• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM AL- BAJURI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM AL- BAJURI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB

KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM

AL-BAJURI

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

NAFISSATUS SAADAH

NIM: 111-14-368

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB

KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM

AL-BAJURI

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

NAFISSATUS SAADAH

NIM: 111-14-368

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

ii Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.

Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing

Lamp. : 4 eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Saudari NafissatusSaadah

Kepada

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : Nafissatus Saadah

NIM : 111 14 368

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI

Dengan ini kami mohon kepada Bapak Dekan FTIK IAIN Salatiga agar skripsi saudari tersebut di atas segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

(5)
(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN

KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nafissatus Saadah

NIM : 111-14-368

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.

Salatiga, 28 Maret 2018 Yang menyatakan

(7)

v MOTTO

ٗثشث بفس بػ لاجمزغِ ٗٔبِضث بفسبػ ْٛى٠ ْأ ًلبؼٌا ٍٝػ

Bahwa manusia yang berakal atau berilmu harus mengikuti, menyesuaikan dengan masa-masa yang berada padanya, mau ke depan di dalam langkah dan perilakunya tetapi harus bermakrifat

yang sebenarnya kepada Ilahinya.

(8)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Solikhin dan Istiqomah yang selalu ada

dalam keadaan apapun, membantu dan mencurahkan semua usaha dan

kasih sayang serta doa untukku, memberikan segalanya untukku,

terimakasih ibu, bapak, tanpa dukungan ibu bapak saya tidak akan pernah

sampai detik ini. Sayang dan hormat serta doaku selalu untuk ibu bapak.

2. Adik-adikku yang saya sayangi, khusna Durroti Yahro, Ahmad Khafid,

Latoifatun Nida, Ahmad Alvin Bachtiar dan Sofa Abdul K, semoga kalian

selalu bisa menjadi kebanggaan ibu bapak.

3. Keluarga besarku yang telah memberikan banyak dorongan sehingga saya

terus berusaha menjadi lebih baik.

4. Sahabat-sahabatku yang saya sayangi, terimakasih atas semua dukungan

dan motivasi dari sahabat-sahabat.

5. Keluarga besar dan santri Pondok Pesantren Sunan Giri, Salatiga.

6. Teman-teman PAI angkatan 2014 yang telah menjadi teman seperjuangan

(9)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan karunia-Nya

tanpa mengenal waktu dan tempat. Dan sebagai bukti karunia tersebut adalam

terselesaikannya skripsi ini, sebagai salah satu syarat kelulusan. Rasa terima kasih

kuucapkan pada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah bersusah payah demi

tegaknya keadilan dan yang dinanti-nanti syafaatnya di akhirat. Sungguh suatu

suri teladan yang banyak dilupakan oleh manusia yang mengaku umatnya sendiri.

Penulis ucapkan syukur kepada Allah SWT, atas selesainya penulisan dan

penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab

Kifayatul Awam Karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri” sebagai tugas akhir Jurusan

Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah

berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu,

perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam

kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga

2. BapakSuwardi, M.Pd.,selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Dra. Ulfah Susilawati, M.SI, selaku pembimbing skripsi yang telah

membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk

(10)

viii

5. Bapak M. Yusuf Khumaini, S.HI., M.H., selaku pembimbing akademik.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S.I.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat

terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah

SWT.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil

penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada

umumnya. Aamiin.

Salatiga, 19 Maret 2018

Nafissatus Saadah

(11)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO ...vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... .. xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... xiv

ABSTRAKS ...xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...7

(12)

x

E. Penelitian Terdahulu ... 9

F. Kerangka Teori... 11

G. Metode Penelitian...13

H. Sistematika Penelitian ...16

BAB II BIOGRAFI SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI A. Biografi Syaikh Ibrahim al-Bajuri ...20

B. Pendidikan Syaikh Ibrahim al-Bajuri ...22

C. Karya-Karya syaikh Ibrahim al-Bajuri...25

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI DALAM KITAB KIFAYATUL ‘AWAM A. Sistematika Penulisan Kitab Kifayatul ‘Awam ...26

B. Isi Pokok Kitab Kifayatul ‘Awam 1. Pengertian Wajib, Mustahil dan Jaiz Dalam Tauhid ...30

2. Ilahiyat ...31

3. Nabawiyyat ...57

4. Sam’iyat ...60

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL ‘AWAM DAN IMPLIKASINYA DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI A. Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab Kifayatul ‘Awam 1. Nilai Ilahiyat ...67

(13)

xi

3. Nilai Sam’iyat ...77

B. Nilai-Nilai Pendidikan TauhidIlahiyat, Nabawiyyat, Sam’iyat dan

Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Nilai Ilahiyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari ...79

2. Nilai Nabawiyyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari .84

3. Nilai Sam’iyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari ...85

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ...89

B. Saran ...90

C. Kata Penutup ...91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Penunjukan Pembimbing

2. Lembar Konsultasi Skripsi

3. Daftar Riwayat Hidup

(15)

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Berdasarkam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

Huruf Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

ا

alif Tidak dilambangkan Tidak di lambangkan

(16)

xiv

م

mim M Em

ن

Nun N En

و

wawu W We

Ha‟ H Ha

ء

hamzah , Apostrof

ي

Ya‟ Y Ye

Konsonan angkap karena syaddah di tulis rangkap

ةّدع

Di tulis „iddah

A. Ta’ Marbuttah

1. Bila dimatikan di tulis h

خج٘ Di tulis Hibah

خ٠ ضع Di tulis Jizyah

(ketentuan ini tidak di berlakukan terhadap kata – kata arab yang sudah teresap kedalam bahas indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya,kecuali di

kendaki lafal aslinya).

Bila di mikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah,maka di tuli

dengan h.

ءايلولأا ةمارك

Ditulis karāmah al-auliyā’

B. Vokal Pendek

Kasrah Ditulis a

(17)

xv

Dammah Ditulis u

C. Vokal Panjang

fatḥah+alif Ditulis Ā

ةيلﻫاج

Ditulis jāhiliyyah

fatḥah+ya‟ mati Ditulis Ā

ىعسي

Ditulis yas` ā

Kasrah+ ya‟ mati Ditulis Ī

يمرك

Ditulis Karīm

ḍammah+wawu mati Ditulis Ū

ضورف

Ditulis furūḍ

D. Vokal Rangkap

fatḥah+ya‟ mati Ditulis Ai

مكنيب

Ditulis bainakum

fatḥah+wawu mati Ditulis Au

(18)

xvi ABSTRAK

Saadah, Nafissatus. 2018. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab Kifayatul

‘Awam Karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri. Skripsi, Salatiga: Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra, Ulfah Susilowati, M.SI.

Kata Kunci: Nilai-Nilai, Pendidikan, Tauhid, kitab Kifayatul Awam

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengk=aji tentang sifat-sifat Allah SWT dan Rasul-Nya dalam memahami Islam dan nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung di dalamnya. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : (1) Apa saja pemikiran Syaikh Ibrahim al-Bajuri tentang nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam? (2) Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri dalam kehidupan sehari-hari?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian menggunakan pendekatan hermeneutic, metode penelitian yang digunakan dengan jenis penelitian kepustakaan (Library research), sumber data primer adalah kitab

Kifayatul ‘Awam dan sumber sekundernya adalah terjemahan kitab Kifayatul

‘Awam, buku Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid atau Kalam, buku Risalah Tauhid karya Muhammad Abduh, buku Studi Ilmu Tauhid/Kalam karya Mulyono dan Bashori dan buku lain yang bersangkutan dan relevan. Adapun teknis analisis data menggunakan metode content analysis dengan tekhnik deduktif dan induktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pendidikan tauhid dalam kitab

Kifayatul ‘Awam sangat dibutuhkan dalam memahami Islam karena ilmu tauhid merupakan ilmu yang sangat penting didalam Islam. Sebab,ilmu tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama murni yang diturunkan oleh Allah SWT yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tanpa mengetahui ilmu tauhid, kita tidak akan menemukan tujuan hidup sebenarnya. Adapun implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid ilahiyat, nabawiyyat dan sam’iyat dalam lingkungan masyarakat

merupakan pintu menuju kesuksesan kehidupan di dunia dan akhirat, dan sebagai acuan dalam menciptakan akhlak yang baik dan pondasi untuk mencapai

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam aspek akidah.

Pondasi pendidikan dimulai dari penanaman nilai-nilai tauhid kepada anak.

„‟Syahadat” dalam azan yang diperdengarkan pada anak yang baru lahir

sebagai bukti pentingnya menanamkan tauhid semenjak dini. Tauhidpun

merupakan seruan pertama dakwah Rasul. Tauhid juga merupakan tonggak

penentu keselamatan seorang hamba di hadapan Rabb-nya kelak.

Tauhid adalah hal pokok yang sudah menjadi keharusan bagi

seseorang untuk mempelajarinya. Islam mewajibkan umat manusia dan jin

untuk menyembah hanya kepada Allah SWT dan melarang keras menyembah

selain-Nyadan menyembah objek lain bersama-Nya.

Perintah untuk menyatakan tujuan penciptaan manusia dalam Q.S.

adz- Dzariyat ayat 56, yang berbunyi:





Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka

menyembah-Ku (Departemen Agama RI, 2005:524).

Hakikatnya tauhid itu adalah dengan hanya menghamba kepada Allah

SWT, manusia dibebaskan dari perbudakan sesama makhluk dan atau

objek-objek duniawi lainnya. Menghamba kepada Allah SWT berarti menghamba

(20)

kesempurnaan-2

Nya. Sedangkan menghamba sesama makhluk berarti menyembah objek yang

sama-sama lemah dan tidak berkuasa. Tauhid, dengan demikianadalah sebuah

tuntunan rasional yang tertinggi. Sebaliknya kufr dan syirik adalah perbuatan

paling irrasional dan terbodoh melawan akal sebagai anugerah terbesar bagi

manusia (H. Agus Ahmad, 2010:41).

Perintah untuk mentauhidkan Allah SWT dan pernyataan Allah SWT

itu Esa dalam Q.S. al-Baqarah ayat 163, yang berbunyi:

















Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan

Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang (Departemen Agama RI,

2005:25).

Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara

menetapkan akidah agama dengan mempergunakan dalil naqli maupun dalil

aqli. Dengan menggunakan dalil naqli maupun aqli, seseorang akan lebih

mudah memahami dan menyakini segala bentuk penjelasan yang ada dalam

ilmu tauhid. Dapat dinamakan ilmu tauhid karena

pembahasan-pembahsannya yang paling menonjol ialah pembahasan tentang ke-Esaan

Allah SWTyang menjadi asasi agama Islam (Ash-Shiddieqy, 1990:1).

Ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang “wujudAllah SWT”, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh

disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib

dilenyapkan dari pada-Nya, juga membahas tentang Rasul-rasulAllah SWT,

(21)

3

mereka, apa yang boleh dihubungkan kepada diri mereka dan apa yang

terlarang menghubugkannya kepada mereka (Muhammad Abduh, 1979:36).

Maslikhah (2003:90), mendefinisikan ilmu tauhid sebagai ilmu yang

membahas tentang Allah SWT, sifat-sifat wajib yang ada pada-Nya, sifat-sifat

yang boleh kepada-Nya, sifat-sifat yang sama sekali harus ditiadakan

daripada-Nya, serta tentang Rasul-RasulAllah SWT untuk menetapkan

kerasulan mereka. Dapat dinamakan ilmu tauhid karena pokok

pembahasannya yang paling penting adalah menetapkan ke-Esaannya dalam

zat-Nya, dalam menerima peribadatan dari makhluk-Nya dan menyakini

Dialah tempat kembali satu satunya.

Sejalan dengan pendapat Maslikhah, menurut Fadlil (1999:1), ilmu

tauhid adalah ilmu yang membahastentang ke-Esaan Allah SWT, yang hal itu

merupakan asas agama. Ilmu tauhid merupakan pokok ilmu-ilmu agama dan

paling utama, karena objek pembahasan ilmu ini adalah zatAllah SWT, dan

para utusan-Nya, sedangkan kemulian ilmu ini menurut kemuliaan sesuatu

yang menjadi objek pembahasan.

Pokok-pokok tauhid seperti yang ditegaskan para teolog muslim

memang harus mencapai tiga aspek sekaligus yaitu pengakuan dalam hati,

penegasan secara verbal, dan perwujudan praktis dalam kehidupan (H. Agus

Ahmad, 2010:43).

Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain bagi setiap

mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan, walaupun hanya dengan

(22)

4

terperinci adalah fardhu kifayah. Apabila salah seorang umat ada yang

melaksanakannya, maka kewajiban kepada orang lain akan gugur (H.M. Fadli

Sa‟id, 1999:1).

Alasan penelitian ini bermula dari melihat akan pentingnya seorang

muslim untuk mempelajari dan memahami akidah dan tauhid di zaman yang

selalu mengalami perubahan sosial secara dinamis.Agama Islam sebagai

suatu konsep kehidupan, mempunyai landasan dan prinsip yang khas dan

spesifik dibandingkan agama-agama lain. Dalam agama Islam, prinsip

tersebutdikenal dengan istilah “akidah tauhid”.Dewasa ini, seharusnya pendidikan tauhid diterapkan tidak hanya dalam bidang akidah saja tetapi

harus disemua bidang kehidupan, dikarenakan perubahan zaman yang

semakin dinamis menyebabkan krisis keyakinan terhadap Tuhan semakin

besar. Pendidikan Tauhid inilah yang seharusnya mendasari sikap, gerak dan

pola pikir setiap muslim.

Penyimpangan dari akidah yang benar adalah sumber petaka dan

bencana. Seseorang yang tidak mempunyai akidah dan tauhid yang benar

maka akan terjerumus oleh berbagai macam keraguan dan kerancuan

pemikiran, sampai-sampai apabila mereka telah berputus asa maka mereka

pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat tidak bermoral yaitu

dengan bunuh diri. Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di

atas pondasi akidah dan tauhid yang benar akan sangat rawan terbius berbagai

macam kotoran pemikiran materialisme (segala-galanya diukur dengan

(23)

5

yang membahas ilmu agama merekapun malas karena menurut mereka hal itu

tidak bisa menghasilkan keuntungan materi.

Ketika seorang muslim telah mentauhidkan Allah SWT, dalam artian

benar-benar menyakini hanya Allah SWT yang harus disembah, maka ia akan

melahirkan keyakinan bahwa semua akan kembali kepada Allah SWT dan

segala sesuatu yang ada di alam ini adalah ciptaan Allah SWT. Sehingga

semua itu akan berdampak kepada sikap dan tingkah lakunya. Karena

bertauhid yang benar akan menuntun manusia untuk berbuat yang benar

sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kebenaran.

Namun sebaliknya, apabila seseorang tidak menyakini akan eksistensi

Tuhan dalam kehidupannya, maka ia akan melakukan

penyimpangan-penyimpangan dalam hidupnya. Di zaman yang terus berkembang ini,

semakin banyak tantangan yang harus dihadapi. Jika tidak didampingioleh

landasan agama yang kuat, terlebih akidah tauhidnya, maka manusia akan

semakin mudah terjerumus dalam perilaku negatif. Karena tidak ada

kesadaran akan prinsip-prinsip dan norma-norma agama yang harus dijunjung

tinggi. Sehingga yang muncul dalam masyarakat yang tidak memperdulikan

agama adalah mereka melakukan perilaku menyimpang, seperti

mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, seks bebas,

pemerkosaan, dan lain sebagainya, tanpa menghiraukan dosa ataupun

(24)

6

Oleh sebab itu, penulis menganalisis dan mengemukakan berbagai

macam penyebabnya ialah kurangnya keimanan dan pengetahuan tentang

bagaimana cara bertauhid yang benar pada diri mereka, jika seseorang

tersebut bertauhid dengan benar maka keimanan ituakan benar-benar

tertancap pada dirinya. Dengan demikian, niscaya ia akan

bersungguh-sungguhmenghalalkan apa yang dihalalkanAllah SWT dan mengharamkan

apa yang diharamkan-Nya.

Penulis merujuk pada kitab Kifayatul ‘Awam ini, karena di dalam

kitab tersebut membahas tentang ketauhidan yang menerapkan dasar pokok

bagi umat islam yaitu 50 akidah yang berupa 20 sifat wajib bagi Allah SWT,

20 sifat mustahil bagi Allah SWT, 1 sifat jaiz bagi Allah SWT, 4 sifat wajib

bagi Rasul, 4 sifat mustahil Rasul, serta 1 sifat jaiz bagi Rasul.

Selain itu, mengingat bahwa bahasan akidah terkhusus tauhid

merupakan sebuah ilmu yang menjadi dasar agama, akhlak dan kehidupan

personal-sosial untuk seluruh muslim, yang cukup sulit untuk dipelajari akan

tetapi juga harus tetap ditanamkan sejak dini. Oleh karena itu, penulis

merujuk pada kitab Kifayatul ‘Awam, dikarenakan kitab ini menyebutkan

dalil akidah-akidah yang 50 itu secara ijmali (global) sebelum

menyebutkannya secara tafshili (terperinci) sehingga memudahkan pembaca

untuk lebih memahami cara bertauhid dengan benar yaitu meng-Esakan Allah

SWT sebagai landasan umat islam dalam menjalankan semua ibadah.

Pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam yang sampai sekarang masih

(25)

7

pesantren Sunan Giri, Salatiga. Dari uraian di atas, penulis berusaha mengkaji

lebih mendalam tentang nilai-nilai pendidikan dalam tauhid dalam kitab

Kifayatul ‘Awam, yang didalamnya terdapat beberapa uraian tentang

pendidikan tauhid. Untuk itu, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah

skripsi yang berjudul: “Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab Kifayatul ‘Awam Karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri.Harapan penulis semoga dapat

memberikan kontribusi dan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman tentang pendidikan tauhid, terutama bagi penulis dan umumnya

bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab

Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri?

2. Bagaimana implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid ilahiyat, nabawiyyat

dan sam’iyat dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Dengan adanya rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah :

1. Memaparkan nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam

karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri.

2. Mengetahui implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid ilahiyat, nabawiyyat

(26)

8 D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua bagian

yaitu:

1. Secara teoritis

a. Untuk dapat memberikan manfaat secara teoristis, berupa

pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab

Kifayatul ‘Awamkarya Syaikh Ibrahim al-Bajuri serta sebagai

kontribusi dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang kajian

mengenal sifat-sifat Allah SWT dan Rasul-Nya.

b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai dasar

kegiatan penelitian yang akan datang.

2. Secara Praktis

a. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan serta pemahaman penulis tentang

kajian nilai pendidikan tauhid sehingga dapat dijadikan pedoman dan

dapat diterapkan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

b. Bagi Pembaca

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi

tentang nilai-nilai pendidikan terkhususnya aspek tauhid.

c. Bagi Lembaga Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

pertimbangan untuk dunia pendidikan islam terkhususnya aspek

(27)

9 E. Penelitian Terdahulu

Guna meghindari terjadinya pengulangan kajian dalam hal-hal yang

sama dalam penelitian lain, maka penulis memaparkan beberapa penelitian

sebelumnya, sebagai perbandingan terhadap penelitian ini, antara lain sebagai

berikut :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifatun Nurul Maghfiroh (2016)

“Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab Aqidatul Awam”.

Penelitian tersebut mendapatkan kesimpulan bahwa kitab

Aqidatul Awam mengandung nilai pendidikan tauhid yaitu pendidikan

keimanan di mana keimanan sendiri terdiri dari keimanan kepada Allah

SWT, kepada Malaikat, kepada kitab-kitab, kepada Rasul, kepada hari

Akhir serta keimanan kepada qadha dan qadar. Adapun signifikansi

pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari dari sifat-sifat Allah SWT

merupakan pintu menuju kesuksesan hidup di dunia maupun akhirat, dan

sebagai acuan dalam menciptakan akhlak yang baik.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Alfrida Dyah Septiyani (2017)

“Pendidikan Tauhid Telaah Kisah Ibrahim AS Q.S. al-An‟am 7: 74-83”.

Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa Q.S. al-An‟am ayat 74-83, mengandung pendidikan tauhid meliputi:

Pentingnya pendidikan tauhid, agar di dalam jiwa manusia sejak

kecil tertanam nilai-nilai tauhid dan menjadi landasan dalam kehidupan

(28)

10

Terdapat tiga tujuan pendidikan tauhid yang ditemukan penulis

dalam ayat-ayat tersebut yaitu: agar termasuk orang yang yakin, agar

mendapatkan keamanan dan petunjuk, serta agar mendapatkan derajat.

Persamaan penelitian di atas sebagai berikut: skripsi ini membahas

nilai-nilai pendidikan tauhid, metode pengumpulan data: metode dokumentasi

yaitu mencari data atau informasi mengenai hal-hal atau variabelyang berupa

catatan, transkip, terbitan pemerintah dll, menggunakan jenis penelitian

library research. Sedangkan perbedaannya terletak pada: skripsi Syarifatun

objek yang dibahas adalah nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab aqidatul

awam danteknik analisis data menggunakan metode deduktif dan metode

induktif,sedangkan skripsi Alfrida fokus penelitian pendidikan tauhid pada

Q.S.al-An‟am ayat 74-83 dan menggunakan metode analisis data: metode tahlili.

Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang diajukan penulis

adalah: skripsi ini membahas nilai-nilai pendidikan tauhid, menggunakan

metode pengumpulan data: metode dokumentasi yaitu mencari data atau

informasi mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

terbitan pemerintah dll, menggunakan jenis penelitian library research.

perbedaannya pada bagian: penelitian yang diajukan akan membahas

nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim

al-Bajuri dengan fokus penelitian sebagai berikut: deskripsi nilai-nilai

pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam, tekhnik analisis data

(29)

11

deduktif dan induktif, menggunakan pendekatan hermeneutic, dan

implikasinilai-nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari.

F. Kerangka Teori

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan kemungkinan terjadinya

salah penafsiran terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka perlu

kiranya penulis memperjelas dan membatasi uraian kajian tersebut sesuai

yang dikehendaki oleh penulis, sebagai berikut:

1. Pengertian Nilai

Istilah nilai menurut Milton Rokeach dan James Bank, adalah:

suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem

kepercayaan di mana seseorang bertindak atau menghindari suatu

tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan

(Chabib Thoha, 1996:60).

Nilai adalah sesuatu yang bersifat ideal dan tidak dapat disentuh

oleh panca indera (Sidi, 1978: 93). Maka nilai yang kita rasakan dalam

diri kita masing-masing sebagai pendorong atau prinsip-prinsip yang

menjadi penting dalam kehidupan. Dari beberapa pernyataan tersebut,

nilai adalah ukuran memilih tindakan atau tujuan tertentu.

Secara harfiah, nilai berarti sesuatu yang pantas dibela atau

diperjuangkan, sesuatu yang berharga dan demi serta terhadap nilai ini

seseorang bersedia menderita, berkorban, mempertahankan, bahkan

bersedia mati. Nilai memberikan arti dan tujuan kepada kehidupan ini,

(30)

12

memberikan arah seperti rel yang menyebabkan kereta api tetap pada

jalurnya (C. Gleeson, 1997:10).

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai dan paling benar

menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya

tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya. Secara

filosofis nilai sangat terkait dengan masalah etika, etika juga

seringdisebut dengan filsafat nilai yang mengkaji nilai-nilai moral

sebagai tolak ukurtindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek

kehidupannya. Sumber-sumber etika bisa merupakan hasil pemikiran,

adat-istiadat, tradisi, atau ideologi bahkan dari agama (Maslikhah,

2009:106).

Berdasarkan pada pendapat diatas, maka penulis dapat

menyimpulkan nilai adalah merupakan suatu hal yang bersifat penting

dan bermanfaat bagi kehidupan manusia sebagai tindakan yang menjadi

norma yang akan membimbing dan membina manusia supaya lebih baik.

2. Pendidikan Tauhid

Pendidikan dalam bahasa Arab biasa disebut dengan istilah

tarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba (Zakiah Daradjat,

2011:25).Secara terminologis, pendidikan merupakan proses perbaikan,

penguatan, dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi

manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan

(31)

13

Menurut Maslikhah (2009:130), pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

bangsa dan negara.

Dapat disimpulkan bahwa hakikatnya pendidikan adalah ikhtiar

manusia untuk membantu dan mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan fitrah (kemampuan dasar) atau potensi manusia agar

berkembang sampai titik maksimal sesuai dengan tujuan yang dicita-

citakan.

Asal makna “tauhid”, ialah meyakinkan bahwa Allah SWT adalah “satu”, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang “wujud Allah SWT”, tentang sifat-sifat yang wajib

tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang

sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya, juga

membahas tentang Rasul-rasulAllah SWT, meyakinkan kerasulan

mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka, apa yang

boleh dihubungkan kepada diri mereka dan apa yang terlarang

menghubugkannya kepada mereka (Muhammad Abduh, 1979:36).

Pendidikan tauhid adalah pengembangan ke arah keyakinan

seseorang terhadap Allah SWT. Pendidikan tauhid ini dimulai sejak lahir

(32)

14

Pendidikan tauhid sejak dini terlihat pada bayi yang baru lahir, kemudian

dikumandangkan azan oleh orang tuanya. Pendidikan tauhid mempunyai

arti suatu proses bimbingan untuk mengembangkan dan memantapkan

kemampuan manusia dalam mengenal ke-Esaan Allah SWT. Pendidikan

tauhid yang berarti membimbing atau mengembangkan potensi (fitrah)

manusia dalam mengenal Allah SWT. Menurut pendapat Chabib Thoha

(1996:62), “Supaya siswa dapat memiliki dan meningkatkan terus

-menerus nilai iman dan taqwa kepada Allah SWT Yang Maha Esa

sehingga pemilikan dan peningkatan nilai tersebut dapat menjiwai

tumbuhnya nilai kemanusiaan yang luhur.”

Jadi, pendidikan tauhid itu merupakan usaha sadar untuk mengubah

tingkah laku dan mengembangkan diri berdasarkan ajaran tauhid,

sehingga dapat menetapkan keyakinan yang berkaitan dengan ketuhanan,

kenabian dan hal yang ghaib yang akan meningkatkan secara terus

menerus nilai iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Objek pembahasan tauhid dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu

tauhid ilahiyat (bagian ilmu tauhid yang membahahas tentang

ketuhanan), tauhid nabawiyyat (bagian ilmu tauhid yang membahas

tentang kenabian), dan tauhid sam’iyat (sesuatu yang diperoleh lewat

(33)

15 3. Kifayatul ‘Awam

Adalah sebuah karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri yang disajikan

untuk memperluas jangkauan keimanan yang sudah ada di dalam dada,

dengan harapan agar keimanan tersebut bisa jadi pendorong untuk

tumbuhnya jiwa yang peka terhadap amal-amal kebaikan hingga bisa

tampil sebagai pelaku yang aktif bukan sebagai penonton yang pasif,

sekaligus juga diharapkan agar keimanan itu bisa menjadi pengendali

terhadap hal-hal negatif yang terlarang dalam pandangan syara’. Di

dalamnya menjelaskan tentang ilmu tauhid. Ilmu tauhid ini menjelaskan

tentang ke-Esaan Allah SWT dan pembuktiannya. Dalam kitab tersebut

menjelaskan sifat-sifat Allah SWT, atau yang disebut akidah lima

puluhdari penjelasan secara ijmali sampai dengan ke tafshili.

Akidah lima puluh itu terdiri dari, 20 sifat yang wajib bagi Allah

SWT, 20 sifat mustahil bagi Allah SWT, 1 sifat jaiz bagi Allah SWT,

serta 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi Rasul dan 1 sifat jaiz

bagi Rasul. Semua merupakan isi dari ajaran yang terangkum dalam kitab

Kifayatul‘Awam.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

hermeneutik. Hermeneutik biasanya dipandang sebagai suatu subdisiplin

teologi yang mencakup kajian metodologis tentang otentikasi dan

(34)

16

buku, undang-undang dan lain-lain). Metode ini berfungsi untuk

mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti

(Khoiriyah, 2013:103-104), dan menjamin tidak terjadi distorsi pesan

atau informasi antara teks, penulis dan pembacanya.

Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah

bersumber dari pustaka, dan yang dijadikan objek kajian adalah hasil

karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penulisan karya ilmiah ini terbagi menjadi dua

sumber, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Dengan mengacu pada metode penelitian, sumber pokok yang

menjadi acuan utama sebagai data penelitian karya ilmiah ini adalah

kitab Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri.

b. Data Sekunder

Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber

dataprimer, adapun data skunder dalam penulisan skipsi ini yaitu:

1) Terjemah kitab Kifayatul ‘Awam karangan H. Mujiburrahman

2) Terjemah kitab Tijan al-Darary karangan Achmad Sunarto

3) Buku Risalah Tauhid karya Muhammad Abduh

4) Buku Ilmu Tauhid karya H.M. Fadlil

(35)

17

Semua data diatas masih bersifat sementara dan masih

terusmemungkinkan untuk ditambah dari sumber-sumber data lain

yangmengandung keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian

ini dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari dan

mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yaitu kitab

Kifayatul ‘Awam karangan Syaikh Ibrahim al-Bajuri. Dan sumber data

sekunder diantaranya adalah terjemah kitab Kifayatul ‘Awam karangan

H. Mujiburrahman,terjemah kitab Tijan al-Darary karangan Achmad

Sunarto, Risalah Tauhid, serta buku-buku dan kitab relevan yang lainnya.

4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah

content analysis atau kajian isi yaitu analisis ilmiah tentang isi pesan

suatu komunikasi atau kajian isi (Lexy J. Moloeng, 2001:163). Adapun

langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisis data sebagai

berikut:

a. Menentukan arti yang langsung primer

b. Menjelaskan arti-arti yang implisit

c. Menentukan tema (Endraswara, 2004:45).

d. Teknik Penelitian Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penyusunan

(36)

18 a. Metode Deduktif

Metode deduktif adalah metode berfikir yang berdasarkan

pada pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian

yang khusus. (Hadi, 1987: 42). Metode ini digunakan penulis untuk

mengkaji data tentang sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah

SWT dan Rasul-Nya.

b. Metode Induktif

Metode Induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari

fakta-fakta peristiwa khusus dan konkret, kemudian ditarik

generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1987: 42).

Metode ini penulis gunakan untuk mengkajipendapat Syaikh

Ibrahim al-Bajuri tentang nilai-nilai pendidikan tauhid kaitannya

dengan implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan

sehari-hari.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata

implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat (Tim Redaksi

Kamus Bahasa Indonesia, 2008:548).Sedangkan kehidupan sehari

hari yang dimaksud adalah mengenai pola pikir, sikap, watak, cara

beribadah kepada Allah SWT dan gaya hidup seorang muslim

sehari-harinya. Adapun yang dimaksud dengan implikasi nilai-nilai

pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hariadalah

pengaruhterhadap pola pikir, sikap, watak, cara beribadah kepada

Allah SWT dan gaya hidup yang dirasakan ketika seseorang itu

(37)

19 H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan untuk memberikan kesan runtutnya

pembahasan dan memberikan yang penulis jabarkan dalam skripsi ini adalah

penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu

kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Yang bertujuan agar

tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN, meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, KegunaanPenelitian, Penelitian

Terdahulu, Kerangka Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika

Penulisan sebagai gambaran awal untuk memahami skripsi ini.

BAB II BIOGRAFI NASKAH, meliputi biografi pengarang kitab Kifayatul

‘Awamyaitu Syaikh Ibrahim al-Bajuri. Dalam bab ini dituangkan

riwayat hidup, riwayat pendidikan, dan karya-karya beliau,

kemudian gambaran umum isi kitab Kifayatul ‘Awam.

BAB III DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH, meliputi

Sistematika Penulisan Kitab Kifayatul ‘Awam, Isi Pokok Kitab

Kifayatul ‘Awam.

BAB IV PEMBAHASAN, meliputi AnalisisNilai-nilai Pendidikan Tauhid

dalam Kitab Kifayatul ‘Awam, Implikasi Nilai-Nilai Pendidikan

Tauhid dalam Kehidupan Sehari-hari.

(38)

20 BAB II

BIOGRAFI SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI

A. Biografi Syaikh Ibrahim al-Bajuri 1. Lahirnya

Nama lengkap Syaikh Ibrahim al-Bajuri adalah Burhanuddin

Ibrahim al-Bajuri bin Syaikh Muhammad al-Jizawi bin Ahmad. Beliau

diberi gelar dengan Burhanuddin artinya bukti agama, sebuah gelar yang

lazim disematkan kepada para ulama besar dulunya (bahkan hingga

sekarang). Beliau di lahirkan pada tahun 1198 H/1783 M, di desa Bajur,

Propinsi al-Munufiya, Mesir. Beliau lahir dan tumbuh di keluarga yang

memegang teguh islam sebagai pedoman hidup. Orang tuanya pun

terkenal sebagai orang alim dan shaleh. Sebab itulah Beliau senantiasa

dididik dengan ilmu agama. Pada masa kecilnya Beliau telah belajar

al-Qur‟an dan memperbaiki kualitas bacaannya dengan bimbingan ayahnya

sendiri (Hartiningsih, 2015:39).

Kebiasaannya hanyalah belajar dan mengambil ilmu, mengajar

dan menebarkan ilmu. Lisannya selalu basah dan tak pernah kering dari

membaca al-Qur‟an dan berdzikir kepada Allah SWT. Semua waktu dan umurnya dipergunakan untuk melakukan ketaatan kepada Allah SWT

dan bersyukur kepada-Nya. Itulah yang menjadikan semua karyanya

penuh manfaat dan dijadikan rujukan kaum muslimin di seluruh dunia,

(39)

21

Syaikh Ibrahim al-Bajuri adalah seorang ulama yang amat

mencintaizurriyahRasul SAW. Beliau rajin mengunjungi dan berziarah

kepada para ahlu al-bait, baik yang masih hidup maupun yang sudah

wafat. Salah satu bukti kecintaannya itu bisa dilihat pada bagian akhir

dari salah satu karyanya, Hasyiyah ‘Ala Syarh Ibn al-Qasim. Beliau

menampakkan kecintaannya dan semangatnya bertabarruk dengan ahlul

al-baitRasul SAW dan ulama salafus al-shalih, khususnya Sayyid

Ahmad al-Badawi. Dalam kitab karyanya tersebut, secara khusus ia

menyarankan kepada siapa pun yang mengkhatamkan kitab tersebut

untuk membacakan hadiah al-fatihah bagi Sayyid Ahmad al-Badawi

karena Beliau mengkhatamkan penulisan kitab tersebut tepatnya pada

hari haul Sayyid Ahmad al-Badawi (Hartiningsih, 2015:41).

2. Wafat

Setelah menebarkan ilmunya kepada generasi selanjutnya,

akhirnya Ibrahim al-Bajuri menghembuskan nafas terakhirnya

meninggalkan dunia yang fana menghadap Allah SWTdengan tenang dan

ridha. Beliau meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 19 Juli 1860 M,

beribu pelayat hadir untuk menyalatkan imam besar Ibrahim

al-Bajuri.Beliau di shalatkan di Masjid al-Azhar, di kuburkan di kawasan

Qurafah al-Kubra masyhur dengan sebutan al-Mujawarin (Hartiningsih,

(40)

22 B. Pendidikan Syaikh Imam al-Bajuri

1. Menjadi Syaikul al-Azhar

Beliau masuk ke Universitas al-Azhar pada usia 14 tahun. Tahun 1212

H Beliau berangkat ke al-Azhar untuk mengambil ilmu dari para

ulama-ulama di Universitas tertua tersebut. Pada tahun 1213 H/1798 M, Perancis

telah menduduki Mesir sehingga membuat Beliau keluar dari al-Azhar dan

tinggal di Jizah selama beberapa tahun, dan akhirnya kembali lagi ke

al-Azhar pada tahun 1216 H, setelah Perancis keluar dari Mesir. Diantara

guru-guru Beliau di al-Azhar adalah:

Al-Allamah Syaikh Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki, Beliau

seorang ulama terkenal di Mesir, seluruh ulama Mesir ketika itu mengambil

ijazah dan sanad kepada Beliau. Dari Beliau, Syaikh al-Bajuri mendapat

ijazah seluruh yang ada dalam kitab tsabatnya.

Al-Allamah Abdullah al-Syarqawi.Beliau merupakan ulama yang

alim dan terkenal di Mesir dan di dunia islam, karangannya yang banyak

membuat nama Beliau meroket di seantero dunia, terlebih lagi Beliau

mendapat jabatan memimpin al-Azhar dan menjadi Syaikhual-Azhar

(kedudukan yang tertinggi di al-Azhar ). Di antara karangan Beliau yang

terkenal dan dipakai di pesantren adalah Hasyiah Syarqawi `ala Tahrir,

Hasyiah Syarqawi `ala Hudhudi dan Hasyiah `ala Hikam.

Syaikh Daud al-Qal`i, Beliau merupakan ulama yang bijak dan

arif.Keempat, Syaikh Muhammad al-Fudhali, Beliau seorang ulama al-Azhar

(41)

23

Syaikh al-Hasan al-Quwisni.Beliau adalah seorang ulama yang hebat

sehingga diberi tugas untuk menduduki kursi kepemimpinan al-Azhar dan

dilantik menjadi Syaikhual-Azhar pada masanya.Beliau memiliki semangat

yang besar dalam belajar dan mengajar. Beliau menghabiskan waktu dari pagi

hari hinggamalam hari hanya bersama pelajar, mengajar mereka dan menulis

kitab. Setelah itupun Beliau masih menyempatkan untuk membaca al-Qur‟an dengan suara Beliau yang merdu sehingga banyak orang yang datang untuk

mendengarkannya.

Setelah Syaikh Ibrahim al-Bajuri mendapatkan ilmu yang cukup

banyak dari para gurunya pada akhirnya Beliau diangkat menjadi seorang

tenaga pendidik di al-Azhar, dengan tekun dan keikhlasan Beliau memulai

kehidupannya dengan mengajar dan belajar, hingga pada akhirnya Beliau

mendapat posisi yang tinggi di al-Azhar, pada tahun 1263 H/1847 M.Beliau

diangkat menjadi Syaikhu al-Azharyang kesembilan belas menggantikan

Syaikh Ahmad al-Shafti yang telah meninggal. Pada saat itu pemimpin Mesir

Abbas I beberapa kali mengikuti pengajian Beliau di al-Azhar dan mencium

tangan Beliau.

Di zaman pemerintahan Said Pasha, Syaikh Ibrahim al-Bajuri jatuh

sakit. Beliau kerepotan mengurus al-Azhar. Kemudian Beliau mewakilkan

urusan administrasi Azhar kepada empat orang, yaitu Syaikh Ahmad

al-Badawi, Syaikh Ismail al-Halabi, Syaikh Khalifah al-Fasyni dan Syaikh

Musthafa al-Shawi. Empat orang Syaikh tersebut kemudian mengangkat

(42)

24

Syaikhu al-Azhar lain sehingga Beliau wafat. Pada masa hidupnya Syaikh

Bajuri mazhab Asy`ari berkembang begitu pesat, tidak berbeda dengan

masa-masa pemerintahan Mamalik yang menebarkan mazhab Asy`ariyyah, begitu

juga pada masa al-Ayyubiyyah dari masa pemerintahan Salahuddin al-Ayyubi

sampai hilangnya al-Ayyubiyyah dan bertukar menjadi pemerintahan

Mamalik.

2. Pemegang teguh Madzah Asy’ariyyah

Mazhab Asy`ariyyah merupakan mazhab ahlu al-sunnah yang

berkembang dari negeri barat di daerah Maroko sampai negeri Indonesia.

Pada masa Ibrahim al-Bajuri sudah mulai terdengar dan hidup mazhab yang

berbeda dari mazhab Ahlussunnah Wal Jama`ah, yaitu mazhab Wahabi di

bagian Timur negeri Hijaz, ketika itu mereka belum dapat menguasai

semenanjung Arab. Akidah mereka sangat bertentangan dengan mazhab

Ahlusunnah Wal Jama`ah yang dibawa oleh ulama-ulama terdahulu, mereka

berpendapat ulama-ulama Ahlussunnah yang bermazhab Asy`ariyyah adalah

sesat lagi menyesatkan dan harus dibasmi habis, tetapi mazhab Wahabi ketika

itu belum bisa berkembang disebabkan adanya kekhalifahan Utsmaniyah

yang menjaga mazhab Ahlussunnah wal Jama`ah al-Asy`ariyyah.

Imam al-Bajuri pun mengantisipasi serangan pemahaman Wahabi,

dengan mengarang beberapa kitab yang menjelaskan mazhabAsy’ariyyah. Di

antaranya:

(43)

25

2. Al-Fath al-Qarib Syarh Bidayah al-Murid, yang memuat tauhid atas

manhaj Asy’ariyyah

3. Hasyiyah ‘Ala Matn as-Sanusiyah

4. Tuhfah al-Murid ‘Ala Syarh Jauharah at-Tauhid

Syaikh Ibrahimal-Bajuri mencoba mengerahkan segala

kemampuannya dan keahliannya untuk mensyarahkan kitab ini, dengan cara

mengulas dan memutuskan mana yang tepat dan rajih di kalangan ulama

Ahlussunnah. Ia juga mengisinya dengan dalil naqli dan aqli serta

menyebutkan perbedaan pendapat Asy’ariyyah dan Maturidiyyah di dalam

sebagian permasalahan. Dari keempat kitab Ibrahim al-Bajuri didalam ilmu

tauhid dapat kita simpulkan bahwa Beliau seorang ulama Asy`ariyyah yang

kuat dan memiliki peranan dalam mengembangkan mazhabAsy’ariyyah,

(Hartiningsih, 2015:42-43).

C. Karya Karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri

Kesibukannya sebagai rektor dan guru besar al-Azhar tidak

menghalanginya untuk menghasilkan karya-karya besar yang bermanfaat dan

ditunggu-tunggu kehadirannya oleh para santri sejak masa hidupnya sampai

setelah puluhan bahkan ratusan tahun kemudian. Bukan saja santri-santri dari

Indonesia, melainkan juga dari belahan dunia Islam yang lain.

Dalam masa yang begitu muda Beliau telah mampu menghasilkan

beberapa buah karya yang begitu bernilai, hal ini tentu saja disebabkan

kepintaran dan keberkahan ilmu Beliau, di antara kitab - kitab yang Beliau

(44)

26

1. Tahqiqi al-Maqam ‘Ala Risalah Kifayati al-‘Awam Fima Yajibu Fi al

-Ilmi al-Kalam, selesai tahun 1223 H/1808 M. Kitab ini menjelaskan sifat

dua puluh yang wajib bagi Allah SWT, dua puluh sifat yang mustahil bagi

Allah SWT, dan satu sifat yang boleh bagi Allah SWT, kemudian di

terangkan sifat-sifat yang wajib, mustahil dan boleh bagi para

Rasul-RasulAllah SWT, kitab ini sangat bagus sekali di pelajari bagi pelajar

ilmu tauhid tingkat pemula.

2. Fath al-Qari al-Majid Syarh Bidayah al-Murid, selesai tahun 1224 H.

3. Hasyiyah ‘Ala Maulid al-Musthafa Libni Hajar, selesai tahun 1225 H.

4. Hasyiyah ‘Ala Mukhtashar as-Sanusiyah, selesai tahun 1225 H.

5. Hasyiyah ‘Ala Matn as-Sanusiyah fial-mantiq, selesai tahun1227 H.

6. Tuhfah al-Murid ‘Ala Syarh Jauharah at-Tauhid Li al-Laqqani, selesai

tahun 1234 H.

7. Tuhfah al-Khairiyyah ‘Ala al-Fawaid Syansyuriyah Syarh

al-Manzhumah ar-Rahabiyyah Fi al-Mawarits, selesai tahun 1236 H.

8. Ad-Durar al-Hisan ‘Ala Fath ar-Rahman Fima Yashilu Bihi al-Islam Wa

al-Iman, selesai tahun 1238 H.

9. Hasyiyah ‘Ala Syarh Ibn al-Qasim al-Ghuzzi ‘Ala Matn asy-Syuja‘I,

selesai tahun 1258 H, kitab ini merupakan kitab yang di pelajari di

al-Azhar Syarif dan seluruh pesantren di Nusantara sampai sekarang. Kitab

ini Beliau tulis di Makkah tepat di hadapan Ka`bah dan sebagiannya di

Madinah tepat di samping mimbar Rasulullah dalam masjid Nabawi

(45)

27

11.Hasyiah `ala Mawahib Laduniyah `ala Syamail Muhammadiyah Imam

Turmuzi.

12.Hasyiah `ala Qashidah Burdah.

13.Hasyiah `ala Qashidah Banat Sa`ad bagi Ka`ab bin Zuhair.

14.Hasyiah `ala Matn Samarqandiyah fi al-ilmi Bayan.

15.Fathul Khabir Lathif fi al-ilmi Tashrif.

16.Durar Hisan `ala fath Rahman fima Yahshulu bihi al-Islam wa al-Iman.

17.Hasyiah `ala maulid al-dardir.

18.Risalah fi al-ilmi Tauhid yang kemudian di syaraholeh ulama Nusantara,

Syaikh Nawawi al-Bantanidengan nama kitab Beliau‘Tijan al-darari’.

(46)

28 BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI DALAM KITAB KIFAYATUL ‘AWAM

A. Sistematika Penulisan Kitab Kifayatul ‘Awam

Kitab Kifayatul ‘Awam syarah matan al-Fudhali selesai ditulis pada

tahun 1223 H dan diterbitkan oleh Darul Ilmi Surabaya. Diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia oleh H. Mujiburrahman.

Sistematika yang dipakai dalam penulisan kitab Kifayatul ‘Awam

adalah tematik, yang penulisannya dari satu pasal ke pasal lain. Jumlah

pembahasannya ada 6 pasal yaitu: khutubul kitab, mukaddimah, ilahiyat,

nabawiyyat, sam’iyat dan khotimah.

Dalam kitab ini, ruang lingkup pembagian tauhid dibagi menjadi tiga

sebagai berikut:

1. Ilahiyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan Tuhan seperti sifat-sifat Allah SWT. Adapun urutannya adalah:

a. Sifat wajib bagi Allah SWT terdapat 20

b. Sifat mustahil bagi Allah SWT terdapat 20

c. Sifat jaiz bagi Allah SWT hanya ada 1

2. Nabawiyyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk sifat-sifat Nabi dan

Rasul. Adapun urutannya adalah

a. Sifat wajib bagi Rasul ada 4

b. Sifat mustahil bagi Rasul ada 4

(47)

29

3. Sam’iyatadalah pembahasan tentang segala sesuatu yang bisa diketahui

lewat sam’i, seperti wajib beriman bahwa Nabi kita akan memberi

syafa‟at, Nabi Muhammad mempunyai telaga, nasab-nasab Nabi Muhammad SAW, keutamaan keluarga Nabi Muhammad SAW.

Meskipun seluruh kitab karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri ditulis

dengan bahasa Arab, namun tetap mudah dipahami oleh orang-orang yang

mempelajarinya, misalnya dikalangan para santri, siswa dan mahasiswa,

karena pembahasannya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pelajar.

Kitab tersebut dijadikan kurikulum pendidikan diberbagai pondok pesantren

di Indonesia, antara lain di Ponpes Sunan Giri Salatiga, Ponpes Lirboyo

Kediri, Ponpes Hidayatul Mubtadi‟in Salatiga. B. Isi Pokok Kitab Kifayatul ‘Awam

Dikatakan oleh Syaikh Ibrahim al-Bajuri dalam kitab Kifayatul

‘Awambahwa wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari ilmu tauhid dan

mengetahuinya dengan dalil yang ijmali maupun tafshili, maka penulis

mengungkapkannya sebagai berikut:

Hukum mempelajari ilmu tauhid dengan dalil ijmali maupun tafshili

yang dijelaskan oleh Syaikh Ibrahim al-Bajuri dalam kitab Kifayatul ‘Awam

adalah

ً١ٌّذٌا ٝفى٠ ّٗٔا ٍٝػ سّٛٙع ٓىٌ ٍَّٟ١ظفَّزٌا ً١ٌّذٌا فشؼ٠ ْا ؽشزش٠ ُٙؼؼث يبَل

ز٘ ِٓ ٍحذ١مػ ًِّىٌ ٌٝبّعلاا

ٖ

( ٓ١غّخٌا

:سٛغجٌا

ص

ٔ٘

)

Diwajibkan bagi setiap muslim untuk mengetahui sifat-sifat yang

(48)

30

yang jaiz bagi Allah SWT. Dan sebagian ulama berkata bahwa disyaratkan

agar setiap muslim mengetahui dalil yang tafshili, akan tetapi sebagian besar

ulama ilmu kalam menetapkan bahwa cukup dalil ijmali bagi setiap akidah

yang 50 ini.

Adapun nilai pendidikan tauhid yang ada dalam kitab Kifayatul

‘Awam menurut pemikiran Syaikh Ibrahim al-Bajuri di antaranya:

1. Pengertian Wajib, Mustahil dan Jaiz Dalam Tauhid

Bahwa pemahaman akidah-akidah yang 50 berikut ini tergantung atas

tiga perkara yaitu: wajib, mustahil dan jaiz.

a. Pengertian Wajib

Maka wajib itu adalah sesuatu yang tidak didapatkan pada akal akan

ketiadaannya (H. Mujiburrahman, 2009:23).

Hal ini berarti akal tidak membenarkan perihal ketiadaannya

seperti Allah SWT itu bersifat wujud maka akal tidak akan menerima

ketiadaannya.

akan wujudnya (H. Mujiburrahman, 2009:23).

Oleh karena itu, akal tidak membenarkan perihal wujudnya

(sesuatu itu). Mushanif menerangkan bahwa jika ada orang yang

berkata perihal orang berjalan umpamanya, dimana dikatakan bahwa

(49)

31

orang itu dalam satu waktu tidak bergerak dan tidak pula diam, maka

tentunya hal tersebut adalah mustahil dimana akal tidak bisa

membenarkan keberadaan orang yang seperti itu.Tidak mungkin orang

dalam satu waktu bergerak dan diam.

c. Pengertian Jaiz

Maka, ada dan tidaknya sesuatu itu akal membenarkan. Seperti

adanya anak bagi seseorang. Jika seseorang berkata, sesungguhnya dia

mempunyai seorang anak, maka akal tentu membolehkan kebenaran

yang demikian itu. Dan jika orang itu berkata, sesungguhnya dia tidak

memiliki seorang anak, maka akal juga membolehkan kebenaran yang

demikian itu.

2. Ilahiyat

a. Pendidikan tentang Sifat-sifat Wajib bagi Allah SWT

Sifat wajib bagi Allah SWT adalah sifat yang pasti dimiliki

oleh Allah SWT itu ada 20, mustahil tidak dimiliki-Nya, adapun sifat

yang 20 itu dibagi menjadi 4 bagian yaitu:

1) Sifat Nafsiyah

Adalah suatu sifat yang tidak bisa dipisahkan dari zatnya,

terdiri dari satu sifat, yaitu Wujud.

( .ُدُٛعٌُْٛا ٌَٝبَؼَر ٌَُٗ ِخَجِعاٌَْٛا ِدبَفِّظٌا َِِٓ )ُيََّٚلأَا(

:سٛغجٌا

(50)

32

Yang pertama dari sifat-sifat yang wajib bagi Allah SWT adalah

wujud (ada). (H. Mujiburrahman, 2009:37)

Allah SWT itu ada, tidak mungkin Allah SWT tidak ada.

Dalil yang membukti bahwa Allah SWT itu adalah penciptaan alam semesta beserta isinya.

Dalil bagi wujudnya Allah SWT karena setiap yang baru pasti ada zat yang menjadikannya baru dan tidak ada zat yang

menjadikannya baru bagi alam ini kecuali Allah SWT(H.

Mujibburrahman, 2009:46).

Makna wujud menurut Syaikh Muhammad al-Fudhali

adalah suatu keadaan yang harus dimiliki suatu zat, selama zat

tersebut masih ada, dan keadaan seperti ini tidak bisa dibatasi

suatu alasan (H. Mujiburrahman, 2010:28).

Berdasarkan dalil-dalil di atas bukti bahwa Allah SWT itu

ada ialah: adanya alam beserta isinya ini adalah baru. Adapun

buktinya adalah karena alam ini memiiki sifat-sifat baru, seperti

(51)

33

yang membuatnya itu pasti ada (wujud), karena sesuatu yang

tidak ada, jelas tidak dapat mengadakan sesuatu.

2) Sifat Salbiyah

Sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan

patut bagi Allah SWT, sebab Allah SWT Maha Sempurna dan

tidak memiliki kekurangan. Yang termasuk sifat salbiyahAllah

SWT adalah:

maknanya adalah tidak berpemulaan. (H. Mujiburrahman,

2009:50)

Maka kesimpulan dalil itu adalah bahwa anda berkata: kalau Allah SWT itu tidak qodim dalam arti dia baru niscaya dia membutuhkan kepada muhdits maka lazimlah daur dan tasalsul dan keduanya adalah mustahil. Maka jadilah barunya Allah SWT itu mustahil maka tetaplah qidamnya dan dialah

yang dituntut.( H. Mujiburrahman, 2009:55)

Maka, makna keadaan Allah SWT itu qadim adalah

(52)

34

seseorang umpamanya, maka wujudnya itu memiliki

permulaan yaitu penciptaan nutfah (setetes air mani) yang

pada benda lain dan seterusnya, tanpa kesudahan. Adanya daur

(53)

35

Dan kesimpulan dalil baqa adalah bahwa anda berkata: kalau

tidak wajib bagi Allah SWT itu baqa’ dalam arti boleh atas

-Nya tidak ada niscaya tidak ada pada--Nya qidam, sedangkan qidam itu tidak sah dihilangkan dari Allah SWT karena dalil

yang terdahulu(H. Mujiburrahman, 2009:57).

Maka makna keadaan Allah SWT itu kekal adalah

bahwa Dia tidak ada akhir bagi wujud-Nya.

Buktinya bahwa Allah SWT bersifat baqa adalah

tetapnya qidam bagi Allah SWT dan mustahil baru-Nya.

Selama Allah SWT itu qidam karena zat-Nya, sedang zat-Nya

tetap ada dan zat itu menjadikan ada-Nya, maka tidak mungkin

Zat itu rusak dan binasa. Dengan demikian, maka wajiblah

Allah SWT bersifat kekal. Dan telah tetap bagi-Nya qidam

dengan dalil yang terdahulu dan setiap sesuatu yang telah tetap

baginya qidam niscaya mustahil atas-Nya adam. Maka dalil

baqa bagi Allah SWT adalah dalil qidam.

(54)

36

Dalil atas wajibnya mukholafah lil hawadist:

ْ١ٌَِّذٌاَٚ

kalau ada sesuatu dari segala yang baru ini menyerupai Allah SWT artinya jika Allah SWT itu seandainya diwajibkan Dia bersifat dengan sesuatu daripada sifat-sifat yang baru niscaya

Dia itu baru( H. Mujiburrahman, 2009:61).

Mukhalafah lil hawadist adalah Allah SWT itu berbeda

dengan setiap makhluk dari golongan manusia, jin, malaikat

dan yang lainnya (seperti benda-benda beku dan hewan-hewan

yang lain).

Allah SWT itu pasti berbeda dengan makhluk-Nya, jika

Allah SWT menyerupai makhluk sedikit saja, niscaya Dia

menyerupai benda-benda itu. Karena sesuatu yang menyerupai

benda lain dalam satu cirinya saja, maka sesuatu itu berarti

sama dengannya. Seandainya Allah SWT itu seperti benda

baru, Dia bisa menerima apa saja yang diterima oleh benda

baru itu, seperti baru dan rusak. Sebab, sesuatu yang mungkin

bagi salah satu dari dua hal yang serupa, mungkin juga sesuatu

itu bagi yang lain. Dalil bahwa Allah SWT itu bersifat qidam

dan baqa telah jelas. Maka antara Allah SWT dengan segala

(55)

37

d) Sifat Qiyamuhu Binafsihi(berdiri sendiri)

ا ُخَغِِبَخٌْا ُخَفِّظٌَا

Sifat kelima yang wajib bagi Allah SWT adalah berdiri sendiri

dengan zat-Nya sendiri.( H. Mujiburrahman, 2009:62)

Dalil yang membuktikan bahwa Allah SWT bersifat Qiyamuhu binafsihi adalah

Dan dalil bahwa Allah SWT itu berdiri sendiri adalah bahwa anda berkata: kalau Allah SWT itu membutuhkan kepada mahal yaitu zat yang Dia berdiri dengannya sebagaimana warba putih membutuhkan kepada zat yang dia berdiri dengannya niscaya Allah SWT itu sifat sebagaimana warna

putih itu umpamanya adalah sifat( H. Mujiburrahman,

2009:64).

Maka, makna keadaan Allah SWT itu berdiri dengan

sendiri-Nya adalah bahwa Allah SWT Maha Kaya dengan zat

yang Dia berdiri dengannya (selain zat-Nya sendiri) dan kaya

terhadap yang menjadikan karena Allah SWT. Dialah yang

menjadikan sesuatu dan yang meniadakan sesuatu tanpa

bantuan dari para makhluk-Nya.

Allah SWT itu wajib bersifat qiyamuhu binafsihi dalam

(56)

38

tidak membutuhkan tempat yang ditinggali atau kediaman

untuk tempat tinggal. Dan juga, bahwa Allah SWT itu

qadimyang tidak membutuhkan penentu yang memberi

ketentuan bagi-Nya dan tidak pula membutuhkan kepada zat

yang menciptakan-Nya(M Fadli, 2000:16). Wahdaniyyah (Esa) pada zat, sifat-sifat dan

perbuatan-perbuatan dalam arti tidak berbilang(H. Mujiburrahman,

2009:65).

Dalil yang membuktikan Allah SWT bersifat wahdaniyahadalah

Maka wujudnya alam ini adalah dalil atas wahdaniyyahnya Allah SWT dan atas ketiadaannya sekutu bagi-Nya dalam satu perbuatan di antara beberapa perbuatan dan atas ketiadaannya perantara bagi-Nya dalam hal perbuatan, Maha Agung lagi Maha Tinggi Allah SWT dan Dialahyang kaya

dengan kekayaan yang mutlak (H. Mujiburrahman, 2009:73)

Wahdaniyah adalah zat Allah SWT itu tidak tersusun

dari bagian-bagian, Allah SWT itu tidak memiliki dua sifat

(57)

39

dua ilmu dan dua iradat, dan tidak ada seorangpun di antara

semua makhluk yang memiliki satu perbuatan, karena Allah

SWT yang menciptakan perbuatan-perbuatan semua makhluk

dari para Nabi, Malaikat dan yang lainnya.

Dalil di atas menerangkan bahwa Allah SWT tidak

tersusun baik dalam zat maupun sifat-Nya. Tidak ada satu

benda pun yang menyamai Allah SWT baik dalam sifat

maupun zat-Nya, seandainya ada sesuatu yang menyamai-Nya,

maka wajib bagi sesuatu itu hal-hal yang wajib bagi Allah

SWT, dan mustahil pula atas sesuatu itu hal-hal yang mustahil

bagi Allah SWT, niscaya sesuatu yang menyamai Allah SWT

dalam zat maupun sifat-Nya tersebut adalah Tuhan pula.

Padahal apabila ada Tuhan lain bersama Allah SWT,

maka alam semesta tidak akanada, sebagaimana diisyaratkan

oleh Q.S al-Anbiya‟ ayat 22, yang berbunyi:

















Seandainya di langit dan di bumi ada Tuhan selain Allah SWT,

niscaya langit dan bumi itu rusak (Departemen Agama RI,

2005:324).

Maksudnya, seandainya dalam penciptaan langit dan

bumi ada Tuhan selain Allah SWT, walaupun Allah SWT

bersama mereka, maka langit dan bumi itu pasti rusak dan

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh Abdullah Bin Husain Ba‟alawi (Telaah Kitab Sullam Taufiq).. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana pengelolaan zakat di Lembaga Amil Zakat Al-Ihsan Jateng Cabang Salatiga (2)

Pernyataan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana intensitas pelaksanaan shalat siswa di MTs Al Hadi Girikusumo Mranggen Demak?, (2)

Maka dari itu sebagai umat Beliau SAW kita harus meneladani pendidikan moral dalam kitab Al-Barzanji (Kanaah), memberikan pemahaman kepada lingkungan sekitar kita

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan kasih syang yang terkandung dalam novel Jilbab In

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pikir santri terhadap orientasi karier. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana

Oleh karena itu, adab membaca Al-Quran dalam kitab Attibyan fi Adaabi Hamalatil Quran sangat relevan untuk dijadikan pedoman yang baik dalam berinteraksi

Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) apakah dengan menggunakan media gambar berseri dapat meningkatkan perhatian peserta didik dalam