• Tidak ada hasil yang ditemukan

dimana :

E = Nilai tukar nominal yaitu harga mata uang domestik terhadap mata Uang asing

P* = Harga Internasional yang biasanya digunakan indeks harga perdagangan besar negara mitra dagang

P = Harga domestik digunakan indeks harga konsumen di dalam negeri

Nilai Tukar

ER = f(INT,BOP, FDI, INDEX, IMPO, EXPO, MS)……….. (1)

dimana :

ER = Nilai Tukar INT = Interest Rate

BOP = Balance of Payment FDI = Foreign Direct Investment INDEX = Indeks Harga Konsumen IMPO = Impor

EXPO = Ekspor

MS = Money Supply

3.7.2. Sukubunga

Tingkat sukubunga merupakan harga dari aset finansial atau harga dari dana yang dapat dipinjamkan. Menurut pandangan klasik, tingkat sukubunga ditentukan oleh penawaran tabungan dan permintaan investasi. Penawaran tabungan dipengaruhi oleh perilaku konsumen dalam menggunakan pendapatannya untuk konsumsi, artinya semakin tinggi tingkat sukubunga maka konsumen akan cenderung untuk meningkatkan tabungannya. Dalam perekonomian terbuka sukubunga domestik ditentukan oleh tingkat sukubunga dunia sebagai ekspektasi depresiasi mata uang domestik dengan luarnegeri merupakan kompensasi resiko kemungkinan depresiasi mata uang domestik. Dengan

demikian perubahan sukubunga domestik disebabkan oleh perubahan tingkat sukubunga dunia dan ekspektasi depresiasi mata uang domestik. Tingkat sukubunga secara teoritis ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran uang.

Pemerintah melalui otoritas moneter dapat mempengaruhi tingkat sukubunga pasar melalui instrumen tingkat sukubunga diskonto dan naik turunnya tingkat sukubunga pasar dipengaruhi oleh naik turunnya tingkat sukubunga diskonto dari Bank Indonesia. Variabel penting yang dipertimbangkan otoritas moneter dalam menentukan sukubunga deposito adalah depresiasi rupiah. Semakin terdepresiasi rupiah makin meningkat sukubunga diskonto.

Dari sisi moneter diidentifikasikan bahwa tingkat sukubunga di tentukan oleh permintaan dan penawaran uang dimana permintaan uang merupakan penjumlahan dari total uang khartal, giral yang terdiri dari demand deposit dan private demand deposit , dan uang kuasi yang jumlah dari time & saving deposit, foreign exchange account, dan foreign exchange account & other account dan permintaan uang dipengaruhi oleh sukubunga, inflasi serta pendapatan domestik bruto. Sedangkan penawaran uang dipengaruhi oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) dalam menetapkan jumlah uang beredar (uang primer/base money) dan koefisien pengganda uang sehingga dalam hal ini otoritas moneter memiliki peranan penting dalam proses penciptaan uang beredar dan dipengaruhi oleh sukubunga, inflasi, PDBI, cadangan wajib bank komersial, dan juga sukubunga sertifikat Bank Indonesia. Sektor moneter terkait erat dengan keseimbangan internal dan eksternal yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perekonomian seperti sukubunga, pendapatan domestik bruto, tingkat harga, kesempatan kerja, dan nilai tukar yang juga dipengaruhi oleh neraca perdagangan, net capital inflow, foreign direct investment dan kebijakan intervensi pemerintah.

Disamping itu sukubunga di Indonesia juga diperkirakan dipengaruhi oleh defisit transaksi berjalan. Dalam hal terjadinya defisit transaksi berjalan, sukubunga domestik

akan naik untuk menarik modal asing (capital inflow) untuk menutupi defisit transaksi yang timbul. Oleh karena itu perilaku sukubunga di Indonesia diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat sukubunga diskonto, sukubunga internasional, depresiasi mata uang rupiah dan jumlah uang beredar dan merupakan variabel eksogenus yang dikendalikan oleh pemerintah.

Oleh karena itu model ekonomi untuk faktor sukubunga dapat disajikan sebagai berikut :

Sukubunga

INT = f(MD, MS, BASE, INV, SBI, INDEX)……….. (2)

dimana :

INT = Interest Rates MD = Money Demand MS = Money Supply BASE = Base Money INV = Investasi

SBI = Sertifikat Bank Indonesia INDEX = Index Harga Konsumen

3.7.3. Inflasi

Kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi dalam perekonomian. Dari sisi permintaan, inflasi merupakan fenomena kelebihan permintaan agregat dalam perekonomian. Pandangan Keynesian mengemukakan bahwa inflasi merupakan sesuatu yang diakibatkan oleh permintaan atau pengeluaran agregat yang melampaui peningkatan produksi agregat atas barang dan jasa dalam perekonomian sedangkan pandangan monetaris mengemukakan bahwa inflasi merupakan fenomena moneter yang disebabkan oleh kelebihan jumlah uang beredar. Kinerja inflasi diturunkan dari

perubahan harga umum, dimana harga umum yang digunakan adalah indeks harga konsumen, dan perubahan harga yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan agregat. Inflasi yang disebabkan oleh permintaan agregat disebut deman pull inflation (inflasi karena tarikan permintaan) yang umumnya terjadi karena adanya ekspansi moneter dan pengeluaran pemerintah serta spekulasi dan konsumsi masyarakat. Inflasi yang disebabkan oleh aspek penawaran agregat sering disebut dengan cost push inflation, yang sering diakibatkan oleh adanya penurunan produksi agregat karena adanya bisnis monopoli, monopoli tenaga kerja atau penurunan produksi karena musim. Disamping itu terdapat pula inflasi yang disebabkan karena inflasi yang diimpor.

Kenaikan harga barang-barang impor yang disebabkan oleh depresiasi nilai tukar dapat juga mendorong inflasi dalam negeri. Oleh karena itu variabel nilai tukar mata uang perlu dipertimbangkan dalam model perilaku inflasi. Disamping itu kenaikan permintaan pada barang-barang yang tidak diperdagangkan secara internasional (non

tradable goods) akan meningkatkan pengeluaran investasi pemerintah juga

meningkatkan harga non tradable sehingga akan mendorong inflasi. Kebijakan moneter dalam jangka panjang mempengaruhi tingkat inflasi dan pencapaian tingkat inflasi yang diharapkan oleh suatu perekonomian merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya sasaran makroekonomi lainnya seperti pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan pekerjaan dan tingkat inflasi yang tercapai akan menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pengembangkan kegiatan ekonomi selanjutnya.

Odusola dan Akinlo (2001) mengemukakan 3 penjelasan umum tentang sebab inflasi yaitu aspek fiskal, moneter dan neraca pembayaran (balance of payment). Dari sudut moneter di tunjukkan bahwa inflasi disebabkan karena peningkatan jumlah uang beredar, dari sudut fiskal dikatakan bahwa defisit pada anggaran sebagai sumber penyebab terjadinya inflasi. Sedangkan dari aspek neraca pembayaran menekankan

pada aspek fluktuasi nilai tukar (exchange rate) yaitu ketika terjadi depresiasi pada nilai tukar yang mengakibatkan meningkatnya harga barang impor atau dikarenakan meningkatnya ekspektasi inflasi dari perilaku ekonomi.

Depresiasi juga berpengaruh terhadap output agregat, yaitu berdampak pada ekspansi dan kontraksi. Depresiasi yang bersifat ekspansi disebabkan karena depresiasi menyebabkan harga relatif komoditas domestik menjadi lebih murah dibandingkan dengan negara lain yang berakibat pada meningkatnya ekspor yang berarti juga terjadi peningkatan permintaan agregat dan berdampak terhadap peningkatan output sedangkan depresiasi yang bersifat kontraktif timbul akibat meningkatnya harga barang impor yang akhirnya akan mempengaruhi harga secara keseluruhan dan ongkos produksi karena sebagian bahan baku produksi merupakan barang impor, maka perubahan nilai tukar akan mempengaruhi ongkos produksi, sehingga terjadinya depresiasi berarti pula meningkatnya biaya produksi.

Model ekonomi yang menggambarkan aspek inflasi tersebut di atas disajikan sebagai berikut :