• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN CD INTERAKTIF MIYAKU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA JAWA POKOK BAHASAN WAYANG KULIT PADA SISWA KELAS III SD KANISIUS GAMPING SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 20112012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN CD INTERAKTIF MIYAKU SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA JAWA POKOK BAHASAN WAYANG KULIT PADA SISWA KELAS III SD KANISIUS GAMPING SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 20112012"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN CD INTERAKTIF MIYAKU SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT

TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA JAWA POKOK

BAHASAN WAYANG KULIT PADA SISWA KELAS III SD

KANISIUS GAMPING SEMESTER GANJIL TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : Fialistiana

081134237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENERAPAN CD INTERAKTIF MIYAKU SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT

TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA JAWA POKOK

BAHASAN WAYANG KULIT PADA SISWA KELAS III SD

KANISIUS GAMPING SEMESTER GANJIL TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : Fialistiana

081134237

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Dengan rendah hati makalah sederhana ini

kupersembahkan untuk :

™

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalui menyertaiku dengan

Roh Kudus-Nya dalam setiap perjalanan hidupku dan membuat segala

sesuatu menjadi indah dan mungkin dalam setiap perjalanan ini.

™

Orang tuaku tercinta R. Bambang Untung dan Widayati, terima kasih

atas doa, dukungan, dan motivasi dari mamah-papah selama ini.

™

Adikku tersayang Encik yang telah memberikan semangat dan motivasi.

™

Mas Agus honey cinta yang selalu memberikan cinta, motivasi,

semangat, serta doa tiada henti.

™

Rm. Alb Hartana, SJ atas motivasi serta dukungan yang telah diberikan

kepada penulis

™

Teman-temanku terkasih di SD Kanisius Gamping, terkhusus Bu Vino

yang selalu memberiku dorongan serta semangat untuk segera

menyelesaikan skripsi ini dan kepada Bu Yuni terimakasih atas

pengertian serta bantuan yang selama ini telah diberikan.

(6)

MOTTO

CAUSE I’VE DO MY VERY BEST, I PUT MY SPIRIT TO THE TEST

Se ra hk a n se ga la k e k ha w a t ira nm u k e pa da -N ya se ba b I a ya ng m e m e liha ra k a m u (1 Pe t rus 5 :7 )

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan kamu akan menerimananya (Matius 21:22)

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Desember 2011 Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas sanata Dharma:

Nama : Fialistiana

Nomor Mahasiswa : 081134237

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN CD INTERAKTIF MIYAKU SEBAGAI MEDIA

PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT

TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA JAWA POKOK

BAHASAN WAYANG KULIT PADA SISWA KELAS III SD

KANISIUS GAMPING SEMESTER GANJIL TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Dengan demikian saya memberikan kepeda Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 20 Desemberi 2011 Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Fialistiana. 2011. Penerapan CD Interaktif MIYAKU Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Jawa Pokok Bahasan Wayang Kulit Pada Siswa Kelas III SD Kanisius Gamping Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012

Masalah yang hendak diselesaikan melalui kegiatan penelitian ini adalah apakah pembelajaran dengan aplikasi media CD Interaktif MIYAKU dapat meningkatkan minat siswa kelas III SD Kanisisus Gamping pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 terhadap mata pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit?

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), banyaknya siklus pada penelitian ini adalah dua siklus yang pada masing-masing siklus terdapat dua tindakan dengan menggunakan media CD Interaktif “MIYAKU”. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Gamping Yogyakarta semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa angket minat yang dibuat oleh peneliti berdasarkan kisi-kisi yang tealah dikonsultasikan dengan ahlinya (expert judgement). Uji validitas instrument menggunakan jenis validitas isi (content validity). Analis data dilakukan dengan cara membandingkan skor tiap-tiap siswa dengan mean skor seluruh siswa. Siswa yang dikatakan mempunyai minat tinggi adalah siswa yang mempunyai skor angket diatas rata-rata kelas.

(10)

ABSTRACT

Fialistiana. 2011. The Using Of An Interactive MIYAKU CD As A Learning Media To Increases The Interesting Of Javanese Lesson In The Leather Puppet As A Major Topic Of Basic Study Of Students Clas III In SD Kanisius Gamping Of The Odd Semester Of Acadermic Year 2011/2012.

The problem that will be finished by this research whether the learning uses the interactive MIYAKU CD can increase the students interest of class III in SD Kanisius Gamping of the odd semester of academic year of 2011/2012 in the Javanese lesson of the leather puppet as a major topic ?

This research is a Class Action Research. There are two cycles in this research. There are two action in each cycles by using Interactive “MIYAKU” CD as media. The subject of this research is the students class III in SD Kanisius Gamping Yogyakarta of the odd semester of academic year of 2011/2012. The collecting data of this research is the interest questionnaire made by the researcher based on grills that are consulted by the expert (expert judgement). The instrument validity test uses the content validity. The data analyze by comparing students score and the total of students mean score. The student have the high interest if they have the questionnaire score on the average class.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan CD Interaktif MIYAKU Sebagai Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Minat Terhadap Mata Pelajaran Bahasa Jawa Pokok Bahasan Wayang Kulit Pada Siswa Kelas III SD Kanisius Gamping Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012”. Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan mahasiswa S1 PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan makalah tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Puji Purnomo M. Si, selaku ketua program studi PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. YB. Adimassana M. A, selaku dosen pembimbing pertama tugas akhir yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulisan makalah ini.

4. Bapak Drs. J. Sumedi selaku dosen penguji kami.

5. Bapak Drs. Paulus Wahana, M. Hum.selaku dosen penguji kami.

6. Rm. Albertus Hartana SJ atas motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

7. Ibu Ratna Wulandari A. Ma. Pd, selaku wali kelas III SD Kanisius Gamping. 8. Guru-guru SD Kanisius Gamping yang telah membantu pelaksanaan

penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar.

9. Siswa-siswi kelas III SD Kanisius Gamping tahun pelajaran 2011/2012. 10.Dosen PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakata yang dengan sabar telah

(12)

11.Karyawan sekertariat PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah dengan ramah melayani penulis.

12.Karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah melayani peminjaman buku, sehingga penulisan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.

13.Keluarga serta kekasihku tercinta yang selalu mendukungku dengan doa dan restunya.

14.Teman-teman PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2008 yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaan dan jalinan persaudaraan yang terajut selama ini.

15.Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini sangat diharapkan penulis.

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Batasan Pengertian ... 4

E. Pemecahan Masalah ... 5

F. Tujuan Penelitian ... 5

(14)

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Mata Pelajaran Bahasa Jawa………. 9

B. Minat... 23

C. Teori Perkembangan Anak dan Pendidikan di Sekolah ……. 36

D. Media … ... 39

E. Cd Interaktif MIYAKU ………. 43

F. Keterkaitan antara Minat Belajar dan Cd Interaktif MIYAKU……… 43

G. Hiptesis Tindakan ... 48

BAB III METODOLOGI ... 49

A. Jenis Penelitian ... 49

B. Setting Penelitian ... 49

C. Desain Penelitian ... 50

D. Rencana Penelitian ... 52

E. Pengumpulan Data... 57

BAB IV TABULASI DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 63

A. Keadaan Awal ... 63

B. Pertemuan Pertama Siklus 1 ... 65

C. Pertemuan Kedua Siklus 1 ... 70

D. Pertemuan Pertama Siklus 2 ... 75

E. Pertemuan Kedua Siklus 2 ... 80

(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alur Model Penelitian Tindakan Kelas ... 50

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat ... 59

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Kondisi Awal ... 60

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Siklus 1 ... 61

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Siklus 2 ... 62

Tabel 3.6 Target Keberhasilan Peneliti ... 62

Tabel 4.1 Hasil Skor Angket Kondisi Awal ... 64

Tabel 4.2 Hasil Skor Angket Pertemuan Pertama Siklus 1 ... 67

Tabel 4.3 Hasil Skor Angket Pertemuan Kedua Siklus 1 ... 72

Tabel 4.4 Hasil Skor Angket Pertemuan Pertama Siklus 2 ... 77

Tabel 4.5 Hasil Skor Angket Pertemuan Kedua Siklus 2 ... 82

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus 1

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta kuncinya Pertemuan Pertama Siklus 1

Lampiran 4 Angket Untuk Mengukur Minat Siswa Lampiran 5 Silabus

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua

Siklus 1

Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta kuncinya Pertemuan Kedua Siklus 1

Lampiran 8 Angket Untuk mengukur Minat Siswa Lampiran 9 Silabus

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Pertama Siklus 2

Lampiran 11 Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta kuncinya Pertemuan Pertama Siklus 2

Lampiran 12 Angket Untuk Mengukur Minat Siswa Lampiran 13 Silabus

Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Kedua

Siklus 2

Lampiran 15 Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta kuncinya Pertemuan Kedua

Siklus 2

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Khazanah seni dan budaya Bangsa Indonesia sangatlah beraneka ragam. Ada berbagai macam adat istiadat dan seni budaya di seluruh penjuru nusantara. Semua itu merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Dapat diambil sebagai contoh : seni tari, seni bangunan, seni kuliner, pakaian adat, dan bahkan juga permainan dan olah raga tradisional. Di antara sekian banyak seni budaya itu, ada budaya wayang yang tetap bertahan dari masa ke masa.

Pada masa lalu seni wayang pernah mengalami kejayaan hingga terus dikembangkan menjadi berbagai jenis wayang seperti: wayang purwa pada zaman Kediri, wayang beber pada zaman Majapahit, hingga wayang kulit

pada zaman Demak. Selain pada bentuk fisik, perkembangan wayang juga terjadi pada sektor kisah dan pesan moral yang dibawa. Hal itu membuat wayang kulit mencapai tingkat pencapaian kualitas seni yang demikian tinggi.

Karena itulah Wayang sebagai warisan budaya yang adiluhung, pada tanggal 07 Nopember 2003 lalu telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humaniora (Kompas, 17

(19)

sebagai contoh Laurie Sears, seorang dosen dari Amerika Serikat mengatakan bahwa wayang adalah a world of haunting beauty (wayang menyajikan seni keindahan / estetika yang menakjubkan). Peneliti Amerika James R. Brandon (1967) dalam bukunya Theatre in Southeast Asia, berkomentar bahwa wayang kulit purwa “not comic nor tragic but marvelous”. Atau Prof. Frans Magnis Suseno, seorang dosen filsafat asal Jerman yang telah menjadi warga Negara Indonesia dan mengaku jatuh cinta pada wayang kulit dan telah menulis beberapa buku tentang wayang.

Kemudian dari hasil pengamatan awal saat kami membawakan materi wayang kulit kepada siswa kelas III Sekolah Dasar Kanisius Gamping semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 terdapat perilaku siswa di kelas sebagai berikut :

1. Siswa kelas III SD Kanisius Gamping berjumlah 26 ( dua puluh enam ) orang, yang terdiri dari 12 ( dua belas ) siswa laki – laki dan 16 ( enam belas ) siswa perempuan.

2. Materi wayang kulit, bagi siswa kelas III SD Kanisius Gamping bukanlah materi yang menyenangkan. Pada umumnya siswa terlihat bosan pada materi pelajaran wayang kulit.

(20)

4. Siswa kelas III SD Kanisius Gamping hanya mengetahui serba sedikit mengenai wayang kulit ( nama tokoh, kepribadian dan watak tokoh, senjata yang dimilki tokoh, riwayat hidup tokoh)

Sebagai jalan keluar untuk menumbuhkan minat siswa kelas III SD Kanisius pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 pada materi wayang kulit maka peneliti mencoba menggunakan media CD Interaktif Miyaku. Media CD Interaktif memiliki kelebihan sebagai sarana penyampaian materi daripada melalui media cetak ataupun penyampaian langsung / konvensional oleh guru. (Pembelajaran virtual: Perpaduan Indonesia-Malaysia, hal. 37 s.d. 42).

B. Perumusan Masalah

Masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah Apakah penerapan CD Interaktif MIYAKU dapat meningkatkan minat siswa kelas III SD Kanisisus Gamping pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 terhadap mata pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit?

C. Batasan Masalah

(21)

D. Batasan Pengertian

Dalam proposal ini yang dimaksud dengan :

1. Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih (Hurlock 1993). 2. Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

merangsang siswa untuk belajar ( Brigs dalam Sadiman, 2002 : 6 ).

3. CD Interaktif MIYAKU adalah sebuah compact disc (cakram padat) mengenai program pembelajaran tentang wayang kulit yang berisi berbagai informasi dan gambar tokoh wayang kulit disertai permainan (games) tentang wayang kulit.

4. Wayang kulit adalah gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus, seng, mungkin kaca gelas ( fiber glass ) yang melambangkan watak manusia.

(22)

pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (f) menghargai dan membanggakan sastra Jawa sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia

E. Pemecahan Masalah

Masalah ini akan diselesaikan dengan penerapan media CD interaktif MIYAKU dalam pembelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan CD Interaktif MIYAKU dapat meningkatkan minat siswa kelas III SD Kanisius Gamping semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012

G. Kegunaan

Manfaat yang akan diperoleh oleh anak-anak setelah kegiatan Penelitian selesai adalah :

1. Manfaat bagi anak-anak :

(23)

b. Anak-anak memiliki media yang praktis untuk mendapatkan berbagai informasi tentang wayang kulit. Informasi mengenai kisah hidup tokoh wayang tertentu, tampilan wayang tertentu, ataupun suatu kisah tertentu akan dapat diperoleh dengan mudah hanya dengan menekan beberapa tombol ataupun menekan tombol mouse ;

c. Anak-anak memiliki media untuk mengenal wayang dengan bahasa yang akrab di telinga mereka. Bila diinginkan, bahasa asli wayang (bahasa Jawa) juga dapat diperdengarkan, tetapi hal itu bersifat optional. Bahasa pengantarnya tetaplah bahasa Indonesia yang gaul

dan ramah serta akrab di telinga anak-anak.

d. Anak-anak memiliki media yang mudah dan murah untuk mengenal wayang sehingga dapat terjangkau oleh sekolah-sekolah guna memperkenalkan wayang kulit kepada anak-anak.

2. Manfaat bagi para guru :

(24)

b. Guru memiliki media yang lebih menarik untuk memperkenalkan wayang kulit sehingga memudahkan menumbuhkan minat siswa terhadap wayang kulit. Siswa SD umumnya menyukai film, games, dan senang mencoba-coba memainkan program komputer. Pembelajaran wayang kulit yang dikemas dalam bentuk CD Interaktif akan sangat menarik bagi siswa SD, sehingga guru tidak perlu berusaha keras dalam menumbuhkan minat siswa mempelajari wayang kulit.

c. Guru memiliki media yang lebih praktis dalam menyampaikan hal-hal mengenai wayang kulit. Berbagai jenis bentuk wayang kulit beserta karakter suara, kisah masing-masing tokoh, cerita lakon tertentu, bahkan cuplikan film pementasan wayang kulit dapat ditampilkan dengan mudah pada layar komputer (yang dapat juga dihubungkan ke perangkat infocus).

d. Guru dimudahkan dalam tugasnya untuk melestarikan budaya lokal, khususnya budaya wayang kulit.

3. Manfaat bagi orang tua :

(25)

menginspirasi siswa untuk juga berlaku sopan santun dalam kehidupannya.

b. Orang tua terbantu dalam melestarikan adat istiadat dan budaya local kepada generasi penerus.

4. Manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan Negara:

a. Masyarakat, bangsa, dan Negara terbantu dalam membentuk kepribadian bangsa yang beradab.

(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Mata Pelajaran Bahasa Jawa

Masyarakat Jawa memiliki bahasa Jawa sebagai salah satu ciri khas kearifan lokal (local wisdom) dan sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat Jawa. Bahasa Jawa sarat nilai-nilai tata krama yang memberikan sumbangan terhadap pembentukan pribadi bangsa. Bahasa Jawa telah berusia lebih dari 1.025 th jika dihitung dari prasasti Sukabumi, 25 Maret 804 (Teuw,1983). Bahkan hampir 2000 th bila dihitung dari 1 Sakaatau 78 Masehi (Hamengku Buwono X, 2001). Hingga saat ini bahasa Jawa masih dipakai 63 juta penutur.

(27)

masalah, dan (5) sarana pemahaman budaya Jawa melalui kesusteraan Jawa.

Sedangkan tujuan mata pelajaran bahasa Jawa sebagai muatan lokal supaya peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut; (a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan unggah-ungguh yang berlaku baik secara lisan maupun tulis, (b) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana berkomunikasi dan sebagai lambang kebanggaan serta identitas daerah (c) memahami bahasa Jawa dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan (d) menggunakan bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (e) menikmati dan memanfaatkan karya sastra dan budaya Jawa untuk memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (f) menghargai dan membanggakan sastra Jawa sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia

Ruang lingkup mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa mencakup komponen kemampuan berbahasa, kemampuan bersastra, kemampuan berbudaya yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

(28)

Indonesia I 1997:29). Saat itu nenek moyang Bangsa Indonesia masih menganut animisme dan dinamisme, dalam alam kepercayaan tersebut roh nenek moyang masih dianggap hidup dan mampu memberikan pertolongan. Dengan segala macam cara orang berusaha untuk menahan roh agar dapat tinggal di alam fana. Cara-cara yang ditempuh adalah (Bastomi 1992) :

a. Menyediakan tempat khusus, yaitu di dalam rumah tinggal keluarga atau lingkungan sekitar yang dianggap gaib, misalnya di sendang, batu besar, pohon besar, atau kuburan ;

b. Menyediakan waktu khusus untuk berkomunikasi, misalnya pada waktu malam-malam tertentu ketika roh sedang mengembara ;

c. Melalui media orang yang sakti, yaitu orang-orang yang mampu berhubungan dengan hal yang dianggap gaib. Misalnya pimpinan desa, syaman, atau dukun.

Roh nenek moyang ini, yang disebut “hyang” atau “eyang” atau “yang” dalam bahasa sansekerta, dapat dimintai pertolongan lewat media

(29)

Dalam perkembangannya wayang bersentuhan dengan unsur-unsur lain dan terus berkembang. Pertunjukan roh nenek moyang itu kemudian dikembangkan dengan cerita yang lebih berbobot yang diambil dari Kitab Ramayana dan Mahabarata. Selama abad X hingga XV yang termasuk zaman Hindu, wayang dikembangkan dalam rangka ritual agama dan

pendidikan kepada masyarakat. Berbagai lakon cerita tentang wayang telah mulai ditulis. Karya sastra wayang mencapai puncaknya pada masa kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit.

Pada masa kerajaan Kediri (tahun 800 Masehi) Bahasa Jawa mengalami perkembangan yang pesat karena pengaruh bahasa Sanskerta. Sang Prabu Jayabaya yang bertakhta pada tahun 839 dengan Caka “Arum Gandaning Brahmana” mengarang Pustaka Raja Purwa. Bab 8 pada buku

tersebut berjudul Serat Mahadarma, berisi cerita tentang riwayat nenek moyang dari tahun 701-800 caka. Serat Mahadarma ditulis pada daun rontal yang dilengkapi dengan gambar-gambar. Bentuk gambar meniru relief Candi Penataran yang memuat cerita Ramayana. Pada saat itulah lahir wayang Purwa.

(30)

Arjuna bertapa di Gunung Indrakila sampai diangkat menjadi raja di Suralaya. Cerita ini disebut sebagai lakon Arjuna Wiwaha atau Mintaraga.

Serat Mahadarma yang berupa cerita bergambar itu direntangkan pada tali menurut urutan sejarahnya. Untuk menyimpannya dimasukkan ke dalam peti kecil berukir. Pada hari ulang tahun Sang Prabu, wayang tersebut diperlihatkan kepada sanak keluarga dan isinya diceritakan sendiri oleh Sang Prabu. Pada saat itu Sang Prabu bertindak sebagai dalang yang menuturkan kisah pada wayang yang dikeramatkan.

Seiring berjalannya waktu, gambar pada daun rontal dirasa oleh Sang Prabu ukurannya terlalu kecil. Kemudian Sang Prabu memerintahkan memperbesar gambar pada sehelai kulit sapi.Kulit sapi tersebut dibersihkan bulunya kemudian dipotong kecil-kecil berukuran 30 x 40 cm. Tiap lembaran gambar diukir tembus, dan sisa kulit sekeliling gambar dihilangkan. Tiap tiap gambar diberi pegangan dari bambu. Setelah berjumlah 50 lembar diberi nama Wayang Purwa dengan Caka “Candraning Wayang Wolu” (tahun 861 Caka). Disebut wayang purwa

karena ceritanya diambil dari serat Pustaka Raja Purwa. Sedangkan bentuk-bentuk gambar mencontoh relief Candi Penataran di Jawa Timur. Purwa juga berarti Timur. sehingga dapat disimpulkan bahwa wayang purwa adalah ciptaan Sang Prabu Jayabaya dari Negeri Mamenang, Kediri, Jawa Timur.

(31)

kidung. Wayang yang sedang diceritakan dipegang dan ditempelkan pada layar putih dan disorot lampu, sehingga dari belakang layar tampak bayangannya. Bayangan itulah yang dilihat oleh sanak keluarga dan kaum kerabat raja serta para abdi dalem. Dengan demikian yang dilihat adalah gerak-gerak bayangan gambar wayang. Pada zaman itu belum ada “sabet”, yaitu gerak-gerak tokoh wayang, karena tangan-tangan para

tokoh masih menjadi satu dengan badannya. Sejak itu wayang purwa berkembang menjadi tontonan rakyat hingga zaman kerajaan Singasari.

Pada zaman Majapahit (tahun 1166 Caka) wayang purwa hanya digemari oleh orang-orang desa. Prabu Brawijaya lebih suka pada wayang beber, yaitu wayang yang digambarkan pada sehelai kertas daruwang pranaraga. Satu lembar kertas memuat beberapa tokoh dalam satu cerita. Gambar wayang telah berwarna. Tiap lembar wayang digulung dan disimpan. Jika akan diceritakan kembali gulungan kertas “dibeber” (dibentangkan), sehabis diceritakan kemudian digulung kembali.

(32)

a. Bentuk-bentuk tokoh wayang yang semula mendekati naturalis diubah bentuknya menjadi bentuk simbolis-artistis, karena dalam agama Islam tidak diperbolehkan adanya penggambaran tokoh secara naturalis. (Widya Dharma Nol. 16, Oktober 2005:78). Dalam penggambaran yang baru ini, bentuk wayang menjadi imajinatif dalam arti tidak seperti bentuk manusia. Seluruh anggota badan lengkap dan fungsional tetapi tidak proporsional. Walaupun tidak proporsional akan tetapi Sangat serasi, sehingga menimbulkan kesan yang indah sekali (Ensiklopedi wayang Indonesia I 1997:25).

b.Penegasan waktu pertunjukan wayang yang ditetapkan pada malam hari mulai bakda isya' hingga menjelang subuh (7-8 jam). Hal ini didasari karena seni wayang dilandasi oleh nilai-nilai agama sejak zaman Hindu hingga Islam, maka pertunjukan wayang menjadi sangat kental nuansa religiusnya. Waktu pertunjukan dimaksud secara religius merupakan saat yang tepat untuk mendekatkan diri pada Tuhan, berbicara dan memikirkan hal-hal yang baik seraya memohon ridho Allah (Ensiklopedi wayang Indonesia I 1997:25).

Peristiwa lahirnya wayang purwa kulit di demak ditandai dengan

Caka “Sirna Suci Caturing Wong” (tahun 1440 Caka). Menurut

(33)

(mencipta). Wayang ciptaan sunan Giri adalah Sang Hyang Girinata artinya Sunan Giri yang menata atau yang mengatur. Sang Hyang Girinata juga disebut Pramesti Guru dengan Caka “Dewa Dadi Ngecis Bumi” (tahun 1541 Caka).

Demikianlah, wayang kulit purwa pada zaman Demak oleh para Wali dan pujangga Jawa direkayasa dan dibesut sedemikian rupa sehingga selain merupakan sarana hiburan yang menarik juga mampu dipakai sebagai sarana komunikasi massa dan dakwah agama Islam. Nilai-nilai wayang semakin diperkaya lagi dengan nilai-nilai yang bersumber dari Agama Islam. Demikian cermatnya para Wali dan pujangga Jawa saat itu dalam mengembangkan budaya wayang dan seni pedalangan sehingga seni budaya ini menjadi bernuansa Islami dan dapat selaras dengan perkembangan masyarakat pada masa itu.

(34)

seperti sekarang ini yang menjadi lengkap sekali (berjumlah antara 200-300 tokoh). Meskipun bersumber cerita dari kisah Mahabarata dan Ramayana yang notabene berasal dari India, tetapi telah banyak tokoh yang diciptakan oleh seniman Indonesia yang makin memperkaya dan memperjelas identitas keindonesiaannya. Dapat diambil sebagai contoh tokoh punakawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong dll.) yang tidak ditemukan dalam kisah Mahabarata di India, atau tokoh Antareja, Antasena, Wisanggeni, Gandamana, dll.

Selanjutnya secara teknis kriya (seni pembuatan wayang), juga telah terjadi perkembangan yang luar biasa. Boneka wayang kulit yang terbuat dari kulit binatang (umumnya kulit kerbau atau sapi) pada perkembangan terakhir telah ditatah halus dengan model tatah “krawangan” atau tatah tembus. Tatah trawangan ini dimaksudkan agar bila disorot dengan lampu wayang dapat menerawang. Tatahan tersebut diperindah dengan sunggingan, yaitu pewarnaan dengan cat dan “prada” warna emas.

(35)

bentuk tiap-tiap tokoh sangat sesuai dengan perwatakan yang digambarkan.

Tatahan kria wayang kulit disebut gempuran, artinya tatahan tembus untuk semua bagian badan mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut beserta seluruh pakaiannya. Hal ini dimaksudkan agar ketika diwayangkan dapat menghasilkan bayangan penuh pada layar putih, sehingga seluruh bentuk tokoh wayang terbayang jelas. Selain daripada itu, tatahan gempuran akan membuat wayang menjadi lebih indah.

Mengenai pewarnaan / sunggingannya, digunakan warna-warna hitam, putih, coklat, biru, kuning, emas, dan hijau. Warna-warna itu disunggingkan dengan tatanan warna nuansa / gradasi. Wayang dibuat bertangan panjang sebagai usaha distorsi dan untuk memudahkan ketika memainkan, karena hanya tangan yang dapat digerakkan secara leluasa. Pakaian dan perhiasan pada tokoh wayang dimaksudkan untuk mendukung dan menguatkan perwatakan dari tokoh yang disimbolkan.

(36)

1. Nilai Falsafah Dalam Kisah Wayang

Bahwa wayang dapat bertahan sekian lama salah satunya adalah karena kandungan nilai falsafahnya. Wayang tidak hanya tampil sebagai sarana hiburan (tontonan) semata, tetapi juga memiliki nilai budaya yang merupakan acuan moral luhur (tuntunan) menuju terwujudnya akhlaqul karimah. Wayang yang telah tumbuh dan berkembang sejak lama itu ternyata berhasil menyerap berbagai nilai keutamaan hidup yang terus dapat dilestarikan dalam berbagai pertunjukan wayang. Dalam setiap kisahnya selalu saja ada nilai budaya yang hendak dilestarikan. 2. Penyebab Wayang Kalah Menarik Dibanding Hiburan Modern

Bahwa saat ini pertunjukan wayang kulit tidak dapat bersaing dengan hiburan modern sebagai pemberi tontonan dan tuntunan, Menurut YB. Adimassana (Pelestarian Wayang Lewat Format Pendidikan Formal, Widya Dharma, Majalah Ilmiah Kependidikan, Vo. 16, No. 1, Oktober 2006) dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya diantaranya adalah :

(37)

begitu bergegas. Belum banyak orang yang bekerja dengan dikejar deadline. Lain halnya dengan zaman sekarang, dimana kehidupan

sudah semakin sibuk, waktu digunakan dengan sangat berhemat. Menikmati hiburan hingga semalam suntuk adalah hal yang kurang masuk akal pada saat ini ;

b. Pertunjukan wayang memerlukan biaya yang mahal dan kerepotan yang tinggi (tidak praktis). Dalam pertunjukan wayang, selain dalang yang menyampaikan jalan cerita dan menggerakkan wayang kulit, ada pula peran pengiring yaitu sinden (penyanyi) dan waranggono (pemain musik) yang secara bersama-sama menyuguhkan sebuah hiburan. Kerepotan dialami diantaranya dari persiapan penampilan agar kerja sama dalang dengan pengiring dapat berjalan rapi, persiapan panggung / tempat pementasan, persiapan kostum bagi dalang dan pengiring, berbagai ritual yang harus dijalani agar pementasan berlangsung lancar, dan lain-lain. Segala kerepotan itu pada akhirnya bermuara pada tingginya biaya pementasan wayang kulit.

(38)

menggunakan Bahasa Jawa dan Kawi (yang merupakan bahasa yang digunakan dalam pementasan wayang). Maka menjadi tidak mengherankan bahwa generasi muda dan anak-anak sekarang semakin kurang mengerti dengan pementasan wayang kulit

d. Semakin berperannya agama dan sekolah sebagai pendidik nilai-nilai bagi anak-anak membuat peran pertunjukan wayang kulit sebagai penyaji “tuntunan” (nilai-nilai) makin tergusur dan kurang dinikmati;

e. Dapat ditambahkan pula bahwa materi (misalnya ceritanya, nama-nama tokohnya, kegiatannya, tampilan tokohnya) yang disampaikan dalam wayang adalah materi yang cenderung serius, kuno, dan kurang bisa mengikuti arus model yang sedang populer untuk ukuran anak muda pada saat ini. Kita tidak akan pernah bisa menemukan tokoh Arjuna bermain basket dalam kisah Mahabarata. Atau tokoh Parikesit berulah cerdik-konyol seperti Crayon Sinchan. Atau Tokoh Gatotkaca memainkan musik heavy metal setelah keluar dari Kawah Chandradimuka.

Sedangkan faktor eksternalnya adalah membanjirnya produk hiburan asing yang tampil lebih menarik, lebih up to date, dan lebih bisa menyesuaikan diri dengan irama hidup manusia zaman sekarang.

(39)

kandungan nilai-nilai moral dan estetika klasik, wayang kalah di bidang :

1. kepraktisan (baik dalam cara penyampaian maupun durasi waktu),

2. keakraban bahasa penyampaian,

3. harga pementasan (harga yang harus dikeluarkan untuk menikmati pertunjukan wayang cukup mahal), dan

4. materinya yang kalah populer (dalam bahasa yang umum digunakan dalam keseharian: kurang gaul).

Keempat hal tersebut di atas membuat mempelajari / menikmati wayang menjadi hal yang tidak menyenangkan bagi anak-anak. Mereka lebih senang menikmati Naruto, bahkan mempelajari Naruto (misalnya menghafal jurus-jurusnya, mencari tahu senjata rahasianya, meneliti siapa musuh Naruto yang paling menakutkan, dan lain-lain) karena bagi mereka Naruto itu terasa menyenangkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Dave V. Jones (2007) dalam ”Menggabungkan Teknologi dan Pengajaran” yang menyebutkan : jika sesuatu menyenangkan, kita ingin melakukannya lagi dan lagi. Anak-anak

belajar permainan baru yang mereka senangi dengan sangat tekun.

(40)

B. Minat

1. Pengertian Minat

(41)

dalam diri seseorang. Garner ( Omrod 2003 ) menjelaskan pula bahwa seseorang memiliki minat kepada apa yang dipelajari maka akan mengingatnya kembali dalam waktu yang lama dan menggunakannya kembali sebagai sebuah dasar untuk pembelajaran yang akan datang. Sedangkan menurut Slameto (1995 : 181) Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal oleh aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Dengan kata lain semakin kuat atau dekat hubungannya terhadap sesuatu maka semakin besar minatnya.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar anak didik menurut Slameto (1995) adalah :

a. Faktor-faktor interen yaitu faktor yang ada dalam diri individu itu sendiri, yaitu:

1) Faktor jasmaniah meliputi :

a) Faktor kesehatan, yaitu faktor keadaan fisik baik segenap dalam beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap semangat belajarnya.

(42)

lumpuh dan sebagainya bisa mempengaruhi proses belajar. Sebenarnya jika hal ini terjadi hendaknya anak atau anak didik tersebut dilembagakan pendidikan khusus supaya dapat menghindari atau mengurangi kecacatannya itu.

2) Faktor psikologis

a) Intelegensi yaitu kecakapan seseorang yang terdiri dari kecakapan menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui penggunaan konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b) Perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi kepada suatu objek atau sekumpulan objek, agar warga dapat belajar dengan baik dan selalu mengusahakan bahan pelajarannya selalu menarik perhatian siswanya.

c) Minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. d) Bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan

itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

(43)

seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, seperti halnya jika kita mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk dibangku sekolah menengah, anak tersebut tidak akan mampu memahami atau menerimanya. Ini disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima pelajaran tersebut. 3) Faktor-faktor ekstern yaitu faktor yang ada diluar

individu yaitu:

a) Faktor keluarga, terdiri dari: (1)Cara orang tua mendidik

(44)

studinya. Mendidik anak tidak baik jika terlalu dimanjakan dan juga tidak baik jika mendidik terlalu keras. Untuk itu, perlu adanya bimbingan dan penyuluhan yang tentunya melibatkan orang tua, yang sangat berperan penting akan keberhasilan bimbingan tersebut.

(2)Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi didalam keluarga, dimana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh, ramai dan semrawut tidak member ketenangan kepada anaknya yang belajar. Biasanya ini terjadi pada keluarga yang besar dan terlalu banyak penghuninya, suasana rumah yang tegang, ribut, sering cekcok, bias menyebabkan anak bosan di rumah, dan sulit berkonsentrasi dalam belajarnya. Dan akibatnya anak tidak semangat dan bosan belajar, karena terganggu oleh hal-hal tersebut. Untuk memberikan motivasi yang mendalam pada anak-anak perlu diciptakan suasana rumah yang tenang, tentram dan penuh kasih saying supaya anak tersebut betah dirumah dan bias berkonsentrasi dalam belajarnya.

(45)

Dalam kegiatan belajar, seorang anak akadang-kadang memerlukan sarana prasarana atau fasilitas-fasilitas belajar seperti buku, alat-alat tulis dan sebagainya. Fasilitas ini hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang, jika fasilitas tersebut tidak dapat dijangkau oleh keluarga. Ini bias menjadi faktor penghambat dalam belajar tapi sianak hendaknya diberi pengertian tentang hal itu. Agar anak bisa mengerti dan tidak sampai mengganggu belajarnya. Tapi jika memungkinkan untuk mencukupi fasilitas tersebut, maka penuhilah fasilitas tersebut, agar anak bersemangat senang belajar.

b) Faktor satuan pendidikan, terdiri dari: (1)Metode Mengajar

(46)

belajar, bosan, mengantuk dan akibatnya anak didik tidak berhasil dalam menguasai materi pelajaran. (2)Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada anak didik kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran yang seharusnya disajikan itu sesuai dengan kebutuhan bakat dan cita-cita anak didik juga masyarakat setempat. Jadi kurikulum bisa dianggap tidak baik jika kurikulum tersebut terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.

(3)Pekerjaan rumah

(47)

lain, agar anak didik tidak merasa bosan dan lelah dengan belajar.

c) Faktor masyarakat, terdiri dari: (1)Kegiatan dalam masyarakat

Di samping belajar, anak juga mempunyai kegiatan-kegiatan lain diluar sekolah, misalnya karang taruna, menari, olah raga dan lain sebagainya. Bila kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan berlebih-lebihan, bisa menurunkan semangat belajar siswa, karena anak sudah terlanjur senang dalam organisasi atau kegiatan dimasyarakat, dan perlu diingatkan tidak semua kegiatan dimasyarakat berdampak baik bagi anak. Maka dari itu, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya, supaya jangan atau tidak hanyut dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang belajar anak. Jadi orang tua hendaknya membatasi kegiatan anak didik dalam masyarakat agar tidak mengganggu belajarnya, dan orang tua juga mengikut sertakan anak didik pada kegiatan yang mendukung semangat belajarnya seperti kursus bahasa Inggris, dan komputer.

(48)

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul anak didik lebih cepat masuk dalam jiwa anak jika teman bergaulnya baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya. Jika teman bergaulnya jelek pasti mempengaruhi sifat yang jelek pada diri siswa. Seyogyanya orang tua memperhatikan pergaulan anak-anaknya, jangan sampai anaknya berteman dengan anak yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan, usahakan agar anak didik memiliki teman bergaul yang baik yang bisa memberikan semangat belajar yang baik. Tugas orang tua hanya mengontrol dari belakang jangan terlalu dan jangan terlalu dibebaskan yang bijaksana saja, agar anak didik tidak terganggu dan terhambat belajarnya. Masih banyak pengaruh-pengaruh eksternal minat belajar anak didik lingkungan sekitar juga bisa mempengaruhi, untuk itu usahakan lingkungan disekitar kita itu baik, agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap siswa/anak, sehingga anak terdorong atau bersemangat belajar.

b. Peranan dan Fungsi Minat Belajar

(49)

menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, anak yang berminat terhadap sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Suatu minat dalam belajar merupakan suatu kejiwaan yang menyertai anak didik di kelas dan menemani anak didik dalam belajar. Minat mempunyai fungsi sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi dan minat juga dapat menambah kegembiraan pada setiap yang ditekuni oleh seseorang. Peranan minat dalam proses membelajarkan anak didik adalah untuk pemusatan pemikiran dan juga untuk menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar seperti adanya kegairahan hati dapat memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantunya tidak melupakan apa yang dipelajarinya. Jadi belajar dengan penuh dengan gairah, minat, dapat membuat rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri bagi anak didik.

(50)

c. Upaya Peningkatan Minat

Minat belajar anak didik ditingkatkan agar dapat mengarahkan perhatian anak didik terhadap pelajaran. Hal ini menjadi salah satu tugas Guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui minat belajar anak didik yang tinggi dalam mengikuti pelajaran atau melakukan aktivitas belajar.

Menurut Slameto (1995: 57) upaya yang ditempuh untuk membangkitkan minat belajar murid adalah “menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari”.

Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat anak didik yang telah ada, misalkan anak didik menaruh minat terhadap lingkungan (pencemaran) disini pengajar dapat menarik perhatian (minat) anak didik dengan bercerita tentang lingkungan sekitar atau bencana alam yang melanda Indonesia, dan dapat juga memperlihatkan tayangan televisi yang berhubungan dengan lingkungan (pencemaran).

Mahfudz Shalahuddin (Kamdi, 2009) menjelaskan bahwa ada empat aspek yang bisa menumbuhkan minat yaitu:

(51)

Minat dapat muncul atau digerakkan, jika ada kebutuhan seperti minat terhadap ekonomi, minat ini dapat muncul karena ada kebutuhan sandang, pangan dan papan.

b. Keinginan dan cita-cita

Keinginan dan cita-cita dapat mendorong munculnya minat terhadap sesuatu, seperti keinginan atau cita-cita menjadi dokter. Secara otomatis orang tersebut terdorong dan berminat untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran (kesehatan, penyakit-penyakit). Semakin besar cita-cita atau keinginan, maka semakin besar/tinggi minat yang muncul dalam diri seseorang.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan terdiri dari dua lingkup, yakni lingkup mikro (individual) dan lingkup makro (sosial,adat istiadat) kebudayaan dapat memunculkan minat-minat tertentu seperti tari-tarian, tari remo dari jawa timur, jaipong dari jawa barat, semua itu akan menarik orang untuk memperhatikan dan mempelajari kebudayaan jawa barat dan jawa timur. Begitu juga belajar, minat belajar anak didik dapat timbul karena adanya kebiasaan belajar.

d. Pengalaman

(52)

minat Guru untuk menekuni bidang-bidang keguruan, dengan adanya pengalaman tersebut minat seseorang bisa tergerak (bertambah), missal ada seseorang siswa, tahun lalu menduduki prestasi rendah, maka anak didik tersebut berpikiran jangan sampai itu terulang kembali, sehingga ia lebih meningkatkan belajarnya dari tercapainya prestasi yang lebih baik dari yang kemarin (tahun lalu).

Menurut Sukardi (1988: 63), ada tiga cara yang digunakan untuk menentukan minat belajar seseorang, yakni:

1) Minat yang diekspresikan

Minat dapat diketahui melalui pengungkapan kata-kata warga belajar. Anak didik yang mengucapkan kata-kata yang sesuai dengan keinginanya, kesukaan atau ketertarikannya. Misalnya “saya tertarik membaca buku pelajaran sekolah”. Kata-kata ini menunjukkan anak didik memiliki keinginan atau kemauan yang cenderung dilakukannya, walaupun pada batas ucapan. Bila dikaitkan dengan minat belajar, maka minat yang dimiliki seseorang diekspresikan dalam belajar sehingga mempengaruhi penguasaanya terhadap materi pelajaran.

2) Minat yang diwujudkan

(53)

yang diminatinya. Misalnya anak didik yang berminat untuk mengikuti mata pelajaran yang ada maka dia akan rajin datang ke sekolah”. Anak didik yang seperti ini akan lebih mudah diketahui minatnya karena dapat disaksikan aktivitasnya secara langsung terhadap yang diminatinya. 3) Minat yang diinventarisasikan

Pada upaya yang ketiga ini, minat dapat diketahui melalui alat pengumpulan data tentang minat. Minat anak didik dapat diukur dengan menjawab sejumlah pertanyaan yang telah disediakan. Adapun alat yang sering dipergunakan adalah inventori minat, seperti angket yang biasa digunakan peneliti untuk mengungkapkan minat-minat anak didik tentang apa yang ditelitinya.

C. Teori Perkembangan Anak dan Pendidikan di Sekolah

(54)
(55)

Lembaga sekolah lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari masyarakat, oleh dan untuk masyarakat.pendidkan sekolah berperan sebagai penyebar nilai-nilai budaya. Jadi sekolah mempunyai kewajiban mengolah nilai moral kemanusiaan. Dewasa ini siswa merasa kurang tertarik dengan media pembelajaran serta pengajaran konvensional. Maka sekolah sebaiknya mengelola sistem pembelajaran dengan lebih menarik. Selanjutnya, manajemen pembelajaran perlu diperbaharui pola dasarnya dengan orientasi sentral pada subjek pembelajar ( student centered orientation ). Model pola pembelajran demikian diharapkan dapat memerankan pembelajar secara aktif, sehingga potensi kreativitas dapat dieksplorasi secara optimum. Untuk itu, selain diperlukan guru yang berkompeten, juga diperlukan media pembelajaran yang baik dan diperbaharui terus menerus sesuai dengan perkembangan zaman.

(56)

karakteristik tertentu yang sanggup memberikan pengaruh yang kuat dalam kehidupan kita.

E. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin yakni medius yang secara harafiahnya berarti tengah, pengantar, atau perantara (Munadi dalam Sufanti, Main. 2010:61). Media adalah segala bentuk alat atau sarana yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kata “media” adalah bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. (Anitah, Sri. 2010: 4). Media adalah segala alat dan bahan selain buku teks yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar. (Wilkison dalam Sudjarwo, 1998:164). Secara umum, media berasal dari kata medium (bahasa latin) yang berarti perantara. (Sudjarwo, 1989: 164)

(57)

dengan memvisualkan konsep / pengertian pada mata pelajaran yang bersifat abstrak.

F. Macam – macam Media

Adapun beberapa macam media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, antara lain :

1. Media Visual

Media visual adalah segala alat atau sarana dalam proses belajar mengajar yang dapat dilihat menggunakan mata. Media Visual terdiri dari dua macam :

a. Media Visual yang Tidak Diproyeksikan

(58)

kata-kata yang bermaksud menarik perhatian serta mengkomunikasikan pesan secara singkat. (Anitah, Sri. 2010:12)

b. Media Visual yang Diproyeksikan

(59)

Media audio adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk menangkap dan mengerti berbagai suara manusia serta bunyi-bunyi lain yang ada hubungannya dengan masalah pembelajaran, demi menuju pada pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Contoh media audio antara lain tape recorder, cassette tape recorder, radio, dan MP 3.

3. Media Audiovisual

Media audiovisual adalah media pembelajaran yang pemanfaatannya untuk dilihat sekaligus didengar. Film bersuara atau slide bersuara. Film ini bisa dinikmati oleh penonton atau siswa dengan nyaman, karena dengan media ini siswa dapat memahami pesan yang dikemas dalam film tersebut melalui indera penglihatan dan pendengaran (Sufanti, Main. 2010:89).

4. Multimedia

(60)

suatu proses atau tahapan sesuatu, komputer dapat digunakan untuk pemanfaatan internet (Sufanti, Main. 2010:91).

G. CD Interaktif MIYAKU

CD Interaktif MIYAKU adalah sebuah compact disc (cakram padat) mengenai program pembelajaran tentang wayang kulit yang berisi berbagai informasi dan gambar tokoh wayang kulit disertai permainan (games) tentang wayang kulit. MIYAKU merupakan singkatan dari Modifikasi Penyampaian Wayang Kulit.

CD Interaktif MIYAKU mempunyai 3 menu. Menu petama berisi mengenai gambar tokoh-tokoh wayang beserta biodatanya untuk siswa kelas I – III yang tealh disesuaikan dengan buku paket siswa. Menu kedua berisi fragmen wayang kulit . Fragmen wayang kulit adalah cuplikan pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit sendiri terbagi menjadi beberapa babak yaitu pembukaan, jejeran,budhalan, perang ampyak, dan gara-gara. Menu yang terakhir atau yang ketiga berisi permainan. Terdapat dua permainan dalam menu ini yaitu mewarnai tokoh wayang asli dan yang telah dibuat menjadi chibi serta perang wayang dan raksasa yang diberi judul Sencaki Bela Desa.

H. Keterkaitan antara Minat Belajar dan Cd Interaktif MIYAKU

(61)

1. Magnesen ( Dryden dan Voss, 1999) bahwa daya serap dalam proses belajar terjadi dengan persentase sebagai berikut : 10% dari kegiatan membaca, 20% dari kegiatan mendengar, 30% dari kegiatan melihat, 50% dari kegiatan melihat dan mendengar, 70% dari mengatakan, dan 90% dari kegiatan mengatakan dan melakukan. Pemberdayaan optimal dari seluruh indra seseorang dalam pembelajaran dapat menghasilkan pembelajaran yang sukses. Penggunaan CD Interaktif dalam pembelajaran melibatkan unsur melihat dan mendengar dan melakukan (mengoperasikan CD Interaktif), sehingga diyakini akan meningkatkan daya serap materi menjadi 90% ;

2. Bruner (2007) mengatakan bahwa penyajian materi harus dimulai dari materi yang mudah ke materi yang sukar. Bahwa materi konkret harus disajikan terlebih dahuku pada tahap usia anak (7-11 th) kemudian perlahan-lahan menuju ke materi yang bersifat abstrak. Dalam kaitan ini, CD Interaktif menyajikan pesan-pesan moral yang abstrak dalam contoh-contoh (fragmen-fragmen dan penjelasan-penjelasan sifat-sifat tokoh) yang konkrit, sehingga tepat digunakan pada anak dalam tahapan usia 7-11 tahun

(62)

Kelebihan-kelebihan tersebut adalah (Pembelajaran virtual: Perpaduan Indonesia-Malaysia, hal. 37 s.d. 42):

a. Unsur Multimedia lebih menarik minat pembelajaran. Menurut Romizowski (1988) tampilan video / film adalah satu media pengajaran yang sangat menarik minat karena menggabungkan unsur multimedia (berbagai media) seperti audio, visual, pergerakan, warna, cahaya, dan kesan tiga dimensi. Hal ini dapat lebih menarik minat dan selanjutnya akan mendorong minat belajar.

(63)

kelebihan dari segi manipulasi masa dengan menggunakan teknik-teknik seperti teknik gerak perlahan (slow motion), gerak cepat, bingkai demi bingkai, penyerapan (diissolve), dan tayang ulang. Semua itu selain dapat digunakan untuk menarik minat siswa, juga dapat digunakan untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan;

(64)

d. Memudahkan pembelajaran dan pencapaian tujuan pengajaran. Penggunaan tampilan video / film dapat membantu guru menerangkan tentang sesuatu konsep yang abstrak atau sukar diterangkan. Video / film dapat membawa perkara sebenarnya ke dalam ruang kekinian tanpa batas waktu. Menurut Naim (1990) video / film mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat, memperlihatkan yang tidak terlihat, memperkecil yang besar, ataupun membesarkan yang kecil, memperlihatkan yang telah berlalu, atau memvisualkan futuristik. Hal ini dapat digunakan misalnya untuk memvisualkan garap sabet yang terkenal dari Ki Manteb Soedharsono dan Asep Sunarya. Atau kemegahan dan ketelitian garap pakeliran oleh Ki Nartasabda. Hal ini selanjutnya dapat membimbing siswa ke dalam imajinasi yang lebih tinggi.

e. Meningkatkan pelbagai kemahiran dan pengalaman pelajar. Penggunaan tampilan audio video / film dapat meningkatkan kemampuan literasi visual pelajar.

(65)

5. Media CD Interaktif dapat digunakan untuk menyusupkan unsur kekinian dan budaya populer dengan tanpa kehilangan jati diri wayang. Misalnya kemegahan gamelan seni karawitan pengiring pementasan wayang dalam CD-Interaktif dapat diatur secara techno supaya tidak kalah dengan hentakan musik Linkin park atau

kelembutan musik Ebiet G. Ade.

6. Pilihan bahasa penyampaian dalam CD-Interaktif juga dapat beraneka ragam. Tidak melulu berbahasa Jawa, tapi dapat juga dengan pengantar Bahasa Indonesia. Bahkan Bahasa Inggris. Sehingga Gatotkaca bisa tampil tak kalah gaul dari Vin Diesel, setidaknya dari unsur bahasa.

I.Hipotesis Tindakan

(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kami gunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik. Dengan kata lain Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian reflektif yang dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi yakni masalah rendahnya minat belajar siswa kelas III Sekolah Dasar Kanisius Gamping semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan Wayang Kulit dengan mengaplikasaikan media CD Interaktif MIYAKU.

B. Setting penelitian 1. Subjek Penelitian

Berdasarkan judul penelitian, peneliti memilih subjek penelitaian siswa SD Kanisius Gamping Kelas III semester 1 tahun pelajaran 2011/2012, dengan jumlah siswa 24 orang, yang terdiri dari 16 siswa perempuan 8 siswa laki-laki.

2. Waktu Penelitian

(67)

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Gamping dengan alamat Gamping Tengah, Ambarketawang, Gamping, Sleman.

4. Objek Penelitian

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Peningkatan motivasi belajar mata pelajaran Bahasa Jawa materi wayang kulit dengan menggunakan media CD Interaktif MIYAKU .

C. Desain Penelitian 1. Model Penelitan

Dalam penelitian ini peneliti memilih model spiral dari Kemmis dan Taggart. Berikut adalah bagan model spiral dari Kemmis dan Taggart

Tabel 3.1 bagan model spiral Kemmis dan Taggart

(68)

membantu peneliti melihat hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Tahap yang kedua yaitu tahap tindakan, selanjutnya adalah tahap pengamatan. Tahap ini dimana peneliti mengamati terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Peneliti mencatat apa yang terjadi untuk memperoleh data yang akurat. Tahap yang terakhir pada setiap siklus adalah tahap refleksi. Pada tahap ini peneliti mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan dan apa yang sudah sesuai yang diharapkan.

Setelah pada tahap-tahap siklus pertama sudah terlaksana dan ternyata belum mencapai target yang diinginkan dengan hasil siklus tersebut, maka akan dilanjutkan pada siklus kedua. Tahap-tahap pada siklus kedua, sama dengan tahap-tahap siklus satu yaitu mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus akan terus berlanjut jika pada akhir siklus tetap belum mencapai hasil atau target yang belum diharapkan

2. Rencana Banyaknya Siklus

Banyaknya siklus direncanakan yaitu 2 siklus, hal ini dimaksudkan jika pada siklus pertama belum mencapai target yang diinginkan maka masih bisa diulang pada siklus kedua.

3. Kriteria Keberhasilan

(69)

- Pada siklus 2 diharapkan 70% dari 26 siswa memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit.

D. Rencana Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat (4) kali pertemuan (2 x 35 menit )

1. Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa persiapan pembelajaran meliputi:

a. Identifikasi Masalah

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengidentifikasi masalah tentang minat siswa dalam pembelajaran Bahasa Jawa materi Wayang Kulit dengan observasi awal guna mengetahui hambatan yang dialami siswa.

Pada tahap ini telah diketahui kegiatan pembelajaran Bahasa Jawa materi Wayang Kulit pada kelas III SD Kanisius Gamping masih menggunakan metode ceramah tanpa media, sehingga siswa cenderung bersikap pasif.

(70)

2. Rencana Tindakan Tiap Siklus a. Siklus I

1) Tahap rencana tindakan siklus I

Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan yaitu; silabus, RPP, LKS, angket peningkatan, dan pedoman penskoran penghitungan angket yang terlebih dahulu disosialisakan kepada guru kelas

2) Tahap Pelaksanaan Siklus 1 a) Tindakan Pertama Siklus 1 i) Kegiatan Awal :

(i) Apersepsi ii) Kegiatan Inti :

(i) Menjelaskan berbagai macam gambar dan biodata tokoh wayang kulit dengan menggunakan media CD Interaktif MIYAKU.

(ii)Siswa mencoba permainan yang terdapat pada CD Interaktif MIYAKU

iii) Kegiatan Akhir : (i) Latihan soal

(ii)Refleksi dengan mengisi angket yang telah dibuat peneliti untuk mengetahui tingkat ketertarikan siswa.

(71)

b) Tindakan Kedua Siklus 1 i) Kegiatan Awal :

(i) Apersepsi ii) Kegiatan Inti :

(i) Menjelaskan berbagai macam gambar dan biodata tokoh wayang kulit dengan menggunakan media CD Interaktif MIYAKU.

(ii)Siswa mencoba permainan yang terdapat pada CD Interaktif MIYAKU

iii) Kegiatan Akhir : (i) Latihan soal

(ii)Refleksi dengan mengisi angket yang telah dibuat peneliti untuk mengetahui tingkat ketertarikan siswa.

(iii) Evaluasi 3) Refleksi

Hasil tes serta angket pada tindakan I dikaji kembali guna landasan untuk menetapkan tindakan yang perlu diperbaiki pada siklus II.

a) Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan kejadian-kejadian khusus.

(72)

b. Siklus II

1) Tahap rencana tindakan siklus I

Pada tahap ini peneliti kembali mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan yaitu; silabus, RPP, LKS, angket peningkatan, dan pedoman penskoran penghitungan angket yang terlebih dahulu disosialisakan kepada guru kelas. Selain itu peneliti kembali melihat refleksi pada siklus I sebagai dasar menentukan tindakan berikutnya. Dalam proses pembelajaran pada siklus 2 ini terdiri dari dua kali pertemuan atau 4 jam pelajaran (2 x 35 menit).

2) Tahap Pelaksanaan Siklus 1 a) Tindakan Pertama Siklus 1 i) Kegiatan Awal :

(i) Apersepsi ii) Kegiatan Inti :

(i) Menjelaskan berbagai macam gambar dan biodata tokoh wayang kulit dengan menggunakan media CD Interaktif MIYAKU.

(ii)Siswa mencoba permainan yang terdapat pada CD Interaktif MIYAKU

(73)

(ii)Refleksi dengan mengisi angket yang telah dibuat peneliti untuk mengetahui tingkat ketertarikan siswa.

(iii) Evaluasi

b) Tindakan Kedua Siklus 1 i) Kegiatan Awal :

(i) Apersepsi ii) Kegiatan Inti :

(i) Menjelaskan berbagai macam gambar dan biodata tokoh wayang kulit dengan menggunakan media CD Interaktif MIYAKU.

(ii)Siswa mencoba permainan yang terdapat pada CD Interaktif MIYAKU

iii) Kegiatan Akhir : (i) Latihan soal

(ii)Refleksi dengan mengisi angket yang telah dibuat peneliti untuk mengetahui tingkat ketertarikan siswa.

(iii) Evaluasi 3) Refleksi

a) Mengidentifikasi kesulitan, hambatan dan kejadian-kejadian khusus.

(74)

c) Membandingkan peningkatan nilai siswa pada latihan soal siklus pertama dan siklus kedua.

d) Penarikan kesimpulan.

E. Pengumpulan Data 1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan secara langsung di tempat penelitian melalui wawancara dan pengisian angket. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain. Data diperoleh dari guru kelas dan pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian.

3. Penyusunan Instrumen 1. Instrumen

a. Proses penyusunan

(75)

butir-butir pertanyaan instrument penelitian, terlebih dahulu harus telah ditelaah dan dinyatakan baik. Setelah butir-butir pertanyaan disusun, mereka juga harus ditelaah dengan mempergunakan kriteria tertentu di samping dengan disesuaikan kisi-kisi. Penelaahan harus dilakukan oleh orang yang berkompeten di bidang yang bersangkutan, atau yang dikenal penilaian oleh ahlinya (expert judgement) atau dalam penelitian ini adlah dosen pembimbing. Di dalam peneletia ini peneliti menggunaka instrument angket. Pertanyaan pada angket dibuat 20 nomor, 12 nomor pertanyaan dikategorikan ke dalam jenis favorable dan 8 nomor pertanyaan sisanya dikategorikan ke dalam jenis unfavorable. Angket ini diberikan kepada tiap siswa sesusai pembelajaran sebagai bentuk refleksi, beikut tabel kisi-kisi angketnya

Table 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat No

.

Aspek Indikator Nomor Angket

Favorable Unfavorable 1. Semangat belajar Siswa terlihat

bersemangat menerima materi pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit

1, 2 3

2. Perasaan senang/tidak senang

Siswa terlihat senang menerima materi pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit

4, 5 6

3. Ketekunan Siswa terlihat dengan tekun menerima materi pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit

(76)

4. Kemampuan konsentrasi

Siswa terlihat

berkonsentrasi ketika menerima materi pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit

10, 11 12

5. Kemampuan aktualisasi diri

Siswa terlihat antusias untuk menindak lanjuti materi pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit

13, 14 15

6. Kesadaran manfaat

Siswa menyadari manfaat materi

pelajaran Bahasa Jawa pokok bahasan wayang kulit

16 17

7. Kesan Siswa terlihat berkesan pada tokoh-tokoh wayang

18 19, 20

Indikator (aspek) yang diamati; minat siswa dalam mengikuti pelajaran yang berlangsung. Angket berisi 20 pertanyaan, 12 nomor adalah jenis pertanyaan favorable, dan 8 pertanyaan adalah jenis unfavorable. Dengan cara penggunaan sebagai berikut; lembar angket diberikan kepada siswa setelah diberi penjelasan tentang cara pengisian oleh guru. Pengisian angket dilakukan sebanyak empat (4) kali, yaitu pada siklus I tindakan pertama dan kedua serta siklus II tindakan pertama dan kedua. b. Kriteria penentuan skor

(77)

menentukan skor yang diperoleh siswa akan dijelaskan pada tabel berikut.;

Table 3.3 Kriteria Penilaian Kondisi Awal

No. Nomer Pertanyaan Skor Tiap Nomer Setuju (S) Tidak Setuju

(78)

Table 3.4 Kriteria Penilaian Siklus 1

No. Nomer Pertanyaan Skor Tiap Nomer Setuju (S) Tidak Setuju

(TS)

Table 3.5 Kriteria Penilaian Siklus 2

No. Nomer Pertanyaan Skor Tiap Nomer Setuju (S) Tidak Setuju

(79)

4. Analisis Data

a. Kriteria keberhasilan

Kondisi awal prestasi belajar siswa dan kondisi akhir yang diharapkan adalah sebagai berikut :

Table 3.6 Target Keberhasilan Peneliti

No. Peubah Indikator Kondisi Awal

Siklus I Siklus II

1. Minat belajar siswa

1. Penghitungan data pada penelitian ini menggunakan penghitungan rata-rata hitung dari data mentah, dengan rumus sebagai berikut

(80)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan pada tanggal 01-26

Oktober 2011. Subyek pada penelitian ini adalah 26 siswa yang terdiri dari 12

siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua

siklus yaitu:

a. Siklus 1 yang terdiri dari 2 (dua) pertemuan dilaksanakan pada tanggal : 12

Oktober 2011 dan 14 Oktober 2011

b. Siklus 2 yang terdiri dari 2 (dua) pertemuan dilaksanakan pada tanggal : 19

Oktober 2011 dan 26 Oktober 2011

Masing-masing siklus secara garis besar terdiri dari empat bagian, yaitu

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun penjelasan tiap siklus

akan peneliti uraikan sebagai berikut:

A. Keadaan Awal

Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan peneletian

kondisi awal siswa dengan cara mengajar di kelas dengan tanpa media CD

Interaktif MIYAKU pada tanggal 01 oktober 2011. Dari kondisi awal

(81)

Tabel 4.1 Tabel Skor Angket Keadaan Awal

Berdasarkan nilai rata-rata kondisi awal siswa SD Kanisius Gamping,

diperoleh data jumlah siswa yang mempunyai minat tinggi dalam mengikuti

(82)

B. Pertemuan Pertama Siklus I 1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti telah mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari Silabus : lampiran 1, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): lampiran 2, Lembar Kerja Siswa

(LKS) beserta kuncinya: lampiran 3, Angket Untuk Mengukur Minat

Siswa : lampran 4 dan CD Interaktif MIYAKU. Semua perangkat ini

sudah disosialisasikan sebelumnya kepada mitra pengajar sebagai bahan

untuk mengajar.

Pada pertemuan pertama siklus I ini kompetensi dasar yang

ingin dicapai adalah mengenal tokoh-tokoh wayang, yang dalam hal ini

tokoh wayang digambarkan dalam bentuk wayang kulit seperti tertera

pada KD 6.1. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh

peneliti berikut :

a. Apersepsi: guru kembali mengingatkan siswa nama-nama tokoh

wayang dengan cara meminta siswa menyebutkan nama-nama tokoh

wayang yang mereka kenal.

b. Guru menunjukkan gambar-gambar tokoh wayang dengan media CD

Interaktif MIYAKU, dari media tersebut siswa dapat melihat gambar

tokoh wayang secara lebih jelas (karena ditampilkan dengan viewer

maka gambar dapat diperbesar) sambil siswa dapat membaca biodata

(83)

c. Setelah melihat gambar-gambar wayang siswa diajak bermain

menggunakan media guru, tetapi dikarenakan keterbatasan fasilitas

computer maka siswa yang bermain menggunakan CD Interaktif

MIYAKU merupakan perwakilan.

d. Siswa mengerjakan LKS secara individual.

e. Guru dan siswa membahas bersama soal pada LKS.

f. Siswa melakukan refleksi dengan cara mengisi angket minat dari

guru.

2. Pelaksanaan Pertemuan dan Hasil Analisis Data a. Pelaksanaan Pertemuan

Pelaksanaan pertemuan I siklus I ini dilaksanakan pada hari

Rabu, tanggal 12 Oktober 2011 selama 2 jam pelajaran (2 x 35

menit). Siswa yang mengikuti pembelajaran pada siklus I ini

berjumlah 26 siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung

mengacu pada RPP yang selama ini sudah disiapkan.

Pada pertemuan pertama siklus I ini siswa terlebih dahulu

mengerjakan 10 soal latihan yang diberikan guru kemudian

dilanjutkan melakukan refleksi dengan mengisi angket dari guru.

Angket ini berisi 20 pertanyaan yang dijawab oleh siswa dengan

hanya menggunakan dua pilihan yaitu S (Setuju) dan TS (Tidak

(84)

b. Skor Angket dan Analisis Data

Adapun data utama dari hasil pengisian angket adalah

sebagai berikut:

1) Skor Angket

Data skor angket siswa pada pertemuan pertama siklus I dapat

dilihat pada tabel berikut:

4.2 Tabel Skor Angket Pertemuan Pertama Siklus I

Gambar

Gambar wayang telah berwarna. Tiap lembar wayang digulung dan
gambar diam dengan melalui gambar dapat ditunjukkan
Tabel 3.1 bagan model spiral Kemmis dan Taggart
Table 3.2 Kisi-Kisi Angket Minat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berkenaan dengan bakat, mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro tidak dapat mengenali bakat mereka untuk menentukan minat studi

dapat menyelesaikan Laporan Magang yang berjudul “ Pembinaan Kredit Kepada Nasabah pada PT.Bank Bukopin Cabang Padang ”. Dalam penulis Laporan Magang ini penulis

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu model Pengembangan Profesional Berkelanjutan Guru IPA melalui Lesson Study berbasis MGMP (PPBLS), untuk

yang tidak menjadi guru model dalam kegiatan lesson study.

Pada penelitian ini, jaringan saraf tiruan backpropagation digunakan dalam mengenali tulisan tangan aksara Batak Toba melalui beberapa tahap pra proses meliputi binarization

CTRL + ALT + Minus sign [ - ] (Membuat snapshot dari jendela aktif pada clipboard server Terminal dan menyediakan fungsi yang sama dengan menekan PRINT SCREEN

Bagi pihak lain, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lain serta dapat memberikan suatu teknik alternatif mengenai pengenalan