilah tawadu‟.

Rendah hati adalah sikap atau perbuatan yang tidak menyombongkan diri. Rendah hati berbeda dengan rendah diri. Rendah diri berarti minder atau tidak memiliki rasa percaya diri karena merasa mempunyai kekurangan. Sikap rendah diri harus dihindari. Sedangkan sikap rendah hati harus kita biasakan.

Dalam novel Rantau 1 Muara contoh sikap rendah hati dapat dilihat pada saat pengambilan ijazah Alif sang tokoh utama. Dia disanjung oleh beberapa temannya karena pengalaman luar negerinya yang banyak semasa

ci

masih menjadi mahasiswa, namun Alif dengan rendah hati dan menganggap semua sama saja. Inilah cuplikan cerita novelnya:

“Ah, nggak juga,” kataku mencoba merendah walau

dalam hati aku mengiyakan. (Fuadi, 2013: 11) Dari cuplikan cerita novel di atas kita diajarkan untuk tidak berperilaku sombong walau sebenarnya kita bisa melakukannya. Selalu rendah hati dan berbaik kepada sesama yang Alif ajarkan ketika semua pengalaman- pengalaman luar negeri telah ia dapatkan. Begitu juga dengan kita, kita harus bisa belajar untuk menghargai perasaan orang lain, tidak merasa sombong atas segalanya karena sifat sombong adalah sifat Tuhan yang tak pantas dimiliki oleh hambanya.

8) Berprasangka baik

Husnudzan atau berbaik sangka terhadap sesama manusia, merupakan sikap mental terpuji, yang harus diwujudkan melalui sikap lahir, ucapan dan perbuatan yang baik, diridai Allah SWT, dan bermanfaat.

Berbaik sangka adalah suatu perbuatan terpuji, yang lawannya yaitu berburuk sangka. Manusia alangkah baiknya berbaik sangka dengan keadaan, sepertihalnya berbaiksangka kepada Allah, dan selalu berharap bahwa semua itu pasti ada kebaikannya. Rasullullah bersabda

dalam hadisnya, yang artinya “Aku tergantung pada prasangka hambaKu”.

Dalam novel Rantau 1 Muara berbaik sangka dapat terceritakan ketika Alif sang pemeran utama percaya kepada takdir Allah akan merubah nasipnya jika selalu berusaha dan berproses menjadi lebih baik lagi, kutipannya yaitu:

...Dulunya hanya merayak di ranting kini terbang bebas di angkasa. Dulunya ulat yang lemah dan jelek kini jadi rama-rama yang bersayap indah.

Sesuatu itu bisa indah pada waktunya.” (Fuadi,

2013: 34)

Dari potongan cerita di atas memberikan kita pelajaran tenatang bagaimana seekor ulat berproses menjadi seekor rama-rama (kupu-kupu). Dari kejadian proses tersebut dapat kita ambil pelajaran tentang proses manusia dalam menggapai kesuksesan ketika hidup di dunia.

Dari cerita tersebut kita juga dapat mengambil pelajaran tentang selalu berpandangan positif terhadap keadaan,

pernyataan ”sesuatu itu bisa indah pada waktunya”

memiliki arti bahwasanya manusia selalu bisa berproses menjadi lebih baik mulai dari manusia yang tidak tahu apa-apa sampai bisa mengetahui banyak hal, dan di antara semua proses tersebut manusia harus banyak

ciii

berkhusnudzon kepada Allah, dan terus beranggapan

bahwasanya kidup akan indah pada waktunya jika sudah memulai proses dan tahap tahap yang baik

Sikap, ucapan, dan perbuatan baik, sebagai perwujutan dari husnudzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga serta bermasyarakat 9) Berlomba-lomba dalam kebaikan

Dalam suarah al-Baqarah ayat 148 Allah telah menjelaskan :                                

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang

ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas

segala sesuatu.”(QS, al-Baqarah: 148)

Dari ayat di atas dapat kita ambil pelajaran bahwasanya Allah menyuruh para hambanya untuk selalu berlomba- lomba dalam berbuat kebaikan dan saling tolong- menolong dengan sesama umat islam di dunia.

Adapun cuplikan cerita dalam novel Rantau 1 Muara untuk nilai tentang berlomba-lomba dalam kebaikan terdapat dalam:

“Sestiap sesuatu ada waktu doain aja sebentar lagi,”

“ingat baik baik waag kini sudah ketinggalan

beberapa langkah dari aden. Yakin bisa mengejar?”

seringai randai berkelebat lagi, gaya kurang ajar sejak kecil dulu memang tidak berganti. Dan selalu saja memancingku untuk membalasnya.

“Jangan hanya mengejar bahkan aku akan

melampaui.”

“Ooo, kalo berani, jangan Cuma soal kerja tapi jug,

soal kuliah S-2. Gimana?”

“Oke deal!, belajar dan bekerja di Eropa atau

Amerika,”

“Siapa takut. Deal!”

Kami bersalaman dengan sentakan keras.

...persaingan panas tapi sehat. Fastabiqul khoirat

berlomba lomba dalam hal kebaikan. (Fuadi, 2013: 28)

Dari potongan cerita di atas menceritakan bahwa Alif dan temannya yang bernama Randai bersaing dalam siapa yang paling cepat pergi berangkat kuliah S-2 di luar negeri. Dari cerita di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa persaingan dalam kebaikan memang diperbolehkan bahkan dalam firman-Nya Allah menganjurkan. Dari potongan cerita di atas mengajarkan kita untuk selalu bersungguh sungguh dalam mengejar cita-cita, selalu menggunakan kesempatan terbaik dan memanfaatkan peluang yang ada. Dari potongan cerita tersebut menggambarkan saat- saat di mana tecekiknya Alif pada masa mencari

cv

pekerjaan, dan juga ditambah pula perasaan malu ketika bertemu dengan sahabat lamanya yang bernama Randai. Sejak kecil mereka selalu bersaing dalam memperebutkan juara kelas.

Akan tetapi keadaan memaksa Alif untuk melihat diri sendiri dan menatap kembali arah tujuan hidupnya, randai dengan sekolah tehniknya mempunyai cita-cita seperti pak Habibi mantan Presiden Indonesia yang berhasil membuat model pesawatnya sendiri. Sedangkan Alif, masih bingung mencari pekerjaan dan kehilangan tujuan hidup. Dari cuplikan cerita di atas kita dapat mengambil pelajaran dari semangat Alif dalam menemukan jalan hidupnya, kita dapat memgambil pelajaran istiqomahnya dalam meraih cita- cita dan keinginannnya di masa depan. Dari potongan cerita di atas kita dapat mengambil pelajaran persaingan sehat antara Alif dan Randai temannya, berlomba- lomba dalam kebaikan memang dibutuhkan dalam mendongkrak semangat hidup, dan mengulang kembali kemana kita akan bermuara.

10) Jujur

Rachmat (2000: 77) mengatakan bahwasanya Jujur adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya

dusta. Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa berperilaku jujur yaitu selalu mengatakan yang sebenarnya memang benar dan mengatakan sesuai dengan apa yang senyatanya.

Adapun dalam novel Rantau 1 Muara menceritakan tentang jujur yaitu pada saat Alif jujur pada dirinya sendiri tentang tanggungnya ilmu yang ia jalani selama masih kuliah, kutipan ceritanya yaitu:

Aku menghitung apa bidang keilmuan yang aku tekuni dengan intensitas tinggi selama lima tahun terakhir? Aku harus jujur: tidak ada. Semua serba tanggung. (Fuadi, 2013: 29)

Dan juga bila jujur diceritakan dalam novel ini ketika Mas Aji mengemukakan tentang idealisme kejujuran wartawan yang memberitakan berita secara shohih dan benar sesuai kenyataan, tidak dikurangi maupun ditambah. Cuplikan ceritanya yaitu:

“Kita ingin mengabarkan berita yang sahih dengan

cara sahih. Tapi kebenaran itu bisa ada di mana saja, bahkan di tempat yang mungkin tidak kita suka. Tugas kita mengantarkan kebenaran di manapun kepada masyarakat. Untuk itu kalian akan kami latih dengan benar,,,,” (Fuadi, 2013: 53)

dari beberapa potongan cerita dari novel di atas dapat kita ambil pelajaran bahwasanya kita wajib bisa menjadi manusia yang jujur, minimal menjadi manusia

cvii

yang jujur terhadap diri kita sendiri. Kejujuran adalah pangkal di mana kita bisa diterima dan dipercaya oleh orang lain di sekitar kita. Kejujuran dalam dunia kerja juga dibutuhkan untuk bisa melancarkan relasi antar sesama. Dari potongan cerita di atas juga mengajarkan kita untuk sebisa mungkin menggunakan kejujuran sebagai tombak utama dalam bergaul dalam masyarakat, walaupun dalam konteks sebagai wartawan, namun kita juga bisa melaksanakan kejujuran tersebut dalam keseharian umat manusia di masyarakat.

b. Akhlak terhadap orang lain

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya manusia itu adalah mahluk sosial, yang mana hidupnya selalu bersandingan dengan manusia yang lain. Dari sinilah dapat kita ambil pembelajaran tentang bagaimana pendidikan akhlak itu dapat diterapkan. Akhlak terhadap orang lain dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Akhlak terhadap orang tua

Orang tua adalah seseorang yang paling istimewa di antara makhluk lainnya di bumi. Orang tua adalah manusia istimewa yang telah melahirkan, membesarka, memelihara, dan mendidik anak. Maka dari itu akhlak

terhadap orang tua sangatkah peenting dari manusia yang lainnya.

Di dalam islam sangat tinggi dalam menempatkan derajat orang tua dari pada orang lain di bumi. Dalam ajaran islam pula dikatakan bahwasanya surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu. Oleh karena itu hormatilah, taatlah, patuhlah, dan berbaktilah terhadap ibu demikian juga dengan seorang ayah juga demikian. Orang tua adalah makhluk spesial dalam hidup kita maka dari itu orang tua harus kita hormati lebih dari pada manusia lain yang ada di bumi ini. Bahkan Allah telah meninggikan derajat orang tua di atas manusia yang lain di bumi ini, Allah sudah menegaskan bahwasanya ridlo Allah terletak kepada ridlo kedua orang tua, tentunya jika kita bisa berbuat baik kepada orang tua maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang lebih. Sebaliknya jika kita durhaka kepada kedua orang tua maka kita juga durhaka kepada Allah dan tentunya balasan dari Allah akan lebih pedih, dan sesuai dengan apa yang kita lakukan. Bahkan Allah melarang kita untuk berkata kasar kepada orangt tua walaupun hanya sedikit, semua itu

cix                                 

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan

yang mulia.(QS. Al-Isra‟: 23)

Dalam ayat di atas telah dijelaskan Mengucapkan kata

“Ah” kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama

apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar dari pada itu.

Dalam novel Rantau 1 Muara telah banyak dijelaskan bagaimana berbaktinya Alif kepada Emaknya, bahkan dalam sebuah kisah ia rela pulang kampung ke tanah

Dokumen terkait