• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI ANTARA KONSEP PENDIDIKAN SPIRITUAL SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RELEVANSI ANTARA KONSEP PENDIDIKAN SPIRITUAL SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

RELEVANSI ANTARA KONSEP PENDIDIKAN

SPIRITUAL SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI

DENGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Tri Miftakhul Janah

NIM 11112213

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Menjalankan perintah Allah, menjauhi segala larangan-Nya, dan ridho terhadap ketetapan-Nya

(Syaikh Abdul Qadir Al Jailani) PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Suamiku Nur Arifin tercinta, yang selalu memberiku motivasi dalam

menjalani kehidupan ini dengan penuh kasih sayang, yang selalu membimbing dan mengarahkanku dengan penuh kesabaran

Anakku tercinta Ahmad Hikam Asyauqi, yang selalu ceria untuk

menghiburku di sepanjang waktu

Orang tuaku yang telah membesarkan dan mendidikku serta selalu

mendoakanku di setiap langkahku untuk kesuksesanku Mertuaku yang selalu mendoakanku

Kakak-kakakku, keponakanku dan segenap keluargaku yang selalu

mendukungku

Sahabat-sahabatku seperjuangan yang selalu memberiku semangat

(6)

vi

KATA PENGANTAR

الله الرحمن الرحيم مسب

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan Hidayah-Nya. Sholawat serta salam penulis sanjungkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Sehingga penyusunan skripsi yang mengambil judul “Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani” dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa material maupun spiritual. Selanjutnya penulis haturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

4. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Drs. Ahmad Sulthoni,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik 6. Bapak / Ibu dosen beserta karyawan IAIN Salatiga

(7)

vii

(8)

viii ABSTRAK

Miftakhul janah, Tri. 2016. 11112213. Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag. Kata kunci: Konsep Pendidikan Spiritual, Konsep Pendidikan di Indonesia dan Syaikh Abdul Qadir al Jailani

Penulisan skripsi ini sebuah upaya untuk mengupas lebih dalam tentang sosok waliyullah yang sangat terkenal, yakni Syaikh Abdul Qadir al Jailani. Penulisan ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari permasalahan: 1. Bagaimana biografi syaikh Abdul Qadir al Jailani? 2. Bagaimana konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani? 3. Bagaimana relevansi antara konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani terhadap Pendidikan Islam di Indonesia?

Data penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyan tersebut penulis peroleh dari membaca buku-buku, artikel, kitab karya Syaikh Abdul Qadir al Jailani, dan mencari di internet hal-hal yang berkaitan dengan Syaikh Abdul Qadir al Jailani. Sehingga dapat dipastikan bahwa penelitian ini termasuk penelitian library research.

Hasil dari penelitian dalam skripsi ini dapat diketahui bahwa Syaikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seseorang yang sangat terkenal kekeramatan spiritualnya pada masa itu. Sehingga beliau diberi gelar Shulthanul Auliya‟, sebuah gelar yang sangat mulia karena menjadi rajanya para wali. Adapun konsep pendidikan spiritualnya yaitu konsep tauhid (kitab al fath ar rabbani wal faidhu rahmani), konsep akhlaq atau adab (kitab al ghunyyah li thalib thariqi al haq azza wa jalla), konsep thariqat (kitab sirr al asar), konsep muamalah (kitab al ghunyah li thalibi thariqi al haq azza wa jalla). Relevansi antara konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jaiani terhadap konsep pendidikan Islam di Indonesia dapat ditemukan bahwa konsep tauhid pada zaman Syaikh sangat ditekankan dalam mewujudkan pembelajaran yang sempurna. Dan kini konsep tauhid juga digunakan dalam konsep pendidikan Islam di Indonesia dalam mewujudkan pembelajaran yang ideal.

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penegasan Istilah ... 6

F. Metode Penelitian ... 8

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II BIOGRAFI SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI ... 11

A. Riwayat Hidup Syaikh Abdul Qadir al Jailani ... 11

B. Guru-guru Syaikh Abdul Qadir al Jailani ... 16

C. Murid-murid Syaikh Abdul Qadir al Jailani ... 18

(10)

x

BAB III KONSEP PENDIDIKAN SPIRITUAL SYAIKH ABDUL

QADIR AL JAILANI ... 23

A. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Tafsir al Jailani dan kitab Jalaaul khathir ... 23

B. Konsep Pendidikan Spiritual Al Fath al Rabbani wal Faidhu al Rahmani ... 27

C. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Futuh al Ghoib ... 38

D. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Al Ghunnyah li Thalibi Thariqi al Haq „Azza wa Jalla ... 41

E. Konsep Pendidikan Spiritual dalam kitab Sirr al Asrar... 45

F. Klasifikasi Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Abdul Qadir Al Jailani 57 BAB IV PEMBAHASAN ... 58

A. Konsep Pendidikan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani ... 58

B. Konsep Pendidikan Islam di Indonesia ... 59

C. Relevansi antara Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani terhadap Pendidikan Islam di Indonesia ... 65

BAB V PENUTUP ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dengan berkembangnya segala sesuatu di alam semesta ini, dari

segi teknologi ataupun kecanggihan lainnya. Manusia memikirkan hal

dunia atau bisa dikatakan dengan hubbudunya, yang dapat diartikan

sebagai orang yang terlalu senang dengan dunia atau orang yang terlalu

cinta dengan dunia. Sehingga fikiran mereka terfokus untuk selalu bekerja,

bekerja dan bekerja. Padahal ada sosok sufi pada zaman dahulu yang

sangat terkenal akan kezuhudannya, terkenal akan kewira‟ianya. Wira‟i

yang dapat diartikan orang yang berhati-hati dalam urusan dunia. Beliau

ini sangatlah tidak tertarik dengan dunia sedikitpun, sehingga beliau dapat

menggapai ma‟rifat cinta kepada Allah.

Dengan pernyataan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui

seseorang Sulthanul Auliya‟ (Rajanya para wali) yakni Syeikh Abdul

Qadir al Jailani. Baliau ini adalah seorang sufi yang sangat terkenal. Beliau

juga pendiri sebuah thariqat yang diberi nama thariqat qodiriyah. Menurut

penulis, jika mengetahui cara beribadah seseorang yang sudah sangat

berhati-hati dalam hidup di dunia ini, maka makhluk di dunia akan berfikir

bagaimana cara dekat dengan Allah dengan meneladani orang-orang

mulia yang terdahulu. Karena, jaman modern seperti sekarang ini jika kita

tidak membuka mata hati untuk mengikuti ajaran-ajaran umat terdahulu

yang sudah pasti dijamin keselamatannya mungkin kekacauan di dunia ini

(13)

2

moral, dan segala yang berhubungan dengan ilmu. Manusia di dunia ini

diciptakan tidak hanya untuk memikirkan dirinya sendiri saja, akan tetapi

juga harus memikirkan yang lain juga. Apalagi sudah tertera dalam

al-qur‟an surah at tahrim: 6, yang berbunyi:

ٌةَكِئلاَم اَهْيَلَع ُةَساَج ِحْلاَو ُساَّنلا اَهُدىُق َو اًساَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْنَأ اىُق اىُنَمآ َنيِزَّلا اَهُّيَأ اَي

َوو ُشَمْ ُي اَم َوىُلَ ْفَي َو ْمُهَشَمَأ اَم َ َّاا َوىُ ْ َي ٌداَذِ ٌلالاِ

Allah berfirman: ”Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahab bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”(Depag, Al Qur‟an Terjemah: 560)

Dan surah anisa:9

اًذيِذَس ً ْىَق اىُلىُقَيْل َو َ َّاا اىُقَّتَيْلَف ْمِهْيَلَع اىُفاَخ اًفاَ ِض ًةَّي ِّسُر ْمِهِفْلَخ ْنِم اىُكَشَت ْىَل َنيِزَّلا َشْخَيْلَو

Allah berfirman: “Hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar” (Depag, Al Qur‟an Terjemah: 78)

Ayat ini melarang kita meninggalkan orang yang lemah, jika kita

khawatir akan kesejahteraan mereka.Dalam Islam manusia diciptakan

sebagai khalifah di dunia. Maka kita harus selalu belajar untuk taat kepada

Allah dan rasulnya. Setidaknya kita mampu melaksanakan kewajiban

sebagai umat muslim yakni yang berhubungan dengan rukun Islam

kemudian rukun iman serta hubungan antar makhluk.

Dalam buku yang berjudul Jalan Menuju Cinta Ilahi di petik dari

kitab Al Fathur Rabbani Wal Faidhurrahmani karangan Syaikh Abdul

Qadir al Jailani beliau menuliskan nasihat yang berbunyi: Wahai orang

(14)

3

(Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2007:16). Maksud dari perkataan beliau

adalah memisahkan hati kita dengan manusia-manusia,walau kita dalam

kebersamaan mereka. Karena menurut beliau secara lahir kita diciptakan

untuk memperbaiki manusia tetapi hati atau batin mereka tetap bersama

Alloh. Sungguh mulia ajaran sufi ini, beliau tidak pernah bakhil, apa yang

beliau terima maka akan diberikan kepada orang lain.

Sangat berbeda sekali dengan pendidikan pada masa sekarang ini

sudah banyak yang terlepas dari peneladanan tokoh yang ada di masa

dahulu. Banyak orang yang pandai tapi untuk dirinya sendiri, tak seperti di

zamannya Syaikh Abdul Qadir. Beliau setelah menerima ilmu dari

gurunya langsung diberikan kepada yang lainnya.

Sehingga pendidikan era modern ini mengalami kemerosotan

moral yang sangat drastis. Dengan berpegang dengan tokoh ulama yang

terdahulu, kemungkinan besar pendidikan di masa sekarang akan lebih

membaik lagi dalam persoalan akhlaq, tauhid, dan muamalah. Maka dari

itu, pemaparan biografi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dan penelaahan

kitab-kitab karangan Syaikh Abdul Qadir Al Jailani ini dapat menambah

wawasan sehingga pendidikan di masa sekarang mempunyai dasar islam

yang mendalam dengan meneladani seorang tokoh sufi.

Dari kata-kata mutiara yang indah tersebut sehingga penulis ingin

mengakat judul Konsep Pendidikan Spiritual Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

(15)

4

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas. Maka

perlu adanya rumusan masalah, yang akan dikaji dalam penelitian ini.

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah

1. Bagaimana biografi Syaikh Abdul Qodir al Jailani?

2. Bagaimana konsep pendidikan spiritualnya Syaikh Abdul Qadir

al Jailani?

3. Bagaimana relevansi antara konsep pendidikan spiritual Syaikh

Abdul Qadir al Jailani terhadap pendidikan Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas,

maka tujuan penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Biografi Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

2. Untuk memahami dan menghayati konsep pendidikan spiritual

Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

3. Untuk mengetahui relevansi antara konsep pendidikan spiritual

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani terhadap pendidikan Islam di

Indonesia

D. Manfaat Penelitian

Segala perbuatan yang dilakukan diharapkan mengandung manfaat

baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Oleh sebab itu, berdasarkan

tujuan penelitian yang dilakukan penulis, maka penelitian ini diharapkan

(16)

5

1. Manfaat bagi Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Sebagai

bahan dokumentasi bagi pengembangan ilmu pendidikan Islam,

dan menjadi masukan untuk lembaga agar mempunyai

pandangan yang luas terhadap ilmu ketasawufan.

2. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Sebagai sarana yang bisa dibaca dan bisa menjadi sumber

rujukan untuk memperoleh informasi yang terkait dengn ilmu

ketasawufan para auliya‟illah. Sehinggadapat mengembangkan

ilmu pengetahuan yang sebelumnya sudah ada.

3. Manfaat bagi peneliti

Menambah wawasan keilmuan tentang ketasawufan para

auliya‟, sehingga mampu menerapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

E. Penegasan Istilah

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas dalam skripsi ini, perlu

penulis batasi ruang lingkup istilah yang berkaitan dengan skripsi ini.

Terutama yang berkaitan dengan istilah konsep, pendidikan, spiritual, dan

Syaikh Abdul Qadir al jailani. Yang mana ketiga istilah tersebut akan

sering di gunakan dalam tulisan skripsi ini.

1. Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang

biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata

(17)

6 2. Pendidikan

Pendidikan dalam UU NO 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa

pendidikan adalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat.

Sedangkan kata pendidikan dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang berarti memelihara,

materi latihan mengenai ahlak dan kecerdasan pikiran, sehingga

pendidikan berarti proses mengubah sikap dan tingkah laku seseorang

atau kelompok orang dengan usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan proses, cara, perbuatan, mendidik (W.

J. S. Poerwadaminta,1999:250).

3. Spiritual

Spiritual adalah memiliki arah tujuan, yang secara terus

menerus meningkatkan kebijaksanaan dan kekuatan berkehendak dari

seseorang, mencapai hubungan yang lebih dekat dengan ketuhanan dan

alam semesta, dan menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal

dari indra, perasaan, dan pikiran. Spiritualitas memiliki dua proses,

pertama, proses ke atas, yang merupakan tumbuhnya kekuatan internal

(18)

7

bawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang

akibat perubahan internal (Hasan, 2006:289-290).

4. Syaikh Abdul Qadir al Jailani

Syaikh Abdul Qadir al Jailani adalah seorang sufi yang sangat

terkenal. Beliau seorang pencetus adanya tariqat, dimana tariqat itu

sendiri adalah jalan untuk menuju Alloh dengan mengamalkan dan

menghayati ajaran yang diterimanya. Biasanya tarekat ini diadakan di

sebuah pondok-pondok kemudian dilaksanakan secara bersama-sama.

Syaikh Abdul Qadir al Jailani ini adalah sosok wali Allah

paling dimuliakan, karena riyadhoh beliau sangatlah kuat dan hanya

mempunyai satu tujuan yaitu menggapai cinta Allah (Asrifin, tt. : 195).

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa

metode, diantaranya:

1. Sumber Data

Sumber data yang di peroleh dari buku-buku yang berhubungan

langsung dengan topik pembahasan. Sumber data di bagi

menjadi dua, yaitu

a. Sumber data primer yaitu data yang di ambil dari sumber

utamanya. Di sini penulis cantumkan beberapa sumber

primernya antara lain:

i. Qadir al jailani, Abdul. Tafsir al Jailani juz

(19)

8

ii. Qadir al Jailani, Abdul. Al-Fath al-Rabbani

Wal-Faidhu al-Rahmani.Kairo:Dar ar-Rayyan,tt

iii. Qadir al Jailani, Abdul. Futuh al Ghoib. Damaskus:

Khuquq at Thiba‟ Mahfudhoh li Nasyir, 1973

iv. Qadir al Jailani, Abdul. Jalaaul Khathir. Damaskus:

Dar Ibnu Qayyim, 1994

b. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang di ambil dari

sumber data yang kedua. Yang berfungsi untuk penguat

dari sumber data yang utama. Antara lain:

i. Asrifin, Tokoh-Tokoh Shufi (Surabaya: Karya

Utama)

ii. Syaikh Muhammad Bin Yahya At-Tadafi, Qala‟id

Al- Jawahir, diterjemahkan ke dalam bahasa

indonesia menjadi Syaikh Abdul Qadir Al Jailani:

Mahkota Para Aulia (Jakarta: Prenada,2005)

iii. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, terjemah kitab

Al-Ghunyah Mencari Jalan Kebenaran (Yogyakarta:

Citra Risalah, 2010)

iv. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Kutipan dari kitab

Al Fathur Rabbani wal Faidhur Rahmani,

diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia menjadi

Jalan Menuju Cinta Ilahi, oleh Masrahan Ahmad

(Yogyakarta: Citra Media,2007)

(20)

9

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data

dengan membaca buku-buku, majalah atau artikel, makalah,

dan mencari di website yang berkaitan dengan pembahasan

tentang Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani kemudian hasil

membaca tersebut diolah menjadi pembahasan yang dapat

mudah dipahami.

3. Analisis data

Melihat dari sumber-sumber yang ada hanyalah berupa

buku-buku maka penulisan skripsi ini termasuk penelitian library

research.

G. Sistematika Penulisan

Guna memperoleh gambaran yang jelas, dan mudah dalam

memahami isi pembahasan dari skripsi ini, maka penulis menyusun

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, membahas tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan

istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Berisi tentang biografi dan sejarah kehidupannya Syaikh

Abdul Qadir al Jailani

BAB III Menguraikan pembahasan tentang konsep spiritualnya

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani dari beberapa kitab

BAB IV Menguraikan relevansi antara konsep pendidikan spiritual

Syaikh Abdul Qadir Al Jailanidengan pendidikan Islam di

(21)

10

BAB V Penutup

BAB II

BIOGRAFI SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI A. Riwayat Hidup Syaikh Abdul Qadir Al Jailani

Syaikh Abdul Qadir Al Jailani lahir pada hari Senin pada bulan

Ramadhan pada tahun 470 H/ 1077 M di Jailan Thabaristan

(Asrifin,tt:193). Nama desa ini kemudian dinisbatkan kepada nama akhir

beliau yakni Al Jilani atau al jili (Muchsin Nur Hadi, 1993:16). Sedangkan

tahun kelahiran beliau yakni pada tahun 470 H ini berdasarkan atas ucapan

beliau kepada putranya (Abdurrazaq) bahwa beliau berusia 18 tahun ketika

memasuki Baghdad dan bertepatan dengan wafatnya At-Tamimi dan

Umari pada tahun 488 H (Syaikh Muhammad bin Yahya At Tadafi,

2005:339).

Syaikh Abdul Qadir Al- Jailani termasuk sayyid, keturunan Nabi

Muhammad SAW atau di Indonesia sering disebut habib. Marga beliau al

Hasani wal-husaini. Maksudnya al hasani adalah nasab dari jalur ayah,

sedangkan al husaini nasab dari jalur ibu. Ayahnya bernama Abu Shalih

Musa “Janki Daust.” (Samsul Ma‟arif, 2014:16-17).

Adapun nasab beliau dari garis keturunan ayah adalah Syaikh

(22)

11

Yahya Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdillah al Mahdi

bin Hasan al Mutsanna bin Hasan as Sibthi bin Ali bin Abi Thalib wabni

Fatimah az Zahro al bathul binti Sayyidina Muhammad SAW. (Abu

Muhammad Shalih Mustamir Al Hajaini, tt: 11)

Sedangkan ibunya bernama Ummul Khoir Ummatul Jabbar

Fathimah adalah putri Sayyid Muhammad putra Abdulloh as-Shauma‟i,

putra Abi Jamaluddin as-Sayyid Muhammad, putra al-Iman Sayid

Mahmud bin Thahir, putra al-Imam Abi Atha‟, putra Sayyid Abdullah

Iman Sayid Kamaludin Isa, putra Imam Abi Alaudin Muhammad

al-Jawad, putra Ali Rido Imam bi Musa al Qadim, putra Ja‟far Shadiq, putra

Imam Muhammad al Baqir, putra Zaenal Abidin, putra Abi Abdillah al

Husain, putra Ali bin Abi Thalib (Samsul Ma‟arif, 2014:18).

Beliau sejak lahir sudah menunjukkan keistimewaan yang luar

biasa dibandingkan dengan bayi umumnya. Saat beliau lahir yaitu pada

bulan ramadhan, beliau tidak mau menyusu di saat siang hari dan menyusu

pada saat berbuka, bahkan beliau sampai di jadikan pertanda datangnya

bulan Ramadhan (Samsul Ma‟arif, 2014: 21). Ibu beliau Fatimah binti

Syaikh Abdullah Ash- Shaum‟i. Diriwayatkan darinya,” Setelah lahir

anakku Abdul Qadir tidak mau menyusu pada saat bula Ramadhan. Oleh

karena itu, jika orang-orang tidak dapat melihat hilal penentuan bulan

Ramadhan, mereka mendatangiku dan menanyakan hal tersebut padaku.

Jika aku menjawab, “Hari ini anakku tidak menyusu” maka orang-orang

(23)

12

tidak menyusu pada bulan Ramadhan adalah sesuatu yang masyhur di

Jilan.

Diriwayatkan bahwa saat mengandung beliau, usia ibunya 60

tahun. Ada yang menyatakan bahwa tidak ada perempuan hamil pada usia

60 tahun kecuali wanita Quraish dan tidak ada wanita yang dapat hamil

pada usia 50 tahun kecuali wanita Quraish (Syaikh Muhammad bin Yahya

At-Tadafi, 2005: 2).

Beliau tergolong pemuda yang cerdas, pendiam, berbudi pekerti

luhur, penurut nasehat orang tua, dan sering bermenung diri ambil manfaat

nalarnya, cinta akan ilmu pengetahuan dan senang melakukan riyadlah dan

mujahadah melawan hawa nafsu, mencintai faqir miskin, dan gemar

beramar ma‟ruf dengan sesama manusia (Asrifin, tt: 194). Diriwayatkan

bahwa Syaikh Abdul Qadir sedikit bicara dan selalu menjaga apa yang

diucapkannya. Beliau selalu menerima tamu dan tidak pernah keluar dari

madrasahnya kecuali pada hari Jum‟at. Pada hari itu beliau pergi ke masjid

atau kamar kecil di masjid (Syaikh Muhammad bin Yahya

At-Tadafi,2005:11). Beliau sangat mudah meneteskan air mata, rendah hati,

menolong karena Alloh, tidak pernah menolak pengemis, dan masih

banyak lagi. Beliau menjadi pertolongan taufiq Allah sebagai dasar

hidupnya, kekuatan dari Allah sebagai jalannya, ilmunya sebagai

pembersih dosa, taqarrub kepada Allah sebagai penguat maqam

kewalianya, ma‟rifat kepada Allah sebagai bentengnya, firman berupa

perintah Allah menjadi perilakunya, bermesraan dengan Allah sebagai

(24)

13

sebagai lambang hidupnya, sifat penyantun sebagai wataknya, dan zikir

kepada Allah sebagai kata-katanya (Muchsin Nur Hadi, 1993: 17).

Ketika usia remaja, Syaikh Abdul Qadir mengetahui bahwa

menuntut ilmu wajib hukumnya dan merupakan obat bagi jiwa yang sakit,

kemudian beliau bertekad untuk menguasainya. Maka beliau pergi ke

imam-imam dan para syaikh sufi untuk mempelajari ushul dan furu‟

sampai beliau menguasai semua itu (Syaikh Muhammad bin Yahya

At-Tadafi, 2005:5). Beliau menuntut ilmu di Baghdad, sebelum memasuki

Baghdad beliau bertemu dengan nabi Khidir as. yang menghalanginya

masuk dan berkata,”aku tidak memiliki perintah yang membolehkanmu

memasuki Baghdad hingga 7 tahun ke depan.” Dan akhirnya beliau

bermukim di tepian Baghdad dan hidup dari sisa-sisa makanan selama 7

tahun sampai akhirnya ada perintah masuk ke Baghdad (Syaikh

Muhammad bin Yahya At-Tadafi, 2005:3).

Sesampainya di Baghdad, Syaikh Abdul Qadir al Jailani tak

henti-hentinya belajar dan terus belajar. sebagai seorang yang tergolong cerdas,

Abdul Qadir al Jailani sangat cepat dalam menguasai materi-materi yang

diajarkan oleh para gurunya. Selama belajar di Baghdad, karena

sedemikian jujur dan murah hati, ia kerap lapar. Hal ini bukan karena

kejujuran dan kemurahan hati Abdul Qadir al Jailani dapat menimbulkan

penderitaan, akan tetapi uang syaikh Abdul Qadir al Jailani banyak

digunakan untuk membantu teman-temannya yang lebih membutuhkan.

Meskipun demikian, ia tetap tegar dalam menjalani proses kehidupan

(25)

14

yang adapada beliau itu. Beliau selalu berpuasa dan tidak mahu meminta

makanan dari sesiapa pun walaupun tidak makan beberapa hari lamanya.

Beliau mencari orang-orang sufi di Baghdad dan bergaul denganmereka.

Dalam mencari-cari itu bertemulah beliau dengan seorang sufi

bernama Hamad, seorang penjual syarabah (minuman) tetapi adalah

seorang wali Allah yang besar di zamannnya. Berangsur-angsurlah wali

ini membimbing Abdul Qadir dalam Thariqah Sufiah. Hamad ialah

seorang yang garangdan kasar dan layanan beliau terhadap Abdul

Qadir ini sangatlah teruk. Tetapi Abdul Qadirmemandang semua itu

sebagai cara membetulkan kerusakkan-kerusakkan yang ada pada dirinya

(Syaikh Abdul Qadir al Jailani, 2006: 2).

Suatu ketika saat beliau sedang ceramah, beliau melihat cahaya

terang benderang mendatangainya. Beliau bertanya,”Apa ini dan ada

apa?”, kemudian sebuah suara menjawab,”Rasulullah akan datang

menemuimu untuk memberikan selamat”.

Sinar tersebut semakin membesar dan beliau mulai masuk dalam

kondisi spiritual yang membuat setengah sadar. Lalu beliau melihat

Rasulullah di depan mimbar, mengambang di udara dan memanggil

(26)

15

Rasulullah, kemudian beliau melangkah naik ke udara menghampiri

Rasulullah. Rasulullah meniup ke dalam mulutnya 7 kali. Kemudian

Sayyidina Ali datang meniup 3 kali. Rasulullah kemudian memakaikan

sebuah jubah kehormatan kepada beliau. Jubah yang dikhususkan kepada

orang-orang yang mendapat derajat Qutb dalam jenjang kewalian (Syaikh

Muhammad bin Yahya At Tadafi, 2005:33).

B. Guru-guru Syaikh Abdul Qadir Al Jailani

Beliau belajar dari banyak ulama‟ besar pada zamannya,

diantaranya:

1. Guru di bidang Tasawuf , Syaikh Abu Ya‟qub Yusuf bin Ayyub bin Yusuf

bin Husain Al-Wahrah Al-Hamdani (Syaikh Muhammad Yahya

At-Tadafi,2005:6)

2. Guru di bidang Fiqih, Abi Wafa‟ Ali bin „Aqil

3. Guru di bidang Adab,Abi Zakaria At Tibrizi

4. Guru di bidang Tariqat: Syaikh Abi Khoer Hammad bin Muslim bin

Darowatid Dibbas (Abdul Mufti bin Shalih, 2014: 1)

5. Guru di bidang Hadits antara lain: Sayyid Abul Barakat Thalhah al- Aquli,

Abul Ana‟im Muhammad ibn „Ali ibn Maimun al-Farsi, Abu „Utsman

Isma‟il ibn Muhammad al-Ishbihani, Abu Ghalib Muhammad ibn Hasan

al-Baqillani, Abu Muhammad Ja‟faribn Ahmad ibn al-Husaini, Sayyid

Muhammad Mukhtar al-Hasyimi, Sayyid Abu Manshur „Abdur Rahman

(27)

16

6. Guru di bidang ilmu Qira‟at, Tafsir dan Syari‟at antara lain: Abu Zakaria

Yahya ibn Ali at-Tabrizi, Abu Sa‟id ibn Abdul Karim, Abul Ana‟im

Muhammad ibn Ali ibn Muhammad, Abu Sa‟id ibn Mubark al-Makhzumi

7. Guru di bidang Fiqih dan Ushul Fiqh antara lain: Syekh Abu al-Wafa „ibn

„aqil al- Hanbali, Abul Hasan Muhammad ibn Qadhi Abul Ula, Syekh

Abul Khatab Mahfuzh al-Hanbali, dan Qadhi Abu Sa‟id al-Mubrak ibn Ali

al-Makhzumi al-Hanbali.

Setelah menempuh pendidikan dengan tekun, Syaikh Abdul Qadir

al Jailani lulus dari Jami‟ah Nizhamiyah. Pada masa itu tidak ada satupun

alim di muka bumi yang lebih faqih dan saleh dibandingkan dengan

Syaikh Abdul Qadir al Jailani.

Abu Sa‟ad al-Mukharrimi yang membangun sekolah kecil-kecilan

di daerah Bab al-Azaj, memberikan kepercayaan, menyerahkan

pengelolaan sekolah itu sepenuhnya kepada Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.

Beliau mengelola sekolah tersebut dengan sungguh-sungguh. Bermukim di

sana sambil memberikan nasihat kepada orang-orang di sekitar. Banyak

orang yang bertaubat setelah mendengar nasihat beliau, banyak pula orang

yang bersimpati kepada beliau lalu datang menimba ilmu di sekolah al azaj

hingga sekolahan itu tidak mampu menampung jama‟ahnya lagi (Samsul

Ma‟arif, 2014:31-32).

C. Murid-murid Syaikh Abdul Qadir Al Jailani

Adapun murid-murid Syekh Abdul Qadir al-Jilani yang menonjol,

(28)

17

1. Al-Qadhi Abu Mahasin Umar bin Ali bin Hadhar al-Quraisyi (w. 575 H.).

Beliau hafidz Alqur‟an, fakih, dan ahli hadis. Beliau pernah menjabat

sebagai qadhi pada masa hidupnya. Wafat pada tahun 575 H.

2. Taqiyuddin Abu Muhammad Abdul Ghani bin Abdul Wahid bin Ali bin

Surur al-Maqdisi (w. 600 H.). Beliau hafidz Alquran, jujur, ahli ibadah,

ahli atsar, dan selalu ber-amar ma‟ruf nahi munkar. Beliau tinggal di

Baghdad sekaligus berguru kepada Syekh Abdul Qadir selama 50 malam.

3. Muwaffiquddin Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad

bin Qadamah al-Maqdusi. Beliau ahli fiqih dan tokoh mazhab Hanbali di

Damaskus. Dia pernah tinggal bersama Syekh Abdul Qadir selama 50

malam.

Dalam buku Mahkota Para Aulia diriwayatkan bahwa syaikh

Abdul Qadir al Jailani mempunyai 4 istri pada usia 51 tahun dan

mempunyai keturunan sebanyak 49 anak, laki-laki 27 dan perempuannya

ada 22 anak (Yahya at Tadafi,2003:103). Adapun anak laki-laki beliau

yang mempunyai pengaruh dalam pendidikan antara lain:

1. Abdul Wahab bin Abdul Qadir Al-Jilani (522-593 H.) beliau ahli dalam

bidang fiqih, menguasai perbandingan mazhab, orator, humoris, dan

berwibawa. Abdul Wahab diberi amanah oleh sang ayah untuk mengajar

fiqih di Madrasahnya

2. Abdul Razaq bin Abdul Qadir Al-Jilani. (528-593 H.). Beliau seorang

yang faqih dan ahli hadis ( Said, 2003:24-26)

3. Ibnu Rajab bin Abdul Qadir Al-Jilani. (521-593 H.) beliau adalah seorang

(29)

18

4. Ibrahim bin Abdul Qadir Al-Jilani (508-600 H.) beliau adalah seorang

perawi hadis.

5. Musa bin Abdul Qadir Al-Jilani (530-618 H.). Bisa dikata beliau adalah

pelaku hidup sufistik.

6. Yahya bin Abdul Qadir Al-Jilani (550-600 H.). Beliau adalah anak bungsu

dari Syekh Abdul Qadir (Syaikh Muhammad bin Yahya At Tadafi,

2005:105-111).

D. Karya-karya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani

Melihat proses belajar Syekh Abdul Qadir dan banyaknya

guru-guru beliau, tidak diragukan lagibhwa beliau ahli dalam berbagai

keilmuan. Disebutkan dalam Manaqib, bahwa setiap hari beliau

mengajarkan tiga belas bidang keilmuan Islam, yaitu Tafsir al-Qur‟an,

Hadits, Ilmu Khilaf, Ushul yakni Ushul kalam ( ushul fiqih), Ilmu Nahwu,

Ilmu Qira‟ah (tajwid), Ilmu Huruf, Ilmu Arudl wal Qawafi ,Ma‟ani, Ilmu

Badi‟, Ilmu Bayan, Ilmu Mantiq, dan Tasawuf (Thariqah).

Ada sebanyak empatpuluh sekretaris mencatat uraian yang

dipaparkan dan dikumpulkan menjadi satu hingga jadi sebuah buku dan

kitab,diantaranya sebagai berikut:

1. Tafsir al-Jailani

Kitab tafsir al jilani ini belum lama ditemukan oleh

keturunan beliau, setelah 30 tahun mengunjungi berbagai

perpustakaan di dunia. Manuskrip ini ditemukan di perpustakaan

(30)

19

Tafsir ini telah diterbitkan dalam bahasa Arab oleh Markaz

al-Jailani Turki. Beberapa kelebihan dari tafsir ini, diantaranya

adalah corak afektif syar‟i dan ilmiah yang begitu kental dalam

tafsir tersebut.

2. Al-Fath al-Rabbani Wa al-Faidhu al-Rahmani

Karya ini ditulis sekitar tahun 630 H/ 1145 M. Merupakan

bentuk tertulis (transkripsi) dari kumpulan tausiah yang pernah di

sampaikan beliau. Tiap satu pertemuan yang dibukukan ada 62

pertemuan. Format buku ini mirip dengan format pengajian Syekh

dalam berbagai majlisnya.

3. Futuh al Ghoib

Karya ini merupakan magnum opus(karya monumental)

Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Karya ini adalah kompilasi dari 78

artikel yang di tulis Syekh berkaitan dengan suluk, akhlaq, dan

yang lain. Tema dan gaya bahasanya sama dengan al-Fath al

Rabbani.

4. Al Ghunyah li-Thalibi Thoriqi al-Haq‟Aza wa Jalla

Karya ini di pengaruhi, baik tema maupun bahasanya,

dengan krya al Ghazali Ihya‟ „Ulumuddin. Terlihat penggabungan

fikih, akhlaq dan prinsip suluk. Ia memulai dengan membicarakan

aspek ibadah, dilanjutkn dengan etika Islam, etik do‟a,

(31)

20

sunah, etika seorang pelajar, tawakal, dan akhlaq yang baik

(Samsul Ma‟arif, 2014:52-56)

5. Al Auwradul Qadiriyah

Kitab ini merupakan wirid-wirid harian dan dzikir Syaikh

Abdul Qadir al Jailani. Dalam beberapa riwayat, beliau mempunyai

amalan wirid dan dzikir yang diamalkan pada waktu-waktu

tertentu, dan barangsiapa yang mengamalkannya maka akan

mendapat doa langsung dari hadratus syaikh.

6. Jalaaul Khathir

Kitab Jila‟ al-Khatir ini merupakan buah karya Syekh

Abdul Qadir yang sebagian besar membicarakan tentang

pemikiran sufistik beliau. Kitab ini dirangkai dalam bentuk

khutbah.

7. Sirr al Asrar

Kitab ini menjelaskan tentang bagaimana menempuh jalan

kesufian, mulai dari taubat, wirid dan berkhalwat. Karya ini sudah

di terjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kitab ini sangat istimewa

sekali. Karena membahas tentang kehidupannya seorang sufi

secara mendalam.

Riwayat hidupnya Syaikh Abdul Qadir Al Jailani sungguh

istimewa, karena dari lahir beliau sudah kelihatan kelebihannya.

Sehingga mampu menjadi sosok syaikh yang sangat terkenal akan

kekeramatan dari ilmunya. Untuk menggapai tingkat kema‟rifatan Illahi

(32)

21

tasawuf, fiqih, hadits, tafsir, dan balaghohnya melalui banyak gugu

diantaranya Syaikh Abu Hammad. Ketika beliau sudah matang ilmunya,

beliau mampu menggetarkan hati jama‟ahnya yang berbondong

-bondong datang ke majlisnya, sehingga masyakatnya mampu

dikendalikan olehnya.

Sedangkan kitab-kitab karya Syaikh Abdul Qadir al Jailani masih

banyak lagi, hanya saja sumber pencarian yang sangat terbatas sehingga

penulis memperoleh kitabnya juga sangat terbatas. Kitab-kitab tersebut

isinya hampir sama, semua membahas tentang jalan kesufian untuk

meraih kemakrifatan. Seperti dalam kitab sirr al asrar yang mengupas

pembahasan dari asal usulnya manusia hingga meraih ma‟rifat dengan

(33)

22 BAB III

KONSEP PENDIDIKAN SPIRITUAL PERSPEKTIF SYAIKH ABDUL QADIR AL JAILANI DALAM BEBERAPA KITAB

A. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Tafsir al Jailani dan Kitab Jalaaul Khathir

Kitab Tafsir al Jailani ini belum lama ditemukan oleh keturunan

beliau, setelah 30 tahun mengunjungi berbagai perpustakaan di

dunia.Manuskrip ini ditemukan di perpustakaan Vatikan Italia,

perpustakaan Qadiriyah dan India.Adapun konsep spiritual yang ada di

dalam kitab ini sebagai berikut, Syaikh Abdul Qadir al Jailani menafsirkan

al quran dengan jelas serta menggiring yang membaca untuk memahami al

qur‟an menggunakan pemahaman yang mendalam sehingga dapat

tercapainya peringkat ma‟rifat. Isi dari kitab ini penafsiran dari ayat-ayat

(34)

23

sangatlah jelas. Seperti halnya menjelaskan tentang taubat, zuhud, ma‟rifat

dan lain sebagainya.Intinya konsep spiritual dalam kitab ini setiap ayatnya

menggiring umat yang membaca masuk ke dalam pemahaman spiritual

tasawuf yang nantinya tercapai pada puncaknya, yaitu ma‟rifatullah.

Sedangkan kitab jalaaul khathir ini berbentuk khutbah seperti kitab

fathurrabbani wal faidhu al Rahmani, konsep spiritual dalam kitab Jalaaul

Khathir, yaitu sebagai berikut:

1. Taubat, taubat adalah pokok utama dalam kesufian. Sebab pada

hakikatnya manusia tidak pernah luput dari yang namanya dosa. Anjuran

Syekh Abdul Qadir dalam kitab Jalaaul Khatir, bertobatlah dari dosa-dosa

dan berpalinglah dari menyekutukan Allah. Agar Tuhan memberkahi kita

baik di dunia maupun di akhirat (Syaikh Abdul Qadir al Jailani, 2009:

27-29).

2. Cinta, segala sesuatu bisa nampak indah dan membawa kebahagiaan jika

dilandasi dengan cinta. Adapun syarat dari cinta adalah ikhlas, tanpa

mengharap imbalan, sabar, dan setia. Kaum sufi dalam beribadah tidak

mengharap surga ataupun takut pada neraka, melainkan karena cinta

kepada Sang Pemilik Cinta yakni Allah, sehingga mereka ikhlas dalam

menjalankan ibadah karena ingin selalu memadu kasih dengan-Nya

(Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2009:33)

3. Zuhud, zuhud dalam kitab jalaaul khathir, di jelaskan bahwa zuhud yaitu

meninggalakan yang haram, yang syubhat, dunia dan akhirat, dan syahwat

(35)

24

4. Takut, janganlah takut kepada siapapun (entah itu jin, manusia, hewan)

selain Allah. Takutlah jika Allah mendatangkan godaan yang selalu

menyerang setiap waktu, takutlah jika Allah mendatangkan malaikat maut

untuk mengambil nyawamu ketika engkau sedang melakukan kejelekan,

takutlah jika Allah menenggelamkanmu dalam lautan kemaksiatan, dan

takutlah jika Allah menyibukkanmu dalam urusan dunia (Syaikh Abdul

Qadir al Jailani,2009:55-58)

5. Sabar, sabar adalah fondasi kebaikan dan buah keimanan terhadap Allah.

Maka dari itu bertahanlah dengan kesabaran atas segala sesuatu yang

menerpa. Bersabar dalam menerima hukuman, atas kematian anggota

keluarga, atas hilangnya harta-benda, waktu mengalami kesulitan, dan

menyingkirkan hawa nafsu (Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2009:59)

6. Ikhlas, menurut Sang Syaikh Ikhlas itu tidak ada nilainya. Karena

keikhlasan tidak dapat diukur. Hanya Allahlah yang tau tentang

keikhlasan. Sedikit batin berkata tentang sesuatu atau perbuatan sesuatu

saja sudah batal ikhlasnya.

7. Jujur, orang yang jujur mempunyai kepribadian rendah hati, bisa

mengendalikan nafsu, dan menjauhi kejahatan. Sebab orang yang

mempunyai sifat jujur memandang dengan cahaya Allah bukan dengan

cahaya matanya, bukan pula dengan cahaya lampu, rembulan, ataupun

matahari (Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2009:181)

8. Bertaqwa kepada Allah. Berserah diri kepada Allah itu penting. Karena

sifat ini akan menjadi kunci bersyukur seseorang dalam menjalani sebuah

(36)

25

9. Berjuang, berjuang di dalam kitab ini berarti berjuang melawan diri dari

berbagai macam serangan yang menyerang dan memaksa diri untuk selalu

berpegang teguh pada Alquran dan hadis yang menunjukkan keutamaan.

Berjuang sebisa mungkin hingga hati merasa tenang dan kesabaran

pundidapat. Untuk mendapatkan kesabaran dibutuhkan hati yang suci,

maka dari itu cucilah hati jika dia masih kotor.

10. Zikir (mengingat Allah). Setiap saat bahkan setiap detik, seorang hamba

zauk harus mengingat Allah. Dan Allah selalu dalam hatinya karena setiap

kali orang berpaling dari Allah hatinya akan terasa terbakar bagi zauk

yang sudah tingkat tinggi.

11. Pengetahuan, dalam kitab Jalaaul khathir Syekh Abdul Qadir

mengibaratkan, pengetahuan sebagai pedang. Pedang tanpa tangan tidak

akan mampu memotong, begitu juga sebaliknya. Maka dari itu carilah

ilmu pengetahuan secara lahiriah dan bertindak secara batin dengan

keikhlasan (Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2009:150)

12. Mengasingkan diri, dalam hal pengasingan diri, Syekh Abdul Qadir dalam

kitabnya melarang kita masuk kamar bersama kebodohan. Sehingga

belajarlah terlebih dahulu agar mendapat pengetahuan baru kemudian

istirahat (Syaikh Abdul Qadir al Jailani, 2009:168-169).

Jadi, konsep pendidikan spiritual dari kitabnya Syaikh Abdul

Qadir al Jailani itu satu sama lain selalu berkaitan, karena konsep-konsep

yang telah di sebutkan di atas adalah konsep pokok untuk meraih

kema‟rifatan melalui jalur tasawuf. Kitab Tafsir al Jailani membahas lebih

(37)

26

al qur‟an, karena Sang Syaikh menggunakan metode tahlili untuk

penafsirannya. Sedangkan dalam kitab jalaaul khathir ini beliau

menyampaikan konsep spiritual ini berupa khutbah seperti halnya dalam

kitab Fathurrabbani wal Faidhu al Rahmani.

B. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Al Fath al Rabbani wal Faidhu al Rahmani

Konsep pendidikan spiritual dalam kitab Fath al Rabbani wal

faidhu al rahmani tidak hanya konsep pendidikan untuk membangun

karakter akhlaq saja. Kitab Fath al Rabbani wal Faidhu al Rahmani

menjelaskan setidaknya menjadi manusia yang sempurna dari segi akhlaq

sesama manusia dan akhlaq yang karimah dalam meraih hakikat cinta

kepada Allah melalui maqamat-maqamat yang ditempuh Syaikh Abdul

Qadir al Jailani. Kitab ini adalah salah satu kitab karangan Syekh Abdul

Qadir al-Jilani yang menjabarkan tentang wasiat yang berupa

nasehat-nasehat di 62 majlis dari tanggal 3 Syawal 545 H. sampai akhir bulan

Rajab 546 H. Dari kitab ini penulis akan menjabarkan wasiat Syekh Abdul

Qadir al-Jilani yang berupa nasehat-nasehat yang condong pada pemikiran

spiritual, diantaranya:

1. Tidak boleh menentang takdir Allah swt (Abdul Qadir al Jailani,tt:9-16)

Dalam majlis pertama yang bertepatan pada tanggal 3 Syawal 545

H., Syekh Abdul Qadir al-Jilani menyampaikan sebuah nasehat agar kita

(38)

27

membantah kebijakan-Nya. Suratan takdir yang telah ditetapkan oleh

Allah pada hamba-Nya haruslah diterima oleh sang hamba dengan penuh

keikhlasan dan hati yang lapang. Namun, tidak bisa dipungkiri jika

manusia selaku hamba sering kali menentang takdir. Ini dikarenakan

kebanyakan hati manusia dikuasai oleh nafsu, dan nafsu sifatnyamemang

selalu menentang, munafik, pendusta, dan pendosa. Hanya segelintir

hamba saja yang bisa mengendalikan atau memenjarakan nafsunya (Abdul

Qadir al Jailani,2009:1-8.)

Menentang Al-Haq Azza wa Jalla atas takdir yang telah

ditentukan-Nya berarti kematian agama, kematian tauhid, bahkan

kematian tawakkal dan keikhlasan. Hati seorang mukmin tidak mengenal

kata mengapa dan bagaimana, tetapi ia hnya berkat,”Baik”. Nafsu memang

mempunyai waktu untuk suka menentang. Semua nafsu itu amat jahat.

Bila dilatih dan menjadi jinak, maka ia menjadi sangat baik. Hati

dikatakan baik bila diisi dengan takw, tawakal, tauhid, dn ikhlas

kepda-Nya dalam semua amalan (Abdul Qadir al Jailani,2007:1-3)

2. Faqir (Abdul Qadir al Jailani,tt:17-20)

Dalam majlis kedua yang bertepatan pada tanggal 5 Syawal 545 H.

Syekh Abdul Qadir al-Jilani menyampaikan sebuah wasiat tentang

kefakiran. Kehidupan seorang sufi itu identik dengan fakir dan tidak

terlena oleh duniawi, sebab dunia itu sifatnya tidak kekal. Seorang sufi

selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah entah itu banyak

ataupun sedikit, selalu sabar akan ujian yang diberikan oleh Allah

(39)

28

ajang kemaksiatan, hanya memakan makanan dari meja ketaatan, dan

ikhlas menerima qaza‛ dan qadar Allah (Abdul Qadir al Jailani,

2009:12-17).

3. Larangan berangan-angan menjadi orang kaya (Abdul Qadir al

Jailani,tt:21-26)

Dalam majlis ketiga yang bertepatan pada tanggal 8 Syawal 545 H.

Syekh Abdul Qadir menyampaikan nasehat berupa larangan untuk

berangan-angan menjadi kaya. Karena berangan-angan itu adalah suatu

perkara yang merugikan dan membinasakan jika tidak disertai dengan

usaha. Yang menjadi tekanan dalam larangan beliau yakni jangan sampai

tenggelam dalam angan-angan duniawi yang melenakan dan bersifat semu.

Alangkah lebih baik jika bersikap qanaah, sebab qanaah merupakan

kekayaan yang tidak akan ada habisnya (Abdul Qadir al

Jailani,2009:18-27).

4. Taubat (Abdul Qadir al Jailani,tt:28-23)

Dalam majlis keempat yang bertepatan pada tanggal 10 Syawal

545 H., Syekh Abdul Qadir menyampaikan nasehat agar sebagai seorang

hamba yang tidak pernah luput dari dosa senantiasa bertaubat kepada

Allah, selagi pintu taubat masih dibuka untuknya. Jangan biarkan waktu

berlalu dengan sia-sia, manfaatkan waktu yang ada sebaik mungkin untuk

menanam kebaikan selama masih hidup di dunia. Karena dunia

merupakan ladang akhirat (Abdul Qadir al Jailani,2009:29-31)

(40)

29

Dalam majlis ketujuh, yang bertepatan pada tanggal 17 Syawal

545 H., Syekh Abdul Qadir menyampaikan nasehat tentang kesabaran.

Menurut beliau, sabar dalam urusan dunia itu lebih baik, karena dunia

dalam beribadah “jangan merasa terbebani dalam beribadah”. Landasan

melaksanakan ibadah adalah keikhlasan, jika ada orang melaksanakan

ibadah namun hatinya tidak ikhlas berarti ia tergolong orang yang munafik

(Abdul Qadir al Jailani,2009:59)

7. Ma‟rifatullah

Dalam majlis kesebelas yang bertepatan pada tanggal 19 Syawal

545 H., Syekh Abdul Qadir menyampaikan anjuran untuk mengenal Allah.

Manusia selaku seorang hamba haruslah mengenal penciptanya. Allah

sebagai Dzat Yang Maha Pencipta adalah Dzat yang wajib dipatuhi segala

perintahnya. Jika seorang mengenal betul Dzat yang menciptakannya,

maka ia akan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala

laranganNya. Tidak sedikit di antara hamba Allah yang mengenalnya

namun tidak mengindahkan perintah dan larangan yang telah ditetapkan

olehNya sehingga masuk dalam jurang kemaksiatan bukan lembah

ketaatan. Padahal seyogyanya kemaksiatan adalah penyakit dan ketaatan

(41)

30

penyakit, dan lebih parahnya lagi ia tidak segera berobat (Abdul Qadir al

Jailani,2009:67-72)

8. Jangan Mencari Selain Allah

Dalam majlis kedua-belas yang bertepatan pada tanggal 2

Dzulqa‟dah 545 H., Syekh Abdul Qadir menyampaikan nesehat agar tidak

meminta kepada selain hanya Allah-lah yang pantas untuk dimintai. Sering

kali manusia menggantungkan diri atau meminta kepada sesama manusia

yang nota bene-nya adalah sama-sama hamba Allah (makhluk). Ingatlah,

jika ada baik pasti ada buruk, jika ada manis pasti ada pahit, jika ada keruh

pasti ada jernih. Dan jika seseorang menginginkan kejernihan total maka

janganlah menggantungkan diri kepada selain Allah. Jikalau sudah

demikian maka ia akan memperoleh kedamaian, kenikmatan, dan

kegembiraan dengan rasa yang manis (Abdul Qadir al Jailani,2009:74-79)

9. Mendahulukan Akhirat atas Dunia

Dalam majlis ketiga-belas yang bertepatan pada tanggal 4

dzulqo‟dah 545 H, Syekh Abdul Qadir menganjurkan untuk lebih

mengutamakan akhirat daripada dunia. Sebab dengan demikian maka ia

akan mendapatkan keduanya. Namun jika seseorang memilih untuk lebih

mengutamakan dunia daripada akhirat, maka ia tidak akan mendapatkan

keduanya (Abdul Qadir al Jailani,2009:81)

10.Jangan Munafik

Dalam majlis keempat-belas yang bertepatan pada tanggal 7

Dzulqa‟dah545 H., Syekh Abdul Qadir menganjurkan agar seseorang tidak

(42)

31

diberi ujian oleh Allah. Hal ini untuk mendeteksi mana yang berhati

munafik dan mana yang ikhlas (Abdul Qdir al Jailani,2009:87-92)

11.Beramal Dengan Al-Qur‟an

Dalam majlis keenam-belas yang bertepatan pada tanggal 11

Dzulqa‟dah 545 H., Syekh Abdul Qadir menyampaikan nasehat agar

senantiasa mengamalkan Alquran. Sebab dengan mengamalkan Alquran,

maka seorang hamba akan dinaikkan derajatnya oleh Allah (Abdul Qadir

al Jailani,99)

12.Jihad Terhadap Hawa Nafsu dan Syaitan

Dalam majlis kedelapan-belas yang bertepatan pada tanggal 16

Dzulqa‟dah 545 H., Syekh Abdul Qadir memberi nasehat untuk jihad

daya, awalnya dunia bersikap manis namun kemudian berubah menjadi

pahit. Maka dari itu lihatlah kecacatan demi kecacatan yang dimiliki oleh

dunia dengan mata hati (Abdul Qdir al Jailani,2009:134-135)

(43)

32

Dalam majlis keduapuluh-lima yang bertepatan pada tanggal 19

Dzulhijjah 545 H., Syekh Abdul Qadir memberi nasehat untuk zuhud

terhadap dunia. Makna zuhud identik dengan tasawuf yakni bersih atau

jernih. Maka orang yang bertasawuf atau seorang sufi itu hatinya bersih

dari selain Allah dengan melalui proses yang panjang, tidak hanya dalam

kekejap mata bisa langsung mengubah pola pakaian orang sufi,

menguruskan badan, memucatkan muka, dan memutar tasbih dengan jari.

Orang yang zuhud harus bisa mengeluarkan makhluk dari hatinya, karena

hatinya hanya tertuju pada Allah (Abdul Qadir al Jailani,2009:157-160).

15.Ikhlas

Dalam majlis ketigapuluh-enam yang bertepatan pada tanggal 2

Rajab 545 H., Syekh Abdul Qadir memberi nasehat agar kita selalu ikhlas

dalam beramal lillahi ta‟ala. Jika kita mampu untuk memberi, maka

segera lakukan hal itu, dan jangan mengharap untuk diberi. Jika kita

mampu untuk melayani, maka segera lakukan hal itu, dan jangan

mengharap untuk dilayani. Jika kita mampu untuk beramal, maka

beramal-lah jangan mengharap imbalan apapun. Lakukan semua dengan hati yang

ikhlas (Abdul Qadir al Jailani,2009:208-209)

16.Mahabbah

Dalam majlis keempatpuluh-satu, Syekh Abdul Qadir memberi

nasehat untuk selalu mencintai Sang Pemilik Cinta yakni Allah. Seseorang

yang lagi dimabuk cinta akan menyerahkan apa yang dimilikinya kepada

kekasihnya. Jika seseorang mencintai Allah, maka ia akan menyerahkan

(44)

33

segala ketetapan yang dibuat oleh Allah untuknya (Abdul Qadir al

Jailani,2009:239)

17.Taqwa

Dalam majlis keempatpuluh-dua yang bertepatan pada tanggal 19

Rajab 545 H., Syekh Abdul Qadir memberi nasehat untuk bertaqwa

kepada Allah. Karena dengan bertaqwa maka kedudukan seorang hamba

menjadi mulia (Abdul Qadir al Jailani,2009:243).

18.Iman

Dalam majlis keempatpuluh-empat yang bertepatan pada tanggal

13 Rajab 545 H., Syekh Abdul Qadir mengatakan bahwasanya dunia

adalah penjara bagi orang yang beriman. Maka barang siapa yang beriman

maka selama hidup di dunia ini batinnya akan merasa berada dalam

penjara, meskipun kondisinya bergelimang harta dan kedudukan. Dia ingin

melepaskan diri dari dunia, kemudian berlanjut melepaskan diri dari

akhirat, dan hanya ingin mendekatkan diri kepada Sang Khaliq (Abdul

Qadir al Jailani,2009:256-257)

19.Murah Hati

Dalam majlis keempatpuluh-sembilan yang bertepatan pada

tanggal 11 Sya‟ban 545 H., Syekh Abdul Qadir memberi nasehat agar

selalu murah hati dan memberi orang yang meminta. Sebab masih berlaku

hukum take and give, barang siapa yang memberi pasti akan diberi

balasan yang lebih banyak hingga kelipatannya. Bila Allah mengambil

hartamu, kesehatanmu, ataupun anakmu, tetaplah tersenyum dalam

(45)

34

kesedihan, tunjukkan jiwa yang sabar dan penuh keikhlasan dalam

menerima segala keadaan, tanpa protes sedikitpun. Selalu bermurah hati

lah dan utamakan kebutuhan orang lain dalam rangka mencapai ketaatan

kepada Allah (Abdul Qadir al Jailani,2009:283-293)

20.Mengosongkan Diri

Dalam majlis kelimapuluh yang bertepatan pada tanggal 18

Sya‟ban 545 H., Syekh Abdul Qadir memberi petuah tentang sebuah

kewajiban untuk mengosongkan diri dari keinginan-keinginan duniawi

dengan cara menyibukkan diri dalam rangka memperbaiki diri, mengisi

waktu dengan kebaikan dan meninggalkan segala hal yang tidak

bermanfaat dan berpaling dari keinginan-keinginan yang bersifat duniawi

(Abdul Qdir al Jailani,2009:297). Jangan sampai dunia masuk dalam

hatimu, akan tetapi taruhlah dunia dalam genggaman tanganmu dan kuasai

ia, jangan sampai engkau yang dikuasai olehnya (Abdul Qadir al

Jailani,2009:313)

21.Taqorrub kepada Allah

Dalam majlis kelimapuluh-enam yang bertepatan pada tanggal 19

Ramadhan 545 H., Syekh Abdul Qadir memberi nasehat agar kita

mendekatkan diri kepada Allah, merasa selalu diawasi oleh-Nya, dan

selalu takut pada-Nya. Karena pada hakekatnya takut kepada Allah

merupakan mutiara berharga dan penerang bagi hati, dan pendekatan pada

zuhud. Jika ada kehidupan pasti ada kematian, jika ada awal pasti ada

akhir, jika ada gelap pasti ada terang, jika ada terang pasti ada cahaya.

(46)

35

itu yang menciptakan adalah Allah. Maka dari itu kita selaku hamba-Nya

haruslah selalu bermuraqabah padaNya (Abdul Qadir al

Jailani,2009:352-353)

22.Meninggalkan Sesuatu yang Tidak Berguna

Dalam majlis ke enampuluh, di madrasah Beliau yang bertepatan

pada hari selasa, 13 Rajab 546 H. Syaikh Abdul Qadir al Jailani memberi

nasihat tentang hal-hal yang tidak berguna supaya ditinggalkan. Orang

yang baik keislamannya hanya akan melakukan sesuatu yang berguna dan

meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya. Berusahalah

menyucikan hatimu terlebih dahulu, kemudian barulah kamu akan diberi

ma‟rifat. Jika kamu meninggalkan yang pokok, maka tidak akan diterima

kesibukanmu yang merupakan cabang. Kesucian badan tidak berguna jika

hati masih najis. Sucikanlah badanmu dengan sunnah, dan sucikanlah

hatimu dengan mengamalkan al qur‟an (Syaikh Abdul Qadir al Jailani,

2007:19-20)

23.Tauhid

Dalam majlis keenampuluh-dua yang bertepatan pada akhir bulan

Rajab 546 H., Syekh Abdul Qadir memberi nasehat tentang tauhid. Ajaran

tauhid ini merupakan obat sedangkan dunia adalah penyakit. Maka

berhati-hatilah dengan penyakit dan segera obati penyakit jika engkau

terserang olehnya dengan cara mencintai Allah seutuhnya. Dengan

demikian Allah pun akan mencintaimu, engkau akan dilindungi dari

kejahatan dunia yang membawa penyakit, tipu daya, dan hawa nafsu,yang

(47)

36

Jadi, konsep pendidikan spiritual Syaikh Abdul Qadir al jailani

dalam kitab Fathur Rabbani karangan beliau sendiri sangatlah banyak.

Yang paling utama dapat disimpulkan bahwa taubat membersihkan diri itu

adalah hal yang pertama dan utama, dilanjutkan ketingkatan sabar, ikhlas,

ma‟rifatullah, zuhud, Mahabbah, iman, taqwa, mengosongkan diri,

taqorrub, kemudian menguatkan tauhid. Konsep keiklasan dalam kitab ini

dijelaskan sampai dua kali, sehingga dapat disimpulkan bahwa ikhlas

adalah konsep yang penting dalam kesufian.

Spiritual di atas adalah konsep yang sangat utama untuk

menggapai tingkat kema‟rifatan.Dimana seorang makhluk mengenal dekat

dengan Tuhannya.Sehingga diri makhluk dapat terkendali dengan

sempurna lahir dan batin tanpa ada rasa hampa hati makhluk kecuali

adanya Tuhan di hatinya.

C. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Futuh al Ghoib

Dalam kitab Futuh al Ghoib, Syaikh Abdul Qadir al Jailani

menyampaikan 80 syarahan. Dari kitab ini, penulis akan memaparkan

syarahan-syarahan yang berkaitan dengan konsep pendidikan spiritualnya

Sang Syaikh.

Syarahan yang pertama, beliau menyampaikan bahwa kewajiban

bagi setiap mukmin ada tiga hal, yaitu melakukan segala perintahnya,

menjauhi segala yang haram, dan yang ketiga ridho tehadap ketentuan

(48)

37

Syarahan yang kedua berisi tentang keikhlasan , supaya semua

manusia yang beriman tetap di jalan yang di tempuh Nabi Muhammad,

patuh kepada Allah dan Rasul, menguatkan tauhid, cepat bertaubat, dan

cinta kepada sesama (Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2006:14)

Syarahan yang kelima ,Apabila kamu melihat dunia berada di

tangan pemiliknya dengan segala perhiasan, kebathilan, tipu daya, tempat

pencarannya, dan racunnya yang sangat mematikan, disertai lembutnya

sentuhan lahirnya, dan membuatmu lalai akan janjimu kepada-Nya .

apabila kamu melihat dunia, ibaratkan saja melihat orang yang buang hajat

di padang pasir dan baunya tidak sedap. Maka lihatlah dunia seperti iu

sehingga kamu akan menundukkan pandangan dari aurotnya dan menutup

hidung dari bau yang tidak sedap yaitu gemerlap dunia (Syaikh Abdul

Qadir al Jailani, 2006:17)

Syarahan yang keenam, menjauhkan diri dari keramaian,

keramaian di sini bermaksud dunia.Menjauh dengan perintah-Nya dan

menjauhi nafsu juga dari perintah-Nya. Sehingga muncul tanda-tanda

orang yang benar-benar terputus dengan urusan dunia (Syaikh Abdul

Qadir al jailani, 2006:18-19)

Syarahan ke tujuh, keluarlah dari diri kamu sendiri dan

pasrahkanlah semuanya kepada Allah.Sehingga driri manusia itu terpenuhi

oleh Allah. Maksudnya manusia keluar dari dirinya itu keluar dari

nafsu-nafsu badaniah, yang selal menggoda ibadah manusia (Syaikh Abdul

(49)

38

Syarahan kesembilan, beliau menceritakan bahwa kondisi spiritual

yang terjadi apabila manusia telah mencapai maqamnya, hatinya akan

merasa mendidih dan gemetar saat melaksanakan ibadah (Syaikh Adul

Qadir al Jailani, 2006:24)

Syarahan kesepuluh, beliau menjelaskan bahwa diri ini penentang

Allah, karena diri ini adalah nafsu. Dan apabila manusia hendak meraih

maqam hakikat peringkat abdal maka lepaskanlah dirimu dan kembali

kepada Allah (Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2006:25)

Syarahan kesebelas, ridholah dengan takdir Allah dan

ketentuan-Nya.Dan selalu berharap karunianya. Karena Allah akan menolong

manusia yang sabar dan selalu ridho (Syaikh Abdul Qadir al

Jailani,2006:28)

Syarahan keduabelas, Beliau berkata,”Apabila Allah swt. Telah

memberikanharta benda kepadamu, kemudian kamu sibuk dengannya dan

melupakan taat kepada Allah, maka Allah akan membuat penghalang

antara kamu dan Dia dengan harta benda tersebut di dunia dan di akhirat.

Bisa jadi Allah akan mencabut harta benda itudarimu, mengubah nasibmu,

dan membuatmu menjadi miskin karena kamu telah disibukkan dengan

nikmat harta benda dan melupakan Dzat Yang Memberi Nikmat. Akan

tetapi, apabila kamu disibukkan dengan ketaatan kepada-Nya dan

melupakan harta benda itu, Allah akan menjadikannya sebagai pemberian,

dan tidak akan akan mengurangi sedikit pun harta itu. Harta itu akan

menjadi pelayanmu dan kamu akan menjadi pelayan Tuhanmu. Akhrnya,

(50)

39

kebutuhan yang terpenuhi.Dan di akhirat dalam keadaan diberikan

kemuliaan dan kebaikan di Surga Ma‟wa bersama shiddiqin, syuhada, dan

orang-orang shalih (Syaikh Abdul Qadir al Jailani, 2006:29).

Syarahan ketigabelas, janganlah bersusah hati untuk mendapatkan

keuntungan dan janganlah menghindar dari malapetaka, karena semua itu

akan terjadi sesuai dengan ketetapan Allah. Maka ridholah, pasrahkan

kepada Allah, dan bertawakallah (Syaikh Abdul Qadir al Jailani, 2006:

30).

Syarahan ketujuhbelas, hampir bersatu dengan Allah yaitu

mengosongkan hati dari makhluk, hawa nafsu, dan dari selain Allah.

Sehingga hati terpenuhi oleh Allah (Syaikh Abdul Qadir al Jailani,

2006:37)

Syarahan kedelapan belas, nasihat tentang larangan mengadu

kesusahan kepada sahabat atau musuh. Akan tetapi curhatlah atas

kesusahan itu kepada Allah (Syaikh Abdul Qadir al Jailani,2006:39)

Syarahan keduapuluh empat, nasihat untuk selalu berpegang teguh

kepada Allah, dan larangan mengingkari-Nya. Janganlah mencari

kedudukan yang tinggi hanya semata-mata karena dunia atau akhirat

(Syaikh Abdul Qadir al Jailani, 2006: 50)

D. Konsep Pendidikan Spiritual dalam Kitab Al Ghunyah li Thalibi

Thariqi al Haq „Azza wa Jalla

Kitab Al Ghunyah li Thalibi Thariqi al Haq „Azza wa Jalla

formatnya seperti Ihya‟ Ulumuddin karya Imam al Ghozali yang

(51)

40

penulis akan memaparkan konsep spiritualnya Syaikh Abdul Qadir al

Jailani yang membahas tentang tasawuf. Beliau membahas tasawuf dengan

didahului dengan akhlaq kemudian penataan rohani yang meliputi;

mujahadah, tawakal, berakhlaq yang baik, syukur, sabar, ridho, jujur

(Syaikh abdul Qadir al Jailani,1997:306

Mujahadah, Ibrahim bin Adham menjelaskan bahwa seseorang

tidak akan mencapai derajat orang-orang yang shaih hingga ia

melewatienam perkara yaitu menutup pintu nikmat dan membuka pintu

kesusahan, menutup pintu kemulyaan dan membuka pintu kehinaan,

menutup pintu istirahat dan membuka pintu kerja keras, menutup pintu

tidur dan membuka pintu bergadang, menutup pintu kekayaan dan

membuka pintu kemiskinan, menutup pintu harapan dan membuka pintu

persiapan kematian.

Tawakal, Abu Turab al Nakhsyabi mengatakan, tawakal adalah

melempar badan dalam penghambaan (ubuddiyah) dan mengkaitkankalbu

dengan ketuhanan (rububiyah),serta merasa tenang dengan apa yang ada,

jika diberi di beryukur dan jika tidak diberi dia bersabar.

Akhlaq yang baik, akhlaq adalah hal yang paling utama karena

akhlaq mencerminkan jati diri yang sebenarnya.Manusia terkubur oleh

kelakuannya dan terkenal karena kelakuannya juga.Ada yang mengatakan,

akhlaq yang baik diberikan secara khusus kepada Nabi Muhammad

sebagai mukjizat dan keutamaan yang Allah berikan kepadannya.

Syukur, ada yang mengatakan hakikat syukur adalah memuji orang

(52)

41

hamba Allah berarti memuji-Nya dengan mengingat kebaikan yang Allah

berikan.

Sabar, ada tiga macam kesabaran yaitu sabar karena Allah (dalam

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya), sabar bersama

Allah (sabar menerima qadha dan skenario Allah yang berupa cobaan),

sabar atas Allah (sabar menanti apa yang telah dijanjikan Allah berupa

rizqi, bebas dari masalah, kecukupan, pertolongan dan ganjaran di

akhirat). Jadi sabar yang dimaksud dalam islam bukanlah tdak berbuat

apa-apa. Tetapi sabar adalah menahan hawa nafsu melewati

batas-batasnya.

Ridho, Abu Ali al Daqqaq r.a mengatakan,:”Ridho bukanlah tidak

merasakan cobaan, akan tetapi ridho sesungguhnya adalah tidak

memprotes ketentuan dan qadha.

Jujur, shidq adalah pilar dan penyempurna segala hal.Shadiq

adalah sifat yang melekat pada seseorang yang jujur (berlaku benar).

Sedangkan shiddiq adalah bentuk mubalaghoh (hiperbola), diberikan

kepada orang yang terus-menerus melakukan kejujuran`(kebenaran),

sehingga menjadi kebiasaan dan karakternya. Ada tiga hal menjadi buah

manis orang yang berlaku shidq dan tidak lepas darinya, yaitu kenikmatan,

wibawa, dan keramahan.

Adapun pokok spiritual yang di jelaskan dalam kitab ini adalah

taubat, beliau membahas tentang taubat secara detail, mengenai syarat

Referensi

Dokumen terkait

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Pendidikan.. Universitas

Penelitian ini juga sesuai dengan teori leukopenia sering terjadi pada pasien SSD, yang disebabkan migrasi leukosit yang diaktivasi dari aliran darah ke jaringan

Seorang pelaku usaha dalam memproduksi suatu barang atau jasa harus memperhatikan hak-hak konsumennya, yaitu dengan memproduksi barang dan jasa yang berkualitas, aman untuk

Demokrasi merupakan sebuah proses, artinya sebuah republik tidak akan berhenti di satu bentuk pemerintahan selama rakyat negara tersebut memiliki kemauan yang terus berubah..

Semakin tinggi return saham maka semakin baik investasi yang dilakukan karena dapat menghasilkan keuntungan, sebaliknya semakin rendah return saham atau bahkan

Para dosen Universitas Bina Nusantara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini dan yang telah membimbing penulis selama menempuh ilmu di Universitas

maksud dari peneliti materi yang diberikan kepada siswa tersebut. 43 Berbeda dengan proses mengartikan yang mengharuskan para siswa. untuk juga memahami materi yang

Dari gambar 17, terlihat bahwa terdapat perbedaan antara gambar (a) dan gambar (b), dalam pengaturan kontras bernilai 150, berarti proses pengaturan kontras sudah