• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dan aplikasi Franchise dalam perspektif hukum ekonomi islam : Studi pada LKS Berkah Madani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Konsep dan aplikasi Franchise dalam perspektif hukum ekonomi islam : Studi pada LKS Berkah Madani"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN APLIKASI FRANCHISE DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM

(STUDI PADA LKS BERKAH MADANI)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh:

SYARAH SEPTIANA NIM : 104046101699

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I’A H P R O G R A M S T U D I M U A M A L A T

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

KONSEP DAN APLIKASI FRANCHISE DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM

(STUDI PADA LKS BERKAH MADANI)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

Oleh:

SYARAH SEPTIANA NIM : 104046101699

Di Bawah Bimbingan: Pembimbing I

Dr. JM. Muslimin, MA NIP: 150 312 427

Pembimbing II

A.M. Hasan Ali, M.A NIP: 150 370 226

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I’ A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul KONSEP DAN APLIKASI FRANCHISE DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM (STUDI PADA LKS BERKAH MADANI) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Nopember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 8 Nopember 2008

Mengesahkan, Dekan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM (………)

NIP. 150 210 422

Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. MH (………)

NIP. 150 318 308 Pembimbing I : Dr. JM. Muslimin MA

(………) NIP. 150 312 427

Pembimbing II : A.M. Hasan Ali M.A.

(4)

Penguji I : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido, MA (………)

NIP. 150 165 257 Penguji II : Dr. Yayan Sofyan, MA

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 September 2008

(6)

ﻢﻴﺣ

ﺮﻟا

ﻦﻤﺣﺮﻟا

ﷲا

ﻢﺴﺑ

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konsep dan Aplikasi Franchise Dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam: Studi Pada LKS Berkah Madani” sebagai bagian dari tugas akademis di Program Studi Muamalat Perbankan Syari’ah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Salawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan terbaik bagi umat manusia, kepada keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, izinkanlah penulis menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih yang tak terhinngga kepada:

(7)

2. Dr. Euis Amalia, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, MH, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat yang telah memberikan pengarahan dan membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Dr. JM. Muslimin MA, dan A.M. Hasan Ali M.A. selaku pembimbing skripsi yang telah selalu dapat meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasehat kepada penulis, sehingga penuilis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan ilmunya kepada penulis selama di bangku kuliah.

5. Pihak PT. Berkah Madani, Bapak Abdi Irawan dan LKS Berkah Madani, Bapak Ir. H. Zainal Zayadi beserta staf yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi yang penulis butuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

7. Keluargaku tersayang, adikku Hayya Azzachra, Aa Evan Hamzah Muchtar SE, dan Teh Siti Muchlisoh S.Pdi, yang memotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi dan bersedia meluangkan waktu untuk bertukar pikiran.

8. Keluarga kedua ku, Bi Lela, Om, Dimas, Laras, Mbak Uti, terima kasih atas doa dan pengertiannya.

9. Kakakku, Muamar S.Hi, terima kasih atas kasih sayang, kesabaran, motivasi, dan saran-sarannya.

10.Teman-teman Mahasiswa Perbankan Syariah 2004 terutama kelas D si “bocah rusuh” yang selalu memberikan kebersamaan, tawa canda yang akan selalu

berbekas di hatiku dan akan selalu kurindukan. Teruntuk sahabat-sahabat terbaikku Umaira, Neng, Yana, Chammi. Terima kasih atas semuanya, atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

Semoga amal dan jasa yang telah diberikan kepada penulis dapat diterima di sisi Allah SWT dan dibalas-Nya dengan pahala yang melimpah. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iv

DAFTAR LAMPIRAN vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

D. Metode Penelitian 8

E. Tinjauan Kajian Terdahulu 10

F. Sistematika Penulisan 12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Aspek Umum Mengenai Franchise 15

1. Pengertian Franchise 15

2. Elemen-elemen Pokok dalam Franchise 17

3. Jenis-jenis Franchise 18

a. Waralaba Produk dan Merk Dagang 18

b. Waralaba Format Bisnis 19

(10)

B. Hukum Ekonomi Islam sebagai Pedoman Perekonomian Umat 23

1. Konsep Ekonomi Islam 23

2. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam 26

3. Prinsip Usaha Bisnis Islami 32

C. Franchise dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam 36 1. Tinjauan dalam Aspek Hak Cipta 36 2. Tinjauan dalam Aspek Kemitraan Usaha 39 3. Tinjauan dalam Aspek Royalty Fee 42

BAB III PROFILE LKS BERKAH MADANI

A. Sejarah Pendirian LKS Berkah Madani 46 B. Visi, Misi dan Tujuan LKS Berkah Madani 49 C. Struktur Organisasi LKS Berkah Madani 51 D. Produk dan Layanan LKS Berkah Madani 52

1. Produk Penghimpunan Dana 53

2. Produk Penyaluran Dana 54

E. Ketentuan Umum Perjanjian Franchise LKS Berkah Madani 56

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Aplikasi Franchise pada LKS Berkah Madani 59

(11)

3. Biaya-Biaya Franchise LKS Berkah Madani 66 4. Prospek Franchise LKS Berkah Madani 69 5. Resiko Franchise LKS Berkah Madani 71 B. Analisis Aplikasi Royalty Fee pada LKS Berkah Madani 72 C. Inovasi dalam bisnis Franchise yang dilakukan oleh LKS 75

Berkah Madani

D. Keunggulan dan Kelemahan Franchise bagi Franchisee 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 78

B. Saran 80

DAFTAR PUSTAKA 81

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Pembimbing Lampiran 2 Surat Permohonan Data / Wawancara Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 4 Surat Perjanjian Kerjasama

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Waralaba sebagai suatu bentuk pengembangan usaha telah mendapat perhatian dari Warren J Keegen. Sebagaimana dikutip oleh Gunawan Widjaja, bahwa para pengusaha yang bermaksud mengembangkan usahanya secara internasional dapat melakukan beberapa macam pilihan cara, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Secara singkat dikatakan oleh Keegen bahwa ada lima macam cara pengembangan usaha, yaitu melalui: perdagangan internasional dengan cara impor-ekspor, dengan pemberian lisensi, melakukan franchising (pemberian waralaba), membentuk perusahaan patungan (joint venture), melakukan penanaman modal langsung (foreign direct investment) dengan kepemilikan yang menyeluruh atau melalui merger, konsolidasi, maupun akuisisi.

Franchise atau waralaba bukanlah suatu industri yang baru dikenal, meskipun

(14)

RI No.259/MPP/KEP/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba.1

Konsep waralaba muncul sejak 200 SM. Pada masa itu sebuah rantai toko makanan di Tiongkok menerapkan konsep distribusi dengan sistem waralaba lisensi produk/merek. Era modern waralaba berkembang di Amerika Serikat pada tahun 1863 yang dilakukan perusahaan jahit Singer dan kemudian diikuti Coca Cola pada tahun 1899.

Di Indonesia waralaba mulai berkembang pada tahun 1950-an dengan munculnya dealer kendaraan bermotor melalui pembelian lisensi.2 Perkembangan kedua dimulai pada tahun 1970-an. Adalah pengusaha Es Teler 77 yang pertama-tama mempopulerkan lembaga waralaba di Indonesia. Bersamaan itu pula masuklah waralaba asing di Indonesia yang dirintis oleh restoran fast food seperrti KFC, Shakey Pizza, Pizza Hut, dan Pioner Fried Chicken. Setelah itu, perkembangan waralaba seolah tak terbendung lagi. Jenisnya tidak lagi terbatas hanya pada makanan, tapi juga merambah sektor hotel, pendidikan, kerajinan, bisnis center, salon, retail, laundry, dan lain-lain.3

Lembaga keuangan mikro pun mulai menggunakan sistem franchise dalam mengembangkan jaringannya. Hal ini adalah langkah yang fenomenal mengingat

1

Gunawan Widjaja, Waralaba, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h.1-2

2

http://www.mitrawaralaba.com, diakses pada 7 Juli 2008

3

(15)

belum ada BMT yang melakukan bisnis Franchising di Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh BMT Berkah Madani.

BMT yang berkantor pusat operasional di Depok ini didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat yang bernaung dibawah badan hukum dari akte notaris atas nama Koperasi Serba Usaha (KSU) BERKAH MADANI SEJAHTERA yang perduli terhadap masyarakat yang membutuhkan modal usaha sebagai tambahan dan mengelola keuangan yayasan secara eksrtern maupun intern. 4

Untuk menambah pertumbuhan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) beroperasi ditengah-tengah masyarakat BMT Berkah Madani menawarkan sistem franchise kepada masyarakat yang ingin mendirikan lembaga BMT. Bagi masyarakat yang memiliki sejumlah dana dan ingin berinvestasi, membuka BMT merupakan peluang investasi yang cukup menjanjikan.5

Kendatipun BMT yang mempunyai tujuan menjadi solusi intelektual dan finansial kepada masyarakat berdasarkan prinsip syariah guna tercapainya keadilan dan kesejahteraan ini baru beroperasi selama 3 tahun, namun BMT Berkah Madani sudah memiliki enam franchisee yaitu Kantor Pelayanan Jati

4

Selayang Pandang BMT Berkah Madani, http://bmtberkahmadanisejahtera.wordpress.com, 16 Februari 2008

5

Muchtasib, BMT Berkah Madani Tawarkan Sistem Franchise,

(16)

Asih-Bekasi, Gas Alam- Cimanggis, Medan, Priok-Jakarta Utara, Bandung, dan Ciputat.6

Secara riil, kontribusi waralaba terhadap perekonomian nasional sangat signifikan. Kegairahan pihak-pihak yang menawarkan dan membeli waralaba dapat dijadikan indikasi kegairahan akan bangkitnya ekonomi bangsa Indonesia. Sisi positif kontribusi waralaba dapat disebutkan sebagai berikut;

Pertama, masalah alih teknologi. Pemerataan penggunaan teknologi modern, baik peralatan dari luar maupun dalam negeri dengan cepat akan dapat dinikmati oleh pelaku bisnis waralaba, tentu dengan standar mutu terjamin yang telah dijanjikan oleh pihak pemberi waralaba.

Kedua, memperbesar peluang usaha. Dengan adanya pola waralaba tersebut jelas sangat memperbesar peluang usaha. Karena dalam waralaba ini seseorang yang telah berhasil dalam sebuah sektor bisnis, telah dengan sengaja menularkan “virus” keberhasilan tersebut kepada pihak lain. Mereka bekerja sama tanpa saling merugikan, akan tetapi saling menguntungkan. Sekaligus juga membuka peluang usaha lainnya. Sebuah restoran usaha waralaba misalnya, ia juga membuka peluang bagi usaha agro bisnis, peternakan, perikanan, ataupun usaha penunjang lainnya.

Ketiga, memperluas kesempatan kerja. Prospek daya serap ketenagakerjaan dalam waralaba tidak diragukan lagi. Yang efeknya tentu saja meningkatkan perekonomian nasional secara keseluruhan.7

6

(17)

Bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, layak kiranya mengetahui lebih lanjut bagaimana pola bisnis waralaba ini? Apakah waralaba juga mempunyai konsep yang Islami, baik dari sisi manajemen, produk yang dijual, fee dan royalti yang harus dibayar, dan lain sebagainya.8

Aplikasi pola waralaba dari masyarakat muslim Indonesia misalnya: Markaz, Country Donuts, dan Ayam Bakar Wong Solo. Ayam Bakar Wong Solo bahkan secara verbal menuliskan dalam desain logonya, sebuah frase kata: “Halalan Thoyyiban”, artinya pemilik waralaba ini telah berani menjamin bahwa produk dan sistem yang dijalankannya 100% halal. Wong Solo bahkan menampilkan simbol-simbol keislaman dalam pelayanannya. Contohnya, semua karyawati menggunakan jilbab dan penyediaan tempat sholat yang memadai di setiap restorannya.9

Anggota DSN MUI, Muhammad Hidayat dalam majalah Sharing mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh franchisee dapat diterima dari sisi syariah. Ada fee atau membeli merk atau semacam hak cipta, serta biaya lainnya sejauh semua pihak sepakat dan tidak menzhalimi maka secara syariah bisa diterima. Permasalahannya yaitu pada nominalnya, wajarkah bila dihargakan demikian dan bagaimana bila belum memperoleh laba. Hal ini berkaitan dengan memegang teguh prinsip keadilan dalam Ekonomi Islam.

7

Suseno, Waralaba; Bisnis, h.3-4

8

Perhatikan Produk yang Ditawarkan, Majalah Sharing, Edisi 9, Th I, Juli 2007, h.21

9

(18)

Bakmi Langgara-Bakmi Tebet menetapkan royalty fee tetap sebesar 3,5% perbulan dari omzet. Jika omzetnya dibawah Rp.15 Juta perbulan franchisor tidak perlu membayar royalty fee. Shafira memberi royatli fee regresif antara 1-4% perbulan. Jika omzet makin besar, makin kecil royalty fee yang harus dibayarkan franchisor. Ayam Bakar Wong Solo mengenakan royalty fee progresif antara 1-6%. Senyum Muslim mengenakan royalty fee untuk franchisor nya yang tidak untung semata untuk mengganti biaya supervisi.10

Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai sistem Franchise yang diterapkan oleh BMT Berkah Madani dalam sebuah skripsi yang berjudul “Konsep dan Aplikasi Franchise dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam, (Studi pada LKS Berkah Madani).”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini akan dilaksanakan di LKS Berkah Madani Cimanggis dan PT. Berkah Madani yang bertempat di Jalan Gas Alam Pertamina No. 14, Cisalak, Pasar Cimanggis – Depok, Kode Pos 16953, Telp. 021-70387590.

Penelitian dilakukan di tempat ini karena LKS Berkah Madani merupakan LKS satu-satunya yang mengembangkan jaringannya dengan sistem bisnis franchise di Indonesia.

10

(19)

Data penelitian mengenai konsep dan aplikasi franchise didapatkan berdasarkan dokumentasi yang tersedia di LKS Berkah Madani dan penjelasan dari pejabat penanggung jawab terkait.

Untuk mempermudah pembahasan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Aplikasi Franchise LKS Berkah Madani?

2. Bagaimana kesesuaian Royalty Fee yang diterapkan oleh LKS Berkah Madani dengan hukum ekonomi Islam?

3. Inovasi apa yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani dalam bisnis Franchise?

4. Apa keunggulan dan kelemahan menggunakan sistem bisnis Franchise bagi Franchisee dibandingkan dengan memulai bisnis sendiri?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah:

1. Mengetahui Aplikasi Franchise pada LKS Berkah Madani;

2. Mengetahui kesesuaian penerapan Royalty Fee pada LKS Berkah Madani dengan prinsip ekonomi Islam;

3. Mengetahui inovasi-inovasi yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani dalam bisnis Franchise.

(20)

Dengan tujuan yang disebutkan di atas, maka diharapkan dapat diambil manfaat antara lain:

1. Bagi penulis diharapkan mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai aplikasi Franchise pada LKS.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan media sosialisasi kepada kalangan akademisi, khususnya Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai sistem Franchise pada BMT yang menjadi fenomena di Indonesia, serta sebagai bahan masukan dalam pengembangan bisnis franchising oleh LKS Berkah Madani.

3. Menjadi pemicu bagi kalangan akademisi dan pihak lainnya yang berminat untuk melakukan penelitian sejenis atau pada aspek lainnya.

4. Menambah wawasan masyarakat luas akan aplikasi Franchise pada LKS.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena penulis meneliti mengenai konsep francshise secara umum, aplikasi franchise pada LKS Berkah Madani, serta kajian hukum ekonomi Islam, sehingga sebagian besar data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

(21)

jadi ia menyajikan data, menganalisa dan menginterpretasi. Dengan tujuan untuk memberi gambaran dan informasi yang akurat dari berbagai sumber serta untuk menghasilkan kesimpulan yang mendukung pembahasan.11

2. Teknik Penulisan

Teknik penulisan skripsi ini merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis, disertasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press tahun 2007.

3. Metode Pengumpulan Data

a) Penelitian Lapangan (Field Research)

Penulis mengumpulkan data secara langsung ke tempat objek penelitian, sedangkan tehnik yang akan digunakan dalam penelitian lapangan ini dilakukan dengan cara wawancara.

Penulis menggunakan wawancara untuk memperoleh informasi berkenaan dengan hal-hal dan data-data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Wawancara dilakukan dengan Bapak Zainal Zayadi selaku Manajer LKS Berkah Madani Cimanggis, dan Bapak Abdi Irawan selaku Direktur PT. Berkah Madani.

b) Studi Kepustakaan

11

(22)

Yaitu suatu metode dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti berbagai buku, majalah, dan literatur lain yang berhubungan dengan masalah yang akan penulis bahas.

4. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan secara lengkap, tahap berikutnya adalah analisis data. Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penenlitian. Data informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu penulisan yang menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian penulis menjelaskan konsep-konsep ekonomi Islam yang diterapkan pada bisnis waralaba LKS Berkah Madani, kemudian menganalisa dan menyimpulkannya.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Pembahasan mengenai Franchise, telah dilakukan penelitian sebelumnya. Terdapat dua penelitian yang dapat dijadikan sebagai fokus tinjauan kepustakaan berkenaan dengan topik yang dipilih penulis dalam penelitian ini.

(23)

mengenai Hak Milik Intelektual (merk dan rahasia dagang) termasuk dalam hak Ibtikar, hak ini meskipun bersifat immaterial namun memiliki kedudukan yang sama dengan hak material karena hak tersebut memiliki manfaat dan termasuk harta. Dalam menjalankan bisnisnya, Papa Rons Pizza sudah sesuai dengan hukum ekonomi Islam, hal ini dapat dilihat dari prinsip dasar usaha islami yang diterapkan yaitu adanya bantuan yang diberikan franchisor kepada franchisee untuk memulai bisnisnya.12

Perbedaan skripsi penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Sisca Novianti yaitu pada pembahasan awal mengenai bagaimana konsep bisnis franchise secara umum, apakah sudah berkesesuaian secara syar’i. Sehingga pembahasan mengenai franchise dari sisi syariah lebih luas. Penulis melanjutkan hasil penelitian awal yang didapatkan oleh Sisca Novianti untuk kemudian menganalisanya dalam aplikasi royalty fee yang diterapkan oleh LKS Berkah Madani. Sedangkan Sisca Novianti menganalisa aplikasi franchise pada Papa Rons Pizza di pembahasan selanjutnya.

Siti Musrofah, Konsep Maslahah Mursalah dalam Dunia Bisnis dengan Sistem Franchise (waralaba). Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil

bahwa sistem franchise sesuai dengan kaidah maslahah mursalah, karena memiliki banyak kelebihan atau kemaslahatan walaupun tidak sempurna secara

12

(24)

keseluruhan namun dapat meminimalisasi segala resiko usaha, mengambil maslahah dan menjauhkan mudharat. Waralaba menciptakan dan memberikan pemerataan kaesempatan berusaha bagi semua golongan masyarakat serta mengikutsertakan pihak lain untuk menikmati keuntungan dan kesuksesan pewaralaba.13

Perbedaan skripsi penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Musrofah yaitu pada permasalahan penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Musrofah lebih meneliti pada aspek Maslahah Mursalah kajian Ushl Fiqh dalam konsep bisnis waralaba, sehingga teori-teori dan analisis yang dikembangkan hanya seputar hal tersebut dan tidak mengkhususkan meneliti suatu bisnis waralaba tertentu. Sedangkan skripsi penulis membahas konsep bisnis waralaba dengan pedoman umum hukum ekonomi Islam yang tertuang dalam nilai-nilai dasar ekonomi Islam serta prinsip dasar bisnis islami, sehingga analisis mengenai aplikasi waralaba pada LKS Berkah Madani nya pun dengan berpedoman pada konsep tersebut.

F. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

13

(25)

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, tinjauan kajian terdahulu, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori

Dalam bab ini akan dibahas mengenai apek umum mengenai franchise yang meliputi pengertian franchise, elemen-elemen pokok dalam franchise, jenis-jenis franchise, dan aspek-aspek pembiayaan pada franchise; hukum ekonomi Islam sebagai pedoman perekonomian umat yang meliputi konsep ekonomi Islam, nilai-nilai dasar ekonomi Islam, dan prinsip usaha bisnis islami; serta franchise dam perspektif hukum ekonomi Islam yang meliputi tinjauan dalam aspek hak cipta, kemitraan usaha, dan royalty fee.

Bab III Gambaran Umum LKS Berkah Madani

Dalam bab ini dibahas mengenai kondisi internal LKS Berkah Madani yang meliputi sejarah pendirian, visi dan misi, tujuan, produk dan layanan LKS Berkah Madani, serta ketentuan-ketentuan umum mengenai perjanjian franchise pada LKS Berkah Madani.

Bab IV Hasil penelitian

(26)

Berkah Madani; inovasi dalam bisnis Franchise yang dilakukan oleh LKS Berkah Madani; serta keunggulan dan kelemahan mengaplikasikan sistem Franchise bagi Franchisee.

Bab V Penutup

(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Aspek Umum mengenai Franchise 1. Pengertian Franchise

Kata franchise berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti “bebas”. Pada abad pertengahan franchise diartikan sebagai “hak utama” atau kebebasan.14

Dalam Kamus Ekonomi disebutkan definisi Franchise sebagai hak untuk memasarkan suatu produk; penyerahan hak untuk suatu perusahaan ke perusahaan lain secara eksklusif atau pihak lain tidak secara eksklusif untuk memasok produknya. Suatu franchise adalah suatu perjanjian kontrak dagang dengan jangka waktu tertentu dimana yang diberi hak membayar royalti kepada pemberi hak atas hak dagang yang diberikan.15

Hadjowidigyo mengemukakan definisi franchise sebagaimana dikutip oleh Lindawaty Sewu sebagai suatu sistem usaha yang sudah khas atau memiliki ciri mengenai bisnis di perdagangan atau jasa berupa jenis produk dan bentuk yang diusahakan, identitas perusahaan (logo, desain, merk, bahkan

14

Johanness Ibrahim, Lindawaty Sewu, Hukum Bisnis;Dalam Perspektif Manusia Modern, (Bandung, PT. Refika Aditama, 2004), h.122

15

(28)

termasuk pakaian karyawan perusahaan), rencana pemasaran, dan bantuan operasional.

Sedangkan pengertian lainnya, franchising adalah hubungan berdasarkan kontrak antara Franchisor dan Franchisee. Franchisor menawarkan dan berkewajiban menyediakan perhatian terus menerus pada bisnis dari Franchisee melalui penyediaan pengetahuan dan pelayanan. Franchisee

beroperasi menggunakan nama dagang, format, atau prosedur yang dimiliki serta dikendalikan oleh Franchisor. 16

Kata waralaba merupakan terjemahan bebas dari kata franchise yang pertama kali diperkenalkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajaemen (LPPM) sebagai padanan kata franchise.Waralaba berasal dari kata “wara” yang berarti lebih atau istimewa, sedangkan “laba” berarti untung. Jadi waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan lebih atau istimewa. 17

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi waralaba adalah kerja sama dalam bidang usaha dengan bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, hak kelola, hak pemasaran.18

16

Lindawaty Sewu, Franchise; Pola Bisnis Spektakuler dalam Perspektif Hukum dan Ekonomi, (Bandung, CV Utomo, 2004), h.11

17

Ibid., h.12

18

(29)

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa waralaba (franchising) adalah suatu bentuk kerjasama dimana Franchisor memberikan izin kepada Franchisee untuk menggunakan hak intelektualnya, seperti nama, merek dagang, produk dan jasa, serta sistem operasi usahanya. Sebagai timbal baliknya, Franchisee membayar sejumlah biaya seperti franchise fee dan royalty fee.

2. Elemen-elemen Pokok dalam Franchise

Dari pengertian yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa franchise pada dasarnya mengandung elemen-elemen pokok sebagai berikut:

a. Pemberi Waralaba (Franchisor)

Yaitu badan usaha atau perorangan yang diberikan hak kepada pihak lain (Franchisee) untuk memanfaatkan segala ciri khas usaha dan segala kekayaan intelektual seperti nama, merek dagang, dan sistem usaha yang dimilikinya.

b. Penerima Waralaba (Franchisee)

Adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan atau menerima hak untuk memanfaatkan dan menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh Franchisor.

c. Adanya penyerahan hak secara eksklusif (dalam praktek meliputi berbagai macam hak milik intelektual) dari Franchisor kepada Franchisee.

(30)

e. Adanya imbal prestasi dari Franchisee kepada Franchisor yang berupa Franchise Fee, sebagai imbalan atas pemberian hak pemanfaatan dan penggunaan hak intelektual yang dimiliki dimiliki oleh Franchisor yang dibayarkan hanya sekali untuk hak yang dapat diperoleh Franchisee. Dan royalty fee merupakan kontribusi fee dari operasional usaha yang dibayarkan oleh Franchisee secara periodik kepada Franchisor, biasanya secara bulanan dari besarnya omzet penjualan.

f. Adanya standar mutu yang ditetapkan oleh Franchisor kepada Franchisee, biasanya tertuang dalam buku petunjuk operasional (operating manuals) yang berisikan metode untuk menjalankan bisnis franchise, serta supervisi berkala dalam rangka mempertahankan mutu.

g. Adanya pelatihan yang diselenggarakan oleh Franchisor kepada Franchisee guna meningkatkan keterampilan, yaitu pada pelatihan awal, maupun pelatihan yang berkesinambungan.19

Elemen-elemen seperti yang disebutkan di atas merupakan standar yang harus ada dalam bisnis franchise dan juga menjadi cirri khas bisnis ini.

3. Jenis-jenis Franchise

Dalam bentuknya sebagai bisnis, waralaba memiliki 2 jenis kegiatan: a. Waralaba Produk dan Merek Dagang (Product and Trade Franchise)

19

(31)

Waralaba produk dan Merek Dagang adalah bentuk waralaba yang paling sederhana. Dalam waralaba Produk dan Merek Dagang, pemberi waralaba (Franchisor) memberikan hak kepada penerima waralaba (Franchisee) untuk menjual produk yang dikembangkan oleh pemberi waralaba (Franchisor) yang disertai dengan pemberian izin untuk menggunakan merek dagang milik pemberi waralaba (Franchisor).20 Atas pemberian izin penggunaan merek dagang tersebut biasanya Franchisor mendapatkan suatu bentuk pembayaran royalty dimuka, dan selanjutnya Franchisor memperoleh keuntungan melalui penjualan produk yang

diwaralabakan kepada Franchisee. Dalam bentuknya yang sangat sederhana ini, Waralaba Produk dan Merek Dagang seringkali mengambil bentuk keagenan, distributor, atau lisensi penjualan.21

Contoh bisnis yang dikembangkan sengan waralaba Produk dan Merek Dagang antara lain Dealer Mobil Auto 2000 dari Toyota, stasiun pompa bensin (Pertamina), Burger Edam, The Poci, Kebab Nasywa, Lekker Crepes, dan lain sebagainya.

b. Waralaba Format Bisnis

Waralaba format bisnis adalah pemberian sebuan lisensi oleh seseorang kepada pihak lain, lisensi tersebut memberikan hak kepada

20

Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis;Waralaba, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2003), cet.ke-3, h.13

21

(32)

penerima Waralaba untuk berusaha dengan menggunakan merek dagang atau nama dagang pemberi Waralaba, dan untuk menggunakan keseluruhan paket, yang terdiri dari seluruh elemen yang diperlukan untuk membuat seseorang yang sebelumnya belum terlatih menjadi terampil dalam bisnis dan untuk menjalankan dengan bantuan yang terus menerus atas dasar-dasar yang telah di tentukan sebelumnya.

Format bisnis ini terdiri atas: 1) Konsep bisnis yang menyeluruh.

Konsep ini berhubungan dengan pengembangan cara untuk menjalankan bisnis secara sukses yang seluruh aspeknya berasal dari franchisor. Franchisor akan mengembangkan suatu “cetak biru”

sebagai dasar pengelolaan waralaba format bisnis tersebut.

2) Sebuah proses permulaan dan pelatihan mengenai seluruh aspek pengelolaan bisnis, sesuai dengan konsep Franchisor.

Franchisee akan diberikan pelatihan mengenai metode bisnis yang diperlukan untuk mengelola bisnis sesuai dengan cetak biru yang telah dibuat oleh franchisor. Pelatihan ini biasanya menyangkut pelatihan penggunaan peralatan khusus, metode pemasaran, penyiapan produk, dan penerapan proses.

3) Proses dan bimbingan yang terus menerusdari Franchisor. 22

22

(33)

Franchisor akan secara terus-menerus memberikan berbagai jenis

pelayanan, yang berbeda-beda menurut tipe format bisnis yang diwaralabakan.

Bisnis yang dikembangakan dengan waralaba Format Bisnis antara lain JCO Donuts, Kentucky Fried Chicken, Pizza Hut, Primagama, dan lain sebagainya.

4. Aspek-aspek Pembiayaan dalam Franchise

Aspek-aspek keuangan yang utama dalam bisnis Franchise terdiri atas dua biaya, yakni biaya waralaba awal (Up-Front Fee atau Initial Franchise Fee) dan royalti (On Going Royalties).

a. Biaya waralaba awal (Up-Front Fee atau Initial Franchise Fee) atau lazim disebut fee saja.

Biaya ini dibebankan kepada franchisee untuk semua jenis jasa yang disediakan, termasuk biaya rekruitmen sebesar biaya pendirian yang dikeluarkan oleh franchisor untuk kepentingan franchisee. 23

Jumlah dan jangka waktu pembayaran awal dicantumkan di dalam perjanjian. Pembayaran yang telah diserahkan sepenuhnya menjadi milik franchisor dan tidak dapat dikembalikan kecuali disebutkan dalam perjanjian.

23

(34)

Fee awal diperlukan oleh franchisor untuk membantu franchisee, dan

terdiri dari:

1) Bantuan pra-operasi dan awal operasi bisnis franchisee. 2) Pembuatan manual operasi untuk digunakan franchisee.

3) Penyelenggaraan pelatihan awal (Initial Training) dan biaya konsultasi, khususnya pada operasi bisnis waralaba.

4) Biaya promosi atau periklanan, khususnya untuk promosi menjelang pembukuan perusahaan (grand opening) franchisee.

5) Survei pemilikan atau seleksi lokasi. b. Royalti

Royalti sering juga disebut uang waralaba terus-menerus. Uang tersebut merupakan pembayaran atas jasa terus-menerus yang diberikan franchisor. Dalam praktiknya, uang tersebut dihitung dalam bentuk prosentase dari pendapatan kotor franchisee. Biaya royalti yang ditarik oleh franchisor secara rutin diperlukan untuk membiayai pemberian bantuan teknik, menajemen, atau promosi kepada franchisee secara berkelanjutan, selam kedua pihak terikat dalam perjanjian.24

Umumnya dalam perjanjian waralaba, diseebutkan bahwa franchisee membayar sejumlah biaya waralaba (royalti) kepada franchisor berdasarkan penjualan. Sedangkan besarnya fee awal royalti

24

(35)

masing perusahaan yang menganut waralaba memang berbeda-beda. Tidak semua jenis fee atau royalti disyaratklan franchisor. Setiap franchisor mempunyai kebijakan tersendiri dalam menentukan jenis fee atau royalti.

B. Hukum Ekonomi Islam sebagai Pedoman Perekonomian Umat 1. Konsep Ekonomi Islam

Kata “Ekonomi” secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu oikos yang berarti rumah dan nemein yang berarti mengatur. Dengan demikian, ekonomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mengatur rumah tangga.25

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ekonomi diartikan sebagai ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan); pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan sebagainy ayang berharga; tata kehidupan perekonomian (suatu negara); urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara).26

Secara istilah M. Abdullah al-Farabi mengemukakan definisi ekonomi Islam sebagaimana dikutip oleh Ibrahim Lubis sebagai sekumpulan

25

T. Guritno, Kamus Perbankan dan Bisnis, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1996), h. 99

26

(36)

dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-Quran dan as-Sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan diatas dasar-dasar tersebut sesuai dengan lingkungan dan masyarakat.27

Pada definisi tersebut terdapat dua hal pokok yang menjadi landasan sumber hukum ekonomi Islam, yaitu al-Quran dan as-Sunnah, yang mana hukum-hukum yang diambil dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah kapan pun dan dimana pun), akan tetapi pada prakteknya untuk hal-hal dan situasi serta kondisi tertentu bisa saja berlaku luwes dan ada pula yang mengalami perubahan28

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa sistem ekonomi Islam dalam aktifitasnya sangat menitikberatkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, setiap pelaku ekonomi, baik individu, masyarakat, maupun pemerintah dalam aktifitas ekonomi mengharuskan adanya kepatuhan terhadap peraturan-peraturan atau norma-norma yang diatur oleh Islam.

Tujuan dari adanya ekonomi Islam yaitu untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera. Menurut Umer Chapra tujuan dari ekonomi paling tidak menyangkut empat hal yang ditetapkan dalam maqasid syari’ah, yaitu:

27

Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam; Suatu Pengantar, (Jakarta, Kalam Mulia, 1994), h. 245

28

(37)

a. Pemenuhan kebutuhan pokok

b. Sumber-sumber pendapatan yang terhormat c. Distribusi kekayaan yang merata

d. Pertumbuhan dan stabilitas.29

Impliksi tersebut tertuang dalam tiga aspek pokok filsafat ekonomi Islam yang harus diyakini oleh setiap pelaku bisnis muslim dalam memenuhi keinginannya, yang terdiri dari:

a. Dunia ini, semua harta dan kekayaan sumber-sumber adalah milik Allah dan menurut kehendak Nya, hal ini sesuai dengan firman Allah SWT QS al-Maidah (5): 120

ﺮ ﺪ

ءْ

آ

ﻮهو

ﺎ و

ضْرﺄْاو

تاﻮ ا

ﻚْ

.

Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(al-Maidah/5:120)

Asas ini berimplikasi pada status kepemilikan menurut Islam, dimana hak manusia atas barang dan jasa itu terbatas, ia hanya berhak mengurus dan memanfaatkan alam semesta untuk kelangsungan hidup manusia dan lingkungannya sesuai dengan kehendak dan ketentuan Allah sebagai pemilik dan pencipta alam semesta, hal ini berarti manusia hanya memiliki hak khilafat bukan absolut.

29

(38)

b. Allah itu Esa, pencipta segala mahluk dan semua yang diciptakan tunduk kepada Nya. Salah satunya ialah manusia yang memiliki hak dan kewajiban. Semua manusia sama, tidak berkelas-kelas, sedangkan perbedaannya ialah pada ketakwaan dalam perbuatan amal shalehnya. Sedangkan ketidakmerataan karunia nikmat dan kekayaan sumber-sumber ekonomi kepada perorangan maupun bangsa adalah kuasa Allah pula. Implikasi dari asas ini ialah antara manusia terjalin persamaan dan persaudaraan dalam kegiatan ekonomi, saling membantu, dan kerjasama dalam kegiatan bidang ekonomi.

c. Beriman kepada hari pengadilan (kiamat).30 Ini merupakan asas yang penting dalam ekonomi Islam, karena dengan keyakinan itu, tingkah laku ekonomi manusia akan terkendali, sebab ia sadar bahwa perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, termasuk harta yang diamanatkan Nya.

2. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam

Ajaran Islam tentang nilai-nilai hidup yang utama meliputi semua aspek kehidupan manusia secara utuh, tidak ada satu sisi pun dari kehidupan manusia yang hanya berorientasi kepada pemenuhan kenikmatan duniawi semata. Setiap bentuk muamalah dari yang paling kecil sampai yang besar,

30

(39)

termasuk masalah ekonomi sekalipun, adalah bersifat spiritual, bila dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai Islam secara utuh dan mendasar. Karena itulah maka pemahaman yang tepat akan nilai-nilai ini adalah mutlak perlu.31 Maka untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang perspektif ekonomi Islam mengenai nilai-nilai tersebut adalah:

a. Kebebasan

Konsep kebebasan yang diajarkan Islam ialah bahwa Islam mengakui kebebasan ekonomi. Kebebasan dalam Islam maksudnya ialah setiap individu berhak untuk melakukan apa yang diinginkannya, namun dibatasi oleh dua faktor, yaitu:

1) Individu bebas memperjuangkan ekonominya, selama tidak melanggar atau merugikan hak-hak individu lainnya atau membahayakan masyarakat.

2) Harus dikerjakan dengan cara yang halal dan meninggalkan yang haram atau sesuatu yang tidak pantas.

Adanya pembatasan kebebasan ekonomi disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1) Pemilik hakiki segala sesuatu adalah Allah SWT, Ia lah yang mempunyai hak untuk membatasi kegiatan penggalian dana sesuai

31

(40)

dengan aturan yang ditetapkan Nya, karena Dialah Maha Tahu yang maslahat bagi kondisi-kondisi terbaik dari mereka.

2) Tidak diperkenankan adanya satu keadaan yang membahayakan hak orang lain atau kepentingan publik.

3) Adanya jaminan kepentingan kelompok lemah dari rivalitas dan persaingan kelompok kuat.

4) Adanya kewajiban suatu kelompok untuk melaksanakan kewajiban publik yang telah dibebankan kepada mereka, seperti pengadaan rumah sakit, jalan umum, dan fasilitas lainnya. 32

b. Kepemilikan

Kepemilikan dalam konsep Islam yaitu adanya pengakuan terhadap kepemilikan individu dan bersama, namun yang menjadi dasar dari konsep Islam ialah bahwa Allah SWT pemilik seluruh semesta alam termasuk apa yang ada dalam bumi, sedangkan manusia hanya sebagai pemegang amanat dan mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengembangkan harta, selama dengan jalan yang halal dan menurut kemampuannya.

Pengaturan Islam terhadap semua jenis kepemilikan bertujuan untuk memberikan perlindungan agar tidak terjadi persoalan mendasar, yaitu:

32

(41)

1) Penguasaan harta oleh seseorang secara berlebihan dan menjadikannya tak terbatas. Seperti dijelaskan dalam QS al-‘Alaq (96): 6-7

ﻰﻐْ

نﺎ ْﺈْا

نإ

ﺎ آ

*

ﻰ ْﻐ ْ ا

ر

ْنأ

Artinya:“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas * Karena dia melihat dirinya serba cukup”. (QS. Al-‘Alaq/96: 6-7)

2) Munculnya kemiskinan dan efek-efek negatifnya, baik dalam ukuran individu maupun sosial. 33

c. Keadilan

Konsep keadilan ekonomi Islam ialah “tidak menzhalimi dan tidak dizhalimi”. Keadilan merupakan suatu esensi dalam sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam meletakkan dasar perekonomiannya pada prinsip-prinsip keadilan yang sangat diutamakan oleh ajaran Islam, seperti dijelaskan di dalam QS al-‘Araf (7):29

ْ ْﺎ

ر

ﺮ أ

ْ

Artinya: “Katakanlah: Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan…” (QS al-‘Araf/ 7:29)

Keadilan seyogyanya terdapat dalam beberapa pengertian berikut ini: 1) Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat dan terikat oleh Akhlak,

yaitu kebebasan yang terkandung dalam rasa tanggung jawab moral dan sosial terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

20

(42)

2) Keadilan harus diterapkan pada semua fase kegiatan ekonomi, yaitu dalam produksi maupun konsumsi. Adalah suatu kezhaliamn dan penindasan apabila seseorang dibiarkan berbuat semaunya terhadap hartanya sendiri yang melampaui batas yang ditetapkan dan bahkan sampai merampas hak orang lain.

3) Keadilan juga bermakna suatu kebijaksanaan dalam mengalokasikan sejumlah hasil tertentu dari kegiatan ekonomi bagi mereka yang tidak sanggup memasuki pasar, yaitu yang lazim dikenal dengan kebijakan melalui zakat, infaq, dan shadaqah.

d. Kerjasama

Islam memandang kehidupan sebagai suatu kesatuan dan tidak dapat dipilah-pilah, ia memandang kehidupan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, yang mana individu-individunya saling melengkapi. Individu tidak dapat berbuat apa-apa tanpa masyarakat, demikian pula sebaliknya. Masing-masing sangat penting bagi yang lainnya, pandangan ini memberikan suatu petunjuk yang dinamis bagi seluruh bidang kegiatan manusia. 34

Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk beraneka ragam dan tidak sama dalam kemampuan fisik dan intelektual, Allah telah menjadikan sebagian manusia unggul dalam satu hal, dan sebagian lagi unggul dalam

34

(43)

bidang lain sehingga semua menjadi saling membutuhkan yang perlu diwujudkan dengan cara saling menolong sesama manusia.

e. Etika/ Akhlak

Etika adalah studi tentang tingkah laku manusia, tidak menentukan kebenaran sebagai apa adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.35

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika dijelaskan dengan tiga arti, yaitu: Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, tentang hak dan kewajiban dan ilmu tentang moral (akhlak), kumpulan asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar atau salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat.36

Etika dalam Islam dikenal dengan akhlak, yang dipahami sebagai suatu nilai praktis yang berkaitan dengan norma baik dan buruk, pendapat ini dikemukakan karena membahas yang sama, yaitu baik dan buruk tingkah laku manusia. Bila dikaitkan dengan usaha maka maksudnya adalah norma-norma yang mengarahkan para pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya. Sedangkan perbedaan antara etika dan akhlak ada pada sumbernya, yaitu setika sebagai cabang filsafat maka bertitik tolak dari akal pikiran, sedangkan akhlak dalam pandangan Islam ialah suatu ilmu

35

Asmaran A.S., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 1994), h. 2

36

(44)

yang mengajarkan mana yang baik dan buruk berdasarkan ajaran Allah dan Rasul Nya yang tertuang dalam al-Quran dan as-Sunnah.

Islam sangat memberikan keleluasan terhadap manusia untuk menggunakan segala potensi sumber daya yang dimiliki, termasuk memberikan kelonggaran dalam kebebasan berkreasi, melakukan transaksi, dan melaksanakan bisnis ataupun investasi. Namun kebebasan tersebut terikat oleh etika/ akhlak, karena apa pun aktifitas yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak pada diri sendiri maupun orang lain, disinilah peran etika untuk mengatur sistem kehidupan individu atau lembaga, kelompok, dan masyarakat dalam berinteraksi antar sesama.37 Di dalam etika Islam ada penilaian atas perbuatan atau perilaku yang bernilai baik dan buruk ataupun yang boleh dan dilarang oleh Allah, misalnya etika yang berkaitan dengan jual beli ada aturan-aturan yang harus ditaati, yaitu larangan menjual barang haram, jujur dalam takaran, tidak menembunyikan cacat, dan memberikan hak khiyar pada pembeli.

3. Prinsip Usaha Bisnis Islami

Secara umum tujuan bisnis yang dilakukan pada saat ini biasanya bertujuan untuk mencapai profit, yang merupakan penghasilan (revenue) atas cost atau biaya yang harus dikorbankan oleh pelaku, dengan profit ini dapat

37

(45)

digunakan sebagai alat dan sarana antara lain untuk memajukan dan makin membesarnya bisnis di masa datang serta dapat meningkatkan kesejahteraan stake holder yang terlibat dalam mendukung kegiatan bisnis yang bersangkutan.

Tujuan lainnya adalah menciptakan kesejahteraan bagi semua pihak yang terlibat dalam memberikan dukungan terhadap kegiatan bisnis, dengan adanya kegiatan bisnis secara logis dikonsepsikan bahwa semua pihak memperoleh manfaat baik ekonomi, finansial, sosial, dan budaya. Sehingga masyarakat luas akan memperoleh tingkat kesejahteraan yang tinggi.38

Namun untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, dibutuhkan lebih dari sekedar konsep maupun materi, tetapi juga etika atau moral agama yang dapat menuntun manusia untuk melakukan kegiatan ekonomi sesuai dengan ajaran Islam. Abdul Mannan menerjemahkannya ke dalam prinsip-prinsip dasar muamalah, diantaranya:

a. Pelaku ekonomi harus jujur dan tidak melakukan sumpah palsu.

b. Berlaku adil dan benar dalam penakaran, sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Muthaffifin (83): 1-3

ْو

ْ

*

نﻮ ْﻮ ْ

سﺎ ا

اﻮ ﺎ ْآا

اذإ

ﺬ ا

*

ْوأ

ْ هﻮ ﺎآ

اذإو

ْ هﻮ زو

نوﺮ ْ

.

38

(46)

Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang *yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi*. Dan apabila menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.” (QS. Al-Muthaffifin/83:1-3)

c. Mempunyai I’tikad baik dalam bertransaksi bisnis.39

Dan juga harus berpegang pada prinsip-prinsip usaha yang harus diikuti meliputi beberapa hal, diantaranya:

a. Tetap mengumpulkan antara kepentingan individu dan masyarakat, serta mengharamkan perdagangan yang dapat membahayakan masyarakat. b. Antara dua penyelenggara muamalah harus ada keadilan dan kebebasan

ijab qabul dalam melakukan akad.

c. Adanya cinta dan lemah lembut diantara dua penyelenggara muamalah. d. Menjauhkan diri dari perselisihan.40

Selain itu dalam bermuamalah juga harus terdapat asas-asas sebagai berikut:

a. Berusaha dengan usaha yang halal, sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Baqarah (2): 168

إ

نﺎ ْ ا

تاﻮ

اﻮ

ﺎ و

ﺎ ﺎ

ضْرﺄْا

اﻮ آ

سﺎ ا

ﺎﻬ أﺎ

ْ ﻜ

ﱞوﺪ

39

M. Abdul Mannan, Ekonomi Islam Teori dan Praktek, (Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997), h.288-289

40

(47)

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah/2: 168)

b. Tidak merugikan orang lain, karena Islam dengan tegas melarang seorang muslim merugikan orang lain.

c. Tidak mengandung unsur ribawi yang dapat merugikan dan mengharamkan transaksi ekonomi. Sebagaimana dijelaskan dalam QS Ali-Imran (3): 130

ا

اﻮ او

ﺔ ﺎ

ﺎ ﺎ ْ أ

ﺎ ﺮ ا

اﻮ آْﺄ

اﻮ اء

ﺬ ا

ﺎﻬ أﺎ

نﻮ ْ

ْ

.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Ali-Imran/3: 130)

d. Saling suka dan ridho tanpa ada paksaan dari siapapun dalam melakukan transaksi ekonomi.

e. Tidak mengandung unsur perjudaian (maysir). Sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Maidah (5): 90

ْ

ْ ر

مﺎ ْزﺄْاو

بﺎ ْﺄْاو

ﺮ ْ ْاو

ﺮْ ْا

ﺎ إ

اﻮ اء

ﺬ ا

ﺎﻬ أﺎ

ا

نﻮ ْ

ْ ﻜ

ﻮ ْ ﺎ

نﺎ ْ

.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al-Maidah/5:90)

(48)

g. Terdapat manfaat yang dapat diambil oleh kedua belah pihak didalam melakukan transaksi ekonomi.

h. Penyediaan takaful (saling menolong).

i. Tidak melakukan praktek asusila yaitu praktik usaha yang melanggar kesusilaan atau norma sosial.41

C. Franchise dalam Perspektif Hukum Ekonomi Islam

1. Tinjauan dalam Aspek Hak Cipta

Unsur yang terpenting dalam Franchise adalah masalah hak cipta. Hak cipta dalam Franchise meliputi logo, merk, buku petunjuk pengoperasian bisnis, brosur atau pamflet serta arsitektur tertentu yang berciri khas dari usahanya. Adapun imbalan dari penggunaan hak cipta ini adalah pembayaran fee awal dari Franchisor kepada Franchisee.42

Karya cipta merupakan kemaslahatan umum yang hakiki. Oleh sebab itu, hak para penciptanya perlu dilindungi dengan Undang-Undang dalam rangka menjaga hak dan kepentingannya demi menegakkan keadilan di tengah masyarakat. Penalaran ini sesuai dengan jiwa dan tujuan syariah untuk mengambil maslahat dan menolak madlarat43

41

Ibid.

42

Suseno, Waralaba; Bisnis, h. 84

43

(49)

Jika terjadi pelanggaran terhadap hak tersebut, franchisor berhak untuk mengajukan gugatan untuk mendapatkan ganti rugi dan penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut setidaknya harus menghindari unsur di bawah ini:

1. Bertentangan dengan undang-undang, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum.

2. Tidak memiliki daya pembeda. 3. Tidak menjadi milik umum.

4. Merupakan sesuatu yang berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.44

Dalam kajian fiqih, merek dapat dimasukkan dalam haq ibtikar, yang berarti awal/ permulaan, maksudnya hak cipta/ kreasi yang dihasilkan oleh seseorang untuk pertama kali. Atau boleh berbentuk sesuatu penemuan sebagai perpanjangan dari teori/ ilmuwan sebelumnya.45 Hak cipta memiliki watak tersendiri, merupakan buah dari hasil karya otak manusia. Menurut ulama fiqh, Al-Azz bin Abdussalam, apabila dilihat dari sisi materialnya, ibtikar lebih serupa dengan manfaat hasil suatu materi, seperti buah-buahan dari pohon, susu hewan perahan. Ia berkomentar tentang pentingnya suatu

44

Budi Agus Riswandi, et.al., Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2004), h. 85

45

(50)

manfaat, seraya berkata: “Tujuan utama dari suatu harta adalah manfaatnya”.46

MUI mengeluarkan fatwa khusus berkaitan dengan perlindungan HKI, yaitu fatwa MUI No. 1 Tahun 2003 tentang Hak Cipta.47 Pendapat MUI menggolongkan Hak Cipta sebagai barang berharga yang boleh dimanfaatkan secara syara' (hukum Islam). Dengan landasan:

“Mayoritas ulama dari kalangan Mazhab Maliki, Syafi'i, dan Hambali berpendapat bahwa hak cipta atas ciptaan yang orisinal dan manfaat tergolong harta berharga, sebagaimana benda jika boleh dimanfaatkan secara syara' (hukum Islam)”.48

Berdasarkan fatwa tersebut dapat disimpulkan bahwa Hak Cipta dapat dimanfaatkan dan digolonglkan sebagai benda berharga, karena itu diperbolehkan bagi pihak yang mempunyai Hak Cipta tersebut mengambil imbalan atas Hak Cipta nya yang dimanfaatkan oleh pihak lain dengan persetujuannya.

Hak cipta dalam kajian franchise, khususnya pada LKS Berkah Madani yaitu pada Sistem Manajemen dan Aplikasi Sistem Informasi. Meskipun

46

Izzuddin ibn Abs as-Salam, Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam, (Beirut, Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah. tth), Jld II, h. 17

47

Fatwa MUI tentang Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), http://www.mui.or.id, diakses pada 12 September 2008

48

(51)

bersifat immateriil, namun sistem tersebut telah dibukukan dan dijadikan pedoman dalam operasionalisasi LKS Berkah Madani. Berdasarkan dalil-dalil yang telah dikemukakan sebelumnya, maka diperbolehkan bagi LKS Berkah Madani mendapatkan imbalan atas Hak Intelektualnya tersebut yang dimanfaatkan oleh franchisee.

2. Tinjauan dalam Aspek Kemitraan Usaha

Dalam sistem franchise, terdapat hubungan kemitraan usaha antara franchisor dan franchisee yang dituangkan dalam kerja sama diantara keduanya. Kerjasama dalam konsep Islam sangat dianjurkan, dengan adanya kerja sama maka seseorang yang memiliki kemampuan dalam berbisnis dapat membantu saudaranya yang tidak memiliki kemampuan dalam berbisnis. Dengan konsep kerja sama ini, maka akan tercipta insan-insan yang produktif, dapat memberikan kesempatan kerja pada siapapun, hingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(52)

muamalat disebut “Ijarah”. Atau lebih tepatnya “pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan”. 49

Kesamaannya dengan bisnis franchise ialah adanya pembatasan waktu yang diberikan franchisor LKS Berkah Madani Depok dalam penggunaan hak tersebut dalam waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Objek yang disewakan merupakan sesuatu yang dimanfaatkan dan halal oleh para franchisee yaitu merek, dan karena ada imbalan yang diterima franchisor atas pemanfaatan hak tersebut yaitu franchise fee (terutama biaya konsultan) dan royalti sebesar 25% dari pendapatan bersih yang diperoleh franchisee.

Adapun dasar hukum kebolehan mengadakan akad ini dapat disandarkan pada sabda Nabi SAW:

ا

ضْر ْا

ىﺮْﻜ

آ

ﺎ و

عْرﺰ ا

ْ اﻮ

ﺎﻬ

،ﺎﻬْ

ءﺎ ْ

ﷲا

لْﻮ ر

ْوا

هﺬ

ﺎﻬ ﺮﻜ

ْنا

ﺮ او

ﻚ ذ

ْ

و

و

ْ

ﷲا

)

ﻮ ا

اور

دواد

و

ﻰ ا

(

50

Artinya: “Kami pernah mengenakan tanah dengan (bayaran) hasil pertaniannya, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas dan perak”. (HR. Abu Daud dari Sa’d bin Abi Waqqash).

Dan untuk syarat sahnya ijarah diperlukan syarat sebagai berikut:

49

Harun, Fiqh, h. 229

50

(53)

a. Kedua orang yang berakad telah baligh dan berakal.

b. Kerelaan kedua belah pihak yang melakukan akad (transaksi).

c. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang (jasa) yang diakadkan sehingga mencegah terjadinya perselisihan.

d. Hendaknya barang yang menjadi objek akad dapat dimanfaatkan kegunaannya menurut kriteria, realita, dan syara’.

e. Dapat diserahkan sesuatu yang disewakan berikut kegunaan atau manfaatnya.

f. Manfaatnya bukanlah sesuatu yang diharamkan tetapi mubah.

g. Imbalannya harus berbentuk harta yang mempunyai nilai jelas yang diketahui.51

Dari semua syarat sahnya ijarah diatas, menurut penulis tidak ada yang bertentangan dengan praktik bisnis franchise yang diterapkan LKS Berkah Madani, akan tetapi mengenai syarat nomor empat yaitu objek akad yang dapat diserahkan, bahwa kekayaan intelektual tersebut meskipun bersifat immaterial telah menjadi milik franchisor selama jangka waktu perjanjian kerja sama yang memiliki mutu, konsep, dan keunikan tersendiri, yang telah dibakukan secara tertulis. Sehingga franchisee mudah untuk memahami dan mempelajajari standar operasi dengan baik dan benar sesuai yang diharapkan franchisor.

51

(54)

3. Tinjauan dalam Aspek Royalty Fee

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Merek (kekayaan intelektual) merupakan suatu harta ternilai yang bermanfaat, oleh karena itu dapat dinilai dengan uang. Maka diperbolehkan bagi franchisor untuk memberikan haknya kepada orang lain dengan mengharapkan imbalan yaitu berupa franchise fee dan royalti. Hal ini didukung oleh para ulama fiqh yang menyatakan bahwa sesuatu yang dapat bermanfaat yang halal boleh diambil oleh karenanya boleh bagi pemilik mengambil imbalan. 52

Kebolehan tersebut diberikan franchisor LKS Berkah Madani Depok dan franchisee harus membayar franchise fee dan royalti serta menjaga amanat

tersebut agar supaya hak kekayaan intelektual yang telah diberikan tidak membawa dampak buruk bagi pemiliknya.

Dua hal yang menjadi pertimbangan dalam beraktivitas ekonomi secara islami, diantaranya masalah kerelaan dan keadilan yang telah dijalankan dalam franchising. Hal ini sesuai dengan dasar utama dalam ber-muamalah, yaitu sukarela atau kerelaan. Kerelaan ini sesuai dengan firman Allah SWT:

ضاﺮ

ْ

ةرﺎ

نﻮﻜ

ْنأ

ﺎ إ

ﺎ ْﺎ

ْ ﻜ ْ

ْ ﻜ اﻮْ أ

اﻮ آْﺄ

اﻮ اء

ﺬ ا

ﺎﻬ أﺎ

ْ ﻜْ

52

(55)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu…”. (QS. Al-Maidah/5: 29)

Sedangkan dasar yang lain adalah keadilan, karena keadilan inilah yang menjadi tujuan utama, sehingga tercapai kebahagiaan dunia akhirat.

Namun setiap individu bebas dalam membuat perjanjian yang belum ada ketentuannya dalam syariah, termasuk didalamnya kebebasan menentukan besarnya royalty fee, namun ada syarat yang membatasi yaitu selama tidak bertentangan dengan syara’ dan tidak pula bertentangan dengan hakekat perjanjian itu sendiri, sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Amr bin Auf bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ْ ا

ْ ْ ْا

ْ

ﺰﺋ

ْ ْاو

،ﺎ اﺮ

ا

ْوا

مﺮ

ﺎ ْ

ا

ْﻮ

ن

ْ ﻬ ْوﺮ

ْﺮ

ا

ا

ْوا

مﺮ

ا

)

ور

ا

وﺮ

ىﺬ ﺮ ا

فﻮ

(

53

Artinya: “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”. (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin Auf). Berdasarkan dalil-dalil diatas ketentuan besarnya royalti merupakan kesepakatan antara kedua belah pihak yang tertuang dalam perjanjian wararalaba dan sah diberlakukan selama telah terdapat kesepakatan dan

53

(56)
(57)

BAB III

PROFILE LKS BERKAH MADANI

Sebelum menjabarkan profile BMT Berkah Madani, terlebih dahulu penulis menjelaskan mengenai BMT itu sendiri.

Apa yang dewasa ini disebut sebagai Baitul Mậl wat-Tamwil (BMT) sebenarnya adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan lembaga baitu al-mậl wa al-tamwil, yakni merupakan lembaga usaha masyarakat yang mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi dalam skala kecil dan menengah.54

BMT atau yang biasa disebut Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mikro adalah lembaga keuangan non bank yang dirancang berdasarkan syariah. Lembaga ini didirikan oleh 20 sampai dengan 40 orang dengan dana urunan mencapai jumlah Rp. 10.000.000,00 atau minimal Rp. 5.000.000,00.55 Fungsi lembaga keuangan yang didirikan atas dasar syariah ini membantu pendanaan baik sektor komersial maupun non komersial.

54

Hedi Suhendi, dkk, BMT & Bank Islam: Instrumen Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung, Pustaka Bani Quraisy, 2004), cet 1, h.29

55

(58)

BMT merupakan gabungan dua lembaga yaitu baitul mậl (rumah harta) dan baitu tamwil (rumah pembiayaan).56 Baitul mậl adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang lebih bersifat nirlaba (non komersial). Adapun sumber dana baitul mậl berasal dari zakat, infak, shadaqah, dan lain-lain. Penyalurannya dialokasikan kepada mereka yang berhak menerima (Mustahik) yaitu fakir, miskin, muallaf, fisabilillah, ibnu sabil, gharimin, hamba sahaya, dan musafir. Sedangkan baitut tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat yang bersifat profit. Sumber dana baitut tamwil berasal dari simpanan (tabungan), deposito, saham, dan lain-lain.

Penyalurannya dialokasikan kepada pembiayaan-pembiayaan dan investasi.57

Jadi dari pengertian diatas BMT adalah sebuah lembaga keuangan yang bisa saja dimiliki seseorang atau sekelompok orang-orang muslim yang memiliki semangat untuk ikut membangun ekonomi Islam. Dengan bentuk kelembagaan dan fungsi serupa dengan bank-bank konvensional akan tetapi tidak sama dalam bentuk penyelenggaraan, pelayanan, dan tujuannya BMT tidak mengenal bunga atau riba. Dalam operasionalnya berlandaskan kepada syariat Islam, bukan dengan tujuan semata-mata keuntungan sebagaimana bank-bank yang ada, tetapi juga untuk menjalankan ajaran Islam dalam rangka meraih keridhaan Allah SWT.

56

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah:Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta, FE UII, 2004), ed 2, cet 2, h.96

57

(59)

A. Sejarah Pendirian LKS Berkah Madani

Sistem dan praktek yang berlaku di masyarakat seringkali tidak sejalan dengan prinsip-prinsip ekonomi berkeadilan yang menarik perhatian pada kepentingan peningkatan kesejahteraan rakyat kecil. Penyerapan kekayaan oleh sekelompok kecil orang dipandang wajar dan sah. Padahal sebaliknya dalam ajaran Islam penumpukan kekayaan secara berlebihan adalah terlarang, bahkan diharamkan ssebab sangat jauh dari prinsip keadilan. Kenyataan seperti itu telah lama berjalan dalam masyarakat. Selama itu pula kita umat muslim merindukan berlakunya sistem ekonomi yang mengusung kesejahteraan dan keadilan sosial.

Berkembangnya usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan pengusaha kecil yang jumlahnya puluhan juta unit baik di pedesaan maupun di perkotaan telah sering kali dilakukan, baik oleh pemeintah maupun institusi swasta. Munculnya lembaga-lembaga keuangan mikro semacam Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang mencoba mendorong tumbuhnya kegiatan usaha produktif di masyarakat merupakan bagian dari upaya tersebut, tak terkecuali LKS Berkah Madani.

(60)

mewujudkan idealisme dalam pengembangan bisnis yang dapat memberikan keberkahan bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin.58

Operasional LKS Berkah Madani dimulai pada tanggal 1 Muharram 1426 H atau berteoatan dengan 10 Februari 2005. Modal awal pada saat itu tercatat hanya sebesar Rp. 70.000.000 dan 2 orang karyawan. Delapan bulan berikutnya telah mencapai aset Rp.1,5 M dan jumlah karyawan 5 orang.59 Namun sekarang jumlah karyawan mencapai 34 orang.60 LKS berkah Madani Berbadan Hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang disyahkan berdasarkan SK Menteri Koperasi dan UKM Nomor 486/BH/MENEG.I/V/2006 yang berkedudukan di kota Depok dan beroperasi secara nasional.61

Secara simbolis, operasioal LKS Berkah Madani diresmikan oleh Bapak Aburizal Bakrie (Menko Ekuin) dan Bapak Sugiharto, (Meneg BUMN) selaku Anggota Luar Biasa Koperasi Jasa Keuangan Syariah Berkah Madani pada acara peletakan batu pertama pembangunan ESQ Madani Center di Jonggol, Jawa Barat. Sedangkan kantor peresmian LKS Berkah Madani dilakukan oleh Dewan

58

Berkah Madani, “Sejarah Singkat”, artikel diakses pada 6 Agustus 2008 dari http://berkahmadani.com/sejahtera.html

59

Ibid

60

LKS Berkah Madani, Brosur

61

(61)

Penasehat Bapak Aries Muftie, Bapak Erwin Mardjuni, dan Bapak Wiwin P.Sudjito.62

Hingga September 2007, penyaluran pembiayaan LKS Berkah Madani tercatat sebesar Rp 1,99 miliar atau meningkat 12,43 persen dibandingkan periode serupa tahun lalu Rp 1,77 miliar. “Akhir tahun ini, kita menargetkan penyaluran pembiayaan Rp 2,3 miliar. Mudah-mudahan bisa tercapai dalam dua bulan terakhir tahun ini,'' kata General Manajer LKS Berkah Madani, Zainal Zayadi kepada Republika.

Hingga September 2007, DPK LKS Berkah Madani tercatat sebanyak Rp 853,4 juta. DPK tersebut terdiri dari dana tabungan sebanyak Rp 412 juta dan dana deposito Rp 441 juta. Dari data perkembangan, aset BMT Berkah Madani menunjukkan peningkatan. Hingga September 2007, aset LKS Berkah Madani tercatat sebanyak Rp 2,2 miliar. Sedangkan, periode yang sama sebelumnya, aset LKS Berkah Madani tercatat sebesar Rp 2,01 miliar.63

Menurut Manajer Operasional LKS Berkah Madani, Siti Umainah, pembiayaan juga mengalami peningkatan menjadi Rp. 1,77 miliar per Desember 2006 dibandingkan periode sama sebelumnya Rp. 1,5 miliar. “akhir tahun lalu laba bersih kita juga meningkat dari Rp. 38 juta menjadi Rp. 58,6 juta”.

62

http://www.bmtberkahmadani.co.id, diakses pada 7 Juli 2008

63

(62)

Menurut Siti Umainah, tahun ini (2007) aset LKS Berkah Madani ditargetkan meningkat menjadi Rp. 3 miliar, sedangkan DPK pembiayaan masing-masing ditargetkan menjadi Rp. 1 miliar dan Rp. 2,5 miliar. “Laba bersih kita ditargetkan meningkat menjadi Rp.100 juta.” 64

B. Visi, Misi, dan Tujuan LKS Berkah Madani65 Visi LKS Berkah Madani

“Menjadi lembaga keuangan syariah yang terbaik dan terdepan secara nasional dalam memberi solusi yang bermakna bagi kaum dhuafa, pengusaha mikro dan kecil secara berkelanjutan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip fathonah, amanah, shiddiq dan tabligh.”

Misi LKS berkah Madani

1. Meningkatkan akses permodalan bagi masyarakat kecil baik finansial maupun non-finansial.

2. Membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produktivitas masyarakat kecil demi kesejahteraan dan keadilan ekonomi.

3. Menjadi lembaga keuangan syariah yang tumbuh secara berkelanjutan seiring dengan pertumbuhan usaha nasabahnya.

64

Republika, “Ekonomi Syariah”, artikel diakses pada 6 September 2008 dari http://republika.co.id/koran_detail.asp

65

(63)

4. Memberikan keuntungan maksimal secara terus menerus kepada shareholder melalui pelayanan terbaik kepada stakeholder.

5. Menjadi organisasi pembelajar yang secara kontinyu meningkatkan kompetensi dan kapasitas Sumber Daya Insani yang beriman dan bertaqwa dengan kesejahteraan yang maksimal.

Tujuan LKS Berkah Madani

1. Mendorong masyarakat untuk memiliki semangat dalam melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis, serta meningkatkan motivasi mereka untuk membangun ekonomi negara.

2. Membentuk suatu rantai kerjasama antar pedagang dan pembantunya dengan menyalurkan dana kemudian dimanfaatkan melalui perdagangan.

3. Memajukan ksejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur bedasarkan Pancasila.

4. Membantu pelaku sektor usaha kecil dan mikro yang tidak memiliki akses layanan perbankan.

(64)

C. STRUKTUR ORGANISASI66

STRUKTUR ORGANISASI LKS BERKAH MADANI

66

LKS Berkah Madani, 2007

RAPAT ANGGOTA TAHUNAN

BADAN PENGAWAS

DEWAN

PENGAWAS SYARIAH

BADAN PENGURUS

Manajer Pendukung

General Affair

Accounting

Keuangan

Administrasi

Personalia Customer Service

Teller

Asisten AO Koordinator AO

Koordinator Marketing

Koordinator AO

Asisten AO

(65)

D. Produk dan Layanan67

Lembaga Keuangan Syariah Berkah Madani berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak pemilik dana (modal) dengan para pelaku usaha khususnya usaha mikro dan kecil.

LKS Berkah Madani menghimpun dana berupa simpanan anggota maupun calon anggota serta koperasi lain. Untuk penghimpunan dana tersebut LKS Berkah Madani menawarkan sejumlah produk simpanan yang sesuai dengan ketentuan syariah Islam. Simpanan baik tabungan maupun investasi berjangka dengan akad mudharabah al mutlaqah yang memberikan bagi hasil kepada pemilik simpanan.

Produk pembiayaan mikro LKS Berkah Madani diutamakan untuk penambahan modal usaha mikro dan kecil. Skim pembiayaan sesuai dengan ketentuan syariah dapat berupa jual beli maupun kerjasama investasi. Jangka waktu pembiayaan diprioritaskan untuk pembiayaan jangka pendek dengan perputaran yang cepat (harian, mingguan dan bulanan).

Baitul mậl Berkah Madani melakukan penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infaq serta shadaqah dari para muhsinin dan muzakki. Penyaluran dana ZIS kepada para mustahik diarahkan untuk di

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi otot longissimus dorsi dan biceps femoris yang berbeda dapat mempengaruhi kualitas kimia daging sapi yang sebelumnya diberi pakan menir kedelai dan minyak

Pada tabel 68 menunjukkan sarana kesehatan dengan kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level I selama tahun 2014 sebesar 100% dari jumlah sarana kesehatan yang ada sebanyak

Dapat dilihat pada Tabel 5.2 bahwa solusi terbaik terdapat pada uji coba dengan parameter

Pengaruh Model Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Motivasi Belajar ... Pengaruh Model Kooperatif Tipe Hasil Make

Menurut Curton (1983 dalam Prasetyo, 2010) nyeri merupakan respon yang timbul saat jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan seseorang mencari cara untuk mengontrol nyeri.

Masih sangat sedikit penelitian yang memfokuskan pada hubungan kausal dua arah antar kedua variabel ekonomi ini.Tulisan ini berkontribusi pada literatur terkait dengan

Hasil penelitian: Dari 54 orang (90%) responden yang mengkonsumsi tempe didaptkan (44,4%) diantaranya menderita akne vulgaris sedangkan (56,4%) tidak menderita akne

Nikotin yang terkandung dalam asap rokok dapat meningkatkan lipolisis dan konsentrasi asam lemak bebas yang mempengaruhi profil lemak darah salah satunya trigliserida