• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM

2. Nilai Nabawiyyat

Jumlah Nabi dan Rasul tidak dapat diketahui secara pasti, Namun yangwajib diketahui ada 25 orang yang disebutkan di dalam al-Qur‟an yakni Nabi Adam AS, Nabi Idris AS, Nabi Nuh AS, Nabi Hud AS, Nabi Sholeh AS, Nabi Ismail AS, Nabi Ishaq AS, Nabi Yahya AS, Nabi Zakariya AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Daud AS, Nabi Ayub AS, Nabi Yusuf AS, Nabi Yunus AS, Nabi Ilyas AS, Nabi Ilyasa‟ AS, Nabi Luth AS, Nabi Zulkifli AS, Nabi Syuaib AS, Nabi Harun AS, Nabi Ya‟kub AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW.

Nabi adalah manusia pilihan yang diberi wahyu untuk tidak berkewajiban menyampaikan misi atau risalahnya kepada orang lain. Sedangkan Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu untuk berkewajiban menyampaikan misi atau risalahnya kepada umatnya.

Sebagai seorang manusia pilihan Allah SWT, tentulah harus memiliki sifat-sifat yang mendukung agar terlaksananya tugaskenabian dan keRasulan. Sehingga Nabi dan Rasul pun memiliki sifatyang harus ada dalam dirinya (sifat wajib), serta sifat yang tidakmungkin dimiliki

(sifat mustahil), dan sifat yang boleh dimiliki nya(sifat jaiz).

Adapun sifat-sifat yang wajib bagi Nabi dan Rasul ada empat:

74

Wajib bagi seorang Nabi dan Rasulmemiliki sifat sidiq yang berarti jujur yaitu bahwa semua berita yang disampaikan oleh para Rasul adalah sesuai dengan kenyataan (perintah Allah SWT dan fitrah manusia), meskipun itu berasal dari keyakinan para Rasul itu sendiri. Adapun lawan dari sifat sidiq adalah kizib yang artinya berbohong/dusta.

b. Amanah, seorang Rasul akan selalu menjaga dan melaksanakan

amanah yang telah ia terima, kapan dan di manapun.

Wajib bagi setiap Nabi dan Rasul mempunyai sifat amanah

(dapat dipercaya), yaitu menjaga anggota lahir dan batin mereka agar tidak menjalani hal-hal yang dilarang (meskipun larangan tersebut berupa hal yang makruh). Mereka terjaga dari semua perbuatan maksiat, baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Yang bersifat lahiriah misalnya seperti: perbuatan zina, minum khamer, judi, berbohong dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat batiniah seperti: dengki, sombong, riya dan lain sebagainya. Adapun lawan dari sifat amanah adalah kiyanah (tidak dapat dipercaya).

c. Tabligh, wahyu yang diberikan Allah pasti akan disampaikan tanpa

ada yang disembunyikan.

Wajib bagi para Nabi dan Rasulmempunyai sifat tabligh yaitu menyampaikan semua yang mereka dapat dari Allah SWT (sebagai perintah) kepada seluruh umat manusia. Kecuali pada hal-hal yang mereka diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembunyikannya

75

atau untuk memilihnya. Masing-masing dari hal tersebut maka mereka tidak wajib menyampaikan kepada umat manusia, bahkan mereka wajib menyimpan dan sama sekali tidak wajib menyampaikan kepada umat manusia terhadap hal-hal yang mana mereka diperintahkan untuk memilihnya.

Adapun lawan dari sifat tabligh adalah kitmān, yaitu menyembunyikan semua yang mereka diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyampaikan kepada seluruh umat manusia. Maka tidak mungkin seorang Rasul mempunyai sifat kitmān, karena jika mereka memiliki sifat kitmān berarti mereka menyambunyikan sesuatu dari wahyu-wahyu yang diperintahkan untuk disampaikan, maka pastilah kita diperintahkan untuk menyembunyikan (menyimpan) ilmu, sementara tidak dibenarkan kita menyembunyikan ilmu, karena orang yang menyembunyikan ilmu adalah dilaknat.

d. Fatanah, Nabi dan Rasul adalah seseorang yang dapat

menyelesaikan masalah yang paling sulit tanpa harus meninggalkan kejujuran dan kebenaran, karena memiliki kecerdasan yang tinggi, pikiran yang jernih, penuh kearifan, dan kebijaksanaan.

Adapun lawan dari sifat fatānah adalah balādah (bodoh), dalilnya apabila mereka mempunyai sifat bodoh niscaya mereka tidak akan mampu menegakkan kalimat Allah SWT untuk

76

melumpuhkan lawan. Maka tidak mungkin seorang Nabi dan Rasul mempunyai sifat bodoh.

e. Sifat Jaiz Bagi Nabi Dan Rasul

Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, tentu juga memiliki fitrah seorang manusia. Oleh sebab itu, boleh ada dalam diri Nabi dan Rasul sifat-sifat kemanusiaan yang sifat-sifat tersebut tidak akan mengurangi derajatnya yang tinggi, yakni sebagai utusan Allah Yang Maha Tinggi. Seperti makan, minum, menikah adalah sifat-sifat fitrah seorang manusia yang tidak akan mengurangi derajat kemanusiaan, inilah yang dimaksud sifat jaiz bagi Rasul.

Beriman kepada seluruh Rasul wajib bagi seorang muslim, baik Rasul yang disebutkan (dalam al-Quran dan al-Hadist) kisahnya maupun tidak. Semua Rasul membawa satu risalah yakni tauhid, Seorang muslim harus mengimani pula bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir. Tidak ada lagi nabi setelah Muhammad SAW. Walaupun mempercayai seluruh nabi tanpa terkecuali, namun

syari’atyang wajib diikuti adalah syari’at yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Karena syari’at nabi-nabi terdahulu hanyalah untuk umat mereka masing-masing, kecuali yang disyaria‟tkan kembali oleh Muhammad SAW. Syari’at Nabi Muhammad SAW adalah untuk seluruh umat manusia sampai hari kiamat nanti.

77

Mengikuti Nabi salah satu caranya dapat diketahui dengan belajar tentang siapa Nabi Muhammad SAW, keluarganya, perjuangannya sampai kepada syari’at yang dibawanya.

3. Nilai Sam’iyat

Sam’iyat merupakan perkara-perkara ghaib yang tidak dapat diketahui melainkan dengan perantaraan wahyu. Untuk mendukung ketauhidan materi tentang sam’iyat juga sangat diperlukan, sehingga masalah-masalah yang berada di luar pengalaman manusia, seperti

syafa’atRasulullah SAW, telaga Nabi Muhammad SAW, nasab-nasab

Nabi Muhammad SAW, zaman sahabat Nabi Muhammad SAW adalah yang terbaik, keutamaan keluarga Nabi Muhammad SAW.

Iman kepada yang ghaib menjadi syarat fundamental dalam islam. Keimanan ini berarti percaya seyakin-yakinnya bahwa ada hal lain di luar dunia indrawi. Keimanan seorang mukmin pada yang ghaib akan menjadi cara pandang yang membedakannya dengan orang materialis. Keyakinan terhadap hal ghaib termasuk salah satu pondasi keimanan seorang mukmin. Iman kepada yang ghaib termasuk rukun iman yang jika seseorang mengaku sebagai orang Islam namun tidak punya kepercayaan terhadap yang ghaib maka keimanan tersebut masih belum bisa dikatakan sempurna.

B. Nilai-Nilai Pendidikan TauhidIlahiyat, Nabawiyyat dan Sam’iyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari.

78

Pada pembahasan ini penulis memberikan penjelasan mengenai implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari. Dari nilai-nilai pendidikan tauhid yang dipaparkan pada pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa pendidikan tauhid adalah suatu cara penanaman nilai-nilai tauhid kepada masyarakat.

Dalam pembahasan ilmu tauhid, salah satunya meliputi perihal akidah yang diibaratkan sebagai pohon yang dapat memberikan berkah dan kebaikan serta akarnya menjalar ke dalam jiwa. Unsur-unsurnya dapat memberikan makanan, pertumbuhan dan kehidupan seperti apa yang telah diberikan oleh akidah. Akidah adalah pohon yang terus berbuah dan bisa terus dimakan setiap waktu dengan izin Tuhan (M. Shaleh, 2004:133).

Tauhid merupakan suatu energi dahsyat yang mampu menjaga diri seseorang dari kehancuran. Dengan tauhid seseorang akan melepaskan hatinya dari hal-hal keduniaan serta menanggalkan segala bentuk kekikiran dengan kesadaran bahwa segala sesuatu yang diharamkan Allah walaupun sebentar saja, ia akan tetap mendapatkan balasan sesuai apa yang dilakukannya.

Tauhid juga bisa menuntun kehidupan seseorang menjadi terarah seakan-akan dia berjalan lurus menuju kepada surga dan tauhid dijadikan benteng bagi dirinya tidak akan menyimpang melakukan keburukan ataupun yang lainnya.Menurut Shirazi (2009:78), tauhid adalah benteng Allah yang kuat. Siapa pun yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, akan terhempas dari benteng ini. Setan menculik dan menipu dirinya. Dan dia membuat

79

kesalahan yang membuat dirinya tertipu rayuan setan. Karena itulah dia jauh dari rahmat Ilahi.

Berikut ini adalah implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab

Kifayatul ‘Awamdalam kehidupan sehari-hari di antaranya sebagai berikut: 1. Nilai Ilahiyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari

Adapun implikasi nilai ilahiyat dalam kehidupan sehar-hari di antaranya:

a. Menjadikan kehidupan seorang muslim lebih terarah dalam melaksanakan segala aktivitas ibadah secara ikhlas hanya kepada Allah serta melaksanakannya sesuai dengan tata cara yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan bisa menerapkan dalam sosial secara bijak.

Apabila seseorang telah menganut akidah tauhid dalam pengertian yang sebenarnya, maka akan lahir dari dirinya berbagai aktivitas, yang kesemuanya merupakan ibadah kepada Allah, baik ibadah dalam pengertiannya yang sempit (ibadah murni) maupun pengertiannya yang luas. Ini disebabkan karena akidah tauhid merupakan satu prinsip lengkap yang menembus semua dimensi dan akal manusia (M. Quraish Shihab, 1996:38).

b. Mendorong manusia untuk selalu mensyukuri dan mengagungkan Allah SWT

Dalam menciptakan sesuatu Allah SWT pasti memiliki maksud tertentu, dan dalam ciptaannya juga pasti terdapat berbagai

80

manfaat dan kenikmatan yang tak terhitung dan tidak mampu disebutkan satu per satu. Karena hal ini menunjukkan bahwa luasnya rahmat Allah, benar-benar adanya Dia serta kebaikan-Nya terhadap makhluk-Nya.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa seluruh makhluk yang ada saat ini tidak akan terlepas dari nikmat Allah. Oleh sebab itu, Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW dan orang-orang yang mukmin untuk selalu bersyukur. Ketauhidan akan mendorong seseorang untuk bersyukur kepada Allah SWT dan rasa syukur akan menambah keimannya.

c. Memperoleh ridha-Nya, karena seorang muslim yang kokoh tauhidnya akan selalu mentaati perintah-Nya dan Nabi-Nya, dan akan selalu menjauhi larangan-Nya, selalu berbuat amar ma’ruf nahi munkar. Yang semua itu merupakan salah satu cara untuk memperoleh ridha-Nya.

d. Menjadikan seorang muslim untuk tetap konsisten dalam mengakui ke-Esaan Allah yang memiliki sifat-sifat yang sempurna dan menjadi landasan pemahaman ibadah setiap muslim terhadap kebahagiaan, kebaikan dan kesempurnaan bagi dirinya di dunia dan akhirat, karena memahami tauhid dengan pemahaman yang baik dan benar, maka itu semua memudahkan seorang muslim untuk lebih mengenal Allah dan lebih mencintai-Nya.

81

e. Menjadikan manusia semakin dekat dan merasa mendapatkan pengawasan dari Allah dan mengajarkan kepada manusia untuk bersabar dalam menjalani hidup.

Nilai-nilai ketauhidan itu sebagai upaya pengikat seseorang dengan dasar-dasar keimanan. Upaya penanaman nilai-nilai tersebut antara lain dengan mengusahakan untuk menumbuhkan kesadaran atas kekuasaan Tuhan dalam mengawasi tindakan manusia dan membalas tindakan manusia dalam keadaan apapun.

Dengan demikian, bahwa intensitas kesadaran terhadap adanya Tuhan sangat berpengaruh dalam memberi cahaya bagi perilaku sehari-hari. Semakin intens seseorang ingat kepada Tuhannya akan semakin terkendali segala perbuatannya, karena dia akan merasakan bahwa Tuhan selalu mngawasi terhadap segala amal dan perbuatan hamba-Nya.

f. Menjadikan seorang muslim untuk lebih memiliki keyakinan dan komitmen yang kokoh dalam meng-Esakan Allah serta lebih berhati-hati terhadap paham-paham yang menyimpang dari hukum-hukum yang telah diciptakan Allah. Dan juga terbebas dari kesyirikan kemudian mengikuti tata cara pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan tuntutan Rasulullah SAW.

Semua yang ada di dunia ini adalah makhluk Allah SWT , mereka tidak bisa menciptakan sesuatu yang belum ada, tidak bisa memberikan kemanfaatan pada dirinya, tidak bisa memberi madharat,

82

tidak bisa menghidupkan yang mati serta tidak bisa mematikan yang hidup.

Tauhid pada dasarnya memberikan kebebasan bagi manusia dari segala bentuk penyembahan kepada selain Allah. Membebaskan akal dari bentuk-bentuk keragu-raguan. Membebaskan hati dari ketundukan dan penyerahan diri kepada makhluk dan membebaskan kehidupan dari dominasi Tuhan-Tuhan yang lain yang didapatkan dari makhluk Allah dan orang-orang yang ingkar.Banyak orang yang mengaku Islam, namun jika ditanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang bisa menjawabnya.

Di sisi lain seorang mengaku menyembah Allah SWT namun dia tidak mengenal Allah SWT yang disembahnya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah SWT, tidak tahu nama-nama Allah SWT, tidak mengetahui apa hak-hak Allah SWT yang waib dipenuhinya, tidak mengenal Nabi dan Rasulullah.

g. Mengingatkan manusia untuk selalu memikirkan ayat-ayat kauniyah. Seluruh makhluk, baik yang berbicara maupun tidak, yang hidup maupun yang mati, semuanya tunduk kepada perintah

kauniyahAllah SWT. Semua menyucikan Allah dari segala

83

h. Terbentuknya pribadi yang berjiwa tauhid dalam rangka mewujudkan manusia yang bertaqwa dan shaleh, baik shaleh dalam menjalin hubungan baik dengan Allah atau shaleh dalam sosial.

Sayid sabiq (1993:8), juga mengungkapkan “ semakin kurang tauhid seorang muslim, semakin rendah pula kadar akhlak, watak, kepribadian, serta kesiapannya menerima konsep Islam sebagai pedoman dan pegangan hidupnya. Oleh karena itu, pentingnya menanamkan akidah ke dalam jiwa, karena itu merupakan cara yang paling tepat untuk mewujudkan unsur-unsur yang baik, yang dapat melaksanakan perannya secara sempurna dalam kehidupan, dan dapat memberikan andil yang sangat besar dalam membekali jiwa dengan hal-hal yang lebih bermanfaat dan benar.

i. Mengajarkan kepada manusia untuk berbuat baik bahkan yang terbaik dalam mengabdi kepada Allah.

j. Menerima segala kehendak yang Allah berikan baik berupa takdir yang baik maupun yang buruk

Dengan demikian, nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awamini menjadikan kita sebagai pribadi yang berkeyakinan tauhid, berpikiran tauhid, dan jika bekerja juga landasannya tauhid. Manusia seperti ini diperlukan sekali di zaman kita sekarang, karena perkembangan yang begitu modern, bahkan banyak yang mulai meninggalkan ajaran keagamaan terutama ketauhidan. Tipikal manusia tauhid yang seperti ini

84

perlu diperjuangkan dan diperbanyak, karena inilah keyakinan yang sebenarnya yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Nilai Nabawiyyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari Adapun implikasi nilai nabawiyyatdalam kehidupan sehari-hari di antaranya:

a. Dapat menjadikan seorang muslim lebih bisa bersifat jujur dalam ucapan maupun perbuatannya.

b. Menumbuhkan sifat simpati dan empati maupun toleransi terhadap sesama maupun menjadikan manusia yang bersosial tinggi (Ankiyat, 2016:).

c. Menyadarkan diri akan kewajiban seorang muslim dalam wajibnya mencari ilmu dan mulianya seorang ahli ilmu, sehingga menghilangkan sifat bodoh sebagai umat Nabi.

d. Mengimani bahwa Allah menurunkan hukum melalui utusan-Nya yang sebangsa, sesuai dengan kebutuhan manusia, sehingga hukum yang diturunkan Allah dapat dilaksanakan umat manusia, sesuai yang telah dilaksanakan utusan-Nya.

e. Mengeluarkan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah tuhan manusia, dan membebaskan manusia dari belenggu penghambaan diri kepada sesame manusia menuju penghambaan diri kepada Allah.

85

f. Dapat menjelaskan kepada manuisa beberapa perkara ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal, seperti nama-nama dan sifat-sifat Allah, mengenal para malaikat, berita tentang hari akhir dan lainnya.

g. Sebagai suri tauladan yang baik bagi umat manusia, karena Allah telah membekali mereka dengan akhlak yang mulia, serta menjaga mereka dari terjerumus kepada sahwat dan syubhat.

h. Menegakkan syari’at Allah SWT serta mempraktekannya di tengah-tengah umat manusia.

3. Nilai Sam’iyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari

Adapun implikasi nilai-nilai sam’iyat dalam kehidupan sehari-harisebagai berikut:

a. Menjadikan seseorang itu senantiasa bertaqwa semata-mata karena Allah, bukan menginginkan balasan dunia dan pujian dari manusia. Sebagaimana Allah memberitahukan tentang para hamba-Nya yang memberikan makanan kepada orang lain padahal mereka sendiri menyukainya. QS. al-Insan ayat 8-9, yang berbunyi:

  

   

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan

86

b. Kuat, tegas dan tegar dalam membela kebenaran. Apa yang dijanjikan Allah untuk orang yang beriman menjadikan seseorang teguh dalam menjalankan segala perintah-Nya, menjelaskan dan mengajak kepada yang benar, menjelaskan yang batil dan memeranginya. Allah telah berfirman dalamm surat al- Anbiya‟: 57-58, yang berbunyi:

  



Demi Allah, sesungguhnya Aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. ucapan-ucapan itu diucapkan Ibrahim a.s dalam hatinya saja. Maksudnya nabi Ibrahim a.s. akan menjalankan tipu dayanya untuk menghancurkan berhala-berhala mereka, sesudah mereka meninggalkan tempat-tempat

berhala itu (Departemen Agama RI, 2005:327-328).

c. Meremehkan bentuk-bentuk penampilan duniawi (Agus Hasan, 2016:43). Hal ini merupakan pengaruh dari hati yang beriman bahwa dunia beserta kenikmatannya akan lenyap, sedangkan akhirat adalah kehidupan kekal, damai abadi selamanya. Maka tidak masuk akal memilih hal yang fana daripada yang kekal, allah berfirman dalam QS, al-Ankabut ayat 64, yang berbunyi:

    

87

Dan tiadalah kehidupan dunia Ini melainkan senda gurau dan main-main. dan Sesungguhnya akhirat Itulah yang Sebenarnya kehidupan,

kalau mereka Mengetahui.(Departemen Agama RI, 2005:405).

d. Lenyapnya kebencian dan kedengkian.

Sesungguhnya usaha mewujudkan keinginan nafsu tanpa melalui jalan yang benar menyebabkan kebencian dan kedengkian antar manusia. Sedangkan iman kepada hal sam’iyat, berupa janji-janji Allah dan ancamannya menjaddikan seseorang mau mawas diri dan mengoreksi diri sendiri dalam setiap gerak-geriknya demi mendapatkan pahala dan menjauhi siksa-Nya.

e. Iklhas beramal untuk memperoleh pahala dan menghindarkan diri dari siksa di akhirat, bukan menginginkan balasan dunia dan pujian manusia.

f. Sabar dalam menghadapi ujian dari Allah SWT g. Senantiasa mendapat ketenangan dalam hidup

h. Mendorong melakukan kebaikan dan meninggalkan larangan Allah SWT

i. Menyempurnakan keimanan seorang muslim

Keyakinan terhadap perkara-perkara sam‟iyat ini sangat penting dalam rangkaian kesatuan iman lainnya, sebab tanpa mempercayai hal tersebut sama halnya orang itu tidak mempercayai agama islam, walaupun orang itu menyatakan beriman kepada Allah. Sebagaimana yang terdapat dalam QS. An-Nisa: 59, yang berbunyi:

88

     

    

 

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama

89 BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Terdapat tiga nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri, yaitu nilai ilahiyat, meliputi sifat wajib bagi Allah, sifat mustahil bagi Allah dan sifat-sifat Jaiz bagi Allah, b. nilai nabawiyat, meliputi sifat-sifat wajib bagi Rasul, sifat-sifat mustahi bagi Rasul dan sifat-sifat Jaiz bagi Rasul, c. nilai sam’iyat, meliputi pendidikan tentang kewajiban seorang mukallaf untuk mengetahui nasab, syafa‟at, telaga, keutamaan keluarga Nabi Muhammad SAW.

Adapun implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awamdalam kehidupan sehari-hari di antaranya sebagai:bertauhid kepada Allah membangkitkan kebaikan-kebaikan, membina rasa senantiasa diawasi oleh Allah, memotivasi untuk mencari hal-hal yang luhur dan mulia. Berma‟rifat kepada para Rasul dan Nabi, mendorong manusia untuk mencontoh sifat-sifat merekadan tolong menolong dalam kebenaran dan kebaikansehingga mendorong manusia kepada kesadaran dan kewaspadaan yang sempurna. Menyakini perkara-perkara sam’iyat, dapat mendorong manusia sesuai dengan fitrahnya yaitu untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dengan demikian, akidah berpengaruh untuk membersihkan perilaku, menyucikan jiwa dan mengarahkan kepada nila-nilai yang paling luhur, di samping akidah merupakan kebenaran yang kokoh dan tidak berubah-ubah.

90 B. Saran

Sehubungan dengan pembahasan masalah dalam skripsi ini, maka penulis memandang perlu untuk menyampaikan saran-saran antara lain: 1. Masyarakat Islam perlu mamahami cara bertauhid dengan baik, serta

hak dan kewajiban sebagai orang Islam yang taat kepada Allah dan Rasulullah SAW serta ajaran-ajarannya.

2. Tauhid sangat berharga dalam pendidikan ibadah. Unsur utama yang menyatu dalam menjalankan ibadah. Maka, bagi para ahli ibadah ataupun yang masih belajar mengenai ibadah agar belajar tauhid yang sebenar-benarnya untuk beribadah.

3. Kitab Kifayatl ‘Awam adalah kitab yang menarik, bagus, dan ilmu yang dituangkan tentang dasar tauhid lengkap.

4. Skripsi ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak kekurangan. Maka dari itu, penulis berharap untuk pembaca memaklumi karena penulis bukanlah manusia yang sempurna dan semoga pembaca bisa menyempurnakannya

5. Karya sederhana ini semoga bermanfaat bagi pembaca. Semoga menjadi karya yang menginspirasi bagi kehidupan dunia dan akhirat. C. Kata Penutup

Puji syukur dengan mengucap hamdalah, penulis panjatkan atas ridho, rahmat dan pertolongan Allah SWT, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam skripsi penulis mengkaji nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri dan mencari

91

impikasinya dengan kehidupan sehari-hari, namun penulis menyadari, penelitian ini belum maksimal dan jauh dari kesempurnaan, sehingga perlu penelitian lebih lanjut yang lebih mendalam serta bermanfaat di masa depan.

Dokumen terkait