HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3 Nilai Kepadatan dan Kepadatan Relatif Amfibi
Nilai Kepadatan (K) dan Kepadatan Relatif (KR) Amfibi di lokasi penelitian dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 4.3 Nilai Kepadatan (Ind/ha) dan Kepadatan Relatif (%) Amfibi
No Spesies Lokasi 1 Lokasi 2
K KR (%) K KR(%) 1 Bufo asper 2,78 1,26 5,33 3,19 2 Bufo divergens 6,67 3,03 0,00 0,00 3 Bufo juxtasper 14,45 6,57 13,0 7,78 4 Bufo melanostictus 5,56 2,52 17,67 10,58 5 Leptophryne borbonica 0,00 0,00 0,67 0,39 6 Pelophryne signata 1,11 0,51 0,00 0,00 7 Limnonectes blythii 13,34 6,06 18,67 11,18 8 Limnonectes kuhlii 25,56 11,62 5,67 3,39 9 Megophrys nasuta 2,78 1,26 0,00 0,00 10 Microhyla heymonsi 2,78 1,26 16,67 9,98 11 Microhyla berdmorei 2,78 1,26 0,00 0,00 12 Huia sumatrana 3,89 1,77 0,00 0,00 13 Rana chalconota 16,67 7,58 26,67 15,97 14 Rana debussyi 7,78 3,53 1,33 0,79 15 Rana erithraea 0,00 0,00 16,67 9,98 16 Rana glandulosa 1,11 0,51 0,00 0,00 17 Rana hosii 7,23 3,28 19,33 11,58 18 Nyctixalus pictus 30,56 13,89 0,00 0,00 19 Polypedates leucomystax 36,11 16,41 25,0 14,97 20 Rhacophorus cyanopuntatus 0,00 0,00 0,33 0,19 21 Rhacophorus dulitensis 16,67 7,58 0,00 0,00 22 Theloderma leprosum 19,45 8,84 0,00 0,00 23 Ichthyophis sp 2,78 1,26 0,00 0,00 Jumlah 220,01 100 167 100 Jumlah jenis 20 13
Keterangan : Lokasi 1 di TWA /CA Sibolangit dan lokasi 2 di Desa Sembahe.
Dari hasil penelitian didapatkan nilai Kepadatan (K) dan Kepadatan Relatif (KR) amfibi di TWA/CA Sibolangit dan Desa Sembahe pada setiap jenis cukup bervariasi. Secara umum kepadatan di TWA/CA Sibolangit mempunyai nilai K lebih tinggi dibanding Desa Sembahe yang mana perbandingan kepadatannya adalah 220,01 : 117,33 individu amfibi per ha.
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa secara keseluruhan nilai kepadatan dan jumlah jenis amfibi lebih banyak didapatkan di hutan TWA/CA Sibolangit (220,01 ind/ha dan terdiri dari 20 spesies) daripada di Desa Sembahe (167 ind/ha dan terdiri dari 13 spesies). Banyaknya jumlah individu dan jumlah jenis amfibi didapatkan pada hutan TWA/CA Sibolangit disebabkan kondisi lingkungan di daerah ini tergolong baik dan dapat mendukung kehidupannya, seperti kelembaban udara yang tinggi, yaitu berkisar antara 85– 95 %, dan suhu udara, air dan tanah berkisar antara 15–22 ºC, serta banyaknya ketersediaan sumberdaya makanan.
Nilai Kepadatan spesies yang paling banyak ditemuka n di TWA/CA Sibolangit yaitu dari spesies Polypedates leucomystax sebanyak 36,11 ind/ha, sedangkan spesies paling sedikit didapatkan adalah Pelophryne signata (1,11 ind/ha) dan Rana glandulosa (1,11 ind/ha). Tingginya kepadatan Polypedates leucomystax di TWA/CA Sibolangit disebabkan kondisi lingkungan di daerah ini sangat mendukung untuk kehidupan dan pekembangbiakannya. Banyaknya spesies Polypedates leucomystax pada saat penelitian disebabkan oleh sifat hidup spesies ini dapat hidup dekat dengan pemukiman manusia. Lokasi penelitian ini sangat mendukung reproduksinya seperti umumnya genangan air untuk melakukan aktivitas hidup dan berbiak. Di TWA/CA Sibolangit digolongkan memiliki genangan air yang sering dijadikan tempat berbiak karena umumnya di samping genangan tersebut memiliki tumbuhan yang dijadikan sebagai media meletakkan busa telur. Dari hasil pengamatan lapangan waktu penelitian terlihat bahwa spesies tersebut sedang berdekapan yang di sekitar genangan air menandakan katak tersebut sedang berbiak, dan kemudian mengeluarkan busa sebagai media bertelur yang umumnya diletakkan di helaian daun tumbuhan yang tergantung di samping genangan air. Keadaan ini sesuai dengan yang dinyatakan Mistar (2003) bahwa spesies Polypedates leucomystax selalu mendatangi kolam-kolam yang tergenang yang di sampingnya ditemukan daun pohon-pohon sebagai tempat meletakkan telur dan umumnya tidak jauh dari kawasan berhutan, dan saat bereproduksi mengeluarkan busa sebagai media bertelur yang umumnya digantungkan di helaian daun tumbuhan di samping genangan air tersebut.
Spesies yang paling sedikit dijumpai di TWA/CA Sibolangit adalah Pelophryne signata dan Megophrys nasuta. Pelophryne signata ditemukan hanya 1 individu di pinggir aliran anak sungai di lantai hutan. Spesies ini sedikit karena hutan TWA/CA Sibolangit tergolong hutan sekunder dan memiliki luasan hutan yang tidak banyak. Langkanya penemuan spesies ini dijelaskan Mistar (2003), bahwa Pelophryne signata adalah spesies katak yang jarang dijumpai dan umumnya dapat ditemukan di hutan-hutan lebat seperti di Kawasan Ekosistem Leuser. Selanjutnya, Megophrys nasuta jarang ditemukan di lokasi penelitian. Pada saat penelitian di lapangan, spesies ini menyaru di serasah daun di bawah hutan TWA/CA Sibolangit sehingga sulit ditemukan walaupun suaranya sering terdengar. Sulitnya mendapatkan spesies ini dijelaskan Iskandar (1998), bahwa Megophrys nasuta merupakan katak yang dapat dijumpai di hutan dan diam tanpa bergerak dan menyaru
secara sempurna di antara serasah dedaunan serta tidak akan bergerak jika tidak mendapat sentuhan.
Nilai Kepadatan yang paling banyak ditemukan di Desa Sembahe yaitu dari spesies Rana chalconota (26,67 ind/ha), sedangkan spesies yang paling sedikit didapatkan adalah Rhacophorus cyanopuntatus (0,33 ind/ha). Tingginya Rana chalconota disebabkan spesies ini dijumpai pada berbagai jenis habitat seperti di kolam, di rerumputan, herba di bawah hutan dan di genangan-genangan air berarus lambat. Di Desa Sembahe, sangat banyak dijumpai di genangan air di pinggir aliran sungai. Hal ini sangat sesuai dengan Mistar (2008), menjelaskan bahwa spesies ini hidup dalam hutan primer hingga ke hutan sekunder dan sering didapatkan di sekitar pemukiman dan biasanya bersuara di semak atau pohon kecil, dan sering dijumpai di kolam- kolam tepi sungai atau genangan air. Sedangkan sedikitnya perjumpaan dengan spesies Rhacophorus cyanopuntatus dikarenakan spesies katak ini masuk dalam kategori katak pohon. Katak pohon selalu hidup di sekitar hutan sedangkan di Desa Sembahe tergolong tidak memiliki hutan yang baik. Mistar (2008), menambahkan bahwa spesies ini biasanya teramati di pinggiran aliran sungai-sungai di daerah pegunungan.
Spesies Nyctixalus pictus merupakan spesies katak pohon yang memiliki nilai kepadatan yang tergolong tinggi di TWA/CA Sibolangit sedangkan di Desa Sembahe tidak ditemukan sama sekali. Spesies katak ini dijumpai di TWA/CA Sibolangit sedang berkumpul untuk melakukan aktivitas reproduksi di pinggir genangan air bersama jenis katak pohon lain yakni Rhacophorus dulitensis dan Theloderma leprosum. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan Di TWA/CA Sibolangit mendukung kehidupan dan perkembangbiakan spesies-spesies tersebut di mana TWA/CA Sibolangit memiliki hutan yang bertajuk rapat sedangkan Desa Sembahe hanya memiliki sedikit tumpukan hutan sekunder yang terpisah-pisah. Selain itu lingkungan hutan yang cocok dijadikan sebagai lokasi berbiak di genangan air permanen di dalam hutan TWA/CA Sibolangit. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Mistar (2008), bahwa katak pohon selalu hidup di dalam hutan dan semakin baik kualitas hutan memungkinkan semakin banyak spesies katak pohon yang menempatinya. Kemudian Iskandar 1998, menjelaskan bahwa katak pohon berkembang biak pada genangan air yang ada di atas tanah maupun genangan air pada celah-celah pohon.
Spesies yang cukup banyak dijumpai di Desa Sembahe namun tidak dijumpai di TWA/CA Sibolangit yakni Rana erithraea. Spesies ini dijumpai pada kolam seperti kolam ikan atau pada genangan lainnya di Desa Sembahe. Spesies ini sering dijumpai di pinggir kolam maupun bertengger di daun tumbuhan di samping kolam. Hal ini sesuai dengan penjelasan Mistar (2003), bahwa Rana erithraea sering dijumpai pada genangan danau, telaga, dan sungai besar beraliran tenang, sawah-sawah hingga ke pemukiman.
Spesies yang jumlahnya sedikit di TWA/CA Sibolangit dan tidak didapatkan di Desa Sembahe yakni Pelophryne signata. Spesies ini ditemukan hanya 1 individu di pinggir aliran anak sungai di lantai hutan. Spesies ini sedikit karena hutan TWA/CA Sibolangit tergolong hutan sekunder dan memiliki hutan yang tergolong tidak memiliki lahan yang luas. Langkanya penemuan spesies ini dijelaskan Mistar (2003), bahwa Pelophryne signata adalah spesies katak yang jarang dijumpai dan umumnya dapat ditemuka n di hutan-hutan lebat seperti di Kawasan Ekosistem Leuser.
Spesies yang sedikit dijumpai di TWA/CA Sibolangit dan tidak ditemukan di Desa Sembahe berikutnya adalah Megophrys nasuta. Pada saat penelitian di lapangan, spesies ini menyaru di serasah daun di bawah hutan TWA/CA Sibolangit sehingga sulit ditemukan walaupun suaranya sering terdengar. Sulitnya mendapatkan spesies ini dijelaskan Iskandar (1998), bahwa Megophrys nasuta merupakan katak yang dapat dijumpai di hutan dan diam tanpa bergerak dan menyaru secara sempurna di antara serasah dedaunan serta tidak akan bergerak jika tidak mendapat sentuhan.
Ichthyophis sp adalah satu-satunya spesies dari ordo Gymnophiona yang ditemukan di TWA/CA Sibolangit namun tidak dijumpai di Desa Sembahe. Pada saat penelitian spesies ini didapatkan di pinggir hutan dalam kondisi mati dan diduga terbawa arus air hujan ke pinggir hutan. Ichthyophis sp diketahui sulit dijumpai pada saat penelitian karena spesies ini berbeda habitat dengan spesies amfibi pada umumnya. Mistar (2003), menjelaskan bahwa Ichthyophis sp sangat susah ditemukan karena hidup di bawah tanah, di bawah kayu lapuk dan di sungai-sungai jernih di bawah hutan, serta akan keluar dari sarangnya jika ada banjir. Hal serupa diterangkan Iskandar (1998), bahwa spesies tersebut umumnya ditemukan jika hujan lebat membanjiri lubang-lubang tempat tinggalnya.