• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT SYAIKH AZ ZARNUJI (Studi Analisis Kitab Ta’limul Muta’alim) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT SYAIKH AZ ZARNUJI (Studi Analisis Kitab Ta’limul Muta’alim) SKRIPSI"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MENURUT

SYAIKH AZ ZARNUJI

(Studi Analisis Kitab

Ta’limul Muta’alim

)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh : FENNY RISKYA

NIM: 11111112

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Dengan Ilmu, Hidup Menjadi Mudah,

Dengan Seni, Hidup Menjadi Indah,

Dengan Agama, Hidup Menjadi Terarah &

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji bagi Allah

Skripsi yang sederhana ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak-ibu tercinta yang telah mencurahkan pengorbanannya dan yang

senantiasa tidak pernah berhenti memberikan semangat serta do’anya,

sehingga skripsi ini bisa selesai.

2. Ibu Hj. Siti Fatimah Di Kebumen, Banyubiru beserta keluarganya.

3. Terimah kasih yang tak terhingga buat dosen-dosen, terutama

pembimbingku Bapak. Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag. yang tak pernah

lelah dan senantiasa sabar memberikan bimbingan dan arahan kepadaku

4. Suami tercita yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi,

menemaniku mencari buku-buku referensi dan selalu ada waktu untuk

mengantarkan aku kekampus, tanpa beliau skripsi ini tidak akan selesai

secepat ini.

5. Seluruh keluarga besar di Bringin dan di Magelang yang selalau

memberikan do’a, motivasi dan mendukungku, sehingga skripsi ini bisa

selesai dengan lancar.

6. Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan yang tidak pernah

berhenti memberikan suport dan keceriaannya, sehingga aku selalu

bahagia bersama kalian dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Semua yang telah mendo’akan aku yang tidak dapat penulis sebutkan satu

(8)

viii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

لهأ هباحصأو هلأ ىلعو ىفطصلما اندّيس ىلع ملا ّسلاو ةلا ّصلا ّمث ىفكو ى ّذلا الله دمحلا

دعب مأ ىفولاو قد ّصلا

.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

meskipun dalam wujud yang sederhana. Salam sejahtera semoga

senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. yang

telah menuntun umatnya dari zaman kejahilan menuju zaman keislaman.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat

diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, S.Pd, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam.

4. Bapak Prof. Dr. Budihardjo, M. Ag. selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bantuan dan bimbingannya dengan penuh

(9)

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai

ilmu pengetahuan , sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan

skripsi ini

6. Bapak, ibu tercinta dan seluruh keluargaku yang telah memberikan

do’a restu bagi keberhasilan penulis

7. Suami tercinta yang selalu memberikan motivasi dan dorongan dalam

skripsi ini.

8. Semua pihak, terutama sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu

dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Atas jasa-jasa dan kebaikan beliau di atas, penulis berdo’a semoga

Allah SWT. Menerima amalnya dan memberikan balasan yang lebih baik.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini

masih jauh dari kesempurnaan, semua itu karena katerbatasan penulis.

Tiada kalimat yang pantas penulis ucapkan kecuali kalimat

Al-hamdulillahi Robbil Alamin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik di

dunia maupun di akhirat. Amiin Ya Rabbal ‘Alamin.

Salatiga, 10 Februari 2016

Penulis,

(10)

x

ABSTRAK

Riskya, Fenny. 2016. Pemikiran Pendidikan Menurut Syaikh Az-Zarnuji Studi Analisis Kitab Ta’limul Muta’alim. Skripsi. Jurusan Terbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Slatiga. Pembimbing: Prof. Dr. H. Budihardjo, M.Ag.

Kata kunci : Pemikiran, Pendidikan, Kitab Ta’limul Muta’alim

Sebagaimana telah penulis ketahui sangat pentingnya sebuah pendidikan dalam rangka untuk mencapai interaksi belajar-mengajar, sudah tentu perlu adanya komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa, sehingga terpadunya kedua kegiatan yang berguna dalam mencapai tujuan pengajaran. Untuk itu, peneliti ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji bagaimana pemikiran pendidikan menurut Syaikh Az-Zarnuji analisis kitab Ta’limul Muta’alim. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep dasar tentang pendidikan Islam?, (2) Bagaimana pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan dalam kitab Ta’lim Muta’allim?, dan (3) Bagaimana analisis pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan dalam kitab Ta’lim

Muta’allim?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian menggunakan

pendekatan kepustakaan. Metode penelitian yang digunakan dengan jenis penelitian kepustakaan (library research), sumber data primer adalah kitab

Ta’limul Muta’alim dan sumber sekundernya adalah terjemah Ta’limul

Muta’alim, serta buku-buku lain yang bersangkutan dan relevan.

Adapun teknis analisis data menggunakan metode Deskriptif Analisis dan Metode content analisis, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Pemikiran Pendidikan Kitab Ta’limul Muta’alim menurut Syaikh Az-Zarnuji ini sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, yang nantinya dapat dibiasakan juga dalam keluarga, sekolah, pergaulan, maupun sosial kemasyarakatan. Karakteristik pemikiran beliau dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh pada al-Qur’an dan hadits. Kecenderungan lain dalam pemikiran beliau adalah mengetengahkan nilai-nilai etis yang bernafaskan sufistik. Pendidikan akhlak yang ditekankan beliau dapat diklarifikasikan menjadi tiga, yakni: Pertama, akhlak kepada Allah, guru dan murid dalam proses belajar mengajar diniatkan hanya kepada Allah, Kedua, akhlak kepada sesama manusia, terutama antara murid dan guru tetapi paling tidak terhadap sesama teman harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Ketiga, akhlak kepada ilmu itu sendiri, bahwasanya ilmu itu adalah cahaya bagi kita dan kedudukan yang paling tinggi adalah orang yang berilmu.

(11)

xi

DAFTAR ISI

1. JUDUL... i

2. LOGO IAIN... ii

3. PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

4. PENGESAHAN KELULUSAN... iv

5. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

6. MOTTO... vi

7. PERSEMBAHAN... vii

8. KATA PENGANTAR... viii

9. ABSTRAK... x

10.DAFTAR ISI... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakan Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Kegunaan Penelitian... 7

E. Metode Penelitian... 8

F. Penegasan Istilah... 10

G. Sistematika Penulisan... 11

BAB II. KONSEP DASAR TENTANG PENDIDIKAN ISLAM A. Pengertian Pendidikan... 14

B. Sumber-Sumber Pendidikan Islam ... 18

C. Unsur-Unsur Pendidikan Islam ... 22

(12)

xii

2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam ... 31

3. Peserta Didik ... 37

4. Orang yang Membimbing (Pendidik)... 37

5. Lingkungan Pendidikan ... 38

6. Materi Pendidikan Islam ... 38

7. Interaksi Edukatif ... 42

8. Metode Pendidikan Islam ... 42

9. Evaluasi ……… 49

BAB III. PEMIKIRAN SYAIKH AZ-ZARNUJI TENTANG PENDIDIKAN DALAM KITAB TA’LIMUL MUTA’ALIM A. Biografi Syaikh Az-Zarnuji ... 50

1. Riwayat Hidup Syaikh Az-Zarnuji... 50

2. Latar Belakang Pendidikan Syaikh Az-Zarnuji ... 59

3. Latar Belakang Sosial Politik ... 61

B. Karya-Karya Syaikh Az-Zarnuji ... 63

C. Isi Kitab Ta’limul Muta’alim ... 66

D. Pemikiran Pendidikan Syaikh Az-Zarnuji ... 70

1. Pembagian Ilmu ... 72

2. Unsur-Unsur Pendidikan Syaikh Az-Zarnuji ……….. 74

E. Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji Tentang Pola Hubungan Guru dan Murid... 80

(13)

xiii

BAB IV. ANALISIS PEMIKIRAN SYAIKH AZ-ZARNUJI

TENTANG PENDIDIKAN DALAM KITAB TA’LIMUL

MUTA’ALIM

A. Aplikasi Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji Dalam Pendidikan ... 88

B. Kelebihan dan Kelemahan Syaikh Az-Zarnuji Tentang

Pendidikan... 93

C. Inti Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji Tentang Pendidikan ……... 95

D. Relevansi Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji Terhadap Pemikiran

Modern... 96

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 104

C. Penutup ... 105

11.DAFTAR PUSTAKA

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin yang dibawa oleh

Rasulullah SAW. Islam sangat memperhatikan segala aspek yang

dikerjakan manusia, mulai dari hal-hal yang terkecil sampai pada hal-hal

yang terbesar. Baik yang berhubungan dengan Allah maupun dengan

manusia. Dalam hal ini Islam memberikan pendidikan kepada manusia dan

sebagai pedoman hidup untuk manusia seluruh alam. Sebagai makhluk

sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan hubungan dengan

sesama ketika sesuatu yang dilakukan tidak dapat dikerjakan seorang diri.

Kebutuhan yang berbeda-beda dan karena saling membutuhkan, membuat

manusia cenderung untuk melayani kebutuhan manusia lainnya, selain

demi kepentingan pribadi. Allah S.W.T berfirman:

َنْوَُحَْرُ ت ْمُكملَعَل َهللّا اْوُقم تاَو ْمُكْيَوَخَا َْيَْ ب اْوُحِلْص َاَف ٌةَوْخِا َنْوُ نِمْؤُمْلااَمنَِّا

*

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat”.(Q.S. Al-Hujurat: 10) (Depag, 2011: 516)

Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan

komunikasi dua arah malalui bahasa yang mengandung tindakan dan

perbuatan. Dengan kata lain, karena ada aksi maka interaksipun terjadi.

Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial

manusia. Menurut K. J. Veeger pada hakekatnya kehidupan sosial itu terdiri dari

(15)

2

maupun antar kelompok. Pihak-pihak yang terlibat menyesuaikan diri dengan

salah satu pola perilaku yang kolektif. (Huda, 2008: 1) Menurut Djaramah

interaksi pendidikan (edukatif) ini terjadi dengan sadar yang didasari atas tujuan

untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Dengan demikian,

memunculkan istilah guru di satu pihak dan murid di lain pihak. Keduanya berada

dalam interaksi pendidikan dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang

berbeda, namun bersama-sama mencapai tujuan. (Huda, 2008: 38) Dalam proses

belajar-mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan

memberi fasilitas belajar bagi anak didik untuk mencapai tujuan. Dan guru

mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi untuk

membantu proses perkembangan anak didik.(Slameto, 1991: 99)

Interaksi akan selalu terkait dengan istilah komunikasi atau

hubungan. Dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikasi

dan komunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikasi

terjadi karena menginteraksikan sesuatu yang dikenal dengan istilah

“pesan” (massage). Kemudian untuk menyampikan atau menginteraksikan

pesan itu diperlukan adanya media atau saluran. Maka dari itu, unsut-unsur

yang terlibat dalam komunikasi itu adalah komunikator, komunikan, dan

pesan. (Sardiman, 2001: 7)

Lingkungan pendidikan, anak didik merupakan suatu subyek dan

obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk

membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimiliki serta

(16)

3

pendidikan adalah seorang yang wajib dihormati oleh para anak didik,

karena pendidik yang membimbing jiwa anak didik agar menjadi manusia

sejati, yang mengerti bahwa dirinya adalah hamba Allah SWT. Oleh

karena itu anak didik sebagai pihak yang diajar, dibina dan dilatih untuk

dipersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman dan selamanya harus

mempunyai etika dan berakhlakul karimah baik kepada pendidiknya

maupun dengan yang lainnya.

Anak didik yang mempunyai etika mulia juga akan mampu

mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai positif yang akan dipengaruhi

keberhasilan di dalam proses pendidikan dan pengajaran. Dengan

mempunyai etika atau akhlak yang mulia dan menuntut ilmu dengan baik

dan benar akan mampu mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana

perbuatan yang buruk. Dalam dunia pelajar zaman sekarang banyak

pelajar yang menyimpang etika, sehingga tidak sedikit pelajar yang

berpotensi akhirnya gagal hanya karena salah pergaulan dan salah

memahami cara belajar yang baik dan benar.

Ahmad Tafsir (1994: 77)menyatakan bahwa interaksi dan relasi

antara guru dan murid sangatlah erat sekali sehingga guru dianggap

sebagai bapak spiritual (spiritual father), karena berjasa dalammemberikan

santapan jiwa dengan ilmu. Akan tetapi dalam sejarahnya hubungan guru

dan murid dalam dunia Islam ternyata sedikit demi sedikit mulai berubah,

nilai-nilai norma sedikit demi sedikit mulai berkurang. Semua itu

(17)

4

1. Kedudukan guru dalam Islam semakin merosot

2. Hubungan murid dan guru yang bernilai penghormatan

semakin menurun.

3. Kepatuhan murid terhadap guru mengalami erosi.

4. Harga karya semakin menurun

Padahal, guru adalah penyampai kebenaran. Ketabahan dan keikhlasan

mengabdi kepada guru merupakan syarat pokok untuk meraih keberhasilan

menempuh pendidikan. (Tafsir, 1994: 77)

Pembahasan mengenai interaksi guru dan murid, Syaikh Az-Zarnuji menulis kitabnya Ta’limul Muta’alim:

ِمْيِظْعَ تِب ملاِا هِب ُعَفَ تْ نَ يَلاَو َمْلِعْلا ُلاَنَ ي َلا ِمْلِعْلا َبِلَط منَِبِ ْمَلْعِا

هِلْهَاَو ِمْلِعْلا

ِْيِقْوَ تَو ِذاَتْسُلاامْيِظْعَ تَو

ِه

“Ketahuilah sesungguhnya orang yang mencari ilmu itu tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya tanpa mau menghormati ilmu dan gurunya. (Az-Zarnuji, 2009:27)

Kedudukan akhlak, murid dalam lingkungan pendidikan

menempati tempat yang paling penting sekali. Sebab apabila murid

mempunyai etika yang baik, maka akan sejahtera lahir dan batinnya, akan

tetapi apabila akhlaknya buruk maka rusaklah lahirnya atau batinnya.

Murid ketika berhadapan dengan guru, sang murid harus

senantiasa menghormati. Sekali ia menjadi murid dari seorang guru,

selamanya status itu tidak akan bisa lepas. Dalam kamus kehidupan, tidak

ada istilah “mantan murid” dan “mantan guru”. (Salamullah, 2008: 115)

Salah satu kitab yang membahas tentang pendidikan Islam adalah

(18)

5

Muta’alim ini terletak pada materi yang dikandungnya. Meskipun kecil

dan dengan judul yang seakan-akan hanya membahas metode belajar,

sebenarnya esensi kitab ini juga mencangkup tujuan, prinsip-prinsip dan

strategi belajar yang didasarkan pada moral religius. Kitab ini tersebar

hampir keseluruh penjuru dunia. Kitab ini juga telah tercetak dan

diterjemahkan serta dikaji di berbagai penjuru dunia, baik di Timur

maupun di Barat.

Di Indonesia, kitab Ta’limul Muta’alimyang dikarang oleh Syaikh

Az-Zarnuji yang dikaji dan dipelajari di setiap lembaga pendidikan klasik

tradisional seperti pesantren, bahkan di pondok pesantren modern. Dari

pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep pendidikan Islam

yang dikemukakan Syaikh Al-Zarnuji yaitu tentang keutamaan ilmu, niat

belajar, cara memilih guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar, cara

menghormati ilmu dan guru, dsb. (Baharuddin, 2015: 75)

Kitab Ta’limul Muta’alim ini secara keseluruhan terdiri dari 1 jilid

dan terdapat 273 halaman, serta keseluruhannya merupakan suatu

nazam-nazam atau syair-syair arab yang diterjemahkan dalam bahasa jawa salaf,

bait syair berjumlah 119 bait. Karangan Imam Syaikh Az-Zarnuji yang

berisikan pendidikan Islam yaitu akhlak-akhlak yang mulia dalam

menuntut ilmu, agar kita bisa mencapai keseimbangan dalam pertumbuhan

manusia bisa mendapat ridha Alllah SWT, memperoleh kebahagiaan di

(19)

6

mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam, serta mensyukuri nikmat

Allah SWT.

Dari diskripsi yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis

sangat tertarik untuk mengkaji lebih lanjut tentang pendidikan dalam kitab

Ta’limul Muta’alim, sehingga melalui kerangka berfikir Syaikh Al-Zarnuji

inilah, maka penulis mengangkat judul skripsi “PEMIKIRAN

PENDIDIKAN SYAIKH AZ-ZARNUJI”(Analisis Kitab Ta’limul

Muta’alim).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana konsep dasar tentang pendidikan Islam itu?

2. Bagaimana pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan dalam

kitab Ta’lim Muta’allim?

3. Bagaimana analisis pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan

dalam kitab Ta’lim Muta’allim?

4.

C. Tujuan Penelitian

Adapun dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskankonsep dasar tentang pendidikan Islam.

2. Untuk menjelaskan pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan

(20)

7

3. Untuk mengetahui analisis pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang

pendidikan dalam kitab Ta’lim Muta’allim.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis dalam

penulisan ini yaitu:

1. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

pada umumnya.

2. Sebagai sumbangan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran dan pengetahuan sesuai dengan bidangnya yaitu ajaran

Islam.

3. Sebagai sumbangan yang dimaksud agar hasil penelitian dapat

memberikan dan membantu wawasan masyarakat di bidang ajaran

Islam yang berkaitan dengan masalah pendidikan Islam

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah intelektual biografis.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kehidupan Syaikh Az-zarnuji

dalam hubungannya dengan masyarakat, sifat watak,

pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang membentuk pemikirannya.

(Nazir, 1998: 62) Serta mengetahui sejauh mana posisi dan

(21)

8

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menempuh langkah-langkah

melalui riset kepustakaan (library research), yaitu suatu riset

kepustakaan atau penelitian murni. (Hadi, 1987: 9) Dan metode ini

mengkaji sumber-sumber tertulis yang telah diplublikasikan.

(Arikunto, 1991: 10) Misalnya kitab-kitab buku dan sebagainya yang

ada kaitannya dengan yang diteliti penulis.

Adapun mengenai sumber data primer adalah “Kitab Ta’limul

Muta’alim” dan tanpa menafikan buku-buku lain yang ada

hubungannya dengan sumber data primer.

3. Metode Analisis Data

Dalam analisis data, penulis berusaha untuk mencoba

memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola

uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.

(Moleong, 2001: 103)

Adapaun metode-mtode yang diapakai dalam menganalisis data

sebagai berikut :

a. Metode Deskriptif Analisis

Sanapiah Faisal mendefisinikan metode deskriptif adalah

berusaha mendeskripsikan dan menginterprestasikan apa yang ada,

baik kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang

tumbuh, proses yang sedang berlangsung dan telah berkembang”.

(22)

9

adalah memberika gambaran yang jelas dan akurat tentang

fenomena yang diselidiki.(Hajar, 1996: 274) Metode ini digunakan

untuk mendeskripsikan dan sekaligus menganalisis

pemikiran-pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan.

b. Metode Content Analysis

Metode content analisis adalah suatu metode untuk

mengungkapkan isi pemikiran tokoh yang diteliti. (Nawawi, 1995:

68) Seodjono memberikan definisi content analisis adalah usaha

untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan

situasi penulis dan masyarakatnya pada waktu itu

ditulis.(Soedjono, 1999: 14) Metode ini sangat urgen sekali untuk

mengetahui kerangka berfikir Syaikh Az-zarnuji yang tertuang

dalam kitab Ta’lim Muta’allim tentang pendidikan.

F. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas penelitian skripsi ini dan menghindari salah

faham, maka akan dijelaskan istilah-istilah dalam judul di atas sebagai

berikut:

1. Pemikiran Pendidikan

Secara etimologis, pemikiran berasal dari kata dasar “pikir”

yang berarti akal budi, ingatan, angan-angan. Dan ketika kata dasar

tersebut mendapatkan imbuhan awalan ber-, maka akan mempunyai

(23)

10

memutuskan sesuatu atau menimbang-nimbang dalam ingatan.

Adapun kata pemikiran sendiri mempunyai pengertian proses, cara

atau perbuatan memikir. (Tim penyusun kamus pembinaan dan

pengembangan bahasa, 1990:682-683)

Sedangkan pendidikan secara etimologi, berasal dari kata

“didik”, mendapat imbuhan me- menjadi mendidik, yang berarti

memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan)

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Ketika kata dasar tersebut

mendapat akhiran –an menjadi didikan, yang berarti hasil mendidik.

Ketika mendapat imbuhan pe- menjadi pendidik, yang berarti orang

yang mendidik. Dan ketika kata dasar tersebut mendapat awalan pe-

dan mendapat akhiran –an maka menjadiPendidikan yang mempunyai

pengertian “Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. (Kamus

besar Bahasa Indonesia, 1990: 263 )

Dengan demikian pemikiran pendidikan adalah merupakan

usaha yang dilakukan secara sadar untuk membimbing dan

mengarahkan seseorang untuk mencapai suatu tingkah laku yang baik

dan terpuji serta menjadikannya sebagai suatu kebiasaan untuk

(24)

11

2. Ta’limul Muta’alim

Merupakan kitab dari salah satu karangan Syaikh Az-zarnuji,

yang berisikan nazam-nazam yangberjumlah 119 sya’ir, 13 pokok

pembahasan atau pasal, yang bermakna tentang cara, tata krama dan

akhlak-akhlak mulia terutama bagi para pencari ilmu agar

mendapatkan ilmu yang bermanfaat, baik di dunia maupun di akhirat

terutama dalam memuliakan guru dan ilmu.

G. Sintematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah

gambaran singkat tentang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar

dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari

skripsi, maka penulis membagi sistematika ke dalam lima bab yang

diawali dengan halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman

pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak dan daftar isi

yang selanjutnya diikuti oleh bab ke bab.

Bab I: Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi

penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II: Konsep dasar tentang pendidikan yang

menjelaskanpengertian pendidikan, sumber-sumber pendidikan Islam,

tujuan pendidikan Islam, ruang lingkup pendidikan Islam, materi

(25)

12

Bab III: Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji tentang pendidikan dalam

kitab Ta’limul Muta’alim, dalam bab ini memuat beberapa pembahasan

seperti halnya tentangriwayat hidup Syaikh Az-zarnuji, latar belakang

pendidikan Syaikh Az-Zarnuji dan guru-guruya, latar belakang sosial

politik, karya-karya Syaikh Az-zarnuji, isi kitab Ta’limul Muta’alimdan

pemikiran Syaikh Az-zarnuji tentang pendidikan dalam kitab Ta’limul

Muta’alim

Bab IV: Merupakan bab analisis yang meliputi, aplikasi pemikiran

Syaikh az-Zarnuji dalam pendidikan, kelebihan dan kelemahan pemikiran

Syaikh az-Zarrnuji tentang pendidikan, inti pemikiran Syaikh az-Zarnuji

tentang pendidikan dalam Kitab Ta’limul Muta’alim dan relevansi

pemikiran Syaikh az-Zarnuji terhadap pendidikan modern.

Bab V merupakan bab yang terakhir yang mensajikan kesimpulan,

(26)

13

BAB II

KONSEP DASAR TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan

Banyak sekali definisi pendidikan yang diperkenalkan dengan

publik. Sehingga terkadang pendidikan mengalami reduksi yang cukup

berarti akibat kurangnya pemahaman pendidikan secara universal.

Karenanya perlu memahami apa itu pendidikan (education).

Pendidikan secara etimologi, berasal dari kata “didik”, mendapat

imbuhan me- menjadi mendidik, yang berarti memelihara dan memberi

latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan

pikiran. Ketika kata dasar tersebut mendapat akhiran –an menjadi didikan,

yang berarti hasil mendidik. Ketika mendapat imbuhan pe- menjadi

pendidik, yang berarti orang yang mendidik. Dan ketika kata dasar

tersebut mendapat awalan pe- dan mendapat akhiran –an maka menjadi

Pendidikan yang mempunyai pengertian “Proses pengubahan sikap dan

tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan

mendidik. (Kamus besar Bahasa Indonesia, 1990: 263 )

Sesungguhnya nilai hidup seseorang sangat tergantung pada

keberhasilan atau tertundanya keberhasilan dalam sistem pendidikan yang

mengarahkannya. Karena pendidikan adalah sarana penting yang terarah

dan terencana untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan yang tidak akan

(27)

14

Menurut Hasan Langgulungdalam bukunya Asas-Asas Pendidikan,

istilah pendidikan dalam bahasa Inggris education, yang berasal dari

bahasa latin educare yang berarti memasukkan sesuatu, barangkali

bermaksud memasukkan ilmu ke kepala seseorang. Jadi di sini ada tiga hal

yang terlibat: ilmu, proses memasukkan dan kepala seseorang.

Lebih jauhnya ia menjelaskan sebenarnya pendidikan dapat dilihat

dari dua segi. Pertama dari sudut pandang masyarakat, dan kedua dari

pandangan individu. Dari segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti

pewarisan kebudayaan individu generasi tua ke generasi muda, agar hidup

masyarakat tetap berkelanjutan. Atau masyarakat punya nilai-nilai budaya

yang ingin disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat

tersebut tetap terpelihara.

Dalam pengertian tersebut kata yang merujuk pada “agar hidup

masyarakat tetap berkelanjutan”. Bisa mengandung (Hifdzul nafs, hifdzul

al din, hifdzul mal, hifdzul aql, hifdzul Nasl)

Bila dilihat dari kaca mata individu, pendidikan berarti

pengembangan potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Individu

itu laksana lautan dalam yang penuh mutiara dan bermacam-macam ikan,

tetapi belum tampak. Ia masih berada didasar laut. Ia perlu dipancing dan

digali supaya dapat menjadi makanan dan perhiasan bagi manusia.

Manusia mempunyai berbagai bakat dan kemampuan yang kalau pandai

kita mempergunakannya bisa berubah menjadi emas dan intan, bisa

(28)

15

Sementara Imam Al-Ghazali memberikan definisi tentang pendidikan

adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang

baik. Dengan demikian pendidikan merupakan suatu proses kegiatan yang

dilakukan secara sistematis untuk melahirkan perubahan-perubahan yang

prograssive pada tingkah laku manusia. (Iqbal, 2015: 90)

Menurut Zakiyah Daradjad pengertian seperti yang lazim dipahami

sekarang belum terdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang

dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan

berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih ketrampilan

berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang

mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim itu, telah

mencangkup arti pendidikan dalam pengertian sekarang.

Dengan kaitannya yang akan dibahas penulis adalah pendidikan

Islam. Kembali Zakiyah Daradjad memberikan definisi, pendidikan Islam

adalah: membentuk kepribadian Muslim, membentuk sikap dan perilaku

sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. (Daradjad, 2011: 27)

Secara tersirat Muhammad Athiyah Al-Abrasyi memberikan

pengertian bahwa pendidikan Islam mempersiapkan manusia supaya hidup

dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya,

sempurna akhlaknya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam

pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun dengan

(29)

16

KH. MA Sahal Mahfudh juga memberikan definisi pendidikan

agama Islam melalui pengertian pendidikan pesantren adalah, “mendalami

ilmu agama dan berakhlak yang mulia”. Pesantren sebagai lembaga

pendidikan keagamaan yang hidup dan ingin hidup sepanjang masa harus

selalu mengembangkan dan meningkatkan peran dirinya demi kepentingan

masyarakat. (Zubaedi, 2007: 205)

Menurut rumusan Azyumardi Azra, pesantren telah memainkan

tiga peranan: transmission of islamic knowledge (penyampaian ilmu-ilmu

keislaman), maintenance of islamic tradition (pemeliharaan tradisi Islam)

dan reproduction of ulama (pembinaan calon-calon ulama). (Zubaedi,

2007: 16)

Dengan demikian bahwasanya pendidikan mempunyai tanggung

jawab untuk membentuk, mengembangkan karakter dan jiwa-jiwa muslim,

sesuai dengan ajaran Islam. Bahwa setiap warisan budaya Islam tidak

hanya berupa seperangkat aturan dan tata tehnis, akan tetapi juga berupa

nilai-nilai ajaran Islam.

Sesungguhnya nilai hidup seseorang sangat tergantung pada

keberhasilan atau kegagalan sistem pendidikan yang mengarahkannya.

Dengan memahami bahwa setiap orang adalah bagian masyarakat yang

sedikit banyak akan memberikan sumbangsih (negatif maupun positif)

bagi kehidupan bersama, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan

(30)

17

B. Sumber-Sumber Pendidikan Islam

Abdurrahman an-Nahlawi dalam bukunya Prinsip-Prinsip dan

Metode Pendidikan Islam berpendapat bahwa pendidikan Islam

merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat melaksanakan Islam

sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Berdasarkan makna ini, maka

pendidikan Islam mempersiapkan diri manusia guna melaksanakan amanat

yang dipikulnya kepada-Nya. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi ini

berarti, sumber-sumber Islam dan pendidikan Islam itu sama, yakni yang

terpenting, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Tidak diragukan lagi, al-Qur’an

telah meninggalkan dampaknya terhadap pribadi Rasulullah saw. Dan para

shabahatnya. Aisyah istri beliau, telah memberikan kesaksiannya tentang

hal itu,. Dikatakannya:

Secara sistematik, kata as-sunnah berarti: perjalanan hidup, metode

dan jalan. Secara ilmiah berarti: kumpulan sabda Rasulullah saw.,

perbuatan, peninggalan, sifat, ikrar, larangan, apa yang disukai dan tidak

disukai, bela negara, ihwal dan kehidupannya.

Pribadi Rasulullah saw. juga merupakan contoh edukatif yang

sempurna bagi manusia. Orang yang mengkaji kepribadian Rasulullah

saw. akan mengetahui, bahwa beliau benar-benar seorang pendidik yang

agung, mempunyai metode pendidikan yang luar biasa dan memperhatikan

(31)

18

Sedangkan, sumber-sumber pendidikan Islam menurut Hasan

Al-Banna dapat diformulasikan sebagai berikut: Pertama,Al-Qur’an. Alqur’an

sebagai pendidikan Islam yang pertama dan utama. Dalam keyakinan

Al-Banna bahwasanya Al-Qur’an mesti menjadi dasar moralitas individu, dan

menekankan penerapan syari’ah dalam seluruh permasalahan termasuk

permasalahan pendidikan. Al-Qur’an menduduki tempat paling depan

dalam pengambilan sumber-sumber pendidikan lainnya. Segala kegiatan

dan proses pendidikan Islam haruslah senantiasa berorientasi kepada

prinsip-prinsip dan nilai-nilai Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan Allah

untuk menunjukkan manusia ke arah yang lebih baik. Allah menjelaskan

ini dalam firman-Nya;

ْؤُّ ي ٍمْوَقِهل ًةَْحََرمو ىًدُهَو ِهْيِف اْوُفَلَ تْخا ىِذملا ُمَُلَ َِهيَْ بُ تِل ملاِا َبَتِكْلا َكْيَلَع اَنْلَزْ نَا آَمَو

َنْوُ نِم

*

“Dan kami tidak menurunkan kepadamu al-kitab (Al-Qur’an) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi manusia beriman. (QS. An-Nahl/16: 64) (Depag, 2011: 267)

Karenanya wajar bila segala kegiatan dan proses pendidikan Islam

senantiasa berorientasi kepada prinsip-prinsip Al-Qur’an. Alqur’an

memberikan prinsip yang sangat penting bagi pendidikan, yaitu

penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang

fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan sosial.

Kedua, Al-Sunnah. Sumber pendidikan Islam kedua adalah Sunnah

Nabi. Menurut Al-Banna sunnah Nabi merupakan cerminan prinsip,

manifestasi wahyu dalam segala perbuatan, perkataan dan taqrir Nabi.

(32)

19

individu dan menjadi tuntutan yang harus di ikuti. Dalam sunnah Nabi

terkandung unsur-unsur pendidikan yang sangat berarti.

Sehubungan dengan persoalan di atas, Hasbi Ash-Shiddieqy

mengatakan, bahwa sunnah menurut istilah muhaaditsin, ialah segala yang

dinukilkan dari Nabi Saw, baik berupa perkataan, perbuatan maupun

berupa taqrir, pengajaran sifat, kelakuan perjalanan hidup, baik yang

demikian itu sebelum Nabi Saw, diangkat menjadi rasul, maupun

sesudahnya.

Dalam kaitannya dengan lapangan pendidikan, menurut

an-Nahlawi Sunnah Nabi mempunyai dua faedah yang sangat besar yaitu:

1. Menjalankan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an

dan menerangkan hal-hal kecil yang terdapat di dalamnya.

2. Menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah Saw,

bersama para sahabatnya, perlakuannya terhadap anak-anak dan

penanaman keimanan ke dalam jiwa yang dilakukannya.

Ketiga, Kata-kata Sahabat. Sumber ketiga pendidikan Islam adalah

kata-kata sahabat. Hal ini disebabkan bahwa para sahabat bergaul dekat

dengan Nabi SAW, akhirnya banyak mengetahui Sunnah Nabi yang

menjadi sumber kedua pendidikan Islam. Karenanya sudah tentu kata-kata

dan perbuatannya sahabat pun dapat dimasukkan sebagai sumber

pendidikan Islam.

Keempat, Nilai-nilai Sosial Masyarakat. Sumber pendidikan Islam

(33)

20

bertentangan dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Nabi di

atasprinsip mendatangkan kemaslahatan bagi manusia. Dengan sumber ini,

maka pendidikan Islam dapat diletakkan di dalam kerangka sosiologis,

selain menjadi sarana transmisi pewaris kekayaan sosial budaya yang

positif bagi kehidupan manusia.

Kelima, Warisan Pemikiran-pemikiran dalam Islam. Sumber

kelima pendidikan Islam adalah warisan pemikiran-pemikiran dalam

Islam. Dalam hali ini hasil pemikiran para ulama, filosof, cendikiawan

muslim, khususnya dalam bidang pendidikan dapat menjadi referensi

(sumber) pengembangan pendidikan Islam. (Iqbal, 2015: 413-414)

C. Unsur-Unsur Pendidikan

1. Tujuan Pendidikan Islam

Amirah, S.Pd., M.Si. dalam bukunya Mendidik Anak di Era

Digital berpendapat bahwa pendidikan merupakan pilar utama dalam

membangun bangsa. Tinggi rendahnya derajat suatu bangsa ditentukan

kualitas pendidikan masyarakatnya. Karenanya dengan pendidikan yang

tepat akan melahirkan anak-anak didik bangsa yang bermoral, cerdas,

memiliki etos kerja dan inovasi yang tinggi. Oleh sebab itu yang

terpenting dalam sebuah tujuan pendidikan adalah menumbuhkan dan

mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki manusia sehingga

(34)

21

(Amirah, 2010: 3) Karena tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai

setelah usaha atau kegiatan selesai. (Daradjad, 2011: 29)

Menurut KH. MA Sahal Muhfudh Tujuan pendidikan Islam

sebagaimana yang terangkum dalam (pendidikan pesantren), ialah

membentuk manusia yang akrom (lebih bertakwa kepada Allah SWT.) dan

shalih (yang mampu mewarisi bumi ini dalam arti luas, mengelola,

memanfaatkan, menyeimbangkan dan melestarikan) dengan tujuan akhir

untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. (Zubaedi, 2007: 206)

KH. MA Sahal Mahfudh menegaskan bahwa “akrom” merupakan

mencapai kelebihan dalam kaitan manusia sebagai makhluk terhadap

Kholik-nya, untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, seperti firman Allah

dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:

Dalam hal ini, pesantren secara institusional telah menekankan

pandangan terhadap ilmu pengetahuan keagamaan (tafaqquh fiddin).

Sedangkan shaleh berarti manusia yang secara potensial mampu berperan

aktif, berguna dan terampil dalam kaitannya dengan kehidupan sesama

makhluk. (Zubaedi, 2007: 207)

Filosofis sholeh diambil dari surat ke 21 Al-Anbiya’ ayat 105:

َنْوُحِلمصلا َيِداَبِع اَهُ ثِرَي َضْرَْلاا منَا ِرْكِهذلا ِدَعَ ب ْنِم ِرْوُ بمزلا ِفِ اَنْ بَ تَك ْدَقَلَو

*

(35)

22

Berdasarkanpada ayat ini Pendidikan Islam (pesantren) mencoba

memberikan bekal ilmu pengetahuan, yang punya implikasi sosial

menyeluruh dan mendasar. Seperti: ilmu pertanian, ilmu politik teknologi,

perindustrian, ilmu kebudayaan dan lain sebagainya. Menurut kalangan

pesantren, pengkajian ilmu-ilmu semacam itu bersifat kolegial (fardlu

kifayah)

Baik lembaga pesantren maupun pendidikan yang dikelola

pemerintah (madrasah), merupakan proyek besar dari tujuan pendidikan

nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam BAB II pasal 3 UUSPN

disebutkan bahwa; pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa pada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. (UUD no. 20 th 2003, 2003: 12)

Pada BAB I pasal 4, tujuan pendidikan agama dalam segala tingkat

pengajaran umum adalah sebagai berikut:

1. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan hikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

2. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam kanak-kanak.

3. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikut suruhan

Allah dan meninggalkan segala laranganNya, baik kepada Allah maupun kepada masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan ingin akan pahalaNya.

4. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan

akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.

5. Mengajar peajaran-pelajaran, supaya mengetahui

(36)

23

serta mengetahui hikmah-hikmahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

6. Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.

7. Memberi contoh dan suri teladan yang baik, serta pengajaran dan nasihat-nasihat.

8. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik,

yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama.

Pendeknya tujuan pendidikan agama ialah mendidik anak-anak,

pemuda-pemudi dan orang dewasa supaya menjadi orang muslim sejati,

beriman teguh, beramal salih dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi

salah seorang anggota masyarakat yang sanggup hidup di atas kaki sendiri,

mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya,

bahkan sesama umat manusia. (Yunus, 1983: 13)

Kongres se-Dunia ke II tentang pendidikan Islam tahun 1980 di

Islamabad, menyatakan bahwa:

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Kerana itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia. (Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, 2005: 37)

Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani

(1992: 60) tujuan pendidikanIslam memiliki empat ciri-ciri pokok, yaitu:

(37)

24

2. Sifat keseluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi

pelajar (subyek didik), dan semua aspek perkembangan dalam

masyarakat.

3. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan

antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.

4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada

perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada

kehidupan, memperhitungkan perbedaan perbedaan perseorang

an di antara individu, masyarakat dan kebudayaan

dimana-mana dan kesanggupan untuk berubah dan berkembang bila

diperlukan. (Achmadi, 1992: 60-61)

Dengan bekal itulah diharapkan manusia mampu mencapai

kebahagiaannya baik di dunia maupun akhirat bukan semata pencapaian

materialisme (sebagaimana kaum materialistik), ataupun hanya mengejar

urusan akhirat semata (surga neraka) sebagaimana kaum

tradisional-konservative.

Beberapa tokoh pendidikan mengemukakan pendapat mereka,

diantaranya:

1. M. Athiyah al-Abrasyi (1970: 2) mengatakan bahwa tujuan

pendidikan Islam terdiri dari 5 sasaran, yaitu:

a. mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa,

(38)

25

c. memperhatikan segi-segi manfaat agama, moral dan

kejiwaan,

d. mempelajari ilmu semata-mata untuk ilmu saja. Dalam

buku Kasyfu-Zunnun, Haji Khalifah berkata: “Ilmu

adalah sesuatu yang paling lezat dan paling mulia”.

e. Mempersiapkan pendidik untuk berkarya, berpraktek

dan berproduksi untuk mencari rezeki. (Al-Abrasyi,

1970: 1-4)

2. Abdurrahman an-Nahlawi, mengatakan bahwa tujuan akhir

pendidikan Islam adalah merealisasikan ubudiyah kepada Allah

di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun

masyarakat. Hal ini berarti sejalan dengan tujuan diciptakannya

manusia dimuka bumi ini, yakni untuk meribadah kepada Allah

SWT. QS. Adz-Dzariyat 51: 56

ِنْوُدُبْعَ يِل ملاا َسْنِْلااَو منِْلْا ُتْقَلَخ اَمَو

*

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (Depag, 2011: 523)

3. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa tujuan akhir

pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim.

(Marimba, 1962: 47) Sedangkan tentang kepribadian muslim,

yakni kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya, baik tingkah

(39)

26

kepercayaannya menuju pengabdian kepada Tuhan dengan

wujud penyerahan diri kepada-Nya.

4. Dalam pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah bahwa tujuan

pendidikan Islam yang utama adalah menjaga (kesucian) fitrah

manusia dan melindunginya agar tidak jatuh ke dalam

penyimpangan serta mewujudkan dalam dirinya

ubudiyah(penghambaan) kepada Allah Ta’ala. Yang demikian

itu dikarenakan bahwa Allah Ta’ala tidak menciptakan

hamba-Nya kecuali untuk beribadah kepada-hamba-Nya. (Iqbal, 2015: 472)

Jadi ibadah kepada Allah adalah tujuan utama diciptakannya

seorang hamba. Allah ta’ala berfirman dalam QS.

Azd-Dzariyat/ 51: 56 yang artinya “Dan saya tidak menciptakan jin

dan manusia kecuali agar merek beribadah kepada-Ku”.

(Depag, 2011: 523)

Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam tersebut,

Athiyaah Al-Abrasyi memberikan rumusan-rumusan sebagai berikut:

Pertama, Mencapai akhlak yang sempurna. Tujuan pendidikan

Islam mempunyai tujuan pokok dan tujuan pendukung, dengan kata lain

mempunyai konsentrasi tertentu yang harus ditempuh dan dicapai terlebih

dahulu sebelum konsentrasi lainnya. Dalam hal ini Al-Abrasyi

mengedepankan pencapaian akhlak yang sempurna, sebagai tujuan pokok

(40)

27

Kedua, Memperhatikan Agama dan Dunia sekaligus. Tujuan

pendidikan Islam ini mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dan

mengandung prinsip keseimbangan bukan hanya berorientasi dan

memikirkan dunia saja atau akhirat saja, melainkan bersama-sama

memikirkan dunia dan akhirat, tanpa memandang sebelah.

Ketiga,Memperhatikan segi-segi manfaat. Segi-segi manfaat

dijadikan tujuan dalam pendidikan Islam karena hal itu berkaitan dengan

tujuan-tujuan sebelumnya, seperti adanya ilmu kedokteran yang berguna

dan bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit, ilmu tarbiyah untuk

memperbaiki atau mendidik peserta didik, namun dalam hal ini Al-Abrasyi

lebih menekankan pada bidang agama, akhlak dan kejiwaan serta dasar

pendidikan Islam bukanlah perbedaan mencari rizqi atau bersifat materi

lainnya.” Dari Ibnu Mas’ud: Saya diajar oleh Tuhan dan Ia telah

mendidikku dengan sebaik-baiknya”.

Keempat,Mempelajari ilmu untuk mendapatkan dzat itu sendiri.

Tema yang paling cocok untuk tujuan ini adalah untuk memperoleh

profesionalisme (teoritis). Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan beliau

bahwa pendidikan Islam adalah ideal, dimana ilmu diajarkan karena

kelezatan-kelezatan ruhiyah, untuk dapat sampai pada hakekat ilmiyah dan

akhlak yang terpuji. Setiap apa-apa yang ditinggalkan oleh kaum muslimin

dalam bentuk peninggalan-peninggalan ilmiyah, sastra, agama, seni, maka

akan mendapat suatu kekayaan dari yang maha besar dan tidak ada

(41)

28

memperhatikan ilmu karena ilmu, dan sastra karena sastra, dan seni karena

seni.

Kelima, Pendidikan Kejujuran, Pertukangan untuk mencari rizqi.

Tujuan ini pernah disinggung oleh Ibnu Sina.” Apabila seorang anak

sudah membaca Al-Qur’a, menghafal pokok-pokok bahasa, setelah itu

berulah ia mempelajari apa yang menjadi, pilihannya dalam bidang

pekerjaan, untuk itu haruslah diberi petunjuk serta dipersiapkan dalam

berkarya, praktik, dan berproduksi sehingga ia dapat bekerja, mendapat

rizqi, hidup dengan terhormat, serta memelihara segi-segi keruhanian dan

keagamaan. (Iqbal, 2015: 575-578)

Berdasarkan rumusan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan

Islam merupakan proses mendidik, membimbing dan membina fitrah

secara maksimal peserta didik secara maksimal dan bermuara pada

terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna (insan kamil).

Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan

(42)

29

beberapa derajat. Dan Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (Depag , 2011: 543)

Secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik di dunia

maupun akhirat. (Al-Rasyidin, 2005:38)

2. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Ruang lingkup pendidikan Islam tidak dapat dilepaskan dari

bagaimana ia dibingkai dalam sebuah koridor yang disebut sebagai

kurikulum.

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir

yang artinya pelari dan curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh

pelari. Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olah raga yang

berarti “a litle racecourse” (suatu jarak yang harus ditempuh dalam

pertandingan olah raga). Berdasarkan pengertian ini, dalam konteksnya

dengan dunia pendidikan, memberinya pengertian sebagai “circle of

instruction” yaitu suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid

terlibat di dalamnya. Sementara pendapat yang lain dikemukakan bahwa

kurikulum ialah arena pertandingan tempat pelajar bertanding untuk

menguasai pelajaran guna mencapai garis penamat berupa diploma, ijazah

atau gelar kesarjanaan. (Al-Rasyidin, 2005: 55)

Dari definisi tersebut Ibnu Khaldun menyimpulkan bahwa

kurikulum itu memepunyai empat unsur pokok, yaitu: tujuan pendidikan

yang ingin dicapai, pengetahuan-pengetahuan, maklumat-maklumat, data

kegiatan-kegiatan, pengalaman-pengalaman dari mana terbentuknya

(43)

30

ditambah metode penilaian yang dipergunakan untuk mengukur kurikulum

dan hasil proses pendidikan. (Iqbal, 2015: 529)

Omar Muhammad al-Taoumy al-Syaibany (2005: 61), membatasi

kurikulum pendidikan Islam dengan ciri-ciri umum sebagai berikut:

1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti

tujuan dan kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.

2. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian,

pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar

dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual.

3. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang

ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengajaran yang

bermacam-macam.

4. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada

kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik

yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni halus,

aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, teknik, pertukangan,

bahasa asing dan lain-lain.

5. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat,

kemampuan, keperluan dan perbedaan individual antara siswa.

(Al-Rasyidin, 2005: 61)

Sedangkan Abdurrahman an-Nahlawi (1992: 273) menyebutkan

(44)

31

1. Sistem dan perkembangan kurikulum tersebut hendaknya selaras

dengan fitrah insani sehingga memiliki peluang untuk menyucikannya,

menjaganya dar penyimpangan dan menyelamatkannya.

2. Kurikulum dimaksud hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan

akhir pendidikan Islam, yaitu ikhlas, taat dan beribadah kepada Allah.

3. Pertahapan serta pengkhususan kurikulum hendaknya memperhatikan

periodasi perkembangan peserta didik maupun unisitas

(ke-khas-an)nya seperti karakteristik peserta didik dalam berbagai tahapan

perkembangan.

4. Dalam berbagai pelaksanaan, aktivitas, contoh dan nash-Nya,

hendaknya kurikulum memelihara segala kebutuhan nyata kehidupan

masyarakat, sambil tetap bertopang pada jiwa dan citra ideal

Islaminya, seperti rasa syukur serta harga diri sebagai umat Islam serta

tetap mendukung dan menegakkannya.

5. Secara keseluruhan struktur dan organisani kurikulum tersebut

hendaknya tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan,

terarah kepola hidup Islami.

6. Hendaknya kurikulum itu realistik, dalam arti bahwa ia dapat

dilaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi serta batas

kemungkinan yang terdapat di negara yang akan melaksanakannya.

7. Hendaknya metode pendidikan dalam kurikulum bersifat luwes,

sehingga dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi dan situasi

(45)

32

8. Hendaknya kurikulum itu Efektif, dalam arti menyampaikan dan

menggugah perangkat nilai edukatif yang membuahkan tingkah laku

yang positif serta meninggalkan dampak efektif (sikap) yang positif

pula dalam jiwa generasi muda.

9. Hendaknya kurikulum itu memperhatikan pula tingkat perkembangan

siswa yang bersangkutan.

10.Hendaknya kurikulum itu memperhatikan aspek-aspek tingkah laku

amaliah Islami. (An-Nahlawi, 1992: 273-277)

Selain memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan di atas,

kurikulum pendidikan Islam memiliki beberapa prinsip yang harus

ditegakkan. Al-Syaibani dalam hal ini menyebutkan tujuh prinsip

kurikulum pendidikan Islam, yaitu:

Pertama, prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, termasuk

ajaran dan lain-lainnya. Setiap bagian yang terdapat dalam kurikulum,

mulai dari tujuan, kandungan, metode mengajar dan sebagainya harus

berdasar pada agama dan akhlak Islam.

Kedua, prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan

kandungan-kandungan kurikulum, yakni mencakup tujuan membina

aqidah, akal dan jasmaninya, dan hal-hal lain yang bemanfaat bagi

masyarakat dalam perkembangan spiritual, kebudayaan, sosial dan

sebagainya.

Ketiga,prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan-tujuan dan

(46)

33

Keempat,prinsip perkaitan antara bakat, minat,

kemampuan-kemampuan dan kebutuhanpelajar.

Kelima,prinsip pemeliharaan perbedaan-perbedaan individual diantara

para pelajar, baik dari segi minat maupun bakatnya.

Keenam, prinsip menerima perkembangan dan perubahan sesuai

dengan perkembangan dan tempat.

Ketujuh, prinsip ketekaitan antara berbagai mata pelajaran dengan

pengalaman-pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum.

Selain itu kurikulum pendidikan Islam juga memiliki landasan yang

meliputi dasar agama, dasar filsafat, dasar psikologis dan dasar sosial.

Yaknisecara keseluruhan aspek yang ada dalam kurikulum itu harus

didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam agama, filsafat dan

kecenderungan manusia dari segi psikologis dan kehidupannya di

masyarakat. (Nata, 1997: 128)

Sebagaimana yang tercantum pada BAB 10 pasal 36 UUSPN

disebutkan bahwa ketentuan-ketentuan dalam kurikulum adalah:

Ayat (1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada

standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

Ayat (2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesusai dengan satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.

Ayat (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

a. Peningkatan iman dan taqwa;

b. Peningkatan akhlak mulia;

c. Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat peserta didik;

(47)

34

e. Tuntutan pembangunan daerah dan lingkungan;

f. Tuntutan dunia kerja;

g. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;

h. Agama;

i. Dinamika perkembangan global; dan

j. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. (UUD no. 20 th 2003, 2003: 25)

Ibnu Khaldun memaparkan pemikirannya mengenai kurikulum

pendidikan Islam dengan berpijak pada klasifikasi ilmu pengetahuan yang

didasarkan pada materi yang dibahas dan kegunaannya bagi yang

memperlajari. Dalam buku Pemikiran Pendidikan Islam (gagasan para

ulama muslimin) Ibnu Khaldun membagi ilmu menjadi dua macam yaitu,

pertama ilmu-ilmu tradisional yang bersumber Al-Qur’an dan Hadits

(ilmu naqliyah), peran akal hanyalah menghubungkan cabang

permasalahan dengan cabang utama. Kedua, ilmu aqliyah (bersumber pada

akal). Ilmu ini dimiliki semua anggota masyarakat di dunia dan sudah ada

sejak mula kehidupan peradaban umat manusia di dunia.

3. Peserta Didik

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern

cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah

subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.

Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:

a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas,

sehingga merupakan insan yang unik.

b. Individu yang sedang berkembang.

c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan

(48)

35

d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

4. Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta

didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu

lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat.

Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua,

guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.

5. Tempat Peristiwa Bimbingan Berlangsung (lingkungan pendidikan)

Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu

keluarga, sekolah dan masyarakat. (Tirtarahardja, 2005: 75)

6. Materi Pendidikan Islam

Dalam suatu pembelajaran materi bukanlah merupakan tujuan,

tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Karena itu penentuan materi

pengajaran harus didasarkan pada tujuan, baik dari segi cakupan, tingkat

kesulitan, maupun organisasinya. Hal ini karena materi tersebut harus

mampu mengantarkan peserta didik untuk bisa mewujudkan sosok

individu sebagaimana yang digambarkan dalam tujuan.

Untuk memilih jenis materi ajaran agama Islam, ada beberapa

kriteria yang bisa dijadikan patokan. Penentuan jenis tersebut didasarkan

pada berapa jauh materi tersebut dapat memberikan sumbangan pada

pencapaian tujuan. Secara garis besar, materi tersebut dapat dibedakan

(49)

36

a. Dasar, yaitu materi yang penguasaannya menjadi kualifikasi lulusan

dari pengajaran yang bersangkutan. Materi jenis ini diharapkan dapat

secara langsung membantu terwujudnya sosok individu

“berpendidikan” yang diidealkan.

b. Sekuensial, yaitu materi yang dimaksudkan untuk dijadikan dasar

untuk mengembangkan lebih lanjut materi dasar. Materi ini tidak

secara langsung dan tersendirinya akan mengantarkan peserta didik

kepada peningkatan dimensi keberagaman mereka, tetapi sebagai

landasan yang akan mengokohkan materi dasar.

c. Instrumental, yaitu materi yang tidak secara langsung beguna untuk

meningkatkan keberagaman, tetapi penguasaannya sangat membantu

sebagai alat untuk mencapai penguasaan materi dasar keberagaman.

d. Pengembangan personal, yaitu materi yang tidak secara langsung

meningkatkan keberagaman ataupun toleransi keberagaman, tetapi

mampu membentuk kepribadian yang sangat diperlukan dalam

“kehidupan beragama” ( Thoha, th. 17-19)

Pembahasan materi pendidikan Islam juga tidak bisa telepas dari

kajian ilmu pengetahuan dalam pandangan al-Qur’an. Manusia

memperoleh ilmu pengetahuan dari dua sumber, yakni sumber ilahi dan

manusiawi. Ilmu pengetahuan jenis pertama diperoleh manusia langsung

dari Allah SWT melalui wahyu (Qurani dan Kauni), ilham ataupun impian

(50)

37

dari hasil pengamatan dan pengalaman hidup manusia melalui pendidikan,

pengajaran, eksperimen dan riset-riset ilmiah.

Hasan Langgulung mengistilahkan kedua sumber ilmu

pengetahuan tersebut dengan ciptaan (alam jagat) dan wahyu, serta

menyebut hubungan keduanya bersifat komplimenter. Wahyu adalah

ensiklopedi dari alam jagat, sedangkan alam jagad adalah kamus dari

wahyu. Keduanya merupakan kesatuan yang saling melengkapi.

Kebenaran di alam dapat dikonfirmasikan lewat wahyu dan kebenaran

wahyu dapat dibuktikan melalui kenyataan yang ada di alam semesta.

Dalam QS. Yunus. 10 : 57 menjelaskan:

ِرْوُدُّصلا ِفِاَمِهل ٌءآَفِشَو ْمُكِهبمر ْنِهم ٌةَظِعْومم ْمُكْتَء آَجْدَق ُس امنلا اَهُّ ي َيَ

,

َرمو ىًدُهَو

َْيِْنِمْؤُمْلِهل ٌةَْحَ

*

“Hai manusia, sungguh telah datang kepadamu pengajaran dari Tuhanmu dan menyembuhkan apa yang ada dalam dada (hati) lagi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus 10: 57) (Depag, 2011: 215)

Tentang fungsi al-Qur’an dijelaskan dalam QS. An-Nahl 16: 44:

...

mudah-mudahan mereka memikirkannya. (QS. An-Nahl 16: 44) (Depag, 2011: 272)

Ayat pertama mengandung pesan bahwa Allah SWT menurunkan

mau’idhah dan obat untuk manusia, Mau’idhah yang dimaksud disini

(51)

38

dengannya dapat mengobati (meluruskan) penyimpangan-penyimpangan

perilaku manusia.

Al-Qur’an memuat syari’at agama yang lurus, mengantarkan

manusia kepada kebahagiaan, berisi kabar gembira dan peringatan,

menjelaskan hukum-hukum, pedoman bagi manusia. Al-Qur’an juga

peringatan bagi seluruh alam, seluruh manusia, sebagai aturan dan semua

isinya adalah benar. Sehingga dapat dikatakan al-Qur’an merupakan

materi pendidikan bagi manusia. (Fatchurrohman, 2006: 81-82)

Dinamisnya kehidupan peserta didik yang menuntut adanya

penyesuaian antara matei pendidikan dengan kondisi kehidupan peserta

didik, agar peserta didik dapat berintregasi dengan sekitarnya.

Menegaskan bahwa materi pembelajaran harus senantiasa sesuai dengan

kebutuhan langsung yang dirasakan peserta didik. Isi materi pembelajaran

bersifat luwes dan fleksibel. Karena materi pembelajaran bukan

merupakan hadiah (sesuatu) yang dipaksakan atau potongan-potongan

informasi yang diberikan kepada peserta didik, melainkan penyajian

kembali serangkaian pengetahuan yang tersusun rapi dan sistematis

kepada peserta didik. Materi pendidikan juga harus senantiasa didasarkan

pada situasi kekinian yang konkrit dan mencerminkan kehidupan peserta

didik. Karena pendidikan merupakan proses yang mengantarkan peserta

didik mampu menyelesaikan masalah hari ini, mengantisipasi

permasalahan hari esok dan mengembangkan budaya hari esok.

(52)

39

Sementara itu teori-teori dalam pengembangan ilmu pendidikan

Islam memerlukan berbagai macam cabang ilmu antara lain: ilmu filsafat,

ilmu pendidikan, ilmu psikologi, ilmu ekonomi dan lain-lain. Adapun

langkah-langkah yang diperlukan dalam pengembangan ilmu pendidikan

Islam antara lain: Pertama, harus mampu mengakomodir ilmu

pengetahuan; Kedua, meyakini bahwa ilmu pengetahuan berasal dari

Allah; Ketiga, mengupayakan adanya keseimbangan pendidikan; Keempat,

mengupayakan adanya organisasi dan Kelima, mempunyai ekonomi yang

mapan dan memiliki kemampuan politik.(Arief, 2002: 12)

7. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik

antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan

pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh

melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode, serta

alat-alat pendidikan. (Tirtarahardja, 2005: 76)

8. Metode Pendidikan Islam

Metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua perkataan,

yaitu meta yang berarti “melalaui” dan hodos, yang artinya “jalan” atau

“cara”. Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai cara atau jalan

yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. (Arifin, 1993: 97)

Dalam proes pendidikan pendidikan Islam, metode mempunyai

kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, tanpa

Referensi

Dokumen terkait

a. Belanja pemeliharahaan sarana dan prasarana.. Belanja modal merupakan jenis pengeluaran yang dilakukan sebagai pembentukan modal dengan nilai manfaat lebih dari satu

Sedangkan, support pada penelitian lainnya diketahui memberikan pengaruh terhadap eksplorasi karier dimana remaja lebih mengeksplor kariernya karena mendapatkan dukungan

Dari penjelasan latar belakang di atas rumusan masalah yang dibahas adalah bagaimana penerapan squence of service pada saat breakfast oleh waiter dan waitress

Metode Mengajar Cerita Alkitab Dengan Nyanyian adalah metode yang sangat pas dalam menyampaikan pengajaran untuk Anaks Sekolah Minggu, karena dengan metode ini anak- anak dapat

Sedikitnya jumlah responden yang memiliki waktu keterlibatan kurang dan sama dengan satu tahun memperlihatkan bahwa secara umum responden peserta Program SPP PNPM di Desa Gunung

Standar Biaya Penyusunan Dokumen Pelaksana Anggaran Tahun 2014 adalah Standar Biaya berupa harga satuan, tarif dan indek yang ditetapkan sebagai batas biaya tertinggi

Indonesia merupakan jumlah penduduk yang paling besar di kawasan ASEAN (40%) dari total penduduk ASEAN hal ini menjadikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia yang

Kondisi tutupan karang hidup di stasiun ini tergolong baik namun perlu dijaga, mengingat pada lokasi ini terdapat bekas-bekas penggunaan metode panangkapan ikan yang