KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT
PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI
(Telaah Kitab
BAYAN
)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
RINA LAILANA
NIM: 114 14 019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan dan rasa syukur yang mendalam kepada-Mu ya Robb,
maka skripsi yang penulis susun ini di persembahkan kepada:
1. Ibu dan Bapakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat, nasehat,
dukungan serta doa. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
2. Adikku (Ayu Dea) yang telah dan selalu memberi semangat, motivasi, dan
memberikan banyak bantuan sampai penulis selesai menyusun skripsi ini.
3. Guru-guruku dari masa pendidikan paling awal sampai saat ini, seluruh dosen
IAIN Salatiga yang telah mencurahkan ilmu dan nasehat selama masa
pendidikan.
4. Teman-temanku seperjuangan di fakultas maupun di institusi yang tidak
pernah henti-hentinya mendukung aku sampai skripsi ini terselesaikan.
5. Kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa belajar dan berusaha meraih
Ridho-Nya dan seluruh pembaca yang budiman yang bersedia membaca
skripsi ini. Seluruh makhluk hidup didunia ini yang ikut menjadi inspirasi
penulis.
6. Almamaterku tercinta, IAIN Salatiga, tempat diri ini menimba Ilmu. Sekolah
ku dari MI, MTS, hingga SMA yang telah memberiku lahan ilmu dan
KATA PENGANTAR
sempurna. Sholawat dan salam Allah SWT, semoga senantiasa terlimpahkan
kepada Sang Pemimpin hidupmanusia dan yang menjadi cakrawala rindu para
umatnya (nabi Muhammad SAW).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaika
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
4. Bapak/ibu dosen dan seluruh karyawan FTIK IAIN Salatiga yang
telah memberikan pelayanan kepada penulis.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo‟a semoga Allah
SWT menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan penulis. Tiada kalimat yang
pantas penulis ucapkan kecuali kalimat Al-Hamdulillahi Robbil „Alamiin.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.
Salatiga, 14 Maret 2018 Penulis
ABSTRAK
Rina Lailana. 2018. Konsep Pendidikan Islam Menurut Pemikiran Syaikh Ahmad
Rifai (Telaah Kitab Bayan). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Rovi‟in, M.Ag.
Kata kunci: Konsep Pendidikan Islam, Ahmad Rifai
Syaikh Ahmad Rifai adalah seorang ulama jawa yang produktif yang telah menulis sekurang-kurangnya 60 judul kitab dalam bahasa jawa dengan menggunakan tulisan arab (arab pegon). Salah satu diantara karya beliau adalah kitab Bayan yang membahas tentang pendidikan islam dan dakwah. Dalam hal ini penulis ingin menelaah beberapa hal, diantaranya: (1) Bagaimanakah biografi dan latar belakang penulis kitab Bayan? (2) Bagaimanakah Konsep Pendidikan Islam menurut pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam kitab Bayan? (3) Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan konsep pendidikan menurut pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam kitab Bayan? (4) Bagaimanakah relevansi Konsep Pendidikan Islam menurut pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dengan pendidikan Islam pada masa kini?.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan (library
research). Sumber data primer adalah kitab Bayan, sumber sekundernya adalah
buku sejarah perjuangan beliau dan sumber tersiernya adalah kitab-kitab dan buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan dengan penelitian. Adapun teknis analisis data menggunakan metode deskriptif analisis, dan content analysis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LOGO IAIN ... ii
NOTA PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN ... v
MOTTO ... vi
G. Sistematika Penulisan... 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islam ... 14
B. Pendidikan Islam di indonesia ... 24
BAB III PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI TENTANG KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB BAYAN A. Biografi Syaikh Ahmad Rifai... 28
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB BAYAN
A. Aplikasi Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam
Pendidikan Islam... 54
B. Kelebihan Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam
Pendidikan Islam... 63
C. Kekurangan Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam
Pendidikan Islam……...………66
D. Inti Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai dalam
Pendidikan Islam...66
E. Relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai terhadap pendidikan
Islam modern...67
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………...70
B. Saran………..72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alquran diturunkan oleh Allah membawa perhatian besar terhadap
perkembangan hidup manusia. Alquran diwahyukan tidak terbatas kepada
Umat Rasulullah Muhammad SAW saja, akan tetapi diperuntukkan bagi alam
semesta. Teks-teks di dalam al Quran mempunyai daya dorong yang sangat
kuat bagi umatnya untukmelakukan penafsiran dan pengembangan makna
terhadap ayat-ayatnya, bahkan umat manusia pada umumnya.
Al Quran adalah pedoman bagi seluruh umat manusia dalam menjalani
kehidupan di dunia dan mempersiapkan kehidupan di akhirat. Allah memilih
manusia sebagai khalifah di muka bumi, bukannya malaikat ataupun jin.
Seperti wahyu Allah SWT pada surah Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Sementara itu, untuk melaksanakan kehidupan dan menjadi khalifah yang
dengan alasan yang telah Allah cantumkan dalam Al Quran surah Ali Imran menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
Allah telah memberikan konsep belajar yang paling mudah melalui wahyu
dalam surah Al Alaq ayat 1-5 sebagai wahyu yang pertama kali turun. Allah
menurunkan ayat pertama kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Al Alaq 1-5
dimana ayat tersebut berisikan tentang perintah membaca. Bertolak dari
perintah Allah dalam al Alaq 1-5 dapat disimpulkan bahwa tugas utama
seorang manusia adalah membaca (belajar) .
Setelah seseorang belajar, Allah kembali memberikan tugas lain kepada
manusia yaitu mengajarkannya. Perintah ini terdapat dalam surah At Taubah
Asbabun nuzul dari diturunkannya ayat tersebut adalah : Ibnu Abi Hatim
meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata : Tatkala turun ayat 38-39 dari surah
ini yang berisi izin dari Allah kepada kaum muslimin untuk berperang, kaum
mukminin bergegas dan bersemangat keluar berperang sehingga
meninggalkan beberapa kelompok orang yang tengah mengajarkan agama
kepada kaum arab di pedalaman. Lalu, orang-orang munafik berkata :
sungguh, orang-orang yang berada di lembah pedalaman itu telah tertinggal
dari kewajiban. Celakalah mereka!” Lalu, turunlah ayat 122 ini ( Lubabun
Nuqul : 144, Departemen Agama Republik Indonesia . 2003 . Al Quran dan
Terjemahan)
Dari ayat-ayat tersebut diatas, maka terjadilah interaksi pendidikan. Sudah
mencapai beribu tahun sejak ayat tersebut turun hingga saat ini. Tentu saja
dalam perkembangan zaman sejak Rasulullah yang mana pendidikan
dilaksanakan secara klasikal hingga saat ini dapat kita temui fasilitas
pendidikan yang masih menggunakancara-cara klasik maupun beralih
menggunakan cara-cara modern.
Dalam sebuah pendidikan kita mengenal bahwa jantung dari terlaksana
dengan baik atau tidaknya sebuah pendidikan adalah kurikulum. A Ferry T.
Indratno mengatakan bahwa kurikulum adalah program dan isi dari suatu
sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi
pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah
maka dapat dipahami bahwa kurikulum adalah sebagai alat sentral bagi
Dengan tersedianya kurikulum yang tersusun dengan baik, pendidikan
akan berjalan lancar . Meski begitu, dapat dengan mudah kita temui
dilapangan bahwa pendidikan merupakan persoalan hidup manusia
sepanjang hayatnya, baik secara individu, kelompok sosial, maupun sebagai
bangsa. Sementara itu, pemerintah dan masyarakat berharap agar lulusan
dapat menjadi pemimpin, manajer, inovator, operator yang efektif dalam
bidang ilmu pengetahuan dan mampu beradaptasi dengan perubahan ilmu dan
teknologi saat ini dan memiliki iman dan takwa yang kuat (Muhammad
Fathurrahman, 2015:1).
Membaca adalah belajar sepanjang hayat, dalam diri seeorang ketika
belajar dalam sepanjang hayatnya tentu mengalami perubahan-perubahan
baik secara internal maupun eksternal. Faktor yang memengaruhi belajar
seeorang secara internal misalnya motivasi, kondisi fisik dan psikologis.
Sementara itu pengaruh secara eksternal diantaranya adalah perubahan sosial.
Menurut Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed dalam bukunya Sosiologi
Pendidikan (Individu, Masyarakat dan Pendidikan) mengatakan bahwa
perubahan sosial merupakan gejala perubahan dari suatu keadaan sosial
tertentu ke arah keadaan sosial lain. Perubahan sosial pasti memiliki suatu
arah dan tujuan tertentu (Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed, 2013:207). Proses
belajar yang diperintahkan oleh Allah memang sedianya harus diolah agar
menjadi suatu konsep yang relevan dengan kebutuhan kehidupan tanpa
bisa menghindari adaya perubahan-perubahan dalam kultur pendidikan.
Banyak faktor yang dapat memengaruhi proses belajar.
Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed juga mengatakan bahwa proses
perubahan sosial adalah : Pertama, komunikasi, dimana melalui kontak
komunikasi, unsur-unsur baru dapat menyebar, baik berupa ide-ide, gagasan,
keyakinan, maupun kebendaan. Difusi tersebut mendorong terjadinya
akulturasi dan asimilasi. Akulturasi merupakan proses penerimaan
unsur-unsur kebudayaan baru dari luar secara lambat dengan tidak menghilangkan
khas kepribadian kebudayaan sendiri. Sementara asimilasi adalah suatu
proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan baru yang berbeda, sebagai
akibat dari adanya toleransi antar kebudayaan yang berbeda, kesempatan
yang sama dalam bidang ekonomi, adanya sikap menghargai terhadap
hadirnya orang asing dan kebudayaan yang dibawa, adanya sikap terbuka
terhadap golongan yang berkuasa, adanya unsur-unsur kebudayaan yang
sama, terjadinya perkawinan campuran, adanya musuh bersama dari luar
(Prof. Dr. H. Abdullah Idi, M. Ed, 2013:212-213).
Menurut pengamatan penulis, perubahan tersebut tentunya juga dapat
dialami oleh siapa saja khususnya murid sebagai pelaku pendidikan.
Pengaruh-pengaruh tersebut tentunya membawa dampak pada budaya di
ranah pendidikan sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi cara pandang
terhadap konsep-konsep pendidikan dari masalalu. Inilah akhirnya
melahirkan perubahan-perubahan kosep dan terkadang menjadi penyebab
Di Indonesia, referensi pendidikan yang digunakan tentu sudah sangat
banyak, mengingat pendidikan di Indonesia juga telah berjalan bahkan
sebelum negara Indonesia merdeka. Referensi pendidikan tersebut beragam,
ada referensi pendidikan dari barat dan ada referensi pendidikan dari timur
tengah. Sejak dimulainya pendidikan itu sendiri, tentu pendidikan di
Indonesia juga telah mengalami banyak modifikasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan umat di Indonesia, khususnya pendidikan Islam. Diantara
kitab-kitab pendidikan tersebut adalah kitab-kitab Bayan.
Saat ini, kitab Bayan karangan Syaikh Ahmad Rifai memang belum
tersebar luas layaknya kitab-kitab arab lain yang sudah terlebih dahulu
masyhur. Namun, di kalangan pengikut Syaikh Akhmad Rifai, kitab ini dikaji
dan dipelajari dalam ranah pendidikan formal maupun di pesantren-pesantren.
Salah satuhal yang istimewa dari kitab Bayan adalah bahwasanya kitab ini
ditulis dalam bahasa jawa sehingga menjadi sebuah ilmu instant yang bisa
dengan mudah dilaksanakan tanpa diterjemahkan lagi oleh orang jawa (pada
zamannya).Namun, setelah berpuluh tahun kitab ini diringkas, agaknya justru
bahasa jawa mulai ditinggalkan, padahal bahasa jawa adalah bahasa yang
tinggi nilai sastra, begitu luhur dan sarat makna. Disinilah penulis mencoba
menjabarkan isi kandungan yang tertulis dalam kitab karangan Syaikh Ahmad
Rifai tersebut. Kitab Bayan ini secara keseluruhan terdiri dari 2 jilid yang
terdapat 176 halaman. Ditulis menggunakan huruf arab pegon (huruf arab
Dari deskripsi yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis sangat
tertarikuntuk mengkaji lebih lanjut tentang konsep pendidikan Islam dalam
kitab Bayan, sehingga melalui kerangka berfikir Syakh Ahmad Rifai inilah,
penulis mengangkat judul “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT
PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI” (Telaah Kitab Bayan).
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini penulis uraikan sebagai
berikut :
1. Bagaimana riwayat hidup Syaikh Ahmad Rifai (Penulis Kitab Bayan)?
2. Bagaimana isi kandungan kitab Bayan tentang konsep pendidikan Islam?
3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pemikiran Syaikh Ahmad Rifai
tentang konsep pendidikan Islam?
4. Bagaimana relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan
Islam dengan pendidikan Islam modern saat ini?
C. Tujuan Penelitian
Agar dapat terarahnya penelitian ini, maka penulis menuliskan tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui latar belakang biografi dan riwayat hidup Syaikh
Ahmad Rifai.
2. Untuk mengetahui bagaimana isi dari kitab Bayan tentang konsep
pendidikan Islam.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pemikiran Syaikh Ahmad
4. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang
pendidikan Islam dengan pendidikan Islam modern saat ini.
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap akan mendapatkan
manfaat yaitu :
1. Dapat mengetahui latar belakang biografi dan riwayat hidup Syaikh
Ahmad Rifai.
2. Dapat mengetahui isi dari kitab Bayan tentang konsep pendidikan Islam.
3. Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangann pemikiran Syaikh Ahmad
Rifai tentang pendidikan Islam.
4. Dapat mengetahui relevansi pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang
pendidikan dengan pendidikan Islam modern saat ini.
E. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas penelitian skripsi ini dan menghindari dari salah
faham, maka penulis menjabarkan istilah-istilah dalam judul diatas sebagai
berikut :
1. Konsep Pendidikan Islam
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama. Dalam kenyataannya konsep dapat memiliki tingkat generalisasi
yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan realita maka akan
semakin mudah diukur dan diartikan (Mardalis, 1995:45). Dari
realita yang menggambarkan intisari atau kesimpulan umum suatu hal
dan memiliki fungsi sebagai penyederhana pemikiran tentang suatu hal
sehingga timbul keteraturan dan kemudahan komunikasi.
Sementara itu, pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang
dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk
mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai
dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2010:34).
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan adalah
abstraksi dari realita yang menggambarkan intisari atau kesimpulan
dalam mencapai usaha sadar untuk mempengaruhi peserta didik sesuai
cita-cita dari usaha tersebut.
2. Kitab Bayan
Merupakan kitab karangan Syaikh Ahmad Rifai yang berisikan
nadzam-nadzam syair dalam bahasa jawa sebanyak 2 jilid berisi 176
halaman. Yang bermakna tentang tata cara pendidikan baik dari sudut
pandang guru maupun murid. Kitab ini ditulis dalam tulisan arab pegon
(arab berbahasa jawa), dan berupa bait-bait seperti pantun 4 baris dengan
bunyi vocal ataupun konsonan yang sama.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian kualitatif, yaitu mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat interaktif dan
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti
atau pengertian penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti
merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005:24).
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menempuh langkah-langkah
melalui riset kepustakaan (lybrary research) yaitu suatu riset
kepustakaan atau penelitian murni (Hadi,1987: 9). Dan metode ini
mengkaji sumber-sumber tertulis yang telah dipublikasikan (Arikunto,
1991 : 10). Misalnyakitab-kitab dan buku atau referensi lainnya yang ada
kaitannya dengan yang diteliti penulis.
Adapun sebagai sumber data primer adalah “Kitab Bayan” dan tanpa
menafikan buku-buku lain yang ada hubungannya dengan sumber data
primer yaitu buku-buku sekunder berkaitan tentang pendidikan maupun
biografi Syaikh Ahmad Rifai.
3. Metode Analisis Data
Dalam analisis data, penulis berusaha untk mencoba memberikan arti
yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari
hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (Moleong, 2001 : 103).
Adapun metode-metode yang dipakai penulis dalam menganalisisdata
a. Metode Deskriptif Analysis
Deskriptif adalah berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasikan apa yang ada, baik kondisi atau hubungan yang
ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung
dan telah berkembang (Faisal Sanapiah, 1982:19)
Sedangkan menurut Ibnu Hajar, metode deskriptif adalah
memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang
diselidiki (Ibnu Hajar, 1996:274).
Jadi, Metode deskriptif analisis adalah mendeskripsikan atau
menginterpretasikan sesuatu yang ada dengan memberikan
gambaran yang jelas dan akurat.
b. Metode Content Analysis
Metode content analysis adalah suatu metode untuk
mengungkapkan isi pemikiran tokoh yang di teliti (Nawawi Handari,
1995:68). Soedjono memberikan definisi content analisis adalah
usaha untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan
situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu itu ditulis (Soedjono,
1999:14).
Hal ini sangat penting sekali untuk mengetahui kerangka berfikir
Syaikh Ahmad Rifai yang tertuang dalam kitab Bayan tentang
G. Sistematika Penulisan
Sistematika yang dimaksud disini adalah gambaran singkat tetang subtansi
pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih
jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi, maka penulis bagi sistematika ke
dalam lima bab yang diawali dengan halaman judul, halaman nota
pembimbing, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pegantar,
abstrak dan daftar isi yang selanjutnya diikuti oleh bab ke bab.
BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,metode
penilitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Landasan Teori yang berisikan pembahasan mengenai konsep
pendidikan Islam secara umum.
BAB III : Pemikiran Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam dalam
kitab Bayan, dalam hal ini memuat beberapa pembahasan seperti halnya
tentang riwayat hidup Syaikh Ahmad Rifai, latar belakang pendidikan Syaikh
Ahmad Rifai dan guru-gurunya, latar belakang sosial politik, karya-karya
Syaikh Ahmad Rifai, Isi kitab Bayan dan konsep pendidikan Islam menurut
Syaikh Ahmad Rifai dalam kitab Bayan.
BAB IV : Merupakan bab pembahasan yang meliputi aplikasi pemikiran
Syaikh Ahmad Rifai dalam pendidikan, kelebihan dan kekurangan pemikiran
Syaikh Ahmad Rifai tentang pendidikan Islam, Inti pemikiran Syaikh Ahmad
Rifai tentang pendidikan Islam dalam kitab Bayan dan relevansi pemikiran
BAB V : Merupakan bab yang terakhir yang menjabarkankesimpulan,
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Pendidikan Islam
1. Pengertian Konsep.
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu,
sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang
sama. Dalam kenyataannya konsep dapat memiliki tingkat generalisasi
yang berbeda. Semakin dekat suatu konsep dengan realita maka akan
semakin mudah diukur dan diartikan (Mardalis, 1995:45). Dari
pengertian diatas dapat dipahami bahwa konsep adalah abstraksi dari
realita yang menggambarkan intisari atau kesimpulan umum suatu hal
dan memiliki fungsi sebagai penyederhana pemikiran tentang suatu hal
sehingga timbul keteraturan dan kemudahan komunikasi.
2. Pengertian Pendidikan.
Terminologi Pendidikan merupakan terjemahan dari istilah
Pedagogi : Istilah ini berasal dari bahasa Yunani Kuno Paidos dan aago.
Paidos artinya budak dan aagoo artinya membimbing. Akhirnya,
pedagogie diartian sebagai budak yang mengantarkan anak majikan
untuk belajar. Dalam perkebangannya, pedagogie dimaksudkan sebagai
ilmu mendidik. Dalam khazanah teorisasi pendidikan, ada yang
membedakan secara tegas antara pendidikan dan pengajaran. Pembedaan
cakupan rambahan yang dibidik oleh kegiatan tersebut (Drs. M Jumali,
2004:78).
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di
dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun
sederhananya peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan ( Drs. M. Noor Syam, 1988:45).
3. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam, DR. H. Samsul Nizar, M.A
(2002) mengutip teori dari Ahmad Syalabi bahwa “Istilah pendidikan
dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbiyah,
al-ta‟dib, dan al-ta‟lim.dari ketiga istilah tersebut term yang popular
digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.
Sedangkan term al-ta‟dib dan al‟ta‟lim jarang sekali digunakan. Padahal
kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan
pendidikan Islam. Pengertian dari term-term tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Istilah al-Tarbiyah
Penggunaan kata al-tarbiyah berasal dari kata rabb yang memiliki
pengertian dasar menunjukkan makna tumbuh, berkembang,
memelihara, merawat, mengatur dan menjaga kelestarian atau
yang luas pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term
al-Tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu :
1) Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa
(baligh).
2) Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan.
3) Mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
4) Melaksanakan pendidikan secara bertahap (Abdurrahman An
Nahlawi, 1992:32).
b. Istilah al-Ta‟lim
Istilah al-talim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan
pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal
di banding dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta‟dib. Rasyid Ridha
mengartika al-Ta‟lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu (M Rasyid Ridha, tanpa tahun:262).
c. Istilah al-Ta‟dib
Menurut al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan
pendidikan Islam adalah al-Ta‟dib. Kata al-Ta‟di dimaknai al-Attas
sebagai mendidik. Maka al-Ta‟dib berarti pengenalan dan
pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri
manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat dari segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan
tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya
(M. Nauqib Al Atas, 1994:60).
Dari ketiga pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pendidikan Islam adalah upaya memelihara, merawat, mengatur, dan
menjaga kelestarian dalam proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa
individu sehingga manusia akan terbimbing secara tepat dalam wujud
dan kepribadiannya.
4. Substansi dalam Pendidikan Islam
Berangkat dari kesimpulan diatas, maka pendidikan Islam
merupakan suatu proses yang berlangsung secara kontinyu dan
berkesinambungan atau dapat disebut juga pendidikan manusia
seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Maka pendidikan Islam
memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :
a. Tugas Pendidikan Islam
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan pesrta didik dari
tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan
optimal (DR. H. Samsul Nizar, 2002:32).
b. Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan fasilitas yang dapat
memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar (DR. H.
Dari kedua pengertian tersebut diatas, penulis setuju dengan pendapat
DR. H. Samsul Nizar, M.A yang menyimpulkan bahwa tugas pendidikan
Islam setidaknya dapat dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan
tersebut adalah : Pendidikan Islam sebagai pengembangan potensi, proses
pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya.
Tugas dan fungsi dalam pendidikan Islam tersebut tidak dapat
dijalankan tanpa adanya pokok dasar yang melandasi kegiatan
pendidikan Islam. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi
pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini,
dasar menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber
nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke
arah pencapaian pendidikan (DR. H. Samsul Nizar, 2002:34-35).
Penjelasan mengenai dasar pendidikan Islam dan tujuan pendidikan
Islam :
a. Dasar Pendidikan Islam.
Dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah al-Quran dan
Sunnah Rasulullah (hadis). Menetapkan al Quran dan Sunah sebagai
dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran
yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justeru karena
kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima
oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau
pengalaman kemanusiaan. Beberapa dasar pendidikan dalam al
1) Sebagai pedoman, al Quran tidak ada keraguan padanya (Q.S Al
Baqarah ayat 2)
2) Al Quran tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya (Q.S Ar
Ra‟d ayat 9)
3) Kepribadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh
tauladan yang baik (Q.S. Al Ahzab ayat 21)
4) Oleh karenanya, perilaku Rasul senantiasa terpelihara dan
dikontrol oleh Allah SWT (Q.S An Najm ayat 34)
Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi yaitu
(DR. H. Samsul Nizar, 2002:47) :
1) Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al
Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya.
2) Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah
bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak dan
pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.
Setelah menguraikan dasar pendidikan diatas, penulis setuju
bahwa pendidikan Islam haruslah didasarkan pada al Quran dan
Sunah. Meskipun seiring dengan perkembangan zaman banyak
sekali metode dan cara –cara baru atau kontemporer dalam
memfasilitasi pendidikan, sebelum program-program tersebut
dilaksanakan haruslah dikoreksi terlebih dahulu apakah
b. Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen utama pada
sistem pendidikan. Dengan tujuan pendidikan, diharapkan proses
pendidikan dapat mencapai hasil efektif dan efisien. Apabila tujuan
pendidikan tidak digariskan secara tegas, maka pendidikan akan
mengalami ketidakpastian dalam prosesnya, yang akibatnya manusia
sebagai out-put pendidikan tidak memiliki patokan atau pedoman
hidup luhur yang sesuai dengan hakekatnya sebagai menusia (Drs.
M. Jumali, 2004:48-49).
Kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di
Islamabad, menyatakan bahwa :
Tujuan pendidikan adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik-pen) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Kerena itu, pendidikan Islam hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual; imajinasi; fisik; ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; mendorong semua spektersebut berkembang ke arah kebaikan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Alla, baik
secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia (SWCC,
2002:37-38).
Menyimpulkan rumusan mengenai tujuan pendidikan bahwa
penulis setuju dimana tujuan pendidikan Islam adalah untuk
melejitkan potensi pesrta didik sesuai dengan fitrahnya dalam segala
aspek dan berkesesuaian dengan pengertian pendidikan Islam itu
Setelah kita mengetahui tugas, fungsi, dasar dan tujuan pendidikan,
maka kita sebagai komponen pendidikan (manusia) pada akhirnya yang
akan melaksanakan proses pendidikan tersebut. Dalam melaksanakan
pendidikan, kita membutuhkan metode-metode dalam pendidikan agar
pendidikan yang kita laksanakan dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya, dan sesuai dengan dasar dan tujuan pendidikan Islam.
Secara literal, metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua
kata yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi
metode berarti jalan yang dilalui (M. Arifin, 1987:97). Al Syaibani
mengatakan bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang
terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian
mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta
didiknya, suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik
untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang
dikehendaki pada tingkah laku mereka (Omar Muhammad, 1979).
Sementara itru, an-Nahlawi, mengemukakan beberapa metode paling
penting dalam pendidikan Islam (An Nahlawi, 1992:283-284), yaitu :
a. Metode hiwar(percakapan) Qur‟ani dan Nabawi
b. Mendidik dengan kisah Qur;ani dan Nabawi
c. Mendidik dengan amstal(perumpamaan) Qur‟ani dan Nabawi
d. Mendidik dengan memberi teladan
f. Mendidik dengan mengambil ibrah (pelajaran) dan mauidhah
(peringatan)
g. Mendidik dengan targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat
takut).
Metode-metode tersebut diatas merupakan metode-metode yang
dicetuskan oleh ilmuwan muslim. Sementara itu, kita sebagai komponen
pendidikan dapat menggunakan metode-metode tersebut maupun tidak.
hal yang terpenting adalah kita harus berprinsip bahwa tidak ada metode
yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua ilmu dan mata
pelajaran, semua tahap pertumbuhan dan perkembangan, semua taraf
kecerdasan dan kematangan, semua guru dan pendidik, dan semua
keadaan dan suasana yang meliputi proses pendidikan itu. Oleh karena
itu kebijaksanaan dan kearifan pendidik sangat diperlukan dalam
menentukan metode yang paling tepat untuk sebuah pembelajaran.
Apabila proses pendidikan telah dilaksanakan, maka tugas
pendidik adalah untuk menentukan hasil apakah pendidikan tersebut
berjalan dengan baik atau tidak, sesuai dengan harapan atau tidak,
berhasil atau tidak. Untuk dapat menentukan tingkat keberhasilan
pendidikan maka pendidik memerlukan evaluasi.
Sistem evaluasi dalam pendidikan Islam adalah mengacu pada
sistem evaluasi yang digariskan Allah SWT dalam al Quran sebagaimana
Rasulullah dalam pembinaan rihlah Islamiyah, maka secara umum sistem
evaluasi pendidikan Islam adalah sebagai berikut (DR. H. Samsul Nizar,
2002:81-82):
a. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap
berbagai macam problema kehidupan yang dihadapi (Q.S. Al
Baqarah ayat 155).
b. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai mana hasil pendidikan
wahyu yang telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya
(Q.S. An Naml ayat 40)
c. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau
keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi
Ibrahim yang menyembelih Ismail putra yang dicintainya (Q.S. Ash
Shaffat ayat 103-107).
d. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dan pelajaran yang
telah diberikan kepadanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi
Adam AS tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya di
hadapan para malaikat (Q.S. Al Baqarah ayat 31)
e. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktifitas
baik, dan memberikan semacam „iqab (siska) bagi mereka yang
beraktifitas buruk (Q.S. Al Zalzalah ayat 7-8)
f. Allah SWT dalam mengevaluasi hambanya tanpa memandang
formalitas (penampilan), tapi memandang substansi di balik tindakan
g. Allah SWT memerintahkan agar berlaku adil dalam mengevaluasi
sesuatu, jangan karena kebencian menjadikan ketidak objektifan
evaluasi yang dilakukan (Q.S. Al Maidah ayat 8). Proses evaluasi
pendidikan Islam secara essensial berlaku bagi setiap muslim.
Demikian halnya dengan peserta didik yang sadar dan baik, adalah
mereka yang sering mengevaluasi diri sendiri, baik mengenai
kelebihan yang hendaknya dipertahankan maupun kekurangan dan
kelemahan yang perlu dibenahi karena evaluasi itu sendiri
hendaknya dilakukan secara objektif (Q.S. Adz Dzariyat ayat 21).
Bahkan dalam konteks evaluasidiri, Umar bin Khattab pernah
berkata “evaluasilah dirimu sebelum engkau dievaluasi orang lain”.
Hal ini mutlak diperlukan, sebab Allah senantiasa mengawasi dan
mengevaluasi tindakan manusia (Q.S. Al Baqarah ayat 115. Q.S.
Muhammad ayat 4) dengan cara menugaskan malaikat (Q.S. Qaaf
ayat 18).
Dengan dasar-dasar evaluasi pendidikan Islam tersebut diatas,
penulis setuju bahwa pendidik dapat memodifikasi bentuk evaluasi
pendidikan Islam dengan menggunakan dasar-dasar evaluasi dari al
Quran.
B. Pendidikan Islam di Indonesia
Pengertian pendidikan secara umum sudah penulis jabarkan diatas yang
simultan memproses peserta didik menjadi lebih bertambah pengetahuan,
skill dan nilai kepribadiannya dalam suatu keteraturan kalender akademik.
Hakikat pendidikan menjadi tereduksi sebagai batas kegiatan sekolah (Drs.
M. Jumali, 2004:19).
Sebagai sebuah negara yang melaksanakan sistem pendidikan, tentu
pemerintah memiliki pengertian pendidikan yang tertuang dalam
undang-undang sebagai tolok ukur pelaksanaan pendidikan di Indoensia.
Menurut Undang-Undang SISDIKNAS nomor 20 Tahun 2003 bahwa :
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
berakar pada nilai-nilai agama, kenudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tututan perubahan zaman.
3. Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Melihat cuplikan undang-undang tentang pendidikan Nasional dalam
Nasional dan sistemnya telah diatur dalam undang-undang sedemikian rupa
dengan didasarkan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 dan berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional
Indonesia.
Sampai disini kita bisa menggaris bawahi bahwa pendidikan Islam di
Indonesia tentunya bertolak dari dasar nilai-nilai agama itu sendiri.
Kesimpulan sementara dari penulis dapat dikembalikan kesesuaiannya
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan yang memiliki isi
diantaranya :
1. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan ketrampilan peserta didik dalam
mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran/ kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.
2. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta
didik untuk dapat menjalankan peranan menuntut penguasaan
pengetahuan tentang ajaran agama dan/ atau menjadi ahli ilmu agama
dan mengamalkan agamanya.
3. Pendidikan diniyah adalah pendidikan keagamaan Islam yang
4. Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan
Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah
atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya.
5. Dan seterusnya.
Dalam undang-undang tersebut pendidikan agama telah dipisahkan menurut
tujuan dan fungsi pada setiap agama masing-masing. Begitu pula dengan
pendidikan Islam yang pada dasarnya konsep pendidikan Islam itu sendiri
BAB III
PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD RIFAI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DALAM KITAB BAYAN
A. Biografi Syaikh Ahmad Rifai
1. Silsilah Keluarga Syaikh Ahmad Rifai
Ahmad Rifai lahir di sebuah desa bernama Tempuran, saat ini
terletak di kota Kecamatan Kendal Jawa Tengah pada hari Kamis, 9
Muharam 1200 H dari pasangan KH. Muhammad Marhum bin Abusujak
dan Siti Rahmah. Raden KH. Abusujak alias Soetjowidjojo, kakek
Ahmad Rifai adalah seorang bangsawan keturunan darah kraton yang
bekerja sebagai penghulu landerad di Kendal (Ahmad Syadzirin Amin,
1996 : 39-40).
Ahmad Rifai memiliki enam saudara yaitu (Ahmad Syadzirin
Amin, 1996 : 41) :
a. KH. Qamarun
b. KH. Abdul Karim
c. Kiai Salamah
d. KH. Zakaria
e. Nyai Radjiyah
f. Kiai Muhammad Arif
Sejak lahir hingga usia 6 tahun, Ahmad Rifai hidup diasuh
langsung oleh kedua orangtuanya. Ia diajarkan mengenal huruf hijaiyah,
diajarkan menulis dan merangkai huruf hijaiyah dan diajarkan
kepadanya pula membaca surat-surat pendek. Secara garis besar, Ahmad
Rifai sudah mulai dikenalkan dengan ajaran Islam sejak kecil. Ia juga
dididik adab menggunakan bahasa kromo inggil, bahasa sopan santun
terhadap orang tua dan sesama kawan yang lazim berlaku di kalangan
bangsawan keturunan kraton (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 42).
Ketika berusia 6 tahun, tepatnya pada tahun 1207 H ayahnya wafat
sehingga Ahmad Rifai menjadi anak yatim. Dua tahun kemudian pada
1209 H sang kakek Abu Sujak menyusul wafat dan dimakamkan di
masjid Jami‟ Kendal. Ahmad Rifai diasuh oleh ibundanya hingga ia
berusia tujuh tahun (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 42).
Untuk mengurangi beban siti Rahmah dan demi kelangsungan
pendidikan masa depan, saat berusia tujuh tahun Ahmad Rifai dibawa
oleh kakak kandungnya yaitu Nyai Radjiyah ke Kaliwungu dan tinggal
di rumahnya. Selama di Kaliwungu, ia mendapat pendidikan dan
pembinaan dari kakak iparnya yang bernama Asy‟ari, seorang ulama
kharismatik pendiri dan pengasuh pondok pesantren kaliwungu. Dari
permulaan mengaji ilmu pokok-pokok agama sampai ranting-rantingnya
ia hampir tak pernah lepas dari asuhan dan binaan ulama Kaliwungu
2. Latar Belakang Pendidikan Syaikh Ahmad Rifai
Latar belakang pendidikan Syaikh Ahmad Rifai dimulai sejak ia
kanak-kanak hingga berusia enam tahun dalam asuhan kedua
orangtuanya. Kemudian mulai usia enam tahun ia berada di bawah
bimbingan Kyai Asy‟ari Kaliwungu.
Sekitar tahun 1230 H, Ahmad Rifai memutuskan untuk
menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu ke Mekah. Ia menuntut ilmu
di Mekah dan Madinah selama delapan tahun (Ahmad Syadzirin Amin,
1996 : 51). Setelah selesai menuntut ilmu di Mekah dan Madinah,
Ahmad Rifai melanjutkan belajarnya ke Mesir selama dua belas tahun
(Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 53).
3. Guru-Guru Syaikh Ahmad Rifai
Diantara guru-guru Ahmad Rifai di Makah dan Madinah adalah :
a. Syaikh Isa Al Barawi
b. Syaikh Faqih Muhammad bin Abdul Azizi al Jaisyi (al Habsyi)
c. Syaikh A‟dham Ahmad Usman
Melalui guru-guru tersebut, silsilah isnad guru-guru akan sampai kepada
imam Syafi‟I, Abdullah bin Abbas hingga kepada Rasulullah SAW
(Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 52).
Diantara guru-guru Ahmad Rifai di Mesir adalah : Syaikh Ibrahim al
Bajuri, penyusun kitab Hasyiah al Bajuri Syarah Fathul Qarib al Mujib
karangan Ibnu Qasim al Ghazzi Syarah Matan Taqrib atau Ghayatal
Dari Syaikh Ibrahim al Bajuri, maka silsilah keguruan akan sampai
kepada imam Syafi‟I (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 53).
4. Latar Belakang Sosial – Politik
Dari perjalanannya menuntut ilmu di Mekah dan Mesir inilah yang
kemudian melatarbelakangi pergerakan politik Ahmad Rifai di tanah
kelahiran. Teman-teman Ahmad Rifai di Makah yang datang dari
Indonesia cukup banyak, diantaranya adalah Syaikh Nawawi bin Umar
dari Banten dan Syaikh Muhammad Khalil dari Madura. Ahmad Rifai
berjumpa dengan keduanya tersebut setelah beberapa tahun ia tinggal di
Makah. Ketiga sahabat ini kerap mendiskusikan tentang kemakmuran
pendidikan Islam dan kebudayaan di Indonesia, terutama di Jawa.
Mereka mendiskusikan tentang situasi yang mengkhawatirkan di
Indonesia terutama segi pendidikan dan moral budaya bangsa. Dimana
secara terang-terangan Belanda akan menggantikan pendidikan Islam
dengan pendidikan barat. Sistem tanam paksa yang bertentangan dengan
kemanusiaan dan Ordonasi Belanda selalu menunjukkan berlainan teori
dan praktek (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 55).
Dalam perjalanan pulang ke Indonesia setelah menuntut ilmu di
Makah, dia atas kapal ketiga sahabat ini mendiskusikan tentang
langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melaksanakan dakwah di daerah
mreka masing-masing. Dalam diskusi tersebut menetapkan bahwa
mereka berkewajiban menyusun kitab memakai metode yang sesuai
masing-masing. Adapun seluruh keputusan hasil diskusi secara lengkap yang
dijadikan dasar langkah-langkah perjuangan itu ditetapkan sebagai
berikut (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 56) :
a. Menyelenggarakan pengajian umum
b. Mendirikan pesantren, tempat-tempat pendidikan dan majlis taklim
anak-anak, pemuda dan orang dewasa.
c. Melaksanakan amar makruf nahi mungkar
d. Menyusun kitab-kitab terjemahan yang memuat tiga ilmu agama,
ushuliddin, fiqih dan tasawuf.
e. Menghimpun dan mendidik kader-kader dakwah militant.
f. Memperkuat hubungan ukhuwah Islamiyah dan mempererat
silaturrahim dengan cara gerakan sosial.
g. Mengadakan hubungan kerjasama dengan para ulama di pedesaan
atau ulama kota yang menentang kolonial Belanda.
h. Menggalang persatuan dan kesatuan masyarakat di bawah pimpinan
ulama dan tokoh masyarakatnya.
i. Mengadakan protes sosial keagamaan terhadap segala bentuk
kebijaksanaan pemerintah Belanda.
Setelah sampai di kampung halamannya, Ahmad Rifai mulai
melaksanakan langkah-langkah perjuangan dakwahnya. Langkah
pertama, ia menyelenggarakan pengajian umum di pesantren Asy‟ari
Kaliwungu. Karena perbdaan faham dalam gagasannya dengan Kyai
Kendal. Ahmad Rifai mendapat keleluasaan dalam mengajarkan Islam
oleh pemerintah Belanda karena ajaran yang diajarkan hanya mengenai
masalah Ubudiyah dan Muamalah.
Namun kemudian, Belanda mengetahui bahwa Ahmad Rifai
menanamkan doktrin tentang keharusan membentuk Khalifah yang
sasarannya mengarah kepada pemerintah kolonial Belanda. Untuk
membendung gerakan ini, Belanda menggunakan cara licik yaitu
menanamkan rasa antipati di kalangan pegawai pemerintah dan priyayi
terhadap Ahmad Rifai dan pengikutnya. Sedangkan di kalangan ulama
resmi dan penghulu, Belanda menciptakan opini yang salah dengan
mengetengahkan berbagai masalah kontroversial (khilafiyah) yang
dikembangkan oleh Ahmad Rifai. Politik devide et impera Belanda
dilancarkan dalam upaya memecah belah masyarakat Islam yang
kemudian resikonya ditimpakan kepada Ahmad Rifai (Ahmad Syadzirin
Amin, 1996 : 59).
Politik kotor Belanda akhirnya mengena pada sasaran dan
mengakibatkan Ahmad Rifai dibawa ke pengadilan Kendal yang
menjadikan Ahmad Rifai tidak diizinkan untuk tinggal di Kendal
(Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 61).
Karena tidak lagi diizinkan tinggal di Kendal, Ahmad Rifai
kemudian tinggal sementara di rumah anak menantunya yang bernama
Maufuro bin Nawawi di desa Keranggonan Limpung Batang. Maufuro
lurah pondok di pesantren perguruan Ahmad Rifai di Kendal yang
kemudian menikah dengan anak bungsu Ahmad Rifai yang bernama Siti
Fatimah. Tak lama kemudian Ahmad Rifai menikah dengan janda
Demang Kalisalak yang bernama Sujainah. Ahmad Rifai kemudian
menetap di Kalisalak bersama Sujainah (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 :
63).
Di kalisalak, pada mulanya Ahmad Rifai menyelenggarakan
sekolah Al Quran untuk anak-anak. Namun lembaga itu kemudian
berkembang menjadi majelis pendidikan yang mencakup pula
orang-orang dewasa, baik lelaki maupun perempuan yang datang dari daerah
sekitar kabupaten Batang. Dan diantara mereka banyak yang berminat
muqim menuntut ilmu di Kalisalak. Untuk memenuhi minat para santri
yang datang dari luar daerah, maka didirikan mushala dan pondok
pesantren diatas tanah miliknya sendiri di Kalisalak, Batang (Ahmad
Syadzirin Amin, 1996 : 64).
Satu hal yang menarik yang menyebabkan pengajian Ahmad Rifai
cepat berkembang dan terkenal adalah metode terjemahannya, baik al
Quran, hadist maupun kitab Arab karangan ulama salaf terlebih dahulu
diterjemahkan dalam bahasa jawa sebelum diajarkan kepada para murid,
bahkan kelihatan sebagai kewajiban yang ditempuhnya secara sadar
sesuai dengan kesepakatan bersama ketiga ulama di kapal ketika pulang
dari Makah. Meski berada di daerah terpencil yang lingkungan sekitarnya
daerah terdekat seperti Batang, Kendal dan Pekalongan. Melainkan juga
dari Semarang, Kedu, Wonosobo, Purworejo, Magelang, Salatiga,
Cirebon, Banyumas, Indramayu, Karawang, Tegal dan Pemalang
(Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 65).
5. Karya-karya Syaikh Ahmad Rifai
“beliau merupakan satu-satunya orang yang mampu
mengemukakan Islam dengan bahasa sederhana tanpa memakai ideom-ideom arab. Dan sebagai ulama, beliau termasuk orang yang sangat produktif mengarang kitab”.
Dibandingkan dengan Haji ali dan ulama lainnya. Ahmad Rifai
adalah satu-satunya ulama abad ke 19 yang paling banyak dan menonjol
dalam menghasilkan karya tulis ilmiah (Dr. Karel A Steenbrink, 1984 :
106-108)
Kitab-kitab agama yang ditulis oleh Ahmad Rifai berbentuk Syair,
puisi tembang jawa, bentuk natsar dan natsrah sebanyak 65 buah judul.
500 Tanbih dan 700 Nadzam doa dan jawabnya mengupas tentang tiga
ilmu syariat Islam, Ushuluddin, Fikih dan Tasawuf rasional. Sedang
kitab-kitab yang ditulis di negeri Ambon sebanyak empat judul kitab dan
60 Tanbih, semuanya memakai bahasa Melayu. Selain memuat tentang
protes sosial keagamaan terhadap ulama tradisional, penghulu dan
pemerintah kolonial Belanda (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 118).
Kitab-kitab agama karangan Ahmad Rifai itu mengambil sumber
dari al Quran, al Hadis dan berbagai kitab agama karangan ulama-ulama
yang muktabar (diakui) dan terkenal hampir di setiap pondok pesantren
di Indonesia. Kitab-kitab tersebut bermazhab Ahlussunah untuk aqidah,
bermazhab Syafi‟I untuk fikih dan bermazhab Abu Qasim Junaidi al
Baghdadi untuk tasawuf akhlak (Ahmad Syadzirin Amin, 1996 : 119).
Karya-karya tersebut adalah :
a. Surat Undang-Undang Biyawara (Maklumat) untuk anak murid
dimana saja. Sebuah surat yang berisi fatwa Syaikh Ahmad Rifai
tentang pentingnya mengamalkan kitab tarjamah syariah
karangannya, tebal 20 halaman, 178 baris, berbentuk natsar, selesai
tahun 1254 H.
b. Nasihatul Awam (Nasihat untuk kaum awam) : kitab yang
membicarakan amar makruf nahi mungkar, berbentuk natsar, selesai
tahun 1254 H.
c. Syarihul Iman (Penjelasan tentang iman) : membicarakan iman,
Islam dan ihsan, berbentuk natsrah, tebal 16 koras, 330 halaman,
selesai tahun 1255 H.
d. Taisir (kemudahan) sebuah kitab kecil yang membahas tentang
muktamad. Bentuk natsrah, tebal 20 halaman atau satu koras. Selesai
tahun 1256 H.
e. „Inayah (pertolongan) : sebuah kitab yang membahas tentang
Khalifah Syar‟iyah dan Dunyawiyah, berbentuk syair atau nadzam,
selesai tahun 1256 H.
f. Bayan (penjelasan) : sebuah kitab besar yang membahas tentang
ilmu pendidikan dan dakwah Islam mencakup amar makruf,
berbentuk syair atau nadzam, 19 koras atau 176 halaman, selesai
tahun 1256 H. dua jilid untuk Indonesia dan empat jilid untuk
Universitas Leiden, Belanda.
g. Targhib (kegemaran beribadah) : sebuah kitab yang membahas tata
cara mengetahui keagungan dan kekuasaan Allah (makrifat) dan rasa
kecintaan kepada Allah, berbentuk nadzam, selesai tahun 1257 H.
h. Thariqad (jalan kebenaran) : sebuah kitab besar yang membahas cara
menempuh jalan keridhaan Allah, berbentuk nadzam atau syair,
selesai tahun 1257 H.
i. Thariqat (jalan kebenaran) : sebuah kitab sedang yang membahas
jalan kebaikan dan pegangan hidup untu menempuh keselamatan
dunia akhirat. Berbentuk natsar (prosa), selesai tahun 1257 H.
j. Athlab (menuntut) : sebuah kitab kecil yang membicarakan hal
kewajiban mencari ilmu agama. 1 koras, atau 20 halaman, berbentuk
k. Husnul Mithalab (kebaikan ilmu yang dituntut) : membahas ilmu
ushuliddin, fiqih dan tasawuf, berbentuk syair 12 koras atau 136
halaman dengan 2458 baris, ada juga 196 halaman dengan 13 x 2
baris, selesai tahun 1259 H.
l. Thullab (pencari kebenaran) : kitab ini menjelaskan soal kiblat shalat
di jawa. Berbentuk nadzam, selesai tahun 1259 H.
m. Absyar (mengupas) : sebuah kitab kecil yang mengupas tentang arah
kiblat shalat di jawa, 20 halaman, berbentuk syair selesai tahun 1259
H.
n. Tafriqah (pemisahan haq dengan bathil) : membicarakan soal
kewajiban mukalaf kepada Allah dan masyarakat, berbentuk syair.
Selesai tahun 1260 H.
o. Asnal Miqashad ( ketetapan yang harus dikerjakan) : menguraikan
ilmu ushuliddin, fiqih dan tasawuf. Dua jilid besar 30 koras atau 596
halaman dengan 11 x 2 baris, berbentuk syair. Selesai tahun 1261 H.
p. Tafshilah (perincian) : tentang iman, Islam dan ibadah. Berbentuk
syair, selesai tahun 1261 H.
q. Imdad (pertolongan) : membahas sifat takabur dan segala akibatnya,
berbentuk nadzam, 22 halaman atau 226 x 2 baris, selesai tahun
1261.
r. Irsyad (petunjuk) : membahas tentang makrifat kepada Allah.
s. Irfaq (memberi manfaat) : membicarakan iman dan Islam,
merupakan ringkasan dari kitab-kitab aqidah Islamiyah, mirip
dengan takhyirah mukhtashar, berbentuk hadzam, satu koras atau 19
halaman, atau 186 x 2 baris. Selesai tahun 1261 H.
t. Nadham Arja (penghargaan, penangguhan) : sebuah kitab artikel
yang berisi hikayah Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad SAW, berbentuk
syair, sebanyak 5 koras atau 96 halaman (termasuk syair doa) selesai
tahun 1261 H.
u. Jam‟ul Masail (kumpulan masalah-masalah) : membahas tiga ilmu
agama ushuluddin, fiqih, tasawuf, berbentuk syair, sebanyak 376
halaman atau 19 koras, selesai tahun 1261 H. kitab ini masih
tersimpan di perpustakaan pribadi milik Prof. Dr. Snouck Hurgronje
di Belanda.
v. Jam‟ul Masail (II) : membicarakan bidang ilmu fiqih dan tasawuf
dengan bentuk prosa atau natsar, sebanyak 7 koras atau 136
halaman, selesai tahun 1261 H.
w. Jam‟ul Masail (III) : membicarakan bidang ilmu tasawuf dengan
bentuk natsar juga, sebantak 6 koras atau 116 halaman, selesai tahun
1261 H.
x. Qawa‟id (pilar-pilar agama) : kitab ini membahas ilmu agama Islam
yang mencakup bidang akhlak, berbentuk nadzam, selesai tahun
y. Tahsin (Memperbaiki, mempercantik) : kitab ini menerangkan
tentang kewajiban fidyah puasa, berbentuk syair 11 x 2 baris
sebanyak 22 halaman atau 208 x 2 baris juga, selesai tahun 1260 H.
z. Shawalih (perdamaian) : membicarakan soal kerukunan ummat
Islam atau ukhuwah Islamiyah, berbentuk nadzam, sebanyak 7 koras
atau 136 halaman, selesai tahun 1262 H.
aa. Miqshadi (tujuan) : kitab ini membahas bacaan surat al Fatihah yang
benar, berbentuk nadzam, selesai tahun 1262 H.
bb. As‟ad (membahagiakan, menolong) : sebuah kitab yang membahas soal iman dan makrifat kepada Allah, berbentuk syair, selesai tahun
1262 H.
cc. Fauziyah (keberuntungan, kemenangan) : membicarakan sebagian
dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil, berbentuk nadzam, selesai
tahun 1262 H.
dd.Hasaniyah (kebagusan) : membicarakan tentang fardhu mubadarah
bagi mukalaf, berbentuk syair 11 x 2 barus, selesai tahun 1262 H.
ee. Fadhliyah (keutamaan, kebaikan) : membicarakan tentang zikir
kepada Allah, 46 halaman dengan 466 x 2 baris, selesai tahun 1263
H.
ff. Tabyinal Ishlah (perbaikan hubungan) : kitab ini menerangkan fasal
nikah, thalaq, ruju‟ dan lain-lain, berbentuk syair atau nadzam, 11
gg.Abyanal Hawaij (perjelasan beberapa hajat pokok) : membicarakan
bidang ilmu ushuluddin (teologi), fikih dan tasawuf. Berbentuk
nadzam, 6 jilid besar, 82 koras, 35.992 baris atau 1636 halaman
dengan 11 x 2 baris, selesai tahun 1265 H.
hh.Tasyrihatal Muhtaj (penguraian yang membutuhkan) : kitab ini
membicarakan muamalah jual beli (ba‟i) dan lain-lain. Satu jilid
besar, tebal 10 koras atau 196 halaman, selesai tahun 1265 H.
ii. Kaifiyah (metode, tatacara) : sebuah kitab yang menerangkan tentang
kaifiyah, tatacara ibadah shalat fardhu dan puasa ramadhan. Tebal 7
koras atau 136 halaman, dengan 11 x 2 baris, berbentuk syair, selesai
tahun 1265 H.
jj. Mishbahah (lampu petunjuk) : kitab ini membahas tentang orang
yang meninggalkan shalat fardhu, berbentuk nadzam, tebal 23
halaman atau 390 baris dengan 19 x 2 baris, selesai tahun 1266 H.
kk.Riayatal Himmah (penjagaan hendak mengerjakan ibadah) : kitab ini
membicarakan ilmu ushuluddin, fiqih dan tasawuf, berbentuk syair
tebal 25 koras atau 469 halaman dengan 11 x 2 baris, selesai tahun
1266 H.
ll. Ma‟uniyah (bantuan, pertolongan) : kitab ini membahas mukmin dan
kafir, berbentuk syair atau nadzam, tebal 22 halaman, selesai tahun
mm. „Uluwiyah (bantuan, pertolongan) : membahas soal sifat takabur
dan akibat orang yang menumpuk-numpuk harta, berbentuk nadzam,
tebal 22 halaman selesai tahun 1266 H.
nn.Rujumiyah (pelemparan) : membicarakan hukum orang yang anti
agama dan mengikuti adat maksiyat, berbentuk syair, tebal 38
halaman sebanyak 1378 baris, selesai tahun 1266 H.
oo.Mufhamah (difahamkan) : kitab ini menjelaskan kebenaran mukmin
atas kesalahn kafir, berbentuk nadzam, tebal 22 halaman atau 790
baris, selesai tahun 1266 H.
pp.Basthiyah (kekuasaan dalam ilmu) : kitab ini membicarakan soal
kebenaran hujjah alquran dan Sunah rasul, menolak bid‟ah sesat,
berbentuk syair, tebal 7 koras atau 136 halaman, selesai tahun 1267
H.
qq.Tahsinah (memperbaiki bacaan) : menerangkan tajwid alquran,
menurut bacaab imam „Asham dengan bersandar pada Imam Jazariy,
berbentuk nadzam, tebal 5 koras atau 98 halaman, selesai tahun 1268
H.
rr. Tazkiyah (penyembelihan binatang) : menerangkan hukum tata cara
penyembelihan binatang dan yang bertalian dengan perkara halal-
haram dalam Islam. Berbentuk syair, tebal 6 koras, atau 120 halaman
ss. Fatawiyah (fatwa-fatwa agama) : kitab ini menerangkan orang yang
berhak menyandang gelar mufti dan penasihat agama yang paling
penting untuk kaum awam, berbentuk nadzam, selesai tahun 1269 H.
tt. Samhiyah (kemurahan hati) : membahas tentang shalat jumat dan
kemudian mendirikannya denga qaul qadim, berbentuk nadzam,
selesai tahun 1269 H.
uu.Rukhshiyah (kemudahan hukum) : menerangkan kemudahan musafir
dalam shalat jama‟-qashar, berbentuk syair, tebal 20 halaman, 401
baris, selesai tahun 1269 H.
vv.Maslahah (pembaharu keadaan, reformasi) : sebuah kitab yang
menerangkan pembagian harta pusaka, berbentuk syair, tebal 10
koras atau 200 halaman, selesai tahun 1270 H.
ww. Wadlihah (yang tampak jelas) : membicarakan khusus manasik
haji, berbentuk syair, 12 koras atau 240 halaman atau 5244 baris,
selesai tahun 1272 H.
xx.Munawirul Himmah (lampu penerang cita-cita) : sebuah kitab kecil
yang berisi kalimat-kalimat suci untuk mengingatkan orang yang
baru meninggal dan orang-orang yang masih hidup. 6 halaman
berebntuk nadzam, selesai tahun 1272 H.
yy.Tasyrihatal (penyiaran, penyebaran berita) : kitab kecil memuat
tentang kewajiban esensial seorang pemuka agama, sebanyak 10
zz. Mahabbatullah (cinta kepada Allah) : kitab ini menerangkan atas
nikmat Allah dan kewajiban bersyukur atas hamba-Nya. Tebal 30
halaman, 624 baris, berbentuk syair, selesai tahun 1273 H.
aaa. Mirghabut Tha‟at (yang menimbulkan keinginan patuh) :
membahas kebenaran iman dan Islam, berbentuk syair dan
merupakan ringkasan, tebal 26 halaman atau 536 baris, selesai tahun
1273 H.
bbb. Hujahiyah (mengalahkan) : menerangkan tatacara dialog diskusi
menurut Islam. Berbentuk nadzam dengan baris 19 x 2 baris, selesai
tahun 1273 H.
ccc. Tashfiyah (penjernihan) : menerangkan makna surat al Fatihah.
Berbentuk syair dengan 19 x 2 baris, selesai tahun 1273 H.
ddd. Sebanyak 700 nadzam doa dan jawabannya : berisi berbagai
bacaan doa yang muktabarah, bahasa arab dan terjemahan berbahasa
jawa. Berbentuk syair dengan 8 x 2 baris. Ditulis mulai 1270 H
sampai 1273 H.
eee. Sebanyak 500 Tanbih bahasa jawa : setiap satu tanbih berisi satu
masalah agama. Berbentuk nadzam syair dengan 19 x 2 baris. Setiap
satu tanbihun berisi 3 halaman atau 114 baris. Ditulis sejak 1260an
H sampai 1273 H.
fff.Sihhatun Nikah (keabsahan nikah) : kitab ini merupakan ringkasa
dari kitab Tabyinal Islah karangan Syaikh Ahmad Rifai, berbentuk
ggg. Nadzam Wiqayah (pemeliharaan, penjagaan) : kitab ini
menerangkan mar-ma‟ruf nahi mungkar dan perang sabilillah.
Berbentuk nadzam, selesai tahun 1273 H.
hhh. Tanbih rejeng (miring) : tanbih tulisan miring, berisi fatwa-fatwa
agama, berbentuk natsar, terdiri dari puluhan judul dan tidak
menyebut tahun karangan.
iii. Surat-surat penting berisi fatwa-fatwa agama, yang ditujukan kepada
penghulu di Pekalongan dan daerah lain. Disebutkan pula dalam
surat tersebut sejumlah kitab karangan yang disita oleh penghulu,
dan penolakan mereka terhadap ajaran-ajarannya.
jjj. Puluahan lembar tulisan Syaikh Ahmad Rifai berbentuk syair,
menggunakan bahasa jawa kromo inggil, memakai dua akhiran yang
sama (umumnya memakai empat akhiran yang sama).
kkk. Kitab Tajwid, merupakan kitab ringkasan dari kitab Tahsinah karya
Syaikh Ahmad Rifai. Tebal 41 halaman, dengan 11 x 2 baris, tanpa
tahun.
lll. Kitab yang tidak memakai judul (mungkin sobek), yang berisi
fatwa-fatwa agama, tebal 300 halaman dengan 11 x 2 baris tanpa tahun.
Apabila kita amati mulai tahun 1254 H sampai tahun 1257 H.
syaikh Ahmad Rifai telah menulis karangan sebanyak 65 judul kitab atau
65 bismillah. Diantara tahun-tahun yang tidak kita dapati karangan
kitabnya diduga karena kseibukan beliau mengajar para santri atau
adanya tekanan politik dari pihak pemerintah Belanda. Atau, bisa jadi
beliau menulis kitab namun disita oleh pemerintah kolonial Belanda.
B. Isi Kitab Bayan tentang Konsep Pendidikan Islam
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Syaikh Ahmad Rifai adalah untuk
mencari keridhaan Allah, menyatakan kebenaran dan menjalankan segala
sesuatu yang diridhai oleh Allah dan menghindari segala sesuatu yang
haram dilakukan. Beliau menyatakan bahwa dengan menuntut ilmu akan
menjadi jalan menuju keridhaan Allah (Syaikh Ahmad Rifai, Bayan :
3-4).
2. Isi
Isi dalam kitab Bayan karya Syaikh Ahmad Rifai diantaranya tentang
hukum mengajar dan menuntut ilmu, syaratnya orang yang menjadi guru
dan menuntut ilmu. Isi dalam kitab tersebut akan diuraikan di bawah ini.
Menuntut ilmu hukumnya wajib menurut Syaikh Ahmad Rifai,
dengan berdasarkan dalil hadis nabi yang artinya : “Menuntut ilmu
itu wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”.
b. Rukun pendidikan
Rukun pendidikan menurut Syaikh Ahmad Rifai yaitu :
1) Orang yang mengajar (guru)
2) Orang yang belajar (murid)
3) Ilmu yang diajarkan
Tata cara melaksanakan pendidikan (Syaikh Ahmad Rifai, Bayan :
4)
c. Hukum mengajar.
Hukum dasarnya mengajar adalah wajib kifayah, namun bisa
menjadi wajib ain bagi seseorang apabila tidak ada orang lain yang
bisa mengajar dan bisa menjaganya (Syaikh Ahmad Rifai, Bayan :