• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB SULLAM AT-TAUFIQ KARYA SYAIKH SAYYID ABDULLAH BIN HUSAIN BIN THAHIR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB SULLAM AT-TAUFIQ KARYA SYAIKH SAYYID ABDULLAH BIN HUSAIN BIN THAHIR SKRIPSI"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB

SULLAM AT-TAUFIQ KARYA SYAIKH SAYYID ABDULLAH

BIN HUSAIN BIN THAHIR

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

MUHAMMAD AZIZ FUAD

NIM: 11114311

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB

SULLAM AT-TAUFIQ KARYA SYAIKH SAYYID ABDULLAH

BIN HUSAIN BIN THAHIR

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

MUHAMMAD AZIZ FUAD

NIM: 11114311

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

َداَرَأ ْنَمَو ِهْيِفْكَي ُلْوُسَّرلاَف ًّةَوْدُق َداَرَأ ْنَمَو ِهْيِفْكَي ُللهاَف اًّ يِلَو َداَرَأ ْنَم

ِهْيِفْكَي َلَ ْنَمَو ِهْيِفْكَي ُتْوَمْلاَف ًّةَظِعْوَم َداَرَأ ْنَمَو ِهْيِفْكَي ُنَأْرُقْلاَف ىًّدُه

ِهْيِفْكَي ُراَّنلاَف َكِلَذ

Barangsiapa yang menginginkan pelindung, maka

Allah cukup baginya. Barangsiapa yang menginginkan

teladan, maka Rasulullah cukup baginya. Barangsiapa

yang menginginkan pedoman hidup, maka al-

Qur’an

cukup baginya. Barangsiapa yang menginginkan

peringatan maka kematian cukup baginya. Dan

barangsiapa tidak cukup dengan semua itu, maka

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Segala Puji hanya bagi Allah, rasa syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, shalawat bermutiarakan salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW., skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibuku yang paling aku cintai, patuhi dan sayangi, Ibu Wiqoyah, Bapakku Muhammad Umar yang setiap tetes keringatnya dicurahkan untuk mengantarkanku menjadi manusia berakhlak dan berilmu, keluarga yang telah membesarkanku, mendidikku, memberikan motivasi, doa, teguran, maupun dengan perbuatan

2. Kakakku Marfu’atul Baroroh dan adikku tercinta Qonitatul Mahmudah 3. Segenap keluarga, simbah, pakdhe, budhe, pak lek, bulek, kakak, keponakan

dan adik tercinta

4. Ibu Bapak guru SDN 1 Papanrejo, Madrasah Papanrejo, Madrasah Yaspia Ngroto, Mts Yaspia Ngroto, dan MA Al-Asror Gunungpati

5. Abah Yai wa ahli baitihi Ponpes Tarbiyatul Khoirot, dan Ponpes Nurul Azhar 6. Ibu dan Bapak dosen dan karyawan kampus IAIN Salatiga

7. Kepada teman-teman dekat (Fajar Ali, Muhammad Lutfi , Saepul, Mahzum, Arif Dwi, Niam, Mc Ashar, Pras, Danang, Ropik, M. Arif dan yang lainnya) dan Teman-teman PAI angkatan 2014

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah Swt

yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Nilai-Nilai

Pendidikan Tauhid dalam Kitab Sullam At-Taufiq Karya Sayyid Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung

Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia

dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia

yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang

benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai

pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena

itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd., Selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 4. Bapak Muh. Hafidz, M. Ag., selaku dosen pembimbing.

5. Ibu Bapak dosen penguji sidang munaqosah

6. Bapak dan ibu dosen IAIN Salatiga yang telah menyalurkan Ilmunya. 7. Bapak Penjaga Perpus kampus 2 dan kampus 3.

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

DEKLARASI ... vi

MOTTO ...vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB ... xvi

ABSTRAKS ...xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...9

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Kegunaan Penelitian...10

E. Penegasan Istilah...11

F. Penelitian Terdahulu ...15

G. Kerangka Teori... 17

H. Metode Penelitian...18

(12)

xii BAB II BIOGRAFI NASKAH

A. Biografi Penulis Kitab...23

1. Sayyid Syaikh Abdullah bin Al-Husain bin Thohir...23

2. Pendidikan Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawi...26

3. Latar Belakang Penulisan Kitab Sullam At-Taufiq...27

4. Karya-Karya Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi...29

B. Sistematika Penulisan Kitab Sullam At-Taufiq...29

BAB III NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID A. Pengertian ...34

1. Pengertian Nilai ...34

2. Pendidikan Tauhid ...35

B. Isi Pokok Kitab Sullam At-Taufiq...40

1. Sifat-sifat Allah dan Rasul...40

2. Hal-hal yang menyebabkan murtad...50

3. Hukum-hukum orang yang murtad ...60

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID PERSPEKTIF SULLAM AT-TAUFIQ DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN INDONESIA A. Pendidikan Tauhid dalam Kitab Sullam At-Taufiq...62

1. Nilai Ilahiyah ...65

(13)

xiii

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid dengan Pendidikan

Indonesia...104 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ...111 B. Saran ...112 C. Kata Penutup ...113

(14)

xiv

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Daftar Riwayat Hidup

2. Pengajuan Pembimbing 3. Lembar Konsultasi Skripsi 4. Daftar SKK

5. Dokumentasi

(15)

xv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543/ b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif Tidak dilambangkan mbangkan

ب Ba’ B Be

ت Ta’ T Te

ث Tsa’ S Es

ج Jim J Je

ح Ha’ H Ha

خ Kha’ Kh Ka dan Ha

د Dal D De

ذ Zal Z Zet (dengan titik di atas)

ر Ra’ R

ز Zal Zet

س Sin Es

ش Syin Es dan Ye

ص Sad S Es (dengan titik di bawah)

ض Da D De (dengan titik dibawah)

ط Ta’ T Te (dengan titik dibawah)

ظ Z Z Zet (dengan titik dibawah)

ع ‘Ain ‘ lik di atas

غ Gain G Ge

ف Fa’ F Ef

ق Qaf Q Qi

ك Kaf K Ka

ل Lam L El

(16)

xvi

ن Nun N En

و Wawu W We

ه Ha’ H Ha

ء Hamzah , Apostrof

ي Ya’ Y Ye

Konsonan angkap karena di tulis rangkap

ة دع ‘iddah

A. Ta’ Marbutttah

1. Bila dimatikan di tulis h

ة به Di tulis Hibah

ةيزج Di Tulis Jizyah

(ketentuan ini tidak di berlakukan terhdap kata-kata arab yang yang sudah teresap kedalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali di kendaki lafal aslinya).

Bila di ikuti dengan kata “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka di tulis dengan h.

ءايلولأا ةمارك aramah al-auliya’

B. Vokal Pendek

َا Fathah Ditulis A

ِا Kasrah Ditulis I

ُا Dammah Ditulis U

(17)

xvii

Fathah+Alif U

ةيلهاج Jahiliyah

Fathah+Ya’ mati A

ىعسي Yas’ a

Kasrah+Ya’ Mati I

ميرك Karim

mmah+wawumati U

ضورف Furud

D. Vokal Rangkap

Fathah+ya’ mati

مكنيب

(18)

xviii ABSTRAK

Fuad, Muhammad Aziz. 2018. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab Sullam At-Taufiq Karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir.

Skripsi, Salatiga: Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Muh. Hafidz, M.Ag.

Kata Kunci; Sullam Taufiq, Nilai-nilai, Pendidikan, Tauhid.

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kitab Sullam At-Taufiq yang berkaitan tentang nilai-nilai pendidikan tauhid. Subjek penelitian yaitu kitab sullam taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir. Rumusan masalah yang akan dikaji yaitu: (1) Bagaimana Nilai-nilai Pendidikan Tauhid menurut Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir dalam Kitab Sullam At-Taufiq? (2) Bagaimana Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab

Sullam At-Taufiq dengan Pendidikan Indonesia?.

Penelitian ini merupakan Penelitian Kepustakaan. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut diatas maka penelitian dimulai membaca tentang nilai pendidikan tauhid yang dijadikan objek penelitian yaitu kitab Sullam At-Taufiq

digali lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, kitab, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi 2 tahap yaitu library research dan literasi. Sumber data yang digunakan terbagi 3 yaitu data primer (kitab Sullam At-Taufiq), data skunder (terjemah kitab Sullam At-Taufiq, risalah tauhid karya Muhammad Abduh, buku Kuliah Aqidah Islam karya Yunahar Ilyas, dan buku-buku lain yang relevan), dan data tersier (buku-buku yang mendukung terselesaikannya penelitian ini). Teknik analisis data pada penelitian ini meliputi 3 tahap yaitu diskripsi, analisis isi (content analysis), dan menyimpulkannya.

Hasil penelitian ini adalah terdapat nilai-nilai pendidikan tauhid dan relevansi antara nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq dengan pendidikan Indonesia. Adapun nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq yaitu pertama, nilai ilahiyah yang mencakup interpretasi iman, islam, ihsan, takwa, sabar, tawakal, syukur, ikhlas dan taubat. Kedua, nilai insaniyah

mencakup interpretasi husnudhdhon, jujur, menjaga lisan, silaturahmi, tawadu’, amanah, ukhuwah, dan adil. Sedangkan relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq dengan pendidikan Indonesia dapat dilihat dari

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keyakinan yang tertanam dalam hati setiap manusia merupakan dasar dari cerminan perilaku yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu seorang manusia harus memiliki landasan yang kuat untuk mendapat kabahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Islam mengajarakan kepada umatnya untuk senantiasa memperkuat pemahaman spiritual dalam rangka mencapai kebahagiaan yang hakiki.

Tauhid merupakan pegangan yang utama dan penentu bagi kehidupan manusia, karena tauhid merupakan pijakan sebagai dasar dari setiap amal yang dikerjakan oleh setiap manusia. Seorang manusia akan mendapatkan kehidupan yang hakiki di akhirat apabila amal yang dilakukannya berdasarkan tauhidullah, karena itu merupakan tuntutan dari ajaran agama Islam (Harun, 2004:3).

(20)

2

tingkah lakunya. Tauhid adalah prinsip ajaran agama Islam yang menegaskan bahwa Tuhan itu hanya satu dan menjadi satu-satunya sumber kehidupan (Zainuddin, 1992:3).

Umat Islam pernah mendapatkan kejayaan pada zaman dulu dalam berbagai bidang keilmuan, sosial, kehakiman, peradaban dan lain sebagainya. Faktor paling fundamental yang mempengaruhi itu semua ialah karena umat Islam memiliki tauhid yang kuat dan ketakwaan yang tinggi. Banyak ayat yang menerangkan tentang tauhid, dan Nabi Ibrahim adalah salah satu contoh diantaranya. Allah berfirman dalam al-Qur’an al-Karim:

Artinya: Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (selalu berpegang kepada kebenaran dan tidak pernah meninggalkannya) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik (mempersekutukan Allah) (An-Nahl: 120) (DEPAG, 2013: 281).

Tauhid merupakan jalan untuk mengenal Allah sebagai pencipta alam semesta dan seisinya, meyakini keberadaan dan ke-Esaan-Nya,

mengetahui asma’ dan sifat-sifat-Nya. Hakikat pokok tauhid disini ialah

(21)

3

Firman Allah dalam QS. Adz-Dzariyat ayat 56 berbunyi:

mereka mengabdi kepada-Ku (Adz-Dzariyat: 56) (DEPAG, 2013: 523).

Allah menciptakan manusia dan jin adalah semata-mata untuk menghamba kepada-Nya. Oleh karena itu hendaknya setiap apa saja yang manusia lakukan itu adalah dalam rangka untuk beribadah kepada Allah. Tidaklah mereka diciptakan untuk berfoya-foya dan bersenang-senang dan menghabiskan waktu untuk duniawinya saja. Mereka mengakui adanya Allah, tetapi mereka sering kali demi pekerjaannya atau demi urusan duniawi, mereka menunda-nunda bahkan tidak menjalankan perintah Allah. Lebih jauh lagi, justru melewati batas mendekati dan melakukan larangan-larangan Allah, padahal mereka itu berasal dari Allah dan dalam kekuasaan Allah.

(22)

4

Nilai-nilai tauhid sesungguhnya sudah ditanamkan pada janin yang masih di dalam rahim sang ibu. Dengan kata lain setiap manusia memiliki

fitrah sejak ia dilahirkan, serta meyakini kebaikan dan kebenaran, mengakui dan bersaksi bahwa Allah adalah Rabbnya. Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid,

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Rum:30) (DEPAG, 2013: 407).

(23)

5

Maha penyayang kepada seluruh makhluknya. Salah satu metode yang digunakan para ulama untuk menyebarkan Islam adalah dengan menggunakan metode keteladanan, yakni memberi contoh sikap tingkah laku yang baik serta menyebarkan perdamaian dan kasih sayang. Kemudian dilanjutkan dengan mengadakan program-program pendidikan di berbagai majlis tertentu.

Pendidikan tauhid dapat ditanamkan pada lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat. Lembaga sekolah kini mulai menerapkan adanya kurikulum 2013 yang menekankan pada pendidikan karakter. Pendidikan karakter dapat berjalan baik manakala dengan cara membangun pondasi yang pertama dan utama, yaitu pendidikan tauhid. Apabila seseorang sudah memiliki pemahaman tauhid dan berkomitmen pada aqidahnya maka akan terimplementasi ke dalam bentuk karakter, moralitas, perilaku, visi dan pola pikirnya dalam kehidupan sejatinya.

(24)

6

maka bangsa ini akan diliputi perilaku-perilaku yang menyebabkan bangsa ini menjadi sakit (Sultoni, 2015: 1).

Semua manusia secara alami pasti menginginkan kebahagiaan dan kejayaan. Kebahagiaan tidaklah akan tercapai jika tanpa disertai dengan tauhid yang benar. Ketika seseorang mengandalkan harta semata untuk dijadikan sebagai tolak ukur kebahagiaan dan kejayaan, maka tak akan ada gunanya harta itu tanpa tauhid melainkan hanya kekosongan spiritual dan berujung pada lahirnya penyakit-penyakit hati. Jika menginginkan kebahagiaan dan kejayaan dengan merealisasikan iman, maka kita berkewajiban untuk menegakkan:

1. Mewujudkan keyakinan yang kokoh di hati, melalui ilmu

2. Melakukan amalan di hati, melalui perenungan dan tafakkur, khususnya tentang ayat-ayat Allah di alam semesta (ayat kauniyah), ayat-ayat Allah dalam al-Qur’an (ayat qur’aniyah), janji, dan ancaman Allah

3. Melakukan amalan lisan, dengan cara berdzikir, menjelaskan

kebenaran, berdakwah, amar ma’ruf nahi munkar, mempelajari ilmu,

mengajarkannya, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran 4. Melakukan amalan anggota badan, dengan melakukan rukun Islam,

jihad fi sabilillah, memerangi hawa nafsu, dan berdekat-dekat dengan orang-orang shalih (Murtadho, 2000: 22-23).

(25)

7

dan dipelihara, terrealisasi, tertanam akar-akarnya, dan menjalar cabang-cabangnya, dengan terpenuhinya syarat-syarat berikut ini:

1. Ikhlas beribadah karena Allah semata

2. Pengingkaran terhadap semua kebatilan dan terlepas dari unsur-unsur kebatilan tersebut

3. Pencerahan (pemurnian) diri dari segala kemusyrikan.

Dalam skripsi ini, penulis akan membahas tentang nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah Bin Husain Bin Thahir. Penulis menggunakan kitab ini karena di dalam kitab ini selain menjelaskan tentang ilmu cabang syari’at (fiqih) juga menjabarkan ilmu dasar (tauhid) dan ilmu tasawwuf. Masing-masing pokok bahasan sudah disusun dengan jelas dan terperinci, dan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah nilai-nilai tauhid. Meskipun sebagian besar pembahasannya adalah mengenai hukum-hukum syari’at (fiqih) akan tetapi nilai-nilai tauhid yang menjadi dasar dari setiap ibadah adalah harus terbangun dengan baik dan benar.

(26)

8

Termasuk kewajiban hati adalah beriman kepada Allah, iman kepada seseuatu yang datang dari Allah, juga iman kepada utusan Allah, dan iman kepada sesuatu yang datang dari utusan Allah, membenarkan, yakin, dan ikhlas (Sunarto, 2012: 197).

Jadi, sebagai manusia yang mempunyai hati harus tahu, percaya, dan melakukan apa yang datang dari Allah yaitu perintah-perintah yang dilaksanakan dan larangan-larangan yang ditinggalkan, juga harus tahu, percaya kepada utusan Allah SWT., serta apa-apa yang datang dari utusan Allah SWT. Agar manusia itu tidak termasuk golongan orang-orang yang benar-benar merugi.

Hal menarik dari kitab Sullam At-Taufiq adalah banyak dari pesantren baik salaf maupun kholaf yang mengkaji, menelaah dan

mempelajari kitab kecil ini. Khususnya yang bermadzhab syafi’i. Karena

dalam kitab ini terdapat trilogi pokok keilmuan, yaitu ilmu tauhid, ilmu fiqih, dan ilmu tasawwuf. Sehingga menjadi suatu kebutuhan yang wajib bagi umat Islam yang hendak mendekatkan diri kepada Sang Khaliq melalui ilmu-Nya.

Pendidikan tauhid bisa diajarkan di lemabaga-lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta, baik formal maupun non formal. Melalui kitab

(27)

9

mandiri, dan lain sebagainya. Sudah terbukti bahwa pendidikan tauhid adalah intisari dari kehidupan untuk mengisi kecerdasan spiritual manusia. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menggali nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah Bin Husain Bin Thahir dan dari beberapa tokoh lain. Hal ini bertujuan agar manusia tetap berada di jalan yang lurus dan jalan yang diridhai Allah SWT. Maka dalam penulisan ini penulis memberi judul: Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab Sullam At-Taufiq Karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir. Penulis akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan tauhid yang ada di kitab Sullam At-Taufiq untuk bisa dijadikan referensi dan bermanfaat untuk semua orang yang hendak belajar.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis menarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah Bin Husain Bin Thahir?

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah Bin Husain Bin Thahir dengan Pendidikan Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

(28)

10

1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq

karya Syaikh Sayyid Abdullah Bin Husain Bin Thahir

2. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah Bin Husain Bin Thahir dengan Pendidikan Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penelitian penulis ini dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pengembangan nilai-nilai pendidikan tauhid khususnya. Serta semoga dapat menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra yang memuat tentang pendidikan tauhid.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian dapat digunakan sebagai dasar, pedoman, dan petunjuk bagi para peneliti pendidikan untuk mengembangkan sebuah konsep pendidikan tauhid yang dapat diterapkan dan dipraktekkan dalam ranah pendidikan agam Islam. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan kontribusi sebagai karya ilmiah sehingga dapat dijadikan sebagai referensi pengembangan pendidikan Islam khususnya.

(29)

11

Untuk menghindari pengalihan arti atau makna dan kesalah-pahaman, maka penulis mengemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagi berikut:

1. Nilai Pendidikan Tauhid

Nilai secara bahasa berarti harga (arti taksiran harga); harga uang (dibandingkan dengan harga uang yang lain); angka kepandaian; biji; ponten; banyak sedikitnya isi; kadar; mutu; sifat-sifat (hal-hal) yg penting atau berguna bagi kemanusiaan (KBBI, 2008: 1074).

Sedangkan secara istilah, nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga preferensinya tercermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatannya (Maslikhah, 2009:106).

Pendidikan berasal dari kata didik yang diberi tambahan awalan

pe- dan akhiran -an, yang memeiliki arti mendidik memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, contoh seorang ibu wajib mendidik anaknya baik-baik (KBBI, 2008: 353).

Secara istilah, pendidikan berarti pengukuhan sikap dan tata perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik (Ilyas, 2007: 263).

Tauhid berasal dari bahasa arab wahhada-yuwahhidu-tauhidan

(30)

12

Sedangkan secara istilah tauhid berarti mengesakan Ma’bud dengan menyembah serta mempercayai ke-Esaan Ma’bud. Jangan beribadah karena selain-Nya, karena itu syirik namanya. Kata tauhid yang dikehendaki disini tidak lain adalah tauhidullah, yang berarti mengesakan Allah, atau dengan kata lain menyatakan bahwa Allah itu Esa, Satu, Atau Tunggal (Ensiklopedia Islam Indonesia, 1992: 933).

Asal makna tauhid adalah meyakini bahwa Allah adalah Satu, tiada sekutu bagi-Nya (Abduh, 1992: 3). Iman kepada Allah mencakup keharusan iman kepada wujud-Nya, keesaan-Nya, ketuhanan-Nya, nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya. Beriman kepada Allah yang Esa bagi semesta alam, yang mencipta dan mengatur, dan yang kepada-Nya tempat kembali (Qardhawi, 1992:11-12).

Pendidikan tauhid juga bisa diartikan sebagai suatu upaya atau usaha sungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,

membimbing akal, jiwa, hati, dan ruh kepada ma’rifat dan cinta

kepada Allah (Hamdani, 2001:10).

(31)

13 2. Sullam At-Taufiq

Secara umum, buku Sullam At-Taufiq ini membahas tentang trilogi keilmuan pokok Islam yang selama ini banyak mendapat kajian, pembahasan dan pembacaan oleh hampir seluruh Pesantren Tradisional yang ada di negeri ini. Trilogi keilmuan itu adalah Ilmu Tauhid, Ilmu Fiqh dan Ilmu Tasawwuf. Lebih-lebih buku yang kita bicarakan pada kesempatan kali ini hanya mencakup ilmu-ilmu pokok yang mau tidak mau setiap muslim harus mengetahui dan mempelajarinya. Jadi tidak heran jika telah penulis sebutkan di atas bahwa buku ini adalah buku yang best seller.

Dalam pendahuluan buku ini, Syaikh Abdullah Al-Hadhrami menyebutkan bahwa karyanya ini merupakan buku yang mengetangahkan ilmu-ilmu yang wajib dipelajari, diajarkan dan diamalkan, baik oleh orang alim maupun orang awam. Baru setelah mereka mampu untuk memahami dan melakukan hal-hal yang wajib, mereka akan dengan senang hati melakukan hal-hal yang bersifat sunnah, sehingga akhirnya mereka mampu benar-benar menggapai cinta Allah dan mendapatkan pertolongan-Nya. Secara ringkas isi dari kitab Sullam At-Taufiq mencakup 3 (tiga) pokok bahasan, yaitu: a. Tauhid Sullam At-Taufiq

(32)

14

penting, karena dengan ilmu inilah salah satu pilar peradaban yang paling pokok akan dibangun dengan baik dan kokoh, yaitu manusia. Pokok bahasan dalam kitab Sullam At-Taufiq ada tiga (3) yaitu, sifat-sifat Allah dan Rasul-Nya, hal-hal yang menyebabkan murtad, dan hukum-hukum orang yang murtad. b. Fiqh Sullam At-Taufiq

Fiqh adalah salah satu cabang keilmuan dalam Islam yang secara spesifik membahas tentang hukum-hukum yang berkaitan secara langsung dengan tingkah laku manusia. Ranah garapan ilmu fiqh lebih kepada amaliah, bukan pada ranah keyakinan, sebagaimana Tauhid. Pengertian seperti ini bisa kita temukan dengan mudah dalam buku-buku yang ditulis oleh para Tokoh Islam berkenaan dengan ilmu ini. Semisal dalam buku fiqh Fathul

Mu’in yang sangat masyhur di dunia pendidikan Islam, disana

beliau menjelaskan bahwa fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum yang berhubungan secara langsung dengan kreativitas (Amaliah) manusia yang digali dari dalil-dalil yang bersifat terperinci.

c. Tasawwuf Sullam Taufiq.

(33)

15

hal-hal lahiriah yang kesemuanya telah dijelaskan secara terperinci dan gamblang dalam fiqh sebagai pengemban amanat ini, maupun hal-hal yang bersifat batiniyah yang menjadi tugas bagi tasawwuf untuk melaksanakan tugas ini.

F. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil telaah dari beberapa penelitian terdahulu, peneliti tidak menemukanjudul yang sama. Peneliti menelusuri panalitian terdahulu yang memiliki persamaan variabel berupa nilai-nilai pendidikan tauhid, peneliti menemukan beberapa penelitian, yaitu sebagai berikut:

Pertama, dalam skripsi Muhammad Lutfi Fajar yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab At-Tauhid Lish-Shiffil Awwal Al-‘Aliy. Disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab At-Tauhid Lish-Shiffil Awwal Al-‘Aliy yaitu nilai kepada Allah (nilai rububiyyah, nilai uluhiyah, nilai asma’ wa shifat, nilai taat kepada Allah, dan nilai ihsan kepada Allah), nilai kepada diri sendiri (nilai aqidah shahihah, nilai shahihul ibadah, nilai konskwensi

syahadatain, dan nilai manhaj salaf), dan nilai kepada sesama manusia (nilai dakwah tauhid, nilai ihsan kepada manusia, dan nilai wala’ wal bara’). Meski penelitian tersebut dengan penelitian penulis sama-sama

(34)

Lish-16

Shiffil Awwal Al-‘Aliy, sehingga berbeda dengan objek kajian yang akan penulis angkat/teliti.

Kedua, skripsi Muntahanik dengan judul Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab Al-Darary menurut Pemikiran Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi. Penelitian tersebut menguraikan mengenai kewajiban seorang mukallaf tentang niali-nilai pendidikan tauhid yaitu mengetahui sifat-sifat wajib Allah berjumlah 20 (dua puluh), sifat-sifat muhal Allah berjumlah 20 (dua puluh), sifat jaiz Allah berjumlah 1 (satu), sifat-sifat wajib Rasul berjumlah 4 (empat), sifat-sifat muhal Rasul berjumlah 4 (empat), sifat jaiz Rasul berjumlah 1 (satu), dan mengetahui nasab Rasulullah Muhammad SAW. Walau penelitian tersebut dengan penelitian penulis sama-sama menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan tauhid, tetapi penelitian tersebut berfokus pada nilai-nilai pendidikan tauhid dalam Kitab Al-Darary menurut Pemikiran Syaikh Muhammad Nawawi Al-Jawi, sehingga objek kajian yang diangkat oleh peneliti berbeda dengan penelitian yang akan penulis angkat.

Ketiga, skripsi Muhammad Imam Hanif yang berjudul Pendidikan Akhlak Tasawwuf Menurut Syaikh Abdullah Bin Husain

Ba’alawi (Telaah Kitab Sullam Taufiq). Penelitian tersebut menjelaskan tentang bagaimana pendidikan akhlak-tasawwuf dari

sudut pandang ulama besar, Syaikh Abdullah Bin Husain Ba’alawi,

(35)

17

menjelaskan bahwa Konsep pendidikan akhlak-tasawuf yang ditulis oleh Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi merupakan sebuah konsep yang mudah dipelajari dan dimengerti oleh banyak orang. Terdiri dari tiga disiplin ilmu Islam yang pokok yaitu ilmu tauhid, ilmu fiqh, dan ilmu tasawuf sendiri yang dikerucutkan ke dalam ilmu akhlak-tasawuf. Tiga disiplin ilmu tersebut juga sekaligus sebagai tahapan yang harus dilalui dalam pendidikan akhlak-tasawuf. Bukan terkhusus bagi orang yang bergelut dalam dunia thariqah saja.

Dari beberapa penelitian terkait penelitian tersebut penulis belum menemukan penggalian Nilai-Nilai Pendidikan Tauhid dalam Kitab Sullam At-Taufiq Karya Syaikh Sayyid Abdullah Bin Husain Bin Thahir, meski ada persamaan dalam penelitian yang menguraikan nilai-nilai pendidikan tauhid dan ada persamaan dalam objek penelitian dengan kitab Sullam At-Taufiq. Sehingga ada peluang kepada penulis untuk meneliti terhadap nilai-nilai pendidikan tauhid karya Syaikh Sayyid Abdullah Bin Husain Bin Thahir.

G. Kerangka Teori

(36)

18

tindakan yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai (Lubis, 2011: 16).

Penulis berpendapat bahwa nilai merupakan suatu hal penting dan berharga yang dijunjung tinggi dan bisa memberi pengaruh kepada manusia baik tingkah laku, tutur kata, dan bahkan berfikir serta berprasangka. Manusia akan memiliki sebuah harga diri dan arti hidup ketika nilai telah tertanam dalam hidupnya sebagai hal yang menjadi dasar dalam hidup bersosial maupun pribadinya.

Sedangkan pendidikan tauhid adalah suatu upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk memberikan ilmu, pengetahuan, keterampilan, bimbingan, arahan dan sebagainya yang bertujuan untuk memberi keyakinan bahwa Allah Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya serta menguatakan spiritual peserta didik dalam menghamba kepada Allah SWT. dengan tujuan agar mereka bisa menjadi insan kamil. H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan di sini adalah penelitian kepustakaan (library research), karena yang dijadikan objek penelitian adalah kitab Sullam At-Taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir.

(37)

19

informasi kepustakaan berupa buku, kitab, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen (Zed, 2004: 89).

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006: 129). Sumber data yang digunakan dalam penyusunan proposal ini yaitu sumber data primer, sumber data skunder, dan sumber data tersier, dengan rincian sebagai berikut: a. Data primer adalah pustaka yang merupakan penjelasan langsung

dari seorang peneliti mengenai kegiatan penelitian yang telah dilakukannya (Anggoro, 2011: 2). Adapun sumber data primer dalam penelitian ini ialah kitab Sullam At-Taufiq karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir yang diterbitkan oleh Toha Putra Semarang.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber pendukung untuk memperjelas data primer. Dalam penelitian ini ialah terjemah kitab Muraqus As-Su’ud karya Imam Nawawi Al-Bantani yang diterjemahkan oleh Sunarto.

(38)

20 3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang dalam pengumpulan datanya banyak diperoleh melalui pengumpulan data-data yang terdapat dari berbagai literer. Literatur yang diteliti tidak terbatas pada buku-buku atau kitab-kitab saja, akan tetapi juga melalui bahan-bahan studi majalah, jurnal, dokumentasi, dan lain-lain (Muhajir, 2002: 45). Adapun teknik pengumpulan data dalam penelititan ini adalah sebagai berikut:

a. Library Research (penelitian kepustakaan). Dengan teknik ini peneliti mengumpulkan buku-buku atau kitab-kitab yang berkaitan dengan objek penelitian untuk dibaca dan ditelaah. b. Literatur, yaitu salah satu jenis cara pengumpulan data yang

(39)

21 4. Teknik Analisis Data

Cara yang digunakan adalah analisis isi (content analysis), yaitu dengan menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas nas-nas yang dideskripsikan, sifatnya terus terang dan mengandung makna yang tersurat (Sarosa, 2012: 71).

Isi dalam metode analisis isi ada dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten ialah isi yang terkadung dalam dokumen dan naskah. Sedangkan isi komunikasi ialah pesan yang terkandung dalam buku sebagai akibat dari komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007: 48).

Langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam menganalisis data dari pengumpulan data yang telah peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

a. Deskriptif

Sebuah karya ilmiah yang bersifat literal, maka segala hal yang terkait dengan topik pembahasan hasilnya ialah hal apa saja sejauh pemahaman penulis. Adapun teknik deskriptif yang penulis gunakan adalah analisi kualitatif sehingga tercapai gambaran mengenai isi buku yang diteliti.

b. Content Analysis

(40)

22

c. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu menyimpulkan hasil analisis dari kitab atau buku yang diteliti yang berhubungan dengan pokok pembahasan (Sarosa, 2012: 71).

I. Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan ditulis dengan skema sistematika yang terdiri dari 5 bab, yaitu: Bab I, PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

Bab II, BIOGRAFI NASKAH. Bab ini menguraikan tentang biografi pengarang kitab Sullam At-Taufiq yang meliputi riwayat hidup, guru-guru, murid-murid, karya-karyanya, dan sistematika penulisan kitab Sullam At-Taufiq.

Bab III, NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID. Bab ini menguraiakn tentang pengertian nilai, pendidikan tauhid, dan isi pokok pendidikan tauhid kitab Sullam At-Taufiq.

Bab IV, ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID PERSPEKTIF SULLAM AT-TAUFIQ. Bab ini menjelaskan tentang nilai-nilai pendidikan tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq dan relevansinya dengan pendidikan di Indonesia.

(41)

23 BAB II

BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Penulis Kitab

1. Sayyid Syaikh Abdullah bin Al-Husain bin Thohir

Sayyid Syaikh Abdullah bin Al-Husain bin Thohir Al-Ba’alawi Al-Hadhromi atau lebih dikenal Sayyid Syaikh Abdullah bin Husain

Ba’alawi adalah seorang alim yang dikenal sebagai ahli ilmu fiqih

yang bermadzhab Syafi’i dan sekaligus ahli ilmu nahwu. Beliau

dilahirkan di Tarim, Hadhromaut, Yaman pada tahun 1191 H. atau bertepatan pada tahun 1778 M. tepatnya pada bulan Dzulhijjah (http://id.wikipedia.org). Syaikh Abdullah bin Al-Husain bin Thohir pernah tinggal beberapa tahun di Mekah dan Madinah untuk belajar kepada beberapa ulama terkenal. Setelah beberapa tahun di Mekah dan Madinah lalu beliau kembali ke negaranya dan tinggal di Masilah, satu daerah yang terletak disebelah selatan kota Tarim. Setelah kembali ke negaranya, beliau mengabdikan dirinya untuk memberikan ceramah, mengajarkan ilmu-ilmu agama dan mengisi waktunya untuk beribadah (http://www.fikihkontemporer.com).

(42)

24

Hal itu bisa di lihat saat beliau mampu menjadi salah satu pemimpin dari Tsaurah

atau pemberontakan di Yaman dalam rangka melawan kekuasaan Yafi’iyyin pada

tahun 1265 H. Sehingga beliau dan beberapa pemimpin pemberontakan itu diasingkan dari Tarim, Sewun dan Taris. Beliau juga ikut berkontribusi dalam upaya mendirikan kekuasaan Al-Katsiri yang di pimpin oleh sultan Ghalib bin Muhsin di Tarim (http://anjangsanasantri.blogspot.com).

Disebutkan dalam sebuah buku, Habib Luthfi bin Yahya telah

memberikan keterangan sebagai berikut: “Al-Qutbil Ghauts Al-Habib

Abdullah bin Husain bin Thahir ini maqamnya, kedudukan ruhaninya kalau tidak karena haya’, adab yang tinggi kepada kakek moyangnya Al-Faqih Al-Muqadam, Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir melebihi maqamnya Al-Faqih Al-Muqadam. Maka Al-Habib Abdullah

bin Husain bin Thahir berkata diantaranya, “Saya tidak rela kalau ada

orang yang mempunyai maqam (kedudukan) melebihi maqamnya Al-Faqih Al-Muqadam.” Itu merupakan adab para wali terhadap sesamanya sebagai tarbiyyah untuk murid-muridnya. Itu tawadhu’nya Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir. Sehingga fatwa-fatwanya sangat masyhur dalam bidang fiqh, dalam ilmu hadits, dalam bidang tasawuf (bin Yahya, 2012: 119). Syaikh Abdullah bin Husain wafat pada malam Kamis, 17 Rabiul akhir 1272 H./1855 M. (http://id.wikipedia.org). Berikut nasab Syaikh Sayyid Abdullah bin

(43)

25

Sayyidatina Fatimah Az-Zahro

Maghfun Sayyidina Muhammad SAW

Ahmad RA Abdurrahman RA

Alawi RA Ubaidullah RA

Ahmad Al-Muhajir RA Isa Syakir Ar-Rumi RA

Muhammad Naqib RA Ali Uroidhi RA

Ja’far Shadiq RA

Muhammad Bakir RA

Ali Zainal Abidin RA Maulana Husain RA

Sayyidina Ali RA

Alawi RA Ahmad RA

Abdurrahman RA

Abdullah Muhammad

Husain Thahir

Abdurrahman

Hasyim Muhammad

(44)

26

2. Pendidikan Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawi

Adapun beberapa orang mulia yang menjadi guru sebagai tempat menuntut ilmu bagi Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thohir

Ba’alawi diantaranya:

a. As-Sayyid Hamid bin Umar al-Munfir Ba'alawi.

b. Al-'Allamah As-Sayyid Umar bin As-Sayyid Ahmad bin Hasan bin Abdullah al-Haddad.

c. Al-'Allamah as-Sayyid 'Alawi bin as-Sayyid Ahmad bin Hasan bin Abdullah al-Haddad.

d. Al-'Allamah Abdurrahman bin 'Alawi bin Syaikh Maula al-Bathaiha.

e. Al-'Allamah As-Sayyid 'Aqil bin ‘Umar bin 'Aqil bin Yahya. (http://id.wikipedia.org).

Sedangkan para murid yang belajar dari Syaikh Abdullah bin

Husain Ba’alawi adalah sebagai berikut:

a. Al-'Allamah Sayyid Abdullah bin 'Umar bin Yahya.

b. Al-'Allamah Sayyid Abdurrahman bin 'Ali bin 'Umar as-Saqqaf. c. Al-'Allamah Muhammad bin Husain al-Habsyi, Mufti Mekkah. d. Al-Imam 'Ali bin Muhammad al-Habsyi.

(45)

27

Kamis, 26 Shafar 1327 H dan menyempurnakannya pada 10 Rabiul Awwal 1327 H (http://ahlulbaitrasulullah.blogspot.com).

e. Al-'Allamah Sayyid Muhsin bin 'Alawi bin Saqqaf as-Saqqaf f. Al-'Allamah Syaikh Abdullah bin Ahmad. (http://id.wikipedia.org) g. Al-Habib Idrus bin Umar bin Idrus al-Habsyi

(http://www.fikihkontemporer.com).

h. Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Tholib bin Abdullah bin Tholib al-Aththas (http://pbkaligung.blogspot.com).

3. Latar Belakang Penulisan Kitab Sullam At-Taufiq

Umat Islam adalah umat yang kelak akan menjadi saksi atas kebenaran keyakinannya di hari kiamat. Umat Islam adalah orang-orang yang memikul tanggung jawab penuh atas kedamaian, ketentraman, serta memikul beban berat untuk mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan (Jum’ah, 2014: 48). Tanggung jawab yang besar ini mendorong agar Pendidikan Agama Islam memberikan kontribusi yang sangat besar. Melalui pendidikan penanaman Aqidah, ilmu syariat dan akhlak menjadi begitu penting. Membentuk kebribadian yang berkarakter baik terlihat dari tampilan fisik maupun dari batin seseorang.

Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawi

kemudian menulis sebauh kitab kecil yang berisi tentang hal-hal pokok dari Agama Islam. Beliau dalam mukadimah telah menuliskan:

“Selanjutnya, ini adalah sebuah karya kecil yang telah diberi

(46)

28

hal-hal yang wajib dipelajari, diajarkan dan dipraktekkan, baik untuk kalangan awam maupun kalangan khusus. Wajib adalah sesuatu yang Allah menjadikan pelakunya dengan pahala dan

mengancam orang yang tidak mengerjakannya dengan siksaan.”

(Sunarto, 2012: 8).

Harapan beliau dengan kitab ini dapat menjadi pegangan setiap muslim untuk dipelajari, diajarkan dan bahkan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mampu untuk memahami dan melakukan hal-hal yang wajib, dengan senang hati akan melakukan hal-hal yang bersifat sunnah, akhirnya mampu benar-benar menggapai cinta Allah dan mendapatkan pertolongan-Nya.

Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawi

bermaksud menyusun kitab yang berisi hal-hal pokok dari Islam, maka beliau menyusun kitab Sullam At-Taufiq dengan tiga cabang ilmu Islam yang wajib diketahui oleh setiap orang Islam. Tiga cabang ilmu tersebut terdiri dari ilmu tauhid, fiqh, dan tasawuf. Syaikh Sayyid

Abdullah bin Husian bin Thahir Ba’alawi menyadari bahwa ketiga

cabang ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain, maka disiplin ilmu tauhid, fiqh, dan tasawuf ditulis dalam satu kitab yang ringkas yakni Sullam At-Taufiq. Ada sebuah hadits yang menceritakan tentang kedatangan Malaikat Jibril saat para sahabat sedang berkumpul bersama Nabi Muhammad SAW. mencakup seluruh aspek amal dhahir

dan yang batin (‘Ied, tt: 35). Poin paling penting yang harus

digarisbawahi dalam hadits ini adalah penjelasan tentang islam, iman,

(47)

29

40). Jika ilmu fiqh menjaga islam, ilmu tauhid menjaga iman, maka ilmu tazkiyyah dan suluk menjaga ihsan. Maka, muncullah sebuah

ilmu yang dinamakan tasawuf (Jum’ah, 2013: 1).

4. Karya-Karya Syaikh Abdullah bin Husain Ba’alawi

Adapun beberapa buku karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain

bin Thohir Ba’alawi diantaranya:

a. Al-Majmu’

b. Al-Washiah An-Nafi’ah Fi Kalimat Jami’ah

(http://sites.google.com)

c. Dzikru Al-Mu’min Bima Ba’atsa Bihi Sayyidil Mursalin. Kitab ini berisi tentang ajakan untuk senantiasa mengerjakan amal-amal shalih, sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

d. Sullam Taufiq ila Mahabbatillahi ‘alat Tahqiq. Kitab ini berisi tentang trilogi keilmuan, yaitu tauhid, fiqih dan tasawuf.

e. Miftahu al-I'rab fi an-Nahwi (http://id.wikipedia.org)

Kitab ini berisi tentang ilmu alat gramatika struktur bahasa arab atau yang akrab dikenal dengan ilmu nahwu.

f. Diwan al-Asy'ari. Kitab ini berisi kumpulan syair-syair arab yang indah (bin Yahya, 2012: 119).

B. Sistematika Penulisan Kitab Sullam At-Taufiq

Sistematika atau struktural penulisan kitab Sullam At-Taufiq

karya Syaikh Sayyid Abdullah bin Husain bin Thahir Ba’alawi terdiri

(48)

30

sebuah mukadimah. Dari tiga puluh tujuh (37) bab tersebut terbagi menjadi tiga (3) tema besar yaitu tauhid, fiqih, dan tasawuf. Dalam tema tauhid, penulis lebih mengerucut pembahasan pada nilai-nilai pendidikan tauhid. Dalam buku terjemah Sullam At-Taufiq oleh Achmad Sunarto (Al-Jawi, 2012: 5) tiga puluh tujuh (37) bab tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sifat Allah, dan Rasul

2. Hal-hal yang menyebabkan murtad 3. Hukum-hukum orang yang murtad

4. Kewajiban menunaikan kefardhuan dan menjauhi keharaman 5. Waktu-waktu shalat

6. Kewajiban wali anak kecil dan penguasa 7. Fardhu-fardhu wudhu

8. Yang membatalkan wudhu 9. Yang mewajibkan bersuci 10.Hal-hal yang mewajibkan mandi 11.Syarat-syarat bersuci

12.Hal-hal yang diharamkan bagi orang yang berhadats 13.Bersuci dari najis

14.Syarat-syarat shalat

(49)

31

18. Shalat jama’ah dan Jum’at

19.Syarat-syarat mengikuti imam 20.Mengurus jenazah

21.Zakat

22.Puasa dan permasalahannya 23.Haji dan umrah

24. Mu’amalah (hubungan antar manusia)

25.Riba dan jual beli yang diharamkan 26.Kewajiban menafkahi

27.Kewajiban hati

28.Sebagian dari maksiat hati

29.Sebagian dari maksiat perut dan hukuman bagi peminum khamr 30.Diantara maksiat-maksiat mata

31.Diantara maksiat-maksiat lisan 32.Sebagian maksiat-maksiat telinga 33.Sebagian maksiat-maksiat tangan 34.Diantara maksiat-maksiat kemaluan 35.Diantara maksiat-maksiat kaki 36.Diantara maksiat-maksiat badan 37.Cara bertaubat

(50)

32

(51)

33 Tauhid

a. Sifat Allah, dan Rasul

b. Hal-hal yang menyebabkan murtad c. Hukum-hukum orang yang murtad 1. Fiqih

a. Kewajiban menunaikan kefardhuan dan menjauhi keharaman b. Waktu-waktu shalat

c. Kewajiban wali anak kecil dan penguasa d. Fardhu-fardhu wudhu

e. Yang membatalkan wudhu f. Yang mewajibkan bersuci g. Hal-hal yang mewajibkan mandi h. Syarat-syarat bersuci

i. Hal-hal yang diharamkan bagi orang yang berhadats j. Bersuci dari najis

k. Syarat-syarat shalat

l. Hal-hal yang membatalkan shalat m. Syarat-syarat shalat diterima (sah) n. Rukun-rukun shalat

o. Shalat jama’ah dan Jum’at p. Syarat-syarat mengikuti imam q. Mengurus jenazah

(52)

34 s. Puasa dan permasalahannya t. Haji dan umrah

u. Mu’amalah (hubungan antar manusia) v. Riba dan jual beli yang diharamkan w. Kewajiban menafkahi

2. Tasawuf

a. Kewajiban hati

b. Sebagian dari maksiat hati

c. Sebagian dari maksiat perut dan hukuman bagi peminum khamr d. Diantara maksiat-maksiat mata

(53)

35 BAB III

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM KITAB SULLAM AT-TAUFIQ

A. Pengertian

1. Pengertian Nilai

Nilai dalam pengertian umum bisa dikatakan sebagai harga, sifat-sifat penting dan berguna bagi manusia (KBBI, 2008: 1004). Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik, disukai dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya (Maslikhah, 2009: 106). Nilai menunjukkan suatu sifat yang ditinggikan, dipercaya, dan diyakini memberi manfaat atau berguna bagi kehidupan manusia baik secara individu maupun sosial untuk kemudian terealisasi dalam perilaku dan sikap sehari-hari.

Sedangkan menurut Sidi (1978: 93), nilai adalah sesuatu yang bersifat ideal dan tidak dapat disentuh oleh panca indra. Dengan adanya nilai, manusia akan mempunyai sifat ideal yang terimplementasi dalam perilaku, sikap dan perbuatan-perbuatannya. Maka nilai akan selalu berkaitan dengan hal baik, luhur, dijunjung tinggi dan didambakan oleh manusia, serta bermanfaat dan berguna bagi manusia.

(54)

36

tinggi, baik, dan bermanfaat bagi manusia sehingga terimplementasi dalam perilaku dan sikap sehari-hari. Berarti nilai akan selalu berkaitan dengan kebaikan, kebajikan, kebenaran, keluhuran, dan hal-hal yang dipandang penting atau berguna bagi kehidupan manusia, karena dengan adanya nilai sehingga dapat menetukan kualitas suatu kepribadian yang dapat melakukan atau menentukan sesuatu dalam hidup sehari-hari.

2. Pendidikan tauhid

Adapun pengertian pendidikan itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 263) ialah berasal dari kata didik, kemudian mendapatkan awalan pe- dan akhiran -an yang berarti pengukuhan sikap dan tata perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang baik kognitif, afektif dan psikomotorik, agar mampu menentukan langkah yang baik dan berguna dalam kehidupan saat ini dan masa yang akan datang.

(55)

37

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Mahmud, 2013: 41).

Dalam bahasa arab kata pendidikan berasal dari lafad rabba yurabbi tarbiyyatan yang memiliki arti mendidik, mengasuh dan memelihara (Munawwir, 1989: 504). Selain kata tersebut, pendidikan dalam bahasa arab yang lain juga diambilkan dari kata ‘allama yu’allimu ta’liman dan addaba yuaddibu ta’diban. Kata ‘allama

mempunyai arti mengajar (menyampaikan pengetahuan). Artinya, makna ta’lim hanya sebatas pentransferan seperangkat nilai antara manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang disampaikan secara kognitif dan psikomotorik, tanpa diikuti dengan domain afektif (Mufron, 2013: 6). Sedang addaba lebih menekankan pada melatih, memperbaiki, pengasuhan, penyempurnaan akhlak (sopan santun), dan berbudi baik. Sehingga ta’dib sebagai sistem Islam yang didalamnya terdapat tiga (3) sub; pengetahuan, pengajaran, dan pengasuhan. Jadi kata ta’dib bisa dianggap merupakan istilah yang paling tepat dan cermat untuk menunjukkan pendidikan dalam islam.

Dalam kamus pendidikan, pendidikan diartikan sebagai “Upaya

(56)

38

kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Menurut Al-Ghozali pendidikan ialah proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap yang menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah sehingga menjadi manusia yang sempurna (Abidin, 1998: 56). Dapat disimpulkan bahwa hakikatnya pendidikan adalah ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) atau potensi manusia agar berkembang sampai titik maksimal sesuai tujuan yang dicita-citakan.

Dipandang dari sudut bahasa (etimologi), kata tauhid adalah merupakan bentuk kalimah mashdar dari asal kata kerja lampau yaitu

wahhada yuwahhidu tauhidan yang mempunyai arti mengesakan, mensatukan atau menunggalkan (Bashori, 2010: 13). Menurut Abduh dalam bukunya Risalah Tauhid yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, arti kata tauhid juga mengandung arti meyakinkan

(mengi’tikadkan) bahwa Allah adalah satu, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Hal paling penting dalam tauhid adalah menetapkan sifat wahdah

(57)

39

tauhid adalah meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Allah itu Esa

dalam zat, sifat dan af’al-Nya serta tiada sekutu bagi-Nya.

Setiap definisi kata memiliki batasan-batasan yang melingkupinya dengan aturan-aturan yang disepakati. Jika dilihat dari sudut istilah (terminologi), kata tauhid mempunyai banyak definisi. Beberapa pengertian tauhid secara istilah dari beberapa tokoh diantaranya yaitu: menurut Syaikh Muhammad Abduh tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh (jaiz) disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang wajib tidak ada (muhal) pada-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulannya, meyakinkan apa yang wajib ada padanya, apa yang boleh (jaiz) dihubungkan (dinisbatkan) kepadanya, dan apa yang terlarang (muhal) menghubungkan (ada) padanya (Firdaus, 1979: 36).

Sedangkan menurut Syekh Husain Affandi Al-Jisral-Tharablusy tauhid adalah ilmu yang membahas atau membicarakan bagaimana menetapkan aqidah (agama Islam) dengan menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan (Bashori, 2010: 14). Jadi ilmu tauhid adalah pembahasan mengenai wujud, sifat-sifat Allah (wajib, jaiz maupun muhal), sifat-sifat rasul (wajib, jaiz, dan muhal) melalui metode dan dalil-dalil yang diyakini kebenarannya untuk menetapakan aqidah

(58)

40

Secara sederhana pendidikan tauhid mempunyai arti usaha sadar yang dilakukan untuk mengarahkan manusia untuk mengenal dan mencintai Allah dengan metode yang benar. Menurut Hamdani (2001: 10), pendidikan tauhid yang dimaksud adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan, membimbing akal pikiran, jiwa, kalbu dan ruh kepada pengenalan (ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah.

Pendidikan tauhid memiliki arti membimbing, mengembangkan potensi manusia (fitrah) dalam mengenal Allah supaya manusia memiliki iman dan takwa kepada Allah serta dapat meningkatkannya, sehingga nilai tersebut dapat menjiwai tumbuhnya nilai kemanusiaan yang luhur (Thoha, 1996: 62). Pendidikan tauhid merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh untuk membimbing, mengarahkan, dan mengembangkan potensi manusia (fitrah) agar mempunyai dan dapat meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT melalui pengenalan dan cinta kepada-Nya.

(59)

41

B. Isi Pendidikan Tauhid dalam kitab Sullam At-Taufiq

Pendidikan tauhid menurut Sayyid Syaikh Abdullah Bin Husain

Ba’alawi dalam kitab Sullam At-Taufiq dijelaskan dengan bahasa yang mudah untuk dipahami dan dicerna oleh semua lapisan kaum muslimin. Penerapan pendidikan tauhid di dalamnya juga mudah untuk diterapkan sesuai dengan kemampuan orang awam. Oleh karena itu,

mayoritas pondok pesantren yang bermadzhab syafi’i (salaf)

menggunakan kitab Sullam At-Taufiq dalam pembelajarannya. Karena isinya yang mencakup tiga dasar ilmu dasar (tauhid, fiqih dan akhlak tasawwuf).

Kitab Sullam At-Taufiq menguraikan tentang ketauhidan dalam tiga (3) fasal awal sebagaimana telah dijelaskan di dalam buku

Tangga Menggapai Kebenaran dan Kebahagiaan” karya Syaikh

Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi yang sudah diterjemahkan oleh Achmad Sunnarto. Fasal pertama menjelaskan tentang sifat Allah dan Rasul-Nya. Fasal kedua menjelaskan tentang hal-hal yang menyebabkan murtad. Fasal ketiga menjelaskan tentang hukum-hukum orang murtad.

1. Sifat-sifat Allah dan Rasul-Nya

Nilai-nilai pendidikan tauhid karya Sayyid Syaikh Abdullah bin

(60)

42

mengenai kewajiban bagi orang yang sudah menerima beban hukum (mukallaf). Artinya seseorang itu telah mencapai usia baligh,

maksudnya seseorang telah mencapai usia yang sudah sampai usia 15 tahun atau yang sudah pernah mimpi basah/keluar air mani (bagi orang laki-laki) dan mencapai usia 9 tahun atau sudah menstruasi (bagi perempuan); serta berakal (tidak sakit jiwa).

َي

Artinya: Wajib bagi orang mukallaf untuk masuk ke dalam agama Islam dan istiqamah (menetapinya secara terus-menerus), serta menerima ketetapan terhadap dirinya melakukan hukum-hukum yang wajib padanya (Abdullah, t.t: 3).

Orang yang telah mengetahui mana hal baik dan mana hal buruk, sehat jiwa dan akalnya, serta telah dewasa secara sayara’ harus masuk ke dalam agama Islam, jika ia masih kafir, maka masuk Islam dengan membaca syahadat. Adapun bila ia telah beragama Islam sejak lahir maka cukup membaca syahadat di dalam sholat di saat tasyahud.

Kalimah syahadat yang dimaksud sebagaimana ditulis dalam kitab Sullam At-Taufiq yaitu dua (2) kalimat syahadat (syahadat tauhid dan syahadat rasul):

ِالله ُلْوُسَر اًّدَّمَحُم َّنَأ ُدَهْشَأ َو ُالله َّلَِإ َهلِإ َلَ ْنَأ ُدَهْشَأ

Artinya: saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

ِإ َهَلِإ َلَ ْنَأ ُدَهْشَأ ىَنْعَمَو

َدْوُبْعَم َلَ ْنَأ َق دَصُتَو َنِمْؤُتَو َدِقَتْعَتَو َمَلْعَتْنَأ ُالله َّلَ

ُالله َّلَِإ ِدْوُجُوْلا ىِف ٍّقَحِب

Artinya: dan makna asyhadu an laa Ilaaha illaallaahu ialah kamu mengetahui, meyakini, mempercayai dan membenarkan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah dalam wujudnya kecuali Allah

(61)

43

Makna asyhadu an laa Ilaaha illaallaahu menurut Sayyid Syaikh

Abdullah Bin Husain Bin Thohir Ba’alawi adalah mengetahui,

meyakini, mempercayai dan membenarkan bahwa hati kamu rela mengucapkan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah dalam wujudnya dan tidak dapat diingkari keberadaannya kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak mengenal bagian atau terbagi-bagi. Dia Esa dalam Dzat-Nya, Sifat-Nya dan Af’al-Nya (Sunarto, 2012: 15).

Secara etimologi kata asyhadu berakar dari kata syahada yang bermakna musyahadah (menyaksikan), syahadah (kesaksian), dan half

(sumpah). Ketiga makna tersebut dapat dicapai dengan melibatkan hati, pikiran, lisan dan menghilangkan segala keraguan. Kata Laa Ilaaha illallahu tersusun dari beberapa kalimat, laa yang pertama disebut laa nafiyata lil jinsi, yaitu huruf nafi yang menafikan segala macam jenis. Artinya menafikan segala jenis Ilah. Kata illaa adalah huruf istitsna’ (pengecualian), yang mengecualikan Allah dari segala macam jenis Ilah yang dinafikan. Kalimat tersebut dinamakan kalimat

manfi (negatif) lawan dari kalimat mutsbat (positif). Kata illa

fungsinya meng-itsbat-kan yang manfi. Sesuai dengan kaidah bahasa arab, jika ada itsbat sesudah nafi maka memiliki faidah alhashru

(62)

44

Sesuai dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebersih-bersih tauhid merupakan suatu pondasi untuk mendorong dan menciptakan pendidikan anak pada saat lahir ke dunia (Mansur, 2011: 311). Semua orang Islam harus memiliki iman dalam hatinya. Itulah tujuan yang ingin pengarang sampaikan, dengan kutipan “Di wajibkan atas setiap

orang mukallaf untuk masuk ke dalam agama Islam”. Beliau mengajak pada jalan keselamatan yaitu Islam untuk mendapatkan cinta Allah. Inti dari syahadah tauhid atau iqrar yang pertama ini yaitu melakukan segala perbuatan dengan berpijakan untuk beribadah karena Allah semata.

Untuk menggapai cinta Allah maka seseorang diharuskan untuk mengenal-Nya lebih dalam, diantaranya dengan mengetahui sifat-sifat-Nya, baik sifat-sifat wajib, sifat jaiz, maupun sifat-sifat muhal. Sifat-sifat Allah yang disebut dalam kitab Sullam At-Taufiq yaitu:

(63)

45

tiada sesuatu yang sama dengan-Nya, Maha Mendengar, Maha Melihat, Firman-Nya qadim (dahulu)(Abdullah, tt: 3).

a. Allah Maha Esa

Allah yang satu lagi esa, tidak mengenal bagian atau terbagi-bagi.

Allah esa dalam dzat, sifat, dan af’al-Nya.

Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman untuk menegaskan bahwa Allah Maha Esa.

b. Maha awal yang tanpa permulaan, tidak ada sesuatu apapun yang mendahuluinya.

Artinya Allah adalah qadim (dahulu tanpa permulaan) dan juga azali. Karena jika Allah tidak qidam maka Dia adalah baru. Sedangkan yang baru itu adalah sesuatu yang terjadi atau ada yang sebelumnya tiada (‘adam). Segala sesuatu yang wujudnya terjadi dengan didahului tiada pasti memerlukan kepada sebab yang memberinya wujud (ada). Maka segala sesuatu yang selain-Nya adalah makhluk yang baru. Allah memiliki zatnya sendiri yang tidak tersusun oleh unsur-unsur atau zat-zat yang lain (tarkib). Artinya Allah tidak berhak untuk diukur (Abduh, 1976:66). c. Maha hidup

Firman Allah dalam al-Qur’an:

(64)

46

Artinya: dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya (QS. Al-Furqan: 58) (DEPAG, 2013: 365).

Setiap kehidupan terancam oleh kematian jika datang sebab-sebabnya. Namun Yang Maha Hidup tidak akan bisa terpengaruhi oleh sebab-sebab itu. Dialah yang hidup abadi dan tidak mati (Az-Zindani, 2000: 38).

d. Maha berdikari. Allah tidak membutuhkan kepada yang lain, sedangkan segala sesuatu membutuhkan-Nya dan bergantung kepada-Nya.

e. Maha kekal, Allah tak akan musnah sesudah semua makhluk musnah, karena semua makhluk yang hidup pasti akan mati. Firman Allah dalam al-Qur’an:

Ar-Rahman: 26-27) (DEPAG, 2013: 532).

f. Maha Langgeng (tetap), artinya bahwa Allah tak berubah dari waktu ke waktu, baik dalam dzat maupun sifat-Nya.

(65)

47

h. Maha Pemberi Rizki. Allah membagi rizki bagi segala yang hidup sampai yang mati, berupa rizki lahir maupun batin, seperti contoh pengetahuan, tempat, pakaian, kekuatan dan lain sebagainya. i. Maha Mengetahui. Allah mengetahui segala sesuatu yang sudah

tercipta maupun yang belum tercipta, karena ilmu Allah tanpa batas.

j. Maha Kuasa. Allah maha kuasa atas segala sesuatu yang keagungan-Nya tak terbatas.

k. Maha berkehendak. Apa yang Dia inginkan pasti terjadi, apa yang tidak Dia inginkan tidak akan terjadi. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

l. Tidak ada sesuatu apapun yang menyamai-Nya dalam dzat, sifat, maupun af’al(perbuatan).

m. Maha Mendengar. Salah satu asma Allah dari 99 asmaul husna -Nya ialah as-Sami’. Allah maha mendengar segala suara (Chirzin, 2015:49).

n. Maha Melihat. Allah Maha Melihat apa-apa yang lahir maupun yang batin, yang tersimpan maupun yang tampak jelas, dan yang terlihat jelas maupun yang terhalang.

o. Kalam. Sifat Kalamnya Allah itu bersifat qadim sama seperti sifat-sifat yang lain.

(66)

48

buruk. Allah Maha Suci dari apa saja yang diucapkan oleh orang-orang dholim. Seperti orang-orang Yahudi yang mengatakan bahwa Uzair anak Tuhan. Sedangkan orang Nasrani mengatakan Isa anak Tuhan, karena Nabi Isa dilahirkan tanpa bapak.

Selain beriman kepada Allah dengan segala sifat-sifat-Nya, seorang muslim juga wajib beriman kepada malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rasulu-rasul Allah serta meyakini bahwa Rasulullah saw adalah penutup para Nabi dan pemimpin seluruh manusia, iman kepada takdir Allah baik dan takdir buruk semua dari Allah, dan iman kepada hari akhir. Demikian itu yang kita ketahui sebagai sistematika

arkanul iman (rukun-rukun iman) (Ilyas, 1992: 6).

ْؤُتَو َق دَصُتَو َدِقَتْعَتَو َمَلْعَت ْنَأ ِالله ُلْوُسَر اًّدَّمَحُم َّنَأ ُدَهْشَأ ىَنْعَمَو

َّنَأ َنِم

ِفاَنَم ِدْبَع ِنْب ِمِشاَه ِنْب ِب لَطُملا ِدْبَع ِنْبا ِالله ِدْبِع ِنْب َدَّمَحُم اَنَّيِبَنَو اَنَد يَس

قِداَص ِقْلَخْلا ِعْيِمَج ىَلِإ ُهُلْوُسَرَو ِالله ُدْبَع َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله ىَّلَص يِشاَرُقْلا

ِب َرَبْخَأ اَم ِعْيِمَج ْيِف

ِه

Artinya: Adapun makna asyhadu anna muhammadan rasulullahi adalah kamu mengetahui, meyakini, membenarkan dan mempercayai bahwa Tuan dan nabi kita Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdu Manaf yang bersuku Quraisy adalah hamba Allah dan utusan-Nya ke seluruh makhluk merupakan orang yang benar dan jujur terhadap apa saja yang disampaikannya.

Menurut Sayyid Syaikh Abdullah bin Husain bin Thahir makna

asyhadu anna muhammadan rasulullahi adalah mengetahui,

(67)

bukti-49

bukti yang kuat dan dalil-dalil qath’i yang menunjukkan kebenaran risalah mereka yang sehingga manusia tidak mendustakan mereka (Murtadho, 2006: 67). Allah swt. berfirman:

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata (QS. Al-Hadid: 25) (DEPAG, 2013: 541).

Segala sesuatu yang dibawa oleh Nabi sebagai utusan Allah untuk menyampaikan risalah Allah kepada seluruh makhluk, bahkan kepada diri Nabi saw. Nabi merupakan orang yang benar dan jujur terhadap apa yang disampaikannya, baik berupa hukum-hukum dan perkara-perkara yang ghaib, dan kita wajib beriman semua perkataan-perkataan Nabi. Barang siapa yang mengingkarinya maka dia kufur. Para rasul memiliki sifat-sifat utama dibanding manusia biasa lainnya, yaitu:

a. Benar (shidiq). Para rasul selalu benar dalam perkataan dan perbuatannya. Maka manusia hendaklah mengikuti, membenarkan dan meneladani tutur kata, perbuatan dan sikap hidupnya.

b. Dapat dipercaya (amanah). Rasul sama sekali tidak pernah menghianati amanat yang dipikulnya dari Allah swt.

c. Menyampaikan (tabligh). Rasul diutus untuk menyampaikan segala ajaran islam Allah untuk disampaikan kepada umatnya. d. Cerdik (fathanah). Para rasul memiliki kemampuan berfikir di

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang hendak diselesaikan melalui kegiatan penelitian ini adalah apakah pembelajaran dengan aplikasi media CD Interaktif MIYAKU dapat meningkatkan minat siswa kelas III

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1). Berdirinya Kota Timika berawal pada saat PT. Freeport Indonesia mulai didirikan oleh Freeport Sulphur Company pada tahun 1960-an

Sekolah merupakan salah satu dari banyak mata rantai pendidikan sehingga banyak peserta didik yang disekolah umum akan tetapi mengenakan busana muslim tidak hanya

Pengujian dilakukan dengan menghubungkan mikrokontroler slave dengan rotary encoder dan komputer melalui UART.Pengukuran kecepatan motor yang sebenarnya menggunakan

Sebagai salah satu contoh sinkretisme yang diyakini dapat dilihat saat pelaksanaan upacara ritual Ider Bumi yaitu pelaksanaannya tepat pada hari raya Idul Fitri yang

Amplifier Gitar Wireless dengan OCL adalah suatu alat yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang menggunakan media udara sebagai pentransmisian sinyal diantara

dilakukan kajian yang lebih memfokuskan pada “ Pengaruh Promosi, Kualitas Layanan, dan Citra Produk Terhadap Loyalitas Konsumen PT. CIMB Niaga Auto Finance cabang

Variabel ukuran perusahaan secara berpengaruh terhadap luas pengungkapan, semakin besar suatu ukuran perusahaan maka semakin besar pula modal yang ditanamnya pada