• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN KONDISI UMUM

3) Nilai > 4.2% = Tinggi

Setelah dilakukan penentuan kriteria dan penilaian terhadap variabel utama dan variabel tambahan, selanjutnya adalah tahap penentuan kelulusan (passing grade) dan potensi keberhasilan pemilihan lokasi/ kawasan revitalisasi. Ketentuan dalam penilaian passing grade pemilihan lokasi kawasan, yaitu:

i. Kawasan revitalisasi dapat lolos ke passing grade apabila total jumlah nilai pada tahap I ≥ 60%.

ii. Bila lolos passing grade, penilaian tahap II akan dilanjutkan untuk mendapatkan nilai akhir.

Potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan didasarkan pada jumlah penilaian Tahap I dan Tahap II, yang dikategorikan sebagai berikut:

i. nilai ≥ 65% –≤ 80% = cukup potensial

ii. nilai > 80% –≤ 85% = potensial

iii. nilai > 85% – 100% = sangat potensial

hasilnya, potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan berdasarkan jumlah penilaian Tahap I (penilaian variabel utama) sebesar 65.68% dan Tahap II (penilaian variabel tambahan) sebesar 11.65%. Dengan demikian, total nilai adalah sebesar 77.33%. Nilai ini termasuk ke dalam rentang kriteria cukup potensial untuk dilakukan upaya revitalisasi kawasan (Tabel 23).

Tabel 23 Kriteria revitalisasi di lokasi penelitian

Kriteria revitalisasi Nilai Indeks (%) Nilai total (%) 1. Penilaian pemilihan lokasi

i. Variabel utama a. Vitality ekonomi b. Degradasi lingkungan 7.00 25.00 2.22 0.83 36.29 c. Nilai lokasi 9.00 2.22 19.98 d. Komitmen Pemda e. Sharing investasi 1.00 5.00 5.00 f. Regulasi/deregulasi 7.00 0.63 4.41

ii. Variabel tambahan

a. Kawasan masuk di Kawasan Strategis menurut UU Tata Ruang

0.00 1.67 0.00

b. Kepemilikan tanah (land tenure) 4.00 0.83 3.32

c. Kepadatan fisik 4.00 0.83 3.32

2. Penentuan kelulusan (passing grade) dan potensi keberhasilan pemilihan lokasi kawasan

1. nilai ≥65%-≤80% = cukup potensial

2. nilai >80% - ≤85% = potensial 3. nilai >85%-100% = sangat potensial

Nilai total kriteria revitalisai I+II 72.72 Kriteria revitalisasi Cukup potensial

Berdasarkan hasil analisis kriteria revitalisasi, lanskap permukiman padat penduduk ini termasuk dalam kategori cukup potensial untuk dilakukan kegiatan revitalisasi.

Analisis Vitality Lanskap permukiman Padat

Analisis ini dilakukan dengan membandingkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dalam Porteus tahun 1977, dengan kondisi eksisting di lanskap permukiman kelurahan Bababakan Pasar yang di tampilkan dalam tabel berikut (Tabel 24).

Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat Kel. BabakanPasar No. Kebutuhan Dasar Bentuk Fisik/Non Fisik Keterangan (Ada/Tidak Ada), Jenis Form (Bentuk) 1. Pangan ●Aktivitas

●Produksi ●Ada (berjualan)●Ada (produksi adonan

lumpia dan kuliner khas Cina) Node yang mengokupasi path dalam distrik permukiman 2. Keamanan ●Layout permukiman ●Gerbang permukiman ●Pos keamanan

●Ada (pola linier dan cul de sac)

●Ada (Gapura Kel.

Babakan Pasar)

Tabel 24 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat Kel. BabakanPasar (lanjutan)

No. Kebutuhan Dasar Bentuk Fisik/Non Fisik Keterangan (Ada/Tidak Ada), Jenis Form (Bentuk)

3. Afiliasi ●Ruang terbuka

●Ruang berkumpul

(outdoor dan indoor)

●Koperasi/Bank

●Ada (Pedestrian, teras

kios dan bangunan, jarak antar bangunan, dan lapangan)

●Ada (Klenteng

Gunadharma)

●Ada (Bank Mandiri)

Node yang mengokupasi path dalam distrik permukiman Landmark Node 4. Stimulasi ●Ragam display/toko ●Ada (Keunikan fasad

bangunan)

●Distrik

5. Identitas ●Budaya tradisional

Cina

●Aktivitas ●Monumen ●Tugu

●Festival budaya etnis

Cina

●Aktivitas ekonomi ●Tidak Ada ●Tidak Ada

Sumber: Survei Lapang (2014)

Berdasarkan hasil pengamatan, bentuk fisik kebutuhan dasar manusia di lanskap permukiman dapat teridentifikasi dengan baik. Bentuk fisik kebutuhan pangan yaitu aktivitas ekonomi seperti berjualan dan produksi kuliner khas Cina. Bentuk fisik keamanan berupa layout permukiman, gerbang permukiman dan pos keamanan. Bentuk fisik kebutuhan afiliasi berupa ruang terbuka dan ruang berkumpul baik diluar ruangan maupun didalam ruangan. Bentuk fisik stimulasi di dalam lokasi penelitian yaitu ragam display/toko yang memiliki keunikan fasad bangunan. Bentuk non-fisik identitas kawasan yaitu festival kebudayaan tradisional Cina yang diadakan setiap tahun. Sedangkan bentuk fisik identitas yaitu aktivitas ekonomi karena kawasan yang telah dikenal sebagai kawasan perdagangan sejak zaman dahulu. Kebutuhan pangan dan afiliasi terdapat kesamaan yaitu dalam bentuk node dan mengokupasi path di dalam permukiman yang seharusnya hanya untuk jalur sirkulasi. Kondisi ini ditemukan di sepanjang Jalan Suryakencana dan Jalan Roda. Oleh sebab itu, kebutuhan dasar manusia yang paling signifikan didalam lokasi penelitian yaitu pangan dan afiliasi.

Identifikasi pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di lokasi penelitian dapat digunakan untuk memperjelas studi perilaku masyarakat. Hal ini diperlukan untuk mengetahui lokasi kegiatan, intensitas dan aksesibilitas masyarakat untuk mencapai setiap titik lokasi kegiatan pada Tabel 25 dan Gambar 16.

Tabel 25 Intensitas dan aksesibilitas pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di lokasi penelitian

Kebutuhan Dasar Lokasi Intensitas Aksesibilitas Kebutuhan Biologis

●Berjualan ●Warung di Pedestrian Jalan Suryakencana

●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1

●Kios di Jalan Suryakencana

●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1

●Pasar Bogor ●Pagi-Sore ●Linier, mudah, publik1

●Pasar pagi ●Jalan raya ●03.00-06.00 ●Linier, mudah, publik1

Home industry ●Rumah penduduk ●Pagi-Sore Cul de sac, cukup sulit2, khusus untuk pekerja Kebutuhan Afiliasi ●Berkumpul ●Lapangan olahraga ●Siang-sore hari

Cul de sac, cukup sulit2, akses publik1

●Teras rumah dan kios

●Sepanjang hari

Cul de sac, cukup sulit2 khusus hanya untuk pemilik rumah dan tetangga

●Tempat ibadah ●Pagi-Malam ●mudah, akses khusus hanya untuk aktivitas agama

Kebutuhan Rohani dan Estetika

●Sembahyang ●Vihara ●Pagi-Malam ●Akses mudah, hari biasa hanya khusus untuk kegiatan sembahyang, (saat hari raya imlek terbuka untuk publik1)

●Mesjid ●Pagi-Malam ●Akses mudah, hanya khusus untuk umat Kristen

●Gereja ●Pagi-Sore ●Akses mudah, hari hanya khusus untuk umat islam

●Perayaan Keagamaan etnis Cina

●Jalan Suryakencana

●Pagi-Malam ●Linier, Akses mudah, terbuka untuk publik1 Keterangan: 1tidak ada pembatasan jenis pengguna dan pengunjung, 2ruang sempit

Sumber: Survei Lapang (2014)

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa intensitas aktivitas ekonomi adalah aktivitas yang paling banyak di lokasi penelitian. Sementara itu, aktivitas keagamaan berada di peringkat kedua dan aktivitas sosial berada di peringkat ketiga. Oleh sebab itu, di lanskap permukiman padat ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi bagi masyarakat sekitarnya. Selanjutnya, jika dilihat pada aksesibilitas di lokasi penelitian, pada aktivitas ekonomi secara umum aksesibilitas linier, menuju lokasi mudah dan penggunaannya terbuka untuk umum. Namun, untuk home industry aksesibilitas cul-de-sac dengan akses menuju lokasi cukup sulit karena berada di dalam kawasan permukiman padat dan penggunaannya dikhususkan untuk pekerja. Oleh sebab itu, untuk aksesibilitas aktivitas ekonomi semakin tidak adanya pembatasan penggunaan dan pengunjung

menuju suatu lokasi di lanskap permukiman ini maka semakin tinggi aksesibilitasnya.

Gambar 16 Intensitas aktivitas di dalam lokasi penelitian Sumber: Survei lapang (2014)

Pemenuhan kebutuhan biologis diekspresikan penduduk sebagai aktivitas ekonomi. Bangunan ruko ditemukan di dalam lokasi penelitian dalam jumlah banyak dan mengokupasi jalur (path) di sepanjang Jalan Roda dan Jalan Suryakencana di lokasi penelitian. Ruko adalah bangunan yang digunakan penduduk untuk berjualan dan sekaligus menjadi tempat tinggal. Berdasarkan hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat perbedaan jumlah PKL dan ruko di Jalan Roda (Gambar 17) dan Jalan Suryakencana (Gambar 18).

(b)

Gambar 17 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi PKL di Jalan Roda

Sumber : Survei lapang 2014

Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Roda jumlah fasilitas ekonomi yang aktif yaitu ruko 20 unit dan PKL 5 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk tinggi dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 18 unit dan jumlah PKL aktif sebanyak 5 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah dengan tidak adanya ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 1 unit. Oleh sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Roda pada pagi dan siang hari lebih tinggi dibandingkan malam hari.

(a)

(b)

Gambar 18 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi PKL di Jalan Suryakencana

Berdasarkan hasil pengamatan, di Jalan Suryakencana jumlah aktivitas yaitu ruko 40 unit dan PKL 30 unit. Pada siang hari aktivitas ekonomi termasuk tinggi dengan jumlah ruko yang aktif sebanyak 30 unit dan jumlah PKL aktif sebanyak 30 unit. Sedangkan, pada malam hari aktivitas ekonomi tergolong rendah dengan tidak adanya jumlah ruko yang aktif dan PKL yang aktif sebanyak 10 unit. Oleh sebab itu, intensitas dan jumlah aktivitas ekonomi Jalan Suryakencana pada pagi dan siang hari lebih tinggi dibandingkan malam hari. Perbandingan jumlah dan intensitas aktifitas di jalan Suryakencana pada siang hari lebih tinggi dibandingkan Jalan Roda. Kondisi jalan Suryakencana yang ramai dan akses utama membuat sektor informal seperti PKL lebih banyak dibandingkan Jalan Roda. Hal ini juga terjadi di lokasi penelitian, PKL yang tidak dapat berjualan di pagi hari, membuka lahan usahanya di sepanjang Jalan Suryakencana pada malam hari. Hasil survei lapang menunjukkan sebesar 10% PKL buka dibandingkan yang tutup pada malam hari, sedangkan seluruh ruko tutup pada malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa PKL masih tetap beraktivitas dalam jumlah besar pada malam hari, dibandingkan ruko.

(a) (b)

Gambar 19 (a)Tingkat vitality aktivitas PKL selama ± 24 jam (b)Tingkat vitality aktivitas ekonomi pada ruko selama ± 24 jam

Sumber: Survei lapang (2014)

Sektor informal dapat menghidupkan suasana di malam hari (Sholihah 2005). Oleh sebab itu, aktivitas PKL berperan sebagai salah satu penggerak ekonomi di lokasi penelitian pada malam hari. Aktivitas ekonomi ini juga berperan sebagai salah satu potensi untuk meningkatkan vitality kawasan ini. Aktivitas ekonomi di Jalan Roda lebih rendah dibandingkan aktivitas di sepanjang Jalan Suryakencana, padahal jarak antara kedua lokasi cukup dekat dan berada dalam lokasi yang sama. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diperoleh beberapa informasi mengenai potensi vitality di jalan Roda (Tabel 26),

Tabel 26 Perbandingan kondisi vitality jalan Roda dahulu dan eksisting

No Dahulu Saat ini

1 Digunakan sebagai jalur aktivitas budaya untuk perayaan imlek

Tidak ada aktivitas budaya

2 sebagai jalur perdagangan Masih digunakan sebagai jalur perdagangan

3 Jumlah permukiman sedikit Jumlah permukiman meningkat

Berdasarkan hasil analisis, potensi ekonomi di dalam lokasi penelitian lebih dominan dibandingkan potensi lainnya. Oleh sebab itu, evaluasi dilakukan untuk meningkatkan vitality ekonomi kawasan penelitian.

Gambar 17 Jenis aktivitas ekonomi didalam kawasan penelitian Sumber: Survei lapang 2014

Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Struktur/Perilaku Keteritorialan

Analisis ini dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada responden sebanyak 30 orang. Responden diberikan pertanyaan sebanyak 5 buah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perilaku keteritorialan di lokasi penelitian. Hasil kuisioner diolah menggunakan skala likert dan hasilnya ditampilkan pada (Tabel 27),

Tabel 27 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar

Sturktur/Perilaku Keteritorialan 1 2 3 4 5 Total Indeks Penilai an DK* Jalan Suryakencana Menjaga keindahan lanskap/arsitektur 2 2 15 8 100 127 0,85 SP Merupakan Landmark 1 2 6 16 100 125 0,83 SP

Memiliki nilai historis 1 2 18 16 90 127 0,85 SP Untuk kegiatan upacara adat 1 12 12 4 110 139 0,93 SP Memiliki nilai ekonomi 1 2 3 4 130 140 0,93 SP Jalan Roda Menjaga keindahan lanskap/arsitektur 1 26 30 20 5 82 0,55 CP Merupakan Landmark 12 24 12 4 5 57 0,38 KP

Memiliki nilai historis 12 6 39 4 5 66 0,44 CP Untuk kegiatan upacara adat 20 14 3 4 5 46 0,31 KP Memiliki nilai ekonomi 19 2 3 32 5 61 0,41 CP Vihara Menjaga keindahan lanskap/arsitektur 1 2 6 20 105 134 0,89 SP Merupakan Landmark 1 2 3 20 110 136 0,91 SP

Memiliki nilai historis 1 2 21 8 100 132 0,88 SP Untuk kegiatan upacara adat 1 2 3 4 130 140 0,93 SP Memiliki nilai ekonomi 10 14 21 16 5 56 0,37 P

Sugiyono (2013) *dengan modifikasi pada sistem indeks penilaian Keterangan: 1=Sangat Kurang Penting; 2=Kurang Penting; 3=Cukup Penting; 4=Penting;5=Sangat Penting; DK= Derajat Kepentingan

Berdasarkan hasil pengolahan data kuisioner, diketahui bahwa responden menganggap penting keberadaan/peran setiap variabel di lanskap permukiman untuk mendukung struktur dan perilaku keteritorialan. Hal ini diketahui dari

jumlah jawaban terbanyak „sangat penting‟, „penting‟ dan „cukup penting‟

dibandingkan dengan jawaban „kurang penting‟ terhadap peran variabel kepada

keberlangsungan struktur dan perilaku keteritorialan. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa responden menganggap Jalan Suryakencana sangat penting untuk mengakomodasi struktur perilaku keteritorialan di lokasi penelitian. Struktur/perilaku keteritorialan yang paling tinggi di Jalan Suryakencana adalah nilai ekonomi dengan skor sebanyak 140. Sedangkan, secara keseluruhan derajat kepentingan Jalan roda untuk mengakomodasi perilaku keteritorialan penduduk dianggap lebih rendah dibandingkan Jalan Suryakencana dan Vihara. Berbeda dengan Vihara yang dianggap sangat penting mengakomodasi semua perilaku keteritorialan kecuali nilai ekonomi. Skor penilaian tertinggi Vihara dalam mengakomodasi struktur/perilaku keteritorialan yaitu kegiatan upacara keagamaan sebanyak 140. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa Jalan Suryakenaca dan Vihara merupakan elemen lanskap yang sangat penting mengakomodasi perilaku keteritorialan penduduk yaitu memiliki nilai ekonomi, mengakomodasi kegiatan upacara adat dan memiliki nilai historis sehingga sangat penting untuk dipertahankan kualitas lanskapnya. Sementara itu, Jalan Roda memiliki peluang untuk mengakomodasi perilaku ekonomi karena lokasinya berdekatan dengan Jalan Suryakencana.

AnalisisElemen Mental Map

Jalur sirkulasi dan aksesibilitas dapat menunjukkan hubungan ruang pada tapak. Menurut Kevin Lynch dalam Image of The City tahun 1960, legibility

adalah kualitas setiap ruang yang terhubungkan dengan mudah, sehingga pengguna merasakan navigasi dan memudahkan akses pada suatu lanskap. Faktor

legibility ini dapat di tunjukkan melalui elemen mental map. Elemen mental map

pada lokasi penelitian di tampikan sebagai berikut (Tabel 28) dan (Gambar 21),

Tabel 28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar

Elemen mental map Teori Image of The City Lokasi Penelitian

Node Pusat kegiatan dimana

pengguna merasakan „masuk‟ dan „keluar‟ pada tempat yang

sama

Node dapat diidentifikasi sebagai Vihara, Pasar Bogor dan persimpangan Jala Suryakencana- Jalan Juanda dan Jalan Roda-Jalan Suryakencana. Vihara sebagai tempat berkumpul pusat aktivitas keagamaan bagi etnis Tionghoa dan jalan menjadi titik dua pertemuan jalur berbeda. Selain itu, Pasar Bogor menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi yang sangat tinggi di Kota Bogor. Node sering terjadi kemacetan karena menjadi titik pertemuan dua jalur berbeda dan berbagai aktivitas ekonomi yang sangat tinggi. Walau begitu legibility-nyatinggi karena masih dapat menavigasi pengguna di lokasi tersebut.

Tabel 28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar (lanjutan) Elemen mental map Teori Image of The City Lokasi Penelitian

Landmark Point of reference biasanya disimbolkan sebagai bangunan, tanda, toko dan bangunan yang biasanya terlihat dari beberapa sudut pandang dan lebih menonjol dibandigkan elemen lainnya

Bangunan Pasar Bogor diidentifikasi sebagai landmark kawasan karena menjadi bangunan terbesar di kawasan dan sebagai tujuan utama dari kebanyakan pengunjung. Vihara juga dapat disebut sebagai landmark karena bentuk bangunan yang unik sehingga sangat kontras dengan bangunan lain di lokasi penelitian

Path Jaringan jalan yang potensial memunjukkan arah pergerakan bagi penggunanya di suatu tapak

Jaringan jalan di permukiman ini terdiri dari jalan kota jalan lingkungan dan gang. Jalan kota memiliki jalur lebih jelas dibanding jalan lingkungan sehingga lebih dapat mengarahkan pergerakan yang jelas pada pengguna. Oleh sebab itu legibility jalan kota lebih tinggi dibandingkan jalan lingkungan. Hal ini dapat disebabkan karena jalan lingkungan terbentuk antara jarak antar bangunan dan jarak halaman setiap permukiman sehingga tidak memiliki jalur yang jelas dan teratur

District Bagian kota dengan ukuran skala sedang hingga sangat besar yang memiliki banyak kesamaan

Distrik terbagi menjadi kawasan permukiman dan perdagangan. Namun pada sepanjang jalan Suryakencana kawasan permukiman dan perdagangan berada dalam satu distrik.

Edge Garis linier pada batas kawasan yang tidak dimanfaatkan sama sekali didalam suatu kawasan

Sempadan Sungai Ciliwung masih dimanfaatkan oleh penduduk sebagai permukiman dan aktivitas rumah tangga.

Gambar 21 Mental map kelurahan Babakan Pasar Sumber: Survei lapang (2014)

Pada lokasi penelitian, node diidentifikasi sebagai Vihara, Pasar Bogor dan persimpangan jalan utama. Selain itu node berada di setiap pertemuan jalur jalan utama yaitu di persimpangan Jalan Suryakencana dengan Jalan Juanda dan pada pertemuan Jalan Roda dan Jalan Suryakencana. Pada node jalan sering terjadi kemacetan karena selain karena pertemuan dua jalur berbeda juga karena pertemuan berbagai aktivitas ekonomi sehingga mengganggu sirkulasi. Landmark

adalah point of reference biasanya disimbolkan sebagai bangunan, tanda, toko dan bangunan yang biasanya terlihat dari beberapa sudut pandang dan lebih menonjol dibandigkan elemen lainnya (Lynch 1960). Landmark pada tapak yaitu Pasar Bogor dan Vihara. Pasar Bogor yang merupakan salah satu bangunan terbesar dan menjadi salah satu pusat aktivitas ekonomi terbesar dikawasan ini. Vihara dengan arsitekur dan warnanaya menjadikannya sebagai point of interest dan pusat aktivitas keagamaan. Path adalah jalur yang secara potensial memunjukkan arah pergerakan bagi penggunanya di suatu tapak (Lynch 1960). Jaringan jalan di permukiman ini terbagi menjadi dua yaitu, jalan kota dan jalan lingkungan. Jalan kota adalah jaringan jalan yang sangat jelas terlihat pada tapak dan memberikan arahan pergerakan jelas pada pengguna. Sementara itu, jalan lingkungan adalah jalan di dalam permukiman yang terbentuk antara jarak antar bangunan dan jarak halaman setiap permukiman. Jalan lingkungan tidak dapat memberikan arahan bagi pengguna jalan apalagi pengguna yang pertama kali berada pada tapak sehingga dapat tersesat. Oleh sebab itu, eligibility jalan lingkungan lebih rendah dibandingkan eligibility jalan kota. Edge adalah garis linier yang tidak dimanfaatkan sama sekali didalam suatu kawasan (Lynch 1960). Pada lokasi penelitian edge berupa sempadan Sungai Ciliwung yang menjadi batas area lanskap permukiman padat. Namun, tidak sesuai dengan teori yang ada, pada lokasi penelitian terdapat beberapa bagian batas sempadan sungai masih dimanfaatkan penduduk sebagai permukiman. District adalah bagian kota dengan ukuran skala sedang hingga sangat besar yang memiliki banyak kesamaan (Lynch 1960). Pada lokasi penelitian, permukiman ini memiliki dua distrik yaitu distrik permukiman dan distrik perdagangan. Namun, terjadi penggabungan distrik di sepanjang Jalan Suryakencana karena penduduk menggunakan bangunan permukimannya sebagai tempat berjualan.

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa Vihara dan Pasar Bogor menjadi node sekaligus landmark kawasan. Hal ini disebabkan keduanya merupakan suatu ciri kota yang menonjol yang dapat berperan dan fungsi sebagai orientasi, pergerakan lingkungan bagi penduduk dan pendatang ke lokasi penelitian. Namun, perbedaannya terletak pada kegiatan fungsional yang ada disekitarnya atau didalamnya. Sehingga node dapat sekaligus merupakan landmark, tetapi suatu landmark tidak selalu sekaligus menjadi node. Selain itu, elemen mental map di lokasi penelitian dapat ditemukan dengan jelas sehingga faktor legibility lanskap tersebut dapat dikategorikan tinggi. Faktor legibility

tinggi menjadi potensi lokasi penelitian untuk mengakomodasi aktivitas navigasi dan kebutuhan masyarakat didalamnya.

Analisis Persepsi dan Preferensi Pengguna Tapak

Berdasarakan hasil survei melalui kuesioner dan wawancara terhadap 30 responden dengan teknik purposive sampling, diketahui bahwa pengguna lanskap permukiman Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah sebagian besar adalah wanita sebanyak 73% dan sisanya pria 27% (Gambar 19a) serta dominan berusia 25-50 tahun. Tingkat variasi tujuan kedatangan dan jenis aktivitas adalah bisnis/ekonomi 78%, aktivitas rohani 11%, dan sosial budaya 11 % (Gambar19b).

Gambar 19 Karakteristik pengguna: (a) jenis kelamin dan (b) tujuan kedatangan Persepsi masyarakat pengguna terhadap kondisi umum lanskap permukiman di antaranya sangat buruk 27%, buruk sebanyak 20%, sedang 23%, dan baik 30% (Gambar 20a). Persepsi pengguna terhadap kondisi sarana dan fasilitas lanskap permukiman Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah paling tinggi menyatakan sangat buruk sebanyak 66%, buruk 10%, sedang 21%, dan baik 3% (Gambar 20).

Gambar 20 Persepsi pengguna: (a) kondisi umum dan (b) kondisi pelayanan fasilitas dan sarana lanskap permukiman

a. b.

Gambar 21 Preferensi responden untuk evaluasi lanskap permukiman

Responden berharap melaui evaluasi ini dapat terciptanya suatu kawasan lanskap permukiman yang lebih berkualitas dari segi fisik kawasan. Responden mengharapkan adanya ruang terbuka yang dapat mengakomodasi aktivitas sosial dan rekreasi permukim. Responden juga mengharapkan tersedia fasilitas penunjang untuk pemenuhan kebutuhan jasmani, sosial, rohani, dan ekonomi pengguna tapak. Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan akan ruang terbuka sangat diharapkan terutama untuk menunjang aktivitas sosialisasi penduduk. Kebutuhan akan ruang terbuka ini dapat berupa taman maupun lapangan olahraga yang dapat digunakan oleh masyarakat dari setiap golongan usia. Lapangan olahraga diharapkan mampu digunakan untuk beragam jenis olahraga seperti bulu tangkis, voli, basket dan futsal dengan jumlah yang memadai. Pada jalur sirkulasi, responden berharap agar fungsi jalan utama di dalam kawasan permukiman hanya menjadi jalur sirkulasi dan bebas dari aktivitas lainnya misalnya aktivitas ekonomi. Perbaikan kualitas jalan dari segi pemilihan material jalan juga diharapkan agar kualitas jalan tahan lama dan kuat.

Pemenuhan kebutuhan sosialisasi pengguna tapak dapat dilakukan dengan peningkatan ruang terbuka. Ruang terbuka yang berfungsi dengan baik akan menciptakan suatu hubungan langsung diantara ruang dan orang-orang yang berada disekelilingnya. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan aktivitas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari adalah perbedaan kelas sosial, usia, etnik dan budaya serta perbedaan lokasi dan wilayah. Pada jaringan air lanskap permukiman, responden berharap agar kebutuhan akan air bersih dapat tersedia secara lancar.

Potensi Vitality Ekonomi Lanskap Permukiman Padat

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa potensi vitality ekonomi di lanskap permukiman padat ini yang paling signifikan diantara potensi lainnya yaitu potensi budaya dan sejarah. Salah satu potensi vitality budaya yaitu kegiatan perayaan Hari Raya Imlek di lokasi penelitian. Dan potensi kesejarahan sebagai salah satu kawasan pusat perdagangan pada zaman Pemerintahan Kolonial

yang terlihat dari bangunan-bangunan bersejarah bergaya arsitektur kolonial di dalam kawasan. Selan itu, Elemen mental map yang menunjukkan legibility tinggi di dalam lokasi penelitian diharapkan dapat mendukung peningkatan vitality

Dokumen terkait