• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI MORAL DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XI SMA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "NILAI MORAL DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XI SMA SKRIPSI"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

i

DI KELAS XI SMA

SKRIPSI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Gilar Ika Kurniasari NIM 092110017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PIRWOREJO 2014

(2)
(3)
(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Gilar Ika Kurniasari;

NIM : 092110017;

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia;

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Purworejo, 14 Maret 2014 Yang membuat pernyataan,

Gilar Ika Kurniasari

iv

(5)

v

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (Q.S. Al Insyiroh: 6-7).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan dorongan moral dan material serta limpahan kasih sayangnya.

2. Kedua adikku yang selalu memberikan semangat dan doa.

3. Karsanto Setio Adi yang selalu setia menemani disetiap langkahku.

(6)

vi

Alhamdulilah, pujisyukur penulis persembahkan kehadirat Allah Swt.

karena rahmat, hidayah, dan 1inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA”. Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penulis menyadari di dalam menyusun skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun, berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Akhirnya, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin untuk meyusun skripsi ini;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

4. Drs. H. Khabib Sholeh, M. Pd., selaku dosen pembimbing I dan Umi Faizah, M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membimbing, mengarahkan, memotivasi dengan penuh kesabaran, dan tidak mengenal lelah,

(7)

vii

Indonesia yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan skripsi ini;

6. Teman-teman seperjuangan yang telah memberi motivasi dan semangat sehingga skrispsi ini dapat terselesaikan.

Penulis hanya dapat berdoa semoga Allah Swt. Memberikan balasan yang berlipat ganda atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Purworejo, 14 Maret 4014 Peneliti,

Gilar Ika Kurniasari

(8)

viii

Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan unsur intrinsik novel Rantau 1 Muara (2) mendeskripsikan nilai moral dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi (3) mendeskripsikan relevansi nilai moral novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Fokus penelitian ini adalah nilai moral novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi dan pembelajarannya di kelas XI SMA. Data yang digunakan adalah narasi dan percakapan yang berwujud kutipan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan observasi. Instrumen penelitian ini adalah penulis sendiri sebagai peneliti, kartu data, dan alat tulis. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi. Dalam penyajian hasil analisis digunakan teknik penyajian informal.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa (1) tema novel ini adalah perjuangan untuk menggapai impian dan cita-cita. Tokoh utamanya adalah Alif Fikri dan tokoh tambahannya adalah Randai, Pasus, Dinara, dan Garuda. Latar dalam novel ini terdiri dari latar tempat di antaranya di Bandung, Washington DC, New York. Latar waktu yang digunakan adalah pagi hari, siang hari, dan malam hari yang merupakan rutinitas Alif sehari-hari. Latar sosial melukiskan pandangan hidup Alif tentang perjuangan dan pencarian tujuan hidup. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang persona pertama. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara tersebut saling berhubungan dan terpadu membangun sebuah cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik ini menunjukkan bagaimana hubungan antarunsur yang terjalin sangat erat dan bernilai estetik, (2) nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi meliputi empat wujud nilai moral. Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan meliputi beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah. Nilai moral hubungan manusia dengan manusia meliputi sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, keakraban, memuji (menyanjung orang lain), dan menasihati. Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi niat baik, ramah, sabar, kasih sayang, dan pantang menyerah. Nilai moral hubungan manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan memuji keindahan alam. Nilai moral dalam novel Rantau 1 Muara disajikan melalui susunan cerita sehingga tidak bersifat menggurui dan bernilai estetik, (3) kesesuaian nilai moral novel Rantau 1 Muara sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA terletak pada aspek bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.

Ketiga aspek tersebut mendukung novel Rantau 1 Muara disesuaikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

Kata Kunci : Unsur Intrinsik, Nilai Moral, dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra

(9)

ix

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Kegunaan Penelitian ... 7

F. Sistematika Skripsi ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS ... 10

A. Tinjauan Pustaka... 10

B. Kajian Teoretis ... 12

1. Struktur Karya Sastra... 12

a. Tema ... 12

b. Tokoh ... 13

c. Alur ... 14

d. Latar ... 15

e. Sudut Pandang ... 16

2. Nilai Moral dalam Karya Sastra ... 17

3. Jenis Moral dalam Karya Sastra ... 19

4. Kesesuaian Nilai Moral sebagai Bahan Pembelajaran Sastra .. 21

a. Pengertian Pembelajaran Sastra ... 21

b. Tujuan Pembelajaran Sastra ... 22

c. Fungsi Pembelajaran Sastra ... 23

d. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra ... 24

e. Sumber Belajar ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Objek Penelitian ... 29

B. Jenis Penelitian ... 29

C. Fokus Penelitian ... 29

(10)

x

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN... 35

A. Penyajian Data ... 35

B. Pembahasan Data ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 82

A. Simpulan ... 82

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN ... 88

(11)

xi

Tabel 1. Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara ... 35 Table 2. Pengelompokan Wujud Nilai Moral ... 36 Table 3. Data Aspek-aspek Bahan Pembelajaran ... 38

(12)

xii

Lampiran 1. Silabus ... 89

Lampiran 2. Sinopsis Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi ... 90

Lampiran 3. Biografi Pengarang ... 91

Lampiran 4. Kartu Bimbingan ... 92

(13)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terbagi ke dalam beberapa subbab, yaitu latar belakang, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah karya imajinatif ( rekaan ) bermedium bahasa yang fungsi estetiknya dominan selanjutnya, (Pradopo dalam Wellek Warren, 2002: 81). Setiap karya sastra selalu menghadirkan ‘sesuatu’ dan kerap menyajikan banyak hal yang apa bila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayati (Rahmanto,1988: 17). Karya sastra merupakan struktur yang tersusun dari lapis-lapis norma yang saling berjalinan. Di samping itu, karya sastra juga merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Karya sastra pada hakikatnya penjelmaan angan serta pengalaman pengarang dengan kekuatan imajinasinya. Karya sastra berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan juga karya sastra itu dapat memberikan sesuatu yang memang dibutuhkan manusia pada umumnya yakni berupa nilai-nilai sastra seperti nilai pendidikan, moral, sosial, dan religius. Hal itu terjadi karena karya sastra bersifat multidimensi yang di dalamnya terdapat dimensi kehidupan, contohnya jenis karya sastra novel.

1

(14)

Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang). Dalam novel terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup para pelakunya (Nurhayati, 2012: 7). Novel biasanya mengandung nilai-nilai positif yang dapat dimanfaatkan pembaca setelah membaca. Namun, tidak jarang novel yang beredar mengandung unsur-unsur negatif, seperti unsur seksualitas dan kekerasan.

Salah satu pengarang novel yang mampu menarik perhatian pembaca dengan nilai-nilai yang terkandung dalam novelnya adalah Ahmad Fuadi. Ahmad Fuadi mampu membuat tiga novel yang tergabung dalam trilogi Negeri 5 Menara yaitu Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara.

Novel Rantau 1 Muara bercerita tentang konsistensi untuk terus berkayuh menuju tujuan, tentang pencarian belahan jiwa, dan menemukan tempat bermuara. Muara segala muara. Novel ini bertemakan tentang semangat hidup menggapai cita-cita, yaitu Alif, lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar rimba Bukit Barisan.

Alif merasa berdiri di pucuk dunia. Dia telah mengelilingi separuh dunia.

Tulisannya tersebar di banyak media dan diwisuda dengan nilai terbaik.

Dia yakin perusahaan-perusahaan akan berlomba-lomba merekrutnya.

Namun, Alif lulus di saat yang salah. Akhir 90-an, krisis ekonomi mencekik Indonesia dan Negara bergolak di Negara reformasi. Satu per satu, surat penolakan kerja sampai di pintunya. Kepercayaan dirinya

(15)

goyah. Secercah harapan muncul ketika Alif diterima menjadi wartawan di sebuah majalah terkenal. Dari Jakarta, terbuka cakrawala baru. Alif meraih beasiswa ke Washington DC, mendapat pekerjaan yang baik. Bagi Alif, hidup pada hakikatnya adalah perantauan.

Pada novel Rantau 1 Muara, pengarang mampu membawa pembaca masuk dalam suasana yang diceritakan dalam novel tersebut.

Pembaca seolah-olah merasakan kesedihan tokoh utama ( Alif ) yang berjuang menggapai mimpinya. Novel Rantau 1 Muara ini secara tidak langsung mengandung nilai-nilai kemasyarakatan yang dapat dimanfaatkan bagi pembacanya. Nilai-nilai yang dapat kita ambil manfaatnya yakni nilai-nilai moral yang terkandung pada novel tersebut.

Moral merupakan ajaran baik dan buruknya yang berkaitan dengan sikap, perbuatan, budi pekerti, dan akhlak seseorang. Pemilihan moral terdiri dari moral yang baik dan moral yang tidak baik (Koentjaraningrat, 1995: 18). Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini merupakan salah satu novel yang mengandung nilai moral dan sangat bagus untuk penanaman nilai-nilai moral bagi pelajar.

Pendidikan moral mempunyai peranan penting di sekolah, yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

(16)

dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Zuriah, 2007: 9).

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mendidik siswa. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan.

Sekolah dijadikan sebagai sarana pendidikan formal untuk memberikan pembinaan nilai moral dan kemanusiaan di lingkungan pelajar. Salah satunya adalah melalui kegiatan pembelajaran sastra Indonesia di SMA.

Pembelajaran sastra terhadap dunia pendidikan mempunyai hubungan yang erat. Pembelajaran merupakan bagian dari pembelajaran bahasa di samping tata bahasa dan kemampuan bahasa. Pembelajaran sastra adalah pembinaan apresiasi sastra yang berusaha mendekatkan anak kepada sastra, berusaha menambahkan rasa peka dan cinta anak kepada sastra sebagai cipta seni.

Sastra tidak seperti halnya ilmu kimia dan sejarah, tidaklah menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk jadi. Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam dengan keseluruhannya. Sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan nenunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16-17).

(17)

Novel merupakan salah satu media yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai moral melalui mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran sastra di lingkungan sekolah. Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah novel tidak terlepas dari nilai-nilai realitas yang terjadi di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, melalui pembelajaran sastra ini diharapkan dapat membantu para pendidik di dalam pendidikan menanamkan kembali nilai-nilai moral yang ada pada novel Rantau 1 Muara kepada siswa terutama siswa SMA. Maka, nilai-nilai moral yang

terkandung dalam sebuah novel Rantau 1 Muara dapat dijadikan media alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA. Dalam silabus SMA, pengajaran novel diajarkan pada kelas XI semester 1. Berdasarkan uraian di atas, penulis memilih judul “Nilai Moral Dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Di Kelas XI SMA”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian judul kajian ini, penulis merasa perlu menjelaskan kembali istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelititan sebagai berikut ini.

1. Nilai moral merupakan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat seseorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata krama yang menjunjung budi pekerti dan nilai susila (Ginanjar, 2012: 59).

(18)

2. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

(Depdiknas, 2003: 7).

3. Bahan pembelajaran sastra adalah materi yang dipilih untuk diajarkan kepada siswa berupa karya sastra, melalui kegiatan bersastra diharapkan mampu meraih dalam tujuan pendidikan.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, makna dari judul

“Nilai Moral Dalam Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi dan Relevansinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra Di Kelas XI SMA”

adalah pembelajaran sastra yang bertujuan untuk memahami dan memanfaatkan nilai-nilai moral yang ada pada novel Rantau 1 Muara dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

Pembelajaran nilai moral pada novel Rantau 1 Muara ini juga merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman tentang moral pada siswa kelas XI SMA.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini dipaparkan di bawah ini.

1. Bagaimanakah unsur intrinsik dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi?

2. Bagaimanakah nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi?

(19)

3. Bagaimanakah relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra nilai moral novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi di kelas XI SMA?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut : a. mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi;

b. mendeskripsikan nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi;

c. mendeskripsikan relevansi novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

a. Segi Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan, memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan sastra dalam hal pemilihan bahan ajar dan penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam mengkaji nilai moral yang terdapat pada karya sastra, khususnya novel.

b. Segi Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi guru maupun siswa yang menjadi sasaran utama

(20)

dalam pembelajaran sastra. Bagi guru diharapkan dapat menambah alternatif-alternatif bahan pembelajaran sastra dalam menanamkan akan nilai-nilai moral kepada siswa.

Bagi siswa diharapkan mampu menjadi sebuah wawasan untuk merangsang kepekaan siswa terhadap ajaran moral yang terdapat dalam karya sastra khususnya novel.

E. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini penulis susun dalam bentuk bab-bab kemudian setiap bab penulis rinci dalam sub bab.

Skripsi ini terdiri dari lima bab, pada bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, pengesahan, kata pengantar, daftar isi, moto dan persembahan, dan abstrak.

Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan tentang alasan pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Di dalam tinjauan pustaka, penulis mengemukakan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sulakso (2010) dan Falma (2012). Dalam kajian teori, penulis paparkan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini meliputi (1) unsur intrinsik novel, (2) nilai moral dalam karya sastra, (3) jenis moral dalam karya sastra, dan (4)

(21)

kesesuaian nilai karya sastra sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

Bab III berisi metode penelitian yang meliputi objek penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan teknik penyajian hasil analisis.

Bab IV berisi tentang penyajian dan pembahasan data hasil penelitian. Penelitian menyajikan data yang telah penulis peroleh, selanjutnya data tersebut penulis analisis sehingga pada akhirnya penulis dapatkan jawaban dari permasalahan.

Bab V berisi penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

Bagian akhir berisi daftar pustaka dan lampiran.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Pada bab ini dipaparkan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi paparan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kajian teoretis berisi paparan teori yang menjadi acuan penelitian.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka adalah kajian secara kritis terhadap kajian terdahulu hingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan penulis lakukan. Beberapa kajian tentang moral tersebut berbentuk skripsi antara yang dilakukan oleh Sulakso (2010) dan Falma (2012).

Sulakso (2010) menulis skripsi yang berjudul “Nilai Pendidikan Moral Cerita Bersambung Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko Lodang Karya Wisnu Sri Widodo”. Masalah yang disajikan pada penelitian ini antara lain pendeskripsian nilai pendidikan moral yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan, nilai pendidikan moral yang berhubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan nilai pendidikan moral yang berhubungan antara manusia dengan manusia.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Sulakso mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kesamaannya, keduanya membahas nilai moral hubungan manusia denganTuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Perbedaannya, Sulakso hanya menganalisis nilai pendidikan moral yang meliputi hubungan manusia dengan Tuhan, nilai pendidikan moral hubungan manusia

10

(23)

dengan manusia, dan nilai pendidikan moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri tanpa memberikan gambaran tentang pembelajarannya di SMA, sedangkan penulis menganalisis nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan, nilai moral hubungan manusia dengan manusia, nilai moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar, dan pembelajarannya di SMA. Perbedaan yang lain terdapat pada subjek penelitian, penelitian Sulakso mengambil subjek Cerita Bersambung Harjuna Kawiwaha dalam Majalah Djoko Lodang karya Wisnu Sri Widodo dalam bahasa Jawa, sedangkan penulis pada

novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi dalam bahasa Indonesia.

Falma (2012) menulis skripsi yang berjudul “Nilai Moral dalam Novel Padang Bulan karya Andrea Hirata Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas

XI SMA”. Masalah yang disajikan dalam penelitian ini antara lain pendeskripsian nilai-nilai moral dalam novel dan pembelajarannya di SMA. Penelitian yang dilakukan oleh Falma mempunyai kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Kesamaannya, keduanya membahas nilai moral dalam novel meliputi nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan, nilai moral hubungan manusia dengan manusia, nilai moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan nilai moral hubungan manusia dengan alam sekitar, serta memberikan gambaran pembelajarannya di SMA. Perbedaannya, Falma dalam permasalahan mendeskripsikan cara pengarang dalam menyampaikan wujud nilai moral dalam karya sastra, sedangkan penulis mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik pada novel yang meliputi tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang. Perbedaan yang lain

(24)

terdapat pada subjek penelitian, penelitian Falma bersubjek novel Padang Bulan karya Andrea Hirata, sedangkan penulis pada novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi.

B. Kajian Teoretis

1. Struktur Karya Sastra

Karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Novel merupakan serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi juga merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu. Berikut ini disajikan pendapat Abrams yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012:36), bahwa struktur karya sastra merupakan susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya secara bersama membentuk kebulatan yang indah.

Struktur karya sastra juga menyarankan pada hubungan antar unsure (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling mempengaruhi yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Menurut Baribin (1985:85), unsur pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang.

a. Tema

Tema menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2012: 67) adalah makna yang mendasari sebuah cerita.Tema merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karyafiksi.

Dalam pengertian tema itu tercakup persoalan dan tujuan (amanat) pengarang

(25)

kepada pembaca. Jadi, tema dalam novel adalah suatu gagasan sentral yang menjadi dasar tolak penyusunan karangan dan sekaligus menjadi sasaran dari karangan tersebut (Baribin, 1985:59). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam prosa. Istilah “tokoh” digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita, sedangkan istilah “penokohan” digunakan untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Aminuddin (1987:79) menyatakan tokoh merupakan pelaku-pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Tokoh sebagai pelaku dalam cerita sangat berkaitan dengan jalannya cerita, tanpa tokoh cerita itu tidak akan berkembang. Dalam cerita ada tokoh yang banyak dimunculkan dan ada pula yang jarang dimunculkan. Tokoh yang paling banyak muncul dalam cerita biasanya mempunyai peranan penting dalam cerita.

Berdasarkan peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama (central character, maincharacter) dan tokoh tambahan (peripheral character). Tokoh utama

adalah tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian cerita dan sebaliknya, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita

(26)

dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek (Nurgiyantoro, 2012:176).

c. Alur (Plot)

Alur cerita adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan- tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita (Aminuddin, 1987: 83). Tahapan-tahapan peristiwa yang ada didalam cerita terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang berbagai macam.

Dibawah ini disajikan pendapat Tasrif mengenai tahapan alur menjadi lima bagian yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012: 149) sebagai berikut:

1) Tahap penyituasian (situation)

Tahap ini berisi pelukisan dan pengenalan situasi (latar) dan tokoh-tokoh cerita.Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal dan lain-lain.

2) Tahap pemunculan konflik (generating circumstances)

Tahap ini berisi masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan.

3) Tahap peningkatan konflik (rising action)

Tahap ini berisi konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang.

4) Tahap klimak (climax)

Tahap ini berisi konflik atau pertentangan yang terjadi pada tokoh cerita mencapai titik puncak.

(27)

5) Tahap penyelesaian (denouement)

Tahap ini berisi penyelesaian dari konflik yang sedang terjadi. Berdasarkan kriteria urutan waktu, ada tiga macam alur sebagai berikut:

a) Alur maju

Alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa tersusun secara kronologis, artinya peristiwa pertama diikuti peristiwa kedua, dan selanjutnya. Ceritanya umum dimulai dari tahap awal sampai tahap akhir.

b) Alur sorot balik

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak kronologis (tidak runtut ceritanya).

c) Alur campuran

Alur ini berisi peristiwa-peristiwa gabungan dari plot progesif dan regresif.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai urutan bagian- bagian dalam keseluruhan cerita. Rangkaian kejadian yang dihadirkan oleh para pelaku dalam cerita, dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita. Oleh karena itu, alur merupakan perpaduan unsur- unsuryang membangun cerita sehingga membentuk kerangka utama cerita yang dimulai dari pengenalan hingga pemecahan konflik.

d. Latar (Setting)

Latar dalam cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi (Baribin,1985:63). Latar cerita itu berkaitan dengan di mana, kapan, dan bagaimana suasana peristiwa itu berlangsung. Latar yang berkaitan dengan di

(28)

mana disebut latar tempat. Latar cerita yang berhubungan dengan kapan dikenal latar waktu. Selain itu, latar yang menggambarkan bagaimana suasana peristiwa dalam cerita berlangsung disebut latar sosial.

Nurgiyantoro (2012:227) membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu:

1) latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya desa, gunung, kota, hotel, rumah, dan sebagainya;

2) latar waktu menyaran pada kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang, malam, dan jam;

3) latar sosial menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa latar merupakan tempat, waktu dan sosial saat peristiwa itu berlangsung. Latar tempat mengacu pada tempat terjadinya peristiwa di dalam cerita. Latar waktu mengacu pada kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi, sedangkan latar sosial mengacu padahal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial.

e. Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang merupakan posisi pengarang dalam cerita. Berikut ini disajikan pendapat Abrams mengenai pengertian sudut pandang yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012:246), bahwa sudut pandang adalah cara yang

(29)

digunakan oleh pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Ada dua metode dalam pusat pengisahan, yaitu (1) metode orang pertama tunggal (aku), pengarang menceritakan kisah aku. “Aku” berkemungkinan pengarangnya, tetapi dapat pula hanya sebagai narator (pencerita), dan (2) metode orang kedua (dia), yaitu pengarang menceritakan kisah dia atau mereka. Dalam hal ini, pengarang menjadi seseorang yang serba tahu.

Kedudukan pengarang dapat sebagai tokoh utama akan tetapi dapat pula sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh utama).

Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sudut pandang merupakan penyebutan kata ganti nama untuk tokoh-tokoh dalam cerita, dan posisi narator dalam cerita.

2. Nilai Moral dalam Karya Sastra

Berdasarkan pengamatan dari penulis, karya sastra berfungsi bukan hanya memberikan hiburan atau keindahan saja terhadap pembacanya, melainkan juga dapat memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia pada umumnya. Karya sastra dijadikan sebagai media komunikasi oleh pengarang dalam menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu itu dapat berupa pandangan, pendapat, petuah, dan penilaian terhadap sesuatu kejadian, peristiwa dalam karya sastra. Sesuatu yang disampaikan pengarang kepada pembaca bersifat positif dan mengajarkan suatu hal yang dikenal dengan istilah moral.

(30)

Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya. Karya sastra fiksi senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan. Sifat-sifat luhur kemanusiaan tersebut pada hakikatnya bersifat universal. Artinya, sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia (Nurgiyantoro, 2012: 321).

Pengertian moral dalam karya sastra itu sendiri berbeda dengan pengertian moral secara umum, yaitu menyangkut nilai baik buruk yang diterima secara umum dan berpangkal pada nilai-nilai kemanusiaan. Moral dalam karya sastra biasanya dimaksudkan sebagai petunjuk dan saran yang bersifat praktis bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Nurgiyantoro (2012:321) menyatakan bahwa moral pada cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran atau ajaran moral yang bersifat praktis dan dapat diambil atau ditafsirkan lewat cerita. Moral dalam cerita merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang yang berhubungan dengan tingkah laku dan sopan santun dalam pergaulan.

Keberadaan moral dalam karya sastra tidak lepas dari pandangan pengarang tentang nilai-nilai kebenaran yang dianutnya. Ajaran moral tersebut pada hakikatnya merupakan saran atau petunjuk agar pembaca memberikan respon atau mengikut pandangan pengarang. Ajaran moral yang dapat diterima pembaca biasanya bersifat universal, dalam arti menyimpang dari kebenaran dan hak manusia. Pesan moral sastra lebih mendasarkan pada kodrati manusia

(31)

yang hakiki, bukan pada aturan yang dibuat, ditentukan, dan dihakimi manusia ( Nurgiyantoro, 2012: 321).

Untuk menemukan nilai moral yang terdapat dalam karya sastra bukan lahhal yang mudah karena untuk memahaminya haruslah dilakukan analisis terhadap karya sastra itu sendiri. Hal itu dikarenakan moral yang terdapat dalam karya sastra tidak secara langsung digambarkan oleh pengarang. Dengan menganalisis karya sastra tersebut, pembaca dapat menemukan nilai-nilai yang terdapat pada sebuah karya sastra, termasuk nilai moral. Nilai-nilai moral atau pesan moral yang terkandung dalam karya satra ini dapat memberikan dampak dan perubahan yang baik kepada pembaca.

3. Jenis Moral dalam Karya Sastra

Karya fiksi yang mengadung nilai-nilai moral atau pesan moral, tentunya banyak sekali jenis dan wujudnya. Sebuah karya fiksi yang panjang pasti terdapat lebih dari satu pesan moral. Jenis moral dalam karya sastra sangat bervariasi dan tidak terbatas jumlahnya baik itu mengenai persoalan hidup maupun persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia yang dapat diangkat sebagai ajaran moral dalam karya sastra. Persoalan hidup manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, 2012:323).

(32)

Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri meliputi niat baik,ramah, prasangka baik, berpikir cerdas, sabar, bijaksana, tanggung jawab, sikap sadar, kasih sayang, intropeksi diri, sikap bijak, rela berkorban, pantang menyerah, dan berpendirian. Nilai moral hubungan manusia dengan manusia lain meliputi sikap tolong-menolong, berbakti kepada orang tua, keakraban, kerjasama, memuji (menyanjung orang lain), persahabatan, memberi semangat, persaudaraan, menasehati, dan sikap kekeluargaan. Nilai moral hubungan manusia dengan lingkungan alam seperti sayang binatang dan memuji keindahan alam. Nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi beribadah, berdoa, bersyukur, dan memohon ampun kepada Allah.

Persoalan hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari Sang Pencipta. Manusia yang beragama selalu mengingat Allah dengan melakukan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. Hal itu dilakukan sebagai kewajiban manusia untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan- Nya.

Persoalan hidup manusia dalam hubungan dengan manusia lain, Nurgiyantoro (2012:325) menyatakan bahwa masalah yang berupa kemasyarakatan, persahabatan, dan kesetiaan, hubungan kekeluargaan; cinta kasih antara orang tua terhadap anak, anak terhadap orang tua, kakak terhadap adik dan lain-lain yang melibatkan interaksi antar manusia.

Persoalan manusia dengan dirinya sendiri menurut Nurgiyantoro (2012:324) dapat berupa eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, dan lain- lain yang lebih bersifat melibat diri dan kejiwaan seorang individu. Persoalan

(33)

yang bersifat melibatkan ke dalam diri dan kejiwaan seorang individu dapat berupa tanggung jawab, bersikap sabar, dan sadar akan perbuatan salah.

4. Kesesuaian Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA

a. Pengertian Pembelajaran Sastra

Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar antara pendidik dan peserta didik di suatu lingkungan belajar. Proses belajar mengajar biasanya dilakukan di sekolah dengan fasilitas yang lengkap. Pembelajaran adalah suatu kesatuan yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2011:57).

Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku- buku, papan tulis, kapur, fotografi, side, film, audio, dan video tape.

Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Pembelajaran sastra di samping berisi tentang sejarah sastra dan teori sastra, perlu terutama diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra yang mencakup adanya pemberian kesempatan untuk berekreasi, mencoba sendiri menciptakan karya sastra.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sastra adalah suatu aktivitas atau kegiatan mengorganisasikan untuk menyusun

(34)

dan menguji suatu rencana atau program yang memungkinkan timbulnya proses belajar pada diri siswa.

a. Tujuan Pembelajaran Sastra

Pembelajaran sastra harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra peserta didik agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati,dan menghargai suatu cipta sastra. Selain itu, pembelajaran sastra diadakan disekolah mempunyai tujuan tersendiri. Tujuan pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

Pembelajaran tersebut dapat dilihat dalam GBPP sebagai berikut : Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Membaca

7.Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/

novel terjemahan

7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/

Terjemahan

Novel Indonesia dan novel terjemahan

 unsur-unsur

intrinsik (alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat)

 unsur ekstrinsik dalam novel terjemahan (nilai budaya, sosial, moral, dll)

(35)

b. Fungsi Pembelajaran Sastra

Menurut Rahmanto (1988: 16) pembelajaran sastra dapat membantu pendidikan yang cakupannya meliputi empat manfaat, sebagai berikut ini.

1) Membantu keterampilan berbahasa

Pembelajaran sastra akan membantu siswa berlatih kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pada pembelajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru, teman, atau rekaman. Siswa dapat melatih keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama.

Siswa juga dapatmeningkatkan keterampilan membaca dengan membacakan puisi atau prosa. Siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis dengan sebuah karya sastra seperti cerpen atau puisi.

2) Meningkatkan pengetahuan budaya

Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu dan menyajikan banyak hal yang apabila dihayati akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayatinya. Pembelajaran sastra dapat mengantar para siswa untuk mengetahui budaya-budaya yang ada dalam suatu masyarakat.

Hal tersebut akan menambah pengetahuan siswa akan kebudayaan yang ada di sekitarnya. Kemudian siswa akan lebih menghargai kebudayaan- kebudayaan yang ada dibangsanya sendiri.

(36)

3) Menciptakan cipta dan rasa

Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan kecakapan yang bersifat penalaran, perasaan, dan kesadaran sosial. Pembelajaran sastra akan membantu siswa berlatih memecahkan masalah dan berpikir logis. Selain itu, pembelajaran sastra dapat menghadirkan berbagai problem atau situasi yang merangsang tanggapan perasaan atau emosional yang memungkinkan siswa tergerak untuk mengembangkan perasaannya sesuai dengan kodrat kemanusiaan. Sastra juga dapat digunakan untuk menumbuhkan kesadaran pemahaman kesadaran orang lain yaitu dengan menumbuhkan rasa simpati pelajar terhadap masalah yang dihadapi seseorang.

4) Menunjang pembentukan watak

Pembelajaran sastra mempunyai kemungkinan untuk mengantar siswa mengenal seluruh rangkaian kehidupan manusia seperti kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri, dan keputusan.

Pembelajaran sastradapat memberikan bantuan dalam mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa.

c. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra

Bahan pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa haruslah sesuai dengan kemampuan siswanya yang berdasarkan pada tahapan pembelajaran tertentu. Guru harus dapat memilih bahan ajar yang tepat sesuai dengan perkembangan siswanya. Menurut Rahmanto (1988: 27) untuk menentukan bahan pembelajaran sastra, harus diperhatikan dari

(37)

sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis), latar belakang kebudayaan siswa.

1) Bahasa

Bahasa sebuah karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra harus sesuai dengan tingkatan sekolah siswa.

Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi wacana, ungkapan, danreferensi yang ada. Kejelian dalam menentukan criteria bahan pembelajaran sastra tersebut akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap karya sastrayang sedang diajarkan.

2) Psikologi

Perkembangan psikologi masing-masing anak tentu berbeda.

Dalam memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psiokologi ini memiliki pengaruh yang besar terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran disarankan mampu mewakili tingkat psikologis anak, sehingga anak didik akan lebih mudah memahami isi karya sastra tersebut. Rahmanto (1992:30) membagi tahapan psikologis anak menjadi empat tahapan, yaitu sebagai berikut.

(38)

a) Tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun)

Pada tahapan ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata, tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

b) Tahap romantik (10 sampai 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah kerealitas. Meski pandangan tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan.

c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun)

Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi.

Mereka harus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta- fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.

d) Tahap generalisasi (umur 16 tahun dan seanjutnya)

Pada tahap ini anak-anak tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja, tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan moral.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya karya sastra meliputi hampir semua factor kehidupan manusia dan lingkungannya seperti geografi, sejarah, topografi,

(39)

iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berpikir, seni, olahraga, hiburan, moral, dan etika (Rahmanto, 1992:31). Menurutnya, siswa akan tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, ketepatan pemilihan bahan pembelajaran sastra yang sesuai dengan latar belakang budaya menjadi kunci sukses dalam mendidik anak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan siswanya sehingga guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan. Karya sastra yang dipilih untuk diajarkan hendaknya juga sesuai dengan tahap psikologi pada umumnya dalam suatu kelas. Guru sebaiknya menyajikan karya sastra yang dapat menarik minat siswa dalam kelas itu. Pada latar belakang kebudayaan siswa, biasanya siswa akan lebih tertarik pada karya- karya sastra dengan latar belakang budaya yang sudah diketahuinya dan erat hubungannya dengan kehidupan siswa.

d. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah orang dapat dijadikan tempat bertanya tentang berbagai pengetahuan.Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar tidak hanya diperoleh dari guru saja, melainkan buku pelajaran juga dapat sebagai sumber belajar. Pelajaran akan menjadi menarik, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar akan lebih bermakna dengan menggunakan bantuan berbagai alat. Sumber belajar dapat berupa:

(40)

1) buku-buku referensi

a) buku pelajaran yang diwajibkan;

b) buku pelengkap, artinya buku yang menunjang (buku acuan) bahan ajar atau materi pelajaran selain buku wajib atau utama;

2) media cetak (surat kabar dan majalah);

media cetak sebagai sumber belajar harus mempertimbangkan segi bahasa, estetika, psikologi, materi dan tujuan belajar. Contohnya cerpen, puisi yang ada di surat kabar.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan objek penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.

A. Objek Penelitian

Objek penelitian ini difokuskan pada nilai-nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang berupa novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, bukan merupakan penelitian empiris yang berobjek pada tempat tertentu.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif artinya data yang dideskripsikan merupakan data kualitatif yang berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan yang mengandalkan manusia sebagai alat penelitian (Arikunto, 2006:20). Penelitian ini hanya mendeskripsikan nilai moral dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi berdasarkan nilai moral beserta pembelajarannya di kelas XI SMA.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian tersebut.

Penelitian ini difokuskan pada kajian nilai moral pada novel Rantau 1 Muara

29

(42)

karya Ahmad Fuadi, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar dan pembelajarannya di kelas XI SMA.

D. Data dan Sumber Data

Data adalah bahan yang digunakan untuk menyusun suatu informasi berupa fakta dan angka (Arikunto, 2006: 95). Data-data yang digunakan pada penelitian ini adalah kutipan langsung maupun tidak langsung yang berupa percakapan dan narasi dari teks novel tersebut. Selain itu, data tambahan (sekunder) diperoleh dari referensi-referensi lain yang berkaitan dengan objek penelitian.

Dalam penelitian ini, sumber data utama (primer) diperoleh dari objek penelitian, yakni novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi memiliki tebal ix + 407 halaman dengan ukuran 19,5 cm, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama tahun 2013.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data-data dalam penelitiannya (Arikunto, 2006:160). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka artinya teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Dalam teknik studi pustaka,

(43)

penulis membaca seluruh teks novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi secara teliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik observasi dengan bertumpu pada teori struktural dan ekstrinsik sastra terutama pada nilai moral. Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data adalah sebagai berikut ini.

1. Membaca keseluruhan secara intensif

Setelah menemukan objek penelitian, kemudian objek tersebut dibaca secara intensif dan berulang-ulang secara keseluruhan. Objek tersebut dapat

berupa novel atau buku-buku pedamping lainnya.

2. Mengelompokkan aspek-aspek nilai moral yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

Dari objek novel tersebut kemudian ditentukan kutipan-kutipan yang merupakan aspek-aspek moral, dan mencari hubungan aspek-aspek nilai moral yang terdapat pada novel tersebut.

3. Mencatat data-data yang diperoleh dalam kartu pencatat data

Setelah kita mendapatkan data-data yang benar-benar lengkap, penulis memindahkannya dalam kartu pencatat data-data yang kemudian data tersebut akan dibahas lebih mendalam.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam penelitian.

Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih

(44)

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap serta sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis sebagai peneliti, kertas pencatat data, dan alat tulisnya. Kertas pencatat data dipergunakan untuk mencatat data hasil dari pembacaan novel. Kartu data ini berisi kata-kata yang merupakan kutipan-kutipan novel yang berkaitan dengan pembahasan.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian yang penulis lakukan dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik contect analysis atau metode analisis isi. Metode analisis isi adalah sebuah strategi penelitian dari pada sekadar sebuah metode analisis teks tunggal (Gazalli, 2009:94). Artinya, penulis membahas dan mengkaji novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi berdasarkan aspek nilai moral.

Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam penulisan sebagai berikut ini.

1. Mencatat data nilai-nilai moral berupa percakapan dan narasi yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, yaitu hubungan mnusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.

2. Menafsirkan data nilai-nilai moral berupa percakapan dan narasi yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi, yaitu hubungan manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan

(45)

dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar secara pragmatis dan semantik.

Contoh penerapan teknik analisis isi secara pragmatis sebagai berikut ini.

“Nan pantiang, bantu saja ambo jo doa agar terus di jalan lurus,” kataku.

(R1M:175)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Alif meminta doa agar dia selalu berada di jalan lurus dan selalu di lindungan-Nya.

Contoh penerapan teknik analisis isi secara semantik sebagai berikut ini.

“Pagi besoknya aku raih tangan Amak lalu aku cium dan letakkan di kening. “Mohon doa Amak selalu agar sukses di rantau urang.” Tangan Amak mengusap kepalaku seperti dulu, dan belaian tangan itu sudah cukup membuat aku tenang. Doa Amak aku bayangkan sedang terbang melesat melintas langit dan diikuti doa Safya dan Laily. Aku yakin, doa mereka adalah kombinasi doa terbaok dan termujarab.” (R1M:175)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Alif adalah anak yang berbakti kepada orang tua. Sebelum dia pergi untuk bekerja di rantau orang, dia selalu meminta doa kepada ibunya dan mencium tangan ibunya. Ibu Alif juga sosok orang tua yang sayang kepada anaknya. Terlihat bahwa sebelum Alif pergi, beliau tidak henti-hentinya mendoakan anaknya.

3. Menganalisis data yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sesuai atau tidak sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA.

4. Mengambil simpulan berdasarkan komponen-komponen hasil analisis tersebut.

H. Teknik Penyajian Hasil Analisis

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang mengumpulkan data

(46)

dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasil tidak menggunakan angka, menekankan pada deskripsi (Arikunto, 2006:12). Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah teknik penyajian informal. Teknik penyajian informal adalah perumusan hasil analisis dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993:145). Jadi, teknik penyajian hasil analisis data yang berupa unsur intrinsik (tema, tokoh, latar, alur, dan sudut pandang), nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan, nilai moral hubungan manusia dengan manusia, nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar, serta kesesuaian nilai moral sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA dalam penelitian ini dipaparkan dengan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang-lambang.

(47)

35

Bab ini berisi dua subbab, yaitu penyajian data dan pembahasan data hasil penelitian yang terdiri dari unsur intrinsik, nilai moral dan kesesuaian sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA.

A. Penyajian Data

Sebelum melakukan analisis nilai moral sastra, penulis menyajikan data-data tentang unsur intrisik dan nilai moral sastra yang berupa kutipan- kutipan langsung dari objek penelitian. Berikut data yang diambil dari penelitian.

1. Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara

Data hasil penelitian novel Rantau 1 Muara selanjutnya disingkat R1T, disajikan dalam bentuk tabel. Berikut data hasil penelitian.

Tabel 1

Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara

No. Unsur-unsur intrinsik Novel Penyediaan data 1. Tema dan masalahnya

a. Masalah Impian dan cita-cita 3, 10

b. Masalah social 17

c. Masalah keluarga 108, 112

2. Tokoh

a. Tokoh utama 10, 13

b. Tokoh tambahan 28, 77, 214, 262

3. Alur

a. Tahap penyituasian 5

b. Tahap pemunculan konflik 17 c. Tahap peningkatan konflik 69

d. Tahap klimaks 186

e. Tahap penyelesaian 394

4. Latar

(48)

a. Latar tempat 14, 196-197, 353

b. Latar waktu 21, 37, 80, 171

c. Latar social 12,17

5. Sudut Pandang 167

2. Wujud nilai moral dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi

Data hasil penelitian novel Rantau 1 Muara disajikan dalam bentuk tabel.

Berikut data hasil penelitian.

Tabel 2

Pengelompokan Wujud Nilai Moral

No Wujud Nilai Moral Penyajian data

1. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan Tuhan

a. Beribadah 148

b. Berdoa 154

c. Bersyukur 108

d. Mohon ampun 94

2. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan manusia

a. Sikap tolong-menolong 100

b. Berbakti kepada orang tua 174

c. Keakraban 101

d. Memuji 100

e. Menasihati 357

3. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri

a. Niat baik 144

b. Ramah 122

c. Sabar 115

d. Kasih sayang 245

e. Pantang menyerah 112

4. Wujud nilai moral hubungan manusia dengan alam sekitar

a. Sayang binatang 100

b. Memuji keindahan alam 174

(49)

3. Kesesuaian nilai moral sastra novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sebagai bahan pembelajaran di kelas XI SMA.

Pembelajaran novel di SMA dapat dikatakan sama dengan jenis prosa lainnya. Belajar sastra atau novel berkaitan dengan strategi mengajar dan strategi belajar.

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran sastra merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu memperoleh pengalaman dan pengetahuan sastra. Pada hal ini bahan pembelajaran yang akan diajarkan dengan kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kurikulum yakni silabus.

b. Bahan Pembelajaran

Pembelajaran novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi ini bertujuan melatih peserta didik menemukan dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai moral yang terdapat dalam novel tersebut. Kriteria novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra di SMA dilihat dari segi bahasa, psikologi, dan latar belakang budaya.

1) Segi bahasa

Novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi sebagai bahan pembelajaran sastra disusun menggunakan bahasa Indonesia, tetapi juga menggunakan kata- kata dari bahasa Asing yang mudah dipahami oleh para siswa.

2) Segi psikologi SMA adalah jenjang pendidikan atas yang tahap generalisasi (umur 16 tahun dan selanjutnya). Novel Rantau 1 Muara ini sudah sesuai apabila diberikan untuk anak pada tahap ini anak sudah tidak hanya berminat

(50)

pada hal-hal praktis saja, tetapi juga berminat untuk menemukan konsep- konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena.

3) Latar belakang budaya

Latar belakang budaya yang ada dalam novel Rantau 1 Muara karya Ahmad Fuadi adalah campuran budaya Belitung dengan budaya Tionghoa.

Tabel 3

Data Aspek-Aspek Bahan Pembelajaran No. Data Aspek-aspek Bahan

Pembelajaran

Penyajian data

1. Segi Bahasa 192

2. Segi Psikologis 17

3. Segi Latar Belakang Budaya 186 c. Sumber belajar

Sumber belajar adalah buku-buku pelajaran yang diwajibkan dan masih sesuai dengan yang digunakan dalam pembelajaran.

B. Pembahasan Data

1. Unsur Intrinsik Novel Rantau 1 Muara Karya Ahmad Fuadi a. Tema dan Masalah

Tema merupakan gagasan makna pokok yang mendasari sebuah cerita.

Dalam tema terdapat suatu unsur yang membangun yakni masalah. Novel Rantau 1 Muara terdapat beberapa masalah yang membangun tema yaitu masalah impian, cita-cita dan masalah sosial.

(51)

1) Masalah impian dan cita-cita

Alif Fikri adalah seorang pekerja keras. Dia mempunyai impian untuk belajar di Amerika. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

“Senyumku terbit begitu menatap dinding kamarku. Di sana terpampang coretan-coretan impian gilaku di atas sebuah peta dunia.

Satu coretan besar dengan spidol merah berbunyi: “Aku ingin ke Amerika”

(R1T:3)

Selama di Kanada, Alif banyak berkirim tulisan ke beberapa koran di Bandung. Menjadi seorang Jurnalis nerupakan salah satu dari cita-citanaya. Dia selalu berjuang untuk meraih apa yang dia impikan. Hari-harinya selalu dia habiskan untuk mengasah kemampuannya, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Tentulah aku beruntung. Seandainya dia tahu dan merasakan bagaimana aku mengorbankan kenikmatan-kenikmatan sesaat untuk bisa sampai “beruntung”. Berapa ratus malam sepi yang aku habiskan sampai dini hari untuk mengasah kemampuan, belajar, membaca, menulis, dan berlatih tanpa henti. Melebihkan uasaha di atas rata-rata orang lain agar aku bisa meningkatkan harkat diriku”.

(R1T:8)

Kutipan-kutipan di atas menjelaskan bahwa Alif berusaha keras untuk meraih apa yang dia impikan. Mulai dari berkeinginan untuk belajar ke Amerika, dan menjadi seorang jurnalis dengan menulis untuk dikirim ke beberapa Koran di Bandung. Dia berusaha mencari, bukan lagi berupa pencarian jati diri, tapi pencarian tujuan akhir.

2) Masalah Sosial

Pada novel Rantau 1 Muara terdapat masalah sosial yakni dalam kehidupan bermasyarakat merupakan tempat hubungan manusia dengan

(52)

lingkungan di sekitarnya yang banyak mengalami konflik, masalah, dan lain- lain yang menjadi objek penceritaan tema. Masalah perjuangan hidup untuk meraih impian seorang pemuda yang harus tersendat karena krisis moneter yang melanda Negara. Pekerjaan yang sebelumnya telah dia tekuni yaitu menjadi seorang penulis yang bermutu di koran Suara Bandung, dan hasil dari menulis itu bisa untuk menghidupinya, kini harus terhenti sementara waktu sampai waktu yang tidak ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Jadi Lif, karena mulai minggu depan kita akan menyusutkan halaman, saya mohon pengertianmu. Untuk sementara waktu, kami tidak akam bisa memuat tulisan dari penulis luar lagi. Karena itu, kontrakmu untuk menulis teratur untuk sementara kami tangguhkan.

Sekali lagi, untuk sementara aja, sampai situasi kembali normal.”

(R1T:17)

Kutipan di atas menjelaskan bahwa untuk sementara waktu, Alif harus berhenti menjadi penulis teratur yang bermutu di koran Suara Bandung. Hal itu di karenakan kondisi Negara yang sedang mengalami krisis moneter dan berdampak pada kantor redaksi yang harus mengurangi kertas untuk penerbitkan sebuah koran.

3) Masalah Keluarga

Selain menghidupi dirinya sendiri, Alif juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya. Separuh dari gaji yang dia dapatkan, dia kirim untuk Amaknya yang berada di kampung. Uang itu digunakan untuk biaya sekolah adik-adiknya dan juga untuk menyicil hutang Amaknya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

(53)

“Aku memang single, tapi ada tanggungan keluarga. Makanya gak cukup sus.”

(R1T: 108)

“Tapi kenyataannya, aku kini perlu penghasilan yang lebih baik.

Gajiku sekarang cukup buat aku hidup sendiri dan sedikit membantu Amak dan adik-adik. Tapi belum cukup untuk membebaskan Amak dari belitan utang yang ditumpiknya diam- diam demi sekolah adik-adikku. Soal utang ini aku memang baru tahu dari surat Amak yang datang minggu lalu.”

(R1T:112)

Berdasarkan uraian masalah di atas dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel Rantau 1 Muara tersebut dapat dirumuskan menjadi perjuangan seorang pemuda untuk meraih impian dan cita-cita. Masalah-masalah yang terdapat dalam novel Rantau 1 Muara saling berhubungan dan membentuk sebuah tema sehingga tema tersebut bernilai estetik. Tema ini secara tidak langsung memberikan petunjuk kepada pembaca untuk mengambil hikmah atau pesan- pesan moral dari sikap dan perbuatan tokoh-tokoh menghadapi berbagai masalah kehidupan yang ada.

b. Tokoh dan Penokohan

Jenis tokoh dibagi atas tokoh utama dan tokoh tambahan.

1) Tokoh utama

Tokoh utama adalah tokoh yang berhubungan dengan setiap peristiwa dan diutamakan penceritaannya di dalam novel yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, di dalam novel Rantau 1 Muara ini tokoh utamanya adalah Alif.

Tokoh ini sering dimunculkan oleh pengarang dalam tiap bab dan tokoh ini merupakan penggerak konflik cerita.

(54)

Alif Fikri dalah seorang pekerja keras. Setelah kenyang menempuh kehidupan pesantren dan jatuh bangun selama perkuliahan, sekarang menjalani antiklimaks berupa penyelesaian diri seluruh perjuangannya, peluh, air mata dan waktu-waktu yang dihabiskan dengan kerja keras. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Inilah aku, seorang anak kampung, yang telah melanglang separuh dunia dengan tanpa membayar sepeser pun. Inilah aku, mahasiswa yang jadi kolumnis tetap di media dan telah sukses membiayai hidup dan kuliah sendiri.”

(R1T:10)

Selain itu, Alif juga mempunyai semangat yang luar biasa. Semangat untuk meraih segala impian dan cita-citanya. Dia dapat membuktikan bahwa apa yang dia impikan selalu tercapai. Hal ini dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Ada rasa bangga menjalar dari dasar hatiku. Apa yang aku impikan akhirnya selalu tercapai.”

(R1T:3)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Alif adalah seorang yang pekerja keras. Walaupun dia seorang anak kampung, tetapi dia mempunyai semangat dan kepandaian yang luar biasa. Dia dapat membuktikan bahwa dirinya bisa sukses membiayai hidup dan kuliah sendiri dan apa yang dia impikan selalu tercapai.

2) Tokoh tambahan

Tokoh tambahan dalam novel ini, lebih banyak dibanding dengan tokoh utama. Beberapa diantaranya adalah Randai, Pasus, Dinara, dan Garuda.

(55)

Tokoh-tokoh tersebut hanya sesekali saja muncul dalam cerita. Namun, perannya tidak dapat dianggap enteng karena kehadirannya akan mendukung cerita dan menonjolkan peran tokoh-tokoh utama.

a) Randai

Randai adalah sahabat Alif. Mereka selalu bersaing, berlomba untuk saling membuktikan diri, berlomba mencapai muara tujuan masing-masing. Dalam setiap pertemuan mereka seperti dua orang yang sedang berada dalam pacuan lari. Saling mengukur kemampuan masing-masing, saling menantang, saling mengolok, berebut untuk menjadi yang terbaik diantara mereka. Bagi Alif, Randai adalah kawan, sekaligus lawan. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.

“Ingatlah baik-baik,wa’ang kini sudah ketinggalan beberapa langkah dari aden. Yakin bisa mengejar?” Seringai Randai berkelebat lagi.

(R1T:28)

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Randai adalah seorang sahabat sekaligus lawan bagi Alif. Lawan untuk bersaing dan berlomba untuk mencapai muara tujuan masing-masing.

b) Pasus

Pasus, manusia kurus yang ia temukan ketika masa magang menjadi kuli tinta. Teman se’doktor’ alias mondok di kantor akibat tidak adanya kosan layak yang sesuai dengan kantong mereka. Sahabat yang nyentrik, lucu, pecinta dangdut dan rock, lahir di Medan sehingga logat bataknya masih terasa dan tidak pernah ragu dengan pilihannya sebagai wartawan karena itulah jalan yang

Referensi

Dokumen terkait

1982 2014 Penerbitan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2014 sebesar Rp 600 miliar dan Tahap II sebesar Rp 800 miliar 2015 Penawaran Umum Terbatas I, 2000 Berubah nama menjadi

jur 2 Lampiran surat keputusan ini, masing-masing se- bagai Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan Anggota Team Evaluasi Teknologi Perkapalan dan Maritim5. KETIGA : Susunan

Delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;.. c) Halusinasi auditorik:

simultan terdapat pengaruh yang signifikan variabel dependen Inflasi, Kurs Valuta Asing, Jumlah Uang Beredar (JUB), Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan

Tegan said nothing, but her wide-eyed terror overwhelmed Adric, Berger and Briggs, who stood in frozen silence gazing expectantly at the Doctor.. Sweat broke out on the Doctor’s

Keputusan kajian menunjukkan kategori masalah pekerja tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan persepsi terhadap perkhidmatan kaunseling sama ada di kalangan

terdiri dari 3 indikator dan 4 soal, serta pedoman wawancara. Angket multiple intelligences telah dibagikan kepada siswa kelas VIII H yang berjumlah 32 siswa dan diisi

Selain itu, pelaksanaan kegiatan perekrutan karyawan yang didasarkan pada analisis pekerjaan ini, juga akan membantu perusahaan dalam menentukan kriteria-kriteria bagi