• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN

BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG

REVITALISASI KAWASAN CBD (

CENTRAL BUSINESS

DISTRICT

) KECAMATAN BOGOR TENGAH

KOTA BOGOR

SHAIBATUL ISLAMIAH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor adalah benar karya saya dan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

Shaibatul Islamiah

(4)

ABSTRAK

SHAIBATUL ISLAMIAH. Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR.

Peningkatan jumlah permukiman yang tidak diikuti oleh peningkatan luas kawasan yang dapat menyebabkan menurunnya pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di permukiman tersebut. Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini untuk menginventarisasi dan menganalisis kriteria revitalisasi lanskap permukiman padat berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang pedoman revitalisasi kawasan dan mengevaluasi lanskap permukiman padat berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor pada Bulan Maret sampai Juli 2014. Tahapan pengumpulan data melalui survei, wawancara, dan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lanskap permukiman padat penduduk ini termasuk dalam kategori cukup potensial untuk dilakukan kegiatan revitalisasi dan potensi vitality ekonomi di lanskap permukiman padat Kel. Babakan Pasar yang paling signifikan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kualitas permukiman, jaringan jalan, drainase, persampahan belum sesuai dengan standard. Sedangkan sarana dan utilitas umum berupa air bersih di permukiman sudah sesuai standar.

Kata kunci : evaluasi lanskap, revitalisasi, lanskap permukiman padat, kawasan CBD

ABSTRACT

SHAIBATUL ISLAMIAH. (Slum Settlement Landscape Evaluation to Support CBD (Central Bussines District) Area Revitalization in Central Bogor District Bogor City. Supervised by ARIS MUNANDAR.

Generally, growth level of people in CBD area enhance amount of slum settlement in Indonesia. In slum settlement, enhancement of settlement was not followed by amount of area, so it could decrease fulfilling of basic needs of residential. Therefore, the objectives of this research were to inventory and and to analyze revitalization criteria of slum settlememt based on Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 about guideline for area revitalization and to evaluate landscape slum settlement based on Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 about standard of minimum requirement in settlement. This research was held in Babakan Pasar district, in Central Bogor, Bogor City at March till July 2014. Process of data collecting by survey, interview, and questionnaire. The result showed that slum settlement was quite potential as revitalization area and vitality of economy was the most significant potency. The result of evaluation showed that quality of settlement, path, drainage and waste management were not fulfill the standard. Beside that infrastructure and utility were fulfill the standard.

(5)

EVALUASI LANSKAP PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN

BABAKAN PASAR SEBAGAI UPAYA PENDUKUNG

REVITALISASI KAWASAN CBD (

CENTRAL BUSINESS

DISTRICT

) KECAMATAN BOGOR TENGAH

KOTA BOGOR

SHAIBATUL ISLAMIAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 sampai Juli 2014 ini adalah evaluasi lanskap permukiman padat, dengan judul Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Sebagai Upaya Pendukung Revitalisasi Kawasan CBD (Central Business District) Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Aris Munandar, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan dalam penyusunan dan penyelesaian penelitian ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan banyak pengarahan selama mengikuti perkuliahan. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf di Kelurahan Babakan Pasar Kota Bogor, penduduk permukiman padat Kelurahan Babakan Pasar, dinas-dinas dan instansi di Kota Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada keluarga terutama Mamak, Ayah, Pesal, Zara dan seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI

Lokasi dan Waktu Penelitian 8

Alat dan Bahan 9

Batasan Penelitian 9

Metode dan Tahapan Penelitian 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Kondisi Umum 16

Lokasi Penelitian 16

Topografi 16

Sirkulasi dan Aksesibilitas 16

Demografi 18

Tata Guna Lahan dan Vegetasi 19

Iklim 21

Aspek Legalitas 23

Aktivitas Pengguna Tapak 24

Aspek Ekonomi 25

Analisis dan Sintesis 32

Analisis Penilaian Kriteria Revitalisasi Kawasan 32

Analisis Vitality Lanskap Permukiman Padat 38

AnalisisElemen Mental Map 46

Analisis Persepsi dan Preferensi Pengguna Tapak 50 Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar 52

Rekomendasi 62

SIMPULAN DAN SARAN 63

DAFTAR PUSTAKA 64

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang diperlukan 10

2 Identifikasi Vitality Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar 12

3 Skor penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap 5 jenis aspek perilaku keteritorialan

13

4 Skor ideal untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan

13

5 Rating scale untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan

14

6 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perliku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar

14

7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap revitalisasi di lokasi penelitian

14

8 Kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Tengah 18

9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013 18

10 Jenis fasilitas umum pada lokasi penelitian 19

11 Vegetasi eksisting di permukiman padat penduduk 21

12 Data curah hujan rata-rata (mm/bulan) 22

13 Data temperatur rata-rata (oC) 22

14 Data kelembaban udara rata-rata (%) 22

15 Kelas usia penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah

24

16 Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah

24

17 Nilai lokasi penelitian berdasarkan penurunan produktivitas ekonomi 32

18 Nilai lokasi penelitian berdasarkan degradasi lingkungan 33

19 Nilai lokasi penelitian berdasarkan fungsi strategis terhadap variabel fungsi ekonomi

34

20 Nilai lokasi penelitian berdasarkan komitmen Pemda 35

21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26 Tahun 2007 36

22 Nilai lokasi penelitian berdasarkan kepemilikan Tanah (land tenure) di kawasan 36

23 Kriteria revitalisasi kawasan 37

24 Identifikasi Vitality Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar 38

25 Intensitas dan aksesibilitas pemenuhan kebutuhan dasar penduduk di lokasi penelitian

39

26 Perbandingan kondisi vitality jalan Roda dahulu dan eksisting 43

27 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kel. Babakan Pasar

(11)

28 Analisis elemen mental map Kelurahan Babakan Pasar 46

29 Hasil evaluasi lanskap permukiman padat 52

30 Evaluasi sarana pendidikan di lokasi penelitian 55

31 Evaluasi sarana kesehatan di lokasi penelitian 55

32 Evaluasi sarana ibadah di lokasi penelitian 56

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 3

2 Peta lokasi penelitian di Kel. Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor

8

3 Tahap analisis kriteria revitalisasi di lokasi penelitian 11

4 Pola sirkulasi di lokasi penelitian 17

5 Peta tata guna lahan lanskap permukiman padat penduduk 20

8 Mekanisme fungsi tanaman dalam mereduksi polutan 23

9 Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk 25

10 Kios kuliner khas makanan etnis Tionghoa 27

11 Kegiatan ritual perayaan Hari Raya Imlek 2013 di Jalan Suryakencana

27

12 (a)Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Bogor, Jawa Barat, sekitar 1920-1930 (b) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana

28

13 Jalan lingkungan di lokasi penelitian 29

14 Tipe drainase tertutup di lokasi penelitian: (a) Drainase di Pasar Bogor (b)Drainase di permukiman

30

15 Lapangan olahraga di lokasi penelitian 31

16 Intensitas aktivitas di dalam lokasi penelitian 40

17 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi PKL di Jalan Roda

41

18 (a) Intensitas aktivitas ekonomi pada ruko (b) intensitas aktivitas ekonomi PKL di Jalan Suryakencana

42

19 (a)Tingkat vitality aktivitas PKL selama ± 24 jam (b)Tingkat vitality

aktivitas ekonomi pada ruko selama ± 24 jam

42

20 Jenis aktivitas ekonomi didalam kawasan penelitian 44

21 Mental map kelurahan Babakan Pasar 48

22 Kriteria lebar sempadan bertanggul 53

23 Peta evaluasi permukiman berdasarkan peraturan sempadan sungai 57

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar kuesioner 66

2 Lembar kuesioner 69

25 Peta evaluasi sarana pendidikan 59

26 Peta evaluasi sarana kesehatan 60

27 Peta evaluasi sarana ibadah 61

28 (a)Gambar potongan zona konservasi dan (b) ilustrasi zona konservasi

62

29 (a)Sistem drainase vertikal di permukiman dan (b) detail gambar sumur vertikal

(13)

Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah pusat kota secara umum meningkatkan jumlah permukiman padat di kota-kota Indonesia. Data pada tahun 2008 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang bermukim di perkotaan telah mencapai 112 juta jiwa, dan hampir seperempat dari penduduk perkotaan tersebut (23,1%), atau sekitar 25 juta jiwa, hidup dikawasan permukiman kumuh (Kemen PU 2010). Bahkan dengan tingkat urbanisasi sebesar 1%-1.5% per tahun, maka dalam kurun waktu 20 hingga 25 tahun lagi jumlah penduduk perkotaan di Indonesia akan dapat mencapai 65% (Kemen PU 2010). Tingginya jumlah penduduk di pusat kota mengharuskan terpenuhinya kebutuhan permukiman yang layak huni, khususnya masyarakat yang bekerja pada sektor perdagangan dan jasa di kawasan komersial di pusat kota. Masyarakat lebih tertarik untuk bertempat tinggal di sekitar kawasan pusat kota karena lebih memudahkan jangkauan tempat kerja yang bekerja di pusat kota, serta memenuhi kebutuhan tempat tinggal masyarakat yang banyak bekerja di kawasan CBD kota (Eny 2006). Selain itu ketersediaan prasarana dan sarana yang lengkap menjadi daya tarik masyarakat untuk tinggal di kawasan tersebut. Fenomena ini dapat mempengaruhi kualitas fisik suatu lingkungan permukiman di pusat kota tersebut. Kota Bogor memiliki tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi dalam kurun waktu 1990-2000. Berdasarkan data BPS kota Bogor jumlah penduduk tahun 1990 sebanyak 271.17 ribu jiwa, tahun 2000 sebanyak 949.1 jiwa dan data terakhir tercatat pada tahun 2010 sebanyak 949.066 orang dengan laju pertumbuhan 2,39 % per tahun. Kecamatan Bogor Tengah berada di urutan keempat dengan jumlah penduduk 102.203 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 1,15 %. Namun dari sisi kepadatan, Kecamatan Bogor Tengah berada di urutan tertinggi pada kepadatan penduduk sekitar > 12000 km2 (BPS Bogor 2010). Berdasarkan Perda Bogor No. 8 tahun 2011, Kecamatan Bogor Tengah merupakan wilayah pusat kota dan diarahkan menjadi kawasan perdagangan.

Salah satu permukiman padat yang berada di Kecamatan Bogor Tengah adalah permukiman penduduk di Kelurahan Babakan Pasar. Kawasan Kelurahan Babakan Pasar terdiri dari kawasan perdagangan dan permukiman padat penduduk. Pengaruh area permukiman yang terletak berdampingan dengan area perdagangan memiliki peluang mempengaruhi kualitas fisik lingkungan permukiman padat di kelurahan Babakan Pasar.

Tempat manusia tinggal, bekerja dan pergi dalam kehidupan sehari-hari memiliki pengaruh besar dalam kualitas manusia, terutama tempat tinggal yang ditempati seumur hidup. Menurut Kevin Lynch (1981) dalam Good City Form, salah satu alat ukur atau dimensi untuk mengukur kualitas suatu permukiman yaitu vitality. Vitality adalah kemampuan permukiman untuk mendukung kebutuhan biologis dan kapabilitas manusia (Lynch 1981). Kebutuhan dasar manusia tersebut yaitu kebutuhan makan (ekonomi), keamanan, afiliasi, ekonomi, identitas, aktualisasi diri, dan lainnya.

(14)

Babakan Pasar diharapkan dapat menghasilkan zonasi dan rekomendasi sehingga dapat mendukung kebutuhan dasar manusia yang bermukim di lanskap permukiman tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan,

1. menginventarisasi karakteristik lanskap permukiman padat berdasarkan potensi dan kendala di Kel. Babakan Pasar;

2. menganalisis kriteria revitalisasi lanskap permukiman padat berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang pedoman revitalisasi kawasan;

3. mengevaluasi lanskap permukiman padat berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang standar pelayanan minimal untuk permukiman.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini ialah,

1. hasil evaluasi dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Kota Bogor dan pihak-pihak yang terkait dalam usaha revitalisasi area lanskap permukiman padat;

(15)

KERANGKA PIKIR

Evaluasi lanskap permukiman padat dilakukan sebagai upaya pendukung revitalisasi kawasan CBD yang saat ini kondisi kualitas lanskapnya kurang dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna tapak. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Aspek Legal dan

Rekomendasi Evaluasi Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor

Evaluasi

Lanskap Permukiman Padat Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan menilai, menaksir dan mengkaji (Echols dan Shadily 1996). Evaluasi bertujuan untuk menyeleksi dan menampilkan informasi yang diperlukan dalam mendukung pengambilan kesimpulan dan keputusan tentang suatu program serta menampilkan nilainya (Vitasari 2004). Evaluasi bertujuan untuk melihat apakah sesuatu yang telah dilakukan dapat dilanjutkan (memberikan hasil positif) atau dihentikan dan bagaimana cara pengembangannya.

Lanskap Permukiman

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1992, permukiman diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan kawasan permukiman padat adalah kawasan yang terdiri atas perpetakan yang sangat kecil dan menyebabkan penyediaan daerah hijau alami tidak mungkin diselenggarakan secara individual (Joga dan Ismaun 2002). Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 bahwa permukiman perkotaan minimal harus memiliki,

a. Prasarana lingkungan

Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana semestinya (BSN 2003). Prasarana lingkungan lanskap permukiman terdiri dari,

1. Jaringan jalan

Jalan adalah jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan orang (BSN 2003). Jaringan jalan di permukiman terdiri dari jalan lingkungan dan setapak. Ketentuan cakupan jalan lingkungan dengan panjang 40-60m/ha dengan lebar 2-5m. Selain itu, jalan setapak dengan panjang 50-11-m/ha dengan lebar 0,8-2m. Jalan dengan tingkat pelayanan kecepatan rata-rata 5-10 km/jam. Kualitas jalan dengan aksesibilitas kesemua lingkungan permukiman dan dapat diakses mobil pemadam kebakaran.

2. Pengolahan air limbah

Sebagian besar limbah permukiman merupakan limbah rumah tangga, yang pengelolaannya cukup dengan menyediakan tangki septik dan sumur resapan. Standar pelayanan minimum air limbah setempat dengan presentase 80-90% penduduk terlayani untuk daerah dengan kepadatan 300 jiwa/ha. Tingkat pelayanan air limbah dengan tangki septik dan MCK yang disesuaikan oleh masyarakat.

3. Drainase

(17)

dengan tinggi < 30cm, lama genangan <2 jam dan frekuensi genangan maksimal 2 kali setahun.

4. Persampahan

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau ditolak atau buangan (Kamus Istilah Lingkungan 1994)

b. Sarana lingkungan

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya (BSN 2003). Sarana lingkungan di lanskap permukiman terdiri dari, 1. Sarana niaga

Sarana niaga yang memberikan pelayanan perdagangan kepada masyarakat meliputi toko/warung, pertokoan, pusat pertokoan, pasar lingkungan, dan pusat perbelanjaan/niaga (BSN 2003).

2. Sarana pendidikan

Sarana pendidikan yang menyangkut bidang pendidikan yang bersifat formal atau umum, yaitu meliputi tingkat prabelajar (Taman Kanak-kanak), tingkat dasar (SD/MI), tingkat menengah (SLTP/MTs dan SMU) (BSN 2003).

3. Sarana pelayanan kesehatan

Sarana kesehatan adalah sarana yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk (BSN 2003)

4. Sarana pelayanan umum

Sarana pelayanan umum di permukiman adalah kantor pelayanan/administrasi pemeritahan dan kependudukan, kantor pelayanan utilitas umum, dan pos pelayanan keamanan dan keselamatan (BSN 2003).

5. Sarana ruang terbuka hijau (Taman dan Pemakaman Umum)

Sarana untuk menyediakan RTH yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfataan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan. Penggolongan sarana ruang terbuka hijau di lingkungan perumahan berdasarkan kapasitas pelayanannya terhadap sejumlah penduduk (BSN 2003)

6. Sarana sosial budaya

Sarana yang mewadahi kegiataan kebudayaan dan rekreasi seperti gedung pertemuan, serbaguna, bioskop dan gedung kesenian dan lain-lain. Bangunan juga dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan umum (BSN 2003).

c. Utilitas

Utilitas adalah pelayanan seperti air bersih, air limbah, gas, listrik dan telepon, yang pada umumnya diperlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan lingkungan permukiman (BSN 2003).

Teori Perilaku

(18)

permukiman dilakukan dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan permukiman dan pelayanan permukiman pada penduduk permukiman setempat.

Teori hirarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam Potter dan Perry (2005) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, contohnya lapar dan haus, kesehatan, minuman, makanan, tempat tinggal, istirahat, dan tidur, diekspresikan sebagai kegiatan ekonomi,

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan: selain perlindungan dari kekerasan fisik, peluang untuk mengurangi ancaman perilaku fisik dari orang lain, untuk menunjukkan privasi seseorang, dan self orientation pada lingkungan perkotaan,

3. Kebutuhan afiliasi: kebutuhan untuk bersosialisasi dengan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial dan sebagainya,

4. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa percaya diri, kemerdekaan diri dan memerlukan pengakuan dari orang lain. Kebutuhan ini diekspresikan dalam permukiman sebagai identitas sebuah tempat,

5. Kebutuhan aktualisasi diri: kebutuhan tertinggi dalam hirarki Maslow, berupa kebutuhan untuk diakui oleh lingkungan, berkontribusi pada orang lain atau lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya misalnya penyaluran minat dan aktivitas selain ekonomi kebutuhan.

6. Kebutuhan kognitif/estetika: terkait konsep keindahan bagi perorangan dan kebutuhan manusia untuk belajar.

Revitalisasi

Revitalisasi adalah upaya untuk meningkatkan nilai kawasan melalui pembangunan yang dapat meningkatkan fungsi kawasan sebelumnya (Permen PU 2010). Menurut Kementerian PU (2008), revitalisasi merupakan rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai

(19)

Mengidentifikasi vitality adalah salah satu alat ukur desain perkotaan dan dapat menjelaskannya sebagai tingkat bentuk-bentuk tempat yang mendukung fungsi, kebutuhan biologis dan kapabilitis manusia (Lynch 1981). Adaptasi revitalisasi merupakan upaya untuk mengubah suatu lingkungan binaan agar dapat digunakan untuk fungsi baru yang sesuai, tanpa menuntut perubahan drastis atau hanya memberikan dampak yang minimal.

Elemen Mental Map

Citra atau imageability adalah kualitas obyek fisik, baik bentuk, warna, atau penuh identifikasi dan memiliki kekuatan struktur ruang dan memiliki manfaat tinggi. Imageability membentuk persepsi masyarakat tentang citra terhadap keruangan kota melalui pengalaman dan pergerakan aktivitas di suatu kawasan (Lynch 1960). Lynch mengklasifikasikan isi dari citra kota dikaji dari bentuk fisik yang menghasilkan suatu kualitas tertentu, yang dapat memberikan kesan khas tentang suatu lingkungan kota dan diklasifikasikan menjadi lima tipe elemen. Elemen – elemen tersebut antara lain,

a) landmark : titik referensi dimana pengamat meninjau secara eksternal.

Landmark dapat berupa bangunan, tanda tertentu, gunung, dll. Skala landmark

dapat berskala kota ataupun lingkungan. Landmark juga merupakan suatu petunjuk terhadap kawasan tertentu.

b) node : suatu titik pemusatan kegiatan fungsional suatu kota. Node merupakan titik atau lokasi yang strategis dimana pengamat dapat memasuki kegiatan tersebut. Lokasi ini umumnya mempunyai intensitas kegiatan yang tinggi, ataupun dapat juga merupakan konsentrasi kegiatan dalam skala tertentu, misalnya sudut jalan. Node pada dasarnya mempunyai dua sifat dasar, yaitu pemusatan dan persimpangan.

c) District (kawasan): merupakan suatu bagian yang berukuran sedang hingga besar pada suatu kota, disusun atau dipahami pada tingkat dua dimensi. District

dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District

mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan bersifat homogen, serta memiliki fungsi dan posisi yang jelas. d)Pathway (Jalur Sirkulasi): merupakan penghubung dimana seseorang biasanya melalui jalur tersebut. Pathway ini dapat berupa jalan, tempat pejalan kaki, kanal, jalan kereta api, dll. Kesan ini umumnya diperoleh ketika seseorang melakukan suatu perjalanan

(20)

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terletak pada titik koordinat 6°36'32.5"S 106°48'16.1"E. Peta lokasi tapak disajikan pada Gambar 2. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai Maret hingga Juli 2014.

Sumber : (a) navperencanaan.com, (b) rajapindahbogor.wordpress.com, (c) Kelurahan Babakan Pasar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di Kel. Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor

b a

(21)

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat tulis, alat gambar, kuesioner, kamera digital, laptop, mesin pencetak (printer) dan mesin pemindai (scanner), perangkat lunak (software) rancang bangun AutoCAD 2010

dan, serta perangkat lunak (software) perancangan grafis Adobe Photoshop CS5, Google Sketch Up Pro 8. Selain itu, penelitian ini membutuhkan bahan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil survei lapang dan wawancara dengan staf BAPPEDA Kota Bogor, staf dinas Kependudukan Kota Bogor, staf Kelurahan Babakan Pasar dan staf di Kantor Kecamatan Bogor Tengah. Data primer juga diperoleh dari pengguna area penelitian yaitu penduduk, pedagang dan pembeli melalui kuesioner. Data sekunder diperoleh dari BAPPEDA Kota Bogor, dinas Kelurahan dan Kecamatan Bogor Tengah dan BMKG Pusat.

Batasan Penelitian

Penelitian ini merupakan studi evaluasi vitality untuk kualitas lanskap permukiman padat di kawasan CBD Bogor Tengah sebagai pendukung upaya revitalisasi agar berlangsungnya kegiatan ekonomi yang menjaga vitality kawasan permukiman aman dan nyaman di Kota Bogor. Produk penelitian ini merupakan bentuk rekomendasi hasil evaluasi dimensi vitality lanskap permukiman padat di kawasan CBD untuk mendukung upaya revitalisasi lanskap CBD yang mendukung pemenuhan kebutuhan dasar penduduknya. Produk penelitian ini merupakan rekomendasi evaluasi lanskap permukiman padat dalam bentuk deskriptif.

Metode dan Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan pada evaluasi lanskap permukiman padat adalah metode survei langsung dan wawancara kepada responden di lanskap permukiman padat. Tahapan penelitian terdiri atas tahap pengumpulan data atau inventarisasi, analisis, evaluasi dan rekomendasi. Berikut penjelasan dari tahapan penelitian yang dilakukan.

Inventarisasi

(22)

Tabel 1 Jenis data yang diperlukan

No Jenis data Parameter Cara

pengambilan

Bentuk Data Sumber Data

1 Data umum

Studi pustaka Deskriptif Kelurahan Babakan Pasar Demografi Kepadatan

penduduk

Studi pustaka Deskriptif Kelurahan Babakan Pasar

Tata guna lahan Jenis pemanfaatan

Studi pustaka Deskriptif BMKG Bogor

Geologi dan tanah

Jenis tanah Studi pustaka Deskriptif BAPPEDA Bogor

Vegetasi Jenis dan fungsi tanaman

Pengamatan Deskriptif Lapang

2 Aspek Ekonomi

(23)

Analisis

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan beberapa analisis untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di area permukiman padat penduduk. Analisis yang dilakukan meliputi analisis spasial dan analisis deskriptif (kualitatif dan kuantitatif).

a. Analisis Deskriptif

Analisis kriteria revitalisasi kawasan dilakukan untuk menilai kawasan permukiman padat yang berada di CBD ini termasuk kawasan yang memiliki nilai tinggi untuk direvitalisasi. Melihat dari tujuan studi ini untuk menghasilkan evaluasi sebagai salah satu upaya untuk mendukung kegiatan revitalisasi CBD. Teknik yang digunakan sesuai dengan panduan revitalisasi kawasan berdasarkan UU Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.18/PRT/M/2010 tentang Pedoman Revitalisasi Kawasan. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan staf di BAPPEDA Kota Bogor dan Staf di Kantor Kelurahan Babakan Pasar. Langkah-langkah revitalisasi kawasan meliputi:

1) Menentukan kriteria pemilihan lokasi

Kriteria pemilihan lokasi dikelompokkan dalam dua kelompok tahap penilaian yang dirumuskan seperti berikut.

Gambar 3 Tahap analisis kriteria revitalisasi di lokasi penelitian

a. Tahap I

Penilaian tahap 1 berisi variabel-variabel utama yang harus dipenuhi dalam pemilihan lokasi. Penilaian terhadap variabel-variabel utama ditujukan untuk mengetahui kondisi: (1) vitality kawasan dan degradasi lingkungan, (2) nilai lokasi dan (3) komitmen pemda.

b. Tahap II

Penilaian tahap II berisi variabel tambahan dalam pemilihan lokasi. Penilaian terhadap variabel-variabel tambahan yang ditujukan untuk mengetahui Pangan, keamanan, afiliasi,

stimulasi dan identitas

(24)

(4) keberadaan kawasan apakah masuk dalam kawasan strategis menurut UU Tata Ruang, (5) kondisi kepemilikan tanah dan (6) kepadatan fisik.

2) Memberikan Penilaian Pemilihan Lokasi

Penilaian untuk memilih lokasi revitalisasi kawasan dilakukan dalam dua tahap penilaian yang harus dipenuhi agar diperoleh lokasi terpilih, yaitu meliputi: Tahap I dan Tahap II.

3) Menentukan kelulusan (passing grade) dan potensi keberhasilan pemilihan lokasi kawasan

a. Kelulusan (Passing Grade)

Ketentuan dalam penilaian passing grade pemilihan lokasi kawasan:

i. Kawasan revitalisasi dapat lolos masuk ke passing grade apabila total jumlah nilai pada tahap I ≥ 60%.

ii. Bila lolos passing grade, penilaian tahap II akan dilanjutkan untuk mendapatkan nilai akhir.

b. Potensi Keberhasilan Lokasi Terpilih

Potensi keberhasilan revitalisasi kawasan dalam pemilihan lokasi kawasan didasarkan pada jumlah penilaian Tahap I dan Tahap II, yang dikategorikan dalam:

i. Nilai ≥ 65% –≤ 80% = cukup potensial (keberhasilan revitalisasi rendah)

ii. Nilai > 80% –≤ 85% = potensial (keberhasilan revitalisasi sedang) iii. Nilai > 85% – 100% = sangat potensial (keberhasilan revitalisasi tinggi)

b. Analisis Komparatif

Analisis komparatif adalah sejenis analisis deskriptif untuk mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebabnya atau munculnya fenomena tertentu, dan membandingkan dua atau lebih variabel tertentu (Arifin 2011). Analisis ini membandingkan variabel dengan data hasil inventarisasi di lokasi penelitian dengan teori yang ada.

Analisis unsur pendukung vitality lanskap permukiman berdasarkan teori

good city form (Lynch 1981) yang dilakukan dengan pengamatan langsung, kuisioner dan wawancara dengan penduduk di pernukiman padat. Penelitian diawali dengan identifikasi kebutuhan dasar manusiayang disusun ke dalam tabel berikut (Tabel 2).

Tabel 2 Identifikasi Kebutuhan Dasar Manusia di Lanskap Permukiman Padat Kel. Babakan Pasar

(25)

paling penting untuk menilai persepsi masyarakat mengenai perilaku keteritorialanpada lokasi penelitian.

Pada penelitian ini, kuisioner yang diberikan kepada responden menggunakan skala likert. Skala likert yang digunakan adalah dengan lima skala dan memberikan nilai pada masing-masing jawaban pertanyaan. Skor pada skala tertinggi ialah 5 (lima) hingga skor terendah ialah 1 (satu). Skor pada masing-masing jawaban dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 3).

Tabel 3 Skor penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap 5 jenis aspek perilaku keteritorialan

Skala Jawaban Skor

Sangat Setuju/Bagus/Penting 5 Setuju/Bagus/Penting 4 Cukup Setuju/Bagus/Penting 3 Kurang Setuju/Bagus/Penting 2 Sangat Tidak Setuju/Bagus/Penting 1 Sumber: Sugiyono (2013)

Pada penghitungan untuk memperoleh skor kriteria diperlukan skor ideal. Skor ideal merupakan skor yang digunakan untuk menghitung skor yang dipakai untuk menentukan rating scale dan jumlah seluruh jawaban. Untuk menghitung jumlah skor ideal dari seluruh variabel penilaian, digunakan rumus berikut, yaitu:

Pada penelitian ini, skor tertinggi adalah 5, dan jumlah responden sebanyak 30, maka dapat ditentukan nilai skor ideal seperti tabel 2 di bawah,

Tabel 4 Skor ideal untuk penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan

Rumus Skala

5 X 30 = 150 SP 4 X 30 = 120 P 3 X 30 = 90 CP 2 X 30 = 60 KP 1 X 30 = 30 SKP

Keterangan: SP=Sangat Penting; P=Penting; CP=Cukup Penting; KP=Kurang Penting; SKP=Sangat Kurang Penting

Sumber: Sugiyono (2013)

Nilai yang didapatkan dimasukkan ke dalam rating scale untuk mengetahui hasil data kuesioner. Indeks penilaian digunakan untuk menentukan skala kepentingan tiap variabel penilaian di dalam rating scale (Tabel 6). Hasil perhitungan menunjukkan derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar (Tabel6). Salah satu contoh perhitungan indeks penilaian sebagai berikut,

(26)

Indeks Penilaian = ( Nilai Skala x Jumlah Responden)

Jumlah responden x Skor terbesar

= 5 x 30

Sumber: Sugiyono (2013) *dengan modifikasi pada sistem indeks penilaian

Keterangan: SP=Sangat Penting, P=Penting, CP=Cukup Penting, KP=Kurang Penting, SKP=Sangat Kurang Penting

Tabel 6 Derajat kepentingan penilaian komponen perilaku masyarakat terhadap struktur dan perilaku keteritorialan di Kelurahan Babakan Pasar

No Sturktur/Perilaku 3 Memiliki nilai historis 4 Untuk kegiatan

upacara adat 5 Memiliki nilai

ekonomi

Sumber: Azhari dan Mohamed (2012)

Keterangan: 1=Sangat Kurang Penting; 2=Kurang Penting; 3=Cukup Penting; 4=Penting;5=Sangat Penting; *DK= Derajat Kepentingan

Kemudian membandingkan hasil yang diperoleh pada lokasi penelitian dengan teori dari literatur. Pembahasan selanjutanya akan dilakukan ketika terdapat perbedaan dan persamaan dari hasil identifikasi dengan teori dan literatur yang ada. Namun apabila sudah sesuai dengan teori dan literatur, diharapkan dapat meningkatkan potensi vitality tapak yang telah ada.

Tabel 7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap revitalisasi di lokasi penelitian

Kategori Penilaian Responden Persepsi responden

Sangat Kurang Penting Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan dikategorikan sangat rendah mempengaruhi revitalisasi lokasi penelitian

Kurang Penting

Cukup Penting

Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan dikategorikan rendah mempengaruhi revitalisasi lokasi penelitian

(27)

Tabel 7 Deskripsi penilaian derajat kepentingan perilaku keteritorialan terhadap revitalisasi di lokasi penelitian (lanjutan)

Kategori Penilaian Responden Persepsi Responden

Penting Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan dikategorikan tinggi mempengaruhi revitalisasi lokasi penelitian

Sangat Penting Persepsi masyarakat bahwa perilaku keteritorialan dikategorikan sangat tinggi mempengaruhi revitalisasi lokasi penelitian

Sumber: Azhari dan Mohamed (2012)

3. Evaluasi

Memberikan penilaian terhadap kondisi eksisting dan potensi lanskap dari hasil analisis untuk dievaluasi sesuai standar dan panduan. Kemudian menghasilkan zonasi penataan ruang untuk evaluasi lanskap permukiman padat.

4. Rekomendasi

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN KONDISI UMUM

Lokasi Penelitian

Wilayah penelitian adalah permukiman padat di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Berdasarkan geografis dan administratif, kawasan permukiman terletak pada 6°36'32.5"S 106°48'16.1"E dan berbatasan langsung dengan Sungai Ciliwung. Berdasarkan wilayah administrasi Kelurahan Babakan Pasar memiliki 10 RW dan 39 RT dengan luas wilayah administratif ± 42 Ha. Sebelah utara adalah Kelurahan Paledang, sebelah selatan adalah Kelurahan Sukasari, sebelah barat adalah Kelurahan Gudang, dan sebelah timur adalah Kelurahan Baranangsiang. Peruntukan permukiman dan perumahan 29 ha, jalan beraspal yaitu 3 Ha, dan untuk kawasan lain sekitar 2 ha. Mayoritas kawasan diperuntukkan untuk kawasan pertokoan dan perdagangan sekitar 5 ha, pasar 2 ha dan perkantoran 1 ha.

Topografi

Berdasarkan data monografi Pemerintahan Kelurahan Babakan Pasar tahun 2013, topografi kawasan permukiman berada pada dataran rendah dengan kondisi tapak yang bergelombang (Gambar 4). Pada kawasan timur dan timur laut lokasi memiliki ketinggian lebih rendah dibanding bagian barat. Bagian tapak yang menurun agak curam membatasi dua bagian tapak lainnya yang relatif landai. Dengan kondisi topografi tersebut, permukiman penduduk yang ada tetap dibangun dengan mengikuti kondisi topografi lanskap permukiman. Kemiringan lahan pada tapak tidak menjadi hambatan bagi para pengguna tapak dan menjadi potensi sebagai recharge area untuk meningkatkan infiltrasi aliran permukaan di lokasi penelitian.

Sirkulasi dan Aksesibilitas

Jarak lokasi penelitian dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 3 km, dari Pemerintahan Kota adalah 2 km, dari Ibukota Propinsi 120 km, dari Ibukota Negara 60 km. Untuk menuju kawasan permukiman Kelurahan Babakan Pasar dapat dengan angkutan kota jurusan sukasari. Bagi pengendara roda dua dan roda empat juga dapat menuju kawasan permukiman.

Didalam kawasan permukiman hanya dapat dilalui oleh pengendara roda dua dan pejalan kaki. Secara umum lebar jalan sangat kecil yaitu sekitar ± 1,2m karena ruang yang tersedia telah digunakan untuk area permukiman penduduk.

(29)
(30)

Demografi

Lokasi permukiman yang strategis dengan Pasar Bogor dan kawasan perniagaan di Jalan Suryakencana menjadikan lanskap permukiman ini memiliki daya tarik yang cukup besar sebagai lokasi permukiman. Lokasi permukiman ini banyak dipilih oleh golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Oleh sebab itu, kondisi tapak saat ini menjadi daerah permukiman padat penduduk dengan tingkat kepadatan tinggi. Berdasarkan data statistik dari Kantor Kecamatan Bogor Tengah tahun 2014, Kelurahan Babakan Pasar berada pada urutan kedua tertinggi dengan jumlah penduduk yaitu 11.467 jiwa (Tabel 8). Sedangkan pada jumlah luas wilayah, Kelurahan Babakan Pasar berada pada urutan ketiga terendah yaitu 42 Ha. Luas wilayah yang sedikit dan jumlah penduduk yang tinggi mengakibatkan penggunaaan lahan untuk permukiman meningkat sehingga kawasan ini menjadi permukiman padat penduduk. Terkait dengan permasalahan kawasan maka kepadatan penduduk yang tinggi, berdampak pada minimnya RTH dan sarana-prasarana lingkungan karena minimnya lahan yang tersedia.

Tabel 8 Kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Tengah

No Kelurahan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Penduduk

(Januari 2014)

Sumber: Kecamatan Bogor Tengah (2014)

Berdasarakan data Kantor Kelurahan Babakan Pasar 2014, pada Bulan November 2013 jumlah penduduk mencapai 10347 jiwa. Kelurahan Babakan Pasar terdiri dari 10 RW (Tabel 9).

Tabel 9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013

No. Kelurahan

Babakan Pasar Luas Wilayah Jumlah Penduduk

(31)

Tabel 9 Jumlah Penduduk Kelurahan Babakan Pasar Akhir November 2013 (lanjutan)

No. Kelurahan

Babakan Pasar Luas Wilayah Jumlah Penduduk

Kepadatan

Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2014)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, sebanyak 90% dari luas kawasan Kelurahan Babakan Pasar telah memiliki perkerasan. Hal ini karena peningkatan jumlah penduduk menyebabkan hampir seluruh kawasan di bangun permukiman penduduk. Pada kawasan terdapat sarana olahraga yang dimanfaatkan untuk bersosialisasi dan kebutuhan berafiliasi berupa 1 unit lapangan bulutangkis dan 1 unit lapangan voli.

Tata Guna Lahan dan Vegetasi

Jenis tata guna lahan pada lokasi penelitian terbagi menjadi ruang terbangun dan ruang tidak terbangun (Gambar 5). Ruang terbangun yang terdapat pada lokasi penelitian yaitu rumah penduduk, kios/warung, fasilitas umum (masjid/mushola, gereja, sekolah dasar) dan ruang tidak terbangun berupa jalan raya dan lapangan olahraga. Proporsi tertinggi penggunaan lahan sebagai tempat tinggal yang disebabkan jumlah penduduk yang tinggi pada luas lahan yang terbatas. Jarak antar rumah 0-2m dan umumnya rumah penduduk tidak memiliki halaman depan. Luas lahan setiap rumah penduduk di permukiman ini juga sangat beragam. Kondisi jalan dengan ukuran 1-1,2m dan drainase dengan lebar ± 30-45 cm di tapak sangat buruk. Kondisi ini memiliki potensi terjadinya banjir karena

run off yang rendah dan daya tampung lahan tidak mencukupi.

Fasilitas-fasilitas yang ada dapat berupa fasilitas yang diberikan dan dikelola oleh negara seperti bangunan pelayanan pemerintahan, sekolah dasar, puskesmas maupun yang secara swadaya dibangun oleh masyarakat seperti fasilitas peribadatan, warung, toko dan taman kanak-kanak. Jenis dan keterangan mengenai fasilitas umum yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jenis fasilitas umum pada lokasi penelitian

No Jenis Fasilitas Umum Keterangan Jumlah

1 Fasilitas Peribadatan Masjid (1), gereja (1), vihara (1) 5 buah 2 Fasilitas Pelayanan

Pemerintah

Kantor Kelurahan (1) 1 buah

3 Fasilitas Pendidikan TK (1), TPA (1), SD (1) 3 buah 4 Fasilitas Kesehatan Puskesmas (1), posyandu (3), apotik (2) 6 buah 5 Fasilitas Perekonomian Pasar (1), Toko (9), Warung (7), Rumah

makan (2)

18 buah

(32)
(33)

Luas RTH eksisting pada tapak sangat kurang dibandingkan jumlah permukiman. Vegetasi yang dapat ditemukan pada tapak berada dalam beberapa pekarangan penduduk. Vegetasi berupa pohon yang ditemukan dalam jumlah yang sangat sedikit dan tumbuh secara individu bukan mengelompok sehingga fungsinya sebgai peneduh dan memperbaiki iklim mikro kurang optimal di dalam kawasan permukiman. Vegetasi yang terdapat di dalam kawasan penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Vegetasi eksisting di permukiman padat penduduk

No Nama Lokal Nama Latin Fungsi pada Tapak

1 Teh-tehan Acalypha macrophylla Border 2 Alpinia zerumbet Alpinia zerumbet Display 3 Pohon Kenari Canarium commune Peneduh 4 Pohon Kelapa Cocos nucifera Pengarah 5 Puring Codiaeum sp. Display 6 Hanjuang Cordyline sp. Display 7 Drasena Dracaena sp. Display 8 Euphorbia Euphorbia milii Display 9 Pohon Tanjung Mimuspoh elengi Peneduh 10 Tanaman Pisang Musa paradiciaca Pembatas 11 Pinus Pinus merkusii Peneduh 12 Pohon jambu biji Psidium guajava Pembatas 13 Adam hawa Rhoeo discolor Display 14 Dwarf ruellia Ruellia malacosperma Display 15 Lidah mertua Sanseviera sp. Display 16 Palem ekor tupai Wodyetia bifurcata Display Sumber: Survei lapang (2014)

Keberadaan tanaman eksisting tersebut sangat kurang karena kawasan padat penduduk sangat membutuhkan tingkat kenyamanan tinggi terutama dalam hal kenyaman iklim mikro. Hal ini terjadi karena sebagian besar penggunaan lahan

Tabel 12 Data curah hujan rata-rata (mm/bulan)

Tahun

(34)

Sementara itu, temperatur rata-rata di lanskap permukiman Kecamatan Bogor Tengah terus-menerus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada siang hari, temperatur rata-rata berkisar antara 24.5–27.1 ºC (Tabel 13). Temperatur tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Mei, yaitu sebesar 26.16 ºC, sementara temperatur terendah rata-rata terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 25.3 ºC. Tingginya suhu disebabkan oleh tingginya volume kendaraan yang beroperasi sehingga menimbulkan panas yang berasal dari mesin kendaraan.

Tabel 13 Data temperatur rata-rata (oC)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)

Curah hujan yang tinggi di lokasi peneletian berpotensi menyebabkan run-off di permukaan tanah. Salah satu alternatif solusi dengan membuat sumur resapan di unit lingkungan ketetanggaan di lokasi penelitian. Sumur resapan air hujan adalah sarana untuk menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Prinsip dasar sumur resapan dengan mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga air limpasan dapat mengalir secara terkendali dan lebih banyak meresap kedalam tanah. Kelembaban udara di lanskap permukiman padat Kecamatan Bogor Tengah sebesar 82.88%. Kelembaban tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 87.00%, sementara kelembaban terendah rata-rata terjadi pada bulan Agustus, yaitu sebesar 77.8% (Tabel 14).

Tabel 14 Data kelembaban udara rata-rata (%)

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2013)

(35)

(2001) menyebutkan bahwa untuk mengurangi jumlah polutan yang telah terlepas pada lingkungan dapat dikurangi dengan adanya vegetasi. Berikut merupakan mekanisme tanaman dalam mereduksi polutan (Gambar 8), yaitu:

Gambar 8 Mekanisme fungsi tanaman dalam mereduksi polutan Sumber: Nasrullah et al. (2011)

menurut Dirjen Bina Marga (1996), tanaman penyerap polusi udara dan kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan dapat mengurangi kebisingan. Selain itu, untuk menurunkan kelembaban udara terminal dapat dilakukan dengan cara mengarahkan angin untuk membawa partikel-partikel air ke luar tapak.

Berdasarkan analisis unsur-unsur iklim, masalah iklim mikro pada kawasan permukiman padat adalah tingginya suhu pada siang hari akibat tingginya radiasi matahari. Potensi berupa penyinaran matahari yang berlimpah tersebut seharusnya mampu dimanfaatkan sebagai sumber pencahayaaan pada siang hari, sehingga mampu mengurangi penggunaan listrik sebagai energi penerangan. Suhu yang tinggi tersebut dapat dikurangi dengan penyerapan suhu dengan peningkatan ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan ruang terbuka di sekitar permukiman.

Aspek Legalitas

(36)

Aktivitas Pengguna Tapak

Lokasi tapak yang didominasi oleh usia produktif dan kelompok kerja menunjukkan keadaan masyarakat yang sebagian besar waktunya banyak digunakan untuk bekerja. Kelas usia penduduk di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 15.

Tabel 15 Kelas usia penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah

Kelas Usia Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0-5 tahun 652 6

6-18 tahun 3.051 26

19-25 tahun 2.842 25

26-50 tahun 4.266 37

>50 tahun 719 6

Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)

Pada lokasi penelitian pola penyebaran permukiman tidak teratur. Permukiman yang didominasi oleh bangunan tinggi berada di kawasan pecinan, sedangkan permukiman dengan bangunan permanen dan non permanen ukuran berbeda berada di kawasan sempadan sungai. Fasad bangunan setiap bangunan tidak beraturan dan menghadap ke jalan lingkungan yang ada di tapak. Kehidupan masyarakat pada tapak berpotensi menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan lahan terbatas yang ditempati oleh jumlah penduduk sangat tinggi nenciptakan peluang munculnya masalah akibat frekuensi interaksi sosial antara penduduk di lanskap permukiman.

Jenis pekerjaan penduduk permukiman yang tertinggi yaitu pelajar dan mahasiswa. Jenis pekerjaan kedua tertinggi yaitu pegawai negeri dan ketiga yaitu karyawan swasta. Kelompok kerja dibagi dalam sektor formal dan informal dan jumlah kelompok kerja yang bekerja di sektor formal lebih tinggi dibandingkan sektor informal (Tabel 16).

Tabel 16 Jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah

Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Pegawai negeri 2.215 jiwa 19 Karyawan Swasta 1.906 jiwa 16 Pelajar dan Mahasiswa 4.526 jiwa 39 Wiraswasta: berdagang, warung, bengkel dll 624 jiwa 5 Tidak bekerja pada usia produktif 942 jiwa 8 Tidak bekerja dan tidak usia produktif 1.347 jiwa 12 Sumber: Kelurahan Babakan Pasar (2013)

(37)

pejalan kaki di jalan lingkungan ini. Hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sangat penting. Namun, keterbatasan lahan membuat penduduk mengoptimalkan lahan yang tersisa walaupun dapat mengganggu kualitas fisik dan sirkulasi kawasan.

Gambar 9 Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk Sumber: Survei lapang (2014)

Kelompok yang belum dan tidak bekerja didominasi oleh perempuan dan anak-anak. Kelompok perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga beraktivitas pada siang hari. Aktivitas yang dilakukan adalah duduk-duduk, mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan berinteraksi sosial dengan penduduk lainnya di teras rumah masing-masing.

Selain penduduk permukiman Kelurahan Babakan pasar, pengguna tapak non permukim sering melakukan kunjungan ke lokasi penelitian. Berdasarkan hasil wawancara, pengguna tapak non permukim berasal dari dalam Kota Bogor. Aktivitas pengguna tapak non permukim lebih banyak dalam kegiatan perdagangan, baik sebagai pedagang maupun pembeli atau konsumen. Aktivitas mereka bukan bersifat pemenuhan kebutuhan sosial tapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan jasmani maupun rohani. Pemenuhan kebutuhan jasmani untuk mencari nafkah sebagai pedagang dan menjadi pembeli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dan pemenuhan kebutuhan rohani dengan beribadah di masjid, gereja dan klenteng yang terdapat di dalam tapak.

Aspek Ekonomi

Kelurahan Babakan Pasar termasuk dalam kawasan yang memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan rumah tinggal yang juga digunakan sebagai tempat usaha bagi masyarakatnya. Selain itu pemanfaatan koridor pejalan kaki yang berada tepat didepan bangunan pada lokasi strategis menjadi sumber ekonomi etnis Cina di Kelurahan Babakan Pasar. Kehadiran Pasar Bogor yang beroperasi di siang hari menambah intensitas aktivitas ekonomi di dalam kawasan. Namun karena minimnya dukungan fasilitas sarana dan infrastruktur secara kesulurah, membuat kawasan ini terlihat kontras antara siang dan malam hari.

(38)

b. Jalan Roda pasar tradisional dan kawasan permukiman padat

Dengan potensi yang ada diperlukan kegiatan berciri khas karakter Pecinan yang berpotensi meningkatkan kegiatan ekonomi. Kegiatan peningkatan vitality

dari sektor ekonomi ini juga diharapkan menjadi suatu daya tarik pengunjung ke kawasan Pecinan di Kelurahan Babakan Pasar.

Aspek Sosial

Kondisi sosial penduduk diidentifikasi melalui wawancara terhadap divisi sosial di kelurahan Babakan Pasar dan Ketua RT di dalam kawasan permukiman padat. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Tionghoa melakukan interaksi dalam dua konteks, yaitu hubungan sosial dikalangan etnis Tionghoa (intern) dan hubungan sosial etnis Tionghoa dengan komunitas luar yang majemuk (extern).

Perilaku keteritorialan

Perilaku keteritorialan penduduk yaitu penandaan wilayah dan pertahanan terhadap gangguan termasuk dalam aspek sosial. Penandaan wilayah ditunjukkan dengan pagar, batas halaman, dan gapura kelurahan. Perilaku keteritorialan ini menjadi bentuk identitas masyarakat di dalam kawasan penelitian. Dalam suatu komunitas memiliki suatu sistem pertahanan untuk menghadapi gangguan dari luar. Sistem pertahanan masyarakat yaitu kegiatan sistem keamanan lingkungan dengan petugas hansip dan pos siskamling di dalam kawasan. Pada lokasi penelitian ditemukan bentuk pertahanan lainnya dalam unit lingkungan ketetanggan berupa pagar dan halaman rumah. Bentuk pertahanan lainnya diidentifikasi di dalam gedung Vihara, yaitu pengunjung dilarang masuk selain untuk beribadah. Namun, khusus untuk kegiatan perayaan Imlek, pengunjung dengan bebas keluar masuk walaupun tidak untuk beribadah.

Aspek Budaya

Pada aspek kebudayaan, diketahui bahwa terdapat akulturasi Budaya Cina dan Budaya lain di lokasi penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, akulturasi budaya Cina dan kaum pribumi di Kota Bogor dapat dilihat dari indikasi tersebut:

-Bahasa

(39)

Gambar 10 Kios kuliner khas masakan etnis Tionghoa Sumber : Survei lapang (2014)

-Kesenian

Jika dibandingkan dengan etnis Cina di Jawa, dalam bentuk kesenian di Pecinan Makassar tidak terlalu terlihat terjadinya perpaduan dua budaya. Kegiatan kesenian di kawasan Pecinan Bogor menjadi suatu hal yang mendapat perhatian berupa kegiatan ritual keagamaan dan hiburan bagi masyarakat. Salah satu bentuk kesenian yang biasanya ditampilkan di Klenteng pada Kelurahan Babakan Pasar yaitu atraksi barongsai, leong-leong yang sering dilakukan oleh masyarakat Cina pada rangkaian kegiatan etnis Cina pada hari-hari perayaan tertentu (Gambar 11). Ritual mengelilingi setiap Vihara di pusat Kota Bogor dimulai dari Vihara Dhanagun yang berada di lokasi penelitian. Jalan Suryakencana menjadi salah satu rute kegiatan ritual keagamaan ini yang berlangsung pada pukul 08.00 WIB dan berakhir di Vihara Dhanagun pada pukul 19.00-24.00 WIB.

Gambar 11 Kegiatan ritual perayaan hari raya imlek 2013 di Jalan Surya Kencana Sumber: Survei Lapang (2014)

-Sistem Kepercayaan (Religi)

(40)

(a) (b)

Gambar 12 (a) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Bogor, Jawa Barat, sekitar 1920-1930 (b) Klenteng Dhanagun di kawasan pecinan Suryakencana Sumber : (a)Wikimedia Commons/Tropenmuseum (2014) dan (b)Survei lapang (2014)

- Sistem Pengetahuan

Kebudayaan Sungai Kuning (Cina) termasuk salah satu kebudayaan yang mempunyai peradaban tertinggi di dunia. Buktinya bahwa hasil kebudayaannya tetap berkelanjutan bahkan diwarisi hingga sekarang. Cina telah membawa pengetahuan dan teknologi seperti teknologi metalurgi (pengolahan logam dan besi), bahkan, bangsa Cina membawa bibit-bibit tanaman seperti teh, tembakau, dan kacang hijau atau tauge. Implikasi lanjutannya, pengetahuan dan pengolahan makanan berkembang sehingga kita semakin mengenal variasi kuliner yang kaya sampai kini. Perwujudan di Pecinan Bogor yang relatif sama di tempat lain pada umumnya dapat dilihat dengan adanya praktek tabib beserta toko dan ramuan khas Cina di Jalan Surya Kencana. Berdasarkan kondisi eksisting, dapat disimpulkan bahwa terdapat keberagaman budaya yang tetap eksis di Pecinan namun belum diimbangi ketersediaan wadah untuk menampung kegiatan baik yang bersifat rutin dan insidentil.

Berdasarkan hasil wawancara dan survei langsung, setiap tahunnya pelaksanaan perayaan Hari Raya Imlek bagi etnis tionghoa dilakukan di Klenteng Jalan Suryakencana ini. Aktivitasnya berupa rute ritual mengelilingi setiap klenteng di kota Bogor salah yang satunya berada di Jalan Suryakencana. Aktivitas yang dilakukan sejak pagi hingga malam hari ini sangat menarik pengunjung terutama masyarakat sekitar dan beberapa turis. Kegiatan ini tidak memiliki restriksi karena hanya diikuti oleh etnis tionghoa tetapi juga dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat kota Bogor.

Inventarisasi Prasarana Lingkungan Jaringan Jalan

Pada lokasi penelitian terdapat jalan kolektor dan jalan lingkungan. Lokasi penelitian dibatasi oleh jalan kolektor yaitu Jalan Otto Iskandar Dinata disebelah utara. Sedangkan disebelah barat dibatasi oleh jalan yaitu Jalan Suryakencana.

(41)

perkerasan berupa aspal dengan tipe konstruksi hotmix. Perkerasan berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan 10-20 km/jam. Angkutan berat sering melintas di jalan ini. Trotoar di sebelah kiri dan kanan jalan selebar 1,5 m, jenis trotoar berupa ubin/keramik dan kondisinya baik. Saluran di kiri dan kanan jalan selebar 1 m, jenis nya berupa batu kali dan kondisinya sedang.

Jalan Roda termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Bogor Tengah. Panjang Jalan Roda yang membatasi lokasi studi adalah 879 m. Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini memiliki 2 lajur jalan dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur lalu lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk.

Jalan Suryakencana termasuk kedalam wilayah administrasi Kecamatan Bogor Tengah. Panjang Jalan Suryakencana yang membatasi lokasi studi adalah 900 m. Berdasarkan Data Inventarisasi Jalan Kota Bogor tahun 2005, jalan ini memiliki 3 lajur dengan 1 arah, lebar Daerah Milik Jalan (DAMIJA) 9 m dan jalur lalu lintas 8 m. Kondisi perkerasan baik, jenis perkerasan berupa aspal dengan tipe konstruksi hotmix. Perkerasan tidak berlubang, dapat dilalui kendaraan dengan kecepatan 40-60 km/jam. Jalan ini tidak dilewati angkutan berat, tidak terdapat trotoar dan saluran drainase di sebelah kiri dan kanan jalan kondisi buruk.

Jalan lingkungan dalam permukiman hanya dapat dilalui oleh pengendara roda dua dan pejalan kaki. Secara umum lebar jalan lingkungan sangat sempit yaitu sekitar ± 1,2m karena ruang yang tersedia telah digunakan untuk area permukiman penduduk.

Pola sirkulasi pada jalan lingkungan dalam permukiman ini membentuk

cul-de-sac yang hanya memiliki satu arus masuk dan keluar pada setiap lingkungan rumah tangganya. Sedangkan pada sekitar Jalan Suryakencana memiliki pola linier (Gambar 13).

Gambar 13 Jalan lingkungan di lokasi penelitian Sumber: Survei lapang (2014)

Drainase

(42)

warung makan. Drainase tertutup dominan terletak di seluruh sisi permukiman. Drainase ini sebagian besar digunakan sebagai saluran pembuangan limbah dari permukiman, toilet, dan mushola.

(a) (b)

Gambar 14 Tipe drainase tertutup di lokasi penelitian: (a) Drainase di Pasar Bogor (b)Drainase di permukiman

Sumber: Survei lapang (2014)

Persampahan

(43)

Sarana Lingkungan

Lokasi penelitian adalah salah satu pusat perdagangan di Kota Bogor. Pasar Bogor dan sepanjang Jalan Suryakencana merupakan tempat dengan intensitas perdagangan yang tinggi. Hampir keseluruhan bangunan merupakan sarana perniagaan seperti warung, toko, dan Ruko (Rumah Toko). Sarana pendidikan merupakan fasilitas penunjang dalam suatu permukiman. Pada lokasi penelitian terdapat 1 Sekolah Dasar, 1 Taman Kanak-Kanak dan 1 TPA (Gambar 4). Sekolah Dasar yaitu SD Roda yang berada di pinggir jalan Roda. TK Al-Mukhlisin berada di bantaran sungai Ciliwung. TPA Al-Kharyah berada di tengah-tengah permukiman padat. Sarana pelayanan umum pada lokasi penelitian yaitu 1 unit administrasi pemerintahan berupa Kantor Kelurahan Babakan Pasar dan 1 unit Kantor Bank Cabang Pembantu. Sarana RTH pada lokasi penelitian sangat rendah, tetapi terdapat ruang terbuka yang berpotensi menjadi RTH (Gambar 15). Bentuk ruang terbuka di lokasi penelitian berupa lapangan sebanyak 2 lapangan olahraga masing-masing dengan luas sekitar 167 m2 dan 240 m2. Penduduk biasanya menggunakan lapangan ini untuk olahraga seperti badminton dan voli. Mayoritas pengguna adalah anak-anak dan remaja. Lapangan digunakan sebagai tempat berkumpul penduduk terutama usia remaja pada sore dan malam hari. Pada siang hari, lapangan digunakan sebagai tempat untuk menjemur. Intensitas penggunaan lapangan olahraga lebih tinggi pada pagi dan sore hari terutama hari libur. Sarana peribadatan di lokasi penelitian yaitu mesjid, gereja dan vihara. Di lokasi studi terdapat 1 unit mesjid, 1 unit gereja dan 1 unit vihara.

Gambar 15 Lapangan olahraga di lokasi penelitian Sumber: Survei lapang (2014)

Utilitas Air Bersih

(44)

air dari pompa tidak digunakan untuk air minum, Air dari pompa digunakan untuk mandi, cuci dan lain-lain. Penduduk memanfaatkan air dari sumur gali untuk mandi, cuci dan wudhu. Selama pengamatan di lapang, masih terdapat masyarakat yang menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci.

Analisis dan Sintesis

Analisis Penilaian Kriteria Revitalisasi Kawasan

Analisis penilaian kriteria revitalisasi dilakukan berdasarkan Pedoman Teknis Revitalisasi Kawasan yang terdapat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010 dengan beberapa modifikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian. Penilaian terdiri dari dua tahap, yaitu (1) menentukan kriteria pemilihan lokasi dan (2) penilaian pemilihan lokasi. Tahap pertama terdiri dari dua kelompok tahap penilaian, yaitu (1) penilaian variabel utama yang harus dipenuhi suatu lokasi revitalisasi dan (2) penilaian variabel tambahan. Variabel utama yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010, yaitu (a) vitality ekonomi dan degradasi lingkungan dan (b) nilai lokasi, dan (c) komitmen Pemda. Sementara itu, variabel tambahan yang terdiri dari (a) kawasan masuk di Kawasan Strategis Menurut UU Tata Ruang, (b) kepemilikan tanah (land tenure) di kawasan, dan (3) kepadatan fisik dipilih seluruhnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 18/PRT/M/2010, kondisi

vitality kawasan dan degradasi lingkungan dapat diukur dari segi penurunan produktivitas ekonomi (Tabel 17) dan degradasi lingkungan (Tabel 18) di bawah ini,

Tabel 17 Nilai lokasi penelitian berdasarkan penurunan produktivitas ekonomi

No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai

Nilai total x Indeks 15.54% Keterangan: aIndeks 2.22%

(45)

ini memperoleh densitas penduduk sebesar 252 jiwa/ha. Selanjutnya, potensi dan permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai total 1A dikalikan indeks 2.22% dan dikategorikan menjadi:

1) Nilai < 8.9% = Rendah

2) Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang

3) Nilai > 15.6% = Tinggi

Sementara itu, untuk penilaian degradasi lingkungan berdasarkan kondisi tingkat pelayanan prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan budaya yang meliputi:

Tabel 18 Nilai lokasi penelitian berdasarkan degradasi lingkungan

No Variabel Parameter (P) dan Skor (S) Nilai

Nilai total x Indeks 20,75% a

Indeks 0.83%

(46)

permukiman dapat diakses mobil pemadam kebakaran. Berdasarkan pengamatan di permukiman ini, jalan yang digunakan berukuran 1-2 m dan dengan lebar ini jalan di permukiman ini tidak dapat mengakomodasi aksesibilitas mobil pemadam kebakaran. Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001, standar pelayanan minimal untuk sanitasi di lingkungan permukiman yaitu 80-90% penduduk untuk daerah dengan kepadatan > 300 jiwa/ha dengan tingkat pelayanan maksimal 120.000 jiwa, IPLT sistem kolam dengan debit 50 m3/hari. Pada lokasi permukiman, pelayanan ini belum terpenuhi. Menurut keputusan menteri permukiman dan prasarana wilayah No. 534/KPTS/M/2001, penanganan sampah pada lokasi dilakukan secara individual untuk diambil pemulung, tempat kapasitas perwadahan tersedia, pengumpulan dan pengangkutan sampah dilakukan secara reguler. Oleh sebab itu, Potensi dan permasalahan degradasi lingkungan dihitung dari nilai total 1B dikalikan indeks 0.83% dan dikategorikan menjadi:

1) Nilai < 8.3% = Rendah

2) Nilai > 8.3 s.d < 14.9% = Sedang

3) Nilai > 14.9% = Tinggi

2. Nilai Lokasi

Penilaian terhadap nilai lokasi kawasan berdasarkan fungsi strategis kawasan terhadap variabel fungsi ekonomi, nilai jual lahan (terhadap sekitarnya/radius 1 km), dan pencapaian kawasan dari pusat kota (Tabel 19). Tabel 19 Nilai lokasi penelitian berdasarkan fungsi strategis terhadap variabel

fungsi ekonomi

Susah diakses 1 Memiliki akses

Nilai total x Indeks 19.98% a

Indeks 2.22 %

Potensi dan permasalahan penurunan produktivitas ekonomi dihitung dari nilai total dikalikan indeks 2,22% dan dikategorikan menjadi:

1. Nilai < 8.9% = Rendah

2. Nilai > 8.9 s.d < 15.6% = Sedang

3. Nilai > 15.6% = Tinggi

3. Komitmen Pemerintah Daerah (Pemda)

(47)

(regulasi) dari Pemda. Namun dalam penelitian ini, hanya digunakan dua aspek, yaitu sharing investasi/kerjasama pendanaan dan pengaturan (regulasi) dari Pemda (Tabel 20).

Tabel 20 Nilai lokasi penelitian berdasarkan komitmen Pemda

a

Jawaban Ya Nilai = 1; bJawaban Tidak Nilai = 0; cIndeks 0.063%

Penjumlahan nilai total 1+2 dikali indeks masing-masing dikategorikan menjadi : 1. Nilai < 5% = Rendah

2. Nilai > 5 s.d < 12.5% = Sedang

3. Nilai > 12.5% = Tinggi

b. Tahap II

Penilaian tahap II berisi variabel tambahan dalam pemilihan lokasi. Penilaian terhadap variabel-variabel tambahan ditujukan untuk mengetahui (4) keberadaan kawasan apakah masuk dalam kawasan strategis menurut UU Tata Ruang, (5) kondisi kepemilikan tanah dan (6) kepadatan fisik, seperti yang diterangkan dalam penjelasan berikut.

1. Kawasan Masuk di Kawasan Strategis menurut UU Penataan Ruang

Penilaian kawasan kedalam kawasan strategis berdasarkan UU No.26/2008 tentang Penataan Ruang berdasarkan variabel kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi, dan kawasan strategis kabupaten/kota (Tabel 21).

Tabel 21 Nilai lokasi penelitian masuk di kawasan strategis menurut UU No. 26 Tahun 2008

Kawasan masuk di salah satu kawasan strategis di bawah ini: Kawasan strategis Nasional (UU No.26/2008)

Yaa Tidakb Nilai

A Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Tidak 0

B Kawasan Strategis Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Tidak 0

No Aspek Yaa Tidakb Nilai

1 Sharing investasi (financing)

a. Tidak terpaku APBN, berinisiatif menggalang dana dari Tk I dan Tk II

1 1

a. Regulasi dokumen perencanaan Penyusunan Rencana Kerja (PRK) diperkuat dengan SK Kepala Daerah/Perda

1 1

b. Regulasi pengelolaan kawasan 1 1

1) Traffic system management 1 1

2) Insentif (pajak, KLB, KDB) & disinsentif

Gambar

Tabel 8 Kepadatan penduduk Kecamatan Bogor Tengah
Gambar 5 Peta tata guna lahan lanskap permukiman padat penduduk
Tabel 12 Data curah hujan rata-rata (mm/bulan)
Gambar 9 Warung sederhana yang berada di depan rumah penduduk Sumber: Survei lapang (2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

1.. Pada saat ini Rumah Sakit Islam Klaten melakukan pengolahan data kepegawaian dengan menggunakan Microsoft Office Word dan Excel. Hal tersebut menyulitkan

Mahasiswa Tentang Investasi Terhadap Minat Investasi Saham di Pasar Modal Syariah (Studi Kasus Pada Mahasiswa Angkatan 2015 Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Dan

Ratio ( DAR), dan Net Profit Margin (NPM) secara simultan terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Subsektor Pertambangan Batu Bara Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

penelitian yang mempunyai harapan berprestasi yang rendah terhadap anak Slow Leamer atau dengan kata lain sebagian besar subyek (baik ibu kelompok srujana maupun bukan

Oleh itu, PUSKESMAS dilihat mempunyai peranan yang penting iaitu memenuhi permintaan jagaan kesihatan primer ( primary health care ) untuk mencapai Visi Indonesia

Mengenai hal ini, Alkitab mencatat bahwa “langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada

Gubernur Provinsi Sumatera Selatan masa bakti 2013-2018 menegaskan arah pembangunan untuk: (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi pertumbuhan yang seimbang baik dari