NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB
KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM
AL-BAJURI
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NAFISSATUS SAADAH
NIM: 111-14-368
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB
KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM
AL-BAJURI
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
NAFISSATUS SAADAH
NIM: 111-14-368
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
ii Dra. Ulfah Susilawati, M.SI.
Dosen IAIN Salatiga Persetujuan Pembimbing
Lamp. : 4 eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudari NafissatusSaadah
Kepada
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari :
Nama : Nafissatus Saadah
NIM : 111 14 368
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI
Dengan ini kami mohon kepada Bapak Dekan FTIK IAIN Salatiga agar skripsi saudari tersebut di atas segera dimunaqosahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nafissatus Saadah
NIM : 111-14-368
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL AWAM KARYA SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan oleh Perpustakaan IAIN Salatiga.
Salatiga, 28 Maret 2018 Yang menyatakan
v MOTTO
ٗثشث بفس بػ لاجمزغِ ٗٔبِضث بفسبػ ْٛى٠ ْأ ًلبؼٌا ٍٝػ
Bahwa manusia yang berakal atau berilmu harus mengikuti, menyesuaikan dengan masa-masa yang berada padanya, mau ke depan di dalam langkah dan perilakunya tetapi harus bermakrifat
yang sebenarnya kepada Ilahinya.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Solikhin dan Istiqomah yang selalu ada
dalam keadaan apapun, membantu dan mencurahkan semua usaha dan
kasih sayang serta doa untukku, memberikan segalanya untukku,
terimakasih ibu, bapak, tanpa dukungan ibu bapak saya tidak akan pernah
sampai detik ini. Sayang dan hormat serta doaku selalu untuk ibu bapak.
2. Adik-adikku yang saya sayangi, khusna Durroti Yahro, Ahmad Khafid,
Latoifatun Nida, Ahmad Alvin Bachtiar dan Sofa Abdul K, semoga kalian
selalu bisa menjadi kebanggaan ibu bapak.
3. Keluarga besarku yang telah memberikan banyak dorongan sehingga saya
terus berusaha menjadi lebih baik.
4. Sahabat-sahabatku yang saya sayangi, terimakasih atas semua dukungan
dan motivasi dari sahabat-sahabat.
5. Keluarga besar dan santri Pondok Pesantren Sunan Giri, Salatiga.
6. Teman-teman PAI angkatan 2014 yang telah menjadi teman seperjuangan
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan karunia-Nya
tanpa mengenal waktu dan tempat. Dan sebagai bukti karunia tersebut adalam
terselesaikannya skripsi ini, sebagai salah satu syarat kelulusan. Rasa terima kasih
kuucapkan pada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah bersusah payah demi
tegaknya keadilan dan yang dinanti-nanti syafaatnya di akhirat. Sungguh suatu
suri teladan yang banyak dilupakan oleh manusia yang mengaku umatnya sendiri.
Penulis ucapkan syukur kepada Allah SWT, atas selesainya penulisan dan
penyusunan skripsi yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab
Kifayatul Awam Karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri” sebagai tugas akhir Jurusan
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga adalah
berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu,
perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih yang mendalam
kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga
2. BapakSuwardi, M.Pd.,selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Dra. Ulfah Susilawati, M.SI, selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
viii
5. Bapak M. Yusuf Khumaini, S.HI., M.H., selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S.I.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah
SWT.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada
umumnya. Aamiin.
Salatiga, 19 Maret 2018
Nafissatus Saadah
ix DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO ...vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... .. xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... xiv
ABSTRAKS ...xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...7
C. Tujuan Penelitian ...7
x
E. Penelitian Terdahulu ... 9
F. Kerangka Teori... 11
G. Metode Penelitian...13
H. Sistematika Penelitian ...16
BAB II BIOGRAFI SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI A. Biografi Syaikh Ibrahim al-Bajuri ...20
B. Pendidikan Syaikh Ibrahim al-Bajuri ...22
C. Karya-Karya syaikh Ibrahim al-Bajuri...25
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI DALAM KITAB KIFAYATUL ‘AWAM A. Sistematika Penulisan Kitab Kifayatul ‘Awam ...26
B. Isi Pokok Kitab Kifayatul ‘Awam 1. Pengertian Wajib, Mustahil dan Jaiz Dalam Tauhid ...30
2. Ilahiyat ...31
3. Nabawiyyat ...57
4. Sam’iyat ...60
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB KIFAYATUL ‘AWAM DAN IMPLIKASINYA DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI A. Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab Kifayatul ‘Awam 1. Nilai Ilahiyat ...67
xi
3. Nilai Sam’iyat ...77
B. Nilai-Nilai Pendidikan TauhidIlahiyat, Nabawiyyat, Sam’iyat dan
Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari
1. Nilai Ilahiyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari ...79
2. Nilai Nabawiyyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari .84
3. Nilai Sam’iyat dan Implikasinya dalam Kehidupan Sehari-hari ...85
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ...89
B. Saran ...90
C. Kata Penutup ...91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Penunjukan Pembimbing
2. Lembar Konsultasi Skripsi
3. Daftar Riwayat Hidup
xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Berdasarkam Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.
Huruf Arab
Nama Huruf Latin Keterangan
ا
alif Tidak dilambangkan Tidak di lambangkanxiv
م
mim M Emن
Nun N Enو
wawu W Weﻫ
Ha‟ H Haء
hamzah , Apostrofي
Ya‟ Y YeKonsonan angkap karena syaddah di tulis rangkap
ةّدع
Di tulis „iddahA. Ta’ Marbuttah
1. Bila dimatikan di tulis h
خج٘ Di tulis Hibah
خ٠ ضع Di tulis Jizyah
(ketentuan ini tidak di berlakukan terhadap kata – kata arab yang sudah teresap kedalam bahas indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya,kecuali di
kendaki lafal aslinya).
Bila di mikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah,maka di tuli
dengan h.
ءايلولأا ةمارك
Ditulis karāmah al-auliyā’B. Vokal Pendek
ﹷ
Kasrah Ditulis axv
ﹹ
Dammah Ditulis uC. Vokal Panjang
fatḥah+alif Ditulis Ā
ةيلﻫاج
Ditulis jāhiliyyahfatḥah+ya‟ mati Ditulis Ā
ىعسي
Ditulis yas` āKasrah+ ya‟ mati Ditulis Ī
يمرك
Ditulis Karīmḍammah+wawu mati Ditulis Ū
ضورف
Ditulis furūḍD. Vokal Rangkap
fatḥah+ya‟ mati Ditulis Ai
مكنيب
Ditulis bainakumfatḥah+wawu mati Ditulis Au
xvi ABSTRAK
Saadah, Nafissatus. 2018. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab Kifayatul
‘Awam Karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri. Skripsi, Salatiga: Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra, Ulfah Susilowati, M.SI.
Kata Kunci: Nilai-Nilai, Pendidikan, Tauhid, kitab Kifayatul ‘Awam
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengk=aji tentang sifat-sifat Allah SWT dan Rasul-Nya dalam memahami Islam dan nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung di dalamnya. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah : (1) Apa saja pemikiran Syaikh Ibrahim al-Bajuri tentang nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam? (2) Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri dalam kehidupan sehari-hari?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian menggunakan pendekatan hermeneutic, metode penelitian yang digunakan dengan jenis penelitian kepustakaan (Library research), sumber data primer adalah kitab
Kifayatul ‘Awam dan sumber sekundernya adalah terjemahan kitab Kifayatul
‘Awam, buku Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid atau Kalam, buku Risalah Tauhid karya Muhammad Abduh, buku Studi Ilmu Tauhid/Kalam karya Mulyono dan Bashori dan buku lain yang bersangkutan dan relevan. Adapun teknis analisis data menggunakan metode content analysis dengan tekhnik deduktif dan induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pendidikan tauhid dalam kitab
Kifayatul ‘Awam sangat dibutuhkan dalam memahami Islam karena ilmu tauhid merupakan ilmu yang sangat penting didalam Islam. Sebab,ilmu tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama murni yang diturunkan oleh Allah SWT yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tanpa mengetahui ilmu tauhid, kita tidak akan menemukan tujuan hidup sebenarnya. Adapun implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid ilahiyat, nabawiyyat dan sam’iyat dalam lingkungan masyarakat
merupakan pintu menuju kesuksesan kehidupan di dunia dan akhirat, dan sebagai acuan dalam menciptakan akhlak yang baik dan pondasi untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tauhid merupakan hal yang paling penting dalam aspek akidah.
Pondasi pendidikan dimulai dari penanaman nilai-nilai tauhid kepada anak.
„‟Syahadat” dalam azan yang diperdengarkan pada anak yang baru lahir
sebagai bukti pentingnya menanamkan tauhid semenjak dini. Tauhidpun
merupakan seruan pertama dakwah Rasul. Tauhid juga merupakan tonggak
penentu keselamatan seorang hamba di hadapan Rabb-nya kelak.
Tauhid adalah hal pokok yang sudah menjadi keharusan bagi
seseorang untuk mempelajarinya. Islam mewajibkan umat manusia dan jin
untuk menyembah hanya kepada Allah SWT dan melarang keras menyembah
selain-Nyadan menyembah objek lain bersama-Nya.
Perintah untuk menyatakan tujuan penciptaan manusia dalam Q.S.
adz- Dzariyat ayat 56, yang berbunyi:
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku (Departemen Agama RI, 2005:524).
Hakikatnya tauhid itu adalah dengan hanya menghamba kepada Allah
SWT, manusia dibebaskan dari perbudakan sesama makhluk dan atau
objek-objek duniawi lainnya. Menghamba kepada Allah SWT berarti menghamba
kesempurnaan-2
Nya. Sedangkan menghamba sesama makhluk berarti menyembah objek yang
sama-sama lemah dan tidak berkuasa. Tauhid, dengan demikianadalah sebuah
tuntunan rasional yang tertinggi. Sebaliknya kufr dan syirik adalah perbuatan
paling irrasional dan terbodoh melawan akal sebagai anugerah terbesar bagi
manusia (H. Agus Ahmad, 2010:41).
Perintah untuk mentauhidkan Allah SWT dan pernyataan Allah SWT
itu Esa dalam Q.S. al-Baqarah ayat 163, yang berbunyi:
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan
Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang (Departemen Agama RI,
2005:25).
Ilmu tauhid adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara
menetapkan akidah agama dengan mempergunakan dalil naqli maupun dalil
aqli. Dengan menggunakan dalil naqli maupun aqli, seseorang akan lebih
mudah memahami dan menyakini segala bentuk penjelasan yang ada dalam
ilmu tauhid. Dapat dinamakan ilmu tauhid karena
pembahasan-pembahsannya yang paling menonjol ialah pembahasan tentang ke-Esaan
Allah SWTyang menjadi asasi agama Islam (Ash-Shiddieqy, 1990:1).
Ilmu tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang “wujudAllah SWT”, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh
disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib
dilenyapkan dari pada-Nya, juga membahas tentang Rasul-rasulAllah SWT,
3
mereka, apa yang boleh dihubungkan kepada diri mereka dan apa yang
terlarang menghubugkannya kepada mereka (Muhammad Abduh, 1979:36).
Maslikhah (2003:90), mendefinisikan ilmu tauhid sebagai ilmu yang
membahas tentang Allah SWT, sifat-sifat wajib yang ada pada-Nya, sifat-sifat
yang boleh kepada-Nya, sifat-sifat yang sama sekali harus ditiadakan
daripada-Nya, serta tentang Rasul-RasulAllah SWT untuk menetapkan
kerasulan mereka. Dapat dinamakan ilmu tauhid karena pokok
pembahasannya yang paling penting adalah menetapkan ke-Esaannya dalam
zat-Nya, dalam menerima peribadatan dari makhluk-Nya dan menyakini
Dialah tempat kembali satu satunya.
Sejalan dengan pendapat Maslikhah, menurut Fadlil (1999:1), ilmu
tauhid adalah ilmu yang membahastentang ke-Esaan Allah SWT, yang hal itu
merupakan asas agama. Ilmu tauhid merupakan pokok ilmu-ilmu agama dan
paling utama, karena objek pembahasan ilmu ini adalah zatAllah SWT, dan
para utusan-Nya, sedangkan kemulian ilmu ini menurut kemuliaan sesuatu
yang menjadi objek pembahasan.
Pokok-pokok tauhid seperti yang ditegaskan para teolog muslim
memang harus mencapai tiga aspek sekaligus yaitu pengakuan dalam hati,
penegasan secara verbal, dan perwujudan praktis dalam kehidupan (H. Agus
Ahmad, 2010:43).
Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ‘ain bagi setiap
mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan, walaupun hanya dengan
4
terperinci adalah fardhu kifayah. Apabila salah seorang umat ada yang
melaksanakannya, maka kewajiban kepada orang lain akan gugur (H.M. Fadli
Sa‟id, 1999:1).
Alasan penelitian ini bermula dari melihat akan pentingnya seorang
muslim untuk mempelajari dan memahami akidah dan tauhid di zaman yang
selalu mengalami perubahan sosial secara dinamis.Agama Islam sebagai
suatu konsep kehidupan, mempunyai landasan dan prinsip yang khas dan
spesifik dibandingkan agama-agama lain. Dalam agama Islam, prinsip
tersebutdikenal dengan istilah “akidah tauhid”.Dewasa ini, seharusnya pendidikan tauhid diterapkan tidak hanya dalam bidang akidah saja tetapi
harus disemua bidang kehidupan, dikarenakan perubahan zaman yang
semakin dinamis menyebabkan krisis keyakinan terhadap Tuhan semakin
besar. Pendidikan Tauhid inilah yang seharusnya mendasari sikap, gerak dan
pola pikir setiap muslim.
Penyimpangan dari akidah yang benar adalah sumber petaka dan
bencana. Seseorang yang tidak mempunyai akidah dan tauhid yang benar
maka akan terjerumus oleh berbagai macam keraguan dan kerancuan
pemikiran, sampai-sampai apabila mereka telah berputus asa maka mereka
pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat tidak bermoral yaitu
dengan bunuh diri. Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di
atas pondasi akidah dan tauhid yang benar akan sangat rawan terbius berbagai
macam kotoran pemikiran materialisme (segala-galanya diukur dengan
5
yang membahas ilmu agama merekapun malas karena menurut mereka hal itu
tidak bisa menghasilkan keuntungan materi.
Ketika seorang muslim telah mentauhidkan Allah SWT, dalam artian
benar-benar menyakini hanya Allah SWT yang harus disembah, maka ia akan
melahirkan keyakinan bahwa semua akan kembali kepada Allah SWT dan
segala sesuatu yang ada di alam ini adalah ciptaan Allah SWT. Sehingga
semua itu akan berdampak kepada sikap dan tingkah lakunya. Karena
bertauhid yang benar akan menuntun manusia untuk berbuat yang benar
sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai kebenaran.
Namun sebaliknya, apabila seseorang tidak menyakini akan eksistensi
Tuhan dalam kehidupannya, maka ia akan melakukan
penyimpangan-penyimpangan dalam hidupnya. Di zaman yang terus berkembang ini,
semakin banyak tantangan yang harus dihadapi. Jika tidak didampingioleh
landasan agama yang kuat, terlebih akidah tauhidnya, maka manusia akan
semakin mudah terjerumus dalam perilaku negatif. Karena tidak ada
kesadaran akan prinsip-prinsip dan norma-norma agama yang harus dijunjung
tinggi. Sehingga yang muncul dalam masyarakat yang tidak memperdulikan
agama adalah mereka melakukan perilaku menyimpang, seperti
mengkonsumsi obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, seks bebas,
pemerkosaan, dan lain sebagainya, tanpa menghiraukan dosa ataupun
6
Oleh sebab itu, penulis menganalisis dan mengemukakan berbagai
macam penyebabnya ialah kurangnya keimanan dan pengetahuan tentang
bagaimana cara bertauhid yang benar pada diri mereka, jika seseorang
tersebut bertauhid dengan benar maka keimanan ituakan benar-benar
tertancap pada dirinya. Dengan demikian, niscaya ia akan
bersungguh-sungguhmenghalalkan apa yang dihalalkanAllah SWT dan mengharamkan
apa yang diharamkan-Nya.
Penulis merujuk pada kitab Kifayatul ‘Awam ini, karena di dalam
kitab tersebut membahas tentang ketauhidan yang menerapkan dasar pokok
bagi umat islam yaitu 50 akidah yang berupa 20 sifat wajib bagi Allah SWT,
20 sifat mustahil bagi Allah SWT, 1 sifat jaiz bagi Allah SWT, 4 sifat wajib
bagi Rasul, 4 sifat mustahil Rasul, serta 1 sifat jaiz bagi Rasul.
Selain itu, mengingat bahwa bahasan akidah terkhusus tauhid
merupakan sebuah ilmu yang menjadi dasar agama, akhlak dan kehidupan
personal-sosial untuk seluruh muslim, yang cukup sulit untuk dipelajari akan
tetapi juga harus tetap ditanamkan sejak dini. Oleh karena itu, penulis
merujuk pada kitab Kifayatul ‘Awam, dikarenakan kitab ini menyebutkan
dalil akidah-akidah yang 50 itu secara ijmali (global) sebelum
menyebutkannya secara tafshili (terperinci) sehingga memudahkan pembaca
untuk lebih memahami cara bertauhid dengan benar yaitu meng-Esakan Allah
SWT sebagai landasan umat islam dalam menjalankan semua ibadah.
Pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam yang sampai sekarang masih
7
pesantren Sunan Giri, Salatiga. Dari uraian di atas, penulis berusaha mengkaji
lebih mendalam tentang nilai-nilai pendidikan dalam tauhid dalam kitab
Kifayatul ‘Awam, yang didalamnya terdapat beberapa uraian tentang
pendidikan tauhid. Untuk itu, maka penulis mencoba untuk menyusun sebuah
skripsi yang berjudul: “Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab Kifayatul ‘Awam Karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri.”Harapan penulis semoga dapat
memberikan kontribusi dan manfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang pendidikan tauhid, terutama bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam kitab
Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri?
2. Bagaimana implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid ilahiyat, nabawiyyat
dan sam’iyat dalam kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah :
1. Memaparkan nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam
karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri.
2. Mengetahui implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid ilahiyat, nabawiyyat
8 D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu:
1. Secara teoritis
a. Untuk dapat memberikan manfaat secara teoristis, berupa
pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab
Kifayatul ‘Awamkarya Syaikh Ibrahim al-Bajuri serta sebagai
kontribusi dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang kajian
mengenal sifat-sifat Allah SWT dan Rasul-Nya.
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai dasar
kegiatan penelitian yang akan datang.
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan serta pemahaman penulis tentang
kajian nilai pendidikan tauhid sehingga dapat dijadikan pedoman dan
dapat diterapkan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
b. Bagi Pembaca
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi
tentang nilai-nilai pendidikan terkhususnya aspek tauhid.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
pertimbangan untuk dunia pendidikan islam terkhususnya aspek
9 E. Penelitian Terdahulu
Guna meghindari terjadinya pengulangan kajian dalam hal-hal yang
sama dalam penelitian lain, maka penulis memaparkan beberapa penelitian
sebelumnya, sebagai perbandingan terhadap penelitian ini, antara lain sebagai
berikut :
a. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifatun Nurul Maghfiroh (2016)
“Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Kitab Aqidatul Awam”.
Penelitian tersebut mendapatkan kesimpulan bahwa kitab
Aqidatul Awam mengandung nilai pendidikan tauhid yaitu pendidikan
keimanan di mana keimanan sendiri terdiri dari keimanan kepada Allah
SWT, kepada Malaikat, kepada kitab-kitab, kepada Rasul, kepada hari
Akhir serta keimanan kepada qadha dan qadar. Adapun signifikansi
pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari dari sifat-sifat Allah SWT
merupakan pintu menuju kesuksesan hidup di dunia maupun akhirat, dan
sebagai acuan dalam menciptakan akhlak yang baik.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Alfrida Dyah Septiyani (2017)
“Pendidikan Tauhid Telaah Kisah Ibrahim AS Q.S. al-An‟am 7: 74-83”.
Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa Q.S. al-An‟am ayat 74-83, mengandung pendidikan tauhid meliputi:
Pentingnya pendidikan tauhid, agar di dalam jiwa manusia sejak
kecil tertanam nilai-nilai tauhid dan menjadi landasan dalam kehidupan
10
Terdapat tiga tujuan pendidikan tauhid yang ditemukan penulis
dalam ayat-ayat tersebut yaitu: agar termasuk orang yang yakin, agar
mendapatkan keamanan dan petunjuk, serta agar mendapatkan derajat.
Persamaan penelitian di atas sebagai berikut: skripsi ini membahas
nilai-nilai pendidikan tauhid, metode pengumpulan data: metode dokumentasi
yaitu mencari data atau informasi mengenai hal-hal atau variabelyang berupa
catatan, transkip, terbitan pemerintah dll, menggunakan jenis penelitian
library research. Sedangkan perbedaannya terletak pada: skripsi Syarifatun
objek yang dibahas adalah nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab aqidatul
awam danteknik analisis data menggunakan metode deduktif dan metode
induktif,sedangkan skripsi Alfrida fokus penelitian pendidikan tauhid pada
Q.S.al-An‟am ayat 74-83 dan menggunakan metode analisis data: metode tahlili.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang diajukan penulis
adalah: skripsi ini membahas nilai-nilai pendidikan tauhid, menggunakan
metode pengumpulan data: metode dokumentasi yaitu mencari data atau
informasi mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
terbitan pemerintah dll, menggunakan jenis penelitian library research.
perbedaannya pada bagian: penelitian yang diajukan akan membahas
nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim
al-Bajuri dengan fokus penelitian sebagai berikut: deskripsi nilai-nilai
pendidikan tauhid dalam kitab Kifayatul ‘Awam, tekhnik analisis data
11
deduktif dan induktif, menggunakan pendekatan hermeneutic, dan
implikasinilai-nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hari.
F. Kerangka Teori
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan kemungkinan terjadinya
salah penafsiran terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka perlu
kiranya penulis memperjelas dan membatasi uraian kajian tersebut sesuai
yang dikehendaki oleh penulis, sebagai berikut:
1. Pengertian Nilai
Istilah nilai menurut Milton Rokeach dan James Bank, adalah:
suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan di mana seseorang bertindak atau menghindari suatu
tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan
(Chabib Thoha, 1996:60).
Nilai adalah sesuatu yang bersifat ideal dan tidak dapat disentuh
oleh panca indera (Sidi, 1978: 93). Maka nilai yang kita rasakan dalam
diri kita masing-masing sebagai pendorong atau prinsip-prinsip yang
menjadi penting dalam kehidupan. Dari beberapa pernyataan tersebut,
nilai adalah ukuran memilih tindakan atau tujuan tertentu.
Secara harfiah, nilai berarti sesuatu yang pantas dibela atau
diperjuangkan, sesuatu yang berharga dan demi serta terhadap nilai ini
seseorang bersedia menderita, berkorban, mempertahankan, bahkan
bersedia mati. Nilai memberikan arti dan tujuan kepada kehidupan ini,
12
memberikan arah seperti rel yang menyebabkan kereta api tetap pada
jalurnya (C. Gleeson, 1997:10).
Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai dan paling benar
menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya
tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya. Secara
filosofis nilai sangat terkait dengan masalah etika, etika juga
seringdisebut dengan filsafat nilai yang mengkaji nilai-nilai moral
sebagai tolak ukurtindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek
kehidupannya. Sumber-sumber etika bisa merupakan hasil pemikiran,
adat-istiadat, tradisi, atau ideologi bahkan dari agama (Maslikhah,
2009:106).
Berdasarkan pada pendapat diatas, maka penulis dapat
menyimpulkan nilai adalah merupakan suatu hal yang bersifat penting
dan bermanfaat bagi kehidupan manusia sebagai tindakan yang menjadi
norma yang akan membimbing dan membina manusia supaya lebih baik.
2. Pendidikan Tauhid
Pendidikan dalam bahasa Arab biasa disebut dengan istilah
tarbiyah yang berasal dari kata kerja rabba (Zakiah Daradjat,
2011:25).Secara terminologis, pendidikan merupakan proses perbaikan,
penguatan, dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi
manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiar manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan
13
Menurut Maslikhah (2009:130), pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
bangsa dan negara.
Dapat disimpulkan bahwa hakikatnya pendidikan adalah ikhtiar
manusia untuk membantu dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan fitrah (kemampuan dasar) atau potensi manusia agar
berkembang sampai titik maksimal sesuai dengan tujuan yang dicita-
citakan.
Asal makna “tauhid”, ialah meyakinkan bahwa Allah SWT adalah “satu”, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang “wujud Allah SWT”, tentang sifat-sifat yang wajib
tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang
sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya, juga
membahas tentang Rasul-rasulAllah SWT, meyakinkan kerasulan
mereka, meyakinkan apa yang wajib ada pada diri mereka, apa yang
boleh dihubungkan kepada diri mereka dan apa yang terlarang
menghubugkannya kepada mereka (Muhammad Abduh, 1979:36).
Pendidikan tauhid adalah pengembangan ke arah keyakinan
seseorang terhadap Allah SWT. Pendidikan tauhid ini dimulai sejak lahir
14
Pendidikan tauhid sejak dini terlihat pada bayi yang baru lahir, kemudian
dikumandangkan azan oleh orang tuanya. Pendidikan tauhid mempunyai
arti suatu proses bimbingan untuk mengembangkan dan memantapkan
kemampuan manusia dalam mengenal ke-Esaan Allah SWT. Pendidikan
tauhid yang berarti membimbing atau mengembangkan potensi (fitrah)
manusia dalam mengenal Allah SWT. Menurut pendapat Chabib Thoha
(1996:62), “Supaya siswa dapat memiliki dan meningkatkan terus
-menerus nilai iman dan taqwa kepada Allah SWT Yang Maha Esa
sehingga pemilikan dan peningkatan nilai tersebut dapat menjiwai
tumbuhnya nilai kemanusiaan yang luhur.”
Jadi, pendidikan tauhid itu merupakan usaha sadar untuk mengubah
tingkah laku dan mengembangkan diri berdasarkan ajaran tauhid,
sehingga dapat menetapkan keyakinan yang berkaitan dengan ketuhanan,
kenabian dan hal yang ghaib yang akan meningkatkan secara terus
menerus nilai iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Objek pembahasan tauhid dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu
tauhid ilahiyat (bagian ilmu tauhid yang membahahas tentang
ketuhanan), tauhid nabawiyyat (bagian ilmu tauhid yang membahas
tentang kenabian), dan tauhid sam’iyat (sesuatu yang diperoleh lewat
15 3. Kifayatul ‘Awam
Adalah sebuah karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri yang disajikan
untuk memperluas jangkauan keimanan yang sudah ada di dalam dada,
dengan harapan agar keimanan tersebut bisa jadi pendorong untuk
tumbuhnya jiwa yang peka terhadap amal-amal kebaikan hingga bisa
tampil sebagai pelaku yang aktif bukan sebagai penonton yang pasif,
sekaligus juga diharapkan agar keimanan itu bisa menjadi pengendali
terhadap hal-hal negatif yang terlarang dalam pandangan syara’. Di
dalamnya menjelaskan tentang ilmu tauhid. Ilmu tauhid ini menjelaskan
tentang ke-Esaan Allah SWT dan pembuktiannya. Dalam kitab tersebut
menjelaskan sifat-sifat Allah SWT, atau yang disebut akidah lima
puluhdari penjelasan secara ijmali sampai dengan ke tafshili.
Akidah lima puluh itu terdiri dari, 20 sifat yang wajib bagi Allah
SWT, 20 sifat mustahil bagi Allah SWT, 1 sifat jaiz bagi Allah SWT,
serta 4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi Rasul dan 1 sifat jaiz
bagi Rasul. Semua merupakan isi dari ajaran yang terangkum dalam kitab
Kifayatul‘Awam.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
hermeneutik. Hermeneutik biasanya dipandang sebagai suatu subdisiplin
teologi yang mencakup kajian metodologis tentang otentikasi dan
16
buku, undang-undang dan lain-lain). Metode ini berfungsi untuk
mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti
(Khoiriyah, 2013:103-104), dan menjamin tidak terjadi distorsi pesan
atau informasi antara teks, penulis dan pembacanya.
Adapun jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kepustakaan (library research), karena semua yang digali adalah
bersumber dari pustaka, dan yang dijadikan objek kajian adalah hasil
karya tulis yang merupakan hasil dari pemikiran.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penulisan karya ilmiah ini terbagi menjadi dua
sumber, yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Dengan mengacu pada metode penelitian, sumber pokok yang
menjadi acuan utama sebagai data penelitian karya ilmiah ini adalah
kitab Kifayatul ‘Awam karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri.
b. Data Sekunder
Yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber
dataprimer, adapun data skunder dalam penulisan skipsi ini yaitu:
1) Terjemah kitab Kifayatul ‘Awam karangan H. Mujiburrahman
2) Terjemah kitab Tijan al-Darary karangan Achmad Sunarto
3) Buku Risalah Tauhid karya Muhammad Abduh
4) Buku Ilmu Tauhid karya H.M. Fadlil
17
Semua data diatas masih bersifat sementara dan masih
terusmemungkinkan untuk ditambah dari sumber-sumber data lain
yangmengandung keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian
ini dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari dan
mengumpulkan buku yang menjadi sumber data primer yaitu kitab
Kifayatul ‘Awam karangan Syaikh Ibrahim al-Bajuri. Dan sumber data
sekunder diantaranya adalah terjemah kitab Kifayatul ‘Awam karangan
H. Mujiburrahman,terjemah kitab Tijan al-Darary karangan Achmad
Sunarto, Risalah Tauhid, serta buku-buku dan kitab relevan yang lainnya.
4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah
content analysis atau kajian isi yaitu analisis ilmiah tentang isi pesan
suatu komunikasi atau kajian isi (Lexy J. Moloeng, 2001:163). Adapun
langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisis data sebagai
berikut:
a. Menentukan arti yang langsung primer
b. Menjelaskan arti-arti yang implisit
c. Menentukan tema (Endraswara, 2004:45).
d. Teknik Penelitian Data
Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penyusunan
18 a. Metode Deduktif
Metode deduktif adalah metode berfikir yang berdasarkan
pada pengetahuan umum dimana kita hendak menilai suatu kejadian
yang khusus. (Hadi, 1987: 42). Metode ini digunakan penulis untuk
mengkaji data tentang sifat-sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah
SWT dan Rasul-Nya.
b. Metode Induktif
Metode Induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari
fakta-fakta peristiwa khusus dan konkret, kemudian ditarik
generalisasi-generalisasi yang bersifat umum (Hadi, 1987: 42).
Metode ini penulis gunakan untuk mengkajipendapat Syaikh
Ibrahim al-Bajuri tentang nilai-nilai pendidikan tauhid kaitannya
dengan implikasi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kehidupan
sehari-hari.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata
implikasi adalah keterlibatan atau keadaan terlibat (Tim Redaksi
Kamus Bahasa Indonesia, 2008:548).Sedangkan kehidupan sehari
hari yang dimaksud adalah mengenai pola pikir, sikap, watak, cara
beribadah kepada Allah SWT dan gaya hidup seorang muslim
sehari-harinya. Adapun yang dimaksud dengan implikasi nilai-nilai
pendidikan tauhid dalam kehidupan sehari-hariadalah
pengaruhterhadap pola pikir, sikap, watak, cara beribadah kepada
Allah SWT dan gaya hidup yang dirasakan ketika seseorang itu
19 H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan untuk memberikan kesan runtutnya
pembahasan dan memberikan yang penulis jabarkan dalam skripsi ini adalah
penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu
kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Yang bertujuan agar
tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan skripsi ini.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini antara lain:
BAB I PENDAHULUAN, meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, KegunaanPenelitian, Penelitian
Terdahulu, Kerangka Teori, Metode Penelitian, dan Sistematika
Penulisan sebagai gambaran awal untuk memahami skripsi ini.
BAB II BIOGRAFI NASKAH, meliputi biografi pengarang kitab Kifayatul
‘Awamyaitu Syaikh Ibrahim al-Bajuri. Dalam bab ini dituangkan
riwayat hidup, riwayat pendidikan, dan karya-karya beliau,
kemudian gambaran umum isi kitab Kifayatul ‘Awam.
BAB III DESKRIPSI ANATOMI MUATAN NASKAH, meliputi
Sistematika Penulisan Kitab Kifayatul ‘Awam, Isi Pokok Kitab
Kifayatul ‘Awam.
BAB IV PEMBAHASAN, meliputi AnalisisNilai-nilai Pendidikan Tauhid
dalam Kitab Kifayatul ‘Awam, Implikasi Nilai-Nilai Pendidikan
Tauhid dalam Kehidupan Sehari-hari.
20 BAB II
BIOGRAFI SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI
A. Biografi Syaikh Ibrahim al-Bajuri 1. Lahirnya
Nama lengkap Syaikh Ibrahim al-Bajuri adalah Burhanuddin
Ibrahim al-Bajuri bin Syaikh Muhammad al-Jizawi bin Ahmad. Beliau
diberi gelar dengan Burhanuddin artinya bukti agama, sebuah gelar yang
lazim disematkan kepada para ulama besar dulunya (bahkan hingga
sekarang). Beliau di lahirkan pada tahun 1198 H/1783 M, di desa Bajur,
Propinsi al-Munufiya, Mesir. Beliau lahir dan tumbuh di keluarga yang
memegang teguh islam sebagai pedoman hidup. Orang tuanya pun
terkenal sebagai orang alim dan shaleh. Sebab itulah Beliau senantiasa
dididik dengan ilmu agama. Pada masa kecilnya Beliau telah belajar
al-Qur‟an dan memperbaiki kualitas bacaannya dengan bimbingan ayahnya
sendiri (Hartiningsih, 2015:39).
Kebiasaannya hanyalah belajar dan mengambil ilmu, mengajar
dan menebarkan ilmu. Lisannya selalu basah dan tak pernah kering dari
membaca al-Qur‟an dan berdzikir kepada Allah SWT. Semua waktu dan umurnya dipergunakan untuk melakukan ketaatan kepada Allah SWT
dan bersyukur kepada-Nya. Itulah yang menjadikan semua karyanya
penuh manfaat dan dijadikan rujukan kaum muslimin di seluruh dunia,
21
Syaikh Ibrahim al-Bajuri adalah seorang ulama yang amat
mencintaizurriyahRasul SAW. Beliau rajin mengunjungi dan berziarah
kepada para ahlu al-bait, baik yang masih hidup maupun yang sudah
wafat. Salah satu bukti kecintaannya itu bisa dilihat pada bagian akhir
dari salah satu karyanya, Hasyiyah ‘Ala Syarh Ibn al-Qasim. Beliau
menampakkan kecintaannya dan semangatnya bertabarruk dengan ahlul
al-baitRasul SAW dan ulama salafus al-shalih, khususnya Sayyid
Ahmad al-Badawi. Dalam kitab karyanya tersebut, secara khusus ia
menyarankan kepada siapa pun yang mengkhatamkan kitab tersebut
untuk membacakan hadiah al-fatihah bagi Sayyid Ahmad al-Badawi
karena Beliau mengkhatamkan penulisan kitab tersebut tepatnya pada
hari haul Sayyid Ahmad al-Badawi (Hartiningsih, 2015:41).
2. Wafat
Setelah menebarkan ilmunya kepada generasi selanjutnya,
akhirnya Ibrahim al-Bajuri menghembuskan nafas terakhirnya
meninggalkan dunia yang fana menghadap Allah SWTdengan tenang dan
ridha. Beliau meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 19 Juli 1860 M,
beribu pelayat hadir untuk menyalatkan imam besar Ibrahim
al-Bajuri.Beliau di shalatkan di Masjid al-Azhar, di kuburkan di kawasan
Qurafah al-Kubra masyhur dengan sebutan al-Mujawarin (Hartiningsih,
22 B. Pendidikan Syaikh Imam al-Bajuri
1. Menjadi Syaikul al-Azhar
Beliau masuk ke Universitas al-Azhar pada usia 14 tahun. Tahun 1212
H Beliau berangkat ke al-Azhar untuk mengambil ilmu dari para
ulama-ulama di Universitas tertua tersebut. Pada tahun 1213 H/1798 M, Perancis
telah menduduki Mesir sehingga membuat Beliau keluar dari al-Azhar dan
tinggal di Jizah selama beberapa tahun, dan akhirnya kembali lagi ke
al-Azhar pada tahun 1216 H, setelah Perancis keluar dari Mesir. Diantara
guru-guru Beliau di al-Azhar adalah:
Al-Allamah Syaikh Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki, Beliau
seorang ulama terkenal di Mesir, seluruh ulama Mesir ketika itu mengambil
ijazah dan sanad kepada Beliau. Dari Beliau, Syaikh al-Bajuri mendapat
ijazah seluruh yang ada dalam kitab tsabatnya.
Al-Allamah Abdullah al-Syarqawi.Beliau merupakan ulama yang
alim dan terkenal di Mesir dan di dunia islam, karangannya yang banyak
membuat nama Beliau meroket di seantero dunia, terlebih lagi Beliau
mendapat jabatan memimpin al-Azhar dan menjadi Syaikhual-Azhar
(kedudukan yang tertinggi di al-Azhar ). Di antara karangan Beliau yang
terkenal dan dipakai di pesantren adalah Hasyiah Syarqawi `ala Tahrir,
Hasyiah Syarqawi `ala Hudhudi dan Hasyiah `ala Hikam.
Syaikh Daud al-Qal`i, Beliau merupakan ulama yang bijak dan
arif.Keempat, Syaikh Muhammad al-Fudhali, Beliau seorang ulama al-Azhar
23
Syaikh al-Hasan al-Quwisni.Beliau adalah seorang ulama yang hebat
sehingga diberi tugas untuk menduduki kursi kepemimpinan al-Azhar dan
dilantik menjadi Syaikhual-Azhar pada masanya.Beliau memiliki semangat
yang besar dalam belajar dan mengajar. Beliau menghabiskan waktu dari pagi
hari hinggamalam hari hanya bersama pelajar, mengajar mereka dan menulis
kitab. Setelah itupun Beliau masih menyempatkan untuk membaca al-Qur‟an dengan suara Beliau yang merdu sehingga banyak orang yang datang untuk
mendengarkannya.
Setelah Syaikh Ibrahim al-Bajuri mendapatkan ilmu yang cukup
banyak dari para gurunya pada akhirnya Beliau diangkat menjadi seorang
tenaga pendidik di al-Azhar, dengan tekun dan keikhlasan Beliau memulai
kehidupannya dengan mengajar dan belajar, hingga pada akhirnya Beliau
mendapat posisi yang tinggi di al-Azhar, pada tahun 1263 H/1847 M.Beliau
diangkat menjadi Syaikhu al-Azharyang kesembilan belas menggantikan
Syaikh Ahmad al-Shafti yang telah meninggal. Pada saat itu pemimpin Mesir
Abbas I beberapa kali mengikuti pengajian Beliau di al-Azhar dan mencium
tangan Beliau.
Di zaman pemerintahan Said Pasha, Syaikh Ibrahim al-Bajuri jatuh
sakit. Beliau kerepotan mengurus al-Azhar. Kemudian Beliau mewakilkan
urusan administrasi Azhar kepada empat orang, yaitu Syaikh Ahmad
al-Badawi, Syaikh Ismail al-Halabi, Syaikh Khalifah al-Fasyni dan Syaikh
Musthafa al-Shawi. Empat orang Syaikh tersebut kemudian mengangkat
24
Syaikhu al-Azhar lain sehingga Beliau wafat. Pada masa hidupnya Syaikh
Bajuri mazhab Asy`ari berkembang begitu pesat, tidak berbeda dengan
masa-masa pemerintahan Mamalik yang menebarkan mazhab Asy`ariyyah, begitu
juga pada masa al-Ayyubiyyah dari masa pemerintahan Salahuddin al-Ayyubi
sampai hilangnya al-Ayyubiyyah dan bertukar menjadi pemerintahan
Mamalik.
2. Pemegang teguh Madzah Asy’ariyyah
Mazhab Asy`ariyyah merupakan mazhab ahlu al-sunnah yang
berkembang dari negeri barat di daerah Maroko sampai negeri Indonesia.
Pada masa Ibrahim al-Bajuri sudah mulai terdengar dan hidup mazhab yang
berbeda dari mazhab Ahlussunnah Wal Jama`ah, yaitu mazhab Wahabi di
bagian Timur negeri Hijaz, ketika itu mereka belum dapat menguasai
semenanjung Arab. Akidah mereka sangat bertentangan dengan mazhab
Ahlusunnah Wal Jama`ah yang dibawa oleh ulama-ulama terdahulu, mereka
berpendapat ulama-ulama Ahlussunnah yang bermazhab Asy`ariyyah adalah
sesat lagi menyesatkan dan harus dibasmi habis, tetapi mazhab Wahabi ketika
itu belum bisa berkembang disebabkan adanya kekhalifahan Utsmaniyah
yang menjaga mazhab Ahlussunnah wal Jama`ah al-Asy`ariyyah.
Imam al-Bajuri pun mengantisipasi serangan pemahaman Wahabi,
dengan mengarang beberapa kitab yang menjelaskan mazhabAsy’ariyyah. Di
antaranya:
25
2. Al-Fath al-Qarib Syarh Bidayah al-Murid, yang memuat tauhid atas
manhaj Asy’ariyyah
3. Hasyiyah ‘Ala Matn as-Sanusiyah
4. Tuhfah al-Murid ‘Ala Syarh Jauharah at-Tauhid
Syaikh Ibrahimal-Bajuri mencoba mengerahkan segala
kemampuannya dan keahliannya untuk mensyarahkan kitab ini, dengan cara
mengulas dan memutuskan mana yang tepat dan rajih di kalangan ulama
Ahlussunnah. Ia juga mengisinya dengan dalil naqli dan aqli serta
menyebutkan perbedaan pendapat Asy’ariyyah dan Maturidiyyah di dalam
sebagian permasalahan. Dari keempat kitab Ibrahim al-Bajuri didalam ilmu
tauhid dapat kita simpulkan bahwa Beliau seorang ulama Asy`ariyyah yang
kuat dan memiliki peranan dalam mengembangkan mazhabAsy’ariyyah,
(Hartiningsih, 2015:42-43).
C. Karya Karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri
Kesibukannya sebagai rektor dan guru besar al-Azhar tidak
menghalanginya untuk menghasilkan karya-karya besar yang bermanfaat dan
ditunggu-tunggu kehadirannya oleh para santri sejak masa hidupnya sampai
setelah puluhan bahkan ratusan tahun kemudian. Bukan saja santri-santri dari
Indonesia, melainkan juga dari belahan dunia Islam yang lain.
Dalam masa yang begitu muda Beliau telah mampu menghasilkan
beberapa buah karya yang begitu bernilai, hal ini tentu saja disebabkan
kepintaran dan keberkahan ilmu Beliau, di antara kitab - kitab yang Beliau
26
1. Tahqiqi al-Maqam ‘Ala Risalah Kifayati al-‘Awam Fima Yajibu Fi al
-Ilmi al-Kalam, selesai tahun 1223 H/1808 M. Kitab ini menjelaskan sifat
dua puluh yang wajib bagi Allah SWT, dua puluh sifat yang mustahil bagi
Allah SWT, dan satu sifat yang boleh bagi Allah SWT, kemudian di
terangkan sifat-sifat yang wajib, mustahil dan boleh bagi para
Rasul-RasulAllah SWT, kitab ini sangat bagus sekali di pelajari bagi pelajar
ilmu tauhid tingkat pemula.
2. Fath al-Qari al-Majid Syarh Bidayah al-Murid, selesai tahun 1224 H.
3. Hasyiyah ‘Ala Maulid al-Musthafa Libni Hajar, selesai tahun 1225 H.
4. Hasyiyah ‘Ala Mukhtashar as-Sanusiyah, selesai tahun 1225 H.
5. Hasyiyah ‘Ala Matn as-Sanusiyah fial-mantiq, selesai tahun1227 H.
6. Tuhfah al-Murid ‘Ala Syarh Jauharah at-Tauhid Li al-Laqqani, selesai
tahun 1234 H.
7. Tuhfah al-Khairiyyah ‘Ala al-Fawaid Syansyuriyah Syarh
al-Manzhumah ar-Rahabiyyah Fi al-Mawarits, selesai tahun 1236 H.
8. Ad-Durar al-Hisan ‘Ala Fath ar-Rahman Fima Yashilu Bihi al-Islam Wa
al-Iman, selesai tahun 1238 H.
9. Hasyiyah ‘Ala Syarh Ibn al-Qasim al-Ghuzzi ‘Ala Matn asy-Syuja‘I,
selesai tahun 1258 H, kitab ini merupakan kitab yang di pelajari di
al-Azhar Syarif dan seluruh pesantren di Nusantara sampai sekarang. Kitab
ini Beliau tulis di Makkah tepat di hadapan Ka`bah dan sebagiannya di
Madinah tepat di samping mimbar Rasulullah dalam masjid Nabawi
27
11.Hasyiah `ala Mawahib Laduniyah `ala Syamail Muhammadiyah Imam
Turmuzi.
12.Hasyiah `ala Qashidah Burdah.
13.Hasyiah `ala Qashidah Banat Sa`ad bagi Ka`ab bin Zuhair.
14.Hasyiah `ala Matn Samarqandiyah fi al-ilmi Bayan.
15.Fathul Khabir Lathif fi al-ilmi Tashrif.
16.Durar Hisan `ala fath Rahman fima Yahshulu bihi al-Islam wa al-Iman.
17.Hasyiah `ala maulid al-dardir.
18.Risalah fi al-ilmi Tauhid yang kemudian di syaraholeh ulama Nusantara,
Syaikh Nawawi al-Bantanidengan nama kitab Beliau‘Tijan al-darari’.
28 BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN SYAIKH IBRAHIM AL-BAJURI DALAM KITAB KIFAYATUL ‘AWAM
A. Sistematika Penulisan Kitab Kifayatul ‘Awam
Kitab Kifayatul ‘Awam syarah matan al-Fudhali selesai ditulis pada
tahun 1223 H dan diterbitkan oleh Darul Ilmi Surabaya. Diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh H. Mujiburrahman.
Sistematika yang dipakai dalam penulisan kitab Kifayatul ‘Awam
adalah tematik, yang penulisannya dari satu pasal ke pasal lain. Jumlah
pembahasannya ada 6 pasal yaitu: khutubul kitab, mukaddimah, ilahiyat,
nabawiyyat, sam’iyat dan khotimah.
Dalam kitab ini, ruang lingkup pembagian tauhid dibagi menjadi tiga
sebagai berikut:
1. Ilahiyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan Tuhan seperti sifat-sifat Allah SWT. Adapun urutannya adalah:
a. Sifat wajib bagi Allah SWT terdapat 20
b. Sifat mustahil bagi Allah SWT terdapat 20
c. Sifat jaiz bagi Allah SWT hanya ada 1
2. Nabawiyyat adalah pembahasan tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk sifat-sifat Nabi dan
Rasul. Adapun urutannya adalah
a. Sifat wajib bagi Rasul ada 4
b. Sifat mustahil bagi Rasul ada 4
29
3. Sam’iyatadalah pembahasan tentang segala sesuatu yang bisa diketahui
lewat sam’i, seperti wajib beriman bahwa Nabi kita akan memberi
syafa‟at, Nabi Muhammad mempunyai telaga, nasab-nasab Nabi Muhammad SAW, keutamaan keluarga Nabi Muhammad SAW.
Meskipun seluruh kitab karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri ditulis
dengan bahasa Arab, namun tetap mudah dipahami oleh orang-orang yang
mempelajarinya, misalnya dikalangan para santri, siswa dan mahasiswa,
karena pembahasannya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pelajar.
Kitab tersebut dijadikan kurikulum pendidikan diberbagai pondok pesantren
di Indonesia, antara lain di Ponpes Sunan Giri Salatiga, Ponpes Lirboyo
Kediri, Ponpes Hidayatul Mubtadi‟in Salatiga. B. Isi Pokok Kitab Kifayatul ‘Awam
Dikatakan oleh Syaikh Ibrahim al-Bajuri dalam kitab Kifayatul
‘Awambahwa wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari ilmu tauhid dan
mengetahuinya dengan dalil yang ijmali maupun tafshili, maka penulis
mengungkapkannya sebagai berikut:
Hukum mempelajari ilmu tauhid dengan dalil ijmali maupun tafshili
yang dijelaskan oleh Syaikh Ibrahim al-Bajuri dalam kitab Kifayatul ‘Awam
adalah
ً١ٌّذٌا ٝفى٠ ّٗٔا ٍٝػ سّٛٙع ٓىٌ ٍَّٟ١ظفَّزٌا ً١ٌّذٌا فشؼ٠ ْا ؽشزش٠ ُٙؼؼث يبَل
ز٘ ِٓ ٍحذ١مػ ًِّىٌ ٌٝبّعلاا
ٖ
( ٓ١غّخٌا
:سٛغجٌا
ص
ٔ٘
)
Diwajibkan bagi setiap muslim untuk mengetahui sifat-sifat yang
30
yang jaiz bagi Allah SWT. Dan sebagian ulama berkata bahwa disyaratkan
agar setiap muslim mengetahui dalil yang tafshili, akan tetapi sebagian besar
ulama ilmu kalam menetapkan bahwa cukup dalil ijmali bagi setiap akidah
yang 50 ini.
Adapun nilai pendidikan tauhid yang ada dalam kitab Kifayatul
‘Awam menurut pemikiran Syaikh Ibrahim al-Bajuri di antaranya:
1. Pengertian Wajib, Mustahil dan Jaiz Dalam Tauhid
Bahwa pemahaman akidah-akidah yang 50 berikut ini tergantung atas
tiga perkara yaitu: wajib, mustahil dan jaiz.
a. Pengertian Wajib
Maka wajib itu adalah sesuatu yang tidak didapatkan pada akal akan
ketiadaannya (H. Mujiburrahman, 2009:23).
Hal ini berarti akal tidak membenarkan perihal ketiadaannya
seperti Allah SWT itu bersifat wujud maka akal tidak akan menerima
ketiadaannya.
akan wujudnya (H. Mujiburrahman, 2009:23).
Oleh karena itu, akal tidak membenarkan perihal wujudnya
(sesuatu itu). Mushanif menerangkan bahwa jika ada orang yang
berkata perihal orang berjalan umpamanya, dimana dikatakan bahwa
31
orang itu dalam satu waktu tidak bergerak dan tidak pula diam, maka
tentunya hal tersebut adalah mustahil dimana akal tidak bisa
membenarkan keberadaan orang yang seperti itu.Tidak mungkin orang
dalam satu waktu bergerak dan diam.
c. Pengertian Jaiz
Maka, ada dan tidaknya sesuatu itu akal membenarkan. Seperti
adanya anak bagi seseorang. Jika seseorang berkata, sesungguhnya dia
mempunyai seorang anak, maka akal tentu membolehkan kebenaran
yang demikian itu. Dan jika orang itu berkata, sesungguhnya dia tidak
memiliki seorang anak, maka akal juga membolehkan kebenaran yang
demikian itu.
2. Ilahiyat
a. Pendidikan tentang Sifat-sifat Wajib bagi Allah SWT
Sifat wajib bagi Allah SWT adalah sifat yang pasti dimiliki
oleh Allah SWT itu ada 20, mustahil tidak dimiliki-Nya, adapun sifat
yang 20 itu dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
1) Sifat Nafsiyah
Adalah suatu sifat yang tidak bisa dipisahkan dari zatnya,
terdiri dari satu sifat, yaitu Wujud.
( .ُدُٛعٌُْٛا ٌَٝبَؼَر ٌَُٗ ِخَجِعاٌَْٛا ِدبَفِّظٌا َِِٓ )ُيََّٚلأَا(
:سٛغجٌا
32
Yang pertama dari sifat-sifat yang wajib bagi Allah SWT adalah
wujud (ada). (H. Mujiburrahman, 2009:37)
Allah SWT itu ada, tidak mungkin Allah SWT tidak ada.
Dalil yang membukti bahwa Allah SWT itu adalah penciptaan alam semesta beserta isinya.
Dalil bagi wujudnya Allah SWT karena setiap yang baru pasti ada zat yang menjadikannya baru dan tidak ada zat yang
menjadikannya baru bagi alam ini kecuali Allah SWT(H.
Mujibburrahman, 2009:46).
Makna wujud menurut Syaikh Muhammad al-Fudhali
adalah suatu keadaan yang harus dimiliki suatu zat, selama zat
tersebut masih ada, dan keadaan seperti ini tidak bisa dibatasi
suatu alasan (H. Mujiburrahman, 2010:28).
Berdasarkan dalil-dalil di atas bukti bahwa Allah SWT itu
ada ialah: adanya alam beserta isinya ini adalah baru. Adapun
buktinya adalah karena alam ini memiiki sifat-sifat baru, seperti
33
yang membuatnya itu pasti ada (wujud), karena sesuatu yang
tidak ada, jelas tidak dapat mengadakan sesuatu.
2) Sifat Salbiyah
Sifat yang menolak segala sifat-sifat yang tidak layak dan
patut bagi Allah SWT, sebab Allah SWT Maha Sempurna dan
tidak memiliki kekurangan. Yang termasuk sifat salbiyahAllah
SWT adalah:
maknanya adalah tidak berpemulaan. (H. Mujiburrahman,
2009:50)
Maka kesimpulan dalil itu adalah bahwa anda berkata: kalau Allah SWT itu tidak qodim dalam arti dia baru niscaya dia membutuhkan kepada muhdits maka lazimlah daur dan tasalsul dan keduanya adalah mustahil. Maka jadilah barunya Allah SWT itu mustahil maka tetaplah qidamnya dan dialah
yang dituntut.( H. Mujiburrahman, 2009:55)
Maka, makna keadaan Allah SWT itu qadim adalah
34
seseorang umpamanya, maka wujudnya itu memiliki
permulaan yaitu penciptaan nutfah (setetes air mani) yang
pada benda lain dan seterusnya, tanpa kesudahan. Adanya daur
35
Dan kesimpulan dalil baqa adalah bahwa anda berkata: kalau
tidak wajib bagi Allah SWT itu baqa’ dalam arti boleh atas
-Nya tidak ada niscaya tidak ada pada--Nya qidam, sedangkan qidam itu tidak sah dihilangkan dari Allah SWT karena dalil
yang terdahulu(H. Mujiburrahman, 2009:57).
Maka makna keadaan Allah SWT itu kekal adalah
bahwa Dia tidak ada akhir bagi wujud-Nya.
Buktinya bahwa Allah SWT bersifat baqa adalah
tetapnya qidam bagi Allah SWT dan mustahil baru-Nya.
Selama Allah SWT itu qidam karena zat-Nya, sedang zat-Nya
tetap ada dan zat itu menjadikan ada-Nya, maka tidak mungkin
Zat itu rusak dan binasa. Dengan demikian, maka wajiblah
Allah SWT bersifat kekal. Dan telah tetap bagi-Nya qidam
dengan dalil yang terdahulu dan setiap sesuatu yang telah tetap
baginya qidam niscaya mustahil atas-Nya adam. Maka dalil
baqa bagi Allah SWT adalah dalil qidam.
36
Dalil atas wajibnya mukholafah lil hawadist:
ْ١ٌَِّذٌاَٚ
kalau ada sesuatu dari segala yang baru ini menyerupai Allah SWT artinya jika Allah SWT itu seandainya diwajibkan Dia bersifat dengan sesuatu daripada sifat-sifat yang baru niscayaDia itu baru( H. Mujiburrahman, 2009:61).
Mukhalafah lil hawadist adalah Allah SWT itu berbeda
dengan setiap makhluk dari golongan manusia, jin, malaikat
dan yang lainnya (seperti benda-benda beku dan hewan-hewan
yang lain).
Allah SWT itu pasti berbeda dengan makhluk-Nya, jika
Allah SWT menyerupai makhluk sedikit saja, niscaya Dia
menyerupai benda-benda itu. Karena sesuatu yang menyerupai
benda lain dalam satu cirinya saja, maka sesuatu itu berarti
sama dengannya. Seandainya Allah SWT itu seperti benda
baru, Dia bisa menerima apa saja yang diterima oleh benda
baru itu, seperti baru dan rusak. Sebab, sesuatu yang mungkin
bagi salah satu dari dua hal yang serupa, mungkin juga sesuatu
itu bagi yang lain. Dalil bahwa Allah SWT itu bersifat qidam
dan baqa telah jelas. Maka antara Allah SWT dengan segala
37
d) Sifat Qiyamuhu Binafsihi(berdiri sendiri)
ا ُخَغِِبَخٌْا ُخَفِّظٌَا
Sifat kelima yang wajib bagi Allah SWT adalah berdiri sendiri
dengan zat-Nya sendiri.( H. Mujiburrahman, 2009:62)
Dalil yang membuktikan bahwa Allah SWT bersifat Qiyamuhu binafsihi adalah
Dan dalil bahwa Allah SWT itu berdiri sendiri adalah bahwa anda berkata: kalau Allah SWT itu membutuhkan kepada mahal yaitu zat yang Dia berdiri dengannya sebagaimana warba putih membutuhkan kepada zat yang dia berdiri dengannya niscaya Allah SWT itu sifat sebagaimana warna
putih itu umpamanya adalah sifat( H. Mujiburrahman,
2009:64).
Maka, makna keadaan Allah SWT itu berdiri dengan
sendiri-Nya adalah bahwa Allah SWT Maha Kaya dengan zat
yang Dia berdiri dengannya (selain zat-Nya sendiri) dan kaya
terhadap yang menjadikan karena Allah SWT. Dialah yang
menjadikan sesuatu dan yang meniadakan sesuatu tanpa
bantuan dari para makhluk-Nya.
Allah SWT itu wajib bersifat qiyamuhu binafsihi dalam
38
tidak membutuhkan tempat yang ditinggali atau kediaman
untuk tempat tinggal. Dan juga, bahwa Allah SWT itu
qadimyang tidak membutuhkan penentu yang memberi
ketentuan bagi-Nya dan tidak pula membutuhkan kepada zat
yang menciptakan-Nya(M Fadli, 2000:16). Wahdaniyyah (Esa) pada zat, sifat-sifat dan
perbuatan-perbuatan dalam arti tidak berbilang(H. Mujiburrahman,
2009:65).
Dalil yang membuktikan Allah SWT bersifat wahdaniyahadalah
Maka wujudnya alam ini adalah dalil atas wahdaniyyahnya Allah SWT dan atas ketiadaannya sekutu bagi-Nya dalam satu perbuatan di antara beberapa perbuatan dan atas ketiadaannya perantara bagi-Nya dalam hal perbuatan, Maha Agung lagi Maha Tinggi Allah SWT dan Dialahyang kaya
dengan kekayaan yang mutlak (H. Mujiburrahman, 2009:73)
Wahdaniyah adalah zat Allah SWT itu tidak tersusun
dari bagian-bagian, Allah SWT itu tidak memiliki dua sifat
39
dua ilmu dan dua iradat, dan tidak ada seorangpun di antara
semua makhluk yang memiliki satu perbuatan, karena Allah
SWT yang menciptakan perbuatan-perbuatan semua makhluk
dari para Nabi, Malaikat dan yang lainnya.
Dalil di atas menerangkan bahwa Allah SWT tidak
tersusun baik dalam zat maupun sifat-Nya. Tidak ada satu
benda pun yang menyamai Allah SWT baik dalam sifat
maupun zat-Nya, seandainya ada sesuatu yang menyamai-Nya,
maka wajib bagi sesuatu itu hal-hal yang wajib bagi Allah
SWT, dan mustahil pula atas sesuatu itu hal-hal yang mustahil
bagi Allah SWT, niscaya sesuatu yang menyamai Allah SWT
dalam zat maupun sifat-Nya tersebut adalah Tuhan pula.
Padahal apabila ada Tuhan lain bersama Allah SWT,
maka alam semesta tidak akanada, sebagaimana diisyaratkan
oleh Q.S al-Anbiya‟ ayat 22, yang berbunyi:
Seandainya di langit dan di bumi ada Tuhan selain Allah SWT,
niscaya langit dan bumi itu rusak (Departemen Agama RI,
2005:324).
Maksudnya, seandainya dalam penciptaan langit dan
bumi ada Tuhan selain Allah SWT, walaupun Allah SWT
bersama mereka, maka langit dan bumi itu pasti rusak dan