• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Humanisme : Rela berkorban

Tabel 4. 11 Nilai Humanisme : Rela berkorban Tanda (Sign)

02:17:37

Qualisign pada gambar ini adalah warna merah dan membiru menunjukan tanda bahwa adanya darah yang keluar dari bagian tubuh Pawan dan kualitas para polisi yang menjalankan tugas dari atasanya.

Sinsign pada gambar ini adalah sebuah upaya menyelamatkan Sahida hingga mempertaruhkan nyawanya.

Legisign pada gambar ini adalah rasa cinta kepada seseorang bisa membuat seseorang rela mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan nya.

Objek Interpretan Teknik pengambilan gambar ini adalah

Medium close up dan long shoot yang memperlihatkan situasi mencekam, Ikon dari gambar diatas adalah Pawan yang sedang di pukuli para polisi Pakistan.

Indeks dari gambar ini adalah faktanya sikap Pawan yang rela berkorban menyelamatkan Sahida dari tawanan polisi, tindakan tersebut dilakukan tanpa mengenal rasa takut akan bahaya sedangkan

Simbol yang terbentuk dari adegan ini adalah adanya rasa cinta yang besar sehingga rela berkorban dengan kesediaannya dan keikhlasannya walaupun menimbulkan penderitaan bagi dirinya.

Rheme pada gambar ini adalah tidak semua manusia mau berkorban demi kepentingan oranglain,

Dicent pada gambar ini adalah pada faktanya beberapa orang mampu mengorbankan dirinya demi orang yang disayangnya/ dicintainya.

Argument pada gambar ini adalah bahwa untuk mencapai suatu kemajuan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam hidup bermasyarakat, diperlukan adanya kesediaan dengan rasa ikhlas untuk memberikan sesuatu yang di miliki untuk keperluan oranglain, atau masyarakat.

Analisa :

Rela berkorban adalah sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas serta mendahulukan kepentingan orang lain dari

pada kepentingan diri sendiri. Seperti hal nya yang di lakukan Pawan yang mencerminkan nilai humanisme rela berkorban. Pawan membelakangi kepentingan dirinya sendiri dan rela mengorbankan dirinya dengan ikhlas dan tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun dan mau memberikan sebagian yang dimilikinya sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya.

4.4 Pembahasan

Penelitian dalam film “BAJRANGI BHAIJAAN” ini mengfokuskan pada tanda-tanda nilai-nilai humanisme yang ditampilkan secara visual dalam gambar – gambar yang terdapat pada film ini. Penelitian ini di lakukan dengan cara semiotic milik Charles Sanders Peirce yang dimana semiotika tersebut terdapat, Sign, Object, dan Interpretant. Teori tersebut dapat disebut juga teori segitiga semiotika yang merupakan sebuah teori yang mengupas tentang bagaimana makna muncul dari sebuah tanda, maka tanda tersebut digunakan untuk berkomunikasi. Sign atau tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera penglihatan manusia dan merupakan sesuatu yang dirujuk diluar tanda itu sendiri. Sedangkan Object adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu yang di rujuk oleh petanda. Interpretant adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkan ke suatu makna yang ada didalam benak seseorang tentang objek yang di rujuk sebuah tanda.

Sesuai hasil analisis diatas, bahwa film “BAJRANGI BHAIJAAN” terdapat nilai humanisme yang dapat terlihat dari penggunaan tanda yang berhubungan dengan bahasa verbal maupun non verbal. Hal ini dipertegas melalui tindakan

yang dilakukan oleh pemain-pemain film “BAJRANGI BHAIJAAN” dan adegan-adegan yang ditampilkan serta kata-kata yang diucapkan untuk menunjukan nilai humanisme yang terdapat dalam film “BAJRANGI BHAIJAAN”.

Menelaah dan menjelaskan tentang nilai-nilai humanisme dalam film “BAJRANGI BHAIJAAN” dapat digambarkan melalui serangkaian kegiatan yang memberikan gambaran nilai humanisme dalam film “BAJRANGI BHAIJAAN”. Hal yang menggambarkan nilai humanisme manusiawi dalam film ini terlihat pada awal pembukaan film dan akhir film yaitu ketika Pawan menolong Sahida dengan memberikannya makanan dan minuman serta tidak meninggalkan nya sendiri dan diajaknya Sahida untuk tinggal sementara di rumah ayah Rasika. Perilaku Manusiawi pun dilakukan oleh Rasika yang menyadarkan dan menasehati Pawan agar tetap menolong Sahida tanpa memandang perbedaan Agama dan kasta. Hal yang dilakukan seorang tentara dengan mengijinkan Pawan untuk melanjutkan perjalanannya mengembalikan Sahida ke pelukan ibunya. Sikap Ustad Maulana yang juga dengan ikhlas membantu Pawan tanpa mengharapkan suatu imbalan. Bahkan menghargai Pawan yang non muslim. Prilaku tersebut merupakan sebuah sifat manusiawi yang saling enghargai satu sama lain. Nilai humanisme didalamnya adalah apapun kedudukan manusia itu sama, baik agama ataupun suku, hal ini tidak mengurangi harkat dan martabat manusia itu sebagai manusia yang ditempatkan didunia itu kaitannya dengan martabat manusia.

Hal lain yang mengandung humanisme yaitu pada saat Pawan mengajak Sahida untuk berdoa di hadapan patung dewa hanuman, dan meminta maaf atas

kesalahan yang telah mereka lakukan, melakukan sebuah ritual ibadah dengan duduk bersila dan menepuk sebuah tangan didada dan kepala tegak memandang patung Dewa Hanuman merupakan sebuah keyakinan orang Hindu yang merupakan sebuah budaya hidup yang diyakini untuk mendapatkan ke ridhoan serta ke berkahan Tuhan. Keyakinan ini diyakini sebagai sikap menghargai hidup yang termaksud dalam prilaku yang mencerminkan humanisme. Karena berbuda itu sendiri merupakan perwujudan akal budi manusia sehingga mendatangkan kebaikan pada dirinya sendiri maupun lingkungannya.

Prilaku yang mencerminkan nilai humanisme berbudaya pun dilakukan pada saat Pawan mengucapkan “ Terimakasih” dan “Jai Sri Ram, ucapan terimakasih yang diutarakan oleh Pawan kepada ustad Maulana merupakan budaya yang ditunjukan untuk menghormati dan menghargai bantuan orang lain sehingga orang yang membantu merasa bantuan nya tidaklah sia-sia.

Hal lain yang mengandung nilai humanisme berikutnya yaitu ketika Pawan dan Rasika merelakan uang simpanan nya untuk membeli rumah yang merupakan salah satu syarat dari bapak mertua nya untuk bisa menikahi Rasika tetapi justru mereka gunakan untuk kepentingan Sahida karena dirasa Sahida lebih membutuhkan. Serta tindakan yang di lakukan Pawan ketika melewati perbatasan India-Pakistan dengan melewati jalur illegal tanpa Visa yang mengancam keselamatan dirinya dari tentara Pakistan. Serta tindakan yang Pawan lakukan disaat-saat hampir sampai nya di lokasi tempat Sahida dan keluarganya tinggal namun dipertengahan jalan mobil bus yang ditumpanginya berhenti karena razia, Pawan yang sudah menjadi tawanan pihak kepolisian Pakistan karena di kira

mata-mata India serta konflik kedua Negara India-Pakistan yang memang saling bermusuhan membuat jalan Pawan mengantarkan Sahida kembali kekeluarganya di Pakistan menjadi semakin sulit. Pada saat itu pawan memiliki strategi untuk menyerahkan diri agar Wartawan Chan bisa membawa Sahida pergi dan mengantarnya ke tempat dimana keluarganya Sahida tinggal yang kebetulan sudah dekat. Tindakan-tindakan tersebut menunjukan prilaku humanisme rela berkorban walaupun dalam keadaan tersebut mengancam keselamatan jiwanya sendiri namun Pawan dengan ikhlas menolong Sahida agar Sahida Bahagia walaupun menimbulkan penderitaan untuk dirinya.

Hal lain yang mengandung nilai humanisme berikutnya yaitu ketika dalam perjalanan mengantarkan Sahida, Pawan yang dibawa wartawan Chan ke sebuah masjid tanpa sadar ketika pagi tiba ia mendapati dirinya berada didalam sebuah Mesjid yang kemudian dia kaget dan berlari keluar karena merasa tempat itu adalah tempat ibadah orang Islam. Lalu dia hanya duduk didepan masjid yang kemudian Ustad Maulan datang dan menegornya dan menyuruhnya untuk masuk kemudian berkata “ masjid ini terbuka untuk semua orang, maka dari itu kami tidak pernah mengunci nya” pernyataan Ustad Maulana merupakan perwujudan dari toleransi agama saling menghargai kepercayaan sesama dan sikap tersebut merupakan sebuah nilai humanisme egaliner atau kesetaraan yang menjadi sebuah prilaku yang mencerminkan humanisme. Penggambaran nilai humanisme egaliner berikutnya yaitu ketika Rasika menyadarkan pawan karena Pawan mengetahui bahwa Sahida adalah muslim yang kemudian ia merasa ditipu gadis kecil itu,

Rasika menyadarkan nya dengan menasehatinya bahwa menolong orang lain yang kesusahan tidak perlu memandang ia jahat atau baik , ia muslim atau non muslim . Dialog tersebut menggambarkan bagaimana nilai kesetaraan (egaliner) itu terwujud, dengan memperlihatkan hak dan kewajiban makhluk ciptaan Tuhan itu sama.

Nilai humanisme berikutnya yaitu halus yang digambarkan oleh prilaku Pawan kepada Sahida dengan memeluknya dan memperlakukannya selayaknya anak kandungnya sendiri. Nilai humanisme halus berikutnya digambarkan oleh ibunda Sahida yang dengan rasa penuh kasihsayang terhadap anaknya (sahida) dia memeluk anaknya dengan perasaan haru. Tindakan memeluk anaknya dilakukan karena Ibunda Sahida merasa haru setelah melihat anaknya kembali setelah sekian lama menghilang. Sifat lemah lembut, sopan, dan juga beradab merupakan nilai dan norma kehidupan yang menjadi wujud keharmonisan

Dokumen terkait