• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Dengar

2.5.4 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

Suatu hal yang penting untuk menetapkan suatu standar atau NAB pada level tertentu mengingat kebisingan dapat menimbulkan respon yang berbeda individu yang satu dengan yang lain. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di tempat kerja sebesar 85 dBA untuk pajanan 8 jam per hari atau 40 jam per minggu. Berikut ini adalah tabel NAB pajanan kebisingan di tempat kerja. Berikut ini adalah tabel NAB pajanan kebisingan di tempat kerja yang

25

diizinkan berdasarkan Permenaker No. 13 Tahun 2011 (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2011).

Tabel 2.5 Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

Satuan Waktu Waktu Pajanan per Hari Intensitas Kebisingan (dBA) Jam 24 80 16 82 8 85 4 88 2 91 1 94 Menit 30 97 15 100 7,5 103 3,75 106 1,88 109 0,94 112 Detik 28,12 115 14,06 118 7,03 121 3,52 124 1,76 127 0,88 130 0,44 133 0,22 136 0,11 139

Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB(A) walau sesaat. 2.6 Pengaruh Kebisingan Pada Kesehatan Manusia

1. Gangguan Auditori

Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising dapat sembuh setelah istirahat selama 1-2 jam. Bila terpapar bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama sekitar 10-15 tahun akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Terjadinya proses ini belum dapat dipastikan, tetapi diduga karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam kurun waktu yang lama sehingga mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan

degenartif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Gambaran kondisi ini umumnya ditandai dengan penurunan frekuensi pendengaran yang mengalami penurunan intensitas antara 3000-6000 Hz dan kerusakan Corti untuk reseptor bunyi yan terberat terjadi pada frekuensi 4000 Hz (4 K notch). Proses ini terbilang lambat dan tersembunyi sehingga tahap awal kerap tidak disadari oleh para pekerja. Kondisi ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan audiometri. Bising dengan intensitas tinggi bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama dapat menyebabkan penurunan pendengaran hingga ke frekuensi percakapan yakni 500-2000 Hz. Pada kondisi ini pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat mendengar pembicaaran di sekitarnya (Bashiruddin, 2009). Ketulian bersifat progresif karena pekerja yang ditempatkan pada area kerja yang terpapar kebisingan secara terus-menerus, maka daya dengar yang awalnya mengalami penurunan sementara berangsur-angsur dapat mengalami kehilangan pendengaran secara menetap.

a. Trauma Akustik

Tipe gangguan pendengaran ini terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh kebisingan yang sangat ekstrem dan dalam jangka waktu pendek. Diagnosis trauma akustik terbilang mudah karenan penderita dapat mendeskripsikan langsung penyebab gangguan pendengaran yang dirasakan. Gangguan pendengaran ini bersifat akut dan dapat sembuh dengan cepat secara parsial atau sempurna (Roestam, 2004).

b. Gangguan Pendengaran Sementara (Temporary Threshold Shift)

Kebisingan dapat menyebabkan kenaikan nilai ambang pendengaran yang bersifat reversibel. Gangguan ini disebabkan oleh paparan bising dalam waktu singkat namun dengan intensitas sangat tinggi, misalnya karena mendengar

27

suara tembakan dan telinga terasa berdenging (tinnitus). Kenaikan ambang pendengaran sementara secara perlahan-lahan akan kembali seperti semula. Mula-mula kenaikan ini terjadi pada frekuensi 4000 Hz dan pada gambaran audiogram tampak acoustic notch, tetapi bila paparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan menyebar pada frekuensi sekitarnya. Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama karena sensivitas dari masing-masing individu tidak sama. Pendengaran biasanya akan kembali normal bila beristirahat di luar lingkungan bising.

c. Gangguan Pendengaran Permanen (Permanent Threshold Shift)

Jenis kehilangan pendengaran permanen tidak dapat disembuhkan (irreversible). Kerusakan telinga ini disebabkan oleh pajanan bising dalam jangka waktu lama yang biasa terjadi pada frekuensi 4000 Hz. atau dapat juga disebabkan oleh pajanan bising tingkat tinggi dalam waktu singkat. Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah rentang waktu 3,5 sampai 20 tahun sejak terjadi pemaparan. Penderita biasanya baru menyadari bahwa pendengarannya mengalami penurunan setelah dilakukan pemeriksaan audiogram.

2. Gangguan Non Auditori a. Gangguan Fisiologis

Bising yang ditimbulkan di tempat kerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan pekerja salah satunya gangguan fisiologi berupa telinga berdengung (tinnitus), peningkatan tekanan darah, percepatan denyut nadi, peningkatan metabolisme basal, vasokonstriksi pembuluh darah, penurunan peristaltik usus

serta peningkatan ketegangan otot. Efek fisiologi disebabkan oleh peningkatan rangsangan saraf otonom, yang merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap keadaan bahaya secara spontan.

b. Gangguan Psikologis

Selain itu, kebisingan juga dapat menyebabkan gangguan psikologi berupa stress tambahan bila mendengar bunyi yang tidak diinginkan atau yang mengganggu sehingga dapat menimbulkan perasaan tidak menyenangkan, sulit tidur, emosional, gangguan komunikasi serta gangguan konsentrasi yang dapat berkontribusi membahayakan keselamatan pekerja dan dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan penyakit psikosomatik.

c. Gangguan Komunikasi

Gangguan pendengaran juga dapat mempengaruhi komunikasi karena pembicaraan dilakukan dengan cara berteriak sehingga dapat mengganggu proses kerja dan berpotensi menimbulkan kesalahan (Wibowo, 2012).

2.7 Noise Induced Hearing Loss (NIHL)

NIHL merupakan salah satu penyakit akibat kerja tertinggi di sektor industri. Gejala muncul setelah bekerja pada area kerja dengan pajanan kebisingan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun. Karakteristik NIHL menurut The American College of Occupational and Environmental Medicine (ACOEM) antara lain sebagai berikut (Kirchner et al. 2012).

a. NIHL termasuk dalam gangguan pendengaran sensorineural, yang mempengaruhi sel rambut koklea pada telinga bagian tengah.

29

c. Kondisi ini jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat (profound hearing loss). Derajat ketulian berkisar antara 40 sampai dengan 75 dB

d. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz. e. NIHL ini muncul secara bertahap dengan pemaparan yang sering dan berkelanjutan. Kejadian NIHL tidak bisa diketahui secara kasat mata karena penurunan pendengaran terjadi pada frekuensi tinggi yang biasanya terjadi pada frekuensi 4000 Hz, sehingga tidak telihat adanya gangguan dalam berkomunikasi. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekeuensi 3000, 4000 dan 6000 Hz akan mencapai tingkat maksimal dalam waktu 10 sampai 15 tahun. Ahli Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) dalam melakukan penegakkan diagnosis NIHL terlebih dahulu harus melakukan anamnesis dengan teliti, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik.

Dokumen terkait