Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata merupakan salah satu hal yang penting diketahui dari suatu kawasan wisata. Nilai ekonomi menunjukan besarnya manfaat keberadaan wisata Curug Cigamea di TNGHS, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata digunakan untuk melihat faktor apa saja yang mempengaruhi kegiatan berwisata dari pengunjung.
6.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata di Curug Cigamea Fungsi permintaan wisata di Curug Cigamea dibentuk dengan memasukkan enam variabel bebas diduga mempengaruhi variabel terikat yaitu jumlah kali kunjungan dalam satu tahun terakhir. Variabel bebas tersebut antara lain biaya perjalanan, pendapatan total, lama pendidikan, usia, lama mengetahui lokasi wisata, dan waktu yang dihabiskan di lokasi wisata. Hasil output analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 15 dan lebih jelas disajikan pada Lampiran 1.
Tabel 15 Hasil regresi fungsi permintaan wisata Curug Cigamea
Variabel Koefisien P value VIF
Constant -.759 0.543
X1 (Biaya perjalanan) .322 0.002a 1.404
X2 (Pendapatan total) -.066 0.408 1.916
X3 (Lama pendidikan) -.497 0.227 1.199
X4 (Usia Pengunjung) -.232 0.252 1.478
X5 (Lama mengetahui lokasi wisata) .305 0.000a 1.249
X6 (Waktu yang dihabiskan di Lokasi) .262 0.088b 1.095
R2 26.3%
R2 (adj) 21.6% Durbin Watson 2.08
Sumber: Olahan Hasil Data Primer 2013
Keterangan: Tanda a dan b menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masing-masing variabel
Model fungsi permintaan wisata Curug Cigamea dan faktor-faktor yang mempengaruhinya diestimasi dengan menggunakan analisis regresi berganda. Fungsi permintaan wisata ke Curug Cigamea yang diperoleh dari hasil analisis regresi berganda adalah sebagai berikut:
Ln Y = - 0.759 + 0.322 lnX1– 0.066 lnX2– 0.497 lnX3– 0.232 lnX4 + 0.305 lnX5 + 0.288 lnX6
Keterangan:
Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea (kali) X1 = Biaya perjalanan individu ke Curug Cigamea (Rp) X2 = Pendapatan total (Rp)
X3 = Lama pendidikan (tahun) X4 = Usia (tahun)
X5 = Lama mengetahui objek wisata (tahun) X6 = Waktu yang dihabiskan di lokasi wisata (jam)
Nilai R-adj dari hasil analisis regresi berganda diperoleh sebesar 21.6%. Nilai tersebut menunjukkan sebesar 21.6% keragaman permintaan wisata dijelaskan oleh variabel bebas yang terdapat di dalam model, dan sisanya 78.4% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Berdasarkan hasil regresi liner berganda, uji normalitas terpenuhi karena nilai Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0.05 (taraf nyata) yaitu sebesar 0.093 (Lampiran 2). Nilai P value (0.000) lebih kecil dari α (5%), artinya semua variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel Y (Lampiran 3). Uji multikolinearitas diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan pengelolaan data, diperoleh nilai VIF masing-masing peubah bebas antara 1.095 sampai 1.916 (Lampiran 4) sehingga tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas (Lampiran 6), diperoleh sebaran titik-titik tidak mengumpul pada satu titik maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Nilai Durbin Watson yang diperoleh adalah 2.01 (Lampiran 5), dimana nilai ini berada pada selang 1.55 sampai 2.46 sehingga tidak terjadi autokorelasi.
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan terdapat beberapa faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan yaitu variabel pendapatan total, lama pendidikan, dan usia responden. Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap kunjungan wisatawan yaitu biaya total, lama mengetahui lokasi wisata, dan waktu yang dihabiskan di lokasi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi minat wisata pengunjung secara signifikan:
a Biaya perjalanan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji t, variabel biaya perjalanan berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan individu ke Curug Cigamea dengan nilai elastisitas 0.322. Hal ini berarti apabila peningkatan biaya perjalanan sebesar 1%, maka rata- rata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan juga sebesar 0.322% dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal karena berdasarkan data demografi sebagian besar responden pengunjung berasal dari luar Bogor (Tabel 6), sehingga responden cenderung mengeluarkan banyak biaya perjalanan. Besarnya jumlah pengunjung dari luar bogor diduga karena mereka membutuhkan wisata alam yang tidak ditemukan di daerah asal masing-masing responden pengunjung. b Lama mengetahui lokasi wisata
Variabel lama mengetahui keberadaan lokasi wisata berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata ke Curug Cigamea pada taraf nyata 1% diperoleh berdasarkan uji t dan memiliki nilai elastisitas 0.305. Hal ini sesuai hipotesis awal dan memiliki arti apabila terjadi peningkatan lama mengetahui lokasi wisata sebesar 1%, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan sebesar 0.305% dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini menunjukkan semakin lama pengunjung mengetahui lokasi wisata semakin sering mereka mengunjungi lokasi wisata Curug Cigamea.
c Waktu yang dihabiskan di lokasi
Variabel ini memiliki pengaruh positif dan berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10% terhadap intensitas kunjungan pengunjung dengan nilai elastisitas sebesar 0.262. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dan memiliki arti apabila waktu yang dihabiskan di lokasi meningkat sebesar 1%, maka rata-rata frekuensi kunjungan ke Curug Cigamea akan mengalami peningkatan juga sebesar 0.262% dengan asumsi peubah bebas lain tetap (cateris paribus). Hal ini menunjukkan
semakin lama pengunjung berada di lokasi wisata semakin sering mereka mengunjungi lokasi wisata Curug Cigamea.
6.2.2 Nilai Ekonomi Objek Wisata Curug Cigamea
Nilai ekonomi Curug Cigamea diestimasi menggunakan pendekatan
Individual Travel Cost Method (ITCM). Nilai ekonomi diperoleh dengan mengetahui nilai surplus konsumen pengunjung terlebih dahulu. Surplus konsumen diperoleh dengan cara mengkuadratkan jumlah kunjungan responden pengunjung satu tahun terakhir yaitu sebanyak 169 kunjungan (Lampiran 9) kemudian dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan.
Analisis regresi antara jumlah kunjungan sebagai variabel terikat dan biaya perjalanan sebagai variabel bebasnya dilakukan agar nilai koefisien biaya perjalanan lebih akurat. Berdasarkan hasil analisis regresi (Lampiran 7), diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 1.412 + 0.00000374 X1 Keterangan:
Y = Jumlah kali kunjungan ke Curug Cigamea satu tahun terakhir (kali) X1 = Biaya perjalanan individu (Rp)
Koefisien biaya perjalanan yang diperoleh digunakan untuk mengestimasi besarnya nilai surplus konsumen. Kemudian nilai surplus konsumen digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi objek wisata Curug Cigamea, dengan cara mengalikan surplus konsumen tersebut dengan jumlah pengunjung pada tahun 2012. Perhitungan nilai ekonomi objek wisata Curug Cigamea dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Perhitungan nilai ekonomi Curug Cigamea
Keterangan Nilai Satuan
Jumlah responden (a) 100 Orang
Jumlah kunjungan responden (b) 169 Kali per tahun
Jumlah kunjungan tahun 2012 ( c ) 17 200 Kali per tahun
Koefisien biaya perjalanan (d) 0.00000374 Satuan
Surplus konsumen (e) = b2/2d 3 818 315 508 Rupiah
Surplus konsumen/individu/kunjungan (f) = e/a/b 225 936 Rupiah
Nilai ekonomi (g) = f x c 3 886 099 200 Rupiah
Sumber : Hasil olahan data primer 2013
Tabel 16 menunjukkan, surplus konsumen pengunjung terhadap objek wisata Curug Cigamea sebesar Rp 225 936 per orang per kunjungan, sehingga
diperoleh nilai ekonomi Curug Cigamea sebesar Rp 3 886 099 200. Artinya, lokasi tersebut mempunyai nilai atau manfaat sebagai penghasil jasa wisata. Manfaat tersebut dapat dirasakan secara terus menerus jika keberadan kawasan Curug Cigamea dijaga dengan melestarikan sumber daya alam yang terdapat di TNGHS.