• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM AL-

QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12

-19

(TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

NINIK HIMAWATI

NIM 11111127

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)

3

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM AL-

QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12

-19

(TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

NINIK HIMAWATI

NIM 11111127

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)
(5)
(6)
(7)

7

MOTTO

اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإ

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu Ada Kemudahan (QS. Al-Insyirah: [94]:6)

Jangan berdo’a u

ntuk mendapatkan hidup yang mudah,

berdo’alah agar bisa

bertahan dalam kehidupan yang sulit untuk

mencapai hidup yang lebih baik

(8)

8

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Maftukhin dan Ibu Khumaidah yang menjadi

alasan terbesar untuk terselesaikannya skripsi ini, dan yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moral, spiritual dan material yang tidak dapat tergantikan, semoga amal baik dari skripsi ini menjadi pahala untuk beliau

berdua.

2. Kakakku M. Teguh Firman Syah dan Slamet Riyadi, serta adikku M. Rizqil

Awwal. Terimakasih atas do‟a dan supportnya.

3. Semua Guru TK Pertiwi Tahunan, SDN Tahunan Kampus 03,04,05, MTsN Bawu Jepara, SMAN 1 Jepara, serta seluruh Dosen IAIN Salatiga, khususnya

untuk pembimbingku Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag yang telah memberikan bimbingan, arahan, kesabaran dan waktunya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Supriyadi dan Ibu Nanik, selaku pemilik TPQ Al-Ikhlas Tegalrejo

Salatiga, yang sudah memberikan banyak bantuan, perhatian dan pengalaman.

5. Teman-teman kos HFC Yeni, Riska, Titik, Ika, Farida, Etik, Ana, Mega serta

sahabatku RENIREF yang di Jepara.

(9)

9

KATA PENGANTAR

Asslamu‟alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul Konsep Pendidikan Karakter Dalam

Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Misbah).

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak

yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. 3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI.

4. Ibu Tri Wahyu Hidayati M.Ag., selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan

waktunya dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Eva Palupi S.Psi, selaku dosen pembimbing akademik yang membantu

penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta

(10)
(11)

11

ABSTRAK

Himawati, Ninik. 2016. Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur‟an Surat

Luqman Ayat 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Misbah). Skripsi.

Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Misbah2. Bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library

research), sedangkan metode yang digunakan adalah metode analisis (content

analysis). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif, yaitu menjelaskan dan menguraikan makna yang terkandung dalam sumber utama yaitu kitab tafsir Al-Misbah yang menggunakan metode tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an, serta menganalisis dan menguraikan makna yang terkandung dalam sumber-sumber sekunder kemudian diperoleh suatu hasil interpretasi guna menjawab pertanyaa yang ada.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 hasil telaah kitab tafsir Al-Misbah adalah pendidikan Tauhid, Pendidikan Ibadah, Dakwah dan Pendidikan Akhlak (2) Penerapan konsep pendidikan karakter dalam

Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini

(12)

12

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN……… v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. vi

HALAMAN MOTO………. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. viii

KATA PENGANTAR………. ix

E. Metode Penelitian………. 7

F. Penegasan Istilah………... 8

G. Sistematika Penulisan……… 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Karakter…………..…………...…………..14

1. Pengertian Pendidikan Karakter………...14

(13)

13

3. Ciri-ciri Pendidikan Karakter………16

4. Tujuan Pendidikan Karakter………..17

5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter………. 17

6. Komponen Pendidikan Karakter………19

7. Nilai-nilai Pendidikan Karakter……….19

B. Mengenal KitabTafsir Al-Misbah……….21

1. Biografi M. Quraish Shihab……… 21

2. Metode dan Corak Kitab Tafsir Al-Misbah……….22

3. Karakteristik Kitab Tafsir Al-Misbah………..24

BAB III KAJIAN TAFSIR A. Surat Luqman Ayat 12-13……….26

B. Surat Luqman Ayat 14-15……….29

C. Surat Luqman Ayat 16……….……….35

D. Surat Luqman Ayat 17………..37

E. Surat Luqman Ayat 18-19……….40

BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Pendidikan Karakter dalam Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 Menurut Kitab Tafsir Al-Misbah……… 44

1. Pendidikan Tauhid/Ketuhanan ………. 45

2. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua..…..………46

3. Bersyukur……..……….………….47

4. Kejujuran……….48

(14)

14

6. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (Dakwah)…….……….51

7. Sabar………. 52

8. Pendidikan Akhlak………53

B. Aplikasi Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan

Masa Kini………...57

1. Pendidikan Karakter Dalam Keluarga……….……...58 2. Pendidikan Karkter Dalam Sekolah………...60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………68

B. Saran………..69

C. Penutup………...70

(15)

15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu bangsa yang baik adalah bangsa yang memiliki akhlak yang mulia, cerdas dan bermartabat. Hal ini akan menentukan peradaban suatu bangsa. Sejak dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang

memiliki karakter taat beragama, ramah, suka bergotong-royong, dan musyawarah untuk mencapai suatu mufakat.

Sejatinya, pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas lembaga pendidikan, tetapi selama ini kurang diperhatikan.Akibat minimnya perhatian terhadap pendidikan karakter

dalam lembaga pendidikan menyebabkan berkembangnya berbagai patologi sosial di masyarakat.

Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak.Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia

pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok pengarusutamaan

(mainstreaming) implementasi pendidikan karakter di Indonesia.

Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya

bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, seks bebas, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota besar,

(16)

16

yunior, fenomena supporter bonek, dan penggunaan narkoba (Tempo

Interaktif, 27/08/2009).

Salah satu usaha untuk meningkatkan karakter kejujuran adalah dengan adanya program kantin kejujuran yang sudah disediakan di

beberapa sekolah, hal tersebut untuk melatih kejujuran dan mengukur seberapa jujur anak-anak dalam bertransaksi di kantin kejujuran tersebut. Sangat disayangkan banyak kantin kejujuran yang gagal dan bangkrut

karena belum tertanam sifat jujur pada diri anak-anak.

Disiplin dan tertib lalu lintas, budaya antre, budaya baca, sampai

budaya hidup bersih dan sehat, keinginan menghargai lingkungan masih jauh di bawah standar. Di kota-kota besar lampu merah seolah-olah tidak lagi berfungsi.Jika tidak ada petugas maka banyak yang meyerobot lampu

merah, hal tersebut merupakan pemandangan sehari-hari yang sudah tidak asing (Samani, 2013: 2).

Tidak luput pula kasus korupsi yang merajalela di negara ini, dimana penguasa yang seharusnya menjadi wakil rakyat justru memakan

uang rakyat demi memuaskan nafsu dan egonya. Sifat arif, jujur dan amanah yang ada pada diri seorang koruptor sudah musnah dihapuskan oleh kemewahanduniawi yang semu. Memang tidak mudah menjalankan

sifat jujur. Karakter yang baik haruslah ditanam sejak usia dini agar menjadi kebiasaan yang baik dalam kehidupan seseorang. Kebohongan

(17)

17

Maka dari itu, pendidikan karakter sangat diperlukan untuk menghadapi dan mencegah problema-problema yang sudah

ada.Pendidikan karakter sebenarnya sudah diterapkan di banyak sekolah, seperti melalui mata pelajaran PPKN, Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial,

dan Seni Budaya. Namun upaya tersebut masih belum berjalan maksimal. Lembaga pendidikan tidak hanya berkewajiban meningkatkan mutu akademis, tetapi juga bertanggung jawab dalam membentuk karakter

peserta didik. Mutu akademis dan pembentukan karakter yang baik merupakan dua misi integral yang harus mendapat perhatian lembaga

pendidikan. Namun tuntutan ekonomi dan politik pendidikan menyebabkan penekanan pada pencapaian akademis mengalahkan idealis peran lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter.

Namun demikian, banyak sekali hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan program ini. Hal ini bukan hanya karena

ketidakmampuan guru dalam memahami buku panduan pendidikan karakter, tetapi juga dikarenakan buku panduan itu sendiri yang masih

bersifat teoritik bukan praktis. Disamping penanaman pendidikan karakter melalui lembaga pendidikan, sebenarnya di dalam Al-Qur‟an sudah banyak dijelaskan mengenai berbagai macam pendidikan.

Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad agar

menjadi pedoman hidup bagi segenap manusia yang berfungsi sebagai

huuda (petunjuk) dan bayyinah (penjelas) atas petunjuk yang telah

(18)

18

(salah). Fungsi tersebut bertujuan agar manusia dapat hidup dengan berlandaskan moral dan akhlak yang mulia. Disamping mengandung nilai

moral, Al-Qur‟an juga berisikan tentang asas atau fondasi kokoh bagi kelangsungan hidup manusia.

Islam mengharuskan pemeluknya supaya menjadi umat yang berpendidikan. Oleh sebab itu, ilmu merupakan sarana utama untuk membangun kepribadian seorang muslim. Dalam hal ini, kita menjumpai

Islam mengatur semua hal yang bisa mengantarkan umat Islam untuk

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al -Alaq [96]: 1-2).

Meskipun demikian, sudah selayaknya disampaikan bahwa dalam

pandangan Islam, ilmu tidak memiliki nilai positif jika tidak bisa menunjukkan pada hakikat yang utama, yaitu ma‟rifatullah. Tidak diragukan lagi bahwa jalan untuk sampai kepada ma‟rifatullah adalah

mempraktikkan akhlak, prinsip-prinsip, dan dasar-dasar yang dianjurkan oleh agama Islam. Oleh karenanya, Islam mengajarkan bahwa ilmu

pengetahuan harus diimbangi dengan pengamalan.

(19)

19

hanya dengan pemberian nasehat dan hafalan.Akan tetapi, membutuhkan tindakan-tindakan yang harus dipraktikkan (Khalid, 2012: 249).

Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti lebih jauh bagaimana konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an

kepada para pembaca melalui penyusunan skripsi yang berjudul

“KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN

SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR

AL-MISBAH)”. B. Rumusan Masalah

Mengacu pada uraian di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam

Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19?

2. Bagaimanakah penerapan konsep pendidikan karakter dalam

Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dengan konteks pendidikan karakter

masa kini?

C. Tujuan Penelitian

Berangkat dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam

(20)

20

2. Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan karakter dalam

Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam konteks pendidikan karakter

masa kini.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan sumbangan pemikiran ilmu tentang pendidikan, terutama pendidikan karakter yang terkandung dalam

Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19.

b. Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif

(memperbaiki dan mengembangkan) bagi individu agar memiliki karakter yang positif.

2. Manfaat Praktis

Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat

dipergunakan sebagai berikut:

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi

bagi individu agar memiliki karakter yang baik dalam kehidupannya.

b. Dengan adanya penelitian ini, juga diharapkan dapat bermanfaat

bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri agar dapat menajalankan dan menerpakan pendidikan

karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

(21)

21 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library

research) dengan menggunakan pendekatan deskripstif, yaitu

menjelaskan semua yang telah digali yang bersumber dari

pustaka.Berkaitan dengan jenis penelitian literatur, pengumpulan data pada penulisan ini menggunakan metode studi kepustakaan dari buku-buku yang berkaitan langsung dengan pokok permasalahan dimulai

dengan mengumpulkan kepustakaan, pertama-tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh dan topik yang bersangkutan (Bekker, 1990:

63). Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian yaitu Al – Qur‟an surat Luqman ayat 12 - 19 beserta

tafsirnya, sebagai sumber utama berupa Tafsir Al-Misbah karya Prof. Dr. Quraisy Shihab.

b. Sumber Data Sekunder

Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder berupa

buku-buku pendidikan karakter, internet, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

(22)

22

Analisis non-statistik sesuai untuk deskriptif atau data textular. Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya,

dan karena itu analisi semacam ini juga disebut analisis isi (content

analysis) (Suryabrata, 1995: 85). Disini peneliti menggunakan

metode content analysis dalam menguraikan makna yang terkandung dalam sumber-sumber data, setelah itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan pengkajian guna menjawab dari

rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis.

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain:

1. Konsep

Konsep merupakan rancangan, ide atau pengertian yang

diabstrakkan dari peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 558).

2. Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 263).

Pendidikan dalam bahasa Inggris “Education”, berakar dari

(23)

23

berkelanjutan (to lead forth). Sedangkan dalam arti luas pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang

zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan, yang kemudian mendorong segala potensi yang ada di dalam diri individu (Suhartono,

2006: 79). 3. Karakter

Karakter menurut Scerenko sebagai atribut atau ciri-ciri yang

membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dan seseorang, atau kelompok atau suatu benda dengan yang

lain (Samani, 2013: 42). 4. Pendidikan Karakter

Menurut Megawangi pendidikan karakter merupakan sebuah

usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, 2012: 2).

Sedangkan pendidikan karakter menurut Lickona didefinisikan sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis

(Samani, 2013: 44).

(24)

24

Menurut bahasa kata Al-Qur‟an merupakan bentuk mashdar yang maknanya sama dengan kata qira‟ah yaitu bacaan. Bentuk

mashdar ini berasal dari fi‟il madhi qara‟a yang artinya membaca.

Sedangkan menurut istilah Al-Qur‟an adalah firman Allah yang

bersifat mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang

tertulis dalam mushaf-mushaf, yang dinukilkan dengana jalan mutawatir dan yang membacanya merupakan ibadah (Ramli, 2002:

19).

Al-Qur‟an secara harfiah berarti “bacaan yang mencapai

kesempurnaan”Al-Qur‟an Al-Kariim artinya “bacaan yang

mahasempurna dan mahamulia”. Kemahasempurnaan dan

kemahamuliaan “bacaan” ini agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh

pakar, tetapi juga oleh semua orang yang menggunakan „sedikit‟ pikirannya (Shihab, 1994: 24).

Surat Luqman tergolong surat Makkiyah, yang terdiri dari 34 ayat, diturunkan sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah.

Surat Luqman terambil dari kisah Luqman seorang ahli hikmat dan ahli didik yang bijaksana, sehingga dia mendapat gelar “Al-Hakim” Luqman Hakim atau Luqman yang bijaksana, dan Luqman bukan

seorang Nabi ataupun Rasul (Tatapangarsa, 1980: 100). 6. Profil Luqman

Menurut Ibnu Katsir, Luqman al-Hakim bernama Luqman bin

(25)

25

hidup kurang lebih selama seribu tahun, dan Nabi Daud bertemu serta belajar kepadanya.Sebelum Daud menjadi Nabi, Luqman yang yang

memberikan fatwa, dan ketika Daud telah menjadi Nabi maka Luqman berhenti memberi fatwa (Al Ghamidi, 2011: 23).

Ibnu Katsir mengutip Qatadah, dari Abdullah bin Zubair, aku

berkata kepada Jabir bin Abdullah, “apa yang kau ketahui tentang

Luqman?” dia menjawab “Luqman adalah orang yang pendek

tubuhnya dan rata hidungnya”. Beberapa riwayat lain mengatakan

bahwa Luqman adalah orang yang berkulit hitam, tubuhnya pendek,

berbibir tebal dan kakinya bengkok. Luqman adalah seorang budak atau hamba berkebangsaan Habsyi (Ethiopia) yang bekerja sebagai tukang kayu, penggembala kambing, dan tukang jahit.Keberadaanya

sebagai orang berkulit hitam tidak menurunkan nilai dirinya. Karena Allah telah memberikan hikmah kepadanya, seorang yang bijaksana,

memiliki keyakinan atau akidah yang benar, pemahaman agama, kemampuan akal, kebenaran ucapan, namun tidak memiliki derajat

kenabian (Al Ghamidi, 2011: 48).

Seperti halnya yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 yang menjelaskan hikmah Luqman berupa fatwa dan nasehat

kepada anaknya tentang pendidikan Tauhid (ketuhanan/larangan mempersekutukan Allah), Birrul Walidain atau berbakti kepada kedua

orang tua, bersyukur, pendidikan kejujuran, pendidikan ibadah dan

(26)

26

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dan penelaah yang jelas dalam

membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besarsebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pada Bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika

penulisan skripsi.

Bab II Landasan Teori. Pada Bab ini akan dikemukakan tentang

konsep pendidikan karakter (pengertian pendidikan karakter, dasar pelaksanaan pendidikan karakter, ciri-ciri pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, prinsip-prinsip pendidikan

karakter, komponen pendidikan karakter, dan nilai-nilai pendidikan karkter) dan mengenal lebih dekat Tafsir Al-Misbah

yang menjelaskan tentang biografi M.Quraish Shihab, metode dan corak tafsir Misbah, serta karakteristik kitab tafsir

Al-Misbah.

Bab III Kajian Tafsir, berisi hasil pengkajian surat Luqman ayat 12-19 dalam kitab tafsir Al-Misbah karya Prof. Dr. Quraisy Shihab.

Bab IV Pembahasan, berisi penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam kitab tafsir

(27)

27

Bab V Penutup.Kesimpulan dan Saran. Bab Penutup memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan

kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka.

BAB II

(28)

28

A. Konsep Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Megawangi pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan

bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, 2012: 2).

Scerenko beranggapan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana

ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi yaitu usaha yang maksimal

untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari (Samani, 2013: 44).

Pendidikan karakter akan meningkatkan kognitif, afektif, dan perilaku manusia yang lebih bermoral. Lickona menyatakan bahawa

pendidikan karakter yaitu perilaku, perbuatan, sikap yang lahir yang didasari oleh nalar dan pemikiran (yang tepat). Pendidikan karakter yang baik, ideal disebut sebagai pendidikan karakter luhur. Konsep ini

mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya, pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang harus diaplikasikan

(29)

29

ini sejajar dengan ahlaqul karimah (akhlak mulia) (Endraswara, 2013: 3).

Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang

berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang

bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan

mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (UU Sistem Pendidikan Nasional) merumuskan

fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

(30)

30 3. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter

Menurut Foerster, pencetus pendidikan karakter dan pedagog

Jerman, ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter:

a. Keteraturan interior, dimana setiap tindakan diukur berdasar

hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. b. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh

pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru

atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain, dengan tidak adanya koherensi dapat

meruntuhkan kredibilitas seseorang.

c. Otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat

penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.

d. Keteguhan dan Kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan

kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Kematangan keempat karakter ini, memungkinkan manusia

melewati tahap individualitas menuju personalitas, “orang-orang

modern sering mencampurpadukan antara individualitas dan

(31)

31

eksterior dan interior.”Karakter inilah yang menentukan performa

seorang pribadi dalam segala tindakannya (Muslich, 2011: 127).

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Secara umum pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai

berikut;

a. Mencapai tujuan penguatan dan pengembangan karakter, dengan kata lain sebagai tujuan perantara untuk terwujudnya suatu

karakter.

b. Mengkoreksi perilaku yang tidak bersesuaian dengan nilai dan

moral yang telah ada di sekolah dan masyarakat.

Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku individu yang

negatif menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku dipahami sebagai proses yang pedagogis,

bukan suatu pemaksaan atau pengkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogis dalam pengkoreksian perilaku negatif diarahkan

pada pola pikir anak atau individu, kemudian dibarengi dengan keteladanan lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat (Kesuma, 2012: 3).

5. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter

Agarpelaksanaan pendidikan karakter berjalan efektif

(32)

32

untuk pendidikan karakter yang efektif. Schwartz (2008) menguraikan kesebelas prinsip tersebut sebagai berikut,

a. Pendidikan karakter harus mempromosikan nilai-nilai etik inti

(ethical core values) sebagai landasan bagi pembentukan karakter

yang baik.

b. Karakter harus dipahami secara komprehensiftermasuk dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku.

c. Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan yang sungguh-sungguh dan proaktif serta mempromosikan nilai-nilai

inti pada semua fase kehidupan sekolah. d. Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli.

e. Menyediakan peluang bagi para siswa untuk melakukan tindakan

bermoral.

f. Pendidikan karakter yang efektif harus dilengkapi dengan

kurikulum akademis yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua pembelajar dan membantu mereka untuk

mencapai sukses.

g. Pendidikan karakter harus secara nyata berupaya mengembangkan motivasi pribadi siswa.

h. Seluruh staf sekolah harus menjadi komunitas belajar dan komunitas moral yang semuanya saling berbagi tanggung jawab

(33)

33

untukmengembangkan nilai-nilai inti yang sama menjadi panduan pendidikan karakter bagi para siswa.

i. Implementasi pendidikan karakter membutuhkan kepemimpinan moral yang diperlukan bagi staf sekolah maupun para siswa.

j. Sekolah harus merekrut orang tua dan anggota masyarakat sebagai partner penuh dalam upaya pembangunan karakter.

k. Evaluasi terhadap pendidikan karakter harus juga menilai karakter

sekolah, menilai fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, sampai pada penilaian terhadap bagaimana cara para siswa

memanifestasikan karakter yang baik (Samani, 2013: 168). 6. Komponen Pendidikan Karakter

Menurut Hurlock komponen-komponen yang harus ada dalam

diri seseorang agar terbentuk karakter yang baik mencakup hal-hal di bawah ini (kesuma, 2012: 22):

1. Aspek kepribadian

2. Standar moral dan ajaran moral

3. Pertimbangan nilai

4. Upaya dan keinginan individu 5. Hati nurani

6. Pola-pola kelompok

7. Tingkah laku individu dan kelompok

(34)

34

Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangkan kepada individu. Nilai-nilai yang

dikembangkan tersebut tidak terlepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan

sistem berpikir tentang tata nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat (Damayanti, 2014: 42).

Dengan membiasakan berbuat sesuatu sesuai dengan tata nilai atau

norma moral yang ada dan telah disepakati, maka nilai-nilai tersebut lama kelamaan akan menjadi bagian dari individu. Adapun nilai-nilai

pendidikan karakter secara umum adalah sebgai berikut: a. Nilai Keagamaan / Religius

Nilai yang berakar pada agama dan kepercayaan seseorang.

Nilai yang paling fundamental dalam penghayatan kehidupan manusia di hadapan sang Pencipta.

b. Nilai Dasar

Nilai yang terkandung dalam dasar falsafah Negara, Pancasila

dan UUD 1945.Sikap, perilaku, dan tindakan peserta didik dijiwai oleh nilai-nilai yang terdapat pada sila-sila dalam Pancasila dan UUD1945.

c. Nilai Kemasyarakatan

Nilai moral, etika, dan etiket yang berlaku dalam masyarakat

(35)

35

diri anak, mereka akan memilih adab, budaya, dan susila yang baik sebagai anak yang berkepribadian luhur.

d. Nilai Kenegaraan

Nilai yang menyangkut kecintaan terhadap tanah air dan

bangsanya. Nilai-nilai ini dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan yang mampu menggugah rasa kebangsaan dan nasionalisme pada diri seseorang, sehingga tumbuh kebanggaan, mencintai, dan

menghargai tanah air dan budaya bangsanya, tanpa meremehkan budaya bangsa lain.

B. Mengenal Kitab Tafsir Al-Misbah

1. Biografi M. Quraish Shihab

Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab, lahir di Rapang Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944, beliau adalah

putra keempat dari ulama besar almarhum Prof. H. Abd Rahman Shihab, guru besar ilmu tafsir dan mantan rektor UMI (Universitas Muslim

Indonesia) dan IAIN Alaudin Ujung Pandang, bahkan sebagai pendiri kedua Perguruan Tinggi tersebut. Quraish Shihab menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, kemudian melanjutkan pendidikan

menengahnya di Malang sambil nyantri di pesantren Dar al-Hadist al- Fiqhiyah pada 1958. Selanjutnya beliau berangkat ke Kairo Mesir dan

Meraih gelar Lc (S1) pada Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadist Universitas al-Azhar. Kemudian melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2) di fakultas yang sama dan meraih gelar M.A pada tahun 1969 untuk spesialis

(36)

36

Sekembalinya ke Ujung Pandang Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat wakil Rektor bidak Akademik Kemahasiswaan pada IAIN

Alaudin. Tahun 1984 merupakan babak baru karir Quraish Shihab dimulai, saat pindah tugas dari Ujung Pandang ke IAIN Jakarta, beliau aktif

mengajar bidang tafsir dan „Ulumul Qur‟an di program S1,S2, dan S3

sampai tahun 1998. Selain menjadi Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998), beliau juga dipercaya menjadi Menteri Agama

kurang lebih dua bulan di awal tahun 1998 pada kabinet terakhir pemerintahan Soeharto. Sejak tahun 1999 beliau diangkat menjadi Duta

Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk Negara Republik Arab Mesir dan merangkap Negara Djibauti berkedudukan di Kairo sampai tahun 2002. Sejak itu beliau kembali ke tanah air, dan konsen

menyelesaikan karya tafsir 30 juz “Tafsir Al- Misbah” yang terdiri dari 15

volume buku, kitab tafsir Al-Misbah merupakan tafsir Al-Qur‟an terlengkap

pertama dalam kurun waktu 30 tahun terakhir http://theprotectorofislam.blogspot.co.id/(senin, 29 Februari 2016, 15:00).

2. Metode dan Corak Kitab Tafsir Al-Misbah a. Metode Kitab Tafsir Al-Misbah

Dalam tafsirnya M. Quraish Shihab menggunakan metode tahlili,

sebuah bentuk karya tafsir yang berusaha mengungkap suatu kandungan

Al-Qur‟an dari berbagai aspeknya.Dari segi teknis kitab tafsir Al-Misbah

(37)

37

dan korelasi Asbab al-nuzul serta hal-hal lain yang dianggap dapat membantu untuk memahami ayat-ayat Al-Qur‟an.

Pemilihan metode tahlili yang digunakan dalam tafsir Al-Misbah didasarkan pada kesadaran M.Quraish Shihab bahwa metode maudhu‟i

yang sering digunakan pada karyanya yang berjudul “Membumikan Al

-Qur‟an” dan “Wawasan Al-Qur‟an” selain mempunyai keunggulan

dalam memperkenalkan konsep Al-Qur‟an tentang tema-tema yang tidak

terbatas. Jadi dengan ditetapkan judul pembahsan yang akan dikaji hanya satu sudut dari permasalahan tersebut. Dengan demikian kendala untuk

memahami Al-Qur‟an secara lebih komprehensif tetap masih ada http://rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan-coraktafsir-al-misbah.html

(Senin, 29 Februari, 15:00).

b. Corak Tafsir Al-Misbah

Tafsir Al-Misbah cenderung bercorak sastra budaya dan

kemasyarakatan “adabi al-ijtima‟i” yaitu corak tafsir Al-Qur‟an yang

berusaha memahami nash-nash Al-Qur‟an dengan cara mengemukakan

ungkapan-ungkapan Al-Qur‟an secara teliti. Kemudian menjelaskan makna-makna yang dimaksud Al-Qur‟an tersebut dengan bahasa yang indah dan menarik, dan seorang mufassir berusaha menghubungkan

nash-nash Al-Qur‟an yang dikaji dengan kenyataan sosial dengan sistem budaya yang ada.

Corak tafsir penafsiran kitab Al-Misbah ini ditekankan bukan

(38)

38

tetapi arah penafsirannya ditekankan pada kebutuhan masyarakat yang kemudian disebut corak tafsir Adabi al-Ijtima‟i. Corak tafsir Al-Misbah

merupakan salah satu yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaan kepada Al-Qur‟an serta memotivasi untuk menggali

makna-makna dan rahasia-rahasia Al-Qur‟an

http://rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan-coraktafsir-al-misbah.html

(Senin, 29 Februari, 15:00).

3. Karakter Kitab Tafsir Al-Misbah

Ada tiga karakter yang harus dimiliki oleh sebuah karya tafsir

bercorak sastra budaya dan kemsyarakatan. Pertama menjelaskan petunjuk ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan menjelaskan bahwa Al-Qur‟an itu kitab suci yang kekal sepanjang zaman.

Kedua penjelasan-penjelasannya lebih tertuju pada penanggulangan penyakit dan masalah-masalah yang sedang mengemuka dalam masyarakat,

dan ketiga disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami dan indah didengar.

Tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab memenuhi ketiga persyaratan tersebut. Kaitannya dengan karakter yang pertama, tafsir Al-Misbah selalu menghadirkan penjelasan akan petunjuk dengan

menghubungkan kehidupan masyarakat dan menjelaskan bahwa Al-Qur‟an itu kitab suci yang kekal sepanjang zaman. Kemudian karakter yang kedua,

(39)

39

beliau menggunakan bahasa yang membumi.M.Quraish Shihab lebih mengedepankan kemudahan pembaca yang tingkat intelektualitasnya

relative lebih beragam. Hal ini dapat dilihat pada karya-karyanya yang mudah dicerna dan dimengerti oleh semua lapisan khususnya di Indonesia,

sehingga jika dibandingkan denga tulisan-tulisan cendikiawan muslim Indonesia lainnya, karya-karya M. Quraish Shihab pada umumnya dan kitab tafsir Al-Misbah pada khususnya tampil sebagai karya tulis yang khas

(40)

40

BAB III KAJIAN TAFSIR

A. Surat Luqman Ayat 12-13

Artinya:Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa yang tidak bersyukur,

maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"(QS.

Luqman [31]:12).

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu

ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan

(Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar"(QS. Luqman

[31]:13).

Ayat 12 menguraikan tentang salah seorang yang bernama

Luqman yang dianugerahkan oleh Allah berupa hikmah, sambil menjelaskan beberapa butir hikmah yang pernah beliau sampaikan kepada

(41)

41

pengetahuan tentang sesuatu yang utama – ilmu yang paling utama dan wujud yang paling agung – yakni Allah SWT (Shihab, 2002: 120).

Hikmah berarti “Mengetahui yang paling utama dari segala

sesuatu, baik pengetahuan, maupun perbuatan. Hikmah adalah ilmu

amaliah dan amal ilmiah, dengan maksud ilmu yang didukung oleh amal, dan amal yang tepat dan didukung oleh ilmu. Bahwa hikmah adalah syukur, karena dengan bersyukur seseorang lebih mengenal Allah dan

anugerah-Nya.

Kata hikmah ditarik dari kata hakamah, yang berarti kendali.

Kendali menghalangi hewan/kendaraan mengarah ke arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih perbuatan yang terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari hikmah. Memilih yang terbaik dan sesuai dari dua

hal yang buruk pun, dinamai hikmah dan pelakunya dinamai hakim. Adapun hikmah yang diberikan oleh Allah kepada Luqman al-Hakim

meliputi keahlian dalam mengontrol pandangan, menjaga lidah, menjaga kesucian makanan, memelihara kemaluan, berkata jujur, memenuhi janji,

menghormati tamu, memelihara hubungan baik dan meninggalkan perkara yang tidak baik (Ar-Rifa‟i, 2000: 788).

Kata

نيغ

Ghaniyyun/Maha Kaya terambil dari huruf-huruf )غ(

ghain, )ن( nun, (ي( ya‟ yang merupakan maknanya berkisar pada dua hal,

yaitu kecukupan, baik yang menyangkut harta maupun selainnya. Dari sini

(42)

42

berkecukupan hidup di rumah orang tuanya, atau merasa cukup hidup sendirian tanpa suami (Shihab, 2002: 123).

Kata

(

ديحم

)

hamid/maha terpuji, terambil dari akar kata yang

terdiri dari huruf-huruf (

ح

)haa‟, (

م

) miim, (

د

) dal yang bermakna pujian,

yang digunakan untuk memuji yang diperoleh seseorang. Kata Ghaniyy

yang merupakan sifat Allah pada umumnya – di dalam Al Qur‟an – dirangkaikan dengan kata Hamid, ini untuk mengisyaratkan bahwa bukan apa saja pada sifat-Nya yang terpuji, tetapi juga jenis dan kadar

bantuan/anugerah kekayaan-Nya (Shihab, 2002: 124).

Luqman memulai nasehatnya dengan menekankan perlunya

menghindari syirik/mempersekutukan Allah. larangan ini sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan ke-Esaan Tuhan. Bahwa redaksinya berbentuk larangan, jangan mempersekutukan Allah untuk

menekan perlunya meninggalkan sesuatu yang buruk sebelum melaksanakan yang baik.

Kata (

هظعي

) ya‟izhuhuu terambil dari kata (

ظعو

)wa‟zh yaitu

nasihatmenyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Adapun juga yang mengartikan sebagai ucapan yang mengandung

peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih sayang

(43)

43

sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan yang akan datang.

Kata (

ّني

) bunayya adalah patron yang menggambarkan

kemungilan. Berasal dari kata (

ني ا

) ibny, dari kata (

ن ا

) ibn yakni anak

lelaki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dengan kata

lain kata tersebut memberi isyarat bahwa mendidik anak hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta didik (Shihab, 2002: 125).

Jadi pada ayat ke 12 menjelaskan tentang hikmah Luqman yang diberikan oleh Allah SWT, dan dalam ayat 13 menjelaskan tentang

larangan mempersekutukan Allah.

B. Surat Luqman Ayat 14-15

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua

orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS.

(44)

44

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”

(QS. Luqman [31]: 15).

1. Asbab an Nuzul

Asbabun nuzul artinya sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur‟an. Ilmu

ini sangat bermanfaat dalam memahami ayat. Itulah sebabnya banyak

ulama yang sangat memperhatikan ilmu asbabun nuzul. Bahkan, ada sebagian ulama yang menyususnnya secara khusus. Mereka adalah Ali

Ibnu Al-Madini, guru Imam Bukhari serta ulama-ulama lain (Ash-shabuni, 1999: 39). Ada banyak manfaat yang dapat diraih dari pengetahuan tentang asbabun nuzul, diantaranya adalah (Al-Hasni, 1999:

27):

a. Mengetahui hikmah yang menjadi dasar penetapan hukum-hukum

syara‟.

b. Asbabun nuzul merupakan cara yang paling kuat untuk memahami

makna-makna al-Qur‟an.

Dalam hal ini At-Thabari menyatakan bahwa pada ayat 14 dan 15

diturunkan dalam kasus Sa‟ad bin Abi Waqas ketika dia masuk Islam.

Ibunya tidak rela dengan keislaman Sa‟ad dan bersumpah untuk tidak makan dan tidak minum sampai mati atau jika dia menghendaki ibunya

tidak mati, maka dia harus meninggalkan Islam.Sa‟ad mengabaikan

(45)

45

mengunjungi dan memberinya minum. Ketika ibunya meninggal , turunlah kedua ayat ini (Al Ghamidi,2011: 118).

2. Kajian Tafsir

Pesan pada ayat 14 disebabkan karena seorang ibu telah mengandungnya dalam keadaan kelemahan di atas kelemahan, yakni kelemahan berganda dan dari saat ke saat bertambah-tambah. Lalu dia

melahirkannya dengan susah payah, kemudian memelihara dan menyusukannya setiap saat, bahkan di tengah malam, ketika saat manusia

lain tertidur nyenyak. Demikian hingga tiba masa penyapiannya di dalam dua tahun terhitung sejak kelahiran sang anak.

Kata (

انهو

) wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang

dimaksud di sini kurangnya kemampuan memikul beban kehamilan,

penyusuan dan pemeliharaan anak. Patronkata yang digunakan ayat inilah yang mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai dilukiskan bagaikan kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan

dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya dan dipikulnya (Shihab, 2002: 130).

Al-Qur‟an hampir tidak berpesan kepada ibu bapaknya untuk berbuat baik kepada anaknya kecuali sangat terbatas, yaitu pada larangan membunuh anak.Ini karena seperti riwayat yang dinisbahkan Ibn Asyur

kepada Luqman diatas, Allah telah menjadikan orang tua secara naluriah rela kepada anaknya. Kedua orang tua bersedia mengorbankan apa saja

(46)

46

namun dalam pemberian itu sang ayah dan ibu justru merasa “menerima

dari anaknya”. Ini berbeda dengan anak, yang tidak jarang melupakan

sedikit atau banyak jasa-jasa bapaknya.

Terkadang manusia melupakan sebagian nikmat yang telah

dianugerahkan kepadanya atau pura-pura lupa. Maka, Al-Qur‟an mengingatkan manusia dengan sesuatu yang tidak mungkin dibantah oleh manusia betapa pun ia sangat jauh tersesat atau terlena. Ibunya telah

mengandung, melahirkan dan menyusuinya dalam kondisi yang lemah. Kenyataan ini semakin menegaskan betapa pun lemahnya kondisi ibu, dia

rela berkorban dan menanggung penderitaan saat mengandung. Oleh karena itu, ia layak mendapatkan penghormatan, balasan, dan rasa syukur.

Selanjutnya, Al-Qur‟an membahas kelemahan manusia ini di mana

sering kali mereka lupa bahwa dia dalam keadaan lemah yang dikarenakan sifat sombongnya di masa lalu. Oleh karena itu, Al-Qur‟an

mengingatkan bahwa sebelum menjadi kuat sesungguhnya manusia lemah. Setelah kuat, ia akan kembali menjadi lemah. Manusia hendaknya

mengingat hakikat ini karena suatu saat ia juga akan menjadi orang tua yang lemah (Al-Ghamidi, 2011: 147).

Pesan pada ayat ke 15 menegaskan tanggung jawab orang tua

terhadap pendidikan anak diisyaratkan dengan kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagai balas jasa atas jerih payah

(47)

47

sekaligus menggaris bawahi wasiatLuqman kepada anaknya tentang keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan

dimana pun.

Ayat di atas menyatakan: Dan jika keduanya– apalagi kalau hanya

salah satunya, lebih – lebih kalau orang lain – bersungguh – sungguh

memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada

pengetahuanmu tentang itu, apalagi setelah aku dan rasul-rasul

menjelaskan kebatilan mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila menggunakan nalarmu, maka janganlah engkau

mematuhi keduanya. Namun demikian jangan memutuskan hubungan

denganya atau tidak menghormatinya. Tetapi tetaplah berbakti kepada keduanya selama tidak bertentangan dengan ajaran agamamu, dan

pergaulilah keduanya di dunia yakni selama mereka hidup dan dalam

urusan keduniaan – bukan aqidah – dengan cara pergaulan yang baik,

tetapi jangan sampai hal ini mengorbankan prinsip agamamu, karena itu perhatikan tuntunan agama dan ikutilah jalan orang yang selalu kembali

kepada-Ku dalam segala urusanmu, karena semua urusan dunia kembali

kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah juga di akhirat nanti – bukan kepada siapa pun selain-Ku – kembali kamu semua, maka Ku beritakan

kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan dari kebaikan dan keburukan,

lalu masing-masing Ku beri balasan dan ganjaran(Shihab, 2002: 129).

Kata (

كادهاج

) jaahadaaka terambil dari kata (

دهج

) juhd yakni

(48)

48

upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya sungguh-sungguh pun dilarangnya, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk ancaman, maka tentu lebih-lebih

lagi bila sekedar himbauanatau peringatan (Shihab, 2002: 132).

Yang dimaksud dengan (

ملع ه كل سيل ام

) maa laisa laka bihi „ilm

adalah tidak ada pengetahuan tentang kemungkinan terjadinya. Tiadanya pengetahuan berarti tidak adanya obyek yang diketahui. Ini berarti tidak

wujudnya sesuatu yang dapat dipersekutukan oleh Allah SWT. Di sisi lain, kalau sesuatu yang tidak diketahui duduk soalnya–bolehatau tidak –

telah dilarang, maka tentu lebih terlarang lagi apabila telah terbukti adanya larangan atasnya. Bukti-bukti tentang ke-Esaan Allah dan tiadanya sekutu bagi-Nya terlalu banyak, sehingga penggalan ayat ini merupakan

penegasan tentang larangan mengikuti siapa pun–walaukedua orang tua – dan walau dengan memaksa anaknya mempersekutukan Allah (Shihab,

2002: 132).

Kata (

افورعم

) ma‟rufan mencakup segala hal yang dinilai oleh

masyarakat baik, selama tidak bertentangan dengan akidah Islamiah.

Dalam konteks ini diriwayatkan bahwa Asma‟ putri Sayyidina Abu Bakar

ra pernah didatangi oleh ibunya yang ketika itu masih musyrikah. Asma‟

bertanya kepada Nabi bagaimana seharusnya ia bersikap, maka Rasulullah menjawab untuk tetap menjalin hubungan baik, menerima dan

(49)

49

Jadi, ayat 14 menjelaskan tentang perintah berbakti dan bersyukur kepada ibu dan bapak, mengenai perjuangan ibu ketika mengandung dan

memelihara menyusui anak, serta bersyukur kepada Allah. dan ayat ke 15 menjelaskan tentang tidak ada ketaatan kepada syirik, perintah untuk

mengikuti jalan orang yang rujuk kembali kepada Allah, dan peringatan bahwa manusia akan kembali kepada Allah.

C. Surat Luqman Ayat 16

Artinya: (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya

Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. Luqman

[31]: 16)

Ketika menafsirkan kata (

لدرخ

) khardal pada QS. Al – Anbiya‟

[21]:47, mengutip penjelasan Tafsir Al – Muntakhab menyatakan bahwa

satu kilogram biji khirdal/moster terdiri atas 913.000 butir. Dengan demikian, berat sebutir biji moster hanya sekitar satu per seribu gram, atau

kurang lebih 1mg, dan merupakan biji-bijian teringan yang diketahui umat manusia sampai sekarang. Oleh karena itu, biji ini sering digunakan oleh Al-Qur‟an untuk menunjuk sesuatu yang sangat kecil dan halus (Shihab,

(50)

50

Kata (

فيطل

) lathif terambil dari kata (

فطل

) lathafa yang

huruf-hurufnya terdiri dari (

ل

) lam, (

ط

) tha, (

ف

) fa. Kata ini mengandung makna

lembut, halus atau kecil. Dari makna ini kemudian lahir makna

ketersembunyian dan ketelitian (Shihab, 2002: 134).

Imam Al – Ghazali menjelaskan bahwa yang berhak menyandang

sifat ini adalah yang mengetahui perincian kemashlahatan dan seluk beluk rahasianya, yang kecil dan yang halus, kemudian menempuh jalan untuk menyampaikannya kepada yang berhak secara lemah lembut bukan

kekerasan (Shihab, 2002: 134).

Wasiat Luqman pada ayat 16 ini adalah berkaitan dengan masalah

akhirat, dimana di dalamnya terdapat pahala yang adil dan perhitungan yang cermat atas amal perbuatan manusia yang digambarkan oleh

Al-Qur‟an dengan kata-kata indah dan menyentuh, yang membangkitkan

semangat, suatu gambaranyang menunjukkan atas ilmu Allah yang meliput, yang tidak sebiji sawi pun yang luput dari pengetahuan-Nya,

walaupun biji itu tersembunyi di dalam perut bumi, di dalam batu yang keras, atau di atas langit Allah yang luas, apalagi amal perbuatan manusia

mudah sekali diketahui-Nya. Karena pengetahuan Allah meliputi seluruh langit dan bumi (Ash-Shabuni, 2002: 391).

Jadi, ayat ke 16 menegaskan tentang semua perkara diketahui dan

(51)

51

tidak langsung menjelaskan tentang nasehat untuk berperilaku jujur dalam segala hal.

D. Surat Luqman Ayat 17

Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)

(QS. Luqman [31]: 17).

Nasehat Luqman pada ayat 17 berkaitan dengan amal-amal shaleh

yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma‟ruf dan nahi munkar, juga nasehat berupa perisai yang

membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah.

Menyuruh mengerjakan ma‟ruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri

mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agaknya yang

menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan ma‟ruf dan menjauhi munkar, tetapi memerintahkan, menyuruh dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan

(52)

52

Kata (

برص

) shabr terambil dari akar kata yang terdiri dari

huruf-huruf (

ص

) shaad, (

ب

) baa‟, (

ر

) raa‟. Maknanya berkisar pada tiga hal: 1)

menahan, 2) ketinggian sesuatu dan 3) sejenis batu. Dari makna menahan,

lahir makna konsisten / bertahan, karena yang bersbar bertahan menahan diri pada satu sikap. Seseorang yang menahan gejolak hatinya, dinamai

bersabar. Dari makna kedua, lahir kata shubr yang berarti puncak sesuatu. Dan dari makna ketiga, muncul kata ash-shubrah, yakni batu yang kukuh lagi kasar, atau potongan besi (Shihab, 2002: 137).

Ketiga makna tersebut dapat kait-berkait, apalagi pelakunya mansuia. Seorang yang sabar, akan menhan diri, dan untuk itu ia

memerlukan kekukuhan jiwa, dan mental baja, agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkannya. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai yang baik atau yang tebaik.

Kata (

مزع

) „azm dari bahasa berarti keteguhan hati dan tekad untuk

melakukan sesuatu. Kata ini berpatron mashdar, tetapi maksudnya adalah

objek sehingga makna penggalan ayat itu adalah shalat, amar ma‟ruf dan

nahi munkar – serta kesabaran – merupakan hal-hal yang telah diwajibkan oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad manusia(Shihab, 2002: 138).

(53)

53

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang

lurus(QS. Al-Bayyinah [98]:5).

Ketika mendirikan shalat terdapat tindakan penegakan yang sesungguhnya, dengan melakukan penolakan secara eksternal, menjaga

diri untuk mewujudkan nilai-nilainya, melakukan kebaikan, menjauhi keburukan dan kemunkaran, melawan segala kecemasan bila datang bencana, dan ridla, serta tenang hati menerima ketentuan Allah.

Shalat menanamkan rasa dalam hati selalu diawasi oleh Allah dan menaati batas-batas yang ditetapkan Allah dalam segala urusan hidup.

Seperti halnya ia menanamkan semangat untuk menjaga waktu, mengesampingkan godaan bersikap malas dan mengikuti hawa nafsu, dan aspek-aspek buruk lainnya (Al-Ghamidi,2011: 193).

Jadi, ayat ke 17 membahas tentang mendirikan sholat, perintah berbuat kebaikan dan larangan berbuat jahat (dakwah), dan bersabar.

(54)

54

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

Luqman menasihati anaknya dengan berkata janganlah engkau

berkeras memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia – siapa pun

dia – didorong oleh penghinaan dan kesombongan. Tetapi tampillah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila

engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih

sayangNya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan

membusungkan dada dan ajangan juga merunduk bagaikan orang sakit, jangan berlari tergesa-gesa dan jangan sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan

(55)

55

karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk (Shihab, 2002: 139).

Kata (

رّعصت

) thusha‟ir terambil dari kata )

رعّصلا

( ash-sha‟ar yaitu

penyakit yang menimpa unta dan menjadikan lehernya kesleo, sehingga ia

memaksakan dia dan berupaya keras agar berpaling sehingga tekanan tidak tertuju kepada syaraf lehernya yang mengakibatkan rasa sakit. Dari

kata inilah ayat diatas menggambarkan upaya keras dari seseorang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain. Memang sering kali

penghinaan tercermin pada keengganan melihat siapa yang dihina (Shihab, 2002: 139).

Kata (

ضرلآا فى

) fi al-ardh/di bumi disebut oleh ayat di atas, untuk

mengisyaratkan bahwa asal kejadian manusia dari tanah, sehingga dia hendaknya jangan menyombongkan diri dan melangkah angkuh di tempat

itu. Demikian kesan Al-Biqa‟i sedang Ibn„Asyur memperoleh kesan bahwa bumi adalah tempat berjalan semua orang, yang kuat dan yang

lemah, yang kaya dan yang miskin, pengusaha dan rakyat jelata. Mereka semua sama sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama,

menyombongkan diri dan merasa melebihi orang lain (Shihab, 2002: 139).

Kata (

لااتمخ

) mukhtaalan terambil dari akar kata yang sama

dengan(

ايلخ

)khayaala/khayal. Karenanya kaya ini pada mulanya berarti

(56)

56

kenyataan yang ada pada dirinya. Biasanya orang semacam ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan dibanding dengan orang

lain. Dengan demikian, keangkuhan tampak secara nyata dalam kesehariannya(Shihab, 2002: 140).

Kuda dinamai (

ليخ

) khail karena cara jalannya mengesankan

keangkuhan. Seorang yang mukhtaal membanggakan apa yang

dimilikinya, bahkan tidak jarang membanggakan apa yang pada

hakikatnya tidak ia miliki. Dan ini lah yang ditunjukkan oleh kata (

اروخف

)

fakhuuran, yakni seringkali membanggakan diri. Memang kedua kata ini

mukhtaal dan fakhuur mengandung makna kesombongan, kata yang

pertama bermakna kesombongan yang terlihat dalam tingkah laku, sedang yang kedua adalah kesombongan yang terdengar dari ucapan-ucapan (Shihab, 2002: 140).

Kata (

ضضغا

) ughdhudh termabil dari kata (

ّضغ

)ghadhdh dalam arti

penggunaan sesuatu tidak dalam potensinya yang sempurna. Mata dapat

memandang ke kiri dan ke kanan secara bebass. Perintah ghadhdh jika

ditujukkan kepada mata maka kemampuan itu hendaknya dibatasi dantidak digunakan secara maksimal. Demikian juga suara. Dengan

(57)

57

Mengenai akhlakul karimah yang patut dijadikan suri tauladan adalah Nabi Muhammad saw, perintah untuk memiliki ahlak yang mulia

selain dalam Al – Qur‟an juga seperti yang sudah dijelaskan dalam hadist riwayat Abu Hurairah sebagai berikut,

َلَقَ ف َةَّنَْلْا َس اَّنلا ُلِخْدُي اَم ِرَثْكآ ْنَع ّللّا ُلْوُسَر َلِئُس

:

ِ ُلُْلخا ُنْسُ َو َِّللّا َوْقَ ت

Rasulullah saw ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga. Beliau menjawab, „ketakwaan kepada Allah dan ahlak yang mulia‟. Beliau ditanya tentang amal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka. Maka beliau menjawab, „yaitu dua lubang; mulut dan kemaluan‟ - HR. Abu Hurairah

(Ar - Rifa‟i, 2000: 797).

Jadi, ayat ke 18 dan 19 menjelaskan tentang pendidikan akhlak, berperilaku santun, dan tidak berbuat sombong (hidup

sederhana).Demikian Luqman al-Hakim mengakhiri nasehat yang mencakup pokok-pokok tuntunan agama. Di sana ada akidah, syariat dan

akhlak (tiga unsur ajaran Al-Qur‟an). Memuat akhlak kepada Allah, kepada pihak lain dan kepada diri sendiri. Ada juga perintah moderasi yang merupakan ciri dari segala macam kebijakan, serta perintah bersabar,

yang merupakan syarat mutlak meraih sukses, duniawi dan ukhrawi. Demikian Luqman al-Hakim mendidik anaknya, bahkan memberi

tuntunan kepada siapa pun yang ingin menulusuri jalan kebajikan.

BAB IV

(58)

58

A. Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an Surat Luqman Ayat 12-19 Menurut Kitab Tafsir Al-Misbah

Al-Qur‟an memberi pengaruh yang cukup besar bagi kejiwaan

manusia secara umum.Al-Qur‟an dapat menyentuh, menarik dan

menggetarkan jiwa.Semakin dalam tingkat kebersihan jiwa, maka semakin besar peluang untuk menerima ajaran-ajaran Al-Qur‟an.Anak masih memiliki jiwa yang bersih serta fitrah yang dibawanya sejak lahir masih

belum tercemar oleh apapun.

Pembentukan kepribadian Islami adalah menjadikan anak

memiliki kemampuan berpikir, bertutur kata, bertindak, berakhlak, dan berperangai layaknya seorang muslim. Selain itu anak juga memiliki semangat juang yang tinggi dalam menyebarkan ajaran Islam, membela

kebenaran, menumpas kebatilan, serta berpegang pada nilai-nilai ajaran agama Islam dan memiliki jiwa yang shalih serta memberi manfaat bagi

sesama (Khalid, 2012: 66).

Adapun pendidikan karakter oleh Luqman yang diajarkan dalam

Al-Qur‟an Surat Luqman ayat 12-19 tersebut meliputi;

1. Pendidikan Tauhid (Ketuhanan/Larangan Mempersekutukan Allah) Syirik memiliki berbagai macam bentuk yang bertentangan

(59)

59

atau meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, bahkan seolah menyamakan antara sesuatu yang tidak bisa memberi nikmat kepada

manusia dengan Dzat yang menjadi satu-satunya sumber nikmat. Islam diturunkan untuk memerangi segala bentuk kesyirikan.

Seperti yang dikemukakan oleh Syekh Muhammad Abduh bahwa syirik adalah keyakinan bahwa ada sesuatu selain Allah yang memiliki pengaruh di atas sebab-sebab nyata yang ditetapkan oleh Allah dan

segala sesuatu ada penguasanya yang memiiki kekuatan di atas kekuatan mahluk (Al-Ghamidi: 115).

Allah pun telah memberi ancaman dalam firman-Nya:

ْكِرْشُي ْنَمَو ُءاَشَي ْنَمِل َكِلَذ َنوُد اَم ُرِفْغَ يَو ِهِ َكَرْشُي ْنَأ ُرِفْغَ ي لا ََّللّا َّنِإ

اًميِظَع اًْثِْإ َرَ تْ فا ِدَقَ ف َِّللِّبِ

Artinya, “sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,

dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An – Nisa: 48).

Dalam hal ini, Luqman mengajarkan kepada anaknya berupa nasehat dan peringatan disertai konsekuensinya.Nasehat serta kasih

sayang dengan mendorong kepada semangat, motivasi, dan dorongan untuk melakukan kebaikan, sementara penyebutan tentang

konsekuensi itu menunjukkan peringatan sebuah akibat buruk. Ibnu Sayidah juga mengungkapkan bahwa al – wa‟dzu adalah peringatan kepada manusia tentang pahala dan siksa.

(60)

60

Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi penghormatan dan pemuliaan kepada kedua orang tua. Apapun bentuk

pelecehan dan sikap merendahkan orang tua, maka Islam lewat pesan-pesan moralnya telah melarang dan mengharamkannya. Bahkan

durhaka kepada kedua orang tua termasuk diantara dosa-dosa besar yang dilarang keras.

Berbuat baik kepada kedua orang tua dan menaati keduanya

selain dalam kemaksiatan kepada Allah termasuk hal-hal yang dituntunkan syariah. Dalam hal ini Luqman memerintah dan

mengajarkan untuk berbakti dan bersyukur kepada ibu dan bapak, mengenai perjuangan ibu ketika mengandung dan memelihara menyusui anak, serta segala bentuk perjuangan dan pengorbanan

kepada anaknya yang secara tulus dan ikhlas.

Hal tersebut senada dengan firman Allah dalam QS.

Al-Ankabuut ayat 8 yang berbunyi sebagai berikut:

ِهِ َكَلَسْيَل اَم ِبِ َكِرْشُتِل َكاَدَهاَج ْنِإَو اًنْسُ ِهْيَدِلاَوِ َناَسْنلإا اَنْ يَّصَوَو

َنوُلَمْعَ ت ْمُتْ نُك اَِ ْمُ ُئِّ َنُ َف ْمُ ُع ِجْرَم ََّ ِإ اَمُهْعِطُت َف مٌمْلِع

Artinya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua

orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku

kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan(QS.

Al-Ankabuut: [29]:8).

Ketaatan seorang hamba kepada Allah adalah ketaatan mutlak,

Gambar

Table 4.2 Nilai-nilai yang Diprogramkan

Referensi

Dokumen terkait

Kebiasaan belajar yang efektif juga akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari siswa dimana mereka akan senantiasa terbiasa melakukan sesuatu dengan hasil

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh campuran bahan bakar bonggol jagung terhadap temperatur pembakaran, waktu penyalaan awal dan waktu nyala efektif

TAP MPR yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-udang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, bisa djabarkan melalui

Aplikasi ini merupakan aplikasi dari analisa yang terjadi di lapangan bagaimana prosedur penyewaan fasilitas yang ada digambarkan ke dalam rancangan sistem

Organisasi yang terbentuk dalam kelembagaan keamanan yaitu lembaga yang mengawasi/ memperhatikan keamanan di Kecamatan ataupun Kelurahan/ nagori yang ada di Kecamatan

Menurut Pidada (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi sosial adalah : kecerdasan, penalaran moral dan kecerdasan emosional. Berdasarkan uraian yang telah

and Lecours A.(2008) Nationalism and Social Policy: The Politics of Territorial Solidarity, Oxford University Press.. Berman, S.(1998) The Social Democratic Moment: Ideas and