• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

B. Hukum Ekonomi Islam sebagai Pedoman Perekonomian Umat 1.Konsep Ekonomi Islam

2. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam

Ajaran Islam tentang nilai-nilai hidup yang utama meliputi semua aspek kehidupan manusia secara utuh, tidak ada satu sisi pun dari kehidupan manusia yang hanya berorientasi kepada pemenuhan kenikmatan duniawi semata. Setiap bentuk muamalah dari yang paling kecil sampai yang besar,

30

termasuk masalah ekonomi sekalipun, adalah bersifat spiritual, bila dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai Islam secara utuh dan mendasar. Karena itulah maka pemahaman yang tepat akan nilai-nilai ini adalah mutlak perlu.31 Maka untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perspektif ekonomi Islam mengenai nilai-nilai tersebut adalah:

a. Kebebasan

Konsep kebebasan yang diajarkan Islam ialah bahwa Islam mengakui kebebasan ekonomi. Kebebasan dalam Islam maksudnya ialah setiap individu berhak untuk melakukan apa yang diinginkannya, namun dibatasi oleh dua faktor, yaitu:

1) Individu bebas memperjuangkan ekonominya, selama tidak melanggar atau merugikan hak-hak individu lainnya atau membahayakan masyarakat.

2) Harus dikerjakan dengan cara yang halal dan meninggalkan yang haram atau sesuatu yang tidak pantas.

Adanya pembatasan kebebasan ekonomi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1) Pemilik hakiki segala sesuatu adalah Allah SWT, Ia lah yang mempunyai hak untuk membatasi kegiatan penggalian dana sesuai

31

Ikhwan Hamdani, Sistem Pasar; Pengawasan Ekonomi (Hisbah) dalam Perspektif Ekonomi Islam, (Jakarta, Nur Insani, 2003), h. 17

dengan aturan yang ditetapkan Nya, karena Dialah Maha Tahu yang maslahat bagi kondisi-kondisi terbaik dari mereka.

2) Tidak diperkenankan adanya satu keadaan yang membahayakan hak orang lain atau kepentingan publik.

3) Adanya jaminan kepentingan kelompok lemah dari rivalitas dan persaingan kelompok kuat.

4) Adanya kewajiban suatu kelompok untuk melaksanakan kewajiban publik yang telah dibebankan kepada mereka, seperti pengadaan rumah sakit, jalan umum, dan fasilitas lainnya. 32

b. Kepemilikan

Kepemilikan dalam konsep Islam yaitu adanya pengakuan terhadap kepemilikan individu dan bersama, namun yang menjadi dasar dari konsep Islam ialah bahwa Allah SWT pemilik seluruh semesta alam termasuk apa yang ada dalam bumi, sedangkan manusia hanya sebagai pemegang amanat dan mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengembangkan harta, selama dengan jalan yang halal dan menurut kemampuannya.

Pengaturan Islam terhadap semua jenis kepemilikan bertujuan untuk memberikan perlindungan agar tidak terjadi persoalan mendasar, yaitu:

32

Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan, (Yogyakarta, Magistra Insani Press, 2004), h. 38-39

1) Penguasaan harta oleh seseorang secara berlebihan dan menjadikannya tak terbatas. Seperti dijelaskan dalam QS al-‘Alaq (96): 6-7

ﻰﻐْ نﺎ ْﺈْا نإ ﺎ آ

*

ﻰ ْﻐ ْ ا ر ْنأ

Artinya:“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas * Karena dia melihat dirinya serba cukup”. (QS. Al-‘Alaq/96: 6-7)

2) Munculnya kemiskinan dan efek-efek negatifnya, baik dalam ukuran individu maupun sosial. 33

c. Keadilan

Konsep keadilan ekonomi Islam ialah “tidak menzhalimi dan tidak dizhalimi”. Keadilan merupakan suatu esensi dalam sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam meletakkan dasar perekonomiannya pada prinsip-prinsip keadilan yang sangat diutamakan oleh ajaran Islam, seperti dijelaskan di dalam QS al-‘Araf (7):29

ْ ْﺎ ر ﺮ أ ْ

Artinya: “Katakanlah: Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan…” (QS al-‘Araf/ 7:29)

Keadilan seyogyanya terdapat dalam beberapa pengertian berikut ini: 1) Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat dan terikat oleh Akhlak,

yaitu kebebasan yang terkandung dalam rasa tanggung jawab moral dan sosial terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

20

Ahmad Muhammad al-Assal et.al.,Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung, CV. Pustaka Setia, 1999), h. 57

2) Keadilan harus diterapkan pada semua fase kegiatan ekonomi, yaitu dalam produksi maupun konsumsi. Adalah suatu kezhaliamn dan penindasan apabila seseorang dibiarkan berbuat semaunya terhadap hartanya sendiri yang melampaui batas yang ditetapkan dan bahkan sampai merampas hak orang lain.

3) Keadilan juga bermakna suatu kebijaksanaan dalam mengalokasikan sejumlah hasil tertentu dari kegiatan ekonomi bagi mereka yang tidak sanggup memasuki pasar, yaitu yang lazim dikenal dengan kebijakan melalui zakat, infaq, dan shadaqah.

d. Kerjasama

Islam memandang kehidupan sebagai suatu kesatuan dan tidak dapat dipilah-pilah, ia memandang kehidupan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, yang mana individu-individunya saling melengkapi. Individu tidak dapat berbuat apa-apa tanpa masyarakat, demikian pula sebaliknya. Masing-masing sangat penting bagi yang lainnya, pandangan ini memberikan suatu petunjuk yang dinamis bagi seluruh bidang kegiatan manusia. 34

Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk beraneka ragam dan tidak sama dalam kemampuan fisik dan intelektual, Allah telah menjadikan sebagian manusia unggul dalam satu hal, dan sebagian lagi unggul dalam

34

bidang lain sehingga semua menjadi saling membutuhkan yang perlu diwujudkan dengan cara saling menolong sesama manusia.

e. Etika/ Akhlak

Etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak menentukan kebenaran sebagai apa adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.35

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika dijelaskan dengan tiga arti, yaitu: Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban dan ilmu tentang moral (akhlak), kumpulan asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar atau salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.36

Etika dalam Islam dikenal dengan akhlak, yang dipahami sebagai suatu nilai praktis yang berkaitan dengan norma baik dan buruk, pendapat ini dikemukakan karena membahas yang sama, yaitu baik dan buruk tingkah laku manusia. Bila dikaitkan dengan usaha maka maksudnya adalah norma-norma yang mengarahkan para pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya. Sedangkan perbedaan antara etika dan akhlak ada pada sumbernya, yaitu setika sebagai cabang filsafat maka bertitik tolak dari akal pikiran, sedangkan akhlak dalam pandangan Islam ialah suatu ilmu

35

Asmaran A.S., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 1994), h. 2

36

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2005), h. 237

yang mengajarkan mana yang baik dan buruk berdasarkan ajaran Allah dan Rasul Nya yang tertuang dalam al-Quran dan as-Sunnah.

Islam sangat memberikan keleluasan terhadap manusia untuk menggunakan segala potensi sumber daya yang dimiliki, termasuk memberikan kelonggaran dalam kebebasan berkreasi, melakukan transaksi, dan melaksanakan bisnis ataupun investasi. Namun kebebasan tersebut terikat oleh etika/ akhlak, karena apa pun aktifitas yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak pada diri sendiri maupun orang lain, disinilah peran etika untuk mengatur sistem kehidupan individu atau lembaga, kelompok, dan masyarakat dalam berinteraksi antar sesama.37 Di dalam etika Islam ada penilaian atas perbuatan atau perilaku yang bernilai baik dan buruk ataupun yang boleh dan dilarang oleh Allah, misalnya etika yang berkaitan dengan jual beli ada aturan-aturan yang harus ditaati, yaitu larangan menjual barang haram, jujur dalam takaran, tidak menembunyikan cacat, dan memberikan hak khiyar pada pembeli.

Dokumen terkait