i
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA
KARYA AHMAD FUADI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
M Syukron Rofiq
NIM 111 11 045
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
iii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK
DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA
KARYA AHMAD FUADI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
M Syukron Rofiq
NIM 111 11 045
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id Email : [email protected]
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
KepadaYth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Di sampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa :
Nama : M Syukron Rofiq NIM : 111 11 045
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI
dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga,8 September 2015
Pembimbing,
Imam Mas Arum,M.Pd.
v
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jl. Tentara Pelajar 02 Phone (0298) 323706 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id Email : [email protected]
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI
Oleh M Syukron Rofiq NIM: 111 11 045
Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada Sabtu, 29 Agustus 2015 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Pendidikan Islam.
Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Penguji : Dr.H. Agus Waluyo,M.Ag
Sekretaris Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd.
Penguji I : Mufiq, S.Ag, M. Phil.
Penguji II : Siti Rukhayati, M.Ag.
Salatiga,29 Agustus 2015 Dekan FTIK
Suwardi,M.Pd
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M Syukron Rofiq
NIM : 111 11 045
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 29 Agustus 2015
Yang menyatakan,
M Syukron Rofiq
vii
MOTTO
“Suatu hari aku ingin menjadi sesuatu yang berharga bagi orang lain”. (Gaara)
"Tanpa arah dan tujuan, tidak ada gunanya seorang manusia hidup di dunia ini"
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim
Skripsi ini ku persembahkankan untuk:
 Bapakku pahlawanku Pak Joko Achmad Subchi dan Ibunda tercinta Emak
Ngatirah yang selalu setia menjaga dan mengasihiku, tak lupa kepada
kedua adikku yang super-super M Ahsin Rozaq dan M Nurrochman yang
selalu kalah main PS dengan ku.
 Kepada Bapak Imam Mas Arum atas bimbingan dan arahannya dan
Semua orang yang membantu terselesainya sekripsi ini.
 Bang Fuadi atas karya Fenomenalnya, terimakasih bang.
 Untuk sahabat-sahabat ku yang telah memotivasi dan selalu memberikan
hari yang indah buatku: kang Nur Salim, kang Nahar N Nafi dan kang
Emha Arif, semoga mimpi kita di tembok hayalan itu tercapai. Amin
 Untuk pengasuh dan pengurus pondok Al-Ishlah Tingkir Lor yang tak
lelah membimbing ku ketika aku salah, Mbah yai Slamet Idris, Pak Asyik,
Pak Mahsun, Bu Asyiah, dan Untuk teman-teman Pondok Al-Ishlah yang
tidak bisa aku sebut satu persatu, terimakasih atas kehangatan kalian dan
selalu memberikan rasa nyaman selama ini.
 Untuk teman-teman Yaa Bismillah dan dan rekan-rekan LPM DinamikA
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih.
 Untuk Guru-guru dan murid-murid pramuka ku di MI Al-Manar yang
selalu memberikan keceriaan di sabtu pagi, terimakasih.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya milik Allah swt atas segala kenikmatan yang bersifat lahir maupun batin yang senantiasa diberikan kepada kita. Shalawat salam semoga senantiasa Allah swt limpahkan kepada teladan kita, Nabi Muhammad saw beserta keluarga, keturunan, dan para sahabat beliau. Semoga Allah memberikan ampunan-Nya kepada para pemimpin yang adil, serta kaum mukminin dan mukminat yang setia kepada ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Novel adalah suatu karya sastra yang sangat umum di semua kalangan baik muda maupun tua. Di antara banyaknya novel ada beberapa novel yang banyak ditemukan nilai-nilai kandungan agama Islam di dalamnya, salah satu diataranya yaitu pedidikan akhlak. Maka dari itu mari kita ambil pelajaran bersama, tentang nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel maupun karya sastra fiksi yang lainnya.
Dalam hal ini peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku Kajur Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd selaku Pembimbing yang telah memberikan arahan, senyuman, bimbingan, dan meluangkan waktunya dalam membantu terselesainya skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, karyawan akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.
7. Teman-teman baik ku di organisasi, kampus IAIN Salatiga, maupun santri
di Ma‟had STAIN Salatiga dan Ma‟had Al-Ishlah Tingkir Lor, Salatiga. 8. Bang Ahmad Fuadi sang penulis Novel Rantau 1 Muara
9. Keluarga tercinta di rumah.
Atas segala hal tersebut, penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah mencatatnya sebagai amal salih, yang akan mendapat amal balasan yang terbaik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna,masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna kebaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin
Salatiga, 17 Agustus 2015
Penulis
xi
ABSTRAK
Rofiq, M Syukron. 2015. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd
Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak , dan Novel Rantau 1 Muara.
Pendidikan Akhlak merupakan suatu elemen penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu manusia membutuhkan tidak hanya pengetahuan saja namun juga kekuatan spriritual agar dapat terbentuk menjadi manusia seutuhnya
(insan kamil) sesuai dengan norma-norma Islam. Pendidikan bisa didapat dari
mana saja, salah satunya dapat ditemukan pada karya sastra yang berbentuk Novel. Salah satunya yaitu Novel Rantau 1 Muara, yang mana dalam setiap kisah di dalamnya terdapat banyak sekali nilai-nilai pendidikan Akhlak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Akhlak pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi? 2.Bagaimana karakter tokoh yang patut diteladani dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi?.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (liblary research), sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumenter
(bibliografis), analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi
(content analysis).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terkandung dalam Novel Rantau 1 Muara diantaranya: Nilai Akhlak kepada Allah yang berupa: aqidah /keimanan (iman kepada Allah, meyakini sifat-sifat Allah, meyakini qodho dan qodarnya Allah), Nilai pendidikan Akhlak kepada sesama manusia {akhlak mahmudah dari diri sendiri (istiqomah, sabar, pantang menyerah, bersyukur, niat lurus, bekerja keras, rendah hati, berlomba-lomba dalam kebaikan, jujur dan berbaik sangka) akhlak terhadap orang lain {akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap sesama)}.
(2) karakter tokoh utama diantaranya: Alif fikri: semangat yang tinggi dalam mencapai impiannya, pantang menyerah dalam menghadapi segala cobaan,Mas Aji dan Mas Malaka adalah mentor Alif. Mereka berdua memiliki karakteristik sifat jujur dalam berbagai hal, Dinara memiliki karakter baik dan lincah. Dinara juga seorang istri yang selalu mengingatkan Alif untuk selalu bersabar dan bertawakal kepada Allah, Mas garuda digambarkan memiliki karakter yang suka menolong, ringan tangan dan patuh terhadap orang tua, Ustad Fariz memiliki watak yang ramah dan juga memiliki wawasan luas tentang agama islam. Ustad Fariz memiliki karakter yang suka menolong dan memiliki semangat yang tinggi untuk bisa mengamalkan ilmu yang telah dimilikinya.
DAFTAR ISI
SAMPUL... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
NOTA PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... x
ABSTRAK ... xii
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
1. Manfaat Teoritik... 5
2. Manfaat praktis... 6
E. Metode Penelitian... 6
1. Jenis Penelitian ... 6
2. Metode Pengumpulan Data ... 7
3. Teknik Analisis Data ... 8
F. Penegasan Istilah ... 9
1. Nilai ... 9
2. Pendidikan Akhlak ... 10
3. Novel ... 11
G. Sitematika Penulisan Skripsi ... 12
BAB II BIOGRAFI NASKAH ... 14
A. Biografi Ahmad Fuadi... 14
B. Karya-Karya Ahmad Fuadi ... 15
xiii
D. Unsur Intrinsik Novel ... 16
1. Tema Novel ... 17
2. Alur Cerit ... 18
3. Latar atau Setting ... 19
4. Penokohan atau Karakter dalam Novel ... 20
5. Sudut Pandan ... 24
6. Amanat ... 25
E. Sinopsis Novel ... 25
F. Kelebihan Novel Rantau 1 Muara ... 26
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN ... 29
A. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Rantau 1 Muara ... 29
1. Nilai Akhlak kepada Allah ... 29
2. Nilai pendidikan Akhlak kepada sesama manusia ... 39
B. Karakteristik Tokoh Dalam Novel Rantau 1 Muara ... 58
1. Alif Fikr ... 58
A. Nilai-nilai Pendidikan Akhlak... 63
1. Nilai Akhlak kepada Allah ... 67
2. Nilai Akhlak Kepada Sesama Manusia . ... 75
B. Karakteristik Tokoh Yang Sesuai Dengan Nilai-Nilai Islam ... 97
1. Alif Fikri... 97
C. Implikasi dalam Pendidikan ... 108
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Daftar Nilai SKK
xv BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah awal mula titik temu seorang manusia mengalami perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Pendidikan meningkatkan derajat manusia baik di dunia maupun di akhirat. Inti dari semua pendidikan di dunia ii adalah pendidikan Akhak, yangana dalam setiap tindakan manusia, Akhlak merupakan tolak ukur penting dalam keseharian hidup manusia. Membahas pendidikan memang tidak ada habisnya, namun jika kita bisa mengupas satu persatu jalan menuju pendidikan tersebut bukan tidak mungkin kita bisa mendapati cara yang paling pas untuk menyalurkan cara mendidik tersebut dengan objek pendidikan.
Istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie”
yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1991: 263), Pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang untuk kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan, proses,
cara, perbuatan mendidik.”
pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin, dan sebagainya. Pada hakikatnya pendidikan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yang pertama yaitu pendidikan formal yang melibatkan guru, murid, dan kurikulum, dan yang kedua yaitu pendidikan nonformal yang melibatkan pendidikan di luar kelas yang mana pendidikan dapat didapatkan dari banyak hal, bisa melalui lingkungan, tempat berbeda dan hal-hal benda mati seperti buku koran dan sebagainya.
Sedangkan pendidikan Akhlak Menurut UU No.20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, 2009: 1).
Sementara kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaaq, berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq
xvii
akhlak yang hakiki jika tindakan atau perilaku tersebut didasarkan kepada kehendak khaliq (Tuhan), sehingga akhlak tidak saja merupakan norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, namun juga dengan alam semesta sekalipun. (Assegaf, 2014: 42)
Pendidikan Akhlak merupakan inti dari pendidikan islam itu sendiri. Makbulloh (2011: 142) dalam bukunya menjelaskan sedikit tentang akhlak. Akhlak adalah suatu sikap yang tertanam dalam jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang mudah dilakukan, tanpa terlalu banyak pemikiran dan pertimbangan yang terlalu lama. Jika sifat tersebut memunculkan tindakan atau perbuatan yang baik yang terpuji menurut tuntunan akal dan syariah, maka sifat itu disebut dengan akhlak yang baik. Akan tetapi jika dari sifat tersebut muncul perbuatan yang buruk lagi jahat, maka disebutlah darinya memiliki akhlak yang buruk.
Novel Rantau 1 muara merupakan novel yang menceritakan tentang Alif Fikri yang digambarkan sebagai laki-laki yang selalu berjuang dengan keras untuk mendapatkan apa yang diimpikannya. Kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan jika kita berusaha. Tentunya dengan segala rintangan dan hambatan yang akan membuahkan keberhasilan menjadi terasa manis untuk kedepannya. Dalam novel ini bercerita tentang Alif Fikri seorang lulusan UNPAD (Universitas Padjajaran) yang berjuang menjadi pemburu beasiswa di luar negeri, dan perjuangannya dalam mendapatkan impiannya.
Kisah Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini bercerita tentang perjuangan dalam melewati rintangan kehidupan dalam menjadi manusia mandiri, yang terus berusaha menggapai impiannya walau banyak rintangan yang menghalanginya. Pada intinya, pengarang hendak menyampaikan pesan bahwasanya kita jangan pernah menyerah dan terus berusaha keras, dengan begitu Allah akan memberikan jalan yang terbaik bagi hambanya yang mau berusaha dan berjuang di jalannya. Man saara
ala darbi washala (siapa yang berjalan di jalan-Nya akan sampai pada
tujuan) adalah mantra utama dari novel ini. Dalam novel ini tentunya juga banyak nilai-nilai pendidikan Islam yang dapat diambil pelajaran dan dapat dipetik hikmah dari setiap jalan ceritanya.
xix
PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUAIDI, karena dalam novel tersebut banyak terkandung nilai-nilai pendidikan Akhlak. Keihlasan dalam menjalani hidup, dan terus berusaha menapaki kerasnya kehidupan. Dalam novel tersebut sang pembaca juga dapat mengambil pelajaran bahwasanya impian akan menjadi orang yang berhasil dan sukses di dunia maupun di akhirat dapat diraih jika terus berusaha dan berjalan di jalan-Nya.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang diatas maka, penulis memfokuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan Akhlak pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi?
2. Bagaimana karakter tokoh yang patut diteladani dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan Akhlak yang terdapat pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi
2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah karakter tokoh yang patut diteladani dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
nilai-nilai pendidikan pada umumnya, dan pendidikan Akhlak khususnya, melalui pemanfaatan seni sastra terutama novel.
2. Manfaat praktis
secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada 3 yaitu:
a. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi sang pembaca khususunya pelajar akan manfaat dari membaca novel, khususnya yang mengandung pendidikan Islam di dalamnya.
b. Bagi civitas academica , penelitian ini diharapkan Dapat menjadi bahan wacana keilmuan bagi media sebagai sarana yang baru dalam menunjang pendidikan yang lebih baik dan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan untuk di masa yang akan datang.
c. Bagi dunia sastra, diharapkan Dapat menjadi alternatif dalam memahami nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam karya sastra (khususnya novel) terlebih bagi penyuka karya sastra pada umumnya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
xxi
analisis (descriptive of analyze research). Menurut Moleong (2005: 29) deskripsi analisis ini mengenai bibiliografis yaitu pencarian berupa fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis membuat interpretasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan.
Penulis ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis, yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudia dideskripsikan dengan cara menggambarkan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan Islam dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.
2. Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode pengumpulan data, metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002 : 206).
penelitian, dan menghubungkannya dengan teori-teori yang bisa dijadikan bahan pertimbangan berkenaan dengan judul penelitian ini.
Dalam penelitian ini penulis berusaha mengkaji dan melakukan analisis kepustakaan mengenai novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuaidi tahun 2013 sebagai sumber data primer. Sedangkan untuk sumber data sekunder, penulis mengambil beberapa data dari beberapa artikel yang terkait, karya tulis yang lain, hasil diskusi yang berkaitan dengan penelitian demi memperkaya manfaat untuk kajian dan analisis.
3. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi
(content analysis) yaitu konten yang terdapat dalam novel Rantau 1
Muara.
Isi dalam metode analisis isi terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan idi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan ini komunikasi adalah pesan yang terkandungsebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).
xxiii
Adapun tahapan-tahapan yang peneliti gunakan dalam pengolahan isi adalah:
a. Tahapan deskripsi, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Rantau 1 Muara yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
b. Tahapan interpretasi, yaitu tahapan dimana peneliti menjelaskan teks-teks dalam novel Rantau 1 Muara yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Akhlak.
c. Tahapan analisis, yaitu tahapan peneliti menganalisis novel Rantau 1 Muara yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Akhlak.
d. Kesimpulan, yaitu proses mengambil kesimpulan dari pembahasan dalm novel Rantau 1 Muara yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Akhlak.
F. Penegasan Istilah
Supaya pembaca dapat memahami beberapa istilah yang terdapat dalam tulisan ini, maka peneliti akan menjabarkan beberapa pengertian istilah yang terkandung dalam tulisan yaitu:
1. Nilai
Islam dapat diwujudkan pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangakan dari sumber-sumber dasar tersebut atau bertolak dari spirit Islam (Muhaimin, 2003: 23)
2. Pendidikan Akhlak
Soerganda Poerbakawatja (1981: 257) mengatakan pendidikan adalah suatu perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk mengelihkan pengetahuannya, pengelamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani.
Sedangkan menurut Muhaimin (2004: 21-22) pendidikan dari perspektif perkembangan manusia adalah :
“Manusia merupakan makhluk yang termulia di atara makhluk-makhluk yang lain, Allah menjadikannya dalam sebaik-baik bentuk dan kejadian, baik fisik maupun psikisnya, serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan dapat diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan”
xxv
pendidikan Akhlak menurut Hasbullah (2009: 1) adalah Menurut UU No.20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan secara sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, 2009: 1). 3. Novel
Secara etimologis novel berasal dari kata latin novella yang berarti kabar atau pemberitaguan. Novella diturunkan menjadi kata inovelis
yang berarti baru. Novel merupakan bagian dari prosa ragam sastra, dan yang meliputi ragam prosa satra adalah novel dan roman (Winna 2012: 22).
Dari segi struktur sebuah novel sastra maupun novel populer mengandung unsur-unsur yang paling lengkap. Novel menyediakan cerita dengan peristiwa, tokoh dan latar sehingga penulis dianggap berdialog dengan orang lain (Ratna 2004: 314).
Selanjutnya memang dalam sebuah novel terkadang cerita dibuat-buat dengan sedemikian rupa agar sang pembaca dapat membayangkan sebuah cerita kehidupan yang terasa benar adanya. Hal ini dibuat olah pengarang yang memodifikasi diksi dalam novel, dibuat mirip semirip-semirip miripnya dan dianalogikan seperti di dunia nyata, lengkap dengan cerita-cerita, kejadian dalam novel yang disamakan dengan berbagai sudut pandang dan latar yang sesuai.
G. Sitematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini akan ditulis dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari 5 bab, antara lain:
BAB I yakni PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II berisi tentang BIOGRAFI NASKAH. Pada bab ini akan diuraikan mengenai: Biografi Ahmad Fuadi, karya-karya Ahmad Fuadi, unsur-unsur intrinsik novel, sinopsis novel Rantau 1 Muara, dan keunggulan dari novel Rantau 1 Muara.
BAB III menjelasakan tentang DESKRIPSI PEMIKIRAN. Pada bab ini akan menjelaskan tentang deskripsi pemikiran dan hasil temuan penulis mengenai: Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Novel Rantau 1 Muara dan karakter tokoh utama dalam Novel Rantau 1 Muara.
xxvii
Akhlak yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara dan karakter tokoh utama dalam novel Rantau 1 Muara.
BAB II
BIOGRAFI NASKAH
A. Biografi Ahmad Fuadi
Ahmad Fuadi lahir di Negari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir danau Maninjau Sumatra Barat tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu
akhirat. Gontor pula yang mengajarkannya “mantra” sederhana yang
sangat kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh sunggu akan sukses.
Lulus kuliah Hubungan Internasional, UNPAD, dia menjadi wartawan majalah Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dia jalani dalam tugas-tugas reportase dibawah bimbingan para wartawan senior tempo. Tahun 1999, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk sekolah S-2 di School of Media and Public Affair, George Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya yang juga seorang wartawan
Tempo adalah mimpinya yang menjadi kenyataan. Sambil kuliah mereka
xxix
Tahun 2004, jendela lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Seorang Scholarship hunter,
fuadi selalu bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang Fuadi telah mendapatkan 9 beasiswa untuk belajar di luar negeri. Dia telah mendapatkan kesempatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat, Italia, dan Inggris.
B. Karya-Karya Ahmad Fuadi
Ahmad Fuadi merupakan pengarang novel trilogi Negri 5 Menara dan Ranah 3 Warna merupakan seorang santri yang berhasil mewujudkan mimpinya terbang sampai Amerika. Bahkan Novel Negri 5 Menara telah diangkat ke layar lebar tahun 2011 dan buku ini mendapat beberapa penghargaan, di antaranya: nominasi Khatulistiwa Award 2010 versi anugrah pembaca indonesia, sedangkan tahun 2011, Fuadi dianugrahi Liputan6 award, SCTV untuk kategori motivasi dan pendidikan, penulis terbaik IKAPI dan juara 1 karya terbaik Perpusnas.
Buku novel pertamanya yang berjudul Negeri 5 Menara mampu terjual 10.000 eksemplar dalam waktu 9 bulan. Novel keduanya yang merupakan trilogi dari Negri 5 menara yang berjudul Ranah 3 warna
telah diterbitkan sejak 23 januari 2011 dan novel yang ketiga yang berjudul Rantau 1 Muara telah diterbitkan menyusul Novel yang kedua yaitu pada bulan Mei 2013.
Novel Rantau 1 Muara merupakan ovel ke tiga dari trilogi Negri 5 Menara yang mana merupakan best seller pertama dari Ahmad Fuadi. Novel Rantau 1 Muara merupakan lanjutan dari novel Ranah 3 Warna yang sebelumnya. Jika dalam novel Ranah 3 Warna bercerita tentang seorang lulusan pondok yang bernama Alif Fikri yang melanjutkan pendidikan di UNPAD Bandung, sedangkan pada novel Rantau 1 Muara bercerita tentang Alif Fikri yang sedang menggelagak, sudah separuh dunia dia kelilingi, tulisannya yang sudah banyak tersebar di banyak media dan dia diwisuda dengan nilai yang terbaik.
Perbedaan yang lain dari novel yang sebelum nya yaitu tentang mantra yang digunakan oleh pemeran utama Alif Fikri, jika pada novel yang sebelumnya menggunakan mantra man shobaro dzafiro (barang siapa yang sabar maka akan beruntung) maka dalam novel Rantau 1 Muara ini menggunakan mantra man saara ala darbil washala (barang siapa yang berjalan di jalan-Nya maka akan sampai tujuan).
D. Unsur Intrinsik Novel
Menurut winna (2012: 19) mengatakan bahwa unsur intinsik dalam novel seperti organ-organ penting dalam tubuh novel, jika salah satu elemen tidak hadir atau berfungsi dengan baik, maka keseluruhan novel tersebut berpotensi menjadi timpang.
xxxi
untuk menghidupkan cerita dalam novel sehingga bisa diketahui seberapa bagusnya novel tersebut terbuat.
Dari uraian di atas dapat kita jabarkan tentang unsur-unsur pembangun novel antara lain:
1. Tema Novel
Tema adalah gagasan yang membangun suatu cerita (Kosasih, 2012: 60). Menurut Winna (2012: 22) tema juga bisa disebut genre
dalam penulisan. Genre dilihat dari fungsinya yaitu suatu identitas yang biasanya sering digunakan untuk mendiskripsikan seorang penulis.
Dari beberapa penjelasan di atas tentang penjelasan tema dalam novel, dapat kita tarik kesimpulan bahwa tema adalah gagasan suatu cerita yang dibangun oleh masing masing pengarang cerita tersebut. Bagaimana cerita itu ada dan karakter apa yang ada dalam cerita tersebut adalah bagian dari sebuat tema dalam pembentukan suatu novel.
Tema yang diambil dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi yaitu pantang menyerah dalam menggapai cita-cita. Dalam novel ini juga sangat kental sekali mengusung mantra ajaib yang terdapat dalam novel tersebut. Mantra yang berbunyi “man saara ala darbi
washala” yang artinya barang siapa yang berjalan di jalan-Nya maka
meraih impiannya dengan terus berpegang terus kepada jalan Tuhannya.
2. Alur Cerita
Alur adalah bagaimana cerita itu bisa mengalir (Winna, 2012: 111). Novel menarik biasanya memiliki plot yang padat dan alur yang enak dibaca. Plot yang padat membuat pembaca tertarik untuk mengikuti kisah sang pelaku utama mulai dari awal hingga akhir. Sedangkan alur yang baik membuat perpindahan adegan tidak terasa sehingga membuat pembaca semakin menikmati pembacaannya.
Dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi terdapat alur maju dan alur mundur.Cerita alur maju dalam novel ini dapat dilihat ketika sang tokoh utama Alif Fikri melegalisir ijazah dan bersiap untuk mencari pekerjaan, atau bahasa halusnya waktu untuk mengamalkan ilmunya di masyarakat.
“”Kamu enak lif, banyak pengalaman luar negerinya. Pasti banyak
yang manggil wawancara,” kata Wira kepadaku ketika kami sama
sama antre mendapatkan cap legalisasi...(Fuadi, 2013: 11)”
Sedangkan alur mundur dalam novel ini terdapat ketika sang tokoh utama Alif berkerja di ABN, pada waktu itu ia teringat inget ketika masih berkerja di Derap.
“di kantor ABN yang punya media radio, televisi dan internet, aku
xxxiii
kembung dan bikin anggota badan panas dingin seperti yang kami rasakan saat bekerja di Derap” (Fuadi, 2013: 312).
Alur mundur lainnya juga di temukan novel Rantau 1 Muara, yaitu ketika sang tokoh utama teringat kembali masa lalunya saat masih menjadi santri di Pondok Madani.
“Dulu ketika masih sekolah di Pondok Madani, aku penggembira tim basket. Ikut main tapi tidak pernah masuk tim inti asrama, tentunya karna kalah tinggi dengan teman-teman yang lain” (Fuadi, 2013: 313)
3. Latar atau Setting
Menurut Winna (2012: 154) setting adalah salah satu elemen penting yang membawa pembaca masuk dalam cerita. Nurgiyantoro (2007: 227) menjelaskan tentang setting atau latar:
a. Latar tempat yaitu lokasi tempat terjadinya peristiwa dalam cerita novel tersebut.
b. Latar waktu, yaitu kapan cerita dalam novel tersebut di jalankan.
c. Latar sosial, yaitu latar yang mengarah kepada hubungan sosial dalam suatu tempat yang ada dalam cerita novel tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat kita ambil pengertian bahwasanya latar yaitu penjelasan mengenai tempat, waktu suasana tempat dalam cerita dan keadaan sosial yang ada dalam cerita novel.
berpindah ke Jakarta tempat Alif berkerja menjadi wartawan Derap
dan berpindah ke Washington DC tempat di mana Alif menuntut ilmu S-2 dan mendapat perkerjaannya sebagai wartawan ABN.
Sedangkan untuk latar waktunya ada tiga macam yaitu saat masa kuliah di Bandung, ketika menjadi wartawan di Derap dan ketika melanjutkan S-2 di Amerika dan berkerja di sana.
4. Penokohan atau Karakter dalam Novel
Penokohan adalah karakter utama dalam pembentukan dalam suatu cerita yang ada dalam novel. Karkter juga berpengaruh dalam bagus tidaknya novel tersebut dibaca. Penokohan atau pemberian karakter merupakan salah satu unsur intrinsik dari karya sastra, jika ide merupakan fondasi, maka karakter atau penokohan adalah roda yang menggerakkan cerita (Winna, 2012: 54).
a. Protagonis
Protagonis atau yang sering disebut sebagai „karakter baik‟
yaitu karakter utama yang didukung oleh pembaca. Karakter protagonis biasanya dikembangkan oleh penulis selama cerita berlangsung. Karakter protagonis selalu berkembang menjadi lebih kuat, lebih baik, dan selalu terlihat bagi sang pembaca novel (Winna, 2012: 55). Adapun karakter protagonis dalam novel Rantau 1 Muara yaitu:
xxxv
Merupakan tokoh utama dalam novel Rantau 1 muara berasal dari desa Bayur, pinggir danau Maninjau, Bukit Tinggi Sumatera Barat. Setelah lulus dari dalah satu perguruan tinggi di Bandung ia sempat terlanda kebingungan mau meneruskan kemana jalan hidupnya, dia lulus pada saat yang kurang pas. Alif fikri seorang lulusan
UNPAD pada awal 90‟an, saat itu Indonesia dicekik krisis
ekonomi dihoyak reformasi. Lowongan pekerjaan sulit ia dapatkan, walaupun kepercayaan dirinya sempet goyah namun ia tetap tabah dalam menghadapi cobaan dalam hidupnya.
Secercah harapan muncul ketika Alif diterima sebagai wartawan di Jakarta. Dan ketika menjadi seorang wartawanlah Alif fikri menemukan tujuan hidupnya, kebiasaan menulis sejak masih di PM ( Pondok Madani) ia lanjutkan hingga ia manjadi wartawan profesional.
b. Karakter pendukung/tokoh tambahan
utama. Adapun karakter pendukung dalam Novel Rantau 1 Muara yaitu:
1) Mas Aji
Mas Aji adalah jendral dari para wartawan di Derap, mas Aji adalah orang yang memmiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, dia selalu berperang dengan ketidak adilan ia menjadi simbol derap dalam kejujuran. Di lain pihak mas Aji adalah orang yang menjadi atasan Alif ketika berkerja sebagai wartawan di majalah Derap, seseorang yang dikenal sebagai pendiri dari kebebasan pers di masa pak Harto, lulusan dari sekolah tehnik namun justru menjadi penyair dan akhirnya menjelma menjadi seorang wartawan yang amat disegani.
2) Mas Malaka
Mas malaka adalah teman seperjuangan mas Aji di majalah Derap. Mas Malaka mempunyai perawakan santai sering memakai sarung saat rapat dan senang membawa gitar kemana-mana. Mas malaka dan mas aji sering disebut dynamic duo dalam memimpin Derap
xxxvii
bijaksana, semua itu ternilai saat alif terpaksa harus dibenci olah sebagian reporter dari media lain karna tidak mau menerima uang suap dari salah satu tempat liputan berita.
3) Dinara
Dinara adalah teman kerja Alif ketika menjadi seorang wartawan di Derap. Dinara adalah orang asli Jakarta, seorang lulusan UI di Depok. Dinara adalah rekan kerja Alif Fikri tokoh utama dalam Novel Rantau 1 Muara. Dinara memiliki mata bulat, cantik, lincah dan memiliki daya tarik terhadap lawan jenis.
Dinara adalah teman kerja Alif dan juga menjadi teman hidup Alif. Sesudah Alif dan Dinara menikah Dinara diboyong Alif ke Washington, Amerika serikat untuk hidup bersamanya.
4) Mas Garuda
Mas Garuda adalah kakak angkat alif selama tinggal di Washington, dia merupakan warga indonesia yang menjadi tenaga kerja di Amerika, tempat asalnya adalah Jawa Timur.
kuliahnya, dan mas Garuda menawarkan tempat tinggal bersamanya dengan gratis. Mas Garuda di Amerika memiliki banyak jabatan, di antaranya kurir khusus untuk dokumen dan surat penting, pengantar koran, pizza man, dan penjual tempe.
5) Ustadz Fariz
Ustad Fariz adalah ustad yang berasal dari Indonesia, beliau juga lulusan Pondok Madani seperti Alif. Ustad Faris sering memberikan petuah petuah kepada warga di area sekitar DC selama satu tahun. Ustad Faris adalah ustad yang berasal dari PM, ketika beliau masih di Pondok Madani beliau juga pernah menjadi munsyi, konsultan santri, penasihat konsul santri yang berasal dari tanah minang
5. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan hal yang sangat mendasar yang dilakukan oleh pengarang dalam menjalankan suatu cerita dalam novel yang dikarangnya.
Sudut pandang dalam novel ini menggunakan sudut –pandang orang pertama, karna dalam novel ini sang pengarang menyebut dirinya dengan nama aku, saya, dan aden.
sejak subuh tadi aku sudah bangun. Ini hari penting. Yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Minggu lalu aku menghela nafas lega ketika sebuah surat dari perusahaan
xxxix
bahwa anda kami terima sebagai staff di tim marketing dan
komunikasi...”( Fuadi, 2013: 31).
6. Amanat
Amanat adalah pesan dari sang pengarang novel yang hendak disampaikannya melalui novel yang ia buat. Amanat merupakan penjelasan utuh yang terdapat dlaam novel tersebut. terkadang amanat secara langsung dapat ditemukan pembaca langsung ada dalam novel tersebut. namun tak jarang sang pengarang menimbulkan amanat seperti bayang-bayang kemana arah pembacaan dimulai dari sanalah sang pembaca paham kemana arah suatu novel menemukan amanatnya.
Adapun amanat dari novel ini adalah perenungan dan mengajak kepada sang pembaca jangan sampai menyerah terhadap keadaan. Manusia tidak sendiri, manusia memiliki Allah sebagai tuhan tempat kembali dan bersimpuh. Manusia harus bisa bermanfaat terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Kutipan dalam novel:
Hidup kini ibarat mengayuh biduk membelah samudra hidup. Selamanya akan naik turun dilamun gelombang dan ditampar badai. Tapi aku tidak akan merengek kepada air, pada angin, dan pada tanah. Yang membuat aku kukuh adalah aku tahu kemana arah tujuan akhirku diujung cakrawala. Dan aku tahu aku tidak sendiri. Di atas sana ada Tuhan yang menjadi tempat jiwa ragaku sepenuhnya bertumpu(Fuadi, 2013: 395).
Kepercayaan diri alif sedang menggelegak. Sudah separuh dunia sudah ia kelilingi, tulisannya sudah tersebar keberbagai media, dan dia diwisuda dengan nilai terbaik perusahaan mana yang tak tergiur merekrutnya?.
Namun Alif lulus di saat yang salah. Akhir 90‟an Indonesia dicekik
krisis ekonomi dan dihoyak reformasi. Lowongan pekerjaan sulit dicari kepercayaan dirinya goyah bagaimana dia bisa menggapai impiannya?
Secercah harapan muncul ketika Alif diterima sebagai wartawan di ibu kota. Di sana, hatinya tertambat oleh seorang gadis yang dulu pernah ia curigai, kemana arah hubungan mereka?
Takdir menerbangkan Alif ke Washington DC, life is perfect, sampai terjadi tragedi 11 September 2001 di kota New York yang menggoyahkan jiwanya. Kenapa orang dekat harus pergi? Alif terpaksa memikirkan misi ulang hidupnya, dari mana dia bermula dan kemana dia akhirnya akan bermuara?
„Mantra‟ ketiga “man saara ala darbi washala” (siapa yang berjalan di
jalannya maka akan sampai tujuan) menuntun pencarian misi hidup Alif. Hidup pada hakikatnya adalah perantauan, suatu masa akan kembali ke akar, ke yang satu, ke yang awal, muara segala muara.
Rantau 1 Muara adalah kisah pencarian tempat berkarya, pencarian
belahan jiwa , dan pencarian kemana hidup akan bermuara.
xli F. Kelebihan Novel Rantau 1 Muara
Novel ini merupakan rangkaian ke tiga dari novel Negeri 5 Menara, tentu saja tokoh utama dalam novel ini tak berbeda dari novel yang pertama maupun pada novel yang kedua yang berjudul Ranah 3 Warna. Namun perbedaan-perbedaan terlihat jelas di mana dari ketiga novel tersebut dibuat.
Perbedaan yang paling mencolok adalah dari mantra yang digunakan dari ketiga novel tersebut. Jika dalam novel Negeri 5 Menara menggunakan mantra man jadda wa jada (barang siapa berusaha maka akan berhasil), sedangkan di novel Ranah 3 Warna mempunyai mantra
man shobaro dzafiro (barang siapa bersabar maka akan beruntung), maka
dalam novel yang ke tiga ini yang berjudul Rantau 1 Muara memiliki mantra man saara ala darbil washala ( barang siapa berjalan di jalannya maka akan sampai).
motivasi ekstra tentang yang harus diwujudkan menjadi nyata dengan mencari jalan-jalan kenyataan tersebut.
xliii
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
Dari novel Rantau 1 Muara dapat diketahui, pesan apa yang ingin disampaikan oleh Ahmad Fuadi yang terkutip dalam novel karangannya. Novel Rantau 1 Muara bercerita tentang pengalaman Ahmad Fuadi selama lulus dari UNPAD, yang mana dalam novel tersebut terdapat banyak sekali nilai-nilai pendidikan islam yang dapat kita ambil pelajaran semasa hidup kita.
Setelah penulis membaca novel, meneliti isi novel, dan memahami makna isi dari novel, dan menganalisis isi novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, penulis banyak menemukan nilai pendidikan Akhlak dalam novel tersebut.. Adapun isi novel Rantau 1 Muara yang terdapat hubungannya dengan nilai-nilai Akhlak yaitu: nilai akhlak kepada Allah, nilai Akhlak kepada sesama manusia.
Adapun untuk lebih rincinya penulis menggambarkan beberapa rangkuman di bawah ini, yang meliputi:
A. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Novel Rantau 1 Muara
a. Percaya kepada Allah 1) Tawakal
Adapun yang menunjukkan nilai tawakal pada novel ini adalah ketika Alif mencari Mas Garuda di New York, selepas terjadinya tragedi 11 September. Alif begitu galau karna semua usahanya mencari Mas Garuda belum menemukan hasil, yang pada akhirnya Alif menyerahkan semua kepada Allah atas semua usahanya. Kutipan dalam novelnya yaitu:
Ya Allah, tunjukilah kami jalan untuk menemukan
mereka”, pintaku dengan lemas sambil menggenggam
erat syal itu. Badanku rasanya lelah dan kakiku seperti tidak bertenaga menopang badan. (Fuadi, 2013: 247) Dari kutipan yang lain juga dipaparkan tentang tawakal:
Dengan memejamkan mata dan menyebut basmalah, aku lepas surat lamaran ini terbang ke lusinan organisasi internasional dan korporasi. (Fuadi, 2013: 18)
Adapun untuk nilai-nilai tawakal yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara telah penulis rangkum dalam tabel di bawah ini:
(1) Dengan memejamkan mata dan menyebut basmalah, aku lepas surat lamaran ini terbang ke lusinan organisasi internasional dan korporasi. (Fuadi, 2013: 18)
(2) Semoga setiap kesusahan selalu ada kemudahan, bisikku dalam hati.(Fuadi, 2013: 32)
(3) InsyaAllah Lif, rezeki kita tahun ini bisa lebih baik, biar bisa mengontrak kamar yang lebih panjang.(Fuadi, 2013: 44)
(4) Aku coba tarik napas panjang sambil mengingat nasihat
Kiai Rais dulu,”jangan takut pada manusia yang
membatasi kita atas dan bawah itu Cuma langit dan
xlv
(5) Tuhan ini maha melihat siapa yang paling bekerja keras. Dan Dia adalah sebaik-baiknya penilai. Tidak akan pernah Dia menyia-nyiakan usaha manusia. Aku percaya setiap usaha akan dibalas-Nya dengan balasan yang sebaik-baiknya.(Fuadi, 2013: 154)
(6) “kalo yakin bisa dua bulan lagi, ayuk kita mulai dengan
bismillah” sekali lagi aku ketik dengan cepat.
“Bismillah bang.”(Fuadi, 2013: 239-240)
(7) “Bismillah, ya,Dinara”
“bismillah, bang.(Fuadi, 2013: 245-246)
(8) “O ya, kita harus berusaha, karena itu yang kita bisa.
Dan sisanya biarkanlah Allah yang menentukan.” (Fuadi, 2013: 250)
(9) “Zaman sudah berbeda. Hidup masa kini lebih banyak
kendala,” dia tidak menyerah dengan gampang.
“tapi ambo percaya contoh perjuangan hidup bapak
layak ditiru. Seperti kata bapak, Tuhan maha membukakan Rezeki. Dulu dan sekarang, insyaAllah”. (Fuadi, 2013: 252)
(10) Semoga mas Garuda memang baik-baik saja. Amin, ya Allah. (Fuadi, 2013: 337)
(11) “Masya Allah...” Hatiku menciut, aku beristigfar. Seketika aku merasa aliran dingin meresap keseluruh urat sarafku. Aku tahu lokasi kantor mas Garuda yang ada di Mahattan itu tidak seberapa jauh di WTC. Tapi dia libur dihari selasa. (Fuadi, 2013: 338)
(12) Akhirnya kami sepakat untuk meminta petunujuk-Nya.
“Cinta , kita sholat Istikhgarah yuk. Dia selalu tahu apa yang paling baik untuk Kita,” ajakku. (Fuadi, 2013: 385)
(13) Ya Allah, tunjukilah kami jalan untuk menemukan
mereka”, pintaku dengan lemas sambil menggenggam
erat syal itu. Badanku rasanya lelah dan kakiku seperti tidak bertenaga menopang badan. (Fuadi, 2013: 247)
Dari tabel di atas dapat ditemukan beberapa nilai-nilai tawakal
di antaranya sebutan kata “basmallah” yang terdapat pada tabel
nomer 1,6, dan 7. Di sisi lain kalimat yang menunjukkan nilai tawakal yang terdapat pada novel Rantau 1 Muara juga terdapat
pada pelafalan lafad “insyaAllah” yang terdapat dalam kolom 9
pada cuplikan cerita “biarkan Allah yang menentukan”, pada
cuplikan cerita ini sang pengarang novel Rantau 1 Muara menceritakan bahwasanya manusia bisa saja bekerja keras untuk meraih apa yang mejadi impiannya, namun manusia harus bisa bertawakal kepada Allah, karena segala sesuatu pasti hanya Allah yang bisa mengabulkan.
Nilai tawakal selanjutnya terdapat pada cuplikan cerita “amin
ya Allah”, pada cuplikan cerita ini sang pengarang mencoba
memastikan bahwasanya usaha manusia dapat berhasil dengan izin Allah dan manusia hanya bisa berusaha dan terus berjuang dan menyerahkan sisanya kepada Allah.
Pada tabel nomor 12, terdapat cuplikan cerita “meminta
petunjuk-Nya”, begitupula nomor 13,”tunjukilah kami jalan
menemukan mereka”, dan juga nomor 2, “semoga setiap
kesusahan ada kemudahan.” Pada cuplikan cerita ini
menunjukkan bagaimana seharusnya kita menyerahkan semuanya hanya kepada Allah, karna memang usaha manusia hanyalah usaha lahiriah semata. Lebih lanjut pada kolom nomer
5 telah dituliskan “Dia adalah sebaik-baik Penilai”, pada
xlvii
Pada tabel nomor 4 cuplikan cerita yang menunjukkan sikap
tawakal kepaa Allah adalah pada cuplikan cerita” jangan takut
kepada manusia” pada cuplikan cerita ini menunjukkan
bahwasanya sang pengarang novel ingin mewujudkan cerita tentang tokoh utama yang tidak takut kepada manusia, yang mana ketakutan yang sesungguhnya hanya pantas ditujukan kepada Allah dan tidak ada mahluk yang lainnya.
2) Ikhlas
Ikhlas dari kata akhlasha yang bisa berarti murni, atau bersih, sejalan dengan pendapat tersebut kata ikhlas bisa berarti ikhlas dalam beribadah kepada Allah atau juga ikhlas dalam menjalankan dan menerima takdir yang diberikan oleh Allah kepada hambanya.
Merujuk dalam novel Rantau 1 Muara juga terdapat nilai ikhlas di antarannya yaitu, saat Alif sang tokoh utama merelakan kepergian kakak angkatnya karna tidak diketahui keberadaannya setelah tragedi 11 September di New York, kutipannya yaitu:
Aku bersimpuh lama-lama di sajadah. Dinara yang aku imami sudah melipat sajadah dan mukenanya lalu kembali sibuk di dapur doa utamaku tetap berharap akan keselamatan Mas Garuda. Tapi aku harus memulai berdamai dengan keadaan dan mendoakan akhir terbaik buatnya, hidup maupun mati. (Fuadi, 2013: 357)
(14) “kawan-kawan di New York juga tidak ada yang tahu dan melihat mas Nanda. Kesiapa lagi kita harus
bertanya?” kata Mbak hilda sambil melihat kejendela.
Pandangannya seperti mencoba menembus pekatnya malam. Dengan segala kekisruhan ini, tidak banyak pihak yang bisa diandalkan untuk membantu. Ini bukan bencan kami saja, ini bencana nasional, bahkan dunia. Semua orang sibuk dengan masalah mereka masing-masing. Saatnya untuk i‟timat ala nafsi harus bertopang pada diri sendiri dan Yang mahakuasa.(Fuadi, 2013: 339)
(15) Aku bersimpuh lama-lama di sajadah. Dinara yang aku imami sudah melipat sajadah dan mukenanya lalu kembali sibuk di dapur doa utamaku tetap berharap akan keselamatan Mas Garuda. Tapi aku harus memulai berdamai dengan keadaan dan mendoakan akhir terbaik buatnya, hidup maupun mati. (Fuadi, 2013: 357)
Salah satu wujud keimanan seorang hamba yaitu meyakini sifat-sifat Allah, yang mana dapat terwujud dalam meyakini sifat-sifat Allah yang 20. Diantara sifat Allah dalam novel ini ialah Allah Maha Mendengar, kutipannya yaitu:
xlix
Adapun kutipan meyakini sifat Allah dalam novel Rantau 1 Muara di antaranya adalah:
(16) Alhamdulillah, doa dan usaha itu memang selalu didengar-Nya.(Fuadi, 2013: 31)
(17) Siapa tahu. Aku diajarkan untuk tidak meremehkan impian setinggi apapun, karna sungguh Tuhan Maha Mendengar. Cita-cita yang baru merupakan bisikan di dalam hati terdalam, telah terdengar oleh-Nya dan bisa jadi nyata. (Fuadi, 2013: 170)
(18) Tuhan mendengar doa kami. Di rumah sakit yang ketiga, kami mendapatkan keajaiban. Kami bahkan tidakp perlu memelototi daftar nama yang panjang. Di beberapa garis saja yang melihat dengan hati terbuka.(Fuadi, 2013: 371) (20) Alangkah indahnya. Senda gurau dan doa kami dibawah
menara dulu menjadi kenyataan. Aku tidak putus-putus
membatin, “terimakasih Allah, Sang Pengabul Harapan dan Sang Maha Pendengar Doa.”(Fuadi, 2013: 374)
(21) Dulu kami hanya berani bermimpi. Nggak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Kini jadi nyata. Tuhan banar-benar
menjawab tuntas impian kami,” ceritaku
bersemangat.(Fuadi, 2013: 376)
(22) “Bang waktu kuliah di UI dulu, Dinara pernah punya impian untuk bekerja di ABN Washington DC. Apa ini doa yang didengar-Nya ya?” kata Dinara. (Fuadi, 2013: 309)
(23) Tuhan ini Maha Melihat siapa yang paling bekerja keras. Dan dia adalah sebaik-baik-Nya penilai. Tidak akan pernah Dia menyianyiakan usaha manusia. Aku percaya setiap usaha akan dibalas-Nya dengan balasan sebaik-baiknya.(Fuadi, 2013: 154)
(24) “Zaman sudah berbeda. Hidup masa kini lebih banyak
kendala,” dia tidak menyerah dengan gampang.
“Tapi Ambo percaya, contoh perjuangan hidup bapak layak ditiru. Seperti kata Bapak. Tuhan Maha Membukakan
dari tabel di atas dapat diketahui bahwasanya salah satu tanda meyakini sifat Allah terdapat pada tabel nomor 16, 17, 18, 20, dan 22. Pada tabel tersebut tanda bahwa meyakini sifat Allah Maha Mendengar.
Sedangkan untuk tabel nomor 19 dan 23 nilai meyakini sifat Allah
terdapat pada tulisan “Adil, dan Tuhan maha memilihkan”. Untuk
tabel nomor 21 yang menunjukkan meyakini sifat Allah terdapat
pada tulisan “Tuhan benar-benar menjawab tuntas impian kami”,
dan untuk tabel nomor 24 yang menunjukkan meyakini sifat Allah
terdapat pada tulisan ”Tuhan maha membukakan rezeki”.
c. Meyakini Qodho dan Qodarnya Allah
Iman kepada qodho dan qodarnya Allah adalah iman yang ke enam dalam rukun iman yang wajib umat muslim percayai. Qodho dapat diartikan dengan rencana ketetapan Allah yang pasti terjadi sedangkan qodar berarti rencana Allah yang sudah pasti terjadi,
qodho dan qodar bisa juga disebut dengan takdir yang ditetapkan
oleh Allah. Menurut Awang (2008: 2) takdir sendiri dibagi menjadi dua yaitu takdir mubram (ketetapan Allah yang tidak dapat berubah) dan takdir muallaq (ketetapan Allah yang bisa berubah dengan usaha manusia).
Dalam novel Rantau 1 Muara nilai meyakini qodho dan qodarnya
li
Sebaliknya, mungkin Raisa memang cocok dengan Randai. Tuhan memang Maha Memilihkan yang terbaik bagi siapa saja yang melihat dengan hati terbuka.(Fuadi, 2013: 371) Dari kutipan cerita dalam novel di atas dapat dilihat bahwasanya Alif sang tokoh utama begitu meyakini bahwasanya jodohnya telah di tentukan oleh Allah. Sehingga dia merasa ikhlas dengan apa yang telah Allah takdirkan untuknya.
Adapun nillai nilai memprcayai Qodho dan Qodarnya Allah di antaranya:
(25) Keajaiban injury time terjadi hanya dalam hitungan seminggu. Hari ini aku mendapatkan e-mail resmi dari dua fakultas komunikasi yang bagus di East Coast. Boston University dan George Washington University di Washington DC. Mereka telah menyutujui aplikasi A-2-ku. Ingin aku melompat setinggi-tingginya dan berteriak lega sekeras-kerasnya. Impian besar itu tercapai jua akhirnya. Alhamdulillah, ya Tuhan. Janji-Mu memang tidak meleset, apa yang diperjuangkan dengan sepenuh hati dan raga, lambat laun akan sampai.(Fuadi, 2013: 186)
(26) Sebaliknya, mungkin raisa memang cocok dengan Randai. Tuhan memang Maha Memilihkan yang terbaik bagi siapa saja yang melihat dengan hati terbuka.(Fuadi, 2013: 371)
pada tabel di atas dapat diketahui beberapa nilai tentang qodho dan qodarnya Allah di antaranya yaitu terdapat pada tabel nomor 25
yang berbunyi “janjiMu (Allah) memang tidak meleset” sedangkan
untuk tabel nomor 26, yang menunjukkan qodho dan qodarnya Allah terdapat pada tulisan “Tuhan memang Maha Memilihkan yang terbaik bagi siapa yang melihatnya dengan hati yang
d. Meyakini Kiamat kecil ( kematian)
Kiamat Sugra atau kecil. Seperti kematian, gempa bumi, gunung meletus, banjir dan lain-lain.
Gambaran meyakini kematian yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara yaitu:
Kematian itu ibarat pintu. Kelahiran itu juga layaknya sebuah pintu. Kedua portal yang pasti dilalui semua anak manusia dalam perjalanan panjang di dunia ini. Kenapa sekarang aku jadi resah dengan pintu ini? Ini bukanlah kali pertama aku menjadi saksi dalam dalam perjalanan manusia yang lalu-lalang melewati pintu mati dan pintu lahir. Sembilan tahun lalu kematian hanya sejengkal dalam mataku ketika aku melepas ayah selamanya. Aku pernah pula membaui sendiri kematian di kamar mayat RSCM. Di insiden 9/11 ini bahkan aku saksikan sendiri ribuan melayang di New York Jangan terlalu sedih dengan kematian jangan terlalu bahagia dengan kelahiran. Keduanya pintu wajib buat manusia. Manusia datang dan pergi. Melalui pintu lahir dan pintu ajal. Saat ajal tiba sesungguhnya kita pulang ke asal. Seperti kata Dulmajid dulu. Dalam hidup ini kita pada hakikatnya adalah perantau. Suatu saat kita akan kembali pulang. Mungkin ini
ma‟na lain dari man saara ala darbil washala. Barang siapa yang berjalan di jalan-Nya maka akan sampai tujuan. Bukan hanya tujuan kebahagiaan dan keberhasilan dunia tapi juga tujuan haqiqi. Ketempat kita dulu berasal. Ke Sang Pencipta. (Fuadi, 2013: 359)
Dari kutipan cerita di atas sang pengarang menceritakan betapa galaunya sang tokoh utama Alif ketika ditinggal pergi kakak angkatnya di New York paska terjadinya tragedi 11 September. Adapun untuk nilai meyakini kiamat kecil dalam novel Rantau 1 Muara, telah penulis rangkum dalam tabel di bawah ini:
liii
hanya untuk diri sendiri. Saatnya untuk lebih bermanfaat.”
Tiba-tiba di mataku Dinara berubah laksana seorang...(Fuadi, 2013: 328)
(28) Kematian itu ibarat pintu. Kelahiran itu juga layaknya sebuah pintu. Kedua portal yang pasti dilalui semua anak manusia dalam perjalanan panjang di dunia ini. Kenapa sekarang aku jadi resah dengan pintu ini? Ini bukanlah kali pertama aku menjadi saksi dalam dalam perjalanan manusia yang lalu-lalang melewati pintu mati dan pintu lahir. Sembilan tahun lalu kematian hanya sejengkal dalam mataku ketika aku melepas ayah selamanya. Aku pernah pula membaui sendiri kematian di kamar mayat RSCM. Di insiden 9/11 ini bahkan aku saksikan sendiri ribuan melayang di New York. Jangan terlalu sedih dengan kematian jangan terlalu bahagia dengan kelahiran. Keduanya pintu wajib buat manusia. Manusia datang dan pergi. Melalui pintu lahir dan pintu ajal. Saat ajal tiba sesungguhnya kita pulang ke asal. Seperti kata Dulmajid dulu. Dalam hidup ini kita pada hakikatnya adalah perantau.
Suatu saat kita akan kembali pulang. Mungkin ini ma‟na lain
dari man saara ala darbil washala. Barang siapa yang berjalan di jalan-Nya maka akan sampai tujuan. Bukan hanya tujuan kebahagiaan dan keberhasilan dunia tapi juga tujuan haqiqi. Ketempat kita dulu berasal. Ke Sang Pencipta. (Fuadi, 2013: 359)
Dari tabel di atas nilai yang menunjukkan iman kepada kiamat kecil khususnya kematian adalah yang terdapat pada tabel nomor 27, yang mana pada tabel tersebut terdapat tulisan yang berbunyi
”apa yang kita dapat di sini akan habis ketika kita mati”, dari
cuplikan cerita tersebut, manusia diajarkan untuk lebih memikirkan hari di mana setiap manusia dipanggil Allah SWT. Tidak ada harta yang akan dibawa manusia, karena hanya amal yang akan manusia bawa mati.
Lebih lanjut pada tabel nomor 28 yang menunjukkan nilai iman
2. Nilai pendidikan Akhlak kepada sesama manusia
Akhlak manusia dapat bernilai baik dan buruk atas semua tingkah laku manusia di dunia. Secara umum akhlak merupakan gambaran perilaku kehidupan sosial manusia. akhlak tersebut meliputi akhlak terhadap diri sendiri juga akhlak terhadap orang lain.
a. Akhlak dari diri sendiri
Menurut Zuriah(2007: 30) mengatakan bahwa setiap manusia harus mempunyai jati diri, seseorang mampu menghargai dirinya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Sedangkan menurut Barmawi menjelaskan panjang lebar tentang akhlak pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu akhlak mahmudah (terpuji) dan akhlak madzmumah (tercela), maka dari itu penulis mencoba menerangkan beberapa macam pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara di antaranya. Penulis menemukan nilai akhlak mahmudah dalam novel Rantau 1 Muara diantaranya:
1) Istiqomah
lv
semua bentuk larangan-Nya, (Ibnu Rajab Al Hambali,1424H: 246).
Adapun sedikit tentang nilai istiqomah yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara, kisahnya yaitu:
Bukankah ini suatu bentuk kosistensi? Sudah bertahun tahun aku menanam. Mungkin sekarang waktunya menuai. Man yazro yahsud. Siapa yang menanam dia menuai. (Fuadi, 2013: 30)
Nilai pendidikan istiqomah dalam novel Rantau 1 Muara biasanya dijelaskan secara langsung dengan menyebutkan
kata “konsisten”.
Adapun nilai pendidikan istiqomah dalam novel Rantau 1 Muara telah penulis rangkum di antaranya yaitu:
(29) Ada suatu bidang yang tidak pernah putus ku geluti selama delapan tahun terakhir hidupku. Aku konsisten mengasah kemampuan menulis. (Fuadi, 2013: 30)
(30) Bukankah ini suatu bentuk kosistensi? Sudah bertahun tahun aku menanam. Mungkin sekarang waktunya menuai. Man yazro yahsud. Siapa yang menanam dia menuai. (Fuadi, 2013: 30)
Dari tabel di atas nilai istiqomah terdapat pada kaliamat
“konsisten”.
2) Sabar
Dalam novel Rantau 1 Muara nilai sabar di antaranya
terdapat dalam kata mutiara “ man shobara zafiro” yang
“kan abang sendiri yang selalu mengatakan man
shabara zhafiro kalo dapat cobaan.” (Fuadi, 2013:
356)
Sabar dalam novel ini juga dikutip secara langsung dalam
novel tersebut dengan kata “sabar” seperti pada saat Alif
sang tokoh utama dalam novel ini menunggu sang jendral untuk wawancara salah satu tugasnya sebagai wartawan, kutipannya yaitu:
“ya terserah kamu lah,!” katanya kesal dan
meninggalkan ku.
“saya orangnya penyabar, pak” aku mencoba
tersenyum. (Fuadi, 2013: 115)
Adapun untuk kutipan sabar lainnya terdapat dalam tabel di bawah ini:
(31) “ya terserah kamu lah,!” katanya kesal dan meninggalkan ku.
“saya orangnya penyabar, pak” aku mencoba
tersenyum. (Fuadi, 2013: 115)
(32) “kan abang sendiri yang selalu mengatakan man
shabara zhafiro kalo dapat cobaan.” (Fuadi, 2013:
356)
Nilai kesabaran yang terdapat pada tabel diatas dikutip
secara langsung oleh penulis dengan kalimat “sabar”.
3) Pantang menyerah
lvii
Amerika yang mampu menampungnya. Adapun sifat pantang menyerah tersebut terdapat pada :
Tidak ada kata menyerah. terus berjalan maju sampai ujung tujuan. Man saara ala darbi washala
sebuah konsistensi mengalahkan ketidak mungkinan.(Fuadi, 2013: 185)
Di antara sifat pantang menyerah yang ditunjukkan novel Rantau 1 muara penulis telah merangkumnya, di antaranya yaitu:
(33) Aku menggeleng. Ingatanku kembali ke pesan Kiai
Rais, “jangan gampang terbuai keamanan dan
kemapanan. Hidup itu kadang perlu beradu, bergejolak bergesekan.(Fuadi, 2013: 12)
(34) Mungkin saatnya aku berburu beasiswa lagi. Kali ini untuk gelar S-2. Mungkin pekerjaan yang aku cintai sebenarnya menuntut ilmu. Mungkin tujuan yang aku tuju itu adalah ilmu, dan jalan yang aku lalui adalah belajar. Belajar dari buaian dampai liang lahat. Itu doktrin yang aku dapatkan di pondok madani dulu. (Fuadi, 2013: 112)
(35) Merantaulah, kau akan mendapat ganti kerabat dan teman...
Berlelah-lelahlah manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.... (Fuadi, 2013: 159)
(36) Tidak ada kata menyerah. terus berjalan maju sampai ujung tujuan. Man saara ala darbi washala sebuah konsistensi mengalahkan ketidak mungkinan.(Fuadi, 2013: 185)
Pada tabel di atas yang menunjukkan nilai pantang
menyerah terdapat pada tulisan “jangan gampang terbuai
keamanan” pada tabel nomor 33, pada cuplikan cerita
kehidupan yang lebih baik. Lebih lanjut tabel nomor 34 yang menunjukkan nilai pantang menyerah terdapat pada
tulisan”mungkin saatnya berburu beasiswa lagi”, pada
cuplikan cerita tersebut menceritakan bahwa Alif sang tokoh utama berusaha dan berkerja keras dalam melanjutkan mimpinya kembali setelah dia hampir putus asa karena beberapa kali lamaran kerjanya ditolak beberapa perusahaan.
Lebih lanjut nilai pantang menyerah juga terdapat pada
tabel nomor 35 yang berbunyi ”berlelah-lelahlah, manisnya
hidup terasa setelah lelah nya berjuang”. Pada cuplikan
tersebut adalah pesan dari kyai Rais guru dari Alif ketika masih belajar di Pondok Madani dulu, yangmana dalam isinya mengandung tentang semangat hidup dan pantang menyerah dalam menghadapi cobaan. Pada tabel nomor 36 juga terdapat makna pantang menyerah yang terkutip
langsung dalam tulisan ”tidak ada kata menyerah”.
4) Bersyukur
Bersyukur dapat diartikan berterimakasih atas semuanya yang Allah berikan. Tanda bersyukur dalam novel Rantau 1
Muara terdapat pada kata “terimakasih Allah” dan
“hamdallah”. Kutipan tanda bersyukur di antranya yaitu:
lix
membiayai hidupku satu bulan lebih. Alhamdulillah.(Fuadi, 2013: 6)
Dari kutipan novel di atas menceritakan Alif yang bersyukur karena mendapatkan nomial gaji di atas satu juta, yang mana kata-kata Alhamdulillah terkutip sebagai bentuk bersyukur kepada Allah.
Tanda bersyukur kepada Allah yang ditunjukkan dalam novel Rantau 1 Muara telah dirangkum penulis diantaranya yaitu:
(37) Aku meng hitung hitung, honor berbagai cuplikan cerita itu akan cukup melunasi uang kuliah dan membiayai hidupku satu bulan lebih. Alhamdulillah.(Fuadi, 2013: 6)
(38) Alhamdulillah, doa dan usaha itu memang selalu didengar-Nya.(Fuadi, 2013: 31)
(39) Aku kembali membaca surat itu dari ujung atas sampai bawah pelan-pelan. Isinya sama. Tidak salah. Alhamdulillah ya Tuhan. Di saat aku terdesak, tangan-Mu selalu datang menjangkau ku (Fuadi, 2013: 38)
(40) “Alhamdulillah saya sudah kerja, Bu.”(Fuadi, 2013: 47)
(41) Tidak sebanyak yang aku bayangkan, namun segala sesuatu yang bunyinya diatas satu juta selalu ,merdu di kuping ku. Alhamdulillah.(Fuadi, 2013: 48)
(42) “Bersyukur dong. Kita orang terpilih dan beruntung bisa kerja di Derap. Jurnalistik yang berpihak kepada keadilan, kepada yang dikalahkan kekuasaan yang
jumawa. Ini perjuangan kawan...” (Fuadi, 2013: 108)
(43) “tapi yang awalnya paksaan, sekarang jadi kesyukuran, aku jadi mengerti tentang pertanyaan pertanyaan besar dalam hidup. Seperti dari mana asala hidup ini, bagaimana mengisi hidup dan kearah
mana asal hidup.” (Fuadi, 2013: 140)
(44) dari sejak SMP gua alhamdulillah uadah hafal Yasin.