• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN ANAK DALAM SURAT LUQMAN AYAT 12-19 PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN ANAK DALAM SURAT LUQMAN AYAT 12-19 PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH KARYA M. QURAISH SHIHAB. - Test Repository"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN ANAK DALAM SURAT LUQMAN AYAT 12-19

PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH

KARYA M. QURAISH SHIHAB

SKRIPSI

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh :

Nur Azizah NIM :111-13-298

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

ِﺮْﺴُﻌْﻟا َﻊَﻣ ﱠنِا

ًﺮْﺴُﻳ

ا

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Allah SWT. Penulis mempersembahkan skripsi sederhana ini untuk:

1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Ahyat dan Ibu Daryani yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan kelancaran urusanku. Kedua saudara perempuanku (Istiqomah dan Sukri Hidayati) serta seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan sehingga saya dapat sampai pada titik ini.

2. Sahabat-sahabatku (Erba Adli Damara, Anjar Widiyanti, Inna Udhkhiawati, dan Titisari HK.) di mana pun berada yang tak jenuh mendengarkan keluh kesahku.

3. Adityo Hernawan, yang selalu meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Saudara seperjuangan angakatan 2013 terkhusus Kelas PAI,

teman-teman PPL (Auliya, Nurul, Tia, Wasil, Endang, Umi, Irma, Laili, Huda, dan Anwar) dan teman-teman KKN (Seli, Umi, Murtafi’ah, Ratna, Syaechu, Adit, Wahid dan Ma’ani) yang memberi pengalaman baru dalam belajar sehingga penulis lebih bersemangat.

5. Keluarga besar SMC IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak motivasi dan kenangan indah bagi penulis.

6. Beberapa pihak secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu baik moril maupun materiil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala nikmat dan anugerah-Nya. Sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Skripsi ini dibuat untuk mematuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd., Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).

(10)

x

5. Bapak Dr. Sa’adi, M. ag., selaku pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan memotivasi dari awal masuk perkuliahan hingga akhir perkuliahan.

6. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali pengetahuan sehingga penuliss mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semoga amal mereka diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan ini jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kekurangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.

Dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangundemi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dalam dalam dunia pendidikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 23 Maret 2018

(11)

xi

ABSTRAK

Azizah, Nur. 2018. Pendidikan Anak dalam Surat Luqman Ayat 12-19 Perspektif Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M. Ag.

Kata Kunci: Pendidikan Anak, Surat Luqman, Perspektif Tafsir al-Misbah.

Pendidikan usia dini merupakan pendidikan terpenting dalam kehidupan anak-anak, usia ini merupakan usia pertumbuhan yang paling peka. Maka, penelitian ini membahas tentang pendidikan anak dalam surat Luqman ayat 12-13 perspektif tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab. Peneliti merumuskan masalah agar penelitian tidak jauh melebar, peneliti merumuskan masalah pada; 1) Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab terhadap surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak, dan 2) Bagaimana implementasi pemikiran M. Quraish Shihab terhadap surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari?

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian

library research. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer yang

merupakan sumber data utama yang berkaitan langsung dengan objek riset meliputi QS Luqman ayat 12-19 dan tafsir al-Misbah kemudian sumber sekunder meliputi jurnal, hadits dan buku-buku yang mendukung dan melengkapi data-data primer. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga poin pendidikan anak dalam surah Luqman ayat 12-19 menurut Quraish Shihab yaitu: 1) Pendidikan Akidah (tauhid), 2) Pendidikan (Syariah) Ibadah, dan 3) Pendidikan Akhlak. Adapun implementasi pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari yaitu: 1) Pendidikan tauhid (akidah), dengan cara; melantunkan adzan di telinga kanan dan iqomah ditelinga kiri ketika bayi lahir, mendekatkan anak-anak dengan cerita yang mengesakan Allah, mengajak anak untuk merenungkan ciptaan Allah dan segala hikmah di baliknya. 2) Pendidikan syari’ah (ibadah), dengan cara; menjadi tauladan dalam beribadah seperti sholat, bersabar, dan ber-amar ma’ruf nahi munkar,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LOGO ... ii

NOTA PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

DEKLARASI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

D. Kajian Penelitian Terdahulu ... 9

E. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Pengertian Pendidikan Anak ... 12

(13)

xiii

C. Pedoman Dasar dalam Mendidik Anak ... 19

D. Surat Luqman 12-19 ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian ... 32

B. Sumber Data ... 32

C. Teknik Analisis Data.. ... 33

BAB IV PEMBAHASAN A. Biografi M. Quraish Shihab... 35

B. Tafsir Al-Misbah... 40

C. Asbabun Nuzul ... 43

D. Munasabah ... 45

E. Penafsiran M. Quraish Shihab QS Luqman: 12-19... 48

F. Implementasi Pemikiran M. Quraish Shihab dalam Kehidupan Sehari-hari ... 59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Secara umum pendidikan merupakan suatu cara untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin canggih dalam teknologi dan informasi, juga dalam menghadapi kehidupan masyarakat menuju masa depan yang maju dan berakhlak mulia. Dalam hal ini, pendidikan memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan anak didik yang cerdas, baik dalam intelektual maupun akhlak sebagai bekal kehidupannya.

(15)

2

Dari pengertian di atas, sangat jelas menunjukkan pentingnya pendidikan anak usia dini dalam rangka mengembangkan kepribadian seorang anak yang akan sangat berguna di masa yang akan datang. Pada usia inilah ditanamkan serangkai ilmu yang akan membentengi dirinya dari pengaruh buruk kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kata-kata pendidikan anak tampak merujuk kepada muatan atau isi pendidikan yang harus disampaikan kepada anak. Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia serta untuk mencapai suatu tujuan. Perlakuan itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan kapasitas dan potensi-potensi yang ada pada manusia. Demikian pula tujuan yang hendak dicapai akan manusiawi dengan memanifestasikan aspek-aspek kemanusiaan (Aly dan Suparta, 2003: 111).

(16)

3

ﻪﻧﺎﺴﺠﳝو ﻪﻧاﺮﺼﻨﻳو ﻪﻧادﻮﻬﻳ ﻩاﻮﺑﺄﻓ ةﺮﻄﻔﻟا ﻰﻠﻋ ﺪﻟﻮﻳ دﻮﻟﻮﻣ ﻞﻛ

Artinya:

“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua ibu dan bapaknyalah yang membuatnya membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (al-Bukhari, 2001:92)

Sabda Rasul tersebut memberi isyarat tentang pentingnya lingkungan sosial dan pendidikan. Manusia mulai belajar melalui pendengaran dan penglihatan sebagaimana diungkapkan di atas yakni dengan panca indra, proses pengalaman dan penelitian. Inilah yang diungkapkan al-Qur’an dengan kata al-sam’ dan al-bashar. Selanjutnya dia mulai belajar nalar, perenungan dan

pemahaman. Inilah yang diungkapkan dalam al-fu’ad (Aly dan Suparta,

2003:106-107).

(17)

4

Berbicara masalah pendidikan anak, al-Qur’an juga memiliki perintah untuk menjaga keluarga terutama keturunan. Sebagaimana yang terkandung dalam at-Tahrim (66) ayat 6:

...اًر َ+ ْﻢُﻜْﻴِﻠْﻫَأَو ﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨَﻣاَء َﻦﻳ ﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳ ََٰ8

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka….” (Qs. at-Tahrim: 6) (Yayasan

penyelenggara Penterjemah. 2002:1063)

Ayat ini mengingatkan pada semua manusia khususnya orang-orang beriman agar mereka tidak meninggalkan anak keturunannya yang lemah jiwa dan raga serta menjaganya dari siksa api neraka. Dalam arti orang tua berperan sebagai pendidik, karena pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Oleh karenanya dituntutlah mereka agar bertaqwa kepada Allah SWT, sehingga terjaga kualitas dirinya dan terhindar dari api neraka serta menjadi teladan bagi anak-anaknya. Di samping itu mereka dituntut juga agar mengucapkan kata-kata yang benar kepada anak-anak mereka dalam arti mendidiknya dengan berlandaskan rasa takwa, sehingga anak-anak mereka menjadi keturunan yang kuat sejahtera dan selamat dari api neraka. (Marimba, 1996:37)

(18)

5

sayang bagi anak-anak mereka. mencipakan suasana nyaman dan menyenangkan agar dapat mendorong anak agar selanjutnya menjadi anak yang berhasil sebagaimana yang telah diajarkan dalam al-Qur’an (Rimm, 2003:xv). Setiap orang tua perlu mengajarkan kebaikan, sensitivitas, tanggung jawab, dan akhlak yang baik kepada setiap anaknya, dengan harapan agar mereka menjadi generasi yang sukses dan tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak diinginkan. Jika ingin berhasil mencapai keinginan itu, maka orang tua menerapkan prinsip-prinsip tertentu dan menumbuhkan nilai-nilai serta norma yang baik dalam diri anak.

Anak merupakan peniru yang handal, mereka mudah menyerap informasi yang didapat dari orangtua maupun lingkungan sekitar. Terlebih, teknologi informasi yang ada saat ini berkembang begitu pesat harus diimbangi dengan bekal nilai-nilai dan moral agar anak tidak ikut tergerus dalam arus globalisasi dan terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak semestinya.

(19)

(http://tribunnews.com/regional/2018/03/11/tawuran-pelajar-di-6

buton-masalah-antar-kampung-merembet-ke-sekolah-karena-hal-sepele/, diakses pada Rabu, 4 April 2018, pukul 09.05 WIB) Dalam sumber lain disebutkan seorang siswi SMP di Blitar mengalami tindak kekerasan oleh teman-temannya

dikarenakan masalah asmara.

(http://detik.com/news/jawatimur/1980436/penganiayaan-yang-menimpa-siswi-smp-di-blitar-di-duga-karena-asmara diakses pada Rabu, 4 April 2018, pukul 09.36 WIB) Sedang di Kabupaten Pidie terdapat tiga remaja yang ditangkap polisi saat tengah pesta sabu di dalam sebuah rumah kosong (Agus Setyadi, dikutip dari http://detik.com/news/berita/d-3498526/pesta-sabu-di-rumah-kosong-3-remaja-di-tangkap-saat-sedang-fly diakses pada Rabu, 4 April 2018, pukul 09.45 WIB) Beberapa contoh kenakalan remaja di atas diperparah dengan adanya prilaku seks bebas. Menurut pemaparan Dr. Boy Abidin, SpOG. data kehamilan remaja di Indonesia menunjukkan hamil di luar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama mau 12,9%, tidak terduga sebanyak 45%, dan seks bebas sendiri mencapai 22,6%. (http://detik.com/news/berita/787950/226-remaja-penganut-seks-bebas, diakses pada Rabu, 4 April 2018, pukul 10.11 WIB).

(20)

7

Berbagai fenomena tersebut para praktisi pendidikan selalu menyempurnakan sistem atau kurikulum pendidikan, tetapi hasil yang didapatkan tidaklah sesuai dengan harapan. Hal ini malah semakin memperparah kondisi moral anak-anak karena mereka hanya memikirkan pendidikan formal. Di sinilah pentingnya pendidikan anak diajarkan sejak dini mulai dari lingkungan terkecil (orangtua), sekolah formal maupun non formal dan diterapkan dalam masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Oleh karenanya, untuk memenuhi harapan orangtua diperlukan cara mendidik anak dengan baik dan benar, al-Qur’an telah menyebutkan cara-cara mendidik anak dengan baik yang tertuang dalam surat Luqman yang terangkum dalam ayat 12-19.

Sehubungan dengan itu penulis memfokuskan pada tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab. M. Quraish Shihab memang bukanlah satu-satunya pakar al-Qur’an di Indonesia, akan tetapi kemampuannya dalam menerjemahkan dan menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an dalam konteks masa kini dan modern membuatnya lebih dikenal dan unggul. Di samping itu juga bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia sehingga dapat memudahkan para pembaca dalam memahami isi al-Qur’an sebagai pedoman atau petunjuk bagi manusia.

(21)

8

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab terhadap Surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak?

2. Bagaimana implementasi pemikiran M. Quraish Shihab terhadap Surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak dalam kehidupan Sehari-hari?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penafsiran M. Quraish Shihab terhadap Surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak.

2. Untuk mengetahui implementasi Muhammad Quraish Shihab terhadap Surat Luqman ayat 12-19 tentang pendidikan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Secara teoritis dapat dijadikan bahan informasi atau wawasan baru mengenai

cara mendidik anak yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an.

(22)

9

D. Kajian Penelitian Terdahulu

Untuk menghidari terjadinya kesamaan terhadap penelitian yang sudah ada sebelumnya maka penulis mengadakan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, diantaranya sebagai berikut :

1. Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam surat LUqman (Analisis Surat Luqman ayat 12-19) karya Ari Firmansyah, mahasiswa Fakultas

Tarbiyah UIN Malang tahun 2007. Dalam penelitian ini lebih menitik beratkan tentang pengertian dasar nilai-nilai, pengertian dasar pendidikan, tujuan nilai pendidikan, landasan nilai pendidikan Islam, dan pendidikan Islam, sedangkan analisis surat Luqman hanya menjelaskan gambaran secara umum mengenai kandungan nilai yang terdapat dalam surat tersebut.

2. Skripsi yang berjudul Pendidikan Anak Usia Dini dalam Al-Qur’an (Kajian Tafsir QS. Luqman ayat 12-15) Karya Azhari, mahasiswa Fakultas Tarbiyah

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Dalam Penelitian ini lebih menitik beratkan pada kajian tafsir yang terkandung dalam QS. Luqman: 12-15, dan konsep pendidikan anak usia dini yang merujuk pada Al-Qur’an dan pendapat para pakar ulama.

3. Skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Keluarga dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-19. Karya Bangkit Putra Dewandaru, mahasiswa

(23)

10

diantaranya pendidikan kepribadian, pendidikan keagamaan, dan pendidikan akhlak.

Demikian ada beberapa penelitian yang membahas tentang surat Luqman dan Pendidikan anak. Namun, penulis mencoba memberikan perbedaan dari pembahasan yang pernah dibahas dalam penelitian di atas. Sisi perbedaannya menggali lebih dalam mengenai kandungan surat Luqman terutama ayat 12-19 dan menyajikan solusi bagaimana mendidik anak menurut M. Quraish Shihab dan pendidikan yang belum dibahas dalam penelitian di atas.

E. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini lebih mudah dipahami, maka tentunya perlu dibuat sistematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

(24)

11

BAB II : Tinjauan Teoretis

Pada bab ini berisi pengertian pendidikan anak, dasar dan tujuan pendidikan anak, pedoman dasar dalam mendidik anak, surat Luqman ayat 12-19.

BAB III :Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisi tentang jenis penelitian dan pendekatan penelitian, sumber data, dan teknis analisis data.

BAB IV : Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang biografi M. Quraish Shihab, tafsir al-Misbah, asbabun nuzul, munasabah, penafsiran M. Quraish Shihab, implementasi pemikiran M. Quraish Shihab dalam kehidupan sehari-hari.

BAB V : Penutup

(25)

12

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian Pendidikan Anak

Menurut bahasa pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan. Sedang menurut istilah pendidikan adalah menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak mempunyai sifat yang baik dan pribadi yang utama (Zahairini, Ghofir, dan Slamet 1983:27).

Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pegendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulai, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara(Undang-Undang Republik Indonesia, 2003:1).

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara di dalam bukunya (Ihsan, 1995:5). Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak; dalam taman siswa tidak boleh dipisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, hidup dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya.

(26)

13

al-Qur’an.Anak merupakan generasi penerus bangsa, maka baik buruknya bangsa di masa depan sangat ditentukan oleh anak di masa sekarang. Untuk itulah al-Qur’an telah memberikan petunjuk kepada orang tua agar memperhatikan pendidikan anak terutama sejak masa kecil. Dalam proses pendidikan, sebelum mengenal masyarakat secara luas dan mendapat bimbingan dari sekolah, anak terlebih dahulu memperoleh perawatan dan bimbingan dari kedua orang tuanya (Mansur, 2006: 6).

Pendidikan anak adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan anak juga merupakan bimbingan atau suatu proses yang diberikan oleh orang yang lebih dewasa (orang tua atau guru), demi terbentuknya kedewasaan, baik emosi, mental, cara berpikir, maupun kedewasaan fisik bagi generasi penerus, mulai dari anak keluar dari fase bayi hingga menjelang pubertas.

(27)

14

memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas kependidikan (Daradjat, 1995:69).

Menurut perspektif Islam, pendidikan anak adalah proses mendidik, mengasuh, dan melatih jasmani dan rohani mereka yang dilakukan orangtua sebagai tanggung jawabnya terhadap anak dengan berlandaskan nilai baik dan terpuji bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Bahkan dalam Islam sistem pendidikan keluarga ini dipandang sebagai penentu masa depan anak. Sampai-sampai di ibaratkan bahwa surga dan neraka anak tergantung terhadap orangtuanya. Maksudnya adalah untuk melahirkan anak yang menjadi generasi insan yang rabbani yang beriman, bertaqwa, dan beramal shaleh

adalah tanggung jawab orangtua.

Apabila pembinaan agama itu tidak diberikan kepada anak sejak kecil, maka akan sukar baginya untuk menerima apabila ia telah dewasa, karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu tidak terdapat unsur-unsur agama. Jika dalam kepribadian itu tidak ada nilai-nilai agama, akan mudah orang melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya tanpa mengindahkan kepentingan dan hak orang lain. Ia selalu didesak oleh keinginan dan kebutuhan yang pada dasarnya tidak mengenal batas-batas, hokum, dan norma (Subqi. 2016:179).

(28)

15

generasi dambaan umat di masa depan. Ia akan menjadi anak sholeh dengan kepribadian islamnya yang tinggi layaknya teladan umat muslim di seluruh dunia yaitu Nabi Muhammad SAW.

B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Anak 1. Dasar pendidikan anak

Dalam pelaksanaan pendidikan anak di Indonesia mempunyai dasar yang dapat ditinjau dari segi aspek berikut:

a. Dasar yuridis atau hukum

Dasar dari sisi ini berasal dari peraturan-peraturan perundang-undangan yang secara langsung dapat dijadikan pedoman atau dasar hokum pelkasnaan dan pembinaan anak, yang dapat dilihat pada undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 pada bab II pasal 3 yaitu:

Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab.

b. Dasar religius atau agama

(29)

16

anak adalah sama dengan amanah dari Allah, yaitu harus dipelihara, seperti disebutkan dalam surah al-Tahrim [66]: 6.

اًر َ+ ْﻢُﻜْﻴِﻠْﻫَأَو ﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَأ اﻮُﻗ اﻮُﻨَﻣاَء َﻦﻳ ﺬﱠﻟا ﺎَﻬﱡـﻳ ََٰ8

ﺎَﻬْـﻴَﻠَﻋ ُةَر ﺎَﺠِْﳊاَو ُسﺎﱠﻨﻟاﺎَﻫُدﻮُﻗ َو

َٰﻠَﻣ

َٰﻣ ﷲ َنْﻮُﺼْﻌَـﻳ ﱠﻻ ٌداَﺪِﺷ ٌظَﻼِﻏ ُﺔَﻜِﺌ

َنْوُﺮَﻣ ْﺆُـﻳ ﺎَﻣ َنْﻮُﻠَﻌْﻔَـﻳَو ْﻢُﻫَﺮَﻣَأ ﺎ

۝

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Kementrian Agama RI, 2012:560).

Menurut tafsir ayat-ayat pendidikan (tafsir al-ayat Al-Tarbawi), Abuddin Nata memberikan penjelasan, bahwa

ْﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَااْﻮُـﻗ

berarti

membuat penghalang datangnya siksaan api neraka, dengan cara menjauhkan perbuatan maksiat, memperkuat diri agar tidak mengikuti hawa nafsu, dan senantiasa taat menjalankan perintah Allah SWT. Sedangkan

ْﻢُﻜِﻠْﻫَاَو

Ada keluarga yang terdiri dari istri, anak, pembantu,

(30)

17

Ayat ini memberikan anjuran untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan mengenai kebaikan terhadap diri dan keluarga. Hamka menjelaskan bahwa beriman saja tidaklah cukup, iman mestilah dipelihara baik untuk keselamatan diri dan rumah tangga. Sebab dari rumah tangga itulah dimulai menanamkan iman dan memupuk Islam. Karena dari rumah tangga akan terbentuk umat, dan dalam umat itulah akan tegak masyarakat Islam. Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang bersamaan pandangan hidup, bersamaan penilaian terhadap alam (Hamka, 1999:7507).

Berkaitan dengan surah al-Tahrim ayat 6 tersebut, Quraish Shihab memberikan makna pada “memelihara keluarga” yang meliputi istri, anak-anak dan seluruh yang ada di bawah tanggung jawab suami, dengan membimbing dan mendidik mereka agar semuanya terhindar dari api neraka (Shihab, 2004: 326). Ahmad Mushtafa Al Maraghi juga memberikan penafsiranya berupa, mengajarkan kepada keluarga akan perbuatan yang dapat menjaga diri melalui nasehat dan pengajaran. Al-ahl (keluarga) disini mencakup istri, anak-anak, budak

baik laki atau perempuan (Al-Maraghi, 1989:261-262). 2. Tujuan Pendidikan Anak

(31)

18

sebagaimana yang diisyaratkan dalam ajarannya yang pertama untuk mencerdaskan manusia lewat proses baca tulis yang akan mengembangkan ilmunya untuk mencapai tujuan spiritual, materi, sosial, individu dan tujuan lainnya (al-Qurashi, 2003:31).

Dalam membahas tujuan pendidikan anak, tentu tidak dapat lepas dari tujuan pendidikan Islam yaitu untuk mencapai tujuan hidup muslim. sebagaimana ungkapan Chabib Thoha bahwa tujuan pendidikan secara umum adalah untuk mencapai tujuan hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah SWT. Agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada-Nya (Thoha, 1996:100).

Pendapat senada juga dikatakan oleh Heri Noer Aly dan Munzier tentang tujuan pendidikan Islam dan mengkatagorikannya menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat (Aly dan Munzier, 2000:142). Dari tujuan umum tersebut, kemudian mereka membagi menjadi tiga tujuan khusus, yaitu: a) Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan dimensi

(32)

19

b) Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh, baik dalam keluarga, `amupun masyarakat muslim.

c) Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat (Aly dan Munzier, 2000:143-144).

Sehingga dari tujuan-tujuan tersebut, diharapkan proses pendidikan dapat menciptakan manusia yang bertakwa kepada Allah. Karena ketakwaan merupakan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan pendidikan Islam, kedamaian hidup di dunia (bermasyarakat dan bernegara) dapat terjalin dengan baik, sehingga membawa kebahagiaan akhirat.

C. Pedoman Dasar dalam Mendidik Anak

Pada prinsipnya pedoman dasar yang harus diberikan kepada anak tidak lain adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni akidah atau tauhid, ibadah dan akhlak. 1. Pendidikan akidah (tauhid)

(33)

20

akidah meskipun anak masih kecil dan belum layak untuk diajak berfikir tentang hakikat Tuhan, malaikat, nabi, kitab suci, hari akhir dan qadha dan qadar, tetapi anak sudah dapat diberi pendidikan tentang akidah.

2. Pendidikan syariah (ibadah)

Pendidikan ibadah merupakan hal yang penting bagi perkembangan anak. Sebagaimana yang termaktub dalam ajaran fikih Islam yang menyatakan bahwa pendidikan ibadah hendaknya diajarkan mulai dari masa kanak-kanak atau masa usia dini. Pendidikan ibadah diajarkan mulai usia dini agar supaya mereka kelak benar-benar dapat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran Islam dan menjadi insan yang taat melaksanakan segala perintah agama dan taat pula menjauhi segala larangan. Ibadah sebagai realisasi dari akidah Islamiah harus tetap terpancar dan teramalkan dengan baik oleh anak.

(34)

21

dan guru dalam hal ini mengembangkan potensi anak-anak sejak usia dini dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan yang harus ditanamkan oleh guru seyogyanya diintegrasikan atau dipadukan dalam kegiatan belajar mengajar dari pembukaan sampai penutup. Apabila nilai-nilai tersebut telah tertanam kuat pada diri anak maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan memiliki kemampuan untuk mencegah dan menangkal serta membentengi mereka dari berbagai pengaruh yang negative. Sebaliknya jika nilai-nilai keagamaan itu tidak ditanamkan secara maksimal maka yang akan muncul adalah perilaku-perilaku kurang baik dan cenderung menyimpang dari aturan agama.

3. Pendidikan akhlak

Kata akhlak berasal dari khalaqa yang artinya kelakuan, tabiat,

(35)

22

yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup. Dari kelakuan itu lahirlah perasaan (moral) yang terdapat dalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk (Darajat, 1995:10). Penerapan akhlak dapat dipandang dari dua sisi, yaitu secara vertikal dan horizontal.

Adapun akhlak secara vertikal adalah akhlak kepada Allah yaitu suatu tatacara etika melakukan hubungan atau komunikasi dengan Allah sebagai tanda syukur atas rahmat dan karunia-Nya yang beraneka ragam. Sedangkan akhlak secara horizontal yaitu sikap dan etika perbuatan terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia dan terhadap alam sekitarnya. Untuk menumbuhkan generasi penerus yang ber-akhlakul karimah, maka perlu diberikan dan ditanamkan kepada anak sejak dini tata

(36)

23

12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

(37)

24

mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang ibu bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu.

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberikan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

16. (Luqman berkata); “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

2. Pendidikan anak dalam QS. Luqman menurut M. Quraish Shihab a. Pendidikan akidah (tauhid)

Tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya yang memiliki sifat rububiyyah dan uluhiyyah serta

(38)

25

ke dalam tiga bagian, yaitu: (1)Tauhid Rububiyyah, yaitu mengesakan

Allah SWT dalam hal-hal perbuatan-perbuatan-Nya, seperti menciptakan, member rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan dan sebagainya. (2) Tauhid Uluhiyyah, adalah mengesakan

Allah SWT dengan perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya. Karena itu semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal do’a, khauf,

tawakkal, meminta pertolongan, dan meminta perlindungan. (3) Tauhid al-Asma dan as-Siffat, yaitu beriman kepada setiap nama dan

sifat Allah SWT yang ada di dalam al-Qur’anul Karim dan al-Hadits (Syukur, 2015: 73-76).

1) Syirik

(39)

26

pelajaran keduniaan. Pelajaran tauhid merupakan pondasi utama kehidupan. Apabila pondasi tidak kokoh bagaimana akan tetap tegak melewati badai.

Syirik adalah menyamakan sesuatu dengan Allah SWT dalam hal-hal yang secara khusus dimiliki oleh-Nya. Diantaranya menyamakan Allah SWT dengan makhluk-Nya mengenai sesuatu yang berkaitan dengan pemeliharaan alam, menyamakan Allah dengan makhluk-Nya mengenai nama dan sifat-Nya, menyamakan Allah SWT dengan makhluk-Nya mengenai ketuhanan (Anwar: 2015:122).

(40)

27

2) Allah Maha Mengetahui

Setelah membahas tentang tauhid, maka pada ayat 16 menunjukkan ilmu dan kekuasaan Allah sangat dalam, khususnya yang berkaitan dengan sifat Maha mengetahui. Allah mampu mengungkap segala sesuatu betapapun kecilnya, “….walau pun seberat biji sawi dan berada di dalam batu, atau di langit atau di

dalam bumi…. (Qutb, 1992: 173). Ia memiliki perhitungan dan

keadilan. Apapun pekerjaan yang dilakukan, meskipun kecil, dimanapun berada, maka Allah mengetahuinya. Ayat ini mendidik manusia agar beramal dengan ikhlas karena Allah SWT, sebab sesuatu dikerjakan tidak ada yang lolos dari pengawasan-Nya dan Allah akan membalas segala perbuatan betapapun kecilnya.

b. Pendidikan Ibadah

Ibadah secara etimologi berasal dari bahasa Arab al-ibadah yang

(41)

28

Terkait dengan ibadah ini dapat dilihat dari QS Luqman ayat 17 dimana ibadah memiliki dua arah, yaitu kepada Allah (shalat) dan ibadah kepada manusia (sosial) seperti menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran.

1) Shalat

Shalat merupakan ibadah utama, karena itulah disebuat sebagai tiang agama. Shalat merupakan perwujudan rasa syukur kita terhadap segala nikmat yang diberikan Allah. shalat dikatakan mampu mencegah perbuatan munkar selama kita berusaha melakukannya dengan benar dan khusyuk. Shalat juga penentu amal perbuatan manusia karena di hari pengadilan kelak yang pertama akan dihitung adalah ibadah shalat.

2) Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Ma’ruf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum

suatu masyarakat dan telah dikenal secara luas selama sejalan dengan

al-khayr (kebajikan) yaitu nilai-nilai ilahiah. Adapun munkar adalah

suatu yang dinilai buruk oleh mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai ilahiah. Karena kedua hal itu merupakan kesepakatan umum

masyarakat, maka ia bisa berbeda-beda antar satu komunitas masyarakat muslim satu dengan lainnya (Shihab, 2004: 308).

Dari penjelasan tersebut, terdapat pesan bahwa sikap

amarma’ruf dan nahi munkar adalah bentuk kepedulian seseorang

(42)

29

terhadap sesama dalam bersosial. Bentuk kepedulian sosial tersebut direfleksikan dengan sikap amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana

yang tertuang dalam Luqman ayat ke-17. Jika sikap ini sudah tertanam dalam diri, maka ia akan terhindar dari sikap yang hanya memikirkan diri sendiri tanpa ada kepekaan terhadap sekitarnya.

3) Sabar

Kata sabar yang terdapat pada ayat ke-17 QS Luqman berkisar kepada tiga hal; menahan, ketinggian sesuatu dan sejenis batu. Dari makna menahan, lahir makna konsisten dan bertahan, karena yang bersabar bertahan menahan diri pada suatu sikap. Seseorang menahan gejolak hatinya, dinamakan bersabar. Makna kedua, lahir kata subr

yang berarti puncak sesuatu. Makna ketiga, lahirlah al-Subrah, yaitu

batu yang kokoh lagi kasar, atau bisa juga berarti potongan besi. Ketiga makna ini dapat berkaitan, apalagi pelakunya merupakan manusia. Seorang yang sabar, akan menahan diri dan untuk itu ia memerlukan kekokohan jiwa, dan mental baja agar dapat mencapai ketinggian yang diharapkan. Sabar adalah menahan gejolak nafsu demi mencapai suatu hal yang baik atau terbaik (Shihab, 2004:310).

c. Pendidikan Akhlak

Akhlak menurut sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu: akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Akhlak mahmudah

(43)

30

penyantun, dermawan, sabar, rohmah (kasih sayang), lemah lembut, jujur

dan lainnya. Sedangkan Akhlak madzmumah (sayyi’ah/qobihah) yaitu

akhlak yang tercela, yang merupakan lawan dari akhlak yang terpuji seperti: pendendam, kikir, berkeluh kesah, keras hati, pemarah dan lainnya

Namun akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan ajaran etika, jika etika dibatasi dengan sopan santun antar sesama manusia serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriyah. Misalnya yang berkaitan dengan sifat batin atau pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda bernyawa) (Shihab, 2007: 261).

1) Berbakti kepada Orang tua

Dalam QS Luqman ayat 14-15 menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah. dengan kata lain, ayat tersebut mengisyaratkan pentingnya akhlak terhadap orang tua, dan memerintahkan manusia untuk berbuat baik terhadap kedua orang tuanya.

2) Larangan sombong dan berjalan angkuh

(44)

31

menyombongkan diri dan melangkah angkuh di atas bumi. Sikap sombong dan angkuh merupakan sikap yang tidak disukai Allah karena pada hakikatnya manusia sama dihadapan Allah dan hanya ketakwaan yang membedakan derajatnya.

3) Melunakkan Suara

Selain sombong dan angkuh, terdapat pula perintah untuk melunakkan suara, dimana manusia lebih baik diam dari pada bersuara yang tidak perlu. Orang yang mengeraskan suara tanpa keperluan dan penyebab itu disamakan dengan suara keledai, dan suara tersebut adalah yang dibenci Allah.

(45)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah library research (kepustakaan),

yaitu penelitian dengan menelaah buku atau data-data tertulis yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Peneliti akan meneliti data-data yang terungkap dalam al-Qur’an, kitab Tafsir, artikel, dan buku-buku yang penulis jadikan referensi utama.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hisoris filosofis. Pedekatan historis dimaksudkan untuk mengkaji dan mengungkap QS. Luqman ayat 12-19 seperti asbabun nuzulnya. Sedangkan pendekatan filosofis dimaksudkan untuk menelaah dan memaknai secara mendalam tentang konsep pendidikan anak dalam surah Luqman yang terdapat dalam pemikiran Quraish Shihab dalam tafsir al-misbah.

B. Sumber Data

(46)

33

1. Sumber primer adalah sumber data yang memaparkan langsung dari tangan pertama, (Muhajir, 1996:5) artinya sumber pokok yang dijadikan bahan-bahan penelitian dalam penulisan ini. Yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini adalah Al-Qur’an, Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab.

2. Sumber sekunder adalah sumber yang diperoleh, dibuat dan merupakan perubahan dari sumber pertama, yaitu data yang dijadikan sebagai literatur pendukung (Barnadib, 1982:55). Data sekunder meliputi Hadits:

Shahih al-Bukhari, Jurnal: Pola Komuniakasi Keagamaan Dalam Membentuk Kepribadian Anak karya Imam Subqi, Buku; Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini karya Hibana S. Rahman, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah karya Zakiyah Darajat, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan karya Mansur dan buku-buku lain yang

berkaitan dengan judul penelitian ini.

C. Teknik Analisis Data

(47)

34

konsepsional terhadap suatu pernyataan, sehingga dapat diperoleh kejelasan arti yang terkandung dalam pernyataan tersebut.

Metode deskriptif dalam penelitian ini diwujudkan melalui dua cara, yaitu: deduktif dan induktif. Deduktif merupakan pendekatan yang dilakukan mulai dari hal yang umum menuju hal yang khusus atau spesifik (Swarjana, 2012:5). Maka penulis mengumpulkan data mengenai surat Luqman dengan

metode tahlili, kemudian berdasarkan data yang telah diperoleh, penulis

menganalisis konsep pendidikan anak secara umum, dan menggolongkannya secara khusus sesuai surat Luqman ayat 12-19.

(48)

35

BAB IV PEMBAHASAN

A. Biografi M. Quraish Shihab 1. Riwayat hidup

M. Quraish Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada tanggal 16 Februari 1944. Pendidikan dasarnya diselesaikan di Ujung Pandang, kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, yakni di Pondok Pesantren Darul Hadits al-Faqihiyah. Ia berasal dari keluarga Arab yang

terpelajar. Ayahnya, Abdurrahman Shihab (1905-1986) adalah lulusan Jami’atul Khair Jakarta, sebuah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang mengedepankan gagasan-gagasan Islam modern. Ayahnya, selain seorang guru besar dalam bidang tafsir, juga pernah menduduki jabatan rektor IAIN Alaudin, dan tercatat sebagai pendiri Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Ujung Pandang.

(49)

36

bantuan beasiswa dari pemerintah daerah Sulawesi. Ia diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Sembilan tahun kemudian (1967) ia meraih gelar Lc (S1) pada Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir-Hadits Universitas al-Azhar. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama hingga memperoleh gelar master (MA) pada tahun 1969 untuk spesialisasi bidang tafsir Al-Qur’an. Tahun 1982 meraih gelar doctor (DR) dengan yudisium

Summa Cum Laude disertai penghargaan Tingkat Pertama di Universitas yang

sama.

Sekembalinya di Indonesia sejak tahun 1984, Quraish Shihab ditugaskan di Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah dan Pasca Sarjana. Pengabdiannya di bidang pendidikan inilah yang mengantarkannya menjadi rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 1992-1998. Kiprahnya tak terbatas pada bidang akademis saja, beliau juga percaya untuk menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (pusat) tahun 1985-1987. Anggota MPR RI 1982-1987 dan 1987-2002; dan pada 1998, dipercaya menjadi Menteri Agama RI.

Quraish Shihab aktif dalam kegiatan tulis-menulis, bahkan ia juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Lebih dari 20 buku telah lahir dari tanganya. Diantaranya yang paling legendaries ialah Membumikan Al-Qur’an

(Mizan, 1994), Lentera Hati (Mizan, 1994), Wawasan AL-Qur’an (Mizan,

1996), dan Tafsir Al-Misbah (15 Jilid, Lentera Hati, 2003). Namanya tidak

(50)

37

Sosoknya rendah hati dan tidak pernah menggurui, membuatnya diterima baik di berbagai kalangan masyarakat. Ia juga sering tampil di berbagai media untuk memberikan siraman rohani dan intelektual. Aktivitas utamanya sekarang ialah Dosen (Guru Besar) Pasca sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan Direktur Pusat Studi Al-Qur’an Jakarta. (M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi; Hidup Bersama Al-Qur’an. Jakarta: PT Mizan Pustaka. 2013 hl5-6).

2. Karya M. Quraish Shihab

Nama M. Quraish Shihab tak asing lagi dalam kajian keislaman di Indonesia, terutama dalam bidang tafsir. Beliau merupakan cendekiawan muslim yang aktif dalam tulis menulis, tak heran bila Quraish Shihab memiliki banyak karya tulis, antara lain:

a. Membumikan al-Qur’an

Buku ini merupakan kumpulan dari 60 makalah ceramah Quraish Shihab dari tahun 1975-1992. Buku ini mengajarkan bagaimana memahami al-Qur’an dan juga mencari jalan keluar bagi problem intelektual dan sosial yang muncul di masyarakat dengan berpijak pada “aturan main” al-Qur’an.

b. Wawasan al-Qur’an

(51)

38

menerima berbagai informasi keislaman, maka al-Qur’an yang diilih untuk menjadi objek kajiannya. Alasannya karena al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam sekaligus rujukan untuk menetapkan rincian ajaran.

c. Mukjizat al-Qur’an

Buku ini disusun agar pembaca mudah mencerna kandungan yang menyangkut keistimewaan dan mukjizat al-Qur’an.

d. Hidangan Ilahi Ayat-ayat Tahlil

Buku ini merupakan kumpulan ceramah dalam rangka mendoakan kematian ibu Tien Soehrarto.

e. Tafsir al-Qur’an al-Karim, Tafsir Atas Surat-surat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu.

Buku ini terbit setelah buku Wawasan al-Qur’an, namun sebagian isinya telah ditulis jauh sebelum buku Wawasan al-Qur’an terbit. Tafsir ini disusun berdasarkan urutan turunnya wahyu dan lebih mengacu pada surat-surat pendek, bukan berdasarkan urutan surat sebagaimana tercantum dalam mushaf al-Qur’an.

f. Yang Tersembunyi

(52)

39

memanfaatkan jin, kelemahan jin, dan kekuatan setan, hubungan manusia dengan malaikat sampai dengan bacaan-bacaan yang dianjurkan untuk menguatkan hati.

g. Menyingkap Tabir Ilahi Asma al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an Dalam buku ini Quraish Shihab mengajak pembacanya untuk menyingkap tabir ilahi. Melihat Allah dengan mata hati, bukan Allah yang maha pedih siksaan-Nya, tetapi amarah-Nya dikalahkan oleh rahmat-Nya yang pintu ampunannya terbuka lebar setiap saat.

h. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an

Buku Tafsir ini merupakan karya Quraish Shihab yang paling fenomenal. Penjelasannya lengkap dan disusun berdasarkan tema yang menjadi pokok kajian dalam surat al-Qur’an. Dalam tafsir ini di setiap awal surat diurai dengan detail masalah yang berkaitan dengan surat yang dikaji.

i. Lentera Hati

Buku ini merupakan sebuah analogis tentang makna dan ungkapan Islam sebagai sistem religious bagi individu muslim maupun bagi komunitas muslim Indonesia.

j. Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Tafsir Al-Qur’an

(53)

40

k. Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdhah

Buku ini membahas seputar ijtihad fardhi M. Quraish Shihab di bidang ibadah mahdhah seperti, shalat, puasa, zakat dan haji.

l. Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Muamalah

Buku ini juga membahas hal yang sama namun dalam bidang ilmu yang berbeda yaitu seputar muamalah dan cara membelanjakan harta, serta teori pemilikan yang ada dalam al-Qur’an.

m. Tafsir Al-Manar, keistimewaan dan kelemahanya

Buku ini merupakan karya yang mencoba mengkritisi pemikiran M. Abduh dan M. Rasyid (pengarang tafsir al-Manar) yang menjabarkan tentang kelebihan dan kekurangan tafsir tersebut (Roziqin, dkk. 2009:271-273).

B. Tafsir Al-Misbah

(54)

41

1. Corak tafsir al-misbah

Adapun corak yang digunakan dalam tafsir al-Misbah adalah corak

al Adabi al-Ijtima’i atau kemasyarakatan, sebab penguraiannya mengarah

pada masalah-masalah yang berlaku atau terjadi dalam masyarakat atau rasio kultur masyarakat. Quraish Shihab menggunakan corak ini agar dapat membuktikan bahwa al-Qur’an sebagai kitab Allah mampu mengikuti perkembangan manusia beserta perubahan zamannya. Selain itu, juga menekankan bahwa perlunya al-Qur’an dipahami secara konstektual, bukan hanya terpaku pada makna secara tekstual saja, hal ini sangat penting karena dengan memahami secara kontekstual akan dapat mengaplikasikan kandungan al-Qur’an dalam kehidupan pada masa kini.

2. Sistematika penulisan tafsir

Dalam menguraikan ayat-ayat suatu surat, biasanya beliau menempuh beberapa langkah penafsiran dalam tafsir al-Misbah, antara lain:

a. Pada setiap awal penulisan surat diawali dengan pengantar mengenai penjelasan surat yang akan dibahas secara detail. Misalnya tentang jumlah ayat, tema-tema yang menjadi pokok kajian dalam surat, nama lain dari surat.

(55)

42

c. Menjelaskan kosakata yang dipandang perlu, serta menjelaskan munasabah ayat yang sedang ditafsirkan dengan ayat sebelum maupun sesudahnya.

d. Kemudian menafsirkan ayat yang sedang dibahas, serta diikuti dengan pendapat para mufassir lain dan menukil hadits Nabi yang berkaitan dengan ayat yang sedang dibahas.

Adapun sumber penafsiran yang dipergunakan tafsir al-Misbah ada dua, antara lain, pertama bersumber dari ijtihad penulisnya, yang kedua untuk menguatkan ijtihadnya, ia menggunakan sumber-sumber rujukan yang berasal dari pendapat dan fatwa ulama yang dianggap relevan, baik yang terdahulu maupun mereka yang masih hidup dewasa ini.

3. Metodologi penafsiran

Secara metodologis, tafsir al-Misbah ditafsirkan dengan menggunakan metode Tahlili, yaitu ayat per ayat, surat demi surat, disusun

berdasarkan tata urutan al-Qur’an. Menurut Quraish Shihab al-Qur’an merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Namun metode tahlili

diakui Quraish shihab memiliki berbagai kelemahan, maka dari itu Quraish Shihab menambahkan metode maudhu’i (tematik) yang menurutnya

(56)

43

metode penulisan tafsir al-Misbah menggunakan kombinasi dua metode yakni tahlili dan maudhu’i.

C. Asbabun Nuzul

Budiharjo dalam bukunya berpendapat bahwa asbabun al-nuzul adalah

peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya ayat, di mana ayat tersebut menjelaskan pandangan Al-Qur’an tentang peristiwa yang terjadi atau mengomentarinya (Budiharjo, 2012:21). Namun tidak semua surat atau ayat al-Qur’an mempunyai asbabun nuzul, Seperti halnya surat Luqman. Penulis hanya

menemukan asbabun nuzul mengenai ayat 13 dan 15.

Asbabun Nuzul ayat 13 ketika ayat ke-82 dari Surat Al An’am diturunkan, para sahabat merasa keberatan. Kemudian mereka datang mengahadap Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara kami yang dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim? Jawab beliau: “Bukan begitu, Bukankah kau telah mendengar wasiat Luqman Hakim kepada anaknya: Hai anakku janganlah kau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang

besar (Mahali, 2002:660).

(57)

44

tidak makan dan minum sampai mati”. Maka Sa’ad kebingungan, bahkan ia dikatakan tega membunuh ibunya. Maka Sa’ad berkata: “Wahai Ibu, jangan kau lakukan yang demikian, aku memeluk agama baru tidak akan mendatangkan madharat, dan aku tidak akan meninggalkannya”.Maka Umi Sa’ad pun nekat tidak makan sampai tiga hari tiga malam. Sa’ad berkata: Wahai Ibu, seandainya kau memiliki seribu jiwa kemudian satu per satu meninggal, tetapi aku tidak akan meninggalkan agama baruku (Islam). Karena itu terserah ibu mau makan atau tidak”. Maka ibu itupun makan. Sehubungan dengan itu, maka Allah SWT menurunkan ayat ke-15 sebagai ketegasan bahwa kaum muslimin wajib taat dan tunduk kepada perintah orang tua sepanjang bukan yang bertentangan dengan perintah-perintah Allah (Mahali, 2002:661).

Surat Luqman adalah surat yang turun sebelum Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Menurut mayoritas ulama semua ayat-ayatnya

Makkiyah. Penamaan surat ini sangat wajar karena nama dan nasehat beliau yang

(58)

45

D. Munasabah

Pada ayat-ayat yang lalu, pada surat Luqman ayat 10 dan 11 merupakan tanda kekuasaan ilahi. Dijelaskan bahwa Allah telah menciptakan langit, gunung-gunung dan bintang-bintang, serta menurunkan hujan yang dengannya tumbuh berbagai macam tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu merupakan nikmat nyata yang dilimpahkan Allah untuk manusia. Pada ayat berikut ini, ayat 12-19 diterangkan nikmat-nikmat Allah yang tidak tampak, berupa hamba-hamba-Nya yang memiliki ilmu, hikmah dan kebijaksanaan seperti Luqman. Dengan pengetahuan itu, ia telah sampai kepada kepercayaan yang benar dan budi pekerti yang mulia, tanpa ada Nabi yang menyampaikan dakwah kepadanya. Oleh Luqman kepercayaan dan budi pekerti yang mulia itu diajarkan kepada putranya agar ia menjadi hamba yang shaleh di muka bumi ini (Kementrian Agama RI, 2011:547).

(59)

46

memberikan batasan-batasan bakti kita terhadap kedua orangtua selama bakti tersebut tidak membuat murka Allah, yakni mempersekutukan-Nya pada ayat 15. Lalu pada ayat 16 merupakan wasiat Luqman kepada anaknya berupa anjuran mendirikan shalat, amar ma’ruf nahi mungkar, dan bersabar atas segala cobaan,

merupakan bukti seorang hamba dalam mengesakan Allah. Dilanjutkan dengan ayat 18 merupakan larangan berbuat angkuh dan yang terakhir nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya, yakni ayat 19 berupa anjuran untuk menjaga sikap, jangan sampai berbuat sombong. Karena orang sombong dalam surah 18 yakni orang yang suka memalingkan mukanya ketika berhadapan dengan orang lain.

Pada ayat 12-19 diterangkan bukti-bukti keesaan Allah, dan hikmah yang diberikan-Nya kepada Luqman sehingga ia mengetahui akidah yang benar dan akhlak yang mulia. Kemudian akhlak dan akidah itu diajarkan dan diwariskan kepada anaknya. Pada ayat 20-21 berisi mengenai nikmat Allah dan sikap orang kafir terhadap-Nya, Allah mencela sikap orang musyrik yang selalu menyekutukan Allah, padahal amat banyak yang dapat dijadikan bukti tentang keesaan dan kekuasaan-Nya. Di langit dan di bumi. Namun demikian, mereka lebih suka mengikuti ajakan setan yang membawa kepada kesengsaraan dari pada mengikuti ajakan Rasulullah yang membawa mereka kepada kebangkitan (Kementrian Agama RI, 2011:558).

(60)

47

adalah kehancuran orang-orang kafir seperti umat-umat terdahulu di akhirat masuk neraka, sedangkan orang-orang yang beriman dijanjikan kemenangan di dunia dan di akhirat mereka akan masuk surga. Dalam Surah Luqman yang ditekankan adalah keberuntungan yang akan diperoleh orang-orang beriman dan berbuat baik, serta kerugian orang-orang kafir di akhirat. b) kedua surah juga mengemukakan alam sebagai tanda keberadaan Allah dan kemahakuasaan-Nya. Dalam surah ar-Rum yang ditonjolkan adalah kehebatan alam itu sebagai tanda kekuasaan-Nya, sedangkan dalam surah Luqman yang ditonjolkan adalah kemanfaatan alam tersebut. Keduanya bisa mengantarkan dan mendorong manusia untuk beriman. c) kedua surah juga mengungkapkan kesamaan sikap kaum kafir terhadap Al-Qur’an yaitu mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah sesuatu yang bathil atau menyelesaikan sehingga mereka menolaknya. Sedangkan dalam surat Luqman, mereka bersikap membelakangi Al-Qur’an dan tidak mendengarkannya. d) kedua surah ini juga menyatakan bahwa Kiamat pasti dan janji Allah baik bagi mereka yang beriman maupun bagi mereka yang kafir juga. Di akhir surah Ar-Rum, Nabi SAW diminta tabah menghadapi mereka yang tidak percaya, dan akhir surah Luqman, manusia dihimbau agar mempersiapkan diri menghadapi kiamat itu (Kementrian Agama RI, 2011:532-533).

(61)

48

Al-Qur’an itu sungguh-sungguh diturunkan dari Alah. c) dalam Surah Luqman ayat 34 disebutkan bahwa ada lima hal yang gaib yang hanya diketahui Allah, sedang dalam Surah As-Sajdah, Allah menerangkan dengan rinci hal-hal yang berhubungan dengan yang gaib itu (Kementrian Agama RI, 2011:577).

E. Penafsiran M. Quraish Shihab QS. Luqman Ayat 12-19 1. Ayat 12

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha terpuji (Yayasan

Penyelenggara Penterjemah, 2002:750)

Dalam ayat di atas M. Quraish Shihab menafsirkan bahwa seorang yang bernama Luqman telah dianugerahi oleh Allah SWT hikmah, sambil menjelaskan beberapa butir hikmah yang pernah beliau sampaikan kepada anaknya. Kata hikmah dalam ayat ini berarti mengetahui yang paling utama

dari segala sesuatu sebagai pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah ilmu amaliah dan amal ilmu. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang apabila

(62)

49

Luqman dalam surat ini ialah seorang tokoh yang diperselisihkan identitasnya, orang Arab mengenal dua orang Luqman. Pertama, Luqman

ibn ‘Ad, tokoh ini mereka agungkan karena wibawa, kepemimpinan, ilmu, kefasihan, dan kepandaiannya. Ia kerap kali dijadikan pemisalan dari perumpamaan. Kedua ialah Luqman al-Hakim yang terkenal dengan

kata-kata bijak dan perumpamaan-perumpamaannya. Agaknya dialah yang dimaksud oleh surat ini. Sahabat Nabi, Ibn Umar ra. Menyatakan bahwa Nabi bersabda: aku berkata benar, sesunggunya Luqman bukanlah seorang Nabi, tetapi dia adalah seorang hamba Allah yang banyak menampung kebajikan, banyak merenung, dan keyakinannya lurus. Dia mencintai Allah, maka Allah mencintainya, menganugerahkan kepadanya hikmah. (Shihab, 2007:296-297).

Ayat tersebut menyatakan: Dan sesungguhnya Kami yang

Mahaperkasa dan Bijaksana telah menganugerahkan dan mengajarkan juga

mengilhami hikmah kepada Luqman, yaitu: “Bersyukur kepada Allah, dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk kemaslahatan dirinya sendiri; dan barang siapa yang kufur,

yakni tidak bersyukur, maka yang merugi adalah dirinya sendiri. Dia sedikitpun tidak merugikan Allah, sebagaimana yang bersyukur tidak menguntungkan-Nya, karena sesungguhnya Allah MahaKaya tidak butuh

kepada apa pun lagi Maha Terpuji oleh makhluk di langit dan di bumi

(63)

50

Sedang kata syukur terambil dari kata syakara yang maknanya

berkisar antara lain pada pujian atas kebaikan. Syukur manusia pada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugrah-Nya disertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya serta dorongan untuk memuji-Nya dengan ucapan yang diiringi dengan perilaku yang dikehendaki-Nya dari penganugerahan itu. Syukur didefinisikan oleh beberapa ulama dengan memfungsikan anugrah yang diterima sesuai dengan tujuan penganugrahan-Nya.

2. Ayat 13

َﻻ ﱠَﲎُﺒٰـﻳ ﻪُﻈِﻌَﻳ َﻮُﻫَو ﻪِﻨْﺑِﻻ ُﻦٰﻤْﻘُﻟ َلﺎَﻗ ْذِاَو

SِT ْكِﺮْﺸُﺗ

ۖ◌

ٌﻢْﻴِﻈَﻋ ٌﻢْﻠُﻈَﻟ َكْﺮِﺸﻟا ﱠنِا

۝

Artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memeberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (Yayasan

Penyelenggara Penterjemah, 2012:750).

Penafsiran Menurut M. Quraish Shihab: kata (

ﻪُﻈِﻌَﻳ

) Ya’izhuhu

terambil dari kata (

ﻆَﻋَو

) wa’zh yaitu nasihat yang menyangkut berbagai

(64)

51

sebagai ucapan yang mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi gambaran tentang bagaimana

perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, penuh kasih sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anak. Kata ini juga mengisyaratkan bahwa nasihat itu dilakukannya dari saat ke saat, sebagaimana dipahami dari bentuk kata kerja masa kini dan datang pada kata (

ﻪُﻈِﻌَﻳ

) ya’izhuhu. Selanjutnya kata (

ﲎﺑ

) bunayya adalah patron yang

menggambarkan kemungilan. Asalnya adalah (

ﲎﺑا

) ibny dari kata (

ﻦﺑا

) ibn

yakni anak lelaki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dari sini, kita dapat berkata bahwa ayat di atas memberi isyarat bahwa mendidik anak hendaknya didasari kasih sayang.

(65)

52

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (Yayasan

Penyelenggara Penterjemah, 2002:750)

M. Quraish Shihab: Ayat di atas dan ayat berikutnya dinilai oleh banyak ulama bukan bagian dari pengajaran Luqman kepada anaknya. Ia disisipkan al-Qur’an untuk menunjukkan betapa penghormatan dan kebaktian kepada kedua orangtua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah SWT. Memang, al-Qur’an sering kali menggandengkan perintah menyembah Allah dan perintah berbakti kepada orangtua. (Lihat QS. Al-An’am (6): 151 dan al-Isra’ (17): 23. Tetapi kendati nasihat ini bukan nasihat Luqman, itu tidak berarti bahwa beliau tidak menasihati anaknya dengan nasihat serupa.

Mengenai nasihat Luqman itu secara langsung atau tidak, yang jelas ayat di atas menyatakan. Dan Kami perintahkan, yakni berpesan dengan

amat kukuh, kepada manusia menyangkut kedua orang ibu-bapaknya: Pesan

(66)

53

kelemahan di atas kelemahan, yakni kelemahan berganda dan dari saat ke

saat bertambah-tambah. Lalu, dia melahirkan dengan susah payah, kemudian memelihara dan menyusukan setiap saat, bahkan di tengah malam ketika manusia lain tertidur nyenyak. Demikian hingga tiba masa menyapikannya

dan penyapihannya di dalam dua tahun terhitung sejak hari kelahiran sang

anak. Ini jika orang tuanya ingin menyempurnakan penyusuan. Wasiat kami itu adalah: Bersyukurlah kepada-Ku! Karena Allah yang menciptakan kamu

dan menyediakan semua sarana kebahagiaan kamu, dan bersyukur pulalah kepada kedua orang ibu-bapak kamu karena mereka yang Aku jadikan

perantara kehadiran kamu di atas bumi ini. Kesyukuran ini mutlak kamu lakukan karena hanya kepada-Kulah-tidak kepada selain aku- kembali kamu semua, wahai manusia, untuk kamu pertanggungjawabkan kesyukuran itu.

(67)

54

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (Yayasan

Penyelenggara Penterjemah, 2002:750)

Pada ayat sebelumnya menjelaskan betapa pentingnya berbakti kepada orang tua, tetapi ayat di atas justru menjelaskan tentang pengecualian menaati perintah orangtua. Maka menurut M. Quraish Shihab: Dan jika keduanya-apalagi kalau hanya salah satunya, lebih-lebih kalau orang lain,

bersungguh-sungguh untuk memaksamu mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, apalagi setelah Aku dan

Rasul-Rasul menjelaskan kebatilan mempersekutukan Allah, dan setelah engkau mengetahui bila menggunakan nalarmu maka janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun demikian, jangan memutuskan hubungan

(68)

55

keduniaan-bukan akidah-dengan cara pergaulan yang baik, tetapi jangan

sampai hal ini mengorbankan prinsip agamamu. Karena itu, perhatikan tuntunan agama dan ikutilah jalan orang yang selalu kembali kepada-Ku

dengan segala urusan karena semua urusan dunia kembali kepada-Ku,

kemudian hanya kepada-Ku-lah juga di akhirat nanti-bukan kepada siapapun

selain Ku-kembali kamu semua, maka Ku beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan dari kebaikan dan keburukan, lalu masing-masing Ku langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (Yayasan Penyelenggara Penterjemah, 2002:751)

(69)

56

yang demikian luas dan tinggi, atau di dalam perut bumi yang sedemikian dalam di mana pun keberadaannya niscaya Allah akan mendatangkannya

lalu memperhitungkan dan memberi balasan. Sesungguhnya Allah Maha Halus menjangkau sesuatu lagi Maha Mengetahui segala sesuatu sehingga

tidak ada satu pun luput dari-Nya.

6. Ayat 17

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Yayasan Penyelenggara Penterjemah,

2002:751)

M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa Luqman melanjutkan nasihat kepada anaknya yakni nasihat yang menjamin kesinambungan Tauhid serta kehadiran ilahi dalam kalbu sang anak. Beliau berkata sambil tetap memanggil dengan panggilan mesra: Wahai anakku sayang, laksanakanlah shalat dengan sempurna syarat, rukun, dan sunnah-sunnahnya. Dan di

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa individu merupalcan kesatuan antara jiwa dan raga dan di dalam jiwa tersebut terdapat pembawaanpembawaan yang dapat terpengaruh,

Tafsir Ibnu Katsir Q.S Luqman ayat 12-19 , Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Q.S Luqman ayat 12-19 dan

Quraish Shihab yang berkaitan dengan perpecahan umat dari seluruh aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Quran, kemudian dikuatkan dengan penafsiran ahli tafsir yang

Quraish Shihab, adalah satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha

Al-Qur’an adalah suatu jalan petunjuk bagi manusia yang akan menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju kepada cahaya yang terang benderang di dalam Al-Qur’an diterangkan

: I{csch111an J\lcnlal Dahun Alquran Surah Yunus Ayat 57 (Analbls Tcmalik Tcrhadap Tafslr AI-Misbah Karya M. Quralsh Shlhab) Skripsi dcngan judul tcrscbut tclah diujikan

Dari berberapa nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Yusuf ayat 20-29, bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak dalam Q.S Yusuf ayat 20-29 sangat relevan untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa nilai –nilai pendidikan karakter dalam tafsir Al-Misbah Al-Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 terdiri dari