• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI (Telaah Kitab BAYAN) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI (Telaah Kitab BAYAN) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI

(Telaah Kitab

BAYAN

)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

RINA LAILANA

NIM: 114 14 019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan dan rasa syukur yang mendalam kepada-Mu ya Robb,

maka skripsi yang penulis susun ini di persembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat, nasehat,

dukungan serta doa. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

2. Adikku (Ayu Dea) yang telah dan selalu memberi semangat, motivasi, dan

memberikan banyak bantuan sampai penulis selesai menyusun skripsi ini.

3. Guru-guruku dari masa pendidikan paling awal sampai saat ini, seluruh dosen

IAIN Salatiga yang telah mencurahkan ilmu dan nasehat selama masa

pendidikan.

4. Teman-temanku seperjuangan di fakultas maupun di institusi yang tidak

pernah henti-hentinya mendukung aku sampai skripsi ini terselesaikan.

5. Kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa belajar dan berusaha meraih

Ridho-Nya dan seluruh pembaca yang budiman yang bersedia membaca

skripsi ini. Seluruh makhluk hidup didunia ini yang ikut menjadi inspirasi

penulis.

6. Almamaterku tercinta, IAIN Salatiga, tempat diri ini menimba Ilmu. Sekolah

ku dari MI, MTS, hingga SMA yang telah memberiku lahan ilmu dan

(8)

KATA PENGANTAR

sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan

kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para

umatnya (nabi Muhammad SAW).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika

tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

(9)

4. Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan FTIK IAIN Salatiga yang

telah memberikan pelayanan kepada penulis.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo‟a semoga Allah

SWT menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang

pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al-Hamdulillahi Robbil „Alamiin.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Salatiga, 14 Maret 2018 Penulis

(10)

ABSTRAK

Rina Lailana. 2018. Konsep Pendidikan Islam Menurut Pemikiran Syaikh Ahmad

Rifai (Telaah Kitab Bayan). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.

Kata kunci: Konsep Pendidikan Islam, Ahmad Rifai

Syaikh Ahmad Rifai adalah seorang ulama jawa yang produktif yang telah menulis sekurang-kurangnya 60 judul kitab dalam bahasa jawa dengan menggunakan tulisan arab (arab pegon). Salah satu diantara karya beliau adalah kitab Bayan yang membahas tentang pendidikan islam dan dakwah. Dalam hal ini penulis ingin menelaah beberapa hal, diantaranya: (1) Bagaimanakah biografi dan latar belakang penulis kitab Bayan? (2) Bagaimanakah Konsep Pendidikan Islam menurut pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam kitab Bayan? (3) Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan konsep pendidikan menurut pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam kitab Bayan? (4) Bagaimanakah relevansi Konsep Pendidikan Islam menurut pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dengan pendidikan Islam pada masa kini?.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library

research). Sumber data primer adalah kitab Bayan, sumber sekundernya adalah

buku sejarah perjuangan beliau dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analisis, dan content analysis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LOGO IAIN ... ii

NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

G. Sistematika Penulisan... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islam ... 14

B. Pendidikan Islam di indonesia ... 24

BAB III PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI TENTANG KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB BAYAN A. Biografi Syaikh Ahmad Rifai... 28

(12)

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB BAYAN

A. Aplikasi Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam

Pendidikan Islam... 54

B. Kelebihan Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam

Pendidikan Islam... 63

C. Kekurangan Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam

Pendidikan Islam……...………66

D. Inti Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam

Pendidikan Islam...66

E. Relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai terhadap pendidikan

Islam modern...67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………...70

B. Saran………..72

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alquran diturunkan oleh Allah membawa perhatian besar terhadap

perkembangan hidup manusia. Alquran diwahyukan tidak terbatas kepada

Umat Rasulullah Muhammad SAW saja, akan tetapi diperuntukkan bagi alam

semesta. Teks-teks di dalam al Quran mempunyai daya dorong yang sangat

kuat bagi umatnya untukmelakukan penafsiran dan pengembangan makna

terhadap ayat-ayatnya, bahkan umat manusia pada umumnya.

Al Quran adalah pedoman bagi seluruh umat manusia dalam menjalani

kehidupan di dunia dan mempersiapkan kehidupan di akhirat. Allah memilih

manusia sebagai khalifah di muka bumi, bukannya malaikat ataupun jin.

Seperti wahyu Allah SWT pada surah Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Sementara itu, untuk melaksanakan kehidupan dan menjadi khalifah yang

(14)

dengan alasan yang telah Allah cantumkan dalam Al Quran surah Ali Imran menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.

Allah telah memberikan konsep belajar yang paling mudah melalui wahyu

dalam surah Al Alaq ayat 1-5 sebagai wahyu yang pertama kali turun. Allah

menurunkan ayat pertama kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Al Alaq 1-5

dimana ayat tersebut berisikan tentang perintah membaca. Bertolak dari

perintah Allah dalam al Alaq 1-5 dapat disimpulkan bahwa tugas utama

seorang manusia adalah membaca (belajar) .

Setelah seseorang belajar, Allah kembali memberikan tugas lain kepada

manusia yaitu mengajarkannya. Perintah ini terdapat dalam surah At Taubah

(15)

Asbabun nuzul dari diturunkannya ayat tersebut adalah : Ibnu Abi Hatim

meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata : Tatkala turun ayat 38-39 dari surah

ini yang berisi izin dari Allah kepada kaum muslimin untuk berperang, kaum

mukminin bergegas dan bersemangat keluar berperang sehingga

meninggalkan beberapa kelompok orang yang tengah mengajarkan agama

kepada kaum arab di pedalaman. Lalu, orang-orang munafik berkata :

sungguh, orang-orang yang berada di lembah pedalaman itu telah tertinggal

dari kewajiban. Celakalah mereka!” Lalu, turunlah ayat 122 ini ( Lubabun

Nuqul : 144, Departemen Agama Republik Indonesia . 2003 . Al Quran dan

Terjemahan)

Dari ayat-ayat tersebut diatas, maka terjadilah interaksi pendidikan. Sudah

mencapai beribu tahun sejak ayat tersebut turun hingga saat ini. Tentu saja

dalam perkembangan zaman sejak Rasulullah yang mana pendidikan

dilaksanakan secara klasikal hingga saat ini dapat kita temui fasilitas

pendidikan yang masih menggunakancara-cara klasik maupun beralih

menggunakan cara-cara modern.

Dalam sebuah pendidikan kita mengenal bahwa jantung dari terlaksana

dengan baik atau tidaknya sebuah pendidikan adalah kurikulum. A Ferry T.

Indratno mengatakan bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu

sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi

pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah

maka dapat dipahami bahwa kurikulum adalah sebagai alat sentral bagi

(16)

Dengan tersedianya kurikulum yang tersusun dengan baik, pendidikan

akan berjalan lancar . Meski begitu, dapat dengan mudah kita temui

dilapangan bahwa pendidikan merupakan persoalan hidup manusia

sepanjang hayatnya, baik secara individu, kelompok sosial, maupun sebagai

bangsa. Sementara itu, pemerintah dan masyarakat berharap agar lulusan

dapat menjadi pemimpin, manajer, inovator, operator yang efektif dalam

bidang ilmu pengetahuan dan mampu beradaptasi dengan perubahan ilmu dan

teknologi saat ini dan memiliki iman dan takwa yang kuat (Muhammad

Fathurrahman, 2015:1).

Membaca adalah belajar sepanjang hayat, dalam diri seeorang ketika

belajar dalam sepanjang hayatnya tentu mengalami perubahan-perubahan

baik secara internal maupun eksternal. Faktor yang memengaruhi belajar

seeorang secara internal misalnya motivasi, kondisi fisik dan psikologis.

Sementara itu pengaruh secara eksternal diantaranya adalah perubahan sosial.

Menurut Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed dalam bukunya Sosiologi

Pendidikan (Individu, Masyarakat dan Pendidikan) mengatakan bahwa

perubahan sosial merupakan gejala perubahan dari suatu keadaan sosial

tertentu ke arah keadaan sosial lain. Perubahan sosial pasti memiliki suatu

arah dan tujuan tertentu (Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed, 2013:207). Proses

belajar yang diperintahkan oleh Allah memang sedianya harus diolah agar

menjadi suatu konsep yang relevan dengan kebutuhan kehidupan tanpa

(17)

bisa menghindari adaya perubahan-perubahan dalam kultur pendidikan.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi proses belajar.

Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed juga mengatakan bahwa proses

perubahan sosial adalah : Pertama, komunikasi, dimana melalui kontak

komunikasi, unsur-unsur baru dapat menyebar, baik berupa ide-ide, gagasan,

keyakinan, maupun kebendaan. Difusi tersebut mendorong terjadinya

akulturasi dan asimilasi. Akulturasi merupakan proses penerimaan

unsur-unsur kebudayaan baru dari luar secara lambat dengan tidak menghilangkan

khas kepribadian kebudayaan sendiri. Sementara asimilasi adalah suatu

proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan baru yang berbeda, sebagai

akibat dari adanya toleransi antar kebudayaan yang berbeda, kesempatan

yang sama dalam bidang ekonomi, adanya sikap menghargai terhadap

hadirnya orang asing dan kebudayaan yang dibawa, adanya sikap terbuka

terhadap golongan yang berkuasa, adanya unsur-unsur kebudayaan yang

sama, terjadinya perkawinan campuran, adanya musuh bersama dari luar

(Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed, 2013:212-213).

Menurut pengamatan penulis, perubahan tersebut tentunya juga dapat

dialami oleh siapa saja khususnya murid sebagai pelaku pendidikan.

Pengaruh-pengaruh tersebut tentunya membawa dampak pada budaya di

ranah pendidikan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi cara pandang

terhadap konsep-konsep pendidikan dari masalalu. Inilah akhirnya

melahirkan perubahan-perubahan kosep dan terkadang menjadi penyebab

(18)

Di Indonesia, referensi pendidikan yang digunakan tentu sudah sangat

banyak, mengingat pendidikan di Indonesia juga telah berjalan bahkan

sebelum negara Indonesia merdeka. Referensi pendidikan tersebut beragam,

ada referensi pendidikan dari barat dan ada referensi pendidikan dari timur

tengah. Sejak dimulainya pendidikan itu sendiri, tentu pendidikan di

Indonesia juga telah mengalami banyak modifikasi yang disesuaikan dengan

kebutuhan umat di Indonesia, khususnya pendidikan Islam. Diantara

kitab-kitab pendidikan tersebut adalah kitab-kitab Bayan.

Saat ini, kitab Bayan karangan Syaikh Ahmad Rifai memang belum

tersebar luas layaknya kitab-kitab arab lain yang sudah terlebih dahulu

masyhur. Namun, di kalangan pengikut Syaikh Akhmad Rifai, kitab ini dikaji

dan dipelajari dalam ranah pendidikan formal maupun di pesantren-pesantren.

Salah satuhal yang istimewa dari kitab Bayan adalah bahwasanya kitab ini

ditulis dalam bahasa jawa sehingga menjadi sebuah ilmu instant yang bisa

dengan mudah dilaksanakan tanpa diterjemahkan lagi oleh orang jawa (pada

zamannya).Namun, setelah berpuluh tahun kitab ini diringkas, agaknya justru

bahasa jawa mulai ditinggalkan, padahal bahasa jawa adalah bahasa yang

tinggi nilai sastra, begitu luhur dan sarat makna. Disinilah penulis mencoba

menjabarkan isi kandungan yang tertulis dalam kitab karangan Syaikh Ahmad

Rifai tersebut. Kitab Bayan ini secara keseluruhan terdiri dari 2 jilid yang

terdapat 176 halaman. Ditulis menggunakan huruf arab pegon (huruf arab

(19)

Dari deskripsi yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis sangat

tertarikuntuk mengkaji lebih lanjut tentang konsep pendidikan Islam dalam

kitab Bayan, sehingga melalui kerangka berfikir Syakh Ahmad Rifai inilah,

penulis mengangkat judul “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT

PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI” (Telaah Kitab Bayan).

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini penulis uraikan sebagai

berikut :

1. Bagaimana riwayat hidup Syaikh Ahmad Rifai (Penulis Kitab Bayan)?

2. Bagaimana isi kandungan kitab Bayan tentang konsep pendidikan Islam?

3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pemikiran Syaikh Ahmad Rifai

tentang konsep pendidikan Islam?

4. Bagaimana relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan

Islam dengan pendidikan Islam modern saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Agar dapat terarahnya penelitian ini, maka penulis menuliskan tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui latar belakang biografi dan riwayat hidup Syaikh

Ahmad Rifai.

2. Untuk mengetahui bagaimana isi dari kitab Bayan tentang konsep

pendidikan Islam.

3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pemikiran Syaikh Ahmad

(20)

4. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang

pendidikan Islam dengan pendidikan Islam modern saat ini.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap akan mendapatkan

manfaat yaitu :

1. Dapat mengetahui latar belakang biografi dan riwayat hidup Syaikh

Ahmad Rifai.

2. Dapat mengetahui isi dari kitab Bayan tentang konsep pendidikan Islam.

3. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangann pemikiran Syaikh Ahmad

Rifai tentang pendidikan Islam.

4. Dapat mengetahui relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang

pendidikan dengan pendidikan Islam modern saat ini.

E. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas penelitian skripsi ini dan menghindari dari salah

faham, maka penulis menjabarkan istilah-istilah dalam judul diatas sebagai

berikut :

1. Konsep Pendidikan Islam

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,

sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang

sama. Dalam kenyataannya konsep dapat memiliki tingkat generalisasi

yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan realita maka akan

semakin mudah diukur dan diartikan (Mardalis, 1995:45). Dari

(21)

realita yang menggambarkan intisari atau kesimpulan umum suatu hal

dan memiliki fungsi sebagai penyederhana pemikiran tentang suatu hal

sehingga timbul keteraturan dan kemudahan komunikasi.

Sementara itu, pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang

dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk

mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2010:34).

Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan adalah

abstraksi dari realita yang menggambarkan intisari atau kesimpulan

dalam mencapai usaha sadar untuk mempengaruhi peserta didik sesuai

cita-cita dari usaha tersebut.

2. Kitab Bayan

Merupakan kitab karangan Syaikh Ahmad Rifai yang berisikan

nadzam-nadzam syair dalam bahasa jawa sebanyak 2 jilid berisi 176

halaman. Yang bermakna tentang tata cara pendidikan baik dari sudut

pandang guru maupun murid. Kitab ini ditulis dalam tulisan arab pegon

(arab berbahasa jawa), dan berupa bait-bait seperti pantun 4 baris dengan

bunyi vocal ataupun konsonan yang sama.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian kualitatif, yaitu mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan

(22)

fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti

atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti

merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005:24).

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menempuh langkah-langkah

melalui riset kepustakaan (lybrary research) yaitu suatu riset

kepustakaan atau penelitian murni (Hadi,1987: 9). Dan metode ini

mengkaji sumber-sumber tertulis yang telah dipublikasikan (Arikunto,

1991 : 10). Misalnyakitab-kitab dan buku atau referensi lainnya yang ada

kaitannya dengan yang diteliti penulis.

Adapun sebagai sumber data primer adalah “Kitab Bayan” dan tanpa

menafikan buku-buku lain yang ada hubungannya dengan sumber data

primer yaitu buku-buku sekunder berkaitan tentang pendidikan maupun

biografi Syaikh Ahmad Rifai.

3. Metode Analisis Data

Dalam analisis data, penulis berusaha untk mencoba memberikan arti

yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari

hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (Moleong, 2001 : 103).

Adapun metode-metode yang dipakai penulis dalam menganalisisdata

(23)

a. Metode Deskriptif Analysis

Deskriptif adalah berusaha mendeskripsikan dan

menginterpretasikan apa yang ada, baik kondisi atau hubungan yang

ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung

dan telah berkembang (Faisal Sanapiah, 1982:19)

Sedangkan menurut Ibnu Hajar, metode deskriptif adalah

memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang

diselidiki (Ibnu Hajar, 1996:274).

Jadi, Metode deskriptif analisis adalah mendeskripsikan atau

menginterpretasikan sesuatu yang ada dengan memberikan

gambaran yang jelas dan akurat.

b. Metode Content Analysis

Metode content analysis adalah suatu metode untuk

mengungkapkan isi pemikiran tokoh yang di teliti (Nawawi Handari,

1995:68). Soedjono memberikan definisi content analisis adalah

usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan

situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu itu ditulis (Soedjono,

1999:14).

Hal ini sangat penting sekali untuk mengetahui kerangka berfikir

Syaikh Ahmad Rifai yang tertuang dalam kitab Bayan tentang

(24)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika yang dimaksud disini adalah gambaran singkat tetang subtansi

pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih

jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi, maka penulis bagi sistematika ke

dalam lima bab yang diawali dengan halaman judul, halaman nota

pembimbing, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pegantar,

abstrak dan daftar isi yang selanjutnya diikuti oleh bab ke bab.

BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,metode

penilitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Landasan Teori yang berisikan pembahasan mengenai konsep

pendidikan Islam secara umum.

BAB III : Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam dalam

kitab Bayan, dalam hal ini memuat beberapa pembahasan seperti halnya

tentang riwayat hidup Syaikh Ahmad Rifai, latar belakang pendidikan Syaikh

Ahmad Rifai dan guru-gurunya, latar belakang sosial politik, karya-karya

Syaikh Ahmad Rifai, Isi kitab Bayan dan konsep pendidikan Islam menurut

Syaikh Ahmad Rifai dalam kitab Bayan.

BAB IV : Merupakan bab pembahasan yang meliputi aplikasi pemikiran

Syaikh Ahmad Rifai dalam pendidikan, kelebihan dan kekurangan pemikiran

Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam, Inti pemikiran Syaikh Ahmad

Rifai tentang pendidikan Islam dalam kitab Bayan dan relevansi pemikiran

(25)

BAB V : Merupakan bab yang terakhir yang menjabarkankesimpulan,

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Pendidikan Islam

1. Pengertian Konsep.

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,

sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang

sama. Dalam kenyataannya konsep dapat memiliki tingkat generalisasi

yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan realita maka akan

semakin mudah diukur dan diartikan (Mardalis, 1995:45). Dari

pengertian diatas dapat dipahami bahwa konsep adalah abstraksi dari

realita yang menggambarkan intisari atau kesimpulan umum suatu hal

dan memiliki fungsi sebagai penyederhana pemikiran tentang suatu hal

sehingga timbul keteraturan dan kemudahan komunikasi.

2. Pengertian Pendidikan.

Terminologi Pendidikan merupakan terjemahan dari istilah

Pedagogi : Istilah ini berasal dari bahasa Yunani Kuno Paidos dan aago.

Paidos artinya budak dan aagoo artinya membimbing. Akhirnya,

pedagogie diartian sebagai budak yang mengantarkan anak majikan

untuk belajar. Dalam perkebangannya, pedagogie dimaksudkan sebagai

ilmu mendidik. Dalam khazanah teorisasi pendidikan, ada yang

membedakan secara tegas antara pendidikan dan pengajaran. Pembedaan

(27)

cakupan rambahan yang dibidik oleh kegiatan tersebut (Drs. M Jumali,

2004:78).

Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha

manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di

dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun

sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau

berlangsung suatu proses pendidikan ( Drs. M. Noor Syam, 1988:45).

3. Pengertian Pendidikan Islam

Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, DR. H. Samsul Nizar, M.A

(2002) mengutip teori dari Ahmad Syalabi bahwa “Istilah pendidikan

dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah,

al-ta‟dib, dan al-ta‟lim.dari ketiga istilah tersebut term yang popular

digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.

Sedangkan term al-ta‟dib dan al‟ta‟lim jarang sekali digunakan. Padahal

kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan

pendidikan Islam. Pengertian dari term-term tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Istilah al-Tarbiyah

Penggunaan kata al-tarbiyah berasal dari kata rabb yang memiliki

pengertian dasar menunjukkan makna tumbuh, berkembang,

memelihara, merawat, mengatur dan menjaga kelestarian atau

(28)

yang luas pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term

al-Tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu :

1) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa

(baligh).

2) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.

3) Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.

4) Melaksanakan pendidikan secara bertahap (Abdurrahman An

Nahlawi, 1992:32).

b. Istilah al-Ta‟lim

Istilah al-talim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan

pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal

di banding dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta‟dib. Rasyid Ridha

mengartika al-Ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu

pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan

tertentu (M Rasyid Ridha, tanpa tahun:262).

c. Istilah al-Ta‟dib

Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan

pendidikan Islam adalah al-Ta‟dib. Kata al-Ta‟di dimaknai al-Attas

sebagai mendidik. Maka al-Ta‟dib berarti pengenalan dan

pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri

manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat dari segala sesuatu di

dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan

(29)

tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya

(M. Nauqib Al Atas, 1994:60).

Dari ketiga pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa

pendidikan Islam adalah upaya memelihara, merawat, mengatur, dan

menjaga kelestarian dalam proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa

individu sehingga manusia akan terbimbing secara tepat dalam wujud

dan kepribadiannya.

4. Substansi dalam Pendidikan Islam

Berangkat dari kesimpulan diatas, maka pendidikan Islam

merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinyu dan

berkesinambungan atau dapat disebut juga pendidikan manusia

seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Maka pendidikan Islam

memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

a. Tugas Pendidikan Islam

Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan pesrta didik dari

tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan

optimal (DR. H. Samsul Nizar, 2002:32).

b. Fungsi Pendidikan Islam

Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan fasilitas yang dapat

memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar (DR. H.

(30)

Dari kedua pengertian tersebut diatas, penulis setuju dengan pendapat

DR. H. Samsul Nizar, M.A yang menyimpulkan bahwa tugas pendidikan

Islam setidaknya dapat dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan

tersebut adalah : Pendidikan Islam sebagai pengembangan potensi, proses

pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya.

Tugas dan fungsi dalam pendidikan Islam tersebut tidak dapat

dijalankan tanpa adanya pokok dasar yang melandasi kegiatan

pendidikan Islam. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi

pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini,

dasar menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber

nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke

arah pencapaian pendidikan (DR. H. Samsul Nizar, 2002:34-35).

Penjelasan mengenai dasar pendidikan Islam dan tujuan pendidikan

Islam :

a. Dasar Pendidikan Islam.

Dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah al-Quran dan

Sunnah Rasulullah (hadis). Menetapkan al Quran dan Sunah sebagai

dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran

yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justeru karena

kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima

oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau

pengalaman kemanusiaan. Beberapa dasar pendidikan dalam al

(31)

1) Sebagai pedoman, al Quran tidak ada keraguan padanya (Q.S Al

Baqarah ayat 2)

2) Al Quran tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya (Q.S Ar

Ra‟d ayat 9)

3) Kepribadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh

tauladan yang baik (Q.S. Al Ahzab ayat 21)

4) Oleh karenanya, perilaku Rasul senantiasa terpelihara dan

dikontrol oleh Allah SWT (Q.S An Najm ayat 34)

Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi yaitu

(DR. H. Samsul Nizar, 2002:47) :

1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al

Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya.

2) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah

bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak dan

pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.

Setelah menguraikan dasar pendidikan diatas, penulis setuju

bahwa pendidikan Islam haruslah didasarkan pada al Quran dan

Sunah. Meskipun seiring dengan perkembangan zaman banyak

sekali metode dan cara –cara baru atau kontemporer dalam

memfasilitasi pendidikan, sebelum program-program tersebut

dilaksanakan haruslah dikoreksi terlebih dahulu apakah

(32)

b. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen utama pada

sistem pendidikan. Dengan tujuan pendidikan, diharapkan proses

pendidikan dapat mencapai hasil efektif dan efisien. Apabila tujuan

pendidikan tidak digariskan secara tegas, maka pendidikan akan

mengalami ketidakpastian dalam prosesnya, yang akibatnya manusia

sebagai out-put pendidikan tidak memiliki patokan atau pedoman

hidup luhur yang sesuai dengan hakekatnya sebagai menusia (Drs.

M. Jumali, 2004:48-49).

Kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di

Islamabad, menyatakan bahwa :

Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik-pen) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Kerena itu, pendidikan Islam hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual; imajinasi; fisik; ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; mendorong semua spektersebut berkembang ke arah kebaikan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Alla, baik

secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia (SWCC,

2002:37-38).

Menyimpulkan rumusan mengenai tujuan pendidikan bahwa

penulis setuju dimana tujuan pendidikan Islam adalah untuk

melejitkan potensi pesrta didik sesuai dengan fitrahnya dalam segala

aspek dan berkesesuaian dengan pengertian pendidikan Islam itu

(33)

Setelah kita mengetahui tugas, fungsi, dasar dan tujuan pendidikan,

maka kita sebagai komponen pendidikan (manusia) pada akhirnya yang

akan melaksanakan proses pendidikan tersebut. Dalam melaksanakan

pendidikan, kita membutuhkan metode-metode dalam pendidikan agar

pendidikan yang kita laksanakan dapat melaksanakan tugas dan

fungsinya, dan sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan Islam.

Secara literal, metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua

kata yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi

metode berarti jalan yang dilalui (M. Arifin, 1987:97). Al Syaibani

mengatakan bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang

terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian

mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta

didiknya, suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik

untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang

dikehendaki pada tingkah laku mereka (Omar Muhammad, 1979).

Sementara itru, an-Nahlawi, mengemukakan beberapa metode paling

penting dalam pendidikan Islam (An Nahlawi, 1992:283-284), yaitu :

a. Metode hiwar(percakapan) Qur‟ani dan Nabawi

b. Mendidik dengan kisah Qur;ani dan Nabawi

c. Mendidik dengan amstal(perumpamaan) Qur‟ani dan Nabawi

d. Mendidik dengan memberi teladan

(34)

f. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidhah

(peringatan)

g. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat

takut).

Metode-metode tersebut diatas merupakan metode-metode yang

dicetuskan oleh ilmuwan muslim. Sementara itu, kita sebagai komponen

pendidikan dapat menggunakan metode-metode tersebut maupun tidak.

hal yang terpenting adalah kita harus berprinsip bahwa tidak ada metode

yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua ilmu dan mata

pelajaran, semua tahap pertumbuhan dan perkembangan, semua taraf

kecerdasan dan kematangan, semua guru dan pendidik, dan semua

keadaan dan suasana yang meliputi proses pendidikan itu. Oleh karena

itu kebijaksanaan dan kearifan pendidik sangat diperlukan dalam

menentukan metode yang paling tepat untuk sebuah pembelajaran.

Apabila proses pendidikan telah dilaksanakan, maka tugas

pendidik adalah untuk menentukan hasil apakah pendidikan tersebut

berjalan dengan baik atau tidak, sesuai dengan harapan atau tidak,

berhasil atau tidak. Untuk dapat menentukan tingkat keberhasilan

pendidikan maka pendidik memerlukan evaluasi.

Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mengacu pada

sistem evaluasi yang digariskan Allah SWT dalam al Quran sebagaimana

(35)

Rasulullah dalam pembinaan rihlah Islamiyah, maka secara umum sistem

evaluasi pendidikan Islam adalah sebagai berikut (DR. H. Samsul Nizar,

2002:81-82):

a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap

berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al

Baqarah ayat 155).

b. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai mana hasil pendidikan

wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya

(Q.S. An Naml ayat 40)

c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau

keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi

Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (Q.S. Ash

Shaffat ayat 103-107).

d. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang

telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi

Adam AS tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya di

hadapan para malaikat (Q.S. Al Baqarah ayat 31)

e. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas

baik, dan memberikan semacam „iqab (siska) bagi mereka yang

beraktifitas buruk (Q.S. Al Zalzalah ayat 7-8)

f. Allah SWT dalam mengevaluasi hambanya tanpa memandang

formalitas (penampilan), tapi memandang substansi di balik tindakan

(36)

g. Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi

sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan

evaluasi yang dilakukan (Q.S. Al Maidah ayat 8). Proses evaluasi

pendidikan Islam secara essensial berlaku bagi setiap muslim.

Demikian halnya dengan peserta didik yang sadar dan baik, adalah

mereka yang sering mengevaluasi diri sendiri, baik mengenai

kelebihan yang hendaknya dipertahankan maupun kekurangan dan

kelemahan yang perlu dibenahi karena evaluasi itu sendiri

hendaknya dilakukan secara objektif (Q.S. Adz Dzariyat ayat 21).

Bahkan dalam konteks evaluasidiri, Umar bin Khattab pernah

berkata “evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi orang lain”.

Hal ini mutlak diperlukan, sebab Allah senantiasa mengawasi dan

mengevaluasi tindakan manusia (Q.S. Al Baqarah ayat 115. Q.S.

Muhammad ayat 4) dengan cara menugaskan malaikat (Q.S. Qaaf

ayat 18).

Dengan dasar-dasar evaluasi pendidikan Islam tersebut diatas,

penulis setuju bahwa pendidik dapat memodifikasi bentuk evaluasi

pendidikan Islam dengan menggunakan dasar-dasar evaluasi dari al

Quran.

B. Pendidikan Islam di Indonesia

Pengertian pendidikan secara umum sudah penulis jabarkan diatas yang

(37)

simultan memproses peserta didik menjadi lebih bertambah pengetahuan,

skill dan nilai kepribadiannya dalam suatu keteraturan kalender akademik.

Hakikat pendidikan menjadi tereduksi sebagai batas kegiatan sekolah (Drs.

M. Jumali, 2004:19).

Sebagai sebuah negara yang melaksanakan sistem pendidikan, tentu

pemerintah memiliki pengertian pendidikan yang tertuang dalam

undang-undang sebagai tolok ukur pelaksanaan pendidikan di Indoensia.

Menurut Undang-Undang SISDIKNAS nomor 20 Tahun 2003 bahwa :

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

berakar pada nilai-nilai agama, kenudayaan nasional Indonesia dan

tanggap terhadap tututan perubahan zaman.

3. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan

yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional.

Melihat cuplikan undang-undang tentang pendidikan Nasional dalam

(38)

Nasional dan sistemnya telah diatur dalam undang-undang sedemikian rupa

dengan didasarkan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia.

Sampai disini kita bisa menggaris bawahi bahwa pendidikan Islam di

Indonesia tentunya bertolak dari dasar nilai-nilai agama itu sendiri.

Kesimpulan sementara dari penulis dapat dikembalikan kesesuaiannya

dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007

tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan yang memiliki isi

diantaranya :

1. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

membentuk sikap, kepribadian, dan ketrampilan peserta didik dalam

mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya

melalui mata pelajaran/ kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis

pendidikan.

2. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta

didik untuk dapat menjalankan peranan menuntut penguasaan

pengetahuan tentang ajaran agama dan/ atau menjadi ahli ilmu agama

dan mengamalkan agamanya.

3. Pendidikan diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang

(39)

4. Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan

Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah

atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya.

5. Dan seterusnya.

Dalam undang-undang tersebut pendidikan agama telah dipisahkan menurut

tujuan dan fungsi pada setiap agama masing-masing. Begitu pula dengan

pendidikan Islam yang pada dasarnya konsep pendidikan Islam itu sendiri

(40)

BAB III

PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB BAYAN

A. Biografi Syaikh Ahmad Rifai

1. Silsilah Keluarga Syaikh Ahmad Rifai

Ahmad Rifai lahir di sebuah desa bernama Tempuran, saat ini

terletak di kota Kecamatan Kendal Jawa Tengah pada hari Kamis, 9

Muharam 1200 H dari pasangan KH. Muhammad Marhum bin Abusujak

dan Siti Rahmah. Raden KH. Abusujak alias Soetjowidjojo, kakek

Ahmad Rifai adalah seorang bangsawan keturunan darah kraton yang

bekerja sebagai penghulu landerad di Kendal (Ahmad Syadzirin Amin,

1996 : 39-40).

Ahmad Rifai memiliki enam saudara yaitu (Ahmad Syadzirin

Amin, 1996 : 41) :

a. KH. Qamarun

b. KH. Abdul Karim

c. Kiai Salamah

d. KH. Zakaria

e. Nyai Radjiyah

f. Kiai Muhammad Arif

(41)

Sejak lahir hingga usia 6 tahun, Ahmad Rifai hidup diasuh

langsung oleh kedua orangtuanya. Ia diajarkan mengenal huruf hijaiyah,

diajarkan menulis dan merangkai huruf hijaiyah dan diajarkan

kepadanya pula membaca surat-surat pendek. Secara garis besar, Ahmad

Rifai sudah mulai dikenalkan dengan ajaran Islam sejak kecil. Ia juga

dididik adab menggunakan bahasa kromo inggil, bahasa sopan santun

terhadap orang tua dan sesama kawan yang lazim berlaku di kalangan

bangsawan keturunan kraton (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 42).

Ketika berusia 6 tahun, tepatnya pada tahun 1207 H ayahnya wafat

sehingga Ahmad Rifai menjadi anak yatim. Dua tahun kemudian pada

1209 H sang kakek Abu Sujak menyusul wafat dan dimakamkan di

masjid Jami‟ Kendal. Ahmad Rifai diasuh oleh ibundanya hingga ia

berusia tujuh tahun (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 42).

Untuk mengurangi beban siti Rahmah dan demi kelangsungan

pendidikan masa depan, saat berusia tujuh tahun Ahmad Rifai dibawa

oleh kakak kandungnya yaitu Nyai Radjiyah ke Kaliwungu dan tinggal

di rumahnya. Selama di Kaliwungu, ia mendapat pendidikan dan

pembinaan dari kakak iparnya yang bernama Asy‟ari, seorang ulama

kharismatik pendiri dan pengasuh pondok pesantren kaliwungu. Dari

permulaan mengaji ilmu pokok-pokok agama sampai ranting-rantingnya

ia hampir tak pernah lepas dari asuhan dan binaan ulama Kaliwungu

(42)

2. Latar Belakang Pendidikan Syaikh Ahmad Rifai

Latar belakang pendidikan Syaikh Ahmad Rifai dimulai sejak ia

kanak-kanak hingga berusia enam tahun dalam asuhan kedua

orangtuanya. Kemudian mulai usia enam tahun ia berada di bawah

bimbingan Kyai Asy‟ari Kaliwungu.

Sekitar tahun 1230 H, Ahmad Rifai memutuskan untuk

menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu ke Mekah. Ia menuntut ilmu

di Mekah dan Madinah selama delapan tahun (Ahmad Syadzirin Amin,

1996 : 51). Setelah selesai menuntut ilmu di Mekah dan Madinah,

Ahmad Rifai melanjutkan belajarnya ke Mesir selama dua belas tahun

(Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 53).

3. Guru-Guru Syaikh Ahmad Rifai

Diantara guru-guru Ahmad Rifai di Makah dan Madinah adalah :

a. Syaikh Isa Al Barawi

b. Syaikh Faqih Muhammad bin Abdul Azizi al Jaisyi (al Habsyi)

c. Syaikh A‟dham Ahmad Usman

Melalui guru-guru tersebut, silsilah isnad guru-guru akan sampai kepada

imam Syafi‟I, Abdullah bin Abbas hingga kepada Rasulullah SAW

(Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 52).

Diantara guru-guru Ahmad Rifai di Mesir adalah : Syaikh Ibrahim al

Bajuri, penyusun kitab Hasyiah al Bajuri Syarah Fathul Qarib al Mujib

karangan Ibnu Qasim al Ghazzi Syarah Matan Taqrib atau Ghayatal

(43)

Dari Syaikh Ibrahim al Bajuri, maka silsilah keguruan akan sampai

kepada imam Syafi‟I (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 53).

4. Latar Belakang Sosial – Politik

Dari perjalanannya menuntut ilmu di Mekah dan Mesir inilah yang

kemudian melatarbelakangi pergerakan politik Ahmad Rifai di tanah

kelahiran. Teman-teman Ahmad Rifai di Makah yang datang dari

Indonesia cukup banyak, diantaranya adalah Syaikh Nawawi bin Umar

dari Banten dan Syaikh Muhammad Khalil dari Madura. Ahmad Rifai

berjumpa dengan keduanya tersebut setelah beberapa tahun ia tinggal di

Makah. Ketiga sahabat ini kerap mendiskusikan tentang kemakmuran

pendidikan Islam dan kebudayaan di Indonesia, terutama di Jawa.

Mereka mendiskusikan tentang situasi yang mengkhawatirkan di

Indonesia terutama segi pendidikan dan moral budaya bangsa. Dimana

secara terang-terangan Belanda akan menggantikan pendidikan Islam

dengan pendidikan barat. Sistem tanam paksa yang bertentangan dengan

kemanusiaan dan Ordonasi Belanda selalu menunjukkan berlainan teori

dan praktek (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 55).

Dalam perjalanan pulang ke Indonesia setelah menuntut ilmu di

Makah, dia atas kapal ketiga sahabat ini mendiskusikan tentang

langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan dakwah di daerah

mreka masing-masing. Dalam diskusi tersebut menetapkan bahwa

mereka berkewajiban menyusun kitab memakai metode yang sesuai

(44)

masing-masing. Adapun seluruh keputusan hasil diskusi secara lengkap yang

dijadikan dasar langkah-langkah perjuangan itu ditetapkan sebagai

berikut (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 56) :

a. Menyelenggarakan pengajian umum

b. Mendirikan pesantren, tempat-tempat pendidikan dan majlis taklim

anak-anak, pemuda dan orang dewasa.

c. Melaksanakan amar makruf nahi mungkar

d. Menyusun kitab-kitab terjemahan yang memuat tiga ilmu agama,

ushuliddin, fiqih dan tasawuf.

e. Menghimpun dan mendidik kader-kader dakwah militant.

f. Memperkuat hubungan ukhuwah Islamiyah dan mempererat

silaturrahim dengan cara gerakan sosial.

g. Mengadakan hubungan kerjasama dengan para ulama di pedesaan

atau ulama kota yang menentang kolonial Belanda.

h. Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat di bawah pimpinan

ulama dan tokoh masyarakatnya.

i. Mengadakan protes sosial keagamaan terhadap segala bentuk

kebijaksanaan pemerintah Belanda.

Setelah sampai di kampung halamannya, Ahmad Rifai mulai

melaksanakan langkah-langkah perjuangan dakwahnya. Langkah

pertama, ia menyelenggarakan pengajian umum di pesantren Asy‟ari

Kaliwungu. Karena perbdaan faham dalam gagasannya dengan Kyai

(45)

Kendal. Ahmad Rifai mendapat keleluasaan dalam mengajarkan Islam

oleh pemerintah Belanda karena ajaran yang diajarkan hanya mengenai

masalah Ubudiyah dan Muamalah.

Namun kemudian, Belanda mengetahui bahwa Ahmad Rifai

menanamkan doktrin tentang keharusan membentuk Khalifah yang

sasarannya mengarah kepada pemerintah kolonial Belanda. Untuk

membendung gerakan ini, Belanda menggunakan cara licik yaitu

menanamkan rasa antipati di kalangan pegawai pemerintah dan priyayi

terhadap Ahmad Rifai dan pengikutnya. Sedangkan di kalangan ulama

resmi dan penghulu, Belanda menciptakan opini yang salah dengan

mengetengahkan berbagai masalah kontroversial (khilafiyah) yang

dikembangkan oleh Ahmad Rifai. Politik devide et impera Belanda

dilancarkan dalam upaya memecah belah masyarakat Islam yang

kemudian resikonya ditimpakan kepada Ahmad Rifai (Ahmad Syadzirin

Amin, 1996 : 59).

Politik kotor Belanda akhirnya mengena pada sasaran dan

mengakibatkan Ahmad Rifai dibawa ke pengadilan Kendal yang

menjadikan Ahmad Rifai tidak diizinkan untuk tinggal di Kendal

(Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 61).

Karena tidak lagi diizinkan tinggal di Kendal, Ahmad Rifai

kemudian tinggal sementara di rumah anak menantunya yang bernama

Maufuro bin Nawawi di desa Keranggonan Limpung Batang. Maufuro

(46)

lurah pondok di pesantren perguruan Ahmad Rifai di Kendal yang

kemudian menikah dengan anak bungsu Ahmad Rifai yang bernama Siti

Fatimah. Tak lama kemudian Ahmad Rifai menikah dengan janda

Demang Kalisalak yang bernama Sujainah. Ahmad Rifai kemudian

menetap di Kalisalak bersama Sujainah (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 :

63).

Di kalisalak, pada mulanya Ahmad Rifai menyelenggarakan

sekolah Al Quran untuk anak-anak. Namun lembaga itu kemudian

berkembang menjadi majelis pendidikan yang mencakup pula

orang-orang dewasa, baik lelaki maupun perempuan yang datang dari daerah

sekitar kabupaten Batang. Dan diantara mereka banyak yang berminat

muqim menuntut ilmu di Kalisalak. Untuk memenuhi minat para santri

yang datang dari luar daerah, maka didirikan mushala dan pondok

pesantren diatas tanah miliknya sendiri di Kalisalak, Batang (Ahmad

Syadzirin Amin, 1996 : 64).

Satu hal yang menarik yang menyebabkan pengajian Ahmad Rifai

cepat berkembang dan terkenal adalah metode terjemahannya, baik al

Quran, hadist maupun kitab Arab karangan ulama salaf terlebih dahulu

diterjemahkan dalam bahasa jawa sebelum diajarkan kepada para murid,

bahkan kelihatan sebagai kewajiban yang ditempuhnya secara sadar

sesuai dengan kesepakatan bersama ketiga ulama di kapal ketika pulang

dari Makah. Meski berada di daerah terpencil yang lingkungan sekitarnya

(47)

daerah terdekat seperti Batang, Kendal dan Pekalongan. Melainkan juga

dari Semarang, Kedu, Wonosobo, Purworejo, Magelang, Salatiga,

Cirebon, Banyumas, Indramayu, Karawang, Tegal dan Pemalang

(Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 65).

5. Karya-karya Syaikh Ahmad Rifai

beliau merupakan satu-satunya orang yang mampu

mengemukakan Islam dengan bahasa sederhana tanpa memakai ideom-ideom arab. Dan sebagai ulama, beliau termasuk orang yang sangat produktif mengarang kitab”.

Dibandingkan dengan Haji ali dan ulama lainnya. Ahmad Rifai

adalah satu-satunya ulama abad ke 19 yang paling banyak dan menonjol

dalam menghasilkan karya tulis ilmiah (Dr. Karel A Steenbrink, 1984 :

106-108)

Kitab-kitab agama yang ditulis oleh Ahmad Rifai berbentuk Syair,

puisi tembang jawa, bentuk natsar dan natsrah sebanyak 65 buah judul.

500 Tanbih dan 700 Nadzam doa dan jawabnya mengupas tentang tiga

ilmu syariat Islam, Ushuluddin, Fikih dan Tasawuf rasional. Sedang

kitab-kitab yang ditulis di negeri Ambon sebanyak empat judul kitab dan

60 Tanbih, semuanya memakai bahasa Melayu. Selain memuat tentang

(48)

protes sosial keagamaan terhadap ulama tradisional, penghulu dan

pemerintah kolonial Belanda (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 118).

Kitab-kitab agama karangan Ahmad Rifai itu mengambil sumber

dari al Quran, al Hadis dan berbagai kitab agama karangan ulama-ulama

yang muktabar (diakui) dan terkenal hampir di setiap pondok pesantren

di Indonesia. Kitab-kitab tersebut bermazhab Ahlussunah untuk aqidah,

bermazhab Syafi‟I untuk fikih dan bermazhab Abu Qasim Junaidi al

Baghdadi untuk tasawuf akhlak (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 119).

Karya-karya tersebut adalah :

a. Surat Undang-Undang Biyawara (Maklumat) untuk anak murid

dimana saja. Sebuah surat yang berisi fatwa Syaikh Ahmad Rifai

tentang pentingnya mengamalkan kitab tarjamah syariah

karangannya, tebal 20 halaman, 178 baris, berbentuk natsar, selesai

tahun 1254 H.

b. Nasihatul Awam (Nasihat untuk kaum awam) : kitab yang

membicarakan amar makruf nahi mungkar, berbentuk natsar, selesai

tahun 1254 H.

c. Syarihul Iman (Penjelasan tentang iman) : membicarakan iman,

Islam dan ihsan, berbentuk natsrah, tebal 16 koras, 330 halaman,

selesai tahun 1255 H.

d. Taisir (kemudahan) sebuah kitab kecil yang membahas tentang

(49)

muktamad. Bentuk natsrah, tebal 20 halaman atau satu koras. Selesai

tahun 1256 H.

e. „Inayah (pertolongan) : sebuah kitab yang membahas tentang

Khalifah Syar‟iyah dan Dunyawiyah, berbentuk syair atau nadzam,

selesai tahun 1256 H.

f. Bayan (penjelasan) : sebuah kitab besar yang membahas tentang

ilmu pendidikan dan dakwah Islam mencakup amar makruf,

berbentuk syair atau nadzam, 19 koras atau 176 halaman, selesai

tahun 1256 H. dua jilid untuk Indonesia dan empat jilid untuk

Universitas Leiden, Belanda.

g. Targhib (kegemaran beribadah) : sebuah kitab yang membahas tata

cara mengetahui keagungan dan kekuasaan Allah (makrifat) dan rasa

kecintaan kepada Allah, berbentuk nadzam, selesai tahun 1257 H.

h. Thariqad (jalan kebenaran) : sebuah kitab besar yang membahas cara

menempuh jalan keridhaan Allah, berbentuk nadzam atau syair,

selesai tahun 1257 H.

i. Thariqat (jalan kebenaran) : sebuah kitab sedang yang membahas

jalan kebaikan dan pegangan hidup untu menempuh keselamatan

dunia akhirat. Berbentuk natsar (prosa), selesai tahun 1257 H.

j. Athlab (menuntut) : sebuah kitab kecil yang membicarakan hal

kewajiban mencari ilmu agama. 1 koras, atau 20 halaman, berbentuk

(50)

k. Husnul Mithalab (kebaikan ilmu yang dituntut) : membahas ilmu

ushuliddin, fiqih dan tasawuf, berbentuk syair 12 koras atau 136

halaman dengan 2458 baris, ada juga 196 halaman dengan 13 x 2

baris, selesai tahun 1259 H.

l. Thullab (pencari kebenaran) : kitab ini menjelaskan soal kiblat shalat

di jawa. Berbentuk nadzam, selesai tahun 1259 H.

m. Absyar (mengupas) : sebuah kitab kecil yang mengupas tentang arah

kiblat shalat di jawa, 20 halaman, berbentuk syair selesai tahun 1259

H.

n. Tafriqah (pemisahan haq dengan bathil) : membicarakan soal

kewajiban mukalaf kepada Allah dan masyarakat, berbentuk syair.

Selesai tahun 1260 H.

o. Asnal Miqashad ( ketetapan yang harus dikerjakan) : menguraikan

ilmu ushuliddin, fiqih dan tasawuf. Dua jilid besar 30 koras atau 596

halaman dengan 11 x 2 baris, berbentuk syair. Selesai tahun 1261 H.

p. Tafshilah (perincian) : tentang iman, Islam dan ibadah. Berbentuk

syair, selesai tahun 1261 H.

q. Imdad (pertolongan) : membahas sifat takabur dan segala akibatnya,

berbentuk nadzam, 22 halaman atau 226 x 2 baris, selesai tahun

1261.

r. Irsyad (petunjuk) : membahas tentang makrifat kepada Allah.

(51)

s. Irfaq (memberi manfaat) : membicarakan iman dan Islam,

merupakan ringkasan dari kitab-kitab aqidah Islamiyah, mirip

dengan takhyirah mukhtashar, berbentuk hadzam, satu koras atau 19

halaman, atau 186 x 2 baris. Selesai tahun 1261 H.

t. Nadham Arja (penghargaan, penangguhan) : sebuah kitab artikel

yang berisi hikayah Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW, berbentuk

syair, sebanyak 5 koras atau 96 halaman (termasuk syair doa) selesai

tahun 1261 H.

u. Jam‟ul Masail (kumpulan masalah-masalah) : membahas tiga ilmu

agama ushuluddin, fiqih, tasawuf, berbentuk syair, sebanyak 376

halaman atau 19 koras, selesai tahun 1261 H. kitab ini masih

tersimpan di perpustakaan pribadi milik Prof. Dr. Snouck Hurgronje

di Belanda.

v. Jam‟ul Masail (II) : membicarakan bidang ilmu fiqih dan tasawuf

dengan bentuk prosa atau natsar, sebanyak 7 koras atau 136

halaman, selesai tahun 1261 H.

w. Jam‟ul Masail (III) : membicarakan bidang ilmu tasawuf dengan

bentuk natsar juga, sebantak 6 koras atau 116 halaman, selesai tahun

1261 H.

x. Qawa‟id (pilar-pilar agama) : kitab ini membahas ilmu agama Islam

yang mencakup bidang akhlak, berbentuk nadzam, selesai tahun

(52)

y. Tahsin (Memperbaiki, mempercantik) : kitab ini menerangkan

tentang kewajiban fidyah puasa, berbentuk syair 11 x 2 baris

sebanyak 22 halaman atau 208 x 2 baris juga, selesai tahun 1260 H.

z. Shawalih (perdamaian) : membicarakan soal kerukunan ummat

Islam atau ukhuwah Islamiyah, berbentuk nadzam, sebanyak 7 koras

atau 136 halaman, selesai tahun 1262 H.

aa. Miqshadi (tujuan) : kitab ini membahas bacaan surat al Fatihah yang

benar, berbentuk nadzam, selesai tahun 1262 H.

bb. As‟ad (membahagiakan, menolong) : sebuah kitab yang membahas soal iman dan makrifat kepada Allah, berbentuk syair, selesai tahun

1262 H.

cc. Fauziyah (keberuntungan, kemenangan) : membicarakan sebagian

dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil, berbentuk nadzam, selesai

tahun 1262 H.

dd.Hasaniyah (kebagusan) : membicarakan tentang fardhu mubadarah

bagi mukalaf, berbentuk syair 11 x 2 barus, selesai tahun 1262 H.

ee. Fadhliyah (keutamaan, kebaikan) : membicarakan tentang zikir

kepada Allah, 46 halaman dengan 466 x 2 baris, selesai tahun 1263

H.

ff. Tabyinal Ishlah (perbaikan hubungan) : kitab ini menerangkan fasal

nikah, thalaq, ruju‟ dan lain-lain, berbentuk syair atau nadzam, 11

(53)

gg.Abyanal Hawaij (perjelasan beberapa hajat pokok) : membicarakan

bidang ilmu ushuluddin (teologi), fikih dan tasawuf. Berbentuk

nadzam, 6 jilid besar, 82 koras, 35.992 baris atau 1636 halaman

dengan 11 x 2 baris, selesai tahun 1265 H.

hh.Tasyrihatal Muhtaj (penguraian yang membutuhkan) : kitab ini

membicarakan muamalah jual beli (ba‟i) dan lain-lain. Satu jilid

besar, tebal 10 koras atau 196 halaman, selesai tahun 1265 H.

ii. Kaifiyah (metode, tatacara) : sebuah kitab yang menerangkan tentang

kaifiyah, tatacara ibadah shalat fardhu dan puasa ramadhan. Tebal 7

koras atau 136 halaman, dengan 11 x 2 baris, berbentuk syair, selesai

tahun 1265 H.

jj. Mishbahah (lampu petunjuk) : kitab ini membahas tentang orang

yang meninggalkan shalat fardhu, berbentuk nadzam, tebal 23

halaman atau 390 baris dengan 19 x 2 baris, selesai tahun 1266 H.

kk.Riayatal Himmah (penjagaan hendak mengerjakan ibadah) : kitab ini

membicarakan ilmu ushuluddin, fiqih dan tasawuf, berbentuk syair

tebal 25 koras atau 469 halaman dengan 11 x 2 baris, selesai tahun

1266 H.

ll. Ma‟uniyah (bantuan, pertolongan) : kitab ini membahas mukmin dan

kafir, berbentuk syair atau nadzam, tebal 22 halaman, selesai tahun

(54)

mm. „Uluwiyah (bantuan, pertolongan) : membahas soal sifat takabur

dan akibat orang yang menumpuk-numpuk harta, berbentuk nadzam,

tebal 22 halaman selesai tahun 1266 H.

nn.Rujumiyah (pelemparan) : membicarakan hukum orang yang anti

agama dan mengikuti adat maksiyat, berbentuk syair, tebal 38

halaman sebanyak 1378 baris, selesai tahun 1266 H.

oo.Mufhamah (difahamkan) : kitab ini menjelaskan kebenaran mukmin

atas kesalahn kafir, berbentuk nadzam, tebal 22 halaman atau 790

baris, selesai tahun 1266 H.

pp.Basthiyah (kekuasaan dalam ilmu) : kitab ini membicarakan soal

kebenaran hujjah alquran dan Sunah rasul, menolak bid‟ah sesat,

berbentuk syair, tebal 7 koras atau 136 halaman, selesai tahun 1267

H.

qq.Tahsinah (memperbaiki bacaan) : menerangkan tajwid alquran,

menurut bacaab imam „Asham dengan bersandar pada Imam Jazariy,

berbentuk nadzam, tebal 5 koras atau 98 halaman, selesai tahun 1268

H.

rr. Tazkiyah (penyembelihan binatang) : menerangkan hukum tata cara

penyembelihan binatang dan yang bertalian dengan perkara halal-

haram dalam Islam. Berbentuk syair, tebal 6 koras, atau 120 halaman

(55)

ss. Fatawiyah (fatwa-fatwa agama) : kitab ini menerangkan orang yang

berhak menyandang gelar mufti dan penasihat agama yang paling

penting untuk kaum awam, berbentuk nadzam, selesai tahun 1269 H.

tt. Samhiyah (kemurahan hati) : membahas tentang shalat jumat dan

kemudian mendirikannya denga qaul qadim, berbentuk nadzam,

selesai tahun 1269 H.

uu.Rukhshiyah (kemudahan hukum) : menerangkan kemudahan musafir

dalam shalat jama‟-qashar, berbentuk syair, tebal 20 halaman, 401

baris, selesai tahun 1269 H.

vv.Maslahah (pembaharu keadaan, reformasi) : sebuah kitab yang

menerangkan pembagian harta pusaka, berbentuk syair, tebal 10

koras atau 200 halaman, selesai tahun 1270 H.

ww. Wadlihah (yang tampak jelas) : membicarakan khusus manasik

haji, berbentuk syair, 12 koras atau 240 halaman atau 5244 baris,

selesai tahun 1272 H.

xx.Munawirul Himmah (lampu penerang cita-cita) : sebuah kitab kecil

yang berisi kalimat-kalimat suci untuk mengingatkan orang yang

baru meninggal dan orang-orang yang masih hidup. 6 halaman

berebntuk nadzam, selesai tahun 1272 H.

yy.Tasyrihatal (penyiaran, penyebaran berita) : kitab kecil memuat

tentang kewajiban esensial seorang pemuka agama, sebanyak 10

(56)

zz. Mahabbatullah (cinta kepada Allah) : kitab ini menerangkan atas

nikmat Allah dan kewajiban bersyukur atas hamba-Nya. Tebal 30

halaman, 624 baris, berbentuk syair, selesai tahun 1273 H.

aaa. Mirghabut Tha‟at (yang menimbulkan keinginan patuh) :

membahas kebenaran iman dan Islam, berbentuk syair dan

merupakan ringkasan, tebal 26 halaman atau 536 baris, selesai tahun

1273 H.

bbb. Hujahiyah (mengalahkan) : menerangkan tatacara dialog diskusi

menurut Islam. Berbentuk nadzam dengan baris 19 x 2 baris, selesai

tahun 1273 H.

ccc. Tashfiyah (penjernihan) : menerangkan makna surat al Fatihah.

Berbentuk syair dengan 19 x 2 baris, selesai tahun 1273 H.

ddd. Sebanyak 700 nadzam doa dan jawabannya : berisi berbagai

bacaan doa yang muktabarah, bahasa arab dan terjemahan berbahasa

jawa. Berbentuk syair dengan 8 x 2 baris. Ditulis mulai 1270 H

sampai 1273 H.

eee. Sebanyak 500 Tanbih bahasa jawa : setiap satu tanbih berisi satu

masalah agama. Berbentuk nadzam syair dengan 19 x 2 baris. Setiap

satu tanbihun berisi 3 halaman atau 114 baris. Ditulis sejak 1260an

H sampai 1273 H.

fff.Sihhatun Nikah (keabsahan nikah) : kitab ini merupakan ringkasa

dari kitab Tabyinal Islah karangan Syaikh Ahmad Rifai, berbentuk

(57)

ggg. Nadzam Wiqayah (pemeliharaan, penjagaan) : kitab ini

menerangkan mar-ma‟ruf nahi mungkar dan perang sabilillah.

Berbentuk nadzam, selesai tahun 1273 H.

hhh. Tanbih rejeng (miring) : tanbih tulisan miring, berisi fatwa-fatwa

agama, berbentuk natsar, terdiri dari puluhan judul dan tidak

menyebut tahun karangan.

iii. Surat-surat penting berisi fatwa-fatwa agama, yang ditujukan kepada

penghulu di Pekalongan dan daerah lain. Disebutkan pula dalam

surat tersebut sejumlah kitab karangan yang disita oleh penghulu,

dan penolakan mereka terhadap ajaran-ajarannya.

jjj. Puluahan lembar tulisan Syaikh Ahmad Rifai berbentuk syair,

menggunakan bahasa jawa kromo inggil, memakai dua akhiran yang

sama (umumnya memakai empat akhiran yang sama).

kkk. Kitab Tajwid, merupakan kitab ringkasan dari kitab Tahsinah karya

Syaikh Ahmad Rifai. Tebal 41 halaman, dengan 11 x 2 baris, tanpa

tahun.

lll. Kitab yang tidak memakai judul (mungkin sobek), yang berisi

fatwa-fatwa agama, tebal 300 halaman dengan 11 x 2 baris tanpa tahun.

Apabila kita amati mulai tahun 1254 H sampai tahun 1257 H.

syaikh Ahmad Rifai telah menulis karangan sebanyak 65 judul kitab atau

65 bismillah. Diantara tahun-tahun yang tidak kita dapati karangan

kitabnya diduga karena kseibukan beliau mengajar para santri atau

(58)

adanya tekanan politik dari pihak pemerintah Belanda. Atau, bisa jadi

beliau menulis kitab namun disita oleh pemerintah kolonial Belanda.

B. Isi Kitab Bayan tentang Konsep Pendidikan Islam

1. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan menurut Syaikh Ahmad Rifai adalah untuk

mencari keridhaan Allah, menyatakan kebenaran dan menjalankan segala

sesuatu yang diridhai oleh Allah dan menghindari segala sesuatu yang

haram dilakukan. Beliau menyatakan bahwa dengan menuntut ilmu akan

menjadi jalan menuju keridhaan Allah (Syaikh Ahmad Rifai, Bayan :

3-4).

2. Isi

Isi dalam kitab Bayan karya Syaikh Ahmad Rifai diantaranya tentang

hukum mengajar dan menuntut ilmu, syaratnya orang yang menjadi guru

dan menuntut ilmu. Isi dalam kitab tersebut akan diuraikan di bawah ini.

(59)

Menuntut ilmu hukumnya wajib menurut Syaikh Ahmad Rifai,

dengan berdasarkan dalil hadis nabi yang artinya : “Menuntut ilmu

itu wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”.

b. Rukun pendidikan

Rukun pendidikan menurut Syaikh Ahmad Rifai yaitu :

1) Orang yang mengajar (guru)

2) Orang yang belajar (murid)

3) Ilmu yang diajarkan

Tata cara melaksanakan pendidikan (Syaikh Ahmad Rifai, Bayan :

4)

c. Hukum mengajar.

Hukum dasarnya mengajar adalah wajib kifayah, namun bisa

menjadi wajib ain bagi seseorang apabila tidak ada orang lain yang

bisa mengajar dan bisa menjaganya (Syaikh Ahmad Rifai, Bayan :

Referensi

Dokumen terkait

ANAK DALAM ISLAM (Telaah Terhadap Terjemahan Kitab Athfaalul Muslimin Kaifa Robbaahum An Nabiyyul Amin Shalallahu ‘Alaihi Wassalam Karya Syaikh Jamal Abdurrahman) ” ini

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam Al- Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 hasil telaah kitab tafsir

berdasarkan ayat inilah yang merekomendasikan tujuan pendidikan muslim sebagai perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas maupun

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etika peserta didik perspektif imam al ghazali terlah dalam kitab ihya’ ulumuddin yaitu, Seorang peserta didik harus membersihkan /

literer, maka penulis dalam mengkaji konsep pendidikan Islam pemikiran Mohammad Natsir dan Hasan Langgulung dengan menggunakan buku-buku karya kedua tokoh tersebut

Nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir yang dapat penulis paparkan, yaitu pertama, nilai ilahiyah

Skripsi Saudara: Ahmad Zazuli dengan Nomor Induk Mahasiswa 11103011 yang berjudul: Rekonstruksi Sistem Pendidikan Pesantren (Telaah Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid)

menjadi syarat untuk mencapai gelar sarjana (S.1) dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang.Adapun